1. bagaimana perlakuan perpajakan yang anda ketahui untuk sewa? Dalam KMK-1169/KMK.01/1991 dirumuskan bahwa Sewa Guna Usaha (SGU) adalah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara SGU dengan hak opsi (finance lease) maupun SGU tanpa hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selain itu,perlakuan perpajakan untuk SGU diatur dalam SE-29/PJ.42/1992jo. SE-02/PJ.31/1993. Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan hanya ada 2 yaitu: a. Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi b. Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi 2. sebuah mesin dibeli pada bulan Januari 2008 seharga Rp.150.000.000 telah disusutkan Rp.38.000.000 pada tanggal 9 Januari 2009 ditukar dengan mesin baru dengan harga Rp.190.000.000. diminta, hitunglah laba/rugi atas pertukaran jika menambah uang tunai Rp.80.000.000. serta buatlah jurnalnya? Dengan menambah uang tunai Rp.80.000.000 Harga beli mesin
Rp. 190.000.000
Harga mesin lama
Rp.150.000.000
Akumulasi penyusutan
(Rp.38.000.000)
Nilai buku mesin lama
(Rp.112.000.000)
Selisih nilai buku
Rp.78.000.000
Tambahan uang tunai
Rp.80.000.000
Rugi pertukaran mesin
Jurnal : mesin (baru) Akum. Penyusutan mesin Rugi pertukaran mesin
Rp.2.000.000
Rp.190.000.000 Rp.38.000.000 Rp.2.000.000
Mesin (lama)
Rp.150.000.000
Kas
Rp.80.000.000
3. dengan cerita yang sama dengan soal nomer 2. Diminta hitunglah laba/rugi atas pertukaran jika menambah uang Rp.70.000.000 serta buatlah jurnalatas transaksi tersebut?
Harga beli mesin
Rp.190.000.000
Harga mesin lama
Rp.150.000.000
Akumulasi penyusutan
(Rp.38.000.000)
Nilai buku mesin lama
Rp.112.000.000
Selisih nilai buku
Rp.78.000.000
Tambahan uang tunai
Rp.70.000.000
Laba pertukaran mesin
Rp.8.000.000
Jurnal :mesin (baru)
Rp.182.000.000
Akum.penyusutan mesin
Rp.38.000.000
Mesin (lama)
Rp.150.000.000
Kas
Rp.70.000.000
4. tanggal 1 agustus 2000 PT.ABC membeli sebuah mobil Toyota Kijang seharga Rp.170.000.000 untuk biaya balik nama, pengujian, dan keperluan lainnya dibayar Rp.5.000.000 mobil tsb ditaksir memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa Rp.50.000.000. diminta hitunglah penyusutan pada tahun 2000 dan buatlah table penyusutan selama 5 tahun, dengan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan tahun 2000 dihitung dari tgl 1 Agustus 2000 s/d 31 Des 2000 = 5 bulan Besar penyusutan th 2000
= 5 x (175.000.000 – 50.000.000) = 11.250.000
Table Penyusutan tahun 2000-2005 Tahun
Harga Penyusutan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
175.000.000 175.000.000 175.000.000 175.000.000 175.000.000 175.000.000
Besar Penyusutan 11.250.000 38.250.000 65.250.000 92.250.000 119.250.000 135.000.000
Akumulasi Penyusutan 11.250.000 38.250.000 65.250.000 92.250.000 119.250.000 135.000.000
Nilai Buku 163.750.000 136.750.000 109.750.000 82.750.000 55.750.000 40.000.000
5. tanggal 1 Mei 2000 CV.ABC membeli sebuah mesin fotocopy seharga Rp.50.000.000 mesin fotocopy tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 4 tahun dengan nilai sisa
Rp.5.000.000 hitunglah jumlah penyusutannya dan buatlah table penyusutan dengan menggunakan metode jumlah angka tahun? JAT
= 4 x (4 + 1)
atau
JAT
= 10
=4+3+2+1 = 10
Angka Tahun 4 Terbalik dijabarkan Angka Tahun Ke I
3
2
1
II
III
IV
PENYUSUTAN TAHUN 2000 Penyusutan tahun 2000 dihitung dari tanggal 1 Mei 2000 s.d 31 Des 2000 = 8 bulan Besar penyusutan
= 8/12 x 4/10 x (50.000.000 – 5.000.000) = 12.000.000
PENYUSUTAN TAHUN 2001 Besar penyusutan
= 4/12 x 4/10 x (50.000.000 – 5.000.000) = 6.000.000 = 8/12 x 3/10 x (50.000.000 – 5.000.000) = 9.000.000 15.000.000
PENYUSUTAN TAHUN 2002 Besar penyusutan
= 4/12 x 3/10 x (50.000.000 – 5.000.000) = 4.500.000 = 8/12 x 2/10 x (50.000.000 – 5.000.000) = 6.000.000 10.500.000
PENYUSUTAN TAHUN 2003 Besar penyusutan
= 4/12 x 2/10 x (50.000.000 – 5.000.000) = 3.000.000 = 8/12 x 1/10 x (50.000.000 – 5.000.000) = 3.000.000 6.000.000
PENYUSUTAN TAHUN 2004 Besar penyusutan
= 4/12 x 1/10 x (50.000.000 – 5.000.000) = 1.500.000
6. sebuah mesin dibeli seharga Rp.250.000.000 ditaksir memiliki umur ekonomis selama 5 tahun atau 500.000 jam kerja dan diperkirakan memiliki nilai sisa sebesar Rp.50.000.000
Diketahui jam kerja setiap tahun sebagai berikut : Tahun ke 1 = 100.000 jam Tahun ke 2 = 120.000 jam Tahun ke 3 = 130.000 jam Tahun ke 4 = 80.000 jam Tahun ke 5 = 70.000 jam Diminta hitunglah besar penyusutan dengan menggunakan metode unit produksi Besar penyusutan tahun 1 = 100.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp.40.000.000 500.000 Besar penyusutan tahun 2 = 120.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 48.000.000 500.000 Besar penyusutan tahun 3 = 130.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp.52.000.000 500.000 Pesar penyusutan tahun 4 = 80.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp.52.000.000 500.000 Besar penyusutan tahun 5 = 70.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 28.000.000 500.000 7. sebuah kendaraan dibeli dengan harga Rp.12.000.000 PPN 10% ongkir Rp.1.000.000 biaya pemasangan Rp.500.000 setelah menyusutkan 15% ditukar dengan kulkas dengan harga Rp.5.000.000. buatlah jurnalnya Kendaraan
Rp.12.000.000
PPn 10%
Rp.1.200.000 (10% dari HP kendaraan)
Ongkir
Rp.1.000.000
Biaya pemasangan
Rp.500.000
Akum. Penyusutan kendaraan 15% = Rp.2.205.000 Kulkas
Rp.5.000.000
Jurnlnya :
kulkas
Rp.5.000.000
Akum. Penyusutan kendaraan Rp.2.205.000 Rugi
Rp.7.495.000 Kendaraan
Rp. 14.700.000
8. suatu mesin dengan harga perolehan Rp.94.000.000 rusak berat sehingga harus dihentikan pemakaiannya. Akumulasi penyusutan berjumlah Rp92.000.000 biaya untuk pemindahan sebesar Rp.1.000.000 dibayar tunai. Hitunglah laba/rugi serta buat jurnalnya? Harga buku mesin = Rp.94.000.000 – Rp.92.000.000 = Rp.2.000.000 Kerugian = harga buku mesin – biaya pemindahan = Rp.2.000.000 – Rp.1.000.000 = Rp.1.000.000 Jurnal : akum. Penyusutan mesin
Rp.92.000.000
Rugi penghrntian aktiva tetap Mesin
Rp.3.000.000 Rp.95.000.000
9. sebuah mobil boks yang dibeli perusahaan pada tanggal 12 juli 2010 dengan harga Rp.48.000.000. estimasi masa manfaat mobil boks menurut akuntansi adalah 6 tahun, sedangkan menurut perpajakan adalah 8 tahun. Pada tanggal 31 Desember 2011, mobil boks tersebut dijual dengan harga Rp.40.000.000 metode penyusutan menurut akuntansi dan perpajakan adalah metode garis lurus. Diminta hitunglah laba atau rugi atas penjualan mobil boks, secara akuntansi maupun perpajakan? Keterangan Biaya perolehan Akum. Penyusutan Nilai buku Harga pasar Laba penjualan aset Akumulasi penyusutan menurut
