PERFORMA ANAK LAHIR TUNGGAL DAN ANAK LAHIR KEMBAR KAMBING PERANAKAN ETAWAH MASA AKHIR PRASAPIH YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF
SKRIPSI
Oleh MUHAMMAD ICHSAN HIDAYAT O 121 12 034
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2016
PERFORMA ANAK LAHIR TUNGGAL DAN ANAK LAHIR KEMBAR KAMBING PERANAKAN ETAWAH MASA AKHIR PRASAPIH YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF
SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas Tadulako Oleh MUHAMMAD ICHSAN HIDAYAT O 121 12 034
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
:
Performa Anak Lahir Tunggal dan Anak Lahir Kembar Kambing Peranakan Etawah Masa Akhir Prasapih yang dipelihara Secara Intensif
Nama
:
Muhammad. Ichsan Hidayat
Stambuk
:
O 121 12 034
Minat
:
Ternak Potong
Fakultas
:
Peternakan dan Perikanan
Universitas :
Tadulako Palu, Agustus 2016
Menyetujui Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Mustaring, M.P NIP : 19601205 198803 1 004
Dr. Padang Hamid, S.Pt.,M.P NIP : 19680526 200003 1 002
Disahkan Oleh Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako
Prof. Dr. Ir. Kaharudin Kasim, M. Si Nip : 19530727 198503 1 002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul: ”Performa anak lahir kembar tunggal peranakan etawah masa akhir prasapih yang dipelihara secara intensif” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Peternakan
di Fakultas
Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako, Palu. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis haturkan dengan penuh rasa hormat kepada : 1.
Allah Subuhanahuwata’ala atas segala perlindungan, rezki serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat memijakkan kaki di Universitas Tadulako.
2.
Rektor Universitas Tadulako Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, SE., M.Si
3.
Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan Prof. Dr.Ir.Kaharudin Kasim, M.Si
4.
Bapak Dr. Ir. Syahrir, M.P selaku Ketua Jurusan Peternakan dan Bapak Dr. Awaludin, S.Pt.,M.Sc selaku Ketua Program Studi Peternakan.
5. Bapak Dr. Ir. Mustaring, M.P selaku pembimbing utama dan Bapak Dr. Padang Hamid, S.Pt, M.P, selaku pembimbing anggota, atas segala bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saransaran sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekeliruan yang telah penulis lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja.
6. Ibu Ir. Suhartini Babay, yang sebesar besarnya telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan yang telah memberikan semangat serta nasihat kepada penulis, selama penelitian. 7.
Bapak Dr.Ir. Sirajudin Abdullah, M.P, bapak Dr. Ir. Mobius Tanari, M.p dan ibu Nirwana, S.Pt. M.P sebagai dosen Penelaah yang memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi penulis dan
senantiasa memberikan
motivasi dan nasehat yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan semua perkuliahan sampai selesai. 8.
Ibu Nuun Marfuah, S.Pt, M.Si selaku dosen wali yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
9.
Kepada kakanda saya Awaludin, S.Pt, Isfan, S.Pt, Rizal, Ahwan, Kis, Habilu selaku pengelola kandang di CV Prima BREED Penulis menyampaikan rasa terimakasi yang sebesar besarnya atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam penelitiaan.
10. Semua Dosen-Dosen Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dan staf Jurusan Peternakan atas segala bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa. 11. Kedua orang tua, ibunda tersayang Ir. Husnia Husen dan ayahanda Ir. Usman Hasan, M.Si yang terus mendidik dan mendukung baik materil maupun moril serta segala limpahan doa, kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, dan segala bentuk motivasi yang telah diberikan tanpa henti kepada Penulis, kepada saudaraku Masyita magfira dan Moh ichsan mubaraq serta keluarga besar adewai yang selalu memberikan dukungan dan semangat pada penulis.
12. Kepada rekan-rekan Penelitian “ Moch Fiqri Guntur Luwas, Sigit Perdana, Iwayan Eko sanjaya, Abdul Hatta, Fredinansen, Sri Rofianingsi, Sriwahdani” yang telah bekerjasama dalam melakukan penelitian ini. Khususnya kepada teman-teman di CV Prima BREED. 13. Kepada sahabat-sahabat saya “ Yudha Alimba Abdi, Yudhi Gunawan Abdi, Ibrahim Hamza, S.Pt, Faisal, Alfian akbar, Hariyanto, Brayen Jacobus, Anton Payung, Siti Khuzaemah Dian Pertiwi, Faradinah Hidayat T, Riselena Alyssa Amadhea, Selva Driyanti, Eka Suntiara dan Andi Rismawaty, ” serta semua pihak yang telah membantu. 14. Kepada teman-teman angkatan 2012 yang telah memberikan dorongan serta semangat yang tak terhingga kepada saya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi semuanya telah penulis lakukan dengan sebaik-baiknya demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis membuka diri terhadap
kritik dan saran demi
kesempurnaan dan demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi diri penulis sendiri. Amin. Palu, Agustus 2016
Penulis Muhammad Ichsan Hidayat 0 121 12 034
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Karya ilmiah saya ( Skripsi ) ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana, Magister, dan / atau Doktor), baik di Universitas Tadulako maupun di Perguruan Tinggi lainya. 2. Karya ilmiah Ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian ini saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing. 3. Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainya sesuai dngan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi.
Palu,
Agustus 2016
yang Membuat Penyataan
MUHAMMAD ICHSAN HIDAYAT O 121 12 034
RINGKASAN Muhammad Ichsan Hidayat ( 0 121 12 034 ) Performa anak lahir tunggal dan anak lahir kembar kambing peranakan etawa masa akhir prasapih yang dipelihara secara intensif (Mustaring dan Padang, 2016 ) Penelitian ini dilakukan di Peternakan CV. Prima BREED Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikolore yang berlangsung dari tanggal 18 November sampai dengan tanggal 30 Januari 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pertambahan bobot badan anak lahir kembar dan anak lahir tunggal peranakan etawa yang dipelihara secara intensif. Variabel yang diamati yakni, konsumsi susu, pertambahan bobot badan dan konversi susu. Materi yang digunakan yaitu anak kambing peranakan etawa berjumlah 16 ekor dengan jumlah anak lahir kembar 8 ekor ( dari 4 ekor induk ) dan 8 ekor anak lahir tunggal ( dari 8 ekor induk ) data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji banding atau Uji t. Hasil penelitian menunjukan perbandingan performa anak lahir tunggal dan anak lahir kembar kambing peranakan Etawah yang dipelihara secara intensif memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi susu, pertambahan bobot badan, namun konversi susu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Kata Kunci : Kambing Peranakan Etawah, Lahir Tunggal, Lahir Kembar, Konsumsi Susu, Bobot Badan dan Konversi Susu.
