BAB 1 PENDAHULUAAN 1.1.
Latar Belakang Kesehatan
semakin
berkembang
mengikuti
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin mamacu tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kualitas diri dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan merupakan kebutuhan untuk beraktivitas, menyadari hal tersebut individu perlu menignkatkan serta mempertahankan kondisi tubuhnya yang kuat sehingga tidak akan mudah diserang berbagai penyakit, diantaranya sindrom nefritik akut. Sindrom nefritik akut adalah suatu peradangan pada glomeruli yang menyebabkan hematuria (darah dalam urine), dnegan gumpalan sel darah merah dan proteinuria (protein dalam air urine) dengan jumlah bervariasi. Penyakit sindrom nefritik akut merupakan salah satu masalah yang angka kejadiannya terbanyak pada anak berumur antara 3-4 tahun dengan perbandingan wanita : pria 1 : 2. Menurut penelitian terdapat perbedaan bentuk sindrom nefritik di Indonesia (negara tropis) dan negara maju. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik ingin membahas makalah dengan pembahasan sindrom nefritik akut.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menentukan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut: 1.
Apa yang dimaksud dengansindrom nefritik akut?
2.
Bagaimana perjalanan penyakit dan efeknya?
3.
Bagaimana pencegahan dan pengobatan pada sindrom nefritik akut?
4.
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien sindrom nefritik akut?
1.2
Tujuan penulisan
1.
Diharapkan mampu menjelaskan sindrom nefritik akut;
2.
Untuk mengetahui proses terjadi dan berlangsungnya sindrom nefritik akut;
3.
Untuk mengetahui cara mencegah dan mengobati sindrom nefritik akut;
1
4.
Diharapkan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien sindrom nefritik akut;
1.3.
Mafaat Penulisan
1.
Bagi penulis dan pembaca Makalah ini berguna untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai sindrom nefritik akut (pengertian, proses terjadi dan berlangsungnya, pengobatan dan pencegahan, dan mengaplikasikan asuhan keperawatan).
2
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Definisi sindrom Nefritik Akut (SNA) merupakan suatu kumpulan gejala klinik yang timbul secara mendadak dan bersifat akut, terdiri atas proteinuria, hematuria, azotemia, red blood cast, oligouria, silinderuria (terutama silinder eritrosit), dengan atau tanpa disertai hipertensi, edema, gejala-gejala dari kongesti vaskuler atau gagal ginjal akut, sebagai akibat dari suatu proses peradangan yang ditimbulkan oleh reaksi imunologik pada ginjal yang secara spesifik mengenai glomeruli. SNA disertai dengan adanya kelainan urinalisis (proteinuria < 2 gram/hari, hematuria serta silinder eritrosit). Hal ini terjadi karena reaksi peradangan mencederai dinding kapiler sehingga sel darah merah dapat lolos ke dalam urine kemudia menyebabkan perubahan hemodinamik sehingga terjadi penurunan GFR.
2.2. Etiologi Sebab yang pasti belum diketahui: akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Gejala dari sindrom nefritik akut termasuk sering buang air kecil, rasa panas atau perih saat buang air kecil, nyeri panggul, warna urine yang keruh, muncul darah pada urine dan nyeri di sekitar pinggang hingga perut. Selain itu, gejala lain yang dapat timbul termasuk muntah, demam, tekanan darah tinggi seta pembengkakan pada wajah dan kaki. Sindrom nefritik akut sering disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi atau penyakit lainnya dan dapat dialami baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Sindrom nefritik akut memiliki beberapa macam penyebab sesuai jenisnya, sebagian di antaranya adalah: 1.
Sindrom Hemolitik Uremik, kerusakan sel darah merah dan menurunnya jumlah trombosit akibat pengaruh racun yang keluar saat terjadi infeksi saluran pencernaan.
2.
Henoch-Schonlein Purpura, sebuah penyakit yang menimbulkan peradangan pada pembuluh darah, dan dapat memengaruhi sendi, perencanaan, hingga glomerulus pada ginjal.
3.
Hepatitis B atau C
3
4.
Lupus Nefritis
5.
Peradangan pada pembuluh darah yang lama kelamaan dapat menyebabkan kerusakan organ (vaskulitis).
Umumnya para ahli membagi etiologi menjadi: 1.
Sindrom Nefritik Bawaan Diturunkan
sebagai
resesif
autosomal
atau
karena
reaksi
maternofetal, resisten teerhadap semua pengobatan. gejalanya adalah edema pada masa neonatus. 2.
Sindrom Nefrotik Sekunder Disebabkan oleh: a.
Malaria kuartana atau parasit lain.
b.
Penyakit kolagen seperti lupus eritematous diseminata, purpura anafilaktoid.
c.
Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vera renalis
d.
Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa.
e.
Amiloidosis, penyalit sel sakit, hiperprolinemia, nefritis membran oproliferatif hipokonplementemik.
2.3. Patofisiologi Adanya periode laten antara infeksi streptococcusdengan gambaran klinis kerusakan glomerulus menunjukkan bahwa proses imunologis memegang peranan penting dalam patogenesis glomerulonefritis. Mekanisme
dasar terjadinya
sindrom nefritik akut pasca infeksi streptococcus adalah adanya suatu proses imunologis yang terjadi antara antibodi spesifik dengan antigen streptococcus. Proses ini terjadi di dinding kapiler glomerulus dan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Selanjutnya sistem komplemen memproduksi aktivator komplemen 5a (C5a) dan mediator-mediator inflamasi lainnya. Sitokin dan faktor pemicu imunitas seluler lainnya akan meimbulkan respon inflamasi dengan manifestasi proliferensi sel dan edema glomerular.