Akuntansi (Rp) 48.000.000 ( 12.000.000 ) 36.000.000 40.000.000 4.000.000
Akuntansi = Rp.48.000.000 / 6 x 1 6/12 Perpajakan = 12.5% x Rp.48.000.000
10. buatlah jurnal penjualan mobil boks tersebut? Kas/bank
Rp.44.000.000
Perpajakan (Rp) 48.000.000 ( 8.500.000) 39.500.000 40.000.000 500.000
Akum. Penyusutan kendaraan
Rp.12.000.000
Kendaraan
Rp.48.000.000
PPn 16D
Rp. 4.000.000
Laba penjualan kendaraan
Rp.4.000.000
Contoh Soal Selama bulan januari 2009 PT. D Menjual barang dagangan kena PPNsebesar Rp 100 juta Jurnal penjualan selama bulan januari : Piutang Usaha
Rp 110.000.000
-
Penjualan
-
Rp 100.000.000
PPN Keluaran
-
Rp 10.000.000
(100.000.000 X 10% = Rp 10.000.000)
Jurnal Penyesuaian pada akhir bulan januari : PPN Keluaran Utang Pajak
Rp 10.000.000
-
-
Rp 10.000.000
Contoh soal Gaji karyawan Rp 7.500.000. Pajak penghasilan karyawan Rp 1.125.000 Diminta : buat jurnal yang diperlukan Jurnal umum : Gaji dan upah
7.500.000
Hutang gaji dan upah
Rp 6.375.000
Hutang PPh
Rp 1.125.000
Jurnal saat pembayaran :
Hutang gaji dan upah
Rp 6.375.000
Kas
Rp 6.375.000
Jurnal saat pembayaran PPh : Hutang PPh
Rp 1.125.000
Kas
Rp 1.125.000
Contoh: Transaksi Meminjam Dana Pada 1 Juli 2017, PT Ameminjam dana dari Bank BNI sebesar USD 10.000. Spot rate ada tanggal ini adalah Rp 6.000/USD. Kas dalam valuta asing – USD
Rp 60.000.000
Utang bank dalam valuta asing – USD
Rp 60.000.000
Biaya yang masih harus dibayar ( Accrual Payable) antara lain: a. Utang Gaji 1. Contoh Salon Zhafira membayar gaji para karyawannya setiap hari Sabtu sebesar Rp 240.000,- untuk enam hari kerja. Pada akhir tahun periode akuntansi ternyata pada hari Selasa. Buatlah Jurnal penyesuaian dan jurnal waktu perlunasan 2. Pembahasan Salon Zhafira mempunyai beban gaji yang harus dibayar kepada karyawan mulai dari hari Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at sehingga ada 5 hari kerja yang harus dibayarkan . Hutang Gaji = 5/6 X Rp 240.000= 200.000 a. Jurnal Penyesuain TGL
AKUN
DEBIT (Rp)
Beban Gaji
200.000
Utang Gaji
KREDIT (Rp)
200.000
b. Jurnal waktu pelunasan TGL
AKUN
DEBIT (Rp)
Utang Gaji
200.000
KREDIT (Rp)
Kas
200.000
b. Utang Listrik, Telpon dan air 1. Contoh Salon Zhafira memiliki tagihan rekening listrik, tagihan telepon dan tagihan air sebesar Rp 511.000,-. Tagihan tersebut belum dibayarkan oleh perusahaan. 2. Pembahasan Maka perusahaan pada akhir periode yaitu tanggal 31 Desember 2013 harus membuat jurnal penyesuaianuntuk menyesuaikan beban tagihan listrik, telepon, air yang masih harus dibayar.
a) Jurnal Penyesuain TGL
AKUN
DEBIT (Rp)
KREDIT (Rp)
Beban Listrik, telpon, 511.000,-. dan air Utang
Listrik,
511.000,-.
telpon, dan air
b) Jurnal waktu pelunasan TGL
AKUN
DEBIT (Rp)
KREDIT (Rp)
Utang Listrik, telpon, 511.000 dan air Kas
511.000
c. Utang Bunga 1. Contoh Tanggal 1 Desember 2012 PT Jaya Sentosa membeli barang dagangan sebesar Rp 40.000.000,- secara kredit. Sesuai perjanjian kedua belah pihak utang tersebut berjangka waktu 90 hari dengan bunga 12% per tahun. 2. Pembahasan: 1) Penyesuaian Akhir Tahun Bunga per jatuh tempo
(3 bln) = 90 hari/ 365 hari X 12%= 3 %
Bunga yang terutang (1 bln) = 1% X Rp 40.000,000= Rp 400.000,-
TGL 30
AKUN Des Bunga
2012
DEBIT (Rp)
KREDIT (Rp)
400.000,-
Utang Bunga
400.000,-
2) Pada saat Pelunasan TGL
AKUN
DEBIT (Rp)
1 Feb 2013
Bunga
800.000
Utang bunga
KREDIT (Rp)
800.000
TGL
AKUN
DEBIT (Rp)
1 Feb 2013
Utang dagang
40.000.000
Utang bunga
1.200.000
Kas
KREDIT (Rp)
41.200.000
d. Utang Pajak Penghasilan 1) Contoh Dari daftar gaji diketahui sejumlah Rp 7.500.000,-. PPh karyawan Rp 1.125.000,berapa gaji dan upah yang harus dibayar karyawan. 2) Pembahasan a) Jurnal Penyesuaian TGL
AKUN
DEBIT (Rp)
Gaji dan Upah
7.500.000
KREDIT (Rp)
Utang Gaji dan upah
6.375.000
Utang PPh
1.125.000
b) Jurnal pada saat pembayaran TGL
AKUN
DEBIT (Rp)
1 Feb 2013
Utang Gaji dan upah
6.375.000
Kas
KREDIT (Rp)
6.375.000
TGL
AKUN
DEBIT (Rp)
1 Feb 2013
Utang PPh
1.125.000
Kas Ilustrasi pencatatan dan pelaporan saham sebagai berikut :
KREDIT (Rp)
1.125.000
1. pada tanggal 1 juni 206 PT. Sumber Jaya setuju untuk mengeluarkan saham 10.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 100.000.000 per lembar sejumlah 4.000 lembar terjual seharga Rp 450.000.000 - Ayat jurnal tgl akun Debit(Rp) Kredit(Rp) Kas 450.000.000 Ekuitas saham 450.0000.000 Tambahan ekuitas 50.000.000 disetor/agio Kelebihan nilai diatas nilai nominal pada saat penjualan dicatat dalam akuntansi tambahan ekuitas disetor atau tahun “agio saham biasa” 2. Kemungkinan tidak ditetapkan nan nilai nominal (no per value) sehingga jumlah yang diterima tunai atas penjualan tersebut tidak dicatat dalam akun “tambahan ekuitas disetor” tapi akan “ekuitas saham” - Jurnal Tgl Akun Debit (Rp) Kredit(rp) Kas 450.000.000 Ekuitas Saham 450.000.000 3. Dampak terjadi bahan penjualan saham tersebut berupa tanah yang senilai harga jual saham Rp 450.000.000 - Ayat jurnal yang disusun tgl Akun Debit(Rp) Kredit(Rp) Kas 450.000.000 Ekuitas saham 450.000.000 Tambahan ekuitas saham 50.000.000 4. Apabila harga pasar tanah ditetapkan sebesar Rp 425.000.000 dan harga pasar wajar saham tidak ditetapkan atau dijurnal tgl Akun Debit(Rp) Kredit(Rp) Kas 425.000.000 Ekuitas saham 400.000.000 Tambahan ekuitas saham 25.000.000 5. Apabila seorang menyatakan akan membeli saham. Apabila penyetoran uang akan dilaukan kemudian, berarti ekuitas telah ditempatkan Contoh : PT Nirwana mengeluarkan 10.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 100.000 per lembar. Pada tanggal 1 november 2016 dijua 5.000 lembar dengan biaya Rp 125.000 per saham dengan pembayaran awal 50% sedangkan kekurangannya dibayar dalam tenggang waktu 90 hari tepat jurnal disusun a. Saat penempatan tgl Akun Debit(Rp) Kredit(Rp) Piutang atas perusahaan 625.000.000 saham 500.000.000 Saham yang dipesan 125.000.000
Tambahan ekuitas disetor b. Saat penerimaan bagian peratama tgl Akun Kas dalam bank Piutang atas pemesanan saham
Debit(Rp) 312.500.000
Kredit(Rp) 312.500.00
c. Saat menerima kekurangan bagian kedua dan pengeluaran 2.500 lembar yang seluruhnya sebagai sham yang dipesan. 1) tgl Akun Debit(Rp) Kredit(Rp) Kas dalam bank 156.000.000 Piutang atas pemesanan saham 156.000.000 2) tgl
Akun Saham yang dipesan Saham biasa
Debit(Rp) 250.000.000
Kredit(Rp) 250.000.000
Berdasar data diatas, maka ekuitas saham yang dilaporkan : Ekuitas pemegang saham Saham biasa nominal @Rp 100.000 yang disetujui 25.000 lembar beredar
Rp.