DAFTAR ISI BAB HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN RINGKASAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I.
Halaman i ii iii iv v vi ix xi
PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang. ....................................................................................1 Identifikasih Masalah. ..........................................................................2 Tujuan Penelitian. ................................................................................2 Kegunaan Penelitian ............................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kambing Peranakan Etawah. ...............................................................3 2.2 Jumlah Anak Perkelahiran. ..................................................................4 2.3 Sistem Pemeliharaan Anak Kambing Peranakan Etawah. ..................5 2.3.1 Sistem Pemeliharaan Ekstensif..................................................5 2.3.2 Sistem Pemeliharaan Semi Intensif ...........................................6 2.3.3 Sistem Pemeliharaan Intensif ....................................................6 2.4 Pakan. ...................................................................................................7 2.4.1 Hijauan. .......................................................................................8 2.4.2 Pakan Gamal ...............................................................................8 2.5 Kebutuhan Pakan Ternak Kambing. ....................................................10 2.6 Konsumsi Pakan Ternak Kambing. .....................................................10 2.7 Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan. .....................................11 2.8 Konversi Pakan. ...................................................................................12 2.9 Hipotesis. .............................................................................................13 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian. ...............................................................14 3.2 Materi Penelitian. ...................................................................................14 3.2.1 Ternak Percobaan.........................................................................14 3.2.2 Kandang. ......................................................................................14 3.2.3 Pakan Ternak. ..............................................................................14 3.2.4 Peralatan Penelitian. .....................................................................15 3.3 Pelaksanaan Penelitian. ..........................................................................15
3.4 Metode Penelitian. .................................................................................15 3.4.1 Peubah yang Diamati dan Cara Pengukurannya. .........................15 3.5 Analisis Data ..........................................................................................17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ......................................................................................................18 4.2 Pembahasan...........................................................................................18 4.2.1 Konsumsi Susu Segar ..................................................................18 4.2.2 Pertambahan Bobot Badan ..........................................................20 4.2.3 Konversi Susu ..............................................................................22 V. KESIMPULAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...........................................................................................24 5.2 Saran .....................................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN FOTO PENELITIAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No.
Halaman Teks
1. Kandungan Nutrisi Hijauan Gamal (Gliricidia Sepium) ......... ......... ........ 8 2. Kandungan Nutrisi Hijauan Jagung (Zea mays) ..................... ......... ........ 9 3. Pengaruh Tipe Kelahiran terhadap Konsumsi Susu segar Anak Kambing Peranakan Etawah Masa Akhir Prasapih ........ ......... ........ 18 4. Rataan Pertambahan Bobot Badan Anak Lahir Kembar dan Tunggal Kambing Peranakan Etawah Masa Akhir Prasaih .................... ......... ........ 20 5. Pengaruh Tipe Kelahiran terhadap Konversi Susu Anak Kambing Masa Akhir Prasapih Selama Penelitian ......... ......... ........ 22
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kambing merupakan ternak yang dipelihara oleh masyarakat secara luas
karena kambing mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan, antara lain cepat berkembang biak yaitu sering melahirkan anak lebih dari 1 ekor (2 – 4 ekor) dan di daerah tropis umumnya dalam waktu 2 tahun dapat beranak 3 kali (Sindeoredjo, 1996). Kemampuan beranak banyak merupakan satu hal yang spesifik dari sifat produksi ternak kambing dan sifat ini merupakan hasil interaksi yang besar antara faktor genotipe dan lingkungan (Iniquez dkk 1993). Kambing yang memiliki genotip jumlah anak perkelahiran yang banyak tidak akan muncul, apabila lingkungan tidak mendukung kebutuhan pakan yang meningkat. Kambing yang dipelihara dalam lingkungan yang baik tidak akan menampilkan jumlah anak perkelahiran yang banyak apabila induk tersebut tidak mempunyai genetik tersebut. Produktivitas kambing sangat ditentukan oleh kelahiran anaknya dan semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan per kelahiran, maka seekor induk dianggap memiliki produktivitas yang tinggi dalam menghasilkan keturunan (Davendra dan Burns, 1994). Produktivitas kambing di Indonesia saat ini belum menggembirakan. Peningkatan produktivitas kambing dapat ditempuh dengan cara mencari induk kambing yang mampu beranak banyak (lebih dari satu per kelahiran) untuk digunakan sebagai bibit dan dipelihara secara lebih baik.
Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (1993), induk kambing yang mampu melahirkan anak kembar pada kelahiran pertama ada kecenderungan mengulangi pada setiap melahirkan berikutnya. Kemampuan beranak kembar tersebut ditentukan oleh gen tunggal yang berpengaruh besar terhadap laju ovulasi dan jumlah anak sekelahiran, dengan demikian maka peran seleksi kembar individu kambing dapat diarahkan untuk memperbanyak jumlah anak yang dihasilkan
dari
ternak
kambing
tersebut
(Tiesnamurti,
1991).