4
Penurunan laju filtrasi glomerulus berhubungan dengan penurunan koefisien ultra filtrasi glomerulus. Penurunan laju filtrasi glomerulus diikuti penurunan eksresi atau kenaikan reabsorbsi natrium sehingga terdapt penimbunan natrium dengan air selanjutnya akan diikuti kenaikan volume plasma dan volume cairan ekstraselular sehingga akan timbul gambaran klinis oliguria, hipertensi, edema dan bendungan sirkulasi. Edema terjadi pada 85% pasien SNA pasca infeksi stertococcus, biasanya terjadi mendadak dan pertama kali terjadi di daerah periorbital dan selanjutnya dapat menjadi edema anasarka. Derajat berat ringannya edema yang terjadi tergantung pada beberapa faktor yaitu luasnya kerusakan glomerolus yang terjadi, asupan cairan, dan derajat hipoalbuminemia. Hematuri makrokopis terjadi sekitar 30-50% pada penderita SNA pasca streptococcus. Manifestasi yang timbul urine dapat berwarna seperti cola, teh ataupun keruh dan seing dengan oliguri. Hipertensi merupakan tanda kardinal ketiga bagi SNA pasca infeksi streptococcus, dilaporkan 50-90% dari penderita yang dirawat dengan glomeluronefritis akut. Ledingham mengungkapkan hipotesis terjadinya hipertensi mungkin akibat dari dua atau tiga faktor berikut, yaitu gangguan keseimbangan natrium, peranan sistem renin angiotrnsinogen dan substansi renal medullary hypotensive factors, diduga prostaglandin. Bendungan sirkulasi banyak terjadi pada penderita yang dirawat di rumah sakit. Manifestasi klinis yang tampak dapat berupa dyspneu, orthopneu, batuk dan edema paru.
5
2.4 WOC SNA
6
2.5. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis glomerulonefritis akut pasca pasca infeksi streptococcus: 1.
Sebagian besar pasien (90%) dengan subklinis, kelainan urinalisis dengan atau tanpa hipertensi.
2.
3.
Sisanya 10% dengan presentasi klinis: a.
Sindrom nefritik (4%)
b.
Sindrom rapidly progressive glomerulonephitis (1%)
c.
Sindrom nefritik akut (95%)
d.
Sindrom acute on CRF (acute on chronic renal faiture)
Penyakit jantung hipertensif
2.6. Komplikasi 1.
Fase Akut Komplikasi
utamanya
adalah
gagal
ginjal
akut.
Meskipun
perkembangan ke arah sklerosis jarang. Pada 0,5%-2% pasien dengan glomerulonefritis akut tahap perkembangan ke arah gagal ginjal periodenya cepat. Komplikasi lain dapat berhubungan dengan kerusakan organ pada sistem saraf usat dan kerdiopulmoner, bisa berkembang dengan pasien hipertensi berat, encephalopati , dan pulmonary edema. Komplikasi antara lain:
2.
1.
Retinopati hipertensi
2.
Encephalopati hipertensi
3.
Payah jantung karena hipertensi dan hipervolemia (volume obverlood)
4.
Edema paru
5.
Gloerulonefritis progresif
Jangka Panjang 1.
Abnormalitas urinalis (microhematuria)
2.
Gagal ginjal kronis
3.
Sindrom nefrotik
7
2.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang diekomendasikan pada penderita SNA post streptococcus adalah terapi simtomatik yang berdasar pada derajat keparahan penyakit secara klinis. Penanganan pasien adalah suportif dan simtomatik. Perawatan dibutuhkan apabila dijumpai penurunan fungsi ginjal sedang sampai berat (klirens kreatinin < 60 ml/1 menit/1,73 m2), BUN > 50 mg, anak dengan tanda dan gejala urinia, muntah, letargi, hipertensi ensefalopati, anuria atau oliguria menetap. Tujuan utama dari pengobatan adalah mengendalikan hieprtensi dan edema. Selama fase akut, penderita dibatasi aktivitasnya dengan pemberian diet 35 kal/kg berat badan perhari, lemak tak jenuh, dan rendah garam yaitu 2 gram natrium perhari. Asupan elektrolit harus dibatasi. Natrium 20 meq perhari, rendah kalium yaitu kurang dari 70-90 meq perhari serta kalsium 600- 1000 mg/hari. Restriksi cairan secara ketat dengan pembatasan cairan masuk 1 liter/hari, guna mengatasi hipertensi. Pengobatan hipertensi dapat dengan menggunakan diuretik kuat, atau bila hipertensi tetap tidak teratasi pilihan obat selanjutnya adalah golongan calcium channel blocker, ACE inhibitor atau bahkan nitroprusid intravena bagi hipertensi maligna. Pada beberapa kasus berat dengan kondisi hiperkalemi dan sindrom uremia yang berat diindikasikan untuk hemodialisa. Pasien hipertensi dapat diberi diuretik atau anti hipertensi. Bila hipertensi ringan (tekanan darah sistolik 130 mmHg dan diatolik 90 mmHg) ummumnya diobservasi tanpa diberi terapi. Hipertensi sedang (tekanan darah sistolik > 140-150 mmHg dan diastolik > 100 mmHg) diobati dengan oemberian hidralazin oral atau intramuskular (IM), nifedipin oral atau sublingual. Dalam prakteknya lebih baik merawat inap pasien hipertensi 1-2 hari daripada memberi anti hipertensi yang lama. pada hipertensi berat diberikan idralazin 0,15-0,30 mg/kg BB intrvena, dapat diulang setiap 2-4 jam atau reserpin 0,30-0,10 mg/kg BB (1-3 mg/m2) intravena, atau natrium nitroprussid 1-8 m/kg BB/menit. Pada krisis hipertensi (sistolik > 180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg) diberi diazoxid 2-5 mg/kgBB intravena secara cepat bersama furosemid 2 mg/kgBB intravena. Pilihan lain, klonidin drip 0,002 mg/kgBB/kali, diulang setiap 4-6 jam atau diberi nifedipin sublingual 0,25-0,5 mg/kgBB dan dapat diulang setiap 6 jam bila diperlukan.
