Skripsi Anggi Jadi 2.docx

  • Uploaded by: Anggi Kusuma
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skripsi Anggi Jadi 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 12,822
  • Pages: 103
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BASIC LIFE SUPPORT TERHADAP KEDALAMAN KOMPRESI DADA BERDASARKAN GUIDELINE AMERICAN HEART ASSOCIATION (AHA) 2015

SKRIPSI

Oleh : NUZULLIA KUSUMA ANGGIA NIM : 10214015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2018

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BASIC LIFE SUPPORT TERHADAP KEDALAMAN KOMPRESI DADA BERDASARKAN GUIDELINE AMERICAN HEART ASSOCIATION (AHA) 2015

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh : NUZULLIA KUSUMA ANGGIA NIM : 10214015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2018

i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BASIC LIFE SUPPORT TERHADAP KEDALAMAN KOMPRESI DADA BERDASARKAN GUIDELINE AMERICAN HEART ASSOCIATION (AHA) 2015

SKRIPSI

OLEH: NUZULLIA KUSUMA ANGGIA NIM: 10214015

Skripsi ini Telah Disetujui Tanggal 9 Agustus 2018

Pembimbing I

Pembimbing II

Winanda Rizki. B.S, S.Kep,Ns, M.Kep

Ika Rahmawati, S.Kep, Ns, M.Kep

Mengetahui : Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ely Isnaeni. S.Kep, Ns, M.Kes Kaprodi

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BASIC LIFE SUPPORT TERHADAP KEDALAMAN KOMPRESI DADA BERDASARKAN GUIDELINE AMERICAN HEART ASSOCIATION (AHA) 2015

Telah Diuji Pada Tanggal 21 Agustus 2018 Oleh Tim Penguji :

Penguji I

Sri Wahyuni, S.Kep, Ns. M.Kep

(

)

Penguji II

Wahyu Agung, S.Kep, Ns. M.Kes

(

)

Penguji III

Winanda Rizki. B.S, S.Kep,Ns, M.Kep

(

)

Penguji IV

Ika Rahmawati, S.Kep, Ns, M.Kep

(

)

Mengetahui: Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ika Rahmawati, S.Kep, Ns, M.Kep Dekan

iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Nuzullia Kusuma Anggia

NIM

: 10214015

Program Studi

: S1 Keperawatan

Judul Skripsi

: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Basic Life Support Terhadap Kedalaman Kompresi Dada Berdasarkan Guideline American Heart Association (AHA) 2015.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benarbenar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi saya ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi di atas perbuatan tersebut.

Kediri, Agustus 2018 Yang membuat pernyataan,

Nuzullia Kusuma Anggia NIM. 10214015

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan – Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Basic Life Support Terhadap Kedalaman Kompresi Dada Berdasarkan Guideline American Heart Association (AHA) 2015” dapat terselesaikan. Bersamaan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dra. E. C. Lianawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata Kediri. 2. Prof. Dr. Muhammad Zainuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan. 3. Ika Rahmawati, S.Kep, Ns, M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dan pembimbing 2 yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan. 4. Ely Isnaeni, S.Kep, Ns. M.Kes., selaku Ketuan Program Studi S1 Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan. 5. Winanda Rizki. B.S,S.Kep,Ns.,M.Kep., selaku Pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

v

6. Sri Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep., selaku penguji 1 yang telah memberikan kesempatan kepada kami dalam menyelesaikan pendidikan. 7. Wahyu Agung, S.Kep, Ns, M. M.Kes., selaku penguji 2 yang telah memberikan kesempatan kepada kami dalam menyelesaikan pendidikan. 8. Orangtua yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan pendidikan. 9. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Kami sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Kediri, Agustus 2018

Penulis

vi

ABSTRAK Pengaruh Pendidikan Kesehatan Basic Life Support Terhadap Kedalaman Kompresi Dada Berdasarkan Guideline American Heart Association (AHA) 2015 Nuzullia Kusuma A, Winanda Rizki B.S 1, Ika Rahmawati 2 Henti jantung (cardiac arrest) merupakan masalah kesehatan global yang sangat penting, dimana penilaian awal yang cepat dan respon yang benar dan cepat dapat mencegah kematian atau kecacatan permanen. Basic Life Support (BLS) adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan nafas, membantu pernafasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu. Tidak hanya petugas pelayanan kesehatan saja , tetapi orang awam, termasuk didalamnya adalah siswa sekolah menengah atas, diharapkan untuk dilatih dalam Basic Life Support (BLS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada pada siswa/siswi SMK Keperawatan. Desain penelitian ini adalah praexsperimental dengan pendekatan one-group pra-post test design. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, dengan total responden sejumlah 25 orang. Skor hasil kompresi dada sebelum dilakukan pendidikan kesehatan BLS sebanyak 23 responden (92%) memiliki kategori kurang, sedangkan skor hasil kompresi dada sesudah dilakukan pendidikan kesehatan BLS sebanyak 12 responden (48%) memiliki kategori baik. Analisa data yang digunakan adalah Wilcoxon Test hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan hasil kompresi dada sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan BLS (p-value = 0,000 <0,05). Kesimpulan penelitian ini bahwa pendidikan kesehatan BLS dapat mempengaruhi hasil dalam melakukan kompresi dada. Disarankan memberikan pelatihan BLS dapat terbukti menjadi cara efektif untuk meningkatkan keterampilan siswa/siswi SMK Keperawatan dalam melakukan kompresi dada yang tepat.

Kata kunci: Pendidikan Kesehatan, Basic Life Support (BLS), Kedalaman Kompresi Dada.

vii

ABSTRACT Influence of health education Basic Life Support Against the depth of chest compression based on Guideline American Heart Association (AHA) 2015 Nuzullia Kusuma A, Winanda Rizki B.S 1, Ika Rahmawati 2 Cardiac Arrest is a global health problem that is very important, where the initial assessment of a quick and correct and quick response can prevent death or permanent disability. Basic Life Support (BLS) is an emergency action to liberate the way breath, helps maintain blood circulation and breathing without the use of tools. Health Ministry officials not only alone, but lay people, including high school students are expected to be trained in Basic Life Support (BLS). The purpose of this research is to know the influence of the health education Basic Life Support against the depth of chest compression at students/students of vocational secondary school of nursing. The design of this research is the preexsperimental with the approach of the one-group pre-post test design. The sampling technique used is the total sampling total respondents, with a number of 25 people. Score results of chest compression before conducted health education BLS as much as 23 respondents (92%) have less category, while the score results of chest compression after conducted health education BLS as many as 12 of the respondents (48%) have a good category. Analysis of the data used is the Wilcoxon Test results showed the presence of chest compression results change before and after health education given BLS (p-value = 0.000 < 0.05). Conclusion of this research is that the BLS can affect health education results in doing chest compression. Recommended providing training BLS can be proven to be an effective way to improve the skills of the student/nurse Nursing high school students in doing the right chest compression.

Keywords: Health education, Basic Life Support (BLS), the depth of chest compression.

viii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v ABSTAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ...................... xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... A. Latar Belakang ........................................................................................ B. Rumusan Masalah................................................................................... C. Tujuan Penelitian .................................................................................... D. Manfaat Penelitian ..................................................................................

1 1 6 6 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... A. Konsep Pendidikan Kesehatan ............................................................... 1. Definisi ............................................................................................... 2. Tujuan ............................................................................................... 3. Sasaran dan Ruang Lingkup ............................................................. 4. Tahap-Tahap Kegiatan ....................................................................... 5. Perencanaan Program......................................................................... B. Konsep Basic Life Support (BLS) .......................................................... 1. Definisi BLS ...................................................................................... 2. Tujuan BLS ........................................................................................ 3. Indikasi BLS ..................................................................................... 4. Alogaritma BLS ................................................................................. 5. Rantai Keselamatan BLS ................................................................... C. Konsep Pendidikan Basic Life Support (BLS) Terhadap Kedalaman Kompresi Dada .......................................................................................

8 8 8 8 9 11 13 17 17 18 18 21 22

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................... A. Kerangka konsep .................................................................................... B. Hipotesis .................................................................................................

29 29 30

ix

27

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... A. Desain penelitian .................................................................................... B. Lokasi dan waktu penelitian ................................................................... C. Populasi, Sampel dan Teknik Samping .................................................. 1. Populasi .............................................................................................. 2. Sampel................................................................................................ 3. Teknik sampling................................................................................. D. Variabel penelitian .................................................................................. 1. Variabel independent ......................................................................... 2. Variabel dependent ............................................................................ 3. Definisi operasional .......................................................................... E. Instrumen penelitian ............................................................................... F. Prosedur pengumpulan data .................................................................... 1. Tahap Persiapan ................................................................................. 2. Tahap Pelaksanaan ............................................................................. 3. Tahap Akhir Penelitian ...................................................................... G. Pengolahan dan analisa data ................................................................... 1. Pengolahan data ................................................................................. 2. Analisa data ........................................................................................ H. Etika Penelitian ....................................................................................... I. Kerangka Kerja ......................................................................................

31 31 32 32 32 32 33 33 33 34 35 37 39 39 39 30 40 40 41 42 45

BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... A. Data Khusus ............................................................................................

47 47

BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... A. Pembahasan ............................................................................................ 1. Mengidentifikasi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada sebelum dilakukan pendidikan Kesehatan Basic Life Support (BLS) 2. Mengidentifikasi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada sesudah dilakukan pendidikan Kesehatan Basic Life Support (BLS) 3. Menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Basic Life Support (BLS) terhadap hasil kedalaman kompresi dada. ..............................

50 50

BAB VIIPENUTUP........................................................................................ A. Kesimpulan ............................................................................................. B. Saran .......................................................................................................

