Sk 1_kel C.docx

  • Uploaded by: Indira FDebby
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sk 1_kel C.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,944
  • Pages: 34
LAPORAN HASIL DISKUSI BLOK 11 SKENARIO 1

ANASTESI LOKAL

Fasilitator

: Yuliana Ratna Kumala, drg. Sp. KG

Ketua

: Vivi Margono

(0810743018)

Sekertaris

: Nadia Andriani

(0810740035)

Peserta Diskusi :

Agustine

0810740004

Andi Octavianto

0810740008

Desy Yundari

0810740012

Ferdian R. H

0810740024

Litalia El. U

0810740031

Virmadiansyah

0810840054

Filadelphi

0810743007

Ike Y. S

0810743009

Nesthi N

0810743012

DK 1

: 22 Februari 2011

DK 2

: 25 Februari 2011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

LEARNING ISSUE : ANASTESI LOKAL a. Definisi b. Mekanisme kerja c. Indikasi dan kontraindikasi d. Macam anastesi lokal dan obat e. Teknik anastesi f.

Komplikasi anastesi

PEMBAHASAN ANASTESI LOKAL A.

DEFINISI



Anastesi adalah hilangnya rasa atau sensasi di beberapa bagian tubuh yang disebabkan oleh adanya blokade impuls secara mekanis atau karena pemakaian obat (Harty, 1995).



Anastesi lokal adalah adanya rasa baal setemoat dan hilangnya sensasi nyeri (Harty, 1995).



Anastetik lokal merupakan obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral dan perifer. Setelah anastetik lokal keluar dari saraf maka akan diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf (Howe, 1992).



Anastesi lokal adalah obat yang mampu menghambat konduksi saraf (terutama nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik (dr. Agung Biworo, M.Kes).



Anestesi lokal didefinisikan sebagai anestesi (kehilangan sensasi) yang dihasilkan dalam daerah yang terbatas oleh suntikan anestesi lokal atau pembekuan dengan etil klorida (Dorland, 1998).



Anestesi lokal didefinisikan sebagai sebuah kehilangan sensasi di area yang terbatas di tubuh disebabkan oleh penurunan ragssangan di nerve ending atau sebuah hambatan proses hantaran di saraf tepi (Malamed, 1997).



Metode pengontrolan rasa sakit dengan cara mengurangi maupun meredakan rangsang pada ujung saraf atau memblokir arah berjalannya impuls sakit yang menuju ke otak (Howe, 1992).



Harus dibedakan : -

Analgesia → Hilangnya sensasi rasa sakit saja, biasanya digunakan untuk perawatan konservasi gigi geligi

-

Anastesi →

Hilangnya semua bentuk sensasi termasuk sakit, sentuhan,

persepsi temperatur, tekanan, dan gangguan fungsi motorik (Howe, 1992).

B.

MEKANISME KERJA Pusat mekanisme kerja anestesi lokal terletak di membran sel. Seperti juga alkohol

dan barbital, anestesi lokal menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membran sel saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-ion kalium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membran sel saraf. Pada waktu

bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat Iaun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversible. Diperkirakan bahwa pada proses stabilisasi membran tersebut, ion kalium memegang peranan penting, yakni molekul-molekul lipofil besar dan anestesi lokal mungkin mendesak sebagian ion kalsium di dalam membran sel tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan demikian, membran sel menjadi lebih padat dan stabil, serta dapat lebih baik melawan segala sesuatu perubahan mengenai permeabilitasnya. Mekanisme kerja menurut Howe (1992) : •

Semua agen anestesi umumnya terbentuk dari kombinasi basa lemah dan asam kuat. Agen-agen ini dapat dengan mudah terhidrolisa pada jaringan manusia yang bersifat alkali (pH 7,4), untuk mengeluarkan basa alkaloid yang akan diikat oleh lemak pada serabut saraf. Basa dapat mencegah peningkatan permeabilitas membran saraf.



Larutan anestesi lokal dengan konsentrasi rendah, dapat menunda gerak ionik, sedangkan larutan dengan konsentrasi tinggi, dapat mencegah gerak ionik.



Tipe dan besar saraf biasanya mempengaruhi kecepatan aksi anestesi. Makin besar larutan, makin lama waktu yang diperlukan untuk menganestesi saraf mielinisasi karena akson hanya dapat dipengaruhi pada nodus Ranvier.

Tambahan mekanisme kerja Saat keadaan istirahat akan terjadi keseimbangan antara ion sodium dan ion potassium

. Saat terjadi rangsang : -

Terjadi peningkatan permeabilitas membrane permukaan dari akson yang pendek

-

Na+ berdifusi ke dalam sel, melebihi kemampuan pompa sodium, hal ini akan

diimbangi oleh keluarna K+ -

Terjadi perubahan polaritas (Depolarisasi Gelombang) yang akan menimbulkan impuls saraf (Gelombang aktivitas elektrik)

-

Sesaat setelah itu membrane mulai pulih kekeadaan semula dan ion sodium dikeluarkan oleh pompa sodium, serta ion potassium bergerak ke dalam sel (terjadi sekitar 1,5 milidetik)