8
Terapi steroid intravena terutama diindikasikan untuk glomerulonefritis tipe kresentik dengan luas lesi lebih dari 30% glomerulus total. Metil prednisolon 500 mg intravena perhari terbagi dalam 4 dosis selama 3-5 hari. Namun beberapa referensi menyebabkan tidak diindikasikan untuk pemberian terapi steroid dalam jangka
panjang.
Antibiotika
diindikasikan
untuk
pengobatan
infeksi
streptococcus. Perihal obat yang direkomendasikan adalah penicilin G oral 4 x 250 mg selam 7-10 hari atau injeksi bezatin penisilin 50.000 IU/KgBB IM atau eritromisin oral 40 mg/KgBB selama 10 hari bila alergi pensilin. Pada umumnya terdapat empat kemungkinan perjalanan penyakit dan sindrom nefritis akut asca infeksi sterptococcus, yaitu kematian selama masa akut dapat disebabkan infeksi sekunder terutama infeksi paru (pneumonia), bendungan paru akut, ensefalopati hipertensif, dan hiperkalemi. Angka kematian biasanya kurang dari 5% berkt kemajuan terapi misalnya pemberian obat-obat anti hipertensi yang kuat, hemodialisis, dialisis, dan transplatasi ginjal. Sebagian pasien glomerulonephritis akut (5-10%) memperlihatkan tipe perjalanan penyakit yang cepat dan prograsif disertai oliguri dan anuri, dapat meninggal dalam waktu 2-3
bulan,
yang
disebut
juga
dengan
sindrom
Rapidly
Progressive
Glomeruloneprithis (RPGN). Tipe perjalanan penyakit ini terutama mengenai pasien-pasien dewasa. Gejala klinis oliguri dan anuri yang timbul sementara, tidak selalu menunjukkan prognosis yang buruk.
2.8. Tindakan Khusus Edema paru akut bila disertai batuk, sesak napas, sianosis, dan pemeriksaan sisik paru menunjukkan ronkhi basah. Tindakan yang dilakukan: 1.
Stop intake peroral
2.
IVFD dextrose 5%-10% sesuai kebutuhan per 24 jam
3.
Pemberian o2 2-5 liter/menit
4.
Furosemide 2 mg/kgBB (IV), dinaikkan dengan interval 2 sampai 3 jam. Maksimal 0,05 mg/kgBB/hari
5.
Bolus NB 2-4 mEq/kgBB/hari bila ada tanda asidosis metabolik
9
Hipertensi ensefalopi: hipertensi dengan TD sistolik ≥ 180 mmHg atau diastolik ≥ 120 mmHg, atau selain itu tetapi disertai gejala serebral berupa sakit kepala, muntah, gangguan penglihatan, kesadaran menurun, dan kejang. Tindakan yang dilakukan adalah: 1.
Stop intake peroral
2.
IVFD dextrose 5%-10% sesuai kebutuhan per 24 jam
3.
Nifedipin sublingual 0,25 mg/kgBB diulangi 30-60 menit bila perlu. Atau klonidin 0,002 mg/kg/BB/kali IV, dinaikkan dengan interval 2 sampai 3 jam, maksimal 0,05 mg/kgBB/hari
4.
Furosemide 2 mg/kgBB IV dan dinaikkan secara bertahap sampai maksimal 10 mg/kgBB/hari
5.
Bila TD telah turun, yaitu diastol kurang dari 100 mmHg, dilanjutkan dengan kaptopril 0,5 mg/kg BB/hari + furosemide 1-2 mg/kgBB/hari
6.
Kejang diatasi dengan antikonvulsan
2.9. Pengobatan Sindrom Nefritik Akut Dalam mengobati sindrom nefrotik akut juga disesuaikan dengan jenis penyakit maupun kondisi yang mendasarinya. Sebelum memberikan pengobatan, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu, dimulai dari mencari tahu riwayat keluhan dan kebiasaan pribadi, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah dan fungsi ginjal. Hal ini diperlukan untuk memahami penyebab dan mengetahui seberapa jauh kerusakan ginjal yang dialami, sehingga dokter dapat menyesuaikan pengobatan yang diperlukan. Pengobatan sindrom nefritik akut pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi peradangan pada ginjal, serta gejala yang ditimbulkannya. Proses pengobatan tersebut umumnya meliputi: 1.
Istirahat Dokter mungkin akan menyarankan anda untuk beristirahat total (bed rest) hingga kondisi membaik dan mengalami pemulihan.
2.
Obat-obatan Biasanya akan meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi ginjal. Jika infeksi anda sangat serius, anda mungkin memerlukan infus antibiotik dan
10
rawat inap di rumah sakit. Jika ginjal anda sangat meradang, dokter mungkin meresepkan kortikosteroid. Anda juga mungkin diberikan pengobatan untuk mengontrol tekanan darah. 3.
Suplemen dan Diet Bila ginjal anda tidak berfungsi optimal, itu bisa berdampak pada keseimbangan elektrolit di tubuh anda. Elektrolit,seperti kalium, natrium, dan magnesium, sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Dokter akan melakukan tindakan koreksi elektrolit untuk menyeimbangkan kembali. Bila dinilai berlebih, maka anda akan diberikan obat untuk mengeluarkannya, sedangkan bila jumlah elektrolit berkurang, maka suplemen elektrolit akan diberikan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Selain tiu, anda juga mungkin akan diminta untuk mengatur pola makan khusus yang sesuai dengan kondisi elektrolit dalam tubuh.
4.
Cuci Darah Jika fungsi ginjal anda terganggu secara signifikan, anda mungkin memerlukan cuci darah yang dapat membantu menggantikan fungsi ginjal untuk
sementara.
11
BAB 3 ASKEP TEORI 3.1
Pengkajian 1.