55 55 55

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

57

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

59

x

50 51 52

DAFTAR TABEL Halaman Tabel IV.1

Tabel IV.2

Tabel V.1 Tabel V.2

Tabel V.3

Tabel V.4

Rancangan pra-experimental pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015. .......................................... Definisi Operasional Pendidikan Kesehatan Basic Life Support Terhadap Kedalaman Kompresi Dada Berdasarkan Guideline AHA 2015. .......................................... Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di SMK Keperawatan Bhakti Wiyata kelas X ........................................ Distribusi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada sebelum dilakukan pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) pada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri ........................................................................................ Distribusi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada setelah dilakukan pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) pada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri ........................................................................................ Analisa pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) terhadap kedalaman kompresi dada...............................

xi

31

35 47

47

48 48

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar II.1 Alogaritma BLS ......................................................................... 21 Gambar II.2 Rantai Keselamatan OHCA ....................................................... 22 Gambar III.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 29 Gambar IV. 1 Kerangka Kerja ....................................................................... 45

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16

Halaman Surat Ijin Pengambilan Data Awal ............................................ 60 Lembar Bimbingan Skripsi ....................................................... 61 Kalender Penelitian ................................................................... 63 SAP ........................................................................................... 64 Leaflet ....................................................................................... 73 Lembar Penjelasan .................................................................... 75 Lembar Permohonan Menjadi responden ................................. 77 Lembar Persetujuan Menjadi Responden.................................. 78 PPT Basic Life Support CPR Guidelines AHA 2015 ............... 79 SOP ........................................................................................... 81 Lembar Observasi ..................................................................... 82 Lembar Surat Lanjutan Penelitian ............................................. 84 Lembar Surat Permohonan Izin Penelitian ............................... 85 Lembar Surat Balasan Penelitian .............................................. 86 Lembar Surat Keterangan Layak Etik ....................................... 87 SPSS .......................................................................................... 88

xiii

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

Daftar Arti Lambang: % = Persen > = Lebih Dari < = Kurang Dari α = Alfa / = Atau Daftar Singkatan: BLS = Basic Life Support CPR =Cardio Pulmonary Resuscitation SCA =Sudden Cardiac Arrest AED =Automated External Defibrillator

xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Henti jantung muncul secara tiba-tiba dan tanpa peringatan atau gejala terlebih dahulu, ini dipicu oleh malfungsi aliran listrik jantung yang menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur ( AHA 2015). Sudden Cardiac Arrest (SCA) adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung (AHA, 2015). Kejadian henti jantung, terjadi tanpa bisa diprediksi sebelumnya. Kasus henti jantung atau serangan jantung, bisa terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah jenis kelamin, obesitas, riwayat keluarga, umur. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat dan stres (Muttaqin, 2009) Bila seseorang mengalami henti jantung, maka hilangnya fungsi jantung untuk memompa darah yang terjadi secara mendadak. Hal ini menyebabkan kurangnya oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh terutama otak dan jantung itu sendiri. Bila kurang oksigen ke otak, maka sel-sel otak akan mati dan hilangnya kesadaran dan fungsi otak lainnya. Pada jantung, sel-sel jantung akan kekurangan oksigen, dan akan mati. Bila tidak cepat di tangani maka dapat berujung pada kematian (Nugroho, 2011).

1

2

Kejadian henti jantung di dunia cukup meningkat, seseorang yang sedang dirawat dirumah sakit khususnya pada ruang gawat darurat mempunyai risiko terjadinya henti jantung (Vanden et al, 2010). Rumah sakit di Amerika Serikat dan Kanada seseorang yang mengalami henti jantung setiap tahunnya mencapai 350.000 yang mana setengahnya meninggal di rumah sakit, suatu penelitian menerangkan bahwa 81% henti jantung disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Orang yang memiliki penyakit jantung akan meningkatkan risiko untuk terjadinya henti jantung (Vanden et al, 2010). Lima dari 1000 pasien yang dirawat dirumah sakit diperkirakan mengalami henti jantung, sebagian besar pasien henti jantung tidak mampu bertahan hidup hingga keluar rumah sakit (Goldbelger, 2012). Di Indonesia tidak ada data statistik yang pasti mengenai jumlah kejadian henti jantung di rumah sakit setiap tahunnya (Suharsono & Ningsih, 2012). Pada tahun 2010, remaja yang merupakan salah satu bagian dari masyarakat awam berjumlah sekitar 1,1 miliar penduduk dunia ( WHO, 2010). Jumlah penduduk indonesia pada tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa dan 26,67 % atau 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja ( BKKBN 2014). Seharusnya para remaja yang tergolong siswa setingkat sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruhan (SMK) sudah dapat melakukan tindakan BLS dengan baik dan benar. Pemberian simulasi tindakan resusitasi jantung paru pada para siswa SMA/SMK merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi peningkatan jumlah orang yang terlatih dalam BLS. Pemberian simulasi ini juga dapat menambah

3

wawasan dan pengetahuan para siswa sehingga dapat memotivasi mereka untuk melakukan tindakan RJP dalam kondisi kegawat daruratan tak terduga yang membutuhkan pertolongan sesegera mungkin ( AHA 2015). Menurut Meissner (2012) menyebutkan bahwa anak usia 12-14 tahun di jerman telah mampu melakukan tindakan RJP dengan baik, sama baiknya dengan yang dilakukan orang dewasa. Kejadian henti jantung sangat banyak terjadi dan dapat berakibat kepada kematian seseorang yang mengalaminya. Namun hal tersebut dapat kita cegah dengan memberikan pendidikan BLS secara dini, cepat dan tepat kepada remaja. BLS harus segera dilakukan secara cepat dan tepat sebab dalam waktu 3-5 menit segera setelah henti jantung terjadi, aliran darah ke otak terhenti dan terjadi penurunan suplai oksigen ke otak sehingga otak mengalami hipoksia (McNally, 2011). Menurut Yuniadi (2011), kejadian henti jantung terbanyak disebabkan oleh penyakit jantung iskemik dengan salah satu komplikasi utamanya yaitu ventrikel takikardi (VT). Pusbankes 118 (2013) menambahkan bahwa, henti jantung disebabkan Infark Myocard Acute (IMA), penebalan dinding jantung, gagal jantung, Myocarditis, dan trauma atau temponade. Terdapat tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada korban henti jantung yaitu kehilangan kesadaran mendadak (Collapse) akibat ketiadaan oksigen ke otak, pupil mata berdilatasi dalam waktu 45 detik, dapat terjadi kejang, dan tanda henti jantung yang paling dapat dipercaya adalah tidak

4

ada denyutan dan bunyi jantung tidak terdengar (Pulsasi carotid) (Brunner & Suddart 2002). Menurut American Heart Association (AHA 2015) BLS adalah tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami kondisi gawat darurat, termasuk yang mengalami serangan jantung/ henti jantung dan henti nafas. Tindakan BLS ini dapat disingkat teknik CAB pada prosedur Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) yaitu C (Circulation) Menekan dada untuk mempertahankan sirkulasi, A ( Airway ) Menjaga jalan nafas tetap terbuka, B (Breathing) Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat. Kedalaman kompresi dada sewaktu melakukan CPR secara manual, penolong harus melakukan kompresi dada hingga kedalaman minimum 2 inci (5 cm) tidak lebih dari 2,4 inci (6 cm). Kompresi yang tepat akan menciptakan aliran darah terutama dengan menambah tekanan intrathoraks dan secara langsung mengkompresi jantung, yang pada akhirnya menghasilkan aliran darah dan penyaluran oksigen yang penting ke jantung dan otak (Aicken R, et al, 2015). Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesehatan ke dalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses pendidikan. (Rakhmat, 2011). Pendidikan BLS yang akan diberikan berupa bagaimana melakukan penanganan langsung terhadap Sudden Cardiac Arrest (SCA) dan sistem tanggap darurat dan Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR)

5

atau resusitasi jantung paru (RJP) dini bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang sudah peneliti lakukan kepada 10 siswa/siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri 7 dari 10 siswa/siswi memahami untuk teori tentang BLS tetapi untuk praktek RJP nya masih belum bisa melakukan kompresi dada dengan kedalaman yang benar sesuai Guidelines AHA 2015. Berdasarkan kajian di atas, menjadi penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015 pada siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil penulis adalah “ Adakah pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada pada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. ” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap

kedalaman

kompresi

Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri.

dada

pada

siswa/siswi

SMK

6

2. Tujuan Khusus a. Mengkaji kedalaman kompresi dada pada siswa/siswi SMK Keperawatan sebelum diberikan pendidikan kesehatan BLS. b. Mengkaji kedalaman kompresi dada pada siswa/siswi SMK Keperawatan sesudah diberikan pendidikan kesehatan BLS. c. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada pada siswa/siswi SMK Keperawatan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Merupakan salah satu sebagai informasi dalam Pendidikan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada pada siswa/siswi SMK Keperawatan. 2. Bagi Peneliti Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan peneliti secara langsung dalam mengetahui pengaruh pendidikan Basic Life Support terhadap

kedalaman

kompresi

dada

pada

siswa/siswi

SMK

Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. 3. Bagi Pembaca Menambah pengetahuan, khususnya memberikan bantuan hidup dasar (Basic Life Support) secara cepat dan tepat.

7

4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan Basic Life Support pada siswa/siswi SMK Keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Kesehatan 1. Definisi Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis dan bukan hanya proses pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan seperangkat prosedur yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai (Maulana,2009). Maulana (2009) mendefinisikan pendidikan kesehatan sebagai proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan intelektual, psikologi,

dan

sosial

yang

diperlukan

untuk

meningkatkan

kemampuan individu dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, dan masayarakat. Proses tersebut rupanya didasarkan pada prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang memberi kemudahan untuk belajar dan perubahan perilaku, baik bagi tenaga kesehatan maupun bagi pemakai jasa pelayanan, termasuk anak-anak dan remaja. 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan WHO pada 1954 menyatakan bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan. Namun, perilaku mencakup hal yang luas sehingga perilaku perlu di kategorikan secara mendasar sehingga rumusan tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci menjadi beberapa hal.

8

9

Maulana (2009) menyebutkan 3 tujuan pendidikan kesehatan, yaitu: 1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. Oleh karena itu, pendidik kesehatan harus bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup sehat sehingga menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari. 2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. 3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang telah ada. Kadang kala pemanfaatan sarana pelayanan yang ada di lakukan secara berlebihan dan bahkan justru sebaliknya, seperti saat kondisi sakit tetapi tidak menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya. 3. Sasaran dan Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Maulana

(2009)

menyebutkan

bahwa

sasaran

pendidikan

kesehatan adalah masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan, kelompok tertentu (seperti: perempuan, pemuda, remaja, dan lembaga pendidikan), dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual. Ruang lingkup pendidikan kesehatan, baik sebagai ilmu maupun seni, sangatlah luas karena mencakup segi kehidupan masyarakat. Notoatmodjo (2009) menyebutkan bahwa ruang lingkup pendidikan

10

kesehatan berdasarkan beberapa hal, yaitu aspek kesehatan, tatanan atau tempat pelaksanaan, dan tingkat pelayanan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk topik ruang lingkup pendidikan kesehatan. 1) Berdasarkan Aspek Kesehatan Berdasarkan aspek kesehatan, terdapat dua aspek lagi di dalamnya, yaitu aspek promotif serta aspek pencegahan dan penyembuhan. Pertama, aspek promotif menjadikan kelompok orang sehat atau sekitar 80-85% populasi menjadi sasaran pendidikan kesehatan. Derajat kesehatan dinilai cukup dinamis walaupun dalam kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya. Kedua, aspek pencegahan dan penyembuhan. Dalam aspek ini, upaya pendidikan kesehatan mencakup tiga upaya atau kegiatan, yaitu pencegahan tingkat pertama (primer), pencegahan tingkat kedua (sekunder), dan pencegahan ketiga (tersier). Tujuannya adalah agar dapat memungkinkan penderita segera pulih kembali dan mengurangi kecacatan seminimal mungkin. 2) Berdasarkan tatanan atau tempat pelaksanaan. Ruang lingkup berdasarkan tatanan atau tempat pelaksanaan dibagi menjadi lima, yaitu tatanan keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat umum, dan fasilitas pelayanan kesehataan. Di tatanan keluarga, sasaran utamanya adalah orang tua. Tatanan