Jika diberikan agen anestesi : Agen anestesi akan mencegah bertambahnya permeabilitas membrane saraf (membrane pembatas aksonal)  mencegah aliran ke dalam dari ion Na+ dan depolarisasi, sehingga tidak akan ada konduksi impuls. -

Anestesi lokal konsentrasi rendah akan menunda gerak ionik

-

Anestesi lokal konsentrasi tinggi akan mencegah gerak ionik

C.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ANASTESI LOKAL Indikasi Anastesi Lokal



Tindakan pembedahan yang menyebabkan rasa nyeri seperti pencabutan gigi, gingivektomi,

bedah periodontal,pulpektomi,

poulpotomi,

alveloplasty,

bone

grafting, implant gigi, gingivoplasti, perawatan fraktur rahang, pengembalian gigi avulse, removal tumor dan kista. •

Mengurangi rasa nyeri saat penetrasi jarum pada mukosa mulut ( untuk anestesi topical)



Inisisi abses



Pasien yang sangat sensitive mencetak rahang



Mengurangi nyeri pasca operasi Kontraindikasi Anastesi Lokal



Adanya infeksi akut pada daerah operasi (karena dapat menyebabkan penyebaran infeksi melalui rusaknya daya pertahanan alami dan jarang dapat menimbulkan efek anastesi)



Penderita penyakit gangguan darah yang langka seperti hemofilia, penyakit Chrsitmas atau penyakit von Willebrand (karena akan timbul resik terjadinya perdarahan di daerah injeksi atau suntikan)



Terdapat inflamasi pada daerah tempat penyuntikan



Keadaan lingkungan periodontal yang tidak memungkinkan pemberian anestesi lokal yang sempurna



Anak-anak di bawah umur yang tidak mengenal dan tidak mengerti akibat anestesi.



Pada penderita yang lemah saraf dan penakut



Pasien yang tidak dapat membuka mulut dengan lebar, misalnya pada keadaan trismus, fraktur tulang rahang, ankilosis temporomandibula, dll



Pasien yang alergi terhadap bahan anestesi lokal



Pasien dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol (misal diabetes tidak terkontrol)



Pasien yang tidak kooperatif



Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi atau mendukung teknik tertentu.



Jika dibutuhkan anestesi segeraatau tidak cukup waktu untuk anestesi lokal untuk bekerja secara sempurna.



Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita.



Efek merugikandari berbagai anas anastesi local modern terhadap kehamilan belum terbukti. Tetapi diperkirakan vasokonstriktor relypressin mempunyai efek oksitoksik ringan, sehingga dapat menganggu sirkulasi fetus dan mempercepat kelahiran. Umumnya anastesi pada ibu hamil cukup aman asalkan diberikan dengan hati-hati. Namun sebaiknya dibatasai perawatan yang hanya diperlukan saja, operasi dan restorasi ditunda setelah persalinan. Penggunaan Anastesi Lokal



Diagnostic

: Memisahkan rasa sakit



Therapeutic

: Mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dari kondisi patologis



Perioperatif

: Memberikan kenyamanan pada saat operasi



Posoperatif

: Mengurangi rasa sakit setelah operasi

D.

MACAM ANASTESI LOKAL

Anastesi lokal dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1.

Golongan ester (-COOC-) Terdiri dari kokain, benzokain (amerikain), ametocaine, prokain (novocaine), tetrakain (pontocaine), kloropokain (nesacaine).

2.

Golongan amida (-NHCO-) Terdiri dari lidokain (xylocaine, lignocaine), mepivakain (carbocaine), prilokain (citanest), bupivacain (marcaine), etidokain (duranest), dibukain (nupercaine), ropivakain ( naropin), levobupivacaine (chirocaine).

3.

Golongan quinolone Terdiri dari centbucridine

Perbandingan golongan Ester dan Amida Klasifikasi

Potensi

Mula Kerja

Lama Kerja

(Onset)

(infiltrasi,

Toksisitas

menit) Ester Prokain

1 (rendah)

Cepat

45-60

Rendah

Kloroprokain

3-4 (tinggi)

Sangat cepat

30-45

Sangat rendah

Tetrakain

8-16 (tinggi)

Lambat

60-180

Sedang

Lidokain

1-2 (sedang)

Cepat

60-120

Sedang

Etidokain

4-8 (tinggi)

Lambat

240-480

Sedang

Prilokain

1-8 (rendah)

Lambat

60-120

Sedang

Mepivakain

1-5 (sedang)

Sedang

90-180

Tinggi

Bupivakain

4-8 (tinggi)

Lambat

240-480

Rendah

Ropivakain

4 (tinggi)

Lambat

240-480

Rendah

Levobupivakain

4 (tinggi)

Lambat

240-480

Amida

Agen ideal anastesi lokal 1.

Potensi dan realibilitasnya Apabila substansi digunakan secara tepat dan dalam dosis yang tepat, substansi ini akan memberikan efek anastesi lokal yang efektif dan konsisten.

2.

Reversible Aksi setiap obat yang digunakan untuk mendapat anastesi lokal harus sudah hilang sepenuhnya dalam rentang waktu tertentu.

3.

Keamanan Semua agen anastesi lokal harus mempunyai rentang batas keamanan yang luas. Ditentukan dengan rumus dosis letal dan dosis efektif. Makin tinggi resiko makin besar rentang batas keamanan.

4.