Identitas Nama, tempat tanggal lahir, alamat, pendidikan. Umumnya 90% dijumpai pada kasus anak umur kurang dari 14 tahun. Rasio lakilakidan perempuan 2:1.
2.
Riwayat kesehatan sekarang a.
Keluhan utama
:
badan
bengkak
edema
masa
muka
sembab dan napsu makan menurun b.
Riwayat penyakit dahulu
:
neonates,
malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia. c.
Riwayat penyakit sekarang
:
badan
bengkak,
muka
sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun. 3.
Riwayat kesehatan keluarga karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
4.
Riwayat kehamilan dan persalinan Tidak ada hubungan.
5.
Immunisasi Tidak ada hubungan
6.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan. BB = umur (tahun) x 2 + 8 Tinggi badan = 2 x tinggi badan lahir Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan cirri meraba- raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, Elektra komplek untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
12
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu. Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain, dan meniru, menggunakan alat – alat sederhana. Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman. 7.
Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik). 8.
Pengkajian persistem. a. Sistem pernapasan. Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen b. Sistem kardiovaskuler. Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai. c. Sistem persarafan. Dalam batas normal. d. Sistem perkemihan.
13
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri. e. Sistem pencernaan. Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii. f. Sistem muskuloskeletal. Dalam batas normal. g. Sistem integumen. Edema periorbital, ascites. h. Sistem endokrin Dalam batas normal i. Sistem reproduksi Dalam batas normal. j. Persepsi orang tua Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.
3.2
Diagnosa dan Rencana Keperawatan Sindrom Nefrotik 1.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
2.
Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
4.
Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).
3.3
Itervensi
no
Dignosa
1.
Kelebihan
Tujuan volume volume
Intervensi tubuh
1. Catat intake dan output
cairan berhubungan akan seimbang dengan
secara akurat. Rasional :
dengan
kehilangan kriteria hasil penurunan
Evaluasi
protein
sekunder edema, ascites, kadar
terhadap peningkatan protein
cairan
darah
14
keberhasilan
harian terapi
dan
dasar penentuan tindakan
permiabilitas
meningkat, output urine
glomerulus.
adekuat
600
–
700
2. Kaji
dan
catat
darah,
tekanan
pembesaran
ml/hari, tekanan darah
abdomen,
BJ
urine.
dan nadi dalam batas
Rasional : Tekanan darah
normal.
dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi 3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama. Rasional
:
Estimasi
penurunan edema tubuh 4. Berikan cairan secara hatihati dan diet rendah garam. Rasional : Mencegah edema bertambah berat 5. Diet
protein
BB/hari.
1-2
gr/kg
Rasional
Pembatasan
:
protein
bertujuan
untuk
meringankan beban kerja hepar
dan
mencegah
bertamabah
rusaknya
hemdinamik ginjal. 2
Perubahan
nutrisi kebutuhan nutrisi akan 1. Catat intake dan output
ruang dari kebutuhan terpenuhi
dengan
makanan
secara
Rasional
:
berhubungan dengan kriteria
hasil
napsu
malnutrisi sekunder makan
baik,
tidak
penurunan makan.
dan porsi
makan
yang
napsu dihidangkan dihabiskan,
Monitoring
asupan nutrisi bagi tubuh
terhadap kehilangan terjadi hipoprtoeinemia, 2. Kaji protein
akurat.
adanya
hipoproteinemia,
anoreksia, diare.
Rasional : Gangguan nuirisi
edema dan ascites tidak
dapat
ada.
perlahan.
terjadi Diare
secara sebagai
reaksi edema intestinal 3. Pastikan
anak
mendapat
makanan dengan diet yang cukup. Rasional : Mencegah
15
status nutrisi menjadi lebih buruk. 3
Resiko tinggi infeksi tidak
terjadi
berhubungan dengan dengan
1. Lindungi anak dari orang-
hasil
orang yang terkena infeksi
kriteria
imunitas tubuh yang tanda-tanda menurun.
infeksi
infeksi
melalui
pembatasan
tidak ada, tanda vital
pengunjung.
dalam batas normal, ada
Meminimalkan
perubahan
organisme.
perilaku
keluarga
dalam
melakukan perawatan.
Rasional
:
masuknya
2. Tempatkan anak di ruangan non
infeksi.
Rasional
:
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial. 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial. 4. Lakukan tindakan invasif secara aseptik. Rasional : Membatasi
masuknya
bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis. 4.
Kecemasan
anak kecemasan
berhubungan dengan menurun lingkungan
dengan
perawatan asing
anak 1. Validasi perasaan takut atau atau
hilang
cemas. Rasional : Perasaan
kriteria
hasil
adalah nyata dan membantu
pada
pasien
yang kooperatif (dampak tindakan
hospitalisasi).
keperawatan,
komunikatif
pada
untuk
tebuka
sehingga
dapat
menghadapinya.
perawat, secara verbal 2. Pertahankan kontak dengan mengatakan tidak takur.
klien.
Rasional
Memantapkan meningkatan
:
hubungan, ekspresi
perasaan. 3. Upayakan
ada
keluarga
yang menunggu. Rasional :
16
Dukungan
yang
menerus
terus
mengurangi
ketakutan atau kecemasan yang dihadapi. 4. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga. Rasional : Meminimalkan
dampak
hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.