Untuk
mempermudah proses seleksi (memilih bibit), maka performa induk kambing yang berpotensi untuk beranak kembar perlu diketahui, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian. 1.2
Identifikasi Masalah Permasalahan yang dapat diidentifikasi dari latar belakang di atas yaitu
bagaimana performa anak lahir tunggal dan anak lahir kembar pada kambing Peranakan Etawah masa akhir prasapih yang dipelihara secara intensif. 1.3
Tujuan Adapun tujuan dari penelitiaan ini yakni untuk mempelajari dan
mengetahui performa anak lahir tunggal dan anak lahir kembar pada kambing Peranakan Etawah masa akhir prasapih yang dipelihara secara intensif. 1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
ilmiah mengenai performa anak lahir tunggal dan kembar kambing Peranakan Etawah masa akhir prasapih yang dipelihara secara intensif.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kambing Peranakan Etawa
Kambing Peranakan
Etawah
merupakan
bangsa
kambing hasil
persilangan antara kambing kacang dengan kambing Etawah. Kambing Peranakan Etawah memiliki sifat antara kambing Etawah dengan kambing Kacang. Spesifikasi dari kambing ini adalah hidung agak melengkung, telinga agak besar dan terkulai. Berat tubuh bangsa kambing Peranakan Etawa sekitar 32-37 kg dan produksi airsusunya 1-1,5 liter per hari. Keunikan kambing Peranakan Etawah adalah bila kambing jantan dewasa dicampur dengan kambing betina dewasa dalam satu kandang akan selalu gaduh atau timbul keributan (Murtidjo, 1993). Kambing Peranakan Etawah berfungsi sebagai ternak penghasil daging dan susu (Setiawan dan Arsa, 2005). Menurut Mulyono dan Sarwono (2008), sebagai kambing peliharaan, kambing Peranakan Etawah memiliki dua kegunaan, yaitu sebagai penghasil susu (perah) dan pedaging. Ciri khas kambing Peranakan Etawah antara lain : bentuk muka cembung dan dagu berjanggut, di bawah leher terdapat gelambir yang tumbuh berawal dari sudut janggut, telinga panjang, lembek, menggantung dan ujungnya agak berlipat, tanduk berdiri tegak mengarah ke belakang, panjang 6,524,5 cm, tinggi tubuh (gumba) 70-90 cm, tubuh besar, pipih, bentuk garis punggung seolah-olah melengkung ke belakang, bulu tubuh tampak panjang
dibagian leher, pundak, punggung dan paha, dengan pengelolaan budi daya intensif, kambing Peranakan Etawah dapat diusahakan beranak tiga kali setiap dua tahun dengan jumlah anak setiap kelahiran 2-3 ekor , kambing Peranakan etawah lebih cocok diusahakan di dataran sedang (500-700 m dpl) sampai dataran rendah yang panas. 2.2
Jumlah Anak Perkelahiran Jumlah anak perkelahiran mencerminkan tingkat kesuburan seekor induk
yang dipengaruhi oleh bangsa kambing, umur induk dan frekuensi melahirkan. Kriteria kesuburan merupakan rata-rata banyaknya anak perkelahiran yang dihitung selama tiga kali kelahiran berturut-turut dari kelahiran pertama sampai ketiga. Salah satu kriteria kesuburan seekor induk kambing tercermin pada seringnya
beranak kembar. Kejadian kelahiran kembar pada ternak kambing
maupun domba sangat diharapkan, karena hasil yang diperoleh lebih menguntungkan dari pada hasil kelahiran tunggal. Peningkatan terjadinya kelahiran kembar berarti peningkatan produksi daging yang akan dihasilkan (Abdulgani, 1981). Subandriyo (1993) menyatakan liter size adalah banyaknya jumlah anak perkelahiran dari seekor induk. Pada umumnya besar liter size adalah 2 ekor, walaupun terdapat sedikit persentase induk dengan jumlah anak lahir 4 atau 5 ekor. Wodzika, dkk. (1993) menyatakan jumlah anak yang banyak adalah keadaan yang diharapkan dan merupakan sasaran dari rencana pemulihan kambing yang berpengaruh pada produksi daging. Jumlah anak perkelahiran dapat ditingkatkan dengan persilangan yang tepat antara jenis kambing yang subur dengan yang tidak
subur. Pada kondisi normal, persentase kelahiran mencapai 95% adalah biasa dan sekitar 7-15% dari kambing betina dapat melahirkan 3 anak dan lebih dari 50% dapat melahirkan 2 anak (Barry dan Godke, 1997). Liter size dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: umur induk, bobot badan, tipe kelahiran, pengaruh pejantan, musim dan tingkat nutrisi (Land dan Robinson, 1985). Ditinjau dari produktivitas induk, tipe kelahiran kembar lebih menguntungkan dari pada tunggal walaupun bobot lahir cempe tipe tunggal lebih tinggi karena produktivitas induk dihitung berdasarkan bobot sapih total cempe (Hardjosubroto, 1994). Liter size memegang peranan penting dalam menentukan laju peningkatan populasi ternak kambing karena jumlah anak perkelahiran yang tinggi akan mempengaruhi kenaikan populasi (Doloksaribu, dkk (2005). 2.3
Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing Peranakan Etawah Rendahnya perkembangan populasi disebabkan oleh sistem pemeliharaan
ternak kambing secara tradisional. Ternak kambing hanya digembalakan di padang
penggembalaan
dengan
mengkonsumsi
rumput
alam
yang
ketersediaannya terbatas dan nilai nutrisinya yang rendah, apalagi saat musim kemarau
sangat
terbatas
ketersediaan
hijauan
pakan
yang
berkualitas
(Kasrino,1994). Sistem pemeliharaan ternak terbagi atas tiga yaitu sistem ekstensif, semiintensif dan intensif (Parakkasi, 1999). 2.3.1
Sistem Pemeliharaan Ekstensif Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang
mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar
(Williamson dan Payne 1993). Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005). 2.3.2
Sistem Pemeliharaan Semi Intensif Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan
pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrat tambahan (Williamson dan Payne 1993). Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per hari. 2.3.3
Sistem Pemeliharaan Intensif Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus
menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993). Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan secara terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata
120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).
2.4
Pakan Bahan pakan ternak yang berupa bahan kering dan air harus diberikan
pada ternak sebagai kebutuhan hidup pokok dan produksi. Dengan adanya pakan maka proses pertumbuhan, reproduksi dan produksi akan berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, pakan harus terdiri dari zat-zat pakan yang dibutuhkan ternak berupa protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air (Setiawan dan Arsa, 2005). Menurut Mulyono dan Sarwono (2008), pada dasarnya kambing tidak selektif dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput disukai, tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput. Hijauan yang baik untuk pakan adalah hijauan yang belum terlalu tua dan belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masih muda memiliki kandungan PK (Protein Kasar) yang lebih tinggi. Sodiq (2002) menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing lebih menyukai daun-daunan daripada rumput. Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya
dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).