Minimal mengiritasi Tidak menimbulkan luka atau iritasi pada jaringan yang terkena.

5.

Kecepatan onset Suntikan agen akan diikuti segera dengan timbulnya efek anastesi lokal, biasanya 1 menit, 20 detik setelah suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin.

6.

Durasi efek Masa kerja obat anastesi harus cukup lama sehingga cukup untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sehingga memperpanjang masa pemulihan.

7.

Sterilisasi Harus dapat disterilkan tanpa menimbulkan perubahan struktur atau sifat.

8.

Berdaya tahan lama

9.

Penetrasi membrane mukosa Idealnya obat anastesi harus dapat menembus membrane mukosa sehingga anastesi topical dapat diperoleh dengan mudah.

10. Harga murah Vasokonstriktor Penambahan sejumlah kecil agen vasokonstriktor pada larutan anestesi lokal dapat memberi keuntungan berikut ini: •

mengurangi efek toksik melalui efek penghambat absorpsi konstituen.



membatasi agen anestesi hanya pada daerah yang terlokalisir sehingga dapat meningkatkan kedalaman dan durasi anestesi.



menimbulkan daerah kerja yang kering (bebas bercak darah) untuk prosedur operasi.

Vasokonstriktor yang biasa digunakan adalah: •

Adrenalin (epinephrine), suatu alkaloid sintetik yang hampir mirip dengan sekresi medula adrenalin alami, namun merupakan kontraindikasi pada penderita jantung, hipertensi, arterosklerosis, dan diabetes melitus.



Felypressin (Octapressin), suatu polipeptik sintetik yang mirip dengan sekresi glandula pituitari posterior manusia. Mempunyai sifat vasokonstriktor yang lemah, yang tampaknya dapat diperkuat dengan penambahan prilokain.

Tambahan Vasokonstriktor •

Vasokonstriktor

noradrenalin

(laevoarterenol,

norepinephrine)

memiliki

efek

samping berupa episoda hipertensi yang parah dan bisa menyebabkan kolaps. •

Penggunaan felypressin pada pasien penyakit jantung iskemia jangan diberi dosis suntikan > 8,8 ml (1:20.000). Pada orang normal sekalipun tidak boleh > 13 ml.



Kontraindikasi felypressin adalah pasien wanita hamil karena bisa menyebabkan aborsi



Dosis maksimal epinephrine tidak boleh melebihi 10 mcg/kg pada anak-anak dan 250 msg pada orang dewasa.

Obat anastesi

Vasokonstriktor

Durasi

Lidokain (lignokain) hidroklorid 2%

Adrenalin (epinefrin) 1:80.000

2.5-3 jam

Prilokain hidrokoloid 3%

Felypressin 0.03 iu

2.5-3 jam

Bupivakain hidroklorid 0.5%

Adrenalin (epinefrin) 1:200.000

6-8 jam

Konstituen Lain 1.

Agen reduksi •

Vasokonstriktor adalah larutan yang tidak stabil dan dapat teroksidasi terutama bila terus menerus berkontak dengan sinar matahari



Indikasi larutan anestesi harus dibuang adalah perubahan warna seperti kecoklatan

• 2.

Contoh agen reduksi: sodium metabisulvat

Pengawet •

Daya tahan anestesi lokal kurang lebih 2 tahun



Sterilitasnya dapat dipertahankan dengan sejumlah kecil pengawet seperti caprylhydrocuprienotoxin yang digabung pada xylotox



Pengawet metilparaben sudah terbukti menimbulkan reaksi alergi pada subyek yang sensitif

3.

Anti jamur •

Pada beberapa larutan mutakhir sejumlah kecil timol ditambahkan dan berfungsi sebagai antijamur untuk menjegah penjamuran.

4.

Vehicle •

Adalah agen untuk mengurangi rasa sakit ketika larutan disuntikkan

Macam Obat Anastesi Lokal 1.

Lignokain (Lidokain)



Merupakan derivate amida dari xylidide



Menjadi agen anastesi local yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi



Menimbulkan anastesi lebih cepat daripada prokain dan dapat tersebat dengan cepat di seluruh jaringan, menghasilkan anastesi yang lebih dalam dengan durasi yang cukup lama



Tidak atau hanya sedikit menimbulkan vasodilatasi dan membutuhkan sedikit vasokonstriktor



Penambahan vasokonstriktor pada larutan lignokain 2% akan dapat menambah durasi anastesi pulpa dari 5 – 10 menit menjadi 1 – 1½ jam, dan anastesi jaringan

lunak dari 1 - 1½ jam menjadi 3 – 4 jam •

Biasanya digunakan dalam kombinasi dengan adrenalin (1 : 80000 atau 1 : 100000)



Digunakan untuk anastesi infiltrasi atau regional, juga dapat digunakan sebagai agen anastesi topical.



Dipasarkan dalam bentuk agar viscous 2%, salep 5%, atau semprotan cair 10%



Dua kali lebih toksisk daripada prokain



Bila lignokain dalam darah sudah mencapai tingkatan tertentu, lignokain cenderung menimbulkan tanda – tanda depresi system saraf sentral, termasuk haus, sedasi dan ataksia, juga kadang terjadi tremor dan atau konvulsi



Kontraindikasi bagi penderita penyakit hati yang parah.