17
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “M” DENGAN SINDROM NEROTIK AKUT 4.1 Biodata A. Identitas Klien 1. Nama/Nama panggilan 2. Tempat tgl lahir/usia
: An. M : Padang, 10 september 2011/ 6 tahun, 9 bulan
3. Jenis kelamin
: Laki-laki
4. A g a m a
: islam
5. Pendidikan
: SD
6. Alamat
: Jl. Gunung pangilun Padang
7. Tgl masuk
: senin, 15 Juni 2017 (jam 08.00)
8. Tgl pengkajian
: 15 juni 2017
9. Diagnosa medik
: SNA
B. Identitas Orang tua 1. Ayah a. N a m a
:Tn.A
b. U s i a
: 31 tahun
c. Pendidikan
: SMA
d. Pekerjaan
: Pegawai koperasi
e. A g a m a
: Islam
f. Alamat
: Jl. Gunung pangilun Padang
2. Ibu a. N a m a
: Ny.H
b. U s i a
: 41 tahun
c. Pendidikan
: Sarjana Ekonomi
d. Pekerjaan
: IRT
e. Agama
: Islam
f. Alamat
: Jl. Gunung pangilun Padang
C. Identitas Saudara Kandung
18
No
NAMA Ilham 1
USIA
HUBUNGAN
10 tahun
Saudara kandung
STATUS KESEHATAN Sehat
Nasrullah
4.2 Riwayat Kesehatan A. Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan Utama
:
Bengkak pada seluruh tubuh, mual muntah, BAK tidak lancar
Riwayat Keluhan Utama : Menurut ibu di rumah anak mengalami bengkak pada seluruh tubuh sejak 2 hari sebelum masuk RS secara tiba-tiba, anak tidak bisa BAK disertai mual dan muntah, sesak sehingga keluarga membawa anak ke RS Labuang Baji dan dianjurkan untuk opname
Keluhan Pada Saat Pengkajian : Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mual muntah disertai sesak serta bengkak pada seluruh tubuh
B. Riwayat Kesehatan Lalu 1. Prenatal care a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di: Puskesmas b. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu: Mual muntah c. Riwayat terkena radiasi : tidak ada d. Riwayat berat badan selama hamil : tidak terkaji e. Riwayat Imunisasi TT : ibu diimunisasi f. Golongan darah ibu: O Golongan darah ayah: O 2. Natal a. Tempat melahirkan : di rumah b. Jenis persalinan : spontan c. Penolong persalinan :bidan
19
d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan : Tidak ada 3. Post natal a.
Kondisi bayi : normal
APGAR= 8
b.
Anak pada saat lahir tidak mengalami :tidak ada
c.
Klien pernah mengalami penyakit
d.
diberikan obat oleh : dokter
e.
Riwayat kecelakaan : tidak ada
: SNA pada umur : ± 5 ahun
C. Riwayat Kesehatan Keluarga Genogram
Ket : : Laki-laki : Perempuan : garis perkawinan : garis keturunan : tinggal se rumah : Pasien
20
D. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap) Jenis
Waktu
immunisasi
pemberian
1.
BCG
Usia 1 bulan
1 kali
Panas
2.
DPT (I,II,III)
Usia 2-3 bulan
1 kali
Panas
3.
POLIO (I,II,III,IV)
Usia 2-3 bulan, 2 kali usia 4 blan
Panas
Campak
Usia 2-3 bulan, 1 kali usia 4 bulan, dan usia 9 bulan
Tidak diketahui
Hepatitis
Usia 9 bulan
Panas
No.
4.
5.
Frekuensi
1 kali
Reaksi
setelah
pemberian
E. Riwayat Tumbuh Kembang 1. Pertumbuhan Fisik a. Berat badan
: 30 kg
b. Tinggi badan
:120 cm.
c. Waktu tumbuh gigi
: 6 bulan
2. Perkembangan tiap tahap usia anak saat a. Berguling
: 4 bulan
b. Duduk
: 5 bulan
c. Merangkak
: 8 bulan
d. Berdiri
: 9 bulan
e. Berjalan
: 1 tahun
f. Senyum kepada orang lain pertama kali : 3 bulan g. Bicara pertama kali : ± 6 bulan dengan menyebutkan : baba..dhada h. Berpakaian tanpa bantuan : 4 tahun F. Riwayat Nutrisi 1. Pemberian ASI a. Alasan pemberian
: pemenuhan nutrisi
b. Jumlah pemberian
: setiap 2-3 jam/hari
c. Cara pemberian
: di tetek
21
2. Pemberian susu formula a. Alasan pemberian
: pemenuhan nutrisi
b. Jumlah pemberian
: 2-4 gelas/hari
c. Cara pemberian
: minum pakai gelas
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini: tidak terkaji.