250.000.000
Saham yang dipesan, 25.000 lembar
Rp.
250.000.000
Tambahan ekuitas disetor
Rp.
125.000.000
Piutang atas tambahan saham
Rp.
(156.250.000)+
Total ekuitas
Rp.
468.750.000
1. MODAL SAHAM PT Iwan mempunyai 1000 lembar saham prioritas convertible dengan harga nominal @Rp.10.000.000. Agio saham Rp. 2.500.000. Pada 2 Januari 2000 diumumkan saham itu dapatditukarkan dengan saham biasa dengan nilai nominal @ 5.000.000, dengan proporsi 1 lb saham prioritas mendapat 3 lb saham biasa. Pencatatan oleh PT Iwan Modal saham prioritas
10.000.000
Agio saham prioritas Laba ditahan Saham biasa (3.000 x 5.000)
2.500.000 2.500.000 15.000.000
Untuk tujuan pajak: pembebanan kepada laba ditahan 2.500.000 dianggap sebagai pembagian deviden kepada pemegang saham prioritas PT Iwan harus memotong PPh pasal 23 sebesar 15%, kecuali pemegang saham itu sebuahbadan penerima saham memperhitungkan dividen 2.500.000 dan mengkreditkan PPh pasal 23 2. MODAL SAHAM PT Dede mempunyai 2000 lembar saham preferen convertible dengan nilai nominal Rp. 10.000. Agio saham tersebut Rp. 1.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2011 diumumkan saham tersebut dapat diitukarkan dengan saham bisa dengan nilai nominal Rp. 5.500 dimana porporsi setiap 1 lembar saham preferen mendapat 2 lembar saham biasa. Pembukuan yang dilakukan oleh PT Dede adalah sebagai berikut: Tanggal 31 2011
Keterangan
Des Kas / Bank
Debit
Kredit
150.000
Saham Preferen
20.000.000
Tambahan modal saham
1.000.000
Saldo laba
1.000.000
Saham biasa
22.000.000
Utang PPh 23
150.000
(mencatat konversi saham dan pemotongan PPh 23 atas dividen sebesar Rp. 1.000.000)
Tanggal
Akun
Debit
10 Jan 2012
Utang PPh 23
150.000
Kas (mencatat penyetoran PPh 23 ke kas Negara)
Kredit
150.000
Pembagian laba dalam bentuk saham termasuk dalam pengertian dividen sehingga merupakan objek pajak sesuai penjelasan UU PPh 2008 Pasal 4 ayay (1) huuf g. Atas pembayaran penghasilan tersebut wajib dilakukan pemotongan PPh 23/26 ataupun PPh final oleh pihka yang wajib membayarkan.
3. SALDO LABA DAN DISTRIBUSI LABA PSAK No. 21 : saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelahmemperhitungkan pembagian deviden dan koreksi laba periode lalu. sumber : hasil laba-rugi perusahaan sumber dari hasil operasi perusahaan : earning & profit (penghasilan & laba) Soal: PT Darma dalam tahun 2000 memperoleh penghasilan kena pajak Rp. 100.000.000. Penghasilanitu diperoleh setelah eliminasi penghasilan antar badan Rp. 34.000.000 dan pengeluaran untuk karyawan yang berupa fasilitas dan kenikmatan Untuk keperluan perpajakan, penghasilan dan laba 2000 PT Darma yang dapat ditransfer ke saldo laba dihitung sbb: Penghasilan kena pajak Pajak penghasilan Penghasilan bukan objek pajak Pengeluaran bukan pengurang PKP Penghasilan dan laba
Rp. 100.000.000 21.250.000 78.750.000 34.000.000 + 112.750.000 20.000.000 – 92.750.000
4. DEVIDEN Contoh 1: deviden secara resmi terhutang saat dilakukan pengumuan pembagian deviden Tanggal 20 Desember 2000 PT Darma mengumumkan akan membagi deviden sejumlah Rp.10.000.000. Pada tanggal 5 Januari 2001 dividen dibayar tunai Pencatatan: a. 20 Desember Saldo laba 10.000.000 Hutang deviden 8.500.000 Hutang PPh pasal 23 1.500.000 b. 5 Januari Hutang dividen 8.500.000 Hutang PPh pasal 1.500.000 Kas 10.000.000
Kalau pada contoh diatas dividen tidak dibayar tunai, tetapi dilunasi dengan penyerahan sekuritas PT Q yang mempunyai nilai nominal Rp. 10.00.000 dengan kurs 110 (semula diperoleh dengan kurs 105) maka pencatatan berdasarkan nilai pasar tampak sebagai berikut: Investasi sekuritas PT Q Laba atas investasi sekuritas
500.000 500.000
Saldo laba Hutang deviden
11.000.000
Hutang deviden Investasi sekuritas PT Q
11.000.000
11.000.000
11.000.000
Contoh 2: PT Darma membagikan deviden yang berupa treasury stock dengan harga pasar Rp. 11.500.000. Harga perolehan saham itu Rp. 10.500.000. Pencatatan yang dibuat oleh badan (tanpa memperhatikan PPh pasal 23 dan pasal 26) sebagai berikut: Saldo laba 11.500.000 Treasury stock 10.500.000 Agio saham transaksi TS 1.000.000 5. RIGHT, WARRANT, DAN OPSI ATAS SAHAM PT Iwan memiliki 100 lembar saham PT Andi (dari total 1000 lembar). Nilai Nominal saham Rp. 10.000 dan dibeli dengan harga Rp. 18.000 per lembar. PT Andi mengumumkan tiap 4 lembar saham lama dapat membeli 1 lembar saham emisi baru dengan harga Rp. 11.000. Saham lama dijual di pasar dengan harga sebesar Rp. 14.500 (tanpa right), sedangkan right dapat dijual dengan harga Rp. Rp. 500. Alokasi harga perolehan yang dilakukan PT Iwan sebagai berikut: a. Right = 500/(14.500 + 500) x Rp. 18.000 = Rp. 600 per lembar b. Saham = Rp. 18.000 - Rp.600 = Rp. 17.400 Atas alokasi harga perolehan dicatat: Hak atas saham PT Andi (600 x 100) Investasi saham PT Andi
Rp. 60.000 Rp. 60.000
Bila hak atas saham itu dimanfaatkan, dicatat: Investasi saham PT Andi Kas Hak atas saham PT Andi
Rp. 335.000 Rp. 275.000 Rp. 60.000
Nilai saham baru sebanyak 25 lembar yang dibeli sebesar 25 x Rp. 11.000, ditambah denganharga right Rp. 60.000 dan jumlah totalnya Rp. 335.000 Kalau right dijual semua dengan harga Rp. 875 per lembar, dibuat catatan sbb: Kas (100 x 875) Rp. 87.500 Hak beli saham PT Andi Laba penjualan hak beli saham PT Andi
Rp. 60.000 Rp. 27.500
6. WARRANT PT Surya menerbitkan 100 lembar saham preferen dengan nominal Rp. 10.000 dengan harga Rp. 12.000. Pemegang saham preferen itu dapat memesan saham biasa dengan nominal Rp. 5.000 dengan harga Rp. 6.500. Segera setelah penerbitan saham preferen warrant terjual dengan harga Rp. 1.000, sedangkan saham preferen tanpa warrant dijual dengan harga Rp. 11.500 Harga perolehan warrant = 1.00/(11.500 + 1.000) x 12.000 = Rp. 960.000 atau sebesar Rp. 960per lembar. Pada saat penjualan 100 lembar saham preferen oleh PT Surya dibuat catatan sbb: Kas Saham preferen Agio saham preferen Warrant saham
Rp. 12.000.000 Rp. 10.000.000 Rp 1.040.000 Rp 960.000
Bila warrant dipakai semua, dicatat: Kas Warrant atas saham biasa Saham biasa Agio saham biasa
Rp. 6.500.000 Rp 960.000 Rp. 5.000.000 Rp 2.460.000
Bila warrant dibiarkan kadaluarsa, dicatat: Warrant atas saham biasa Rp 960.000 Tambahan setoran modal kadaluarsa-warrant
Rp 960.000
secara komersial, kadaluarsanya warrant dianggap sebagai transaksi modal Þ tidak ada keuntungan yang dilaporkan Opsi saham Merupakan pemberian hak berpartisipasi karyawan dalam pemilikan perusahaan Nilai yang dicatat dalam realisasi program sebesar nilai pertukaran yang terjadi Untuk menutup jumlah negatif saldo laba, dilakukan kuasi reorganisasi sbb:
1. Peralatan dinilai kembali sebesar harga pasar menjadi Rp. 920.000 (semula 1.400.000) 2. Dalam aktiva lancar terdapat persediaan yang overstated Rp. 80.000 dan Rp. 40.000 merupakan piutang tak tertagih Nilai nominal saham diturunkan menjadi Rp. 40 per saham (semula Rp. 100) Pencatatan yang dilakukan sbb: 1. Saldo laba Akumulasi depresiasi 2. Saldo laba Aktiva lancar 3. Modal saham (nom Rp.100) Modal saham (nom Rp. 40) Tambahan modal disetor 4. Tambahan modal disetor Saldo laba
Rp. 480.000 Rp. 480.000 Rp. 120.000 Rp, 120.000 Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Rp. 900.000 Rp. 1.100.000 Rp. 1.100.000
CONTOH SOAL
Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
1. Tn. Darusman adalah pegawai tetap PT.Nagoya telah ber-NPWP memperoleh penghasilan setiap bulan sebesar Rp.7.000.000. Kewajiban setiap bulan yang harus dibayar Tn. Darusman adalah iuran pensiun sebesar Rp.50.000. Berdasarkan data tersebut, hitunglah PPh terutang setiap bulan yang harus dibayar, apabila Tn. Darusman telah menikah dan tidak mempunyai tanggungan serta bagaimana PT Nagoya melakukan pencatatannya melalui ayat jurnal. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan
Rp. 7.000.000
Pengurangan: 1. Biaya jabatan 5% x Rp.7.000.000 2. Iuran Pensiun
Rp. 350.000 RP. 50.000 + Rp. 400.000
-
Penghasilan neto sebulan
Rp. 6.600.000
Penghasilan neto setahun (12 x Rp. 6.600.000)
Rp. 79.200.000
PTKP Untuk Wajib Pajak
Rp. 54.000.000
Untuk Status Kawin
Rp.4.500.000 +
Penghasilan Kena Pajak
Rp. 58.800.000 -
Rp. 20.700.000 PPh Pasal 21 setahun
= 5% x Rp.20.700.000
=Rp. 1.035.000
PPh Pasal 21 sebulan
= 1/12 x Rp. 1.035.000
=Rp. 86.250
Ayat jurnal yang dibuat :
1. Pada saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji setiap bulan. Tgl
Akun Biaya Gaji Iuran Pensiun Terutang PPh Pasal 21 Terutang Kas dan Bank
Debit (Rp) 7.000.000
Kredit (Rp) 50.000 86.250 6.863.750
2. Pada saat perusahaan menyetor ke kas negara dan pembayaran iuran pensiun via bank Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp) PPh Pasal 21 Terutang 86.250 Iuran Pensiun Terutang 50.000 Kas dan Bank 136.250 2. Tn. Yamin berstatus kawin dan mempunyai tanggungan 1 orang anak, bekerja pada PT. Nirwana dengan gaji Rp.8.000.000 sebulan dan diberikan tunjagan pajak sebesar Rp. 50.000 serta iuran pensiun yang dibayar Tn. Yamin Rp. 25.000 sebulan ke Yayasan dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Gaji sebulan
Rp. 8.000.000
Tunjangan pajak
Rp. 50.000
PPh Pasal 21 terutang
Rp. 137.375
Iuran Pensiun yang dibayar
Rp. 25.000
Ayat jurnal yang disusun
1. Saat pembayaran gaji Tgl Akun Biaya Gaji Tunjangan Pajak PPh Pasal 21 Terutang
Debit (Rp) 6.000.000 200.000
Kredit (Rp)
214.000
Iuran Pensiun Terutang Kas dan Bank
Tgl
Tgl
150.000 5.836.000
2. Saat penyetoran PPh Pasal 21 dan Iuran Pensiun Akun Debit (Rp) PPh Pasal 21 Terutang 214.000 Iuran Pensiun Terutang 150.000 Kas dan Bank 3. Saat Pembebanan biaya atas tunjangan pajak Akun Debit (Rp) Saldo Laba 200.000 Tunjangan Pajak
Kredit (Rp)
364.000
Kredit (Rp) 200.000
Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22
1. PT Wahana adalah distributor tunggal Semen Tiga Roda menjual semen seharga Rp. 400.000.000,00 kepada PT Sarana Jaya secara tunai. Tarif PPh 22 sebesar 0,25% dari DPP PPN. PPh Pasal 22 terutang 0,25% x Rp. 400.000.000,00 = Rp.1.000.000,00 Jurnal : Jurnal PT Wahana a. Saat terjadinya transaksi Kas (D) Rp. 401.000.000,00 PPh Pasal 22 tertutang (K) Rp. 1.000.000,00 Penjualan (K) Rp.400.000.000,00
b. Saat ppenyetoran Pph Pasal 22 PPh Pasal 22 tertutang (D) Kas dan Bank
Rp. (K)
1.000.000,00 Rp.
1.000.000,00
Jurnal PT. Sarana Jaya ( Pihak yang dipungut ) a. Saat membeli barang Pembelian (D) Rp. 400.000.000,00 PPh Pasal 22 (D) Rp. 1.000.000,00 Kas dan Bank (K) Rp. 401.000.000,00 b. Saat pengkreditan pajak
PPh Terutang (D) Rp. 1.000.000,00 PPh Pasal 22 (K) Rp. 1.000.000,00 2. PT. Sejahtera mengimpor bahan baku dari Malaysia seharga US$1.100. Nilai kurs bank pada saat transaksi US$1,00 = Rp.13.600,00. Nilai kurs pajak pada saat itu adalah US$1,00 = Rp.13.500,00 , maka perhitunga pajaknya adalah Impor bahan baku seharga US$1.100 x Rp.13.600,00 = Rp.14.960.000,00 PPN Impor = 100/110 x Rp.14.960.000,00 = Rp.13.600.000,00 PPh Pasal 22 = 2.5% x Rp.14.960.000,00 = Rp. 374.000,00 Jurnal PT. Sejahtera: Pembelian (D) Rp.13.600.000,00 PPN Impor (D) Rp. 1.360.000,00 PPh Pasal 22 terutang (K) Rp. 374.000,00 Utang Usaha (K) Rp. 14.586.000,00
Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23
1. Pada tanggal 1 Januari 2015 PT Awan membayar jasa konsultasi yang dilakukan oleh PT Langit sebesar Rp20.000.000,- Atas transaksi ini PT Langit akan memungut PPN sebesar 10% x Rp20.000.000,- = Rp2.000.000,- dan PT Awan akan memungut PPh Pasal 23 sebesar 2% x Rp20.000.000,- = Rp400.000,Jurnal yang dibuat oleh PT Awan: Tgl Akun 1/1/15 Beban jasa konsultasi PPN masukan Utang PPh pasal 23 Kas Jurnal yang dibuat oleh PT Langit adalah: Tgl Akun 1/1/15 Kas Uang Muka Pasal 23 PPN keluaran Penjualan
Debit (Rp) 20.000.000 2.000.000
Kredit (Rp)
400.000 21.600.000
Debit (Rp) 21.600.000 400.000
Kredit (Rp)
2.000.000 20.000.000
2. CV. Della membayar jasa akuntansi ke KAP Jojo dan Partner sebesar Rp. 10.000.000 ( tidak termasuk PPN ) pada tanggal 1 April 2010 dan PPh 23 langsung dipotong CV. Della. Ditanya : a. berapa besarnya PPh pasal 23 terutang? b. Jurnal Akuntansi yang dibuat CV. Della dan KAP Jojo dan Parner. Jawab a. besarnya PPh 23 yaitu = 2% x 30% x 10.000.000 = Rp.60.000 Rumus PPh 23 Yaitu : 2% x DPP Ket : 2% merupakan tariff tunggal (jika WP tidak punya NPWP tariff menjadi 4%) DPP merupakan Dasar Pengenaan Pajak, yang mana jasa akuntansi pajaknya adalah 30% b. jurnal Akuntansinya 1.CV. Della saat membayar jasa akuntansi ke KAP Jojo dan Partner: Tgl
Akun Beban jasa Akuntan PPN masukan Kas Utang PPh pasal 23
Debit (Rp) 10.000.000 1.000.000
Kredit (Rp)
10.940.000 60.000
2. saat membayar PPh 23 ke kas Negara Tgl
Akun Utang PPh 23 Kas
Debit (Rp) 60.000
Kredit (Rp) 60.000
1. KAP Jojo dan Partner saat menerima pembayaran jasa Akuntansi Tgl
Akun Kas PPh 23 dibayar dimuka Pendapatan Jasa PPN keluaran
Debit (Rp) 10.940.000 60.000
Kredit (Rp)
10.000.000 1.000.000
2. karena KAP Jojo dan Partner memungut PPN, maka PPN saat disetor ke negara Tgl
Akun Utang PPh 23 Kas
Debit (Rp) 1.000.000
Kredit (Rp) 1.000.000
Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 Pertanyaan 1: PT Andira memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 adalah sebagai berikut: – Di negara A, memperoleh laba Rp 2.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar 35% (Rp 700.000.000)