2.

Mepivacain (Carbocaine)



Derivat amida dari xylidide



Kecepatan timbulnya efek, durasi aksi, potensi dan toksisitasnya mirip lignokain.



Tidak punya sifat alergenik terhadap agen anastesi lokal tipe ester.



Komplikasi : eksitasi sistem saraf sentral bukan depresi dan eksitasi dapat berakhir berupa konvulsi dan depresi respirasi.





Kontraindikasi : -

Alergi agen anastesi lokal tipe amida

-

Penyakit hati yang parah.

Dipasarkan dengan nama dagang Carbocaine  tidak mengandung paraben jadi dapat dipakai pasien alergi paraben.



Menimbulkan vasokontriksi lebih ringan dibandingkan lignokain.



Untuk anastesi infiltrasi, anastesi regional, kurang efektif untuk anastesi topikal.



Biasanya digunakan dalam bentuk larutan+adrenalin 1:80000. Dosis jangan melebihi 5 mg/kg BB.



Larutan 3% tanpa vasokontriktor digunakan untuk mendapatkan kedalaman dan durasi anastesi pada pasien tertentu dimana pemakaian vasokontriktor merupakan kontraindikasi. Larutan ini dapat menimbulkan anastesi pulpa 20-40 menit dan anastesi jaringan lunak 2-4 jam.

3.

Prilokain Walaupun merupakan dervat toluidin, agen anastesi lokal tipe amida ini pada

dasarnya mempunyai formula kimiawi dan farmakologi yang mirip dengan lidokain dan mepivacain. Prilokain biasanya dipasarkan dalam bentuk garam hidroklorida dengan

nama dagang citanest dan dapat digunakan untuk mendapat anastesi infiltrasi dan regional. Namun prilokain biasanya tidak dapat digunakan untuk mendapat efek anastesi topikal. Prilokain biasanya menimbulkan aksi yang lebih cepat daripada lidokain, namun anatesi yang ditimbulkannya tidak lah terlalu dalam. Prilokain juga kurang mempunyai efek vasodilator bila dibandingkan dengan lidokain dan biasanya termetabolisme dengan lebih cepat. Obat ini kurang toksik dibandingkan dengan lidokain, tetapi sebaiknya dosis total yang digunakan tidak lebih dari 400 mg. Salah satu produk pemecahan prilokain adalah ortotoluidin yang dapat menimbulkan metahaemoglobin, Metahaemoglobin yang cukup besar hanya dapat terjadi bila dosis obat yang dipergunakan lebih dari 400 mg. Metahaemoglobin 1% terjadi pada pengunaan dosis 400 mg, dan biasanya diperlukan tingkatan metahaemoglobin lebih dari 20% agar terjadi simptom seperti sianosis bibir dan membran mukosa atau kadang-kadang depresi respirasi. Karena pemakaian satu cartridge saja sudah cukup untuk mendapat efek anastesi infiltrasi atau regional yang diinginkan, dan karena setiap cartridge hanya mengandung 80 mg prilokain hidroklorida, maka resiko terjadinya metahaemoglobin pada pengunaan prilokain untuk praktik klinis tentunya sangat kecil. Kontraindikasi prilokain atara lain bayi; penderita metahaemoglobinemia; penderita penyakit hati; hipoksia; anemia; penyakit ginjal atau gagal jantung; atau penderita kelainan dimana masalah oksigenasi berdampak fatal, seperti pada wanita hamil; pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap agen anastesi tipe amida atau alergi paraben. Penambahan vasokontiktor jenis felypressin (octapressin) dengan konsentrasi 0,03 i.u / ml (= 1:200.000) sebagai agen vasokontriktor akan dapat meningkatkan baik kedalaman maupun durasi anastesi. Larutan anastesi yang mengandung felypressin akan sangat bermanfaat bagi pasien yang menderita penyakit kardiovaskular.

E.

TEKNIK ANASTESI

Teknik Dasar Anestesi 1.

Pramedikasi



Sebelum pramedikasi dilakukan pemeriksaan tentang obet-obatan lain yang diminum pasien agar tidak terjadi interaksi.



Bila diberi obat sedasi, pasien tidak boleh mengendarai, mengoperasikan mesin dan mengkonsumsi alkohol selama sisa hari itu.



Stres pra operatif dapat dikontrol dengan pemberian diazepam (valium)



Per oral : 5-10 mg sebelum tidur selama 3 hari sebelum kunjungan dan 1 jam sebelum perawatan gigi



Suntikan intravena : ampul 2 ml yang mengandung 10 mg diazepam, dosis 0,2 mg/kg (berat tubuh maksimal 20 kg). Indikasi dosis maksimal sudah diperoleh adalah turunnya kelopak mata ke posisi setengah pupil



Kontra indikasi diazepam : pasien wanita hamil

2.

Mempersiapkan peralatan



Syringe disposable yang siap untuk dipasang pada cartridge (setelah dihangatkan)



Dappen glass yang mengandung larutan antiseptik untuk aplikasi dengan cotton rolls yang dipegang dengan gunting



Semprotan anestesi lignokain yang siap digunakan bila perlu



Sonde yang siap digunakan untuk mengeluarkan jarum bila terjadi kepatahan

3.