11

sekolah menjadikan guru sebagai sasaran utama. Di tatanan tempat kerja, pemilik, pemimpin, atau manajer menjadi sasaran pendidikan kesehatan. Di tatanan tempat umum, para pengelola tempat umum menjadi sasaran utamnya, terakhir, di fasilitas pelayanan kesehatan, sasaran utamanya adalah pimpinan fasilitas kesehatan. 3) Berdasarakan tingkat pelayanan. Ruang

lingkup

dan

sasaran

pendidikan

kesehatan

berdasarkan tingkat pelayanan sesuai dengan konsep five levels of prevention (Maulana, 2009). Kelima hal tersebut adalah health promotion

(peningkatan

kesehatan),

specific

protection

(perlindungan khusus), early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera), disability limitation (pembatasan

kemungkinan

cacat),

dan

rehabilitation

(rehabilitasi). 4. Tahap-Tahap Kegiatan Perlu diketahui bahwa mengubah perilaku seseorang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Oleh sebab itulah, kegiatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara ilmiah melalui beberapa tahap kegiatan, yaitu tahap sensitisasi, publisitas, edukasi, dan motivasi (Maulana, 2009). Berikut adalah penjelasan kelima tahap tersebut. 1) Tahap sensitisasi Kegiatan di tahap ini adalah pemberian informasi untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-

12

hal penting yang berkaitan dengan kesehatan, fasilitas kesehata, dan kegiatan imunisasi. Kegiatan di tahap ini hanya sebatas pemberian informasi tertentu untuk merangsang masyarakat terhadap perilaku kesehatan dan bentuk kegiatannya adalah radio spot, poster, selebaran, dan lain-lain. 2) Tahap publisitas Tahap ini menjadi kelanjutan dari tahap sensitisasi yang memiliki tujuan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang jenis pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti di puskesmas, posyandu, polindes, dan pustu. 3) Tahap edukasi Tahap

edukasi

ini

bertujuan

untuk

meningkatakan

pengetahuan, mengubah sikap, dan mengarahkan perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. Cara yang digunakan di tahap ini adalah kegiatan belajar-mengajar. Pada tahap ini, penting dilakukan peragaan ataupun demonstrasi perilaku kesehatan. 4) Tahap motivasi Tahap ini memiliki makna bahwa setelah mengikuti pendidikan kesehatan, baik individu maupun masyarakat, harus mempu mengubah perilaku sehari-hari sesuai dengan perilaku yang dianjurkan. Kegiatan-kegiatan diatas dilakukan secara berurutan dan bertahap. Oleh sebab itulah, pendidikan kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi untuk tahap sensitisasi dan publisitas

serta menguasai

ilmu

belajar

mengajar untuk

13

melaksanakan pendidikan kesehatan pada tahap edukasi dan motivasi. 5. Perencanaan Program Pendidikan Kesehatan Perencanaan program adalah kegiatan utama dalam usaha kesehatan masyarakat. Pendidikan kesehatan menjadi cara yang tepat membantu masyarakat mempelajari apa yang harus mereka kerjakan sendiri dan bagaimana mengerjakannya untuk mencapai derajat kesehatan

yang

lebih

baik.

Berikut

adalah

langkah-langkah

perencanaan yang dapat diterapkan oleh para pendidik kesehatan. 1) Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran. Sebelum

melakasanakan

proses

belajar

mengajar,

sebaiknya kita mengidentifikasi aspek epidemiologi dan aspek perilaku sasaran sehubungan dengan penyakitnya. Langkahlangkah ini bertujuan untuk menemukan garis batas antara perilaku yang akan diajarkan dan perilaku yang tidak perlu diajarkan.

Perilaku

yang

akan

diajarkan

selanjutnya

dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus. 2) Menentukan identitas pelajaran. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di langkah kedua ini.

Pendidik

kesehatan

harus

mengetahui

dan

mengidentifikasi area dan pesan pokok atau topik yang akan diberikan. Pendidik juga harus memahami siapa sasaran dari kegiatan ini karena sasaran dapat berupa individu, kelompok,

14

keluarga, dan masyarakat. Berikutnya, tempat, waktu, serta hari dan tanggal pelaksanaan kegiatan tersebut. 3) Pendidik kesehatan harus mengetahui dan mentukan tujuan Maulana (2009) menyebutkan bahwa tujuan khusus harus dibuat sehingga dapat menggambarkan tingkah laku sasaran yang dapat diamati dan dapat diukur oleh pemberi materi. Selain itu, dapat pula berguna untuk membantu dan mempermudah pemberi materi menentukan tercapai atau tidaknya tujuan. Tujuan khusus harus dirumuskan dan memenuhi beberapa syarat berikut. a. Tujuan khusus harus menggunakan istilah atau kata kerja operasional, seperti dibawah ini: 1) Menyebutkan, mengucapkan, mengatakan. 2) Menjelaskan, memilih, dan mengubah. 3) Membedakan, menulis, dan membaca. 4) Membandingkan. 5) Mengganti,

memperbaiki,

memasang,

menjalankan. 6) Menganalisis, memperkirakan, dan mengevaluasi. 7) Mengerjakan. 8) Mengatur dan menyusun. 9) Membuat grafik dan membuat pola. b. Tujuan khusus harus dalam bentuk hasil belajar. c. Tujuan khusus berbentuk tingkah laku sasaran.

dan

15

d. Tujuan khusus selalu meliputi satu jenis kemampuan. 4) Menentukan isi atau materi Komponen isi atau materi dan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada sasaran, misalnya untuk mencapai tujuan intruksional khusus syarat yang harus di capai, antara lain berorientasi pada tujuan khusus, harus menunjang pencapaian tujuan khusus, dan harus di susun berdasarkan masing-masing tujuan khusus. 5) Kegiatan belajar mengajar Kegiatan belajar mengajar ini adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh sasaran dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh

pendidik

berlangsung.

kesehatan

Dalam

selama

kegiatan

proses

belajar

pengajaran

mengajar,

harus

diperhatikan bahwa kegiatan yang disusun harus dapat menggambarkan metode dan media yang digunakan, materi atau isi, dan aktivitas lain yang diperlukan. Kegiatan mengajar harus sesuai dan berhubungan dengan kegiatan belajar. Misalnya, jika guru menjelaskan, sasaran diminta untuk memperhatikan penjelasan dan mencatat halhal yang penting atau jika guru memeragakan sesuatu dan sasaran mengamati. Pembuatan matriks biasanya dapat digunakan untuk mempermudah pembuatan.

16

6) Menentukan metode Penggunaan metode untuk semua bahan tentunya tidak akan sama. Berikut adalah beberapa pertimbangan untuk menentukan metode harus sesuai dengan: tujuan dan dapat mempercepat pencapaian tujuan, bahan dan materi yang akan diajarkan, alat yang tersedia, jumlah sasaran, mendorong sasaran tingkat aktif belajar, waktu dan kondisi saat proses belajar berlangsung, seperti jam terakhir, suasana gelap, dan lingkungan bising. 7) Alat dan sumber pelajaran Alat belajar, media atau alat peraga adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk memperlancar jalannya pengajaran sehingga materi dengan mudah dipahami oleh sasaran. Alat peraga ini bisa berupa poster, gambar, dan lain-lain. Sumber belajar berarti sumber atau tempat materi yang akan diberikan dapat diperoleh oleh pendidik kesehatan. Sumber belajar dapat diperoleh dari wawancara dengan hasil ataupun dari literatur-literatur terkait. 8) Menentukan evaluasi Tahap terakhir ini terkadang dilupakan. Evaluasi atau penilaian ini adalah kegiatan yang berupa pengecekan atau upaya mengontrol sehingga tujuan tercapai. Hal-hal yang dievaluasi adalah semua proses mulai dari prosedur (selama, sebelum atau setelah pembelajaran), jenis (tertulis atau lisan),

17

hingga bentuk (esai tertutup atau terbuka, pilihan ganda). Rumusan evaluasi dibuat dalam bentuk butir pertanyaan dan jumlah minimalnya sama dengan rumusan tujuan khusus.

B. Konsep Basic Life Support (BLS) 1. Definisi Basic Life Support adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti jantung. Aspek dasar BLS meliputi penanganan langsung terhadap Sudden Cardiac Arrest (SCA) dan sistem tanggap darurat, Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat dengan (AED) Automated External Defibrillator (Berg, et al 2010). BLS merupakan sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014). Menurut Krisanty (2009) BLS adalah memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi pada pasien henti jantung atau henti nafas melalui RJP/ CPR. Menurut American Heart Association (AHA 2015) tindakan BLS ini dapat disingkat teknik CAB pada prosedur CPR yaitu: a. C (Circulation ) Menekan dada untuk mempertahankan sirkulasi b. A ( Airway ) Menjaga jalan nafas tetap terbuka. c. B (Breathing) Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat.

18

2. Tujuan Basic Life Support menurut (AHA, 2015) antara lain: a. Mengurangi tingkat morbilitas dan kematian dengan mengurangi penderitaan. b. Mencegah penyakit lebih lanjut atau cedera. c. Mempercepat pemulihan. Tujuan BLS ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief & Kartini 2009). Sedangkan menurut Alkatri (2007), tujuan utama dari BLS adalah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke jaringan tubuh. 3. Indikasi Basic Life Support Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang terkandung didalam BLS sangat penting terutama pada pasien dengan henti jantung karena ventrikel fibrilasi yang terjadi di luar rumah sakit, pasien di rumah sakit dengan ventrikel fibrilasi primer dan penyakit jantung iskemi, pasien dengan hipotermi, overdosis, obstruksi jalan napas atau Primary Respiratory Arrest (Alkatri, 2007). a. Henti Jantung (Cardiac Arrest) Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah karena kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut bisa disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau penyakit sekunder non jantung. Henti jantung adalah

19

bila terjadi henti jantung primer, oksigen tidak beredar dan oksigen tersisa dalam organ vital akan habis dalam beberapa detik (AHA 2015). Henti jantung dapat disebabkan oleh faktor intrinsik atau ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa penyakit kardiovaskular seperti asistol, ventrikel fibrilasi dan disosiasi elektromekanik. Faktor ekstrinsik

adalah

kekurangan

oksigen

akut

(henti

nafas

sentral/perifer, sumbatan jalan nafas dan inhalasi asap), kelebihan dosis obat (digitas, kuinidin, antidepresan trisiklik, propoksifen, adrenalin

dan

isoprenalin),

(hipo/hiperkalemia,

gangguan

hipo/hipermagnesia,

asam

basa/elektrolit

hiperkalsemia

dan

asidosis), kecelakaan (syok listrik, tenggelam dan cedera kilat petir), refleks vagal, anestesi dan pembedahan (AHA 2015). b.