– Di negara B, memperoleh laba Rp 3.000.000.000 dengan tarif pajak 20% (Rp 600.000.000) –
Di negara C, menderita kerugian sebesar Rp 4.000.000.000
–
Penghasilan usaha di Indonesia adalah sebesar Rp 4.000.000.000
Hitunglah kredit pajak luar negeri ! Jawaban: 1. Penghasilan luar negeri sebesar Rp 5.000.000.000 (dari jumlah penghasilan negara A dan B) 2. Penghasilan dalam negeri Rp 4.000.000.000 3. Jumlah penghasilan neto adalah: 9.000.000.000 4. PPh terutang (pasal 17)
Rp 5.000.000.000 + Rp 4.000.000.000 = Rp
= Rp 9.000.000.000 x 28% = Rp 2.520.000.000
5. Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah: a. Negara A (Rp 2.000.000.000 : Rp 9.000.000.000) x Rp 2.520.000.000= Rp 560.000.000 Pajak terutang di negara A sebesar Rp 700.000.000, maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp 560.000.000 b. Negara B (Rp 3.000.000.000 : Rp 9.000.000.000) x Rp 2.520.000.000= Rp 840.000.000 pajak terutang di negar B adalah Rp 600.000.000, maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp 600.000.000 c. Di negara C dimana PT Andira menderita kerugian, maka kerugian ini tidak dapat dimasukkan dalam pengitingan PKP dan tidak pula dapat dikompensasik sebagai kredit pajak luar negeri. 6. Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah: Rp 560.000.000 + Rp 600.000.000 = Rp 1.160.000.000
Pertanyaan 2 : PT Wijaya Putra memperoleh penghasilan neto tahun 2009 sebagai berikut: 1. Penghasilan luar negeri (tarif pajak 20 %) = Rp 1.000.000.000 2. Penghasilan dalam negeri
= Rp 3.000.000.000
3. Penghasilan luar negeri setelah dikoreksi = Rp 2.000.000.000 4. PPh pasal 25
= Rp
800.000.000
Hitunglah PPh yang masih harus dibayar ! Jawaban: Penghasilan luar negeri Penghasilan dalam negeri
Rp 1.000.000.000 Rp 3.000.000.000 +
Penghasilan kena pajak
= Rp 4.000.000.000
Penghasilan terutang (pasal 17)
Rp 1.120.000.000
Kredit pjk luar negeri yg diperkenankan Rp (200.000.000) – Harus bayar di Indonesia PPh pasal 25 PPh pasal 29
= Rp
920.000.000 Rp (800.000.000) –
= Rp
120.000.000
Pembetulan SPT Penghasilan luar negeri
Rp 2.000.000.000
Penghasilan luar negeri
Rp 3.000.000.000 +
Penghasilan kena pajak
=Rp 5.000.000.000
PPh terutang (pasal 17)
Rp 1.400.000.000
Kredit pajak luar negeri yg diperkenankan Rp (400.000.000) – Harus dibayar di Indonesia
= Rp 1.000.000.000
PPh Pasal 25
Rp (800.000.000)
PPh pasal 29 yang sudah disetor
Rp (120.000.000)-
Masih harus dibayar
= Rp
80.000.000
Trhdp PPh yg masih harus dibayar sebesar Rp 80.000.000 tidak ditagih bunga
Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 1. Pada tahun 2009 PT. ABC mencatat peredaran bruto Rp 55 Miliar dan penghasilan kena pajak sejumlah Rp 100 juta. Jika pada tahun tersebut perusahaan telah dipotong dan dipungut PPh Pasal 22 sebesar 2 juta, PPh Pasal 23 sebesar 3 juta. Berapakah besarnya PPh Pasal 29/28A dan PPh Pasal 25 yang menjadi dasar angsuran pembayaran untuk tahun pajak yang akan datang? Jawab: PPh Pasal 28A/29: Penghasilan kena pajak : 100 juta Pajak Terutang setahun (28% X 100 juta) :
28 juta
Kredit Pajak - PPh Pasal 22
2 Juta
- PPh Pasal 23
3 Juta + 5 juta –
Total Kredit Pajak : Pajak Kurang Bayar (Pasal 29) : PPh Pasal 25:
23 Juta
Penghasilan kena pajak : 100 juta Pajak Terutang setahun (28% X 100 juta) :
28 juta
Kredit Pajak - PPh Pasal 22 - PPh Pasal 23
2 Juta
3 Juta +
Total Kredit Pajak : Pajak Kurang/Lebih Bayar :
5 juta – 23 Juta
PPh Pasal 25 : 23 Juta /12 : 1.916.667 Jadi Besarnya PPh Pasal 25 adalah sebesar 1.916.667,Catatan yang harus dibuat adalah: Biaya Pajak 28,000,000 PPh Pasal 22 2,000,000 PPh Pasal 23 3,000,000 Hutang PPh Pasal 29 23,000,000 (Mencatat PPh terutang kurang bayar)
2. Peredaran bruto PT ABC dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp 4.500.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 500.000.000,00. Jawab: Penghitungan pajak yang terutang yaitu seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00. Pajak Penghasilan yang terutang = 50% x 28% x Rp 500.000.000,00 = Rp 70.000.000,00. Jika Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp 30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 3.000.000.000,00. Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang: a. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas = (Rp 4.800.000.000,00 : Rp 30.000.000.000,00) x Rp 3.000.000.000,00 = Rp 480.000.000,00 b. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas = Rp 3.000.000.000,00 – Rp 480.000.000,00 = Rp 2.520.000.000,00 c. Total Pajak Penghasilan yang terutang = (50%x 28% x Rp480.000.000,00) + (28% x Rp2.520.000.000,00) = Rp 67.200.000,00 + Rp 705.600.000,00 = Rp772.800.000,00
Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 26 1. Pegawai asing yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari. Pada tanggal 18 Oktober 2011, PT Estris membayar gaji kepada karyawan asing Kwee Lie Siang sebesar Rp100.000.000 dan PPh 26 dibayar oleh perusahaan. Besarnya biaya yang dapat dibebankan oleh PT Estris adalah.. Gaji yang diterima Kwe Lie Siang sebesar Rp100.000.000 PPh 26 sebesar: 20% x Rp100.000.000 = Rp20.000.000 Jurnal yang dicatat PT Estris atas transaksi tersebut adalah sebagai berikut. Tanggal Keterangan Debit Kredit 18-Okt-11 Beban gaji 100.000.000 Utang PPh 26 20.000.000 Kas/Bank 80.000.000 10-Nov-11
Utang PPh 26 Kas/Bank
20.000.000 20.000.000
2. PT Heidy membayar premi asuransi kepada Me Ltd yang berada di Malaysia dengan nilai Rp15.000.000 pada tanggal 5 Januari 2012. Dengan demikian, PT Heidy harus memotong PPh 26 sebesar... PPN yang terutang = 20% x 50% x Rp15.000.000 = Rp1.500.000 Tanggal Keterangan Debit Kredit 5-Jan-12 Asuransi dibayar dimuka 15.000.000 Utang PPh 26 1.500.000 Kas/Bank 13.500.000 Utang PPh 26 ini paling lambat disetorkan ke kas negara pada tanggal 10 bulan berikutnya. Tanggal Keterangan Debit Kredit 10-feb-12 Utang PPh 26 1.500.000 Kas/Bank 1.500.000
Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) 1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan, perlu dijumlahkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak yang bersangkutan. (B/S) JAWABAN : SALAH, karena dalam menghitung PKP dalam SPT Tahunan Wajib Pajak yang bersangkutan tidak perlu dijumlahkan. 2. Yang dikecualikan dari pemotongan pajak penghasilan adalah bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank dalam negeri di Indonesia (B/S)
JAWABAN : SALAH, karena yang dikecualikan dari pemotongan pajak penghasilan adalah bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia I.