2.4.1
Hijauan Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng,
2002). Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral. Pemanfaatan hijauan pakan sebagai pakan ternak kambing harus disuplementasikan dengan Pakan penguat atau konsentrat agar kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi. Siregar (1995) menambahkan bahwa pemberian hijauan terbagi menjadi 2 macam yaitu hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar dengan kadar air 70% dan hijauan yang diberikan dalam keadaan kering atau awetan. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Hijauan Gamal Zat Makan BahanKering Abu Protein Kasar SeratKasar LemakKasar NDF ADF Selulosa Hemiselulosa Silica Lignin *). Berdasarkan 100 % bahan kering
(%) 82,64 11,62 22,19 18,93 3,32 27,87 27,04 19,86 0,83 0,92 6,26
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak Universitas Brawijaya (2015)
2.4.2
Pakan Gamal Pemenuhan standar kebutuhan hidup pokok dan produksi kambing dapat
dilakukan dengan pemberian pakan tambahan berupa leguminosa saat di dalam kandang. Beberapa jenis leguminosa yang memiliki kandungan protein kasar yang cukup tinggi belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu jenis leguminosa potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bergizi tinggi adalah daun gamal (Gliricidia sepium). Gamal adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah kering. Pemberian gamal pada sapi maksimal 40% dan domba 75%. Sebaiknya gamal diberikan bersama-sama dengan pemberian rumput (Wahiduddin, 2008). Daun gamal berbentuk elips (oval), ujung daun lancip dan pangkalnya tumpul (bulat), susunan daun terletak berhadapan seperti daun lamtoro atau turi. Bunga gamal muncul pada musim kemarau dan berbentuk kupu-kupu terkumpul pada ujung batang (Natalia dkk., 2009). Kandungan nutrisi hijauan Gamal (Gliricidia sepium) yaitu kadar protein 25,7%, serat kasar 13,3%, abu 8,4%, dan BETN 4,0% (Hartadi dkk., 1993). Tabel 2. Kandungan Nutrisi Hijauan Jagung Kandungan Hijauan BahanKering Abu Protein Kasar SeratKasar LemakKasar NDF ADF Selulosa Hemiselulosa Silica Lignin
Hijauan Jagung 85,77 11,89 9,91 37,11 1,08 74,07 46,20 38,96 27,87 1,96 5,28
*). Berdasarkan 100 % bahan kering Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Brawijaya (2015)
2.5
Kebutuhan PakanTernak Kambing Kebutuhan pakan ternak kambing sebagian besar terdiri dari hijauan,
yaitu rumput dan daundaunan tertentu (daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, untuk kambing jantan yang sedang dalam periode memacek sebaiknya ditambah pakan penguat seperti konsentrat (Sosroamidjojo, 1985). Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan kambing Peranakan Etawah sebenarnya hanya terdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar, pakan penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri dari rumput dan dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna seperti konsentrat, ampas tahu dan bubur singkong. Sementara pakan pengganti merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi. Menurut ( Lubis 1992), hijauan adalah bahan pakan dalam bentuk daundaunan yang kadang-kadang masih bercampur dengan batang, ranting serta bunga yang pada umumnya berasal dari tanaman sebangsa rumput dan kacang-kacangan. 2.6
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dapat dimakan pada waktu tertentu. Produksi ternak hanya dapat terjadi apabila konsumsi pakan berada diatas kebutuhan hidup pokok. Keragaman konsumsi pakan disebabkan oleh aspek individu, species dan bangsa ternak, status fisiologis, kebutuhan energi, kualitas pakan dan kondisi lingkungan (Soebarinoto dkk 1991). Kemampuan seekor ternak untuk mengkonsumsi bahan pakan tergantung pada hijauan yang diberikan, umur pemotongan, temperatur lingkungan, ukuran tubuh ternak dan keadaan fisiologi ternak (Mathius dkk 1982).
Konsumsi
makanan akan bertambah jika aliran dicerna dalam rumen cepat atau jika diberikan pakan yang berdaya cerna tinggi serta ukuran partikel-partikel kecil (Arora, 1995). 2.7
Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan dan pertambahan bobot badan merupakan suatu fenomena
universal yang sangat kompleks, mulai dari fertilisasi, pembelahan, perbanyakan sel serta diferensiasi sel-sel (Maynard dkk 1979), selanjutnya dinyatakan bahwa pertumbuhan murni yaitu menyangkut pertumbuhan jaringan dalam otot dan tulang serta organ-organ tubuh. (Tillman dkk 1983), mengemukakan bahwa umumnya pertumbuhan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan penimbangan berulang-ulang dan dinyatakan dengan petambahan bobot badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya (tiap sepuluh hari, tiap bulan). (Tolihere, 1981) menyatakan bahwa pada ternak potong faktor penentu dalam mencapai produksi daging yang optimal adalah bobot badan lahir dan
pertambahan bobot badan harian. Penampilan dan produksi ternak berupa laju pertumbuhan dan pertambahan bobot badan harian merupakan hasil nyata dari pengaruh genetik dan lingkungan (Astuti, 1985), lebih lanjut dinyatakan bahwa faktor genetik diperlukan untuk mengekspresikan kemampuannya secara penuh dalam produksi sedangkan lingkungan merupakan faktor pendukung yang memberi kesempatan untuk berproduksi. Pertumbuhan pada hewan merupakan suatu fenomena universal yang bermula dari sel telur yang telah dibuahi dan berlanjut sampai hewan mencapai dewasa. Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan tiap hari atau per satuan waktu lainnya (Tillman dkk., 1998). Pertumbuhan murni mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya, kecuali jaringan lemak dan alat-alat tubuh. Dari sudut kimaiawi, pertumbuhan murni adalah suatu penambahan jumlah protein dan zatzat mineral yang tertimbun dalam tubuh. Penambahan berat akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi,1990). 2.8
Konversi Pakan Konversi pakan “ Feed Convertion Ratio ” adalah perbandingan atau
rasio jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan (kg) oleh ternak tersebut (Anggorodi, 1984). Konversi pakan merupakan petunjuk berapa persen konsumsi pakan diubah menjadi daging (Blakely dan Bade, 1994). Semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang
digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah (Siregar, 1994). Menurut Siregar (1996) konversi pakan dipengaruhi oleh bangsa ternak, tersedianya zat-zat pakan dan kesehatan ternak.
2.9
Hipotesis Performa anak kambing Peranakan Etawah lahir kembar lebih rendah di
banding anak kambing Peranakan Etawah lahir tunggal.
BAB III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di CV Prima BREED Kelurahan Tondo
Kecamatan Matikulore yang berlangsung dari tanggal 18 November sampai dengan tanggal 30 Januari 2016. 3.2
Materi Penelitian
3.2.1 Ternak Percobaan Adapun ternak yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 16 ekor terdiri dari 8 ekor kambing lahir tunggal (dari 8 ekor induk) dan 8 ekor anak kambing lahir kembar (dari 4 ekor induk). 3.2.2
Kandang Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang individual
model panggung, berlantai papan yang disekat sebanyak 16 petak, dengan ukuran setiap petak adalah 100 x 175 cm dengan tinggi 75 cm. Masing-masing kandang dilengkapi dengan bak pakan terbuat dari papan dan sebuah ember kecil untuk tempat air minum. 3.2.3
Pakan Ternak
Pakan yang diberikan selama penelitian adalah Hijauan jagung (zea mays) diberikan
pada jam 08.00 pagi secara ad-libitum, sedangkan pakan
tambahannya berupa leguminosa yaitu Gamal (Gliricida sipium). Gamal tersebut diambil dari wilayah Biromaru dan sekitarnya. Terlebih dahulu dilakukan pemotongan sebelum diberikan pada ternak kambing. Begitu pula hijauan jagung didapatkan dari wilayah Gawalise dan Donggala Kodi. 3.2.4
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Timbangan digital kapasitas 300 kg dengan skala ketelitian 0,1kg untuk menimbang ternak, sedangkan untuk menimbang pakan digunakan timbangan duduk kapasitas 5 kg dengan skala ketelitian 1 g. 2. Ember sebagai tempat air minum. 3.3
Pelaksanaan Penelitian Sebelum penelitian dimulai, kandang yang digunakan dalam penelitian
dibersihkan terlebih dahulu dan disemprot dengan desinfektan merk Biocid. 3.4
Metode Penelitian Perlakuan yang digunakan untuk ternak penelitian yakni batang jagung
yang telah dipotong/cincang mengunakan mesin cincang kemudian dimasukkan kedalam tempat
pakan sebanyak 1 kg pada masing-masing petak kandang
penelitian. Sedangkan pakan tambahan berupa hijauan Gamal sebelum diberikan di masing-masing tempat pakan terlebih dahulu dilakukan pencincangan kemudian diberikan 2% dari bobot sesuai perlakuan. 3.4.1
Peubah yang Diamati dan Cara Pengukurannya
a.