G. Riwayat Psikososial 1. Anak tinggal bersama : orang tua dan kakaknya di : rumah 2. Lingkungan berada di : daerah perumahan 3. Rumah dekat dengan : rumah tetangga
tempat bermain: di rumah
4. kamar klien : bersama ibu 5. Rumah ada tangga : tidak ada 6. Hubungan antar anggota keluarga : baik 7. Pengasuh anak : orang tua H. Riwayat Spiritual 1. Support sistem dalam keluarga : keluarga mendukung kegiatan anak 2. Kegiatan keagamaan : anak mengikuti pengajian pada malam hari I. Reaksi Hospitalisasi 1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : tubuh pasien tampak bengkak. b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya c. Perasaan orang tua saat ini : cemas, sedih d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : iya, mendampingi pasien e. Yang akan tinggal dengan anak : perawat, orang tua 2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap Anak sering menangis ketika ada perawat yang datang dengan membawa jarum suntik, tapi keluarga berhasil menenangkan. Anak mengatakan bahwa ia ingin cepat pulang. J. Aktivitas sehari-hari 1. Nutrisi
22
Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
a. Selera makan
Baik
Menurun
b. Menu makan
Nasi,
c. Frekuensi
lauk
Nasi dan lauk
pauk, sayur
3x/hari
d. Pantangan makan
3x/ hari
e. Cara makan
Tidak ada
Makanan rendah garam
Makan sendiri
Dibantu orang tua
2. Cairan Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
a. Jenis minuman
Air
Air dan infus
b. Frekuensi minum
6-8 gelas/hari
7-9 gelas/hari
c. Kebutuhan cairan
1500-2000ml
1000-1500
d. Cara pemenuhan
Minum sendiri
3. Eliminasi (BAB&BAK) Kondisi
Sebelum Sakit BAB
BAK
Saat Sakit BAB
BAK
Tempat pembuangan
WC
WC
WC
Urine bak
Frekuensi (waktu)
1-2x/hari
3-6x/hari
1x/2 hari
800cc/hari
Konsistensi
Lembek
Cair
Lembek
Cair,wrn kuning keruh
Kesulitan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Obat pencahar
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
4. Istirahat tidur Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
2-3 jam
1-2 jam
a. Jam tidur - Siang
23
- Malam
6-8 jam
5-6 jam
b. Pola tidur
Tidak ada
Tidak ada
c. Kebiasaan sebelum tidur
Mencuci kaki
Tidak ada
d. Kesulitan tidur Tidak ada
Sering terbangun tengah malam karena merasa tidak nyaman dengan bengkaknya
5. Olah Raga Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
a. Program olah raga
Tidak ada
Tidak ada
b. Jenis dan frekuensi
Tidak ada
Tidak ada
c. Kondisi setelah olah
Tidak ada
Tidak ada
raga
6. Personal Hygiene
24
Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Mandi sendiri
Di lap dg air hangat
- Frekuensi
2x/hari
2x/hari
- Alat mandi
Handuk, gayung, sabun
Waslap, baskom
- Frekuensi
1x/hari
Tidak cuci rambut
- Cara
Di gosok
Tidak ada
- Frekuensi
1x/minggu
Tidak digunting
- Cara
Dibantu ibu
Tidak digunting
- Frekuensi
3x/hari
Tidak gosok gigi
- Cara
Gosok
Mandi - Cara
Cuci rambut
Gunting kuku
Gosok gigi
gigi
dengan Tidak gosok gigi
memutar dari depan ke belakang
7. Aktifitas/Mobilitas Fisik Kondisi a. Kegiatan sehari-hari
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Bermain, belajar,
Tiduran, jalan
sekolah b. Pengaturan
jadwal
harian
di sekitar ruangan
Pagi
sekolah,
Tidak ada
siang bermain, malam
c. Penggunaan alat Bantu mengaji aktifitas d. Kesulitan
Tidak ada
Tidak ada pergerakan
tubuh
Pasien lemah, Tidak ada
dan
perlu
dibantu
orang tua
8. Rekreasi Kondisi a. Perasaan saat sekolah
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Senang
Tidak terkaji
25
b. Waktu luang
Bermain
Tiduran
c. Perasaan setelah rekreasi
senang
Tidak terkaji
d. Waktu senggang klg
Di rumah
Di RS
e. Kegiatan hari libur
Bermain, rekreasi
Tidak ada
K. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum
: lemah
2. Kesadaran
: composmentis
3. Tanda – tanda vital : a. Tekanan darah
: 100/60 mmHg
b. Denyut nadi
: 100 x / menit
c. Suhu
: 36,8o C
d. Pernapasan
: 22x/ menit
4. Berat Badan
: awal 22 kg, ketika sakit RS 30 kg
5. Tinggi Badan
: 120 cm
6. Kepala Inspeksi Keadaan rambut & Hygiene kepal: baik a. Warna rambut
: hitam
b. Penyebaran
: merata
c. Mudah rontok
: tidak
d. Kebersihan rambut
: bersih
Palpasi Benjolan : ada / tidak ada
: tidak ada
Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada Tekstur rambut : kasar/halus : halus 7. Muka Inspeksi a. Simetris / tidak
: simetris
b. Bentuk wajah
: oval
c. Gerakan abnormal
: tidak ada
d. Ekspresi wajah
: meringis
26
Palpasi Nyeri tekan / tidak
: tidak
Data lain
: tidak ada
8. Mata Inspeksi a. Pelpebra
: Edema / tidak Radang / tidak
b. Sklera
: Icterus / tidak
c. Conjungtiva
: Radang / tidak Anemis / tidak
d. Pupil
: - Isokor / anisokor - Myosis / midriasis - Refleks pupil terhadap cahaya : +/+
e. Posisi mata : Simetris / tidak f. Gerakan bola mata
: simetris : baik
g. Penutupan kelopak mata : baik h. Keadaan bulu mata
: normal dan merata
i. Keadaan visus
: tidak terkaji
j. Penglihatan
: - Kabur / tidak - Diplopia / tidak
Palpasi Tekanan bola mata
: tidak ada
Data lain
: tidak ada
9. Hidung & Sinus Inspeksi a. Posisi hidung
: simetris
b. Bentuk hidung
: mancung
c. Keadaan septum
: baik
d. Secret / cairan
: tidak ada
Data lain
: tidak ada
10. Telinga
27
Inspeksi a. Posisi telinga
: simetris
b. Ukuran / bentuk telinga
: normal
c. Aurikel
: normal
d. Lubang telinga
: Bersih / serumen / nanah
e. Pemakaian alat bantu
: tidak ada
Palpasi Nyeri tekan / tidak
:tidak ada
Pemeriksaan uji pendengaran a. Rinne
: tidak terkaji
b. Weber
: tidak terkaji
c. Swabach
: tidak terkaji
Pemeriksaan vestibuler : tidak terkaji Data lain
: tidak ada
11. Mulut Inspeksi a. Gigi -
Keadaan gigi
: baik
-
Karang gigi / karies
: tidak ada
-
Pemakaian gigi palsu
: tidak ada
b. Gusi Merah / radang / tidak ................................................................... : tidak c. Lidah Kotor / tidak
: tidak
d. Bibir -
Cianosis / pucat / tidak
: tidak
-
Basah / kering / pecah
: kering
-
Mulut berbau / tidak
: tidak
-
Kemampuan bicara
: baik
Data lain
: tidak ada
12. Tenggorokan a. Warna mukosa
: normal
28
b. Nyeri tekan
: tidak ada