Soal Latihan
SOAL 1. Berikut ini termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak sesuai Undang-undang PPN, kecuali.. A. Pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa. B. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang. C. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang. D. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau asset yang menurut tujuan semula untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. Jawaban : D. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau asset yang menurut tujuan semula untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. Pembahasan : Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau asset yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. 2. Cara menghitung pajak pertambahan nilai yang terutang oleh PKP pedagang eceran adalah… A. 15% X Harga Jual Barang Kena Pajak B. 10% X Harga Jual Barang Tidak Kena Pajak C. 20% X Harga Jual Barang Kena Pajak D. 10% X Harga Jual Barang Kena Pajak Jawaban : D. 10% X Harga Jual Barang Kena Pajak 3. Apabila terjadi penyerahan BKP dan/atau JKP yang pembayarannya ternyata dilakukan dengan menggunakan valuta asing. Hal tersebut diatur pada Peraturan Pemerintah nomer berapa dan tahun berapa? A. PP No. 5 Tahun 1994 B. PP No. 25 Tahun 1997 C. PP No. 17 tahun 1998 D. PP No. 5 Tahun 1995 Jawaban : A. PP No. 5 Tahun 1994
4. Orang pribadi pemegang paspor luar negri adalah orang pribadi yang memiliki paspor yang diterbitkan oleh Negara lain. Hal tersebut harus memenuhi dua syarat, sebutkan dua syarat tersebut! Jawaban : 1. Bukan warga Negara Indonesia atau bukan permanent Resident of Indonesia yang tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari dua bulan sejak tanggal kedatanganya; dan atau 2. Bukan kru dari maskapai penerbangan. 5. PT Anakuma membeli Apparel membeli sebuah mobil seharga Rp 130.000.000,00 termasuk PPN dan PPnBM. Berapa total pajak yang terutang ? Jawaban : PPN terutang = 10 x Rp 130.000.000,00 = Rp 10.000.000,00 30 PPnBM = 20 x Rp 130.000.000,00 = Rp 20.000.000,00 + 130 Total Pajak terutang = Rp 30.000.000,00 6. Tentukan pernyataan berikut ini dengan “ Benar atau salah” ! 1) Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah serendah-rendahnya 5% dan paling tinggi 200%. (…..) 2) Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang adalah termasuk dalam pengertian penyerahan BKP. (…..) 3) Jumlah PPN yang harus dibayar oleh PKP pedagang eceran adalah 10% X 20% X jumlah seluruh penyerahan barang dagangan. (…..) 4) Atas ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tariff 10% (…..) Jawaban: 1)
2)
3)
4)
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah serendah-rendahnya 5% dan paling tinggi 200%. ( Salah ) Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang adalah termasuk dalam pengertian penyerahan BKP. ( Salah ) Jumlah PPN yang harus dibayar oleh PKP pedagang eceran adalah 10% X 20% X jumlah seluruh penyerahan barang dagangan. ( Benar ) Atas ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 10% ( Salah )
Pembahasan : 1)
2)
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah serendah-rendahnya 10% dan paling tinggi 200%. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang adalah TIDAK termasuk dalam pengertian penyerahan BKP.
3)
4)
Jumlah PPN yang harus dibayar oleh PKP pedagang eceran adalah 10% X 20% X jumlah seluruh penyerahan barang dagangan. Atas ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tariff 0% (nol persen)
7. Cocokkan dengan jawaban yang tepat! 1. Faktur pajak a. Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta oleh pengusaha 2. Penggantian b. Nilai berupa uang yang ditetapkan dan digunakan sebagai dasar pengenaan pajak 3. Harga Jual c. Bukti Pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak 4. Nilai Lain d. Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan barang kena pajak Jawaban : 1. Faktur pajak 2. Penggantian 3. Harga Jual
4. Nilai Lain
c. Bukti Pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak a. Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta oleh pengusaha d. Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan barang kena pajak b. Nilai berupa uang yang ditetapkan dan digunakan sebagai dasar pengenaan pajakn
8. PT Bachtiar sebagai importer melakukan impor Air Conditioner (AC) sebanyak 1.000 unit dari jepang dengan harga impor (CIF) US$500,00 perunit, atas impor AC terutang bea masuk 50%. Kurs berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RP 6.000,00 per US$1,00. Bagaimana perhitungan PPN dan PPnBM , kemudian berapa jumlah yang harus dibayar impotir? Jawaban dan Pembahasan : Harga Ipor (CIF) = 1.000 x $500,00 x 12.000,00 = Rp 6.000.000.000,00 Bea masuk 50% x Rp 6.000.000.000,00 = Rp 3.000.000.000,00 Nilai Impor = Rp 9.000.000.000,00 PPN Terutang 10% x Rp 9.000.000.000,00 = Rp 900.000.000,00 PPnBM 20% x Rp 9.000.000.000 = Rp 1.800.000.000,00 Jumlah yang harus dibayar importir = Rp 11.700.000.000,00 9. Tentukan pernyataan berikut ini dengan “ Benar atau salah” !
1) Pengkreditan pajak masukan yang dapat dikreditkan dalam suatu masa pajak dapat dilakukan terhadap pajak keluaran untuk masa pajak yang sama. (……) 2) Pajak masukan tidak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran. (……) 3) Apabila dalam suatu masa pajak, pajak masukan yang dapat dikreditnya lebih besar dari pada pajak keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada masa pajak berikutnya. (……) 4) Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan (……) Jawaban : 1) Pengkreditan pajak masukan yang dapat dikreditkan dalam suatu masa pajak dapat dilakukan terhadap pajak keluaran untuk masa pajak yang sama.( Benar) 2) Pajak masukan tidak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran. ( Salah ) 3) Apabila dalam suatu masa pajak, pajak masukan yang dapat dikreditnya lebih besar dari pada pajak keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada masa pajak berikutnya. ( Benar ) 4) Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan. ( Benar ) Pembahasan : 1) Pengkreditan pajak masukan yang dapat dikreditkan dalam suatu masa pajak dapat dilakukan terhadap pajak keluaran untuk masa pajak yang sama. 2) Pajak masukan dapat dikreditkan dengan pajak keluaran. 3) Apabila dalam suatu masa pajak, pajak masukan yang dapat dikreditnya lebih besar dari pada pajak keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada masa pajak berikutnya. 4) Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan. 10. Pembayaran Jasa Konstruksi di Swedia sebesar US$2.000. kurs jual per US$ 1,00 = Rp 12.100,00. Kurs Menteri Keuangan Rp 12.000 seperti dalam Undang-undang pemanfaatan JKP dari luar Negri atau dari luar daerah pabean terutang PPN, dan terdapat juga PPh Pasal 26 sebesar 20% (untuk diperhatikan juga dalam kasus-kasus yaitu ada atau tidaknya Tax Treaty). Jawaban dan Pembahasan : Jasa konsultan luar negeri (2.000 x Rp 12.100) Pph Pasal 26 (20% x $2000 x Rp 12.000,00) PPN jasa luar negeri (10% x $2000 x Rp 12.000) Total 2.1 Latihan Soal
= Rp 24.200.000,00 = (Rp 4.800.000,00) = Rp 19.400.000,00 = Rp 2.400.000,00 = Rp 21.800.000,00
1. Tuan Heru bekerja pada PT.Pelita Abadi dengan memperoleh gaji setiap bulannya sebesar Rp.820.000,00 sudah berkeluarga serta mempunyai 2 anak. PT Abadi pelita mengikuti ausuransi jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Perusahaan membayar premi asuransi kecelakaan kerja untuk heru sebesar Rp.25.000,00 dan premi asuransi kematian Rp.7.000,00 iuran THT (Tunjangan Hari Tua) Rp.,10.000,00 perbulan dan iuran pensiun sebesar Rp.7.000,00 sebulan. Hitunglah pajak terutang dalam 1 tahun dan per bulan nya ? Jawaban : Diketahui : A. Gaji sebulan Rp 820.000,00 B. Premi asuransi kecelakaan Rp.25.000,00 C. Premi asuransi kematian Rp. 7.000,00 D. Penghasilan Rp.852.000,00 Dijawab : Biaya jabatan 5% x Rp.820.000,0 Iuran pensiun Iuran THT
= Rp.42.000,00 = Rp .7.000,00 = Rp. 10.000,00 + Rp. 59.000,00
Netto dalam setahun Rp.792.000,00 Jadi netto dalam setahun Rp.792.000,00 x 12 = Rp.9.504.000,00 PTKP Wajib pajak Rp.2.880.000,00 Istri Rp.1.440.000,00 Anak Rp. 2.880.000,00 + Jumlah PTKP Rp.7.200,000,00 Jadi Perhitungan Netto - PTKP Rp.9.504.000,00 - Rp.7.200,000,00 =Rp. 2.304.000,Penghasilan terutang 5% x Rp.9.504.000,00 =Rp.475.200,-/tahun Rp. 475.200,00 ⁄ = Rp.39.600,-/bulan 12
2. PT Father meminta bantuan anda untuk menyusun rekonsiliasi fiskal berdasarkan Laporan Keuangan tahun 2011 dibawah ini: (dalam rupiah) Penjualan HPP Penghasilan Bruto Usaha Beban Operasional 1.