Konsumsi Susu Segar
Konsumsi susu segar diperoleh dengan cara menimbang anak sebelum menyususi dan setelah menyususi. Rumus : bobot setelah menyusui (g) – bobot anak sebelum menyususi (g)
b.
Pertambahan Bobot badan
Diperoleh dari hasil bagi selisih antara bobot badan akhir dan bobot badan awal, dengan lama waktu pengamatan. Penimbangan dilakukan setiap minggu, sebelum diberi pakan. Perhitungan tersebut mengikuti
rumus
(Soeparno,1992) sebagai berikut : PBBH ( gram / ekor / hari )
W2 W1 T2 T1
Keterangan : PBBH
= Pertambahan bobot badan harian (gram)
W1
= Berat awal penimbangan (kg)
W2
= Berat akhir penimbangan (kg)
T1
= Awal waktu penimbangan (minggu)
T2
= Akhir waktu penimbangan (minggu)
c.
Konversi Susu Segar Konversi susu segar adalah perbandingan atau rasio antar jumlah susu
segar yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi susu segar dihitung dengan menggunakan rumus:
Komsumsi Susu Segar (g)
Rumus := Pertambahan Bobot Badan(g)
3.5
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji banding, yaitu
uji t (t-test Independent sample) (Sudjana, 2002), dengan perlakuan performa anak lahir tunggal dan anak lahir kembar kambing Peranakan etawah masa akhir prasapih yang dipelihara secara intensif terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan dengan model matematika yang digunakan yaitu:
t=
X1 − X2 S1√1 + 1 n1 + 2
S2=(n2 –1)s12 + (n2-1)s22 N1 + n2-2s
Keterangan : t = Parameter yang diukur X1 = Rata-rata (konsumsi susu segar, pertambahan berat badan, dan konversi susu segar) kambing lahir tunggal X2 = Rata-rata (konsumsi susu segar, pertambahan berat badan dan konversi susu segar ) kambing lahir kembar
S1 = Simpangan baku kambing lahir tunggal S2 = Simpangan baku kambing lahir kembar n1 = Banyaknya jumlah kambing lahir tunggal n2 = Banyaknya jumlah kambing lahir kembar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Rata-rata pertambahan bobot badan hasil penelitian skripsi anak lahir
tunggal dan anak lahir kembar kambing peranakan etawah masa akhir prasapih yang tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Komsumsi Susu, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Susu Anak Lahir Tunggal dan Kembar Kambing Peranakan Etawah Perlakuan
Variabel Komsumsi Susu g/Ekor/Hari Pertambahan Bobot Badan Kg/Ekor/Hari Konversi Susu 4.2
Pembahasan
4.2.1
Konsumsi Susu Segar
Kembar 120,00
Tunggal 165,94
23,63
35,77
5.1710
4.7810
Tabel 4. Pengaruh Tipe Kelahiran terhadap Konsumsi susu segar anak Kambing Masa Akhir Prasapih Selama Penelitian Nomor Ternak 1 2 3 4
Anak Kembar (Y1) 137,50 100,00 117,50 125,00
Anak Tunggal (Y2) 140,00 165,00 175,00 187,50
5 150,00 6 187,50 7 160,00 8 162,50 Jumlah 480,00 1327,50 Rataan 120,00 165,94 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa anak lahir tunggal kambing peranakan etawah memiliki rataan komsumsi susu segar nyata lebih tinggi yaitu 165,94 g/ekor/hari dibandingkan dengan anak lahir kembar kambing peranakan etawah 120,00 g/ekor/hari. Hal ini disebabkan karena anak lahir tunggal dapat mengkonsumsi susu lebih banyak serta terjamin pemenuhannya
dikarenakan
induk anak lahir tungal hanya terfokus menyusui satu anak saja. Sedangkan anak lahir kembar memperoleh susu dari satu induk sehingga ada persaingan antara satu dengan yang lain untuk mendapatkan susu dari induknya, dan tentunya susu yang diperoleh dari induk tidak terpenuhi dari segih kuantitas serta kualitas nutsi yang berimbas kepada pertumbuhan anak kembar yang relatif rendah dari anak lahir tunggal. Banyaknya jumlah konsumsi susu segar oleh seekor ternak merupakan salah satu faktor penting yang secara langsung mempengaruhi produktivitas seperti pertambahan bobot badan hal ini sangat berkaitan dengan nutrisi yang terkandung dari air susu yang dikomsusi anak kambing apabila nutrisi yang terkandung pada air susu induknya memiliki nilai nutrisi yang tinggi makah akan lebih mudah mencapai pertumbuhan serta pertambahan bobot badan yang tinggi (Soebarinoto et al., 1991).
Kartadisastra (1997), menyatakan bahwa bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi, makin tinggi bobot tubuhnya, makin tinggi
pula tingkat konsumsinya terhadap susu segar. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ternak (bobot badan dan umur), tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan, dan palatabilitas.