Henti Napas (Respiratory Arrest) Henti napas adalah berhentinya pernafasaan spontan disebabkan karena gangguan jalan nafas persial maupun total atau karena gangguan dipusat pernafasaan. Tanda dan gejala henti napas berupa hiperkarbia yaitu penurunan kesadaran, hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (AHA 2015). Henti nafas primer (Respiratory Arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas, obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, serangan infark jantung,

20

radang epiglotis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lain (AHA 2015).

21

4. Penyedia Layanan Kesehatan BLS Alogaritma Serangan Jantung Pada Orang Dewasa - Pembaruan 2015.

Gambar 2.1.Proses Penyedia Layanan Kesehatan BLS Alogaritma Serangan Jantung Pada Orang Dewasa - Pembaruan 2015. ( AHA 2015).

22

5. Rantai Keselamatan dan Langkah-langkah Basic Life Support Rantai keselamatan dan langkah-langkah Basic Life Support menurut AHA (2015)antara lain:

Gambar 2.2. Rantai kelangsungan hidup OHCA A. Langkah-langkah Basic Life Support pada korban dewasa 1) Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera a) Melakukan 3A (Aman) Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko infeksi anda juga dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan

kondisi

sekitar

padasaat

melakukan

pertolongan. Maka ada beberapa hal yang harus dilakukan penolong pada korban yaitu : (1) Memastikan keamanaan anda Keamanaan sendiri merupakan prioritas utama, karena bagaimana kita dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri berada dalam bahaya. Akan merupakan hal yang ironis seandainya kita bermaksud menolong tetapi karena tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang terjerumus dalam bahaya.

23

(2) Memastikan keamanan lingkungan. Ingat rumus do no futher harm karena ini meliputi juga lingkungan sekitar penderita yang belum terkena cidera. Sebagai contoh ketika terjadi kecelakaan lalu lintas, ingatlah para penonton untukcepat-cepat menyingkir karena ada bahaya seperti ledakan/api. (3) Memastikan keamanan penderita. Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita sendiri, karena penderita ini sudah mengalami cedera dari awal. b) Memastikan kesadaran korban. Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika korban tidak sadarkan diri dan bernafas secara abnormal (terengah-engah) penolong harus mengasumsikan korban mengalami henti jantung. Penolong harus memastikan korban tidak merespon dengan cara memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau menggoyanggoyangkan bahu korban. c) Meminta pertolongan Korban tidak merespon maka penolong harus segera mengaktifkan SPGDT dengan menelpon Ambulans Gawat Darurat

118

atau

ambulans

rumah

sakit

terdekat.

Mengaktifkan SPGDT penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang terjadi,

24

jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu penolong, misalnya penolong pertama memeriksa respon korban kemudian melanjutkan tindakan BLS, sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelpon ambulans terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED). 2) Resusitasi Jantung Paru (RJP) RJP terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas dengan perbandingan 30:2 berarti 30 kali penekanan dada kemudian dilanjutkan dengan memberikan 2 kali bantuan napas. Bantuan napas diberikan jika penolong yakin melakukannya. Penekanan dada yang dilakukan dengan prinsip tekan kuat, tekan cepat mengembang sempurna. Memaksimalkan efektivitas penekanan dada, korban harus berada ditempat yang permukaannya datar. Penolong meletakan pangkal telapak tangan ditengah dada korban dan meletakan tangan yang lain diatas tangan yang pertama dengan jari-jari saling mengunci dan lengan tetap lurus. Penolong memberikan penekanan dada dengan kedalaman minimum 2 inci (5 cm) tidak lebih dari 2,4 inci (6 cm) dengan frekuensi 100-120 kali permenit (prinsip tekan cepat). Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk mengembang kembali untuk memungkinkan darah terisi terlebih dahulu pada jantung (prinsip mengembang sempurna). Penolong

25

juga harus meminimalisasi interupsi saat melakukan penekanan (prinsip interupsi minimal). Bantuan nafas diberikan setelah membuka jalan napas korban dengan teknik mengadahkan kepala dan mengangkat dagu (head tilt-chin lift). Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan telunjuk agar tertutup kemudian diberikan nafas buatan sebanyak 2 kali, masing-masing sekitar 1 detik, buang nafas seperti biasa melalui mulut. Bantuan nafas diberikan dari mulut atau menggunakan pelindung wajah yang diletakkan diwajah korban. Lihat dada korban saat memberikan nafas buatan, apakah dadanya mengembang, kemudian tunggu hingga kembali turun memberikan nafas buatan berikutnya. RJP dilakukan bergantian setiap 2 menit (5 siklus RJP) dengan penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat kejut jantung otomatis (AED) datang dan siap untuk digunakan atau bantuan dari tenaga kesehatan telah datang. 3) Melakukan kejut jantung dengan alat kejut jantung otomatis (AED) Alat kejut jantung otomatis (AED) merupakan alat yang dapat memberikan kejutan listrik pada korban. Pertama, pasang terlebih dahulu bantalan (pad) alat kejut jantung otomatis pada dada korban sesuai instruksi yang ada pada alat, setelah dinyalakan ikuti instruksi dari alat tersebut yaitu jangan menyentuh korban karena alat kejut jantung otomatis akan

26

menganalisis irama jantung korban. Alat mengidentifikasi irama jantung yang abnormal dan membutuhkan kejut jantung, minta orang-orang agar tidak ada yang menyentuh korban, lalu penolong menekan tombol kejut jantung pada alat. Penekanan pada dada segera setelah alat memberikan kejutan listrik pada korban. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kelistrikan jantung seperti semula. Posisi pemulihan dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal. Tidak ada standar baku untuk melakukan posisi pemulihan, yang terpenting adalah korban dimiringkan agar tidak ada tekanan pada dada korban yang bisa menggangu pernapasan. Rekomendasi posisi pemulihan adalah meletakan tangan kanan korban keatas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban sehingga korban miring kearah lengan dibawah kepala korban 4) Melakukan Basic Life Support yang efektif Melakukan transportasi pasien ke unit gawat darurat untuk menadapatkan penanganan medis lebih lanjut. 5) Melakukan perawatan pasca henti jantung secara terintegrasi. Memindahkan pasien ke unit perawatan kritis untuk perawatan lebih lanjut post henti jantung.

27

C. Konsep Pendidikan Basic Life Support (BLS) terhadap Kedalaman Kompresi Dada Penolong pertama sering kali orang awam yang tidak memiliki kemampuan menolong yang memadai sehingga dapat langsung meninggal di tempat kejadian atau mungkin selamat sampai ke fasilitas kesehatan dengan mengalami kecacatan karena cara transport yang salah. Penderita dengan kegagalan pernafasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat di selamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syock karena kehilangan darah dapat di cegah jika sumber pendarahan di atas, dan kelumpuhan dapat di hindari jika upaya evakuasi dan transportasi

cidera spinal

dilakukan dengan benar. Karena itu orang awam yang menjadi penolong pertama harus menguasai 5 kemampuan dasar yaitu : 1. Menguasai cara meminta bantuan pertolongan. 2. Menguasai teknik Basic Life Support resusitasi jantung paru. 3. Menguasai teknik mengontrol pendarahan. 4. Menguasai teknik memasang balut bidai. 5. Menguasai teknik evakuasi dan transportasi. Golongan orang awam lain yang sering berada di tempat umum karena bertugas sebagai pelayan masyarakat seperti polisi, petugas kebakaran, tim SAR, guru atau siswa/siswi harus memiliki kemampuan tambahan lain yaitu kemampuan menanggulangi keadaan gawat darurat dalam kondisi : 1. Penyakit Anak . 2. Penyakit Dalam.

28

3. Penyakit Saraf. 4. Penyakit Jiwa. 5. Penyakit Mata dan Telinga. 6. dan Lainnya Kebutuhan Sistem. Penyebarluasan kemampuan sebagaim penolong pertama dapat diberikan pada masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara formal maupun informal secara berkala dan berkelelanjutan sebagai contoh pelatihan BLS. Pendidikan BLS di instansi-instansi seperti sekolah harus diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum yang sama, untuk sertifikasi yang sama dan rencana tanda lulus yang sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan sehari-hari ataupun bencana masal. Pendidikan kesehatan BLS yang diberikan contohnya adalah pemberikan RJP. RJP dilakukan pada korban dengan henti jantung, RJP terdiri dari 2 tahapan yaitu kompresi dada dan ventilasi dengan perbandingan 1 siklus adalah 30:2. Kompresi dilakukan terus menerus dengan kecepatan 100-120 x/menit dan kedalaman minimum 2 inchi (5cm) tidak lebih dari 2,4 inchi (6cm) dan ventilasi tiap 6-8 detik. Penilaian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan kriteria hasil Baik :101-150, Cukup : 50-100, Kurang : <50 ( Nursalam, 2008).

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A.

Kerangka Konseptual Siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri

Pendidikan Kesehatan BLS yang meliputi langkah – langkah Basic Life Support (BLS): -

Identifikasi korban

--

Resusitasi Resusitasi Jantung Jantung Paru Paru (RJP) (RJP) : Kedalaman kompresi dada menurut AHA 2015: Minimum 2 inci (5cm) tidak lebih dari 2,4 inci (6cm).

-

Ventilasi Melakukan Kejut Jantung(AED) Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif Perawatan pasca henti jantung

Hasil: Baik

: 101-150

Cukup : 50-100 Kurang : <50

Keterangan: = Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti Gambar III.1 Kerangka konsep penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Basic Life Support terhadap Kedalaman Kompresi Dada Menurut AHA 2015.

29

30

PENJELASAN Pendidikan kesehatan BLS diantaranya adalah langkah-langkah dalam penanganan BLS. Langkah-langkah tersebut antara lainIdentifikasi korban, Resusitasi Jantung Paru (RJP), Melakukan Kejut Jantung (AED) , Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif, dan Perawatan pasca henti jantung. Pendidikan kesehatan

BLS ini diberikan kepada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. Pada pendidikan BLS yang dilakukan dalam penelitian hanya tindakan RJP saja.Tindakan RJP yang dilakukan adalah penekanan dada dan bantuan nafas dengan perbandingan 30:2 (30 kali penekanan atau kompresi dada dan 2 kali bantuan nafas), penekanan dada dilakukan dengan kedalaman minimum 2 inci (5cm) tidak lebih dari 2,4 inci (6cm) dengan frekuensi 100-120 kali per menit. Pendidikan kesehatan BLS yang akan diberikan kepada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri berupa praktik RJP yang memfokuskan pada kompresi dada menurut AHA 2015 dengan hasil dikatakan Baik : 100-150, Cukup : 50-100, Kurang : <50.