Mempersiapkan mukosa



Aplikasi larutan antiseptik chlorhexidin 0,5 % dalam alkohol 7 %, providine iodine (1 % iodine dalam air) pada mukosa selama 15 detik



Tujuan : untuk mengurangi sejumlah mikroorganisme dan menghilangkan resiko infeksi klinis

4.

Kecepatan suntikan



Deposisi larutan yang terlalu cepat menyebabkan: -

Ketegangan jaringan dan rasa tidak enak

-

Kerusakan seluler dan sakit ketika sensasi pulih

-

Resiko terjadi toksik akan meningkat



Suntikan umumnya 1 ml didpositkan dalam waktu 15 detik (teknik infiltrasi)

5.

Memeriksa anestesi



Perubahan sensasi pasien bukanlah pedoman bahwa sudah diperoleh efek anestesi



Untuk prosedur konservasi: onset anastesi dapat dicek dengan menstimulasi dentin dengan alat manual atau bur



Sebelum ekstraksi gigi: onset anestesi dicek dengan menstimulasi crevice gingiva permukaan labio-bukal dan lingual akar gigi menggunakan sonde



Pasien diberitahu bahwa nanti akan merasakan adanya tekanan dan harus diminta untuk menyatakan sakit bila merasakan sakit.



Adanya rasa sakit merupakan indikasi perlunya suntikan anetesi lebih lanjut

Teknik Anastesi 1.

Anastesi Topikal / Permukaan



Diperoleh melalui aplikasi agen anastesi tertentu pada daerah kulit maupun membrane mukosa yang dapat dipenetrasi untuk membaalkan ujung – ujung saraf superfisial



Anastesi ini paling sering digunakan untuk membaalkan mukosa sebelum penyuntikan



Semprotan yang mengandung bahan aktif lignokain hidroklorida 10% dapat digunakan untuk tujuan ini karena aksinya berjalan cukup cepat



Salep yang mengandung lignokain hidroklorida 5% digunakan dalam tujuan yang sama, namun diperlukan waktu 3 – 4 menit untuk memberikan efek anastesi permukaan, dan bermanfaat untuk aplikasi pada gingiva sebelum dilakukan tumpatan dalam



Emulsi yang mengandung lignokain 2%, digunakan jika ingin mencetak seluruh rongga mulut pasien yang sangat mudah mual.



Etil klorida, merupakan anastesi dengan efek pendingin dan digunakan untuk anastesi permukaan sebelum dilakukan insisi abses fluktuan



Injeksi jet, dimana sejumlah kecil larutan anastesi dikeluarkan dengan kecepatan tinggi tanpa menggunakan jarum hipodermik. Pengeluatan dengan tekanan udara yang sangat cepat mampu menembus mukosa melalui luka tusukan kecil untuk mendapatkan efek anastesi permukaan.

2.

Anastesi Infiltrasi Larutan anastesi yang didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan

terinfiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anastesi di daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut.

Suntikan Submukosa 

Larutan didepositkan tepat dibalik membran mukosa



Cenderung tidak menimbulkan anastesi pada pulpa gigi



Digunakan untuk anastesi saraf bukal panjang sebelum pencabutan molar bawah dan operasi jaringan lunak.

Suntikan Supraperiosteal 

Paling sering dilakukan di kedokteran gigi.



Larutan anastesi didepositkan di luar periosteum. Larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum dan tulang alveolar ke serabut saraf.



Anastesi pulpa gigi diperoleh melalui penyuntikan sepanjang apeks gigi

Suntikan Subperiosteal 

Larutan anastesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal.



Terasa sangat sakit



Digunakan hanya bila tidak ada alternatif lain / bila anastesi supeerfisial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal



Biasanya digunakan untuk palatum dan bermanfaat bila suntikan periosteal gagal untuk memberi efek anastesi.

Suntikan Intraoseous 

Larutan didepositkan pada tulang medularis



Memberi efek anastesi yang baik pada pulpa disertai gangguan sensasi jaringan lunak yang minimal



Biasanya tulang alveolar akan terkena trauma dan cenderung menjadi rute infeksi sehingga diperlukan prosedur asepsis

Suntikan Intraseptal 

Menggunakan jarum 27 gauge yang diinsersikan pada tulang lunak di crest alveolar.



Larutan didepositkan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang medularis serta jaringan periodontal untuk memberi efek anastesi.



Merupakan teknik modifikasi dari teknik intraoseous



Digunakan bila anastesi yang menyeluruh sulit diperoleh, memasang geligi tiruan immediet dan bila teknik supraperiosteal tidak mungkin dipakai



Hanya dapat digunakan setelah diperoleh anastesi superfisial

Suntikan Intraligamental / Ligamen Periodontal 

Umumnya menggunakan syringe konvensional yang pendek dan lebarnya 27 gauge atau syringe yang didesain khusus : ligmaject, rolon, peripress yang digunakan bersama 30 gauge



Prosedur:  Jarum diinsersikan pada sulkus gingiva dengan bevel mengarah menjauhi gigi

 Jarum didorong ke membran periodontal bersudut 300 terhadap sumbu gigi  Jarum ditahan dengan jari operator  Didorong ke penetrasi maximal  terletak antara akar-akar gigi dan tulang interkrestal.  Tekanan maximal diaplikasikan pada syringe selama 5 detik dengan tekanan ke belakang yang kuat. 