4.2.2
Pertambahan Bobot Badan
Tabel 5. Pengaruh Tipe Kelahiran terhadap Pertambahan Bobot Badan Anak Kambing Masa Akhir Prasapih Selama Penelitian Nomor Ternak 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Rataan
Anak Kembar (Y1) 30,95 17,86 23,81 21,90 94,52 23,63
Anak Tunggal (Y2) 25,71 45,24 27,62 47,62 36,19 37,14 31,90 34,76 286,19 35,77
Berdasarkan Tabel. 5 menunnjukkan dari hasil penimbangan anak setiap minggunya menunjukan tipe kelahiran anak lahir tunggal dengan anak lahir kembar memperlihatkan peningkatan bobot badan yang berbeda (P<0,05). Hasil uji t menunjukkan bahwa dari tipe kelahiran memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan anak kambing masa akhir prasapih dimana pertambahan bobot badan kambing anak lahir tunggal kambing peranakan etawa yakni 35,77 g/ekor/hari
lebih tinggi dibandingkan dengan anak lahir
kembar peranakan etawa 23,63 g/ekor/hari, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jumlah komsumsi susu antar keduanya. . Pertambahan bobot badan anak lahir tunggal lebih tinggi dibandingkan anak lahir kembar (P<0,05), hal ini diduga karena kecukupan air susu yang diperoleh anak lahir tunggal lebih terjamin atau tercukupi, sementara induk anak lahir kembar berbagi untuk dua anak sehingga kebutuhan anak tidak tercukupi, yang tentunya berdampak pada pertumbuhan serta pertambahan bobot badan anak. Hal ini sesuai yang dilaporkan oleh Gunawan dkk (1999) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan. Wiliamson dan Payne ( 1993) dalam Wijaya (2008) menyatakan bahwa, kenaikan berat badan terjadi apabila pakan yang dikomsumsi telah melebihi kebutuhan hidup pokok, maka kelebihan nutrient akan diubah menjadi jaringan daging dan lemak sehingga pertambahan bobot badan tampak menjadi lebih jelas. Menurut (Adriani dkk 2003), bahwa pertumbuhan anak kaming sampai lepas sapih sangat tergantung pada kecukupan air susu yang diberikan induk kepada anak. Rataan pertambahan bobot badan anak sampai lepas sapih sebesar 72.1 ± 9.70 g/ekor/hari ,dengan kisaran antara 5.22±81.27 g/ekor/hari. Hasil ini lebih tinggi dari beberapa peneliti terdahulu yaitu pertambahan bobot hidup anak per hari yang dipelihara dengan induk selama 90 hari adalah 63,6±10,1 g/ekor/hari untuk jantan dan 63,7±10,7 g/ekor/hari untuk betina (Koastaman dan Suatama, 2006). Sementara (Adiati dkk 2001), mendapatkan PBB anak sampai disapih berkisar antara 53,3 – 131,9 g/ekor/hari.
Nursasih, (2005) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, maksudnya penilaian pertambahan bobot badan ternak sebanding dengan pakan yang dikonsumsi. Sedangkan menurut National Research Council, (2006) pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antaralain total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis ternak, umur, keadaan genetik lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen tata laksana pemeliharaan.
4.2.3
Konversi Susu
Tabel 6. Pengaruh Tipe Kelahiran terhadap Konversi Susu Segar Anak Kambing Masa Akhir Prasapih Selama Penelitian Nomor Ternak 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Rataan
Anak Kembar (Y1) 4.4423 5.6000 4.9350 5.7065 20.6838 5.1710
Anak Tunggal (Y2) 5.4444 3.6474 6.3362 3.9375 4.1447 5.0481 5.0149 4.6747 38.2479 4.7810
Berdasarkan Tabel 6 menunnjukkan bahwa dari tipe kelahiran antara anak kambing lahir tunggal dan anak lahir kembar memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konversi susu (P>0,05) dimana konversi susu rataan anak kambing lahir tunggal berjumlah 4.7810 dan anak kambing lahir kembar 5.1710. Tipe kelahiran anak kambing memperlihatkan
perbedaan yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap konversi susu anak kambing masa akhir prasapih
Konversi pakan/susu juga merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui kemampuan ternak dalam merombak pakan menjadi produk daging. Konversi susu adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan yang dihasilkan dalam kurun waktu yang sama Siregar (1994). Juarini dkk., (1995) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah. (Perry dkk 2005), menambahkan bahwa konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mendapatkan kenaikan satu satuan bobot hidup. Kemudian dikatakan bahwa tingginya konversi pakan dapat terkait dengan kandungan serat kasar pakan. Serat kasar yang tinggi dalam pakan akan menyebabkan daya cerna menjadi kecil, sehingga konversi pakan merupakan integrasi dari daya cerna (Anggorodi, 1994). Menurut (Martawidjaya dkk 1999), bahwa konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan, dengan memberikan kualitas pakan yang baik ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya. Siregar (1994) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa konsumsi
susu segar anak lahir tunggal lebih tinggi (165,94g) dibandingkan anak lahir kembar (120,00g) begitu pula dengan pertambahan berat badan anak lahir tunggal kambing peranakan etawah masa akhir prasapih lebih tinggi (35,77kg) dibandingkan dengan anak lahir kembar (23,63kg) masa akhir prasapih, tetapi konversi susu segar dan kecepatan pertumbuhan antara anak lahir tunggal dan anak lahir kembar masa akhir prasapih yang dipelihara secara intensif relatif sama. 5.2
Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan serta waktu penelitian yang lebih
lama, agar bisa lebih menggambarkan potensi atau performa kedua jenis tipe kelahiran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gani, I.K, 1981. Beberapa Ciri Kambingn Di Desa Ciburuy Dan Cigombong Serta Kegunaannya Bagi Peningkatan Produktivitas. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.Bogor. Adiati. U., I-K. Sutama, D. Yulistiani and IGM Budiarsana. 2001. Different level pratein content in concentrate offered to Etawah Cross Bred does during late pregnancy and lactation period. Proc. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor. pp: 247– 255. Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke 4. PT Gramedia. Jakarta. Arora, S.P. 1995. PencernaanMikrobaPadaRuminansia. GadjahMada University Press.Yogyakarta. Astuti, M. 1985. Efek Lokasi Petani Peternak Dan Besar Kelompok Ternak Yang Dimiliki Terhadap Variabilitas Domba Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian.Lembaga Penelitan Universitas Gadjah Mada. Barry, D. M., and R. A. Godke. 1997. The Boer Goat: The Potential for 88 Evaluasi Genetik Pejantan Boer Berdasarkan Cross Breeding. Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan Cetakan ke -4. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta. ( Diterjemahkan oleh B.Srigandono).
Devendra, C. Dan M. Burns, 1994. Produksi KambingDi Daerah Tropis. JudulAsli Goat Production In The Tropics. Penerjemah: Putra,H. ITB, Bandung. Direktorat Jenderal Peternakan. 1993. Beternak Kambing Dan Domba. Departemen. Pertanian, Jakarta. Djanah, Dj., 1985. Makanan Ternak Herbivora. Yasaguna, Jakarta. Doloksaribu, M., A. Batubara dan S. Eliese. 2006. Karakteristik Morfologi Kambing Spesifik Lokal di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4-5 Agustus 2006. Pusat Penelitian dan Peternakan. Bogor (in-press). Gall, C. 1981. Goat Production . Academic Press London. Pp. 51 – 89; 542 – 544. Gunawan, Pamungkas, D. dan P. Affandhy. 1999. Sapi Bali dan Potensi, Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Kanizius. Yogyakarta. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Grasindo. Jakarta. Iniquez.l, w.a. Pattie dan b. Gunawan. 1993. Sifat-Sifat Produksi yang Ditentukan Oleh Banyak Gen. Juarini, E. I. I. Hasan, B. Wibowo, dan A. Tahar. 1995. Penggunaan konsentrat komersial dalam ransum domba di pedesaan dengan agroekosistem campuran (sawah tegalan) di Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak. Bogor. hal. 176-181. Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta. Kasrino, F. 1994. Penelitian dan pengembangan peternakan dalam pembangunan pertanian dalam pelita VI. Pros. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Pengelolaan dan Komunikasi Hasil Penelitian Pertanian. Puslitbangnak, Bogor. hlm. 31-35. Kostaman T dan I.K Sutama. 2006.Korelasi Bobot Induk dengan Lama Bunting, Litter Size, dan bobot lahir Anak Kambing Peranakan Etawah. Makalah Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. Land, R. B. and D. W. Robinson. 1985. Genetics of Reproduction in Sheep. Garden City Press Ltd, Letchworth, Herts. England.