B. HIPOTESIS Hipotesa dalam penelitian ini adalah: H1: Adanya pengaruh pendidikan BLS dengan menggunakan metode ceramah dan praktek terhadap kedalaman kompresi dada menurut Guideline AHA 2015 pada siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri.

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah sesuatu yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi saat hasil desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum

perencanaan

akhir

pengumpulan

data

digunakan

untuk

mengidentifikasi struktur dimana penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2013). Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif, menggunakan desain penelitian pra-exsperimental dengan pendekatan one-group pra-post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Intervensi berupa pemberian pendidikan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015. Tabel IV.1

Subjek K

Rancangan pra-experimental pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015. Pra Perlakuan Pasca-tes O I O1 Waktu 1

Waktu 2

Waktu 3

Keterangan : K

: Subjek (siswa/siswi SMK Keperawatan kelas X)

O

: Pre test kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015

O1

: Post

test kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015

31

32

I

: Intervensi berupa pendidikan BLS dan praktik kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi: Lokasi penelitian ini dilakukan di SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. 2. Waktu: Penelitian dilakukan pada bulan Mei tahun 2018 sampai dengan bulan Juni tahun 2018.

C. Populasi , Sampel dan Sampling 1.

Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri kelas X, sehingga didapatkan populasi 36 siswa/siswi.

2.

Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel yang dijadikan dalam penelitian ini adalah 25 siswa/siswi. Kriteria subjek penelitian terdiri dari kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang dipenuhi oleh setiap

anggota

populasi

yang

dapat

diambil

sebagai

sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan anggota populasi yang tidak memenuhi kriteria inklusi

33

karena terdapat penyakit yang mengganggu, keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan, hambatan etis dan menolak berpartisipasi (Setiadi, 2007). a.

Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri dengan kriteria sebagai berikut: 1) Siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri kelas X 2) Bersedia menjadi responden penelitian. 3) Tidak memiliki cidera pada tangan.

b.

Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu: 1) Siswa yang tidak hadir saat penelitian.

3.

Teknik Sampling Sampling adalah proses penyeleksian porsi dari populasi, untuk dapat mewakili populasi, dan teknik sampling merupakan cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013). Peneliti menggunakan purposive sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan. Metode ini menggunakan kriteria yang dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi (Sugiyono, 2007).

D. Variabel Penelitian 1.

Variabel Independen (Bebas) Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain

34

(Nursalam, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendidikan Kesehatan Basic Life Support. 2. Variabel Dependen (Terikat) Varabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel ini adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kedalaman

kompresi

dada

berdasarkan

Guideline

AHA

2015

3. Definisi Operasional Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Nursalam 2013). Tabel IV.2

No 1

Variabel Independen: pendidikan kesehatan Basic Life Support.

2

Dependen: Kedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015

Definisi Operasional Pendidikan Kesehatan Basic Life Support Terhadap Kedalaman Kompresi Dada Berdasarkan Guideline AHA 2015. Definisi Operasional Merupakan sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas. Memberikan penekanan dada dalam RJP dengan kedalaman minimum 2 inci (5cm) tidak lebih dari 2,4 inci (6cm) pada manekin.

Parameter Memberikan pengetahuan tentang BLS yaitu : 1. Pengertian BLS. 2. Tujuan BLS. 3. Indikasi BLS. 4. Alogaritma BLS. 5. Langkah-langkah rantai keselamatan BLS. Dengan kedalaman minimum 2 inci (5cm) tidak lebih dari 2,4 inci (6cm) pada manekin. Dilakukan kompresi dada sebanyak 5 siklus selama 2 menit.

Alat Ukur PPT & Leaflet

SOP & Lembar Observasi Monitor manekin RJP.

Skala -

Skor -

Baik

Ordinal

: 101-150

Cukup : 50-100 Kurang : <50 (Nursalam, 2008)

35

36

E. Instrumen Penelitian Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2005). Berikut adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian: Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) SOP Standart Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja. Di dalam SOP ini berisi tentang prosedur tindakan BLS yang harus dilakukan dengan benar yang meliputi cara melakukan RJP yang tepat yaitu 30 kompresi dada dengan kedalaman 5-6cm (Laksmi, 2008). Maka akan di dapatkan nilai yang di kategorikan Baik :101150, Cukup : 50-100, Kurang : <50. b) Power Point(PPT) Salah satu media yang digunakan untuk memberikan suatu materi untuk presentasi yang berisi tentang penjelasan mengenai materi Basic Life Support yang meliputi pengertian BLS, tujuan BLS, indikasi BLS, alogaritma BLS, langkah-langkah rantai keselamatan BLS. c) Leaflet Leaflet adalah salah satu bentuk publikasi singkat yang mana biasanya berbentuk selebaran yang berisi keterangan atau informasi

37

tentang sebuah bentuk layanan yang perlu diketahui oleh khalayak umum. Di dalam leaflet ini berisi tentang informasi mengenai definisi BLS dan bagaimana langkah-langkah melakukan BLS yang tepat. d) Lembar Observasi monitor manekin RJP Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian pada sebuah kegiatan. Di dalam lembar observasi ini di gunakan untuk melihat perbedaan skor kedalaman kompresi dada sebelum di dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan BLS.

F. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap , yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir penelitian. 1) Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi: pemilihan tempat penelitian dan sampel, pencatatan atau menentukan lokasi kerja responden, mengajukan ijin kepada Ketua Program Studi S1 Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, mengajukan permohonan ijin penelitian di SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kota Kediri,

mengadakan pertemuan

untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, memberikan penjelasan

mengenai

pelaksanaan penelitian.

inform

concent,

dan

menentukan

waktu

38

2) Tahap Pelaksanaan Tahap ini dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadapkedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 1 kali pertemuan di bagi menjadi 3 sesi, antara lain: a) Pertama, dilakukan pre test pada siswa/siswi SMK Keperawatan berupa praktik kompresi dada. b) Kemudian dilakukan pemberian materi berupa pendidikan BLS dengan metode ceramah menggunakan media PPT dan leaflet yang akan di berikan oleh peneliti dan di dampingi oleh praktisi rumah sakit RSUD Gambiran dan praktik kompresi dada yang benar berdasarkan Guideline AHA 2015 c) Dilakukan post test pada siswa/siswi SMK Keperawatan berupa praktik kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015. 3) Tahap Akhir Penelitian Setelah pelaksanaan penerapan pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015 dan data yang diperoleh dari penilaian tes akhir (post test) selanjutnya adalah tahap melakukan pengolahan data meliputi analisis data dan penarikan kesimpulan serta menyusun hasil penelitian.

G. Pengolahan Data dan Analisa Data Data yang diperoleh merupakan data mentah sehingga belum memberikan gambaran yang diharapkan, oleh karena itu perlu diolah untuk

39

mendapatkan hasil yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan langkah-langkah pengolahan data yang terdiri dari seleksi data (langkah ini dimaksudkan untuk memilih data yang representatif yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya) mengelompokkan data dan tabulasi data. 1.

Pengolahan Data Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut : a.

Editing Memeriksa data, menyisihkan data yang tidak lengkap, dan memperjelas data yang diinginkan peneliti.

b.

Coding Coding merupakan pemberian tanda atau mengklasifikasikan tindakan

dari

para

responden

ke

dalam

kategori

tertentu

(Setiadi,2007). Memberikan kode pada setiap instrumen penelitian untuk mempermudah pengolahan data. Peneliti melakukan perkodean pada setiap hasil kompresi dada yaitu: Kode 1= Kurang

Kode 1= Laki-Laki

Kode 2= Cukup

Kode 2= Perempuan

Kode 3= Baik c.

Entry Memasukkan data kedalam komputer dengan menggunakan software pengolahan data menggunakan SPSS versi 20.

40

d.

Tabulating Tabulasi dilakukan dengan memasukkan data kedalam tabel dicantumkan dalam lampiran halaman 88.

2.

Analisa Data a.

Analisa Univariat Analisis data univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Karakteristik yang diteliti berupa keterampilan siswa/siswa SMK Keperawatan terhadap kedalaman kompresi dada menurut AHA 2015.

b.

Analisa Bivariat Analisis data bivariat bertujuan untuk menganalisis dua kelompok data yang terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel yang dianalisis yaitu pengaruh pendidikan BLS terhadap kedalaman kompresi dada menurut Guideline AHA 2015 pada siswa/siswi SMK Keperawatan. Uji statistik yang digunakan yaitumenggunakan uji Wilcoxon.

H. Etika Penelitian Sebelum

melakukan

sebuah

penelitian,

penting

untuk

dipertimbangkan etika penelitian yang meyakini bahwa responden dilindungi, dengan memperhatikan aspek self determination, privacy and dignity, anonymity and confidentiality, informed consent and protection from discomfort (Polit & Hunger, 2005). Penelitian ini akan mengajukan

41

permohonan ijin kepada kepala sekolah SMK Keperawatan Bhakti Wiyata untuk mendapatkan surat keterangan akan melakukan penelitian di SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri,sebelumnya harus lulus uji Ethical Clearance yang memenuhi aspek etika penelitian adalah sebagai berikut: 1. Self Determination. Responden mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak dan boleh berhenti menjadi responden ditengah-tengah pengumpulan data tanpa adanya sangsi apapun. Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden yang diberikan sebelum melakukan penelitian. Pemberian inform consent bertujuan agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian dan

mengetahui dampaknya. Peneliti sebelum melakukan pengumpulan data dan pelaksanaan intervensi, terlebih dahulu menjelaskan manfaat penelitian yaitu manfaat bagi responden, tujuan, risiko, prosedur dan waktu pelaksanaannya. Setelah responden bersedia, maka dilanjutkan dengan pengisian inform consent dengan ditandatangani oleh responden, kemudian ke prosedur pengumpulan data dan pelaksanaannya. Dalam hal ini peneliti membagikan lembar pengantar kepada responden, dengan tujuan supaya mengetahui identitas peneliti, maksud, tujuan, dan manfaat penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015.