Untuk anastesi gigi berakar jamak, dilakukan penyuntikan tiap akar.



Manfaat :  Efeknya terbatas sehingga memungkinkan perawatan pada 1 gigi dan membantu perawatan pada kuadran mulut yang berbeda  Suntikan tidak terlalu sakit bagi pasien yang tidak menyukai rasa bengkak yang sering menyertai anastesi lokal  Dapat menghindari terjadinya baal pada pipi, lidah da jaringan lunak lainnya sehingga mengurangi resiko trauma pada bibir dan lidah yang baal dan tidak menimbulkan rasa kurang enak bagi pasien sehingga ia dapat makan, minum dan berbicara dengan normal.  Karena efeknya terlokalisir maka dapat digunakan sebagai sumber diagnostik untuk identifikasi sumber sakit  Dapat menghindari terjadinya haematoma walaupun terjadi perdarahan gingiva.  Sesuai digunakan untuk pasien anak : prosedur perawatan multikuadran, prosedur perawatan gigi tunggal, terapi endodonti dan periodontal.



Kekurangan :  Pasien sering merasa rasa pahit yang tidak enak di mulutnya  bocornya larutan anastesi selama penyuntikan  Cartridge anastesi dari gelas sehingga dapat retak selama penyuntikan  tekanan yang terlalu besar dan atau pendepositan larutan terlalu cepat  Karena tekanan terlalu besar  sakit pasca suntikan tidak jarang dan berlangsung berhari-hari  Bisa menyebabkan gigi yang dianastesi agak modot  Jangan dipakai bila ada infeksi gingiva  kemungkinan infeksi menyebar ke membran periodontal / menyebabkan bakteremia transien.  Suntikan dapat saja gagal untuk anastesi gigi-gigi dengan akar panjang dan sangat sulit dilakukan pada daerah seperti aspek distal molar. Lebih efektif untuk gigi atas daripada gigi bawah.

3.

Anestesi Blok Pada teknik anestesi ini dilakukan pemnghambatan jalannya penghantar

rangsangan dari pusat perifer. Dikenal dengan 2 cara yaitu : a.

Nerve block Anestesi local dikenakan langsung pada saraf, sehingga menghambat jalannya rangsangan di daerah operasi yang diinervasinya.

b.

Field block Disuntikkan pada sekeliling daerah operasi, sehingga mengahmbat semua cabang saraf proksimal sebelum masuk ke daerah operasi.

Anastesi Blok Maksilla Anestesi blok untuk rahang atas dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu : a.

Tuber anestesi Injeksi ini mempengaruhi daerah yang diinervasi oleh nervus alveolaris superior

posterior yaitu molar ketiga dan kedua, akar distobukal dan akar palatal molar pertama. Pada saat bersamaan cabang-cabang nervus bukalis yang menginervasi jaringan di bagian bukal gigi molar juga akan teranestesi. Injeksi ini biasanya cukup untuk semua prosedur operasi pada gigi-gigi molar kedua dan ketiga. Pada tuber anestesi sangat diperlukan aspirasi karena terdapat plexus venosus pterigoideus. Anestesi ini jarang dipakai, kecuali apabila terdapat radang pada region gigi yang akan dicabut.

Indikasi

Kontraindikasi

Pengobatan dental yang melibatkan Risiko dua atau tiga gigi molar Apabila merupakan

suntikan

perdarahan

yang

hebat,

misalnya penderita hemofilia supraperiosteal

kontraindikasi,

misalnya

terdapat indeksi akut Apabila suntikan supraperiosteal sudah tidak efektif

Keuntungan Tidak ada traumatic jika dilakukan Adanya

Kerugian risiko

hematom

yang

dengan tepat karena secara relative menyebar, ini terjadi bila terkena areanya sebagian besar terdiri dari pleksus n=venosus pterigoideus jaringan lunak yang tidak melekat erat Tingkat keberhasilan > 95%

Tidak

memerlukan

penetrasi

jarum

yang berlebihan

b.

Infraorbital anestesi Anestesi yang luas dari bagian anterior salah satu sisi maksila dapat diperoleh

dengan melakukan anestesi saraf infraorbital. Hal ini sangat bermanfaat terutama bila ada infeksi yang menghalangi digunakannya teknik infiltrasi. Anestesi dideponir ke dalam kanalis infraorbitalis dengan maksud agar nervus infraorbitalis dan cabang-cabangnya juga dapat teranestesi. Cabang-cabang terminal dari nervus infraorbitalis juga menginervasi kulit pada kelopak mata bawah, ala nasi dan bibir atas.

Indikasi

Kontraindikasi

Prosedur dental yang melibatkan lebih Daerah perawatan yang terpisah ( dari 2 gigi pada rahang atas dan hanya satu atau dua gigi ) mukosa pipi Adanya inflamasi atau infeksi

Adanya

daerah

hematom

yang

terlokalisir pada infraorbotal, karena tidak akan tercapai suatu injeksi yang adekuat Jika injeksi supraperiosteal tidak efektif karena adanya tulang kortikal yang padat

Keuntungan Tekniknya lebih sederhana

Kerugian Bagi operator, dibutuhkan pengalaman dan

rasa

percaya

diri

untuk

menghindari rasa takut meneganai mata pasien Lebih aman, karena penetrasi jarum Bagi pasien ada rasa takut karena dan volume yang dibutuhkan sdikit

c.

menggunakan teknik ekstraoral

Nasopalatinus anestesi Mukosa dan periosteum pada daerah anterior palatum keras diinervasi oleh saraf

nasopalatinus. Pencabutan gigi pada maksila kecuali nervus palatines anterior, juga harus diberikan anestetikum pada nervus nasopalatinus.