c. Nyeri menelan
: tidak ada
13. Leher Inspeksi Kelenjar thyroid
: Membesar / tidak
Palpasi a. Kelenjar thyroid
: Teraba / tidak
b. Kaku kuduk / tidak
: tidak
c. Kelenjar limfe
: Membesar atau tidak
Data lain
: tidak ada
14. Thorax dan pernapasan a. Bentuk dada b. Irama pernafasan
: nomchest : reguler
c. Pengembangan di waktu bernapas : baik d. Tipe pernapasan
: vesikuler
Data lain
: tidak ada
Palpasi a. Vokal fremitus
: tidak ada
b. Massa / nyeri
: tidak ada
Auskultasi a. Suara nafas
:Vesikuler/
Bronchial
/
Bronchovesikuler b. Suara tambahan
: Ronchi / Wheezing /
Rales Perkusi Redup / pekak / hypersonor / tympani Data lain
: tidak ada
15. Jantung Palpasi Ictus cordis
: tidak terlihat
Perkusi Pembesaran jantung
: tidak ada
29
Auskultasi a. BJ I
: lup
b. BJ II
: dub
c. BJ III
: tidak terkaji
d. Bunyi jantung tambahan
: tidak ada
Data lain
: tidak ada
16. Abdomen Inspeksi a. Membuncit
: iya
b. Ada luka / tidak
: tidak
Auskultasi Peristaltik
:
Palpasi a. Hepar
: tidak membesar
b. Lien
: tidak membesar
c. Nyeri tekan
: ada nyeri
Perkusi a. Tympani
: tidak ada
b. Redup
: tidak ada
Data lain
: tidak ada
17. Genitalia dan Anus
: memakai pempers
18. Ekstremitas Ekstremitas atas a. Motorik -
Pergerakan kanan / kiri
: lemah karena bengkak
-
Pergerakan abnormal
: tidak ada
-
Kekuatan otot kanan / kiri
: normal
-
Tonus otot kanan / kiri
:
-
Koordinasi gerak
:
berkurang karena terpasang infus dan edema b. Refleks
30
koordinasi
gerak
: ada refleks c. Sensori -
Nyeri
: tidak ada
-
Rangsang suhu
: panas
-
Rasa raba
: merespon
Ekstremitas bawah a. Motorik -
Gaya berjalan
: baik
-
Kekuatan kanan / kiri
:baik namun tampak lemah
-
Tonus otot kanan / kiri
: baik
b. Refleks : baik c. Sensori -
Nyeri
: tidak terkaji
-
Rangsang suhu
: panas
-
Rasa raba
: normal
Data lain
: tidak ada
19. Status Neurologi. Saraf – saraf cranial a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu
: normal
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan
: lapang pandang baik
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens) -
Konstriksi pupil
: normal
-
Gerakan kelopak mata
: normal
-
Pergerakan bola mata
: normal
-
Pergerakan mata ke bawah & dalam
: normal
d. Nervus V (Trigeminus) -
Sensibilitas / sensori
:dapat merangsang sensorik
-
Refleks dagu
: ada refleks
-
Refleks cornea
: normal/ ada refleks
e. Nervus VII (Facialis)
31
-
Gerakan mimik
: dapat mengekspresikan
wajah -
Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : tidak terkaji
f. Nervus VIII (Acusticus) Fungsi pendengaran
: baik
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus) -
Refleks menelan
: baik
-
Refleks muntah
: baik
-
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : tidak terkaji
-
Suara
: tidak terkaji
h. Nervus XI (Assesorius) -
Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : baik
-
Mengangkat bahu
: baik
i. Nervus XII (Hypoglossus) -
Deviasi lidah
: normal
Tanda – tanda peradangan selaput otak a. Kaku kuduk
: tidak terkaji
b. Kernig Sign
: tidak terkaji
c. Refleks Brudzinski
: tidak terkaji
d. Refleks Lasequ
: tidak terkaji
Data lain
: tidak terkaji
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun ) Dengan menggunakan DDST 1. Motorik kasar
:tidak terkaji
2. Motorik halus
: tidak terkaji
3. Bahasa
: tidak terkaji
4. Personal social
: tidak terkaji
XII. Test Diagnostik = Laboratorium Lab. Darah tgl 15 juni 2017
32
Prot.total
:
4,32
gr/100
ml
(6,6-8,7)
Albumin
:
1,34
gr/100
ml
(3,8-4,4)
Ureum
:
7,7
gr/100
ml
(10-50)
Kretinin
:
1,41
gr/100
ml
(0,9-1,1)
Urine
:
mikroskop analisis
- Erith
:
10-20
- Leuc
:
1-2
- Epith cell
:
3-5
= Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG
XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)
1. Farmakologis Furosemide 2 x 20 mg IV Captopril 2 x 12,5 mg PO Ampisilin 4 x 500 mg IV 2. Non Farmakologis IVFD D5% 500 cc / 24 jam
Analisa Data Data
Masalah
Penyebab
DS:
Aliran darah ginjal turun
Hipervolemia
Ibu
pasien
bengkak
mengatakan
pada
seluruh RAA menurun
badan anak secara tibatiba
Na dan H2O naik
Ibu pasien mengatakan di rumah anaknya tidak bisa Hipervolemia BAK
DO:
33
Pasien
tampak
edema
diseluruh tubuh
BB meningkat : BB awal 22kg setelah sakit 30 kg
Urine: mikroskop analisis - Erith :10-20 - Leuc : 1-2 - Epith cell : 3-5
DS:
Ibu
klien
mengatakan
Menekan saraf vagus dan Defisit nutrisi lambung
anaknya mual dan muntah
Ibu
klien
anaknya
Penyerapan nutrisi tidak mengatakan adekuat tidak nafsu
makan
Persepsi kenyang, rasa tidak enak di epigastrium
DO:
Klien tampak lemah
Klien tidak menghabiskan Anoreksia porsi makan
Defisit Nutrisi
1 kali muntah
DS:
GFR menurun
Ibu
pasien
Gangguan kulit
mengatakan
bahwa anaknya bengkak Retensi DNA dan Air seluruh badan secara tibaEdema
tiba
Ibu
klien
mengatakan
baring dan badan anak kadang gatal- Tirah imobilisasi yang lama gatal DO:
Udema ansarka
Di tulang ekor pasien dan
Penekanan pada tubuh yang edema
dibagian tumit ditemukan Sirkulasi
perifer
34
area
pada
integritas
lebam kemerahan
daerah yang tidak adekuat
tertekan
dekubitus
Gangguan Integritas Kulit
Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas 1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi 2. Defisit nutrisi b.d 3. Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan
35
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Nursing Care Plan)
HARI/ TGL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
15 juni Hipervolemia b.d Setelah dilakukan tindakan 3x24 2017 gangguan mekanisme jam hipervolemia dapat teratasi regulasi
dengan kriteria hasil:
INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitor TTV
1. Perubahan TTV menjadi tanda
2. Monitorkelebihan cairan (craceles, CVP,
edema,
distensi
vena
adanya perubahan fisiologis dari petogenesis penyakit
Keadaan umum baik
BB normal
3. Kaji lokasi dan luas edema
cairan
20-22 kg
4. Catat secara akurat intake dan
menghambat kerja organ lain
Pasien tidak Edeme
Terbebas dari distensi vena jugularis
leher,asites)
output 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian deuretik.