Linnaeus. 1758. Wikipedia Indonesia. Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia. Http:// Www. Id.Wikipedia.Org/Wiki/Kambing. Diakses 03 Oktober 2013. Lubis, D.A. 1992. IlmuMakananTernak. PT. Pembangunan. Jakarta Martawidjaja, M. Setia, dan B. Sitorus, S. S. 1999. Pengaruh Tingkat Protein Energi Ransum terhadap Kinerja Produksi Kambing Kacang Muda. Balai Penelitian Ternak. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Mathims, I-W.1982 .Strategic Forage-Based Regimes During Gestation And Lactation Of Javanese Thin Tail Sheep.In :Sheep Prolificacy . Progress Report 1990-1991 .SR-CRSP, RIAP. P. 35-40. Maynard, L.A., J . K. Loosli, H. F . Hintz And R.G . Warner . 1979 . Animal Nutrition . L Td Ed . Tata Mcgraw-Hill Publishing Co. Ltd . New Delhi. Mulyono, S. Dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong.Penebar Swadaya, Jakarta. Murtidjo, B.A. 1993. Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah.Kanisius, Yogyakarta. Natalia, H., D. Nista, dan S. Hindrawati. 2009. Keunggulan Gamal SebagaiPakanTernak. BPTU Sembawa, Palembang. National Research Council. 2006. Nutrient Requirements of Small Ruminants (Sheep, Goats, Cervids, and New World Camelids). National Academic Press. Washington, D.C. Nauer, V.M., T. Cordero BonnillaAndM. CallacusCustodio. 1978. Growth Of Anglo-Nubian Kids On The North Coast Of Peru.ABA 46 : 520 Nursasih, E. 2005. Kecernaan zat makanan dan efisiensi pakan pada kambing Peranakan Etawah yang mendapat ransum dengan sumber serat berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Perry, T. W., A. E. Cullison and R. S. Lowrey. 2005. Feed and Feeding. 6nd Ed. Pearson Education, Inc. Upper SaddleRiver. New Jersey. Rahim L, R.R.S Rahma, M.I.A Dagong, Dan I.P Kusumandari. 2012. Keragaman Kelompok Gen Pertumbuhan (GH, GHR, IGF-1, Leptin Dan Pit-1) Dan Hubungannya dengan Karakteristik Tumbuh Kembang Dan Karkas Padaternak Kambing Marica dan Kacang. Makassar.Laporan Penelitian.
Setiawan, T. dan T, Arsa. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya, Jakarta. Sindoeredjo, S. 1996. Pedoman Pemeliharaan Kambing Perah. Balai Pustaka, Jakarta., Siregar, S. B. 1994. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan Dan Analisis Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta. __________ 1996. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta . Sodiq, A. 2002.Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat Obat. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Soeparno. 1992. Pilihan Produksi Daging Sapi dan Teknologi Prosesing Daging Unggas. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Sosroamidjojo, M. S. 1985. Ternak Potong dan Kerja. CV Yasaguna, Jakarta. Subandriyo, 1995. Pemuliaan Bangsa Domba Sintetis Hasil Persilangan Antara Domba Lokal Sumatera dengan Domba Bulu. Sei Putih-Galang, Sumatera Utara. Sugeng, B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. _________1987. Berternak Domba. Penebar Swadaya. Suhartini, B. 2015. Kandungan Nutrien Hijauan Jagung dan Gliricidia Sepium Tiesnamurti, B. 1991. Pokok-Pokok Usaha Pemanfaatan Ternak Domba Lokal dengan Laju Kesuburan Berbeda. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wahiduddin, M. 2008. Ilmu Pakan Ternak. (Http://Wah1d.Wordpress.Com/ Category/Ilmu-Pakan) Tanggal Akses 13 November2015. Wallace, R.J. dan C.J. Newbold. 1992. Probiotic for Ruminants. Dalam: Fuller, R. 1992. Probiotics. Chapman & Hall. London.
Wijaya, A. 2008. Pengaruh Imbangan Hijauan dengan Konsentrat Berbahan Baku Limbah Pengolahan Hasil Pertanian dalam Ransum Terhadap Penampilan Sapi PFH Jantan. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (Diakses pada tanggal 7 januari 2015) Williamson, G dan W.J.A. Payne.1993. Pengantar Ilmu Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (diterjemahkan oleh S.G.N. D Darmaja). Wodzicka. M.Tomaszewska. I.M.Mastika, A.Djajanegara, S.Gardiner dan T.R.Wiradarya. 1993.Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press.
Lampiran
Lampiran 1.
Rataan pertambahan bobot badan, konsumsi susu segar, dan efisiensi penggunaan susu segar anak kambing masa akhir prasapih selama penelitian
Bobot Badan (kg) Perlakuan
Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian Harian (g/ekor/hari) (kg/ekor)
Awal
Akhir
2,05
2,70
0,65
30,95
2,95
3,33
0,38
17,86
3,03
3,53
0,50
23,81
3,13
3,59
0,46
21,90
1,95
2,49
0,54
25,71
5,96
6,91
0,95
45,24
3,95
4,53
0,58
27,62
4,85
5,85
1,00
47,62
Anak Kembar
Anak Tunggal
Lampiran2.
4,32
5,08
0,76
36,19
5,85
6,63
0,78
37,14
5,06
5,73
0,67
31,90
4,43
5,16
0,73
34,76
Pengaruhtipe kelahiran Terhadap Pertambahan Bobot Badan anak Kambing Masa Akhir Prasapih Selama Penelitian
Nomor Ternak
Anak Kembar (Y1)
Anak Tunggal (Y2)
Y1
Y12
Y2
Y22
30,95
958,05
25,71
661,22
17,86
318,88
45,24
2046,49
23,81
566,89
27,62
762,81
21,90
479,82
47,62
2267,57
36,19
1309,75
1 2 3 4 5
6 37,14
1379,59
31,90
1017,91
34,76
1208,39
286,19
10653,74
7 8 Jumlah 94,52
2323,64
Rataan 23,63
35,77
29,984
59,374
Ragam
Uji Homogenitas Ragam :
Ragam terbesar Ragam terkecil 59,374 29,984 1,98
F
F0,05; (3;7) = 8,89 Kriteria homogenitas 1,98 < 8,89
12 22
Artinya kedua ragam dari data yang diperoleh adalah homogen
Perhitungan t test :
X1 X 2
t'
2 1
2 2
S S n1 n 2
t'
23,63 35,77 29,984 59,374 4 8
3,14
t tabel yang dikoreksi dengan t’ adalah :
t α ; n 1 1. w 1 t α ; n 2 1.w 2 t'α
2
2
w1 w 2
dimana : w1
S12 n1
w2
S 22 n2
t' α
3,182 .
2,78
29,984 59,374 2,365. 4 8 29,984 59,374 4 8
3.5 3 2.5 2
H0
1.5 1 0.5 0
H1 -3,14
H1 -2,78
0
2,78
Kriteria pengujian Hipotesis adalah terima H0 jika -2,78 < t’ < 2,78 dan tolak H1 dalam hal lainnya. Dari penelitian ini diperoleh t hitung = -3,14 yang berada di luar daerah penerimaan H0 (-2,78 > -3,14 < 2,78), sehingga terima H1 pada taraf kepercayaan 95 %. Hal ini menunjukkan bahwa tipe kelahiran anak kambing memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan anak kambing masa akhir prasapih.
Lampiran3.
Pengaruhtipe kelahiran Terhadap Konsumsi susu segar anak Kambing Masa Akhir Prasapih Selama Penelitian
Nomor Ternak
Anak Kembar (Y1)
Anak Tunggal (Y2)
Y1
Y12
Y2
Y22
137,50
18906,25
140,00
19600,00
100,00
10000,00
165,00
27225,00
117,50
13806,25
175,00
30625,00
125,00
15625,00
187,50
35156,25
150,00
22500,00
187,50
35156,25
160,00
25600,00
162,50
26406,25
1327,50
222268,75
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah 480,00
58337,50
Rataan 120,00
165,94
245,833
283,817
Ragam
Uji Homogenitas Ragam :
Ragam terbesar Ragam terkecil 283,817 245,833 1,15
F
F0,05; (3;7) = 8,89 Kriteria homogenitas 1,15 < 8,89
12 22
Artinya kedua ragam dari data yang diperoleh adalah homogen
Perhitungan t test :
X1 X 2
t'
2 1
2 2
S S n1 n 2
t'
120,00 165,94 245,833 283,817 4 8
4,67
t tabel yang dikoreksi dengan t’ adalah :
t α ; n 1 1. w 1 t α ; n 2 1.w 2 t'α
2
2
w1 w 2
dimana : w1
S12 n1
w2
S 22 n2
t' α
3,182 .
2,88
245,833 283,817 2,365. 4 8 245,833 283,817 4 8
3.5 3 2.5 2
H0
1.5 1 0.5 0
H1 -4,67
H1 -2,88
0
2,88
Kriteria pengujian Hipotesis adalah terima H0 jika -2,88 < t’ < 2,88 dan tolak H1 dalam hal lainnya. Dari penelitian ini diperoleh t hitung = -4,67 yang berada di luar daerah penerimaan H0 (-2,88 > -4,67 < 2,88), sehingga terima H1 pada taraf kepercayaan 95 %. Hal ini menunjukkan bahwa tipe kelahiran anak kambing memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi susu segar anak kambing masa akhir prasapih.
Lampiran4.
Pengaruhtipe kelahiran Terhadap Konversisusu segar anak Kambing Masa Akhir Prasapih Selama Penelitian
Nomor Ternak
Anak Kembar (Y1)
Anak Tunggal (Y2)
Y1
Y12
Y2
Y22
4.4423
19.7341
5.4444
29.6420
5.6000
31.3600
3.6474
13.3033
4.9350
24.3542
6.3362
40.1475
5.7065
32.5644
3.9375
15.5039
4.1447
17.1788
5.0481
25.4831
5.0149
25.1495
4.6747
21.8524
38.2479
188.2605
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah 20.6838
108.0127
Rataan 5.1710
4.7810
0.3525
0.7711
Ragam
Uji Homogenitas Ragam :
Ragam terbesar Ragam terkecil 0.7711 0.3525 2.86
F
F0,05; (3;7) = 8,89 Kriteria homogenitas 2.18< 8,89
12 22
Artinya kedua ragam dari data yang diperoleh adalah homogen
Perhitungan t test :
X1 X 2
t'
2 1
t'
2 2
S S n1 n 2 5.1710 4.7810
0.3525 0.7711 4 8
0.91
t tabel yang dikoreksi dengan t’ adalah :
t α ; n 1 1. w 1 t α ; n 2 1.w 2 t'α
2
2
w1 w 2
dimana : w1
S12 n1
S 22 w2 n2
t' α
3,182 .
2,76
0,3525 0.7711 2,365 . 4 8 0,3525 0,7711 4 8
3.5 3 2.5 2
H0
1.5 1 0.5 0
H1
H1 -2,76
-0.91 0
2,76
Kriteria pengujian Hipotesis adalah terima H0 jika -2,76< t’ < 2,76 dan tolak H1 dalam hal lainnya. Dari penelitian ini diperoleh t hitung = -0,91 yang berada di dalam daerah penerimaan H0 (-2,76< -0.91< 2,76), sehingga tolak H1 pada taraf kepercayaan 95 %. Hal ini menunjukkan bahwa tipe kelahiran anak kambing memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap efisiensi penggunaan susu segar anak kambing masa akhir prasapih.
LAMPIRAN FOTO PENELITIAN
Gambar 1. Pakan hijauan jagung (Zea mays)
Gambar 3. Timbangan pakan
Gambar 2. Proses pengisian pakan
Gambar 4. Mesin giling
Gambar 5. Tempat bak pakan
Gambar 6. Kandang Penelitian
Gambar 7. Anak kambing kembar yang menyusui Gambar 8. Anak kembar berebut susu
Gambar 9. Anak kambing tunggal yang menyusui setelah menyusui
Gambar 10. Pemisahan
Gambar 11. Penimbangan anak kambing tunggal
Gambar 12. Penimbangan anak kambing kembar
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama lengkap Muhammad Ichsan Hidayat dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1994 Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Penulis adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Pasangan dari Ayahanda Ir. Usman Hasan, M.Si dan Ibunda Ir. Husnia Husen. Penulis memulai jenjang pendidikan pada tahun 2000 di Madrasah Ibtidaiyah Buol, selesai pada tahun 2006, kemudian melajutkan pendidikan pada Pesantren Moderen Al-istiqamah Palu, selesai pada tahun 2009, dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negri 2 Biau selesai pada tahun 2012. Penulis melanjutkan kejenjang perguruan tinggi tepatnya di Universitas Tadulako pada tahun 2012 melalui SBMPTN dan diterima difakultas Pertanian yang telah beralih menjadi Fakultas Peternakan dan Perikanan, Jurusan Peternakan.