Nervus ini keluar dari kanalis incisivum melalui foramen incisivum yang letaknya diantara insisivum 1 kanan dan kiri dan tertutup oleh papilla. Pada papilla terdapat serabut saraf yang sangat sensitive.

Indikasi

Kontraindikasi

Untuk restorasi pada dua gigi atau Adanya inflamasi dan infeksi lebih ( misalnya dengan restorasi seubgingival dan pemasangat band matriks subgingival ) Untuk

mengkontrol

prosedur

bedah

nyeri

selama Daerah operasi yang kecil ( hanya

periodontal

atau melibatkan satu atau dua gigi )

bedah mulut yang melibatkan jaringan lunak dan jaringan keras palatum

Keuntungan Penetrasi

jarum

Kerugian

dan

volume Dapat menyebabkan hematom bila

anestetikum yang digunakan sedikit Mengurangi

rasa

mengenai pembuluh darah

ketidaknyamanan Kejadian trauma meningkat karena

pasien dari adanya penetrasi jarum kemampuan untuk menyesuaikan diri yang berulang-ulang

jaringan palatines

yang

menutupi

anterior

foramen terhadap

anestetikum yang dideponir

d.

Palatinus anterior anestesi Penggunaan tuber anestesi untuk pencabutan gigi pada rahang atas saja belum

cukup, masih perlu melumpuhkan nervus palatines anterior yang keluar dari kanalis palatines anterior melalui foramen palatines mayor dan berada di bawah mukosa dari palatum. Nervus palatines anterior menginervasi mukosa palatum keras, dari daerah molar sampai dengan kaninus.

Indikasi Pada

terapi

yang

Kontraindikasi luas

dimana Adanya inflamasi atau infeksi

melibatkan lebih dari dua gigi Untuk prosedur

mengontrol

nyeri

selama Daerah oprasi yang kecil ( hanya

bedah

periodontal

atau melibatkan satu atau dua gigi )

bedah mulut yang melibatkan jaringan

lunak dan jaringan keras palatum

Keuntungan Penetrasi

jarum

dan

Kerugian volume Dapat menyebabkan hematom bila

anestetikum yang digunakan sedikit

mengenai pembuluh darah

Pasien lebih nyaman

Menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada pasen bila anestetikum yang digunakan dalam jumlah yang besar. Ini

meneybabkan

medius palatum

ikut

nervus

palatines

teranestesi

sehingga

lunak

mjd

kebas

menyebabkan pasien ingin muntah

Anastesi Blok Mandibula a.

Mental Nerve Block

Indikasi:  Biopsi jaringan lunak.  Penjahitan jaringan lunak. Kontraindikasi: •

Infeksi atau inflamasi di area injeksi.



Saraf yang teranestesi:



Mental, ujung cabang inferior alveolar.



Area yang teranestesi:



Membran mukosa bukal anterior ke foramen mental (sekitar premolar kedua) ke midline dan kulit bibir bawah dan dagu.

Keuntungan: 

Tingkat kesuksesan tinggi.



Secara teknik mudah.



Tidak traumatik.

Kekurangan: •

Hematoma.

Komplikasi: •

b.

Hematoma.

Bukal Nerve Block

Indikasi:

Ketika anestesi jaringan lunak bukal dibutuhkan untuk prosedur dental didaerah molar mandibula. Kontraindikasi: •

Infeksi atau inflamsi akut di area injeksi.



Saraf yang teranestesi:



Bukal (cabang divisi anterior mandibula).



Area yang teranestesi:



Jaringan lunak dan periosteum bukal ke gigi molar mandibula.

Keuntungan: 

Tingkat kesuksesan tinggi.



Secara teknik mudah.

Kekurangan: •

Berpotensi untuk nyeri jika jarum kontak dengan periosteum selama injeksi.

Komplikasi: •

c.

Hematoma.

Inferior Alveolar Nerve Block

Indikasi: 

Prosedur multipel gigi mandibula di 1 kuadran.



Ketika dibutuhkan anestesi jaringan lunak bukal.



Ketika dibutuhkan anestesi jaringan lunak lingual.

Kontraindikasi: 

Infeksi atau inflamasi akut di area injeksi.



Pasien yang akan menggigit bibir atau lidahnya (anak yang sangat kecil, anak atau orang dewasa yang fisik atau mental handicapped)

Saraf yang teranestesi: 

Inferior alveolar (cabang divisi posterior mandibula).



Ujung cabang inferior alveolar :



-

Incisive

-

Mental.

Lingual (biasanya)

Area yang teranestesi: 

Gigi mandibula ke midline.



Badan mandibula, bagian inferior ramus.



Mukoperiosteum bukal, membran mukosa anterior ke gigi molar pertama mandibula (saraf mental).