Gaji
1.250.000.000 (500.000.000) 750.000.000 55.000.000
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Tunjangan transport karyawan Beban makan kantor Beban pengobatan ditanggung perusahaan Beban training karyawan Beban seragam satpam Beban sanksi administrasi pajak Beban pengangkutan Beban bunga pinjaman Cadangan penghapusan piutang Beban jamuan tamu tanpa daftar nominative Beban listrik dan teleon kantor PBB dan Bea Materai Penysutan asset tetap Premi suransi kebakaran pabrik Bantuan untuk panitia HUT RI
45.000.000 6.000.000 20.000.000 15.000.000 12.000.000 10.000.000 4.500.000 7.000.000 5.000.000 10.000.000 24.000.000 3.000.000 40.000.000 10.000.000 5.000.000
Total Beban Operasional 271.500.000 Laba Usaha 478.500.000 Pendapatan lain-lain : 1. Dividen dari PT Jaya (Setelah PPh) (% Kepemilikan 20%) 2. Sewa kendaraan box kepada Fa Maju (setelah PPh) 3. Keuntungan selisih kurs 4. Penerimaan pengembalian PBB yang telah dibebankan 5. Jasa giro Bank Mamiro (sebelum PPh)
85.000.000
Total Pendapatan Lain-lain
106.850.000
Laba Usaha Sebelum PPh
585.350.000
Jenis Aset
Tahun Beli
Bangunan 6 juli 2009 Permanen Keloompok 1 10 Desember 2010 Keterangan Tambahan
9.850.000 5.000.000 5.000.000 2.000.000
Harga Beli (Rp) 400.000.000
Nilai Residu (Rp) 50.000.000
60.000.000
10.000.000
Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus Diminta: 1. 2.
Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT Father. Berapa penghasilan neto fiskal perusahaan.
Dijawab:
Penghasilan Neto fiskal perusahaan adalah Rp.653.500.000 Atas koreksi fiskal yang dilakukan perusahaan tidak perlu membuat jurnal 3. Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Jatmiko yang terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2014 sebesar Rp50.000.000. Jumlah kredit pajak Tuan Purnama pada tahun 2014 adalah Rp21.500.000, dengan rincian sebagai berikut:
PPh Pasal 21 Rp10.000.000 PPh Pasal 22 Rp5.000.000 PPh Pasal 23 Rp3.000.000 PPh Pasal 24 Rp3.000.000
Berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 Tuan Purnama untuk tahun 2015:
Jawab: (semua angka di tabel dalam satuan rupiah) PPh terutang tahun 2014 Kredit Pajak PPh Pasal 21 PPH Pasal 22 PPh Pasal 23 PPh Pasal 24 Jumlah Kredit Pajak Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2016
50.000.000 10.000.000 5.000.000 3.000.000 3.500.000 (21.500.000) 28.500.000
Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp28.500.000/12 = Rp2.375.000. Jadi, Tuan Purnama harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2015 mulai masa Maret sebesar Rp2.375.000. 4. PT Aldi mempunyai penghasilan neto fiskal tahun 2011 sebesar Rp 500.000.000. Tahun lalu PT Aldi menderita kerugian sebesar Rp 150.000.000. Pajak yang dapat dikreditkan adalah PPh 22 sebesar Rp 9.000.000, PPh 23 sebesar Rp 7.000.000, dan PPh 24 sebesar Rp 5.000.000. Selama tahun 2011, PT Aldi membayar angsuran PPh 25 sebesar Rp 10.000.000. Diminta; a) Hitungah besarnya PPh terutang. b) Berapa besarnya total pajak yang dapat diperhitungkan PT Aldi sebagai kredit pajak. c) Hitunglah besarnya PPh kurang/lebih bayar. d) Buatlah jurnal yang dibuat PT Aldi Jawaban: a) Penghasilan neto fiskal -/- Kompensasi kerugian Penghasilan Kena Pajak
= = =
Rp 500.000.000 Rp 150.000.000 Rp 350.000.000
PPh Terutang = (50% × 25%) × Rp 350.000.000 = Rp 43.750.000.000 b) Kredit Pajak PT Aldi = PPh 22 + PPh 23 + PPh 24 + PPh 2 = Rp 9.000.000 + Rp 7.000.000 + Rp 5.000.000 + Rp 10.000.000 = Rp 31.000.000 c) PPh Terutang -/- Kredit Pajak
=
= Rp 43.750.000 Rp 31.000.000
PPh Kurang Bayar
=
Rp 12.750.000
d) Jurnal yang dibuat PT Aldi adalah sebagai berikut. Keterangan Debit PPh Badan 43.750.000 PPh 22 dibayar di muka PPh 23 dibayar di muka PPh 24 dibayar di muka PPh 25 dibayar di muka Utang PPh 29 -
Kredit 9.000.000 7.000.000 5.000.000 10.000.000 12.750.000
Jurnal pada saat pembayaran PPh Kurang Bayar adalah sebagai berikut. Keterangan Debit Kredit Utang PPh 29 12.750.000Kas/Bank 12.750.000 5. Laba sebelum pajak tahun 2008 Rp 1.500.000.000 ,-. Koreksi fiskal atas laba tersebut adalah : Beda Tetap :
Pendapatan Sewa Bangunan Rp 60.000.000,Beban bunga pajak Rp 20.000.000,-. Beban pemberian kenikmatan dalam bentuk natura Rp 35.000.000,-.. Pendapatan jasa giro Rp 10.000.000,Beban PPh Rp 5.000.000,-
Beda Temporer : a. Penyusutan komersil Rp 10.000.000,- lebih tinggi dari penyusutan fiscal b. Amortisasi fiskal Rp 15.000.000,- lebih tinggi dari Amortisasi komersil.Kredit Pajak : 1. PPh Pasal 22 Rp 10.000.000,2. PPh Pasal 23 Rp 10.000.000,3. PPh Pasal 24 Rp 5.000.000,-. 4. PPh Pasal 25 Rp 15.000.000,Pertanyaan : a) Tentukan Penghasilan Kena Pajak. b) Tentukan PPh Kurang/lebih bayar. c) Tentukan asset atau kewajiban pajak tangguhan Jawab : a) Laba Sebelum Pajak Rp 1.500.000.000,Koreksi Beda Tetap :
-/- Pendapatan Sewa bangunan
(Rp 60.000.000,-)
-/- Pendapatan jasa giro
(Rp 10.000.000,-)
+/+ Beban Bunga pajak
Rp 35.000.000,-
+/+ Beban Pemberian natura
Rp 10.000.000,-
+/+ Beban PPh
Rp 5.000.000,-
Total Beda tetap
(Rp 20.000.000,-) Rp 1.480.000.000,-
Koreksi Beda waktu : +/+ Penyusutan
Rp 10.000.000,-
-/- Amortisasi
(Rp 15.000.000,-)
Total Beda waktu Penghasilan Kena Pajak
(Rp 5.000.000,-) Rp 1.475.000.000,-
(Ingat Penghasilan Sebelum Pajak Rp 685 juta lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak Rp680 juta, maka akan timbul Kewajiban Pajak Tangguhan sebesar 25 % x perbedaan temporer) 1. Pajak Terhutang 25 % x Rp 1.475.000.000,2. Kredit PPh Pasal 21, 22, 23, 24 dan 25
PPh Kurang Bayar
= Rp 368.750.000,-. = Rp 40.000.000,-
Rp 328.750.000,-
1. Aset Pajak tangguhan 25 % x Perbedaan Temporer = 25 % x Rp 5.000.000,- = Rp1.250.000,6. PT. Gemah Ripah memperoleh laba sebelum pajak tahun 2008 Rp 1.200.000.000,-. Koreksi fiskal atas laba tersebut adalah : a. Pendapatan bunga deposito Rp 40.000.000,b. Beban jamuan tanpa daftar nominative Rp 30.000.000, c. Pendapatan Sewa Bangunan Rp 60.000.000,d. Beban bunga pajak Rp 20.000.000,-. e. Beban pemberian kenikmatan dalam bentuk natura Rp 50.000.000,f. Pendapatan jasa giro Rp 50.000.000,g. Beban PPh Rp 15.000.000,h. Penyusutan komersil Rp 60.000.000,- lebih rendah dari penyusutan fiscal i. Amortisasi fiskal Rp 30.000.000,- lebih rendah dari Amortisasi komersil.