2. Mencegah adanya penumpukan berlebih
yang
dapat
dalam tubuh 3. Luas
edema
menunjukkan
seberapa parah kelebihan cairan dalam tubuh
TTV normal:
4. Mencegah komplikasi lebih lanjut
TD: N: RR: S: 15 juni Defisit nutrisi b.d 2017
Setelah dilakukan tindakan 3x
1. Monitor mual muntah
24 jam diharapkan defisit nutrisi
2. Catat adanya edema, hiperemik,
36
1. Penting dalam pengukuran dalam pemberian intake cairan
dapat teratasi dengan kriteria
hipertonik,
hasil:
cavitas oral
Berat badan ideal sesuai
Keadaan umum baik
Menunjukkan
dan
dari
informasi
tentang
integritas Setelah
dilakukan
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
salah
satu
indikator peningkatan nutrisi 4. Ahli gizi dapat memberikan saran dan
tindakan
1. Monuitor
kulit
akan
masukan
terkait
dengan
adanya 1. Decubitus dapat menjadi masalah
kemerahan
serius jika tidak tertangani
gangguan integritas kulit dapat
2. Monitor status nutrisi pasien
teratasi dengan kriteria hasil:
3. Mobilisasi tubuh pasien setiap 2
Anak tidak edema
Tidak
menjadi
kebutuhan nutrisi
kelebihan keperawatan selama 2x 24 jam
volume cairan
3. Pemberian nutrisi dan diet yang benar
menelan 15 Juni Gangguan 2017 kulit b.d
2. Edema menghambat pemenuhan kebutuhan nutrisi
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
fungsi
pengecapan
lidah,
kebutuhan nutrisi
dengan tinggi badan
3. Berikan
papila
terdapat
2. Perubahan
jam sekali 4. Anjurkan
decubitus
menggunakan
Tidak gatal
longgar
nutrisi
dapat
mempengaruhi integritas kulit 3. Decubitus sering terjadi pada pasien
pasien pakaian
untuk
dengan imobilitas
yang 4. Mengurangi resiko adanya gangguan integritas kulit
5. Olekskan minyak/ baby oil pada 5. Merelaksasi kulit dan merangsang daerah yang tertekan
CATATAN PERKEMBANGAN
37
aliran darah tetap stabil
Nama Pasien : An.M
No. RM
Umur
Dx Medis : SNA
Hari/Tgl
: 6 tahun, 9 bulan
Dx. Jam Keperawatan Hipervolemia b.d 08.00
Senin, 17 juni gangguan 2017 mekanisme
08.05
Implementasi
TTD/N ama
1. Memonitor TTV 2. Memonitor kelebihan cairan (craceles, CVP, edema, distensi vena leher,asites)
regulasi
3. Mengkaji lokasi dan luas edema 08.07 08.08
4. Mencatat secara akurat intake dan output 5. Berkolaborasi dengan dokter dalam
08.30
Defisit nutrisi b.d
08.02 08.05
pemberian deuretik.
1. Memonitor mual muntah 2. Mencatat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papila lidah, dan cavitas oral 3. Memberikan
08.10
informasi
tentang
kebutuhan nutrisi 4. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
08.30
yang dibutuhkan
38
:
Evaluasi S: Ibu pasien mengatakan badan anaknya bengkak O: Anak masih terlihat bengkak Bengkak terutama di sekitar ekstremitas, perut membuncit BAK=800 ml/hari TTV N: 100 x/menit RR: 22 x/menit TD: 100/60 mmHg S: A: Intervensi belum teratasi P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 S: ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, dan mualdan muntah 1x O: Pasien tampak lemah Terdapat edema Makan satu porsi tidak habis A:intervensi belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
TTD/ Nama
Gangguan integritas b.d
08.05 kulit
2. Monitor status nutrisi pasien
kelebihan 08.06
volume cairan
1. Monuitor kulit akan adanya kemerahan
08.07
3. Mobilisasi tubuh pasien setiap 2 jam sekali 4. Olekskan minyak/ baby oil pada daerah
08.07
yang tertekan 5. Anjurkan pasien untuk menggunakan
08.10
pakaian yang longgar
39
S: ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, dan mualdan muntah 1x O: Pasien tampak lemah Makan tidak dihabiskan kulit tampak kemerahan,dan ada sedikit lecet karena digaruk edema hampir sekujur tubuh BB naik 8 kg dari normalnya (22kg) A:intervensi belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4