42

Keuntungan dari penelitian ini tidak berupa materi, melainkan responden dapat mengambil hikmah berupa tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi responden tentang informasi BLS, dan informasi tentang pentingnya kedalaman kompresi dada menurut AHA 2015 bagi siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata agar dapat melakukan pertolongan pertama pada pasien henti jantung. 2. Privacy dan Anonymity. Kerahasiaan informasi terjaga dengan mengganti nama dengan inisial dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Penggunaan anonymity pada penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan kode dan alamat responden pada lembar observasi dan mencantumkan tanda tangan pada lembar persetujuan sebagai responden. 3. Confidentially. Kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan responden harus dijaga. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian. Data yang sudah selesai diteliti dan tidak diperlukan lagi dalam proses penelitian, maka data tersebut dimusnahkan. 4. Protection From Discomfort. Dalam melakukan penelitian, responden harus bebas dari rasa tidak aman. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian kepada responden, tidak ada risiko fisik yang merugikan responden. Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan risiko yang mungkin terjadi pada responden. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risiko yang akan

43

terjadi. Penelitian tidak boleh menimbulkan penderitaan kepada subjek penelitian. Penggunaan asas kemanfaatan pada penelitian ini dilakukan dengan cara menjelaskan secara detail tujuan, manfaat, dan teknik penelitian kepada responden. 5. Justice. Responden mendapat keadilan, Prinsip keadilan memenuhi prinsip keterbukaan. Penelitian dilakukan secara jujur, hati–hati, professional, berperikemanusiaan,

dan

memperhatikan

faktor-faktor

ketepatan,

kecermatan, psikologis dan perasaan subjek penelitian. Penggunaan prinsip keadilan pada penelitian ini dilakukan dengan cara tidak membedakan jenis kelamin dan usia, dan pemberian pendidikan kesehatan BLS mengenai materi kedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015 kepada responden pada kelompok kontrol sebagai rencana tindak lanjut dari penelitian ini.

44

I.

Kerangka Kerja Populasi : siswa-siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata kelas X yang berjumlah 36 siswa/siswi Purposive Sampling Sampel : seluruh responden yang memenuhi kriteria inklusi & eksklusi yang berjumlah 25 siswa/siswi SMK Keperawatan

Pre test : Melakukan praktik kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015 Perlakuan : Pendidikan BLS dengan metode ceramah menggunakan media PPT dan leaflet kemudian melakukan praktik Kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015

Post test : Melakukan praktik kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015

Pengumpulan data

Pengolahan data (Editing, Coding, Scoring, Tabulating)

Analisa data

Hasil

Kesimpulan GambarIV.1 Kerangka Kerja Penelitian pendidikan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada menurut Guideline AHA 2015 pada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri.

BAB V HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Basic Life Support Terhadap Kedalaman Kompresi Dada Berdasarkan Guidelines American Heart Association (AHA) 2015 di SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. Penelitian ini dilakukan pada bulan 24 Mei 2018 dengan jumlah responden 25 siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata. A.

Data Khusus 1. Jenis Kelamin Tabel V.1 No 1 2

Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di SMK Keperawatan Bhakti Wiyata kelas X Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Perempuan 23 92 Laki-Laki 2 8 Total 25 100

Berdasarkan tabel V.1 Dalam penelitian ini, hampir seluruh responden adalah perempuan sebanyak 23 orang (92%). 2. Kedalaman Kompresi Dada Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Basic Life Support (BLS) Tabel V.2 Distribusi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada sebelum dilakukan pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) pada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Kurang 23 92 2 Cukup 2 8 3 Baik 0 0 Total 25 100 Sumber: Data Primer Penelitian

Berdasarkan tabel V.2 menunjukkan bahwa jumlah siswa/siswi yang memiliki hasil kedalaman kompresi dada sebelum diberikan pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) hampir seluruh yaitu sebanyak 23 responden (92%) memiliki kategori kurang.

45

46

3. Kedalaman Kompresi Dada Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Basic Life Support (BLS) Tabel V.3

No

Distribusi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada setelah dilakukan pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) pada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Kurang

5

20

2

Cukup

8

32

3

Baik

12

48

25

100

Total Sumber: Data Primer Penelitian

Berdasarkan tabel V.3 menjelaskan bahwa jumlah siswa/siswi yang memiliki hasil kedalaman kompresi dada setelah dilakukan pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) hampir setengah yaitu 12 responden (48%) memiliki kategori baik.

4. Analisa pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) terhadap kedalaman kompresi dada. Tabel V.4 Analisa pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) terhadap kedalaman kompresi dada. Variabel Nilai Z P-value Beda hasil sebelum dan 4,373 0,000 sesudah Sumber: Data Primer Penelitian Berdasarkan tabel V.4 menunjukkan bahwa nilai Z pada uji wilcoxon antara hasil kedalaman kompresi dada sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Basic Life Support adalah sebesar 4,373 dan p-value sebesar 0,000, maka disimpulkan H0 ditolak karena p-value kurang dari nilai   0, 05 , sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil kedalaman kompresi dada antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) pada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri atau ada pengaruh pedidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) terhadap hasil kedalaman kompresi dada pada siswa/siswi

SMK

Keperawatan

Bhakti

Wiyata

Kediri.

BAB VI PEMBAHASAN

A.

Pembahasan 1. Mengidentifikasi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada sebelum dilakukan pendidikan Kesehatan Basic Life Support (BLS) Berdasarkan tabel V.2 tentang distribusi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada sebelum dilakukan pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) menjelaskan bahwa pada total siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri sebanyak 25 orang terdapat 23 orang (92%) yang hasilnya kurang, 2 orang (8%) hasilnya cukup dan tidak ada yang memiliki hasil baik. Terlihat bahwa mayoritas siswa/siswi belum memiliki keterampilan dalam melakukan kompresi dada dengan baik. Responden dalam penelitian ini menunjukkan pengetahuan yang kurang memadai tentang tindakan yang tepat selama kompresi dada. Hasil ini sejalan dengan apa yang dilaporkan oleh Chaudhary, Parikh & Dave 2011 yang menunjukkan pengetahuan peserta yang kurang tentang tindakan yang tepat yang harus diambil selama resusitasi. Ini merupakan indikasi bahwa kurikulum pengajaran BLS harus diperbaiki dan terstandar sehingga akan memuat komponen teoritis dan praktis yang lebih intensif. Menurut AHA 2015, kedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah minimum 2 inchi (5cm), namun tidak lebih dari 2,4 inchi (6cm). Perbedaan kompresi yang terjadi pada masing-masing responden diakibatkan oleh pengetahuan masing-masing responden yang berbeda

47

48

tentang kedalaman kompresi yang benar. Masih adanya siswa yang belum dapat memperkirakan kedalaman kompresi tidak

efektif.

Pada

manusia

kompresi dewasa

menyebabkan

maka seharusnya

responden dapat mengkompresi dada pantom sedalam 5cm, akan tetapi karena rasa takut akan terlalu dalam maka kompresi tidak dilakukan dengan kuat, sehingga persentase kedalaman kompresi yang efektif masih dalam kategori cukup. Menurut teori dan fakta diatas diperlukan sekali pendidikan BLS untuk mengukur kedalaman kompresi dada dan tidak hanya petugas pelayanan kesehatan saja, tetapi orang awam, termasuk didalamnya adalah siswa sekolah menengah atas, diharapkan untuk dilatih dalam BLS yang merupakan manuver sederhana namun sangat efektif karena mereka mungkin saja menghadapi situasi serangan jantung setiap saat (Meissner, Kloppe, & Hanefeld, 2012).

2. Mengidentifikasi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada sesudah dilakukan pendidikan Kesehatan Basic Life Support (BLS) Berdasarkan tabel V.3 tentang distribusi frekuensi hasil kedalaman kompresi dada sesudah dilakukan pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) memberikan gambaran bahwa dari total 25 orang siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri ada 5 orang (20%) yang mendapatkan hasil kurang, 8 orang (32%) yang mendapatkan hasil cukup serta 12 orang (48%) orang yang menghasilkan kompresi dada dengan baik. Terlihat bahwa mayoritas siswa/siswi sudah dapat

49

melakukan kompresi dada dengan baik. Banyaknya siswa/siswi yang telah dapat melakukan kompresi dada dengan baik menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan mengenai Basic Life Support (BLS) memegang peran penting bagi siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri dalam melakukan pertolongan Basic Life Support. Selain itu dengan adanya pendidikan kesehatan tersebut akan menambah kepercayaan diri bagi siswa/siswi dalam melakukan kompresi dada terhadap korban yang sedang mengalami henti jantung. Zaheer dan Haque (2009) menyarankan bahwa pemberian pelatihan BLS reguler dan pelatihan penyegaran akan memastikan retensi keterampilan BLS pada akhir kursus untuk merekomendasikan adanya penggabungan pelatihan BLS ke dalam kurikulum dengan penguatan keterampilan setiap tahun. Untuk mencapai tujuan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dari serangan jantung, maka perlu adanya pelatihan untuk melatih siswa sekolah menengah atas tentang BLS.

3. Menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Basic Life Support (BLS) terhadap hasil kedalaman kompresi dada. Hasil analisis mengenai ada atau tidak adanya pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) terhadap hasil kompresi dada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri dapat dilihat dari selisih jumlah frekuensi tiap kategori antara sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan

kesehatan.

Pada

kategori

hasil

“kurang:

50

menunjukkan terjadinya penurunan presentase sebesar 72%, sementara pada kategori “cukup” mengalami kenaikan sebesar 24% begitu pula dengan hasil “baik” juga mengalami kenaikan yang besar, yaitu 48%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan terhadap siswa/siswi dapat meningkatkan hasil kompresi dada mereka terhadap korban yang mengalami henti jantung. Selain dengan melihat selisih jumlah antar tiap kategori sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, hasil tersebut juga dapat dibuktikan dengan hasil uji wilcoxon yang telah dilakukan. Hasil uji wilcoxon pada tabel V.4 menunjukkan bahwa nilai Z yang dihasilkan adalah sebesar 4,373 dan p-value sebesar 0,000, yang dapat diputuskan untuk tolak H0 karena p-value kurang dari   0, 05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) terhadap hasil kompresi dada pada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. Dari hasil pembahasan yang telah disampaikan, bahwa pendidikan kesehatan dapat memberikan modal yang cukup besar pada siswa/siswi terutama untuk pengetahuan serta keyakinan saat akan melakukan suatu pertolongan. Studi oleh Chaudhar (2011) menekankan pentingnya intervensi berbasis simulasi untuk meningkatkan keterampilan dalam mengelola keadaan darurat yang mengancam jiwa. Selanjutnya, Abbas, Bukhari & Ahmad (2011) juga menunjukkan tidak hanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan BLS berikut pelatihan kompresi dada tetapi juga menekankan perlunya penguatan pengetahuan BLS.

51

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012) Pendidikan kesehatan tersebut sangat efektif untuk menurunkan hasil yang kurang baik saat melakukan kompresi dada, sebaliknya akan meningkatkan hasil baik pada siswa/siwi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kompresi dada oleh siswa/siswi saat melakukan pertolongan.

4. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang peneliti lakukan ada beberapa kelemahan penelitian yang diantaranya: a. Alat manekin yang digunakan penelitian untuk monitornya mengalami kerusakan sehingga peneliti harus menghitung secara manual. b. Keterbatasan waktu dikarenakan bertepatan dengan respondennya atau

siswa

SMK

sedang

melakukan

ujian

UAS.

BAB VII PENUTUP A.

Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan pembahasan adalah:

1.

Kedalaman kompresi dada sebelum diberikan pendidikan kesehatan BLS hampir seluruh memiliki kategori kurang sebanyak 23 responden (92%).

2.

Kedalaman kompresi dada sesudah diberikan pendidikan kesehatan BLS hampir setengah memiliki kategori baik sebanyak 12 responden (48%).

3.

Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan BLS terhadap hasil kedalaman kompresi dada pada siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri sebesar p-value 0,000 (<0,05).

B.

Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti memiliki berbagai saran sebagai berikut: 1.

Bagi Peneliti Selanjutnya Saran untuk peneliti selanjutnya lebih diperhatikan persiapan alat dan bahan untuk penelitian tentang pemberian kedalaman kompresi dada yang tepat untuk korban henti jantung.

52

53

2.

Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk mengembangkan ilmu keperawatan khususnya Keperawatan Gawat Darurat serta memberikan informasi untuk bahan penelitian.

3. Bagi Peneliti Untuk pengembangan ilmu dan menambah wawasan serta pengetahuan peneliti tentang kedalaman kompresi dada.

DAFTAR PUSTAKA Abbas, A, Bukhari, SI, & Ahmad, F. 2011. Knowledge of first aid and basic life support amongst medical students: A comparison between rained and untrained students. Journal of Pakistan Medical Association, 61 : 613-616. Aiken, et al. 2002. Hospital Staffing, Organization, and Quality of Care: CrossNational Findings. Nursing Outlook, 50;187-194. Alkatri. 2007. Resusitasi Kardio-pulmoner. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Universitas Indonesia, 173176. American Heart Association (AHA), 2015, Pediatric Basic Life Support:Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular, diakes 16 Oktober 2017, http://circ.ahajournals.org/conten t/122/16_suppl_2/S298. American Heart Association (AHA), 2015, Adult Basic Life Support: International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment Recommendations, diakses 16 Oktober 2017, http://circ.ahajournals.org/content/122/16_suppl_2/S298. American Heart Association (AHA), 2015, Adult Basic Life Support: International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care, diakses 19 Oktober 2013, http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S685. American Heart Association (AHA), 2015, Guidelines Update for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovaskuler Care. Asmoro S, Ismail, 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinik, Binarupa Aksara: Jakarta. Berg,et al. Part 5: Adult basic life support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010. Available from: http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S685.full.pdf+html [Accesed 27 April 2013] BKKBN.2014. PBB Proyeksikan Penduduk Dunia Mencapai 8,5 Pada Tahun 2030. Jakarta: Jakarta.

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC.

54

55

Chaudhary A, Parikh H, & Dave V. 2011. Current scenario: Knowledge of basic life support in medical college. Nat J Med Res, 1:80-82. Dermawan, R; Oktavius. 2013. Pengaruh Kompresi Dada Berdasarkan Rule Of Five Terhadap Kedalaman Dan Frekuensi Kompresi Dada. JurnalKesmadaska , 47-56. Goldberger, Z. D., et al. 2012. Duration of resuscitation Efforts and Survival After in-hospital Cardiac Arrest: an Observational Study. 380. Hardisman. 2014. Gawat darurat medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Hazinski MF.,et al. 2015: executive summary:International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular care Science With Treatment Recommendations, Circulation, 2015;132(16). In Press. Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika. Induniasih, Ratna, W. 2011. Promosi Kesehatan; Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan, Pustaka Baru Press: Yogyakarta. Kristanti. 2009. Penyakit Akibat Kelebihan & Kekurangan Vitamin, Mineral & Elektrolit, Jakarta, Citra Pustaka

Laksmi. 2008. Manajemen Perkantoran Modern. Jakarta: Penerbit Pernaka. Latief, S.A. Kartini. 2009. Petunjuk Praktis Anastesiologi dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Live Support Training Centre. 2008. Basic Cardiac Life Support Programme. Malang: Malang Trauma Service. Machfoedz, I. 2006. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: F. Tranaya. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. McNally . 2011. Out-of-Hospital Cardiac Arrest Surveillance — Cardiac Arrest Registry to Enhance Survival (CARES), United States, October 1, 2005– December 31, 2010. Centers for Disease Control and Preventions , 60 (8), 1-2.

56

Meissner,et al. 2012. Basic Life Support Skills Of Hight School Students Before And After Cardio Pulmonary Resuscitation Training: a longitudinal investigation, Scandinavian journal of trauma, resuscitation and emergency medicine, 20 (31), 1-7. Muttaqin A, 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Salemba Medika, Jakarta. Neumar RW, Shuster M, Callaway CW, et al. Part 1: executive summary: 2015 American Heart Association Guideline Update for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation, 2015;132(18)(suppl 2). In press. Ngirarung, S; Mulyadi; Malara, R. 2017. Pengaruh Simulasi Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) Terhadap Tingkat Motivasi Siswa Menolong Korban Henti Jantung Di SMA Negeri 9 Binsus Manado. e-Journal Keperawatan, volume 5 Nomor 1. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen PenelitianKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta Notoatmodjo, S. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia.Jakarta: PT.Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka cipta Notoatmodjo, S. 2014. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Edisi Revisi 2014. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2005, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam, Yogyakarta : Nuha Medika.

57

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika: Jakarta. Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Polit & Hunger. 2005. Nursing Research: Principlies and Methods (5edition). Philadhelpia: J. Blippincott Company. Pusbankes 118. 2013. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD).Basic Trauma and Cardiac Support (BTCLS). Yogyakarta : Persi DIY. Rakhmat, Jalaludin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Robert A. Berg, et al 2010. Adult Basic Life Support 2010 American Heart Association Guidelines For Cardiopulmonary Resuscitation And Emergency Cardiovascular Care. California Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sugiono, 2006. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsono, T. Ningsih, D. 2012. Penatalaksanaan Henti Jantung Di Luar Rumah Sakit, Malang : UMM Press Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara: Jakarta. Suyanto, 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Nuha Medika: Yogyakarta. Vanden, et al. 2010. Part 12 Cardiac Arrest In Special Situation 2010 American Heart Association Guidelines For Cardiopumonary Resuscitation And Emergency Cardiovascular Care. Journal of the American Heart Circulation ( 110.971069): S829-S861. WHO. 2010. Infant mortality. World Health Organization. Yuniadi, Y., 2011. Paradox Obesitas pada Pasien Gagal Jantung. Jurnal Kardiologi Indonesia Vol. 32, No. 4. Oktober- Desember 2011 Jurnal Kardiologi Indonesia. 2011;32:207-8 ISSN 0126/3773. Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI dan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Jakarta.

58

Zaheer, H & Haque, Z. 2009. Awareness about BLS (CPR) among medical students: Status and requirements. Journal of Pakistan Medical Association, 59: 57-59

59

Lampiran 1

Surat Ijin Pengambilan Data Awal SMK Bhakti Wiyata Kediri

60

Lampiran 2

Lembar Bimbingan Skripsi

61

Lampiran 3 Kalender Penelitian No . 1.

2. 3. 4. 5.

6. 7. 8.

Kegiatan

November Desember Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

Maret 1 2 3 4

April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4

Juli 1 2 3

4

Penyusunan Proposal Penelitian Sidang Proposal Perbaikan Proposal Pelaksanaa n Penelitian Pengolahan Hasil Penelitian Sidang Skripsi Perbaikan Skripsi Pengumpul an Hasil Skripsi

62

63

Lampiran 4 SATUAN ACARA PENYULUHAN BASIC LIFE SUPPORT Tema

: Basic Life Support (BLS)

Sasaran

:Siswa/Siswi kelas X SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri

Hari / Tanggal

: Kamis, 24 Mei 2018

Waktu

: 08.00-Selesai

Tempat

: SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri

Pengajar

: Mahasiswa Keperawatan IIK Bhakti Wiyata

A. Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang BLS dan praktik kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015 selama 2 x 120 menit diharapkan siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri mengerti tentang kompresi dada yang benar berdasarkan Guideline AHA 2015.

B. Tujuan Instruksional Khusus 1.

Mengkaji keterampilan siswa/siswi SMK Keperawatan sebelum dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan BLS terhadap kedalaman kompresi dada menurut Guideline AHA 2015.

2.

Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada menurut Guideline AHA 2015 pada siswa/siswi SMK Keperawatan.

C. Sasaran Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada siswa/siswi kelas X SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri.

64

D. Materi (terlampir) 1. Pengertian Basic Life Support(BLS) 2. Tujuan Basic Life Support(BLS) 3. Indikasi Basic Life Support(BLS) 4. Alogaritma Basic Life Support (BLS) 5. Rantai keselamatan OHCA dan langkah-langkah Basic Life Support(BLS) E. Media 1. Power Point (PPT) 2. leaflet 3. Manekin RJP F. Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Evaluasi

65

G. Kegiatan Penyuluhan Hari No. TAHAP Ke1. Pembukaan ( 5 menit )

KEGIATAN

Kegiatan peserta

 Mengucapkan salam.

 Menjawab salam  Mendengarkan

(1 menit ).  Memperkenalkan diri. (1 menit).

1.

 Menjelaskan

tujuan

pendidikan kesehatan. (3 menit).

2.

Pelaksanaan: -

-

 Dilakukan

pre-test

 Melakukan

Pre-test : ( 2

dengan cara menggali

praktik kompresi

menit/orang)

keterampilan

dada

Pemberian

dimiliki

materi BLS

SMK

dan

Bhakti Wiyata Kediri

praktik

yang

siswa/siswi Keperawatan

kompresi

tentang

dada

kompresi

berdasarkan

berdasarkan

GuidelineA

Guideline AHA 2015.

kedalaman dada

HA 2015 :  Menjelaskan (38 menit)

materi

BLS

dan

mempraktikkan kompresi dada yang benar

berdasarkan

Guideline AHA 2015.  Siswa/siswi

SMK

Keperawatan menanyakan

tentang

hal-hal yang belum jelas mengenai materi

 Mendengarkan dan memperhatikan  Bertanya

66

BLS yang telah di berikan dengan tanya jawab. 3.

Penutup

 Menyimpulkan materi

 Mendengarkan

(5menit)

 Mengevalusi

 Menjawab salam

siswa/siswi

SMK

Keperawatan tentang materi

yang

telah

diberikan  Melakukan

kontrak

pertemuan untuk hari kedua. 1.