2/3 anterior lidah dan dasar rongga mulut (saraf lingual).



Jaringan lunak lingual dan periosteum (saraf lingual).

Keuntungan: •

Injeksi mencakup area anestesi yang luas.

Kekurangan: 

Tidak untuk prosedur lokal.



Tingkat anestesi inadekuat (15-20%).



Daerah kerja intraoral tidak konsisten.



Positif aspirasi (10-15%)



Lingual dan bibir bawah teranestesi, tidak nyaman untuk banyak pasien dan membahayakan untuk banyak individu.



Anestesi sebagian memungkinkan dimana ada bifid anterior alveolar nerve dan bifid mandibula canal.

Komplikasi: 

Hematoma (jarang).



Trismus.



Paralisis wajah.

d.

Incisive Nerve Block

Indikasi: 

Prosedur dental yang membutuhkan anestesi pulpa pada gigi mandibula anterior ke foramen mental.



Ketika tidak diindikasikan inferior alveolar nerve block.

Kontraindikasi: •

Infeksi atau inflamsi akut di area injeksi.

Saraf yang teranestesi: •

Mental dan incisive.

Area yang teranestesi: 

Membran mukosa bukal anterior ke foramen mental, biasanya dari premolar kedua ke midline.



Bibir bawah dan kulit dagu.



Serabut saraf pulpa gigi premolar, kaninus, dan insisiv.

Keuntungan: 

Memberi anestesi pulpa dan jaringan keras tanpa anestesi lingual.



Tingkat kesuksesan tinggi.

Kekurangan: 

Tidak menganestesi lingual.



Anestesi di midline hanya sebagian.

Komplikasi: •

e.

Hematoma.

Gow-Gates Mandibula

Indikasi: 

Prosedur multipel gigi mandibula.



Anestesi jaringan lunak bukal, dari molar ketiga ke midline.



Anestesi jaringan lunak lingual.



Ketika inferior alveolar nerve block tidak sukses.

Kontraindikasi: 

Infeksi atau inflamasi akut di area injeksi.



Pasien yang akan menggigit bibir atau lidahnya (anak yang sangat kecil, anak atau orang dewasa yang fisik atau mental handicapped)



Pasien yang tidak bisa membuka lebar mulutnya.

Saraf yang teranestesi: 

Inferior alveolar.



Mental.



Insisiv.



Lingual.



Mylohyoid.



Auriculotemporal.



Bukal.

Area yang teranestesi: 

Gigi mandibula ke midline.



Mukoperiosteum bukal dan mukosa membran pada sisi injeksi.



2/3 anterior lidah dan dasar rongga mulut.



Jaringan lunak lingual dan periosteum.



Badan mandibula, bagian inferior ramus.



Kulit zigomatikum, bagian posterior pipi, dan bagian temporal.

Keuntungan: 

Hanya sekali injeksi.



Tingkat kesuksesan tinggi.



Tingkat aspirasi minimal.



Komplikasi postoperasi rendah.



Anestesi sukses dimana ada bifid anterior alveolar nerve dan bifid mandibula canal.

Kekurangan: 

Lingual dan bibir bawah teranestesi, tidak nyaman untuk banyak pasien dan membahayakan untuk banyak individu.



Waktu onset lebih panjang.



Dibutuhkan pembelajaran lebih untuk teknik ini.

Komplikasi: 

Hematoma.



Trismus.



Paralisis saraf cranial III, IV, dan VI.

Gow-gates mandibular nerve block menganastesi inferior alveolar, mental, insisivus, lingual, mylohyoid, auricotemporal dan buccal (long) nerves.

f.

Vazirani-Akinosi (Closed Mouth) Mandibula

Indikasi: 

Pembukaan mandibula terbatas.



Prosedur multipel gigi mandibula.



Tidak bisa melihat daerah kerja untuk IANB.

Kontraindikasi: 

Infeksi atau inflamasi akut di area injeksi.



Pasien yang akan menggigit bibir atau lidahnya (anak yang sangat kecil, anak atau orang dewasa yang fisik atau mental handicapped)



Tidak bisa melihat akses ke aspek lingual ramus.

Saraf yang teranestesi: 

Inferior alveolar.



Mental.



Insisiv.



Lingual.



Mylohyoid.

Area yang teranestesi: 

Gigi mandibula ke midline.



Badan mandibula, bagian inferior ramus.



Mukoperiosteum bukal dan mukosa membran di depan foramen mental.



2/3 anterior lidah dan dasar rongga mulut.



Jaringan lunak lingual dan periosteum.

Keuntungan: 

Relatif tidak traumatik.



Pasien tidak usah membuka mulut.



Komplikasi postoperasi rendah.



Tingkat aspirasi rendah.



Anestesi sukses dimana ada bifid anterior alveolar nerve dan bifid mandibula canal.

Kekurangan: 

Sulit melihat bagian jarum dan dalamnya insersi.



Tidak ada kontak dengan tulang.



Berpotensi traumatik bila jarum terlalu dekat periosteum.

Komplikasi:

g.



Hematoma (jarang).



Trismus (jarang).



Paralisis saraf fasial VII.

Fisher Posisi Pertama : Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi terakhir, kemudian digeser ke lateral untuk

meraba linea oblique eksterna. Lalu jari