Kredit Pajak yang sudah dibayar selama tahun 2008 adalah : a. PPh Pasal 22 Rp 20.000.000,b. PPh Pasal 23 Rp 10.000.000,c. PPh Pasal 24 Rp 15.000.000,d. PPh Pasal 25 Rp 45.000.000, Pertanyaan : a. b. c. d.
Berapa Penghasilan Kena Pajak untuk tahun 2008? Berapa PPh Kurang/lebih bayar untuk tahun 2008? Tentukan asset atau kewajiban pajak tangguhan yang timbul? Buat Jurnal dan penyajiannya laba bersih dalam laporan Rugi Laba PT. Gemah Ripah ?
Jawab : NO
ITEM
A
laba sebelum pajak
D
K 1,200,000,000.00
Koreksi Beda Tetap : Pendapatan bunga deposito
(40,000,000.00)
Pendapatan Sewa Bangunan
(60,000,000.00)
Pendapatan jasa giro
(50,000,000.00)
Beban jamuan tanpa daftar nominative
30,000,000.00
Beban bunga pajak
20,000,000.00
Beban pemberian bentuk natura Beban PPh
kenikmatan
dalam
50,000,000.00 15,000,000.00
total beda tetap
1,165,000,000.00
koreksi beda waktu; Penyusutan komersil
(60,000,000.00)
amortisasi fiscal
30,000,000.00
total beda waktu
(30,000,000.00)
penghasilan kena pajak
1,135,000,000.00
Penghasilan Sebelum Pajak Rp 1,165 juta lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak Rp 1,135 juta, maka akan timbul Kewajiban Pajak Tangguhan sebesar perbedaan temporer B
25
%
x
pajak terhutang 25% x 1,135,000,000
283,750,000.00
Kredit PPh Pasal 21, 22, 23, 24 dan 25
(90,000,000.00)
PPh Kurang Bayar
C
Aset Pajak tangguhan 25 % x Perbedaan Temporer = 25 % x Rp 30.000.000
D
Jurnal
193,750,000.00 7,500,000.00
PPh Badan – Pajak Kini
283,750,000.00
Beban Pajak Tangguhan
7,500,000.00
Kewajiban Pajak Tangguhan
7,500,000.00
PPh Psl 22 dibayar dimuka
20,000,000.00
PPh Psl 23 dibayar dimuka
10,000,000.00
PPh Psl 24 dibayar dimuka
15,000,000.00
PPh Psl 25 dibayar dimuka
45,000,000.00
Hutang PPh Psl 29
193,750,000.00
Total
291,250,000.00
291,250,000.00
Penyajian dalam Laporan Keuangan : laba sebelum pajak
1,200,000,000.00
Pajak Kini
(283,750,000.00)
pajak tangguhan
(7,500,000.00)
total laba bersih
908,750,000.00
7. PT.Gunung Slamet Indah adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dibidang penjualan mobil. Data penjualan mobil tahun 2016 adalah sebesar Rp.50.500.000.000,00 (lima puluh milyar lima ratus juta rupiah). Data penjualan mobil tahun 2017 adalah sebesar Rp.51.000.000.000,00 (lima puluh satu milyar rupiah). Laba Komersial Tahun 2017 sebesar Rp.4.500.000.000,00 (empat milyar lima ratus juta rupiah). Koreksi fiskal negatif atas biaya penyusutan sebesar Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) ini terjadi karena biaya penyusutan menurut akuntansi pajak (fiskal) diakui lebih besar dari pada menurut akuntansi keuangan komersial. Laba Fiskal sebesar Rp.4.300.000.000,00 (Rp.4.500.000.000,00 Rp.200.000.000,00). Pajak Penghasilan PPh Badan yang terutang sebesar Rp. 1.075.000.000,00 (Rp.4.300.000.000,00 x 25 %). Apabila tidak ada koreksi fiskal atas penyusutan Pajak Penghasilan PPh Badan yang terutang adalah sebesar 1.125.000.000,00 (Rp.4.500.000.000,00 x 25 %). Sehingga terdapat kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp.50.000.000,00 (Rp.1.125.000.000,00 - Rp. 1.075.000.000,00). 8. Tabel penyusutan menurut akuntansi dan fiskal tahun 2008 sebagai berikut : Aktiva Tetap Beban Penyusutan Beban Penyusutan menurut Akuntansi menurut Fiskal Bangunan 562.500.000 1.125.000.000 Mesin 3.333.333.333 5.000.000.000 Kendaraan 1.500.000.000 1.875.000.000 Peralatan 500.000.000 625.000.000 Jumlah 5.895.833.333 8.625.000.000 Berdasarkan tabel perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus di atas, dapat diketahui bahwa telah terjadi perbedaan temporer antara perlakuan pajak dengan akuntansi. Mengingat bahwa beban penyusutan secara fiskal lebih besar daripada beban penyusutan secara akuntansi, PT XYZ akan melakukan koreksi negatif. Akibatnya, koreksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya pengurangan laba fiskal, sehingga beban PPh tahun berjalan menjadi lebih kecil. Perhitungan koreksi negatif yang dapat memperkecil laba fiskal tersebut adalah sebagai berikut : Laba akuntansi Koreksi fiskal
Rp
9.282.150.000
- penyusutan akuntansi (+) - penyusutan fiskal (-) Laba Fiskal Rp Pembulatan
5.895.833.333 (8.625.000.000) 6.552.983.333 6.552.983.000
Perhitungan Pajak Penghasilan Keterangan Laba PPh Terutang 10 % x 50.000.000 15 % x 50.000.000 30 % x 9.182.150.000 30 % x 6.452.983.000 Jumlah PPh
Akuntansi 9.282.150.000
Fiskal 6.552.983.333
5.000.000 7.500.000 2.754.645.000
5.000.000 7.500.000
2.767.145.000
1.935.894.900 1.948.394.900
Taksiran Pajak Penghasilan Beban Pajak Kini Rp Beban Pajak Tangguhan Rp Jumlah Beban Pajak Rp
1.948.394.900 818.750.100 2.767.145.000
Jurnal akuntansinya sebagai berikut : Beban Pajak Kini 1.948.394.900 Beban Pajak Tangguhan 818.750.100 Hutang PPh 25/29 1.948.394.900 Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100
Atau jurnal dapat dibuat sebagai berikut : a. Menjurnal Pajak Tangguhan Beban Pajak Tangguhan 818.750.100 Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100 b. Menjurnal Pajak Terutang Beban pajak kini 1.948.394.900 Hutang PPh 25/29 1.948.394.900 9. Laba sebelum pajak tahun 2006 = Rp 900.000.000. Koreksi fiscal atas laba tersebut adalah: a. Pendapatan bunga deposito Rp 60.000.000. b. Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp 40.000.00 c. Penyusutan fiskal lebih kecil Rp 15.000.000 daripada penyusutan komersial.
d. Angsuran PPh 25 Rp 20.000.000 per bulan. Pertanyaan: Buatlah jurnal dan penyajiannya. Jawab : a. Laba sebelum pajak Rp 90.000.000 Koreksi beda tetap: -/- Pendapatan bunga deposito (Rp 60.000.000) +/+ Beban jamuan Rp 40.000.000 Total beda tetap (Rp 20.000.000) Rp 880.000.000
Koreksi beda waktu : +/+ Penyusutan Rp 15.000.000 Total beda waktu Rp 15.000.000 Penghasilan Kena Pajak Rp 895.000.000 b. Pajak terutang : 10% x Rp 50.000.000 15% x Rp 50.000.000 30% x Rp 795.000.000
= Rp 5.000.000 = Rp 7.500.000 = Rp 238.500.000 Rp 251.000.000
Kredit PPh 25 (Rp 240.000.000) PPh Kurang Bayar (PPh 29) Rp 11.000.000
c. Aset Pajak Tangguhan 30% x Rp 15.000.000 = Rp 4.500.000 Jurnal : KETERANGAN
Debit
PPh Badan – Pajak Kini
251.000.000
Asset Pajak Tangguhan
4.500.000
Kredit
Pendapatan Tangguhan
Pajak
4.500.000
PPh 25 dibayar di muka
240.000.000
Hutang PPh 29
11.000.000
Penyajian : Laba sebelum pajak
Rp 90.000.000
Pajak Kini
Rp 251.000.000
Pajak Tangguhan
(Rp 4.500.000) (Rp 246.500.000)
Laba Bersih
Rp 653.500.000