Pembukaan

 Mengucapkan salam.

( 20 menit )

 Menjawab salam  Mendengarkan

(2 menit)  Menjelaskan

tujuan

 Bertanya

pertemuan kedua. (5 2.

menit)  Mengevaluasi materi kemarin dengan tanya jawab. (13 menit) 2.

Pelaksanaan: - Post-test : (2 menit/orang)

Dilakukan

post-test

dengan

cara

mengobservasi

SMK

Keperawatan tentang kedalaman kompresi dada

yang

benar

berdasarkan Guideline AHA 2015 setelah

di

materi

BLS

praktik kompresi dada

keterampilan siswa/siswi

 Melakukan

berikan dan

67

praktik kompresi dada berdasarkan GuidelineAHA 2015. 3.

Penutup

 Mengevalusi

(5menit)

siswa/siswi

 Mendengarkan SMK

 Menjawab salam

Keperawatan tentang materi keterampilan

dan yang

telah diberikan  Mengakhiri pertemuan

H. Evaluasi Menanyakan kembali tentang materi yang dijelaskan pada siswa/siswi SMK Keperawatan tentang : 1. Apakah pengertian Basic Life Support(BLS) ? 2. Apakah tujuan Basic Life Support (BLS) ? 3. Apakah indikasi Basic Life Support (BLS) ? 4. Bagaimana alogaritma Basic Life Support (BLS) ? 5. Bagaimana rantai keselamatan OHCA dan langkah-langkah Basic Life Support (BLS) ?

68

MATERI PENYULUHAN 1. PENGERTIAN Basic Life Support adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti jantung. Aspek dasar BLS meliputi penanganan langsung terhadap Sudden Cardiac Arrest (SCA) dan sistem tanggap darurat, Cardio Pulmonary Resuscitation(CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat dengan (AED) Automated External Defibrillator (Berg, et al 2010). BLS

merupakan

sekumpulan

intervensi

yang

bertujuan

untuk

mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014). 2. Tujuan Basic Life Support (BLS) a. Mengurangi tingkat morbiditas dan kematian dengan mengurangi penderitaan. b. Mencegah penyakit lebih lanjut atau cedera c. Mempercepat pemulihan 3. Indikasi Basic Life Support (BLS) a. Henti Jantung (Cardiac Arrest) Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah karena kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut bisa disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau penyakit sekunder non jantung (AHA 2015).

69

b. Henti Napas (Respiratory Arrest) Henti napas adalah berhentinya pernafasaan spontan disebabkan karena gangguan jalan nafas persial maupun total atau karena gangguan dipusat pernafasaan. Tanda dan gejala henti napas berupa hiperkarbia yaitu penurunan kesadaran, hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (AHA 2015).

70

4. Alogaritma Basic Life Support (BLS)

71

5. Rantai keselamatan OHCA dan langkah-langkah Basic Life Support (BLS)

a. Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera. b. Resusitasi Jantung Paru (RJP). c. Melakukan kejut jantung dengan alat kejut jantung otomatis (AED). d. Melakukan bantuan hidup lanjut yang efektif. e. Melakukan perawatanpasca henti jantung secara terintegrasi.

Lampiran 5

Leaflet

72

73

74

Lampiran 6

Lembar Penjelasan LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Peneliti

: Nuzullia Kusuma Anggia

NIM

: 10214015

Saat ini sedang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Basic Life Support Terhadap Kedalaman Kompresi Dada Berdasarkan Guideline American Heart Association (AHA) 2015”. Berikut adalah beberapa hal yang perlu saya informasikan terkait dengan keikutsertaan siswa siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata sebagai responden dalam penelitian ini : 1. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh pendidikan basic life support terhadap kedalaman kompresi dada berdasarkan guideline AHA 2015. 2. Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi dalam Pendidikan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada pada siswa SMK Keperawatan. 3. Penelitian ini akan diawali dengan pengumpulan responden di SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah di tentukan oleh peneliti. 4. Selanjutnya dilakukan pendidikan BLS edukasi dengan menggunakan media ceramah dan tanya jawab ( menggunakan PPT dan leaflet ) sebagai media pengajaran. 5. Setelah di berikan pendidikan kesehatan BLS selanjutnya responden mengerti dan memahami bagaimana melakukan kompresi dada dengan baik dan benar. 6. Kegiatan penelitian ini telah mendapat persetujuan dari pihak institusi. Apabila dalam jalannya penelitian ini responden merasa tidak nyaman maka responden dapat mengundurkan diri dari partisipasi sebagai responden dan apabila ada pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi saya (Nuzullia Kusuma Anggia) di No Hp. 082334506798. 7. Keikutsertaan dalam penelitian ini bukan suatu paksaan, melainkan atas dasar sukarela. Oleh karena itu siswa/siswi berhak memutuskan untuk melanjutkan

75

ataupun

menghentikan

keikutsertaan

karena

alasan

tertentu

yang

dikomunikasikan kepada peneliti. 8. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama. Data hanya disajikan untuk pengembangan ilmu keperawatan.

Dengan penjelasan tersebut diatas, kami harap siswa/siswi bersedia menjadi responden penelitian ini. Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

…………..,…………………..2018 Yang menerima penjelasan

Peneliti

_______________________

Nuzullia Kusuma A.

76

Lampiran 7

Lembar Permohonan Menjadi responden LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada : Siswa/Siswi Calon Responden Di ……………….. Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Progam Sarjana Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap kedalaman kompresi dada berdasarkan Guideline AHA 2015. Siswa/Siswi yang berpartisipasi dalam penelitian ini, akan dilakukan pemberian pendidikan kesehatan BLS yang mempelajari tentang bagaimana melakukan kompresi dada yang benar menurut AHA 2015 untuk pertolongan pertama pada pasien dengan henti jantung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa/siswi SMK Keperawatan Bhakti Wiyata. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif, dan

bila mengalami ketidaknyamanan, maka siswa/siswi

mempunyai hak untuk berhenti dan mendapatkan intervensi keperawatan. Kami akan menjunjung tinggi hak responden dengan menjaga kerahasiaan yang diperoleh selama proses pengumulan, pengolahan dan penyajian data. Dengan penjelasan ini, penelitian mengharapkan partisipasi Siswa/Siswi. Atas kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti ucapkan terima kasih.

`

…………..,………….2018 Peneliti

Nuzullia Kusuma A.

77

Lampiran 8

Lembar Persetujuan Menjadi Responden LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar permohonan menjadi responden, dan mendapatkan penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian ini, maka saya bersedia/tidak bersedia)* turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi SI Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, yaitu : Nama

:

NIM

:

Judul

:Pengaruh Pendidikan Kesehatan Basic Life Support Terhadap Kedalaman Kompresi Dada Berdasarkan Guideline American Heart Association (AHA) 2015”.

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan tidak merugikan saya dan keluarga saya. Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa ada paksaan dari siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

………….,………….2018

_______________________

*Coret yang tidak perlu

78

Lampiran 9

PPT Basic Life Support CPR Guidelines AHA 2015

79

79

79

80

80

81

Lampiran 10

SOP Form Penilaian Keterampilan Peserta Resusitasi Jantung Paru (RJP) Mengacu pada Guidelines AHA 2015 Nilai kedalaman

No

1.

Kriteria Unjuk Kerja

Baik

Cukup

Kurang

(>100)

(50-100)

(<50)

Bila nadi karotis tidak teraba, lakukan 30 kali kompresi dada, dengan RJP yang berkualitas tinggi (Titik kompresi – tengah dada, kedalaman 5-6 cm, kecepatan 100-120x/menit, recoil sempurnal, minimalisasi interupsi).

Keterangan: Tuliskanhasilpada : Baik ( 101-150)

: Jika kedalaman yang dilakukan 101-150

Cukup (50-100)

: Jika kedalaman yang dilakukan 50-100

Kurang (<50)

: Jika kedalaman yang dilakukan <50

82

Lampiran 11

lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI Pre Test No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.

Post Test

Benar

Salah

0 0 0 0 0 2 28 0 8 0 107 85 11 5 17 34 2 7 10 98 45 15 50 32 26

150 150 150 150 150 148 122 150 142 150 43 65 139 145 133 116 148 143 140 52 105 135 100 118 124

No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.

Benar

Salah

81 16 100 139 146 86 47 118 122 134 149 136 100 115 147 119 132 98 83 138 91 97 105 75 84

69 134 50 11 4 64 103 32 28 16 1 14 50 35 3 31 18 52 67 12 59 53 45 75 66

83

Lampiran 12 Lembar Surat Keterangan Melanjutkan Penelitian

84

Lampiran 13 Lembar Surat Permohonan Izin Penelitian

85

Lampiran 14 Lembar Surat Balasan Penelitian

86

Lampiran 15 Lembar Surat Keterangan Layak Etik

87

Lampiran 16 SPSS Distribusi Frekuensi Data Kategori_Pre_Test

Frequency Percent

Valid

Cumulative

Percent

Percent

Valid 1

23

92,0

92,0

92,0

2

2

8,0

8,0

100,0

25

100,0

100,0

Total

Kategori_Post_Test

Frequency Percent

Valid

Cumulative

Percent

Percent

Valid 1

5

20,0

20,0

20,0

2

8

32,0

32,0

52,0

3

12

48,0

48,0

100,0

Total

25

100,0

100,0

Hasil Uji Distrubusi Normal Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai_Pre_Te Nilai_Post_T st N Normal Parametersa,b

Mean Std. Deviation

est 25

25

15,5192

70,8800

20,98258

21,63362

Most Extreme

Absolute

,230

,106

Differences

Positive

,219

,094

Negative

-,230

-,106

,230

,106

,001c

,200c,d

Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)

88

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.

Hasil Uji Wilcoxon Ranks

N Nilai_Post_Test -

Negative

Nilai_Pre_Test

Ranks Positive Ranks

25b

13,00

325,00

25

Test Statisticsa Nilai_Post_T est Nilai_Pre_Te st Z Asymp. Sig. (2tailed)

-4,373b ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.

Ranks ,00

Total

c. Nilai_Post_Test = Nilai_Pre_Test

Rank ,00

0c

b. Nilai_Post_Test > Nilai_Pre_Test

Sum of

0a

Ties

a. Nilai_Post_Test < Nilai_Pre_Test

Mean

Related Documents

Skripsi Anggi Jadi 2.docx
November 2019 4
Anggi
May 2020 14
Anggi Apriliawati.docx
June 2020 18
Ksi Anggi
June 2020 14
Skripsi
December 2019 83
Skripsi
May 2020 46

More Documents from ""

Dinuk.docx
November 2019 7
Skripsi Anggi Jadi 2.docx
November 2019 4
Alasan.docx
November 2019 5
Uud
May 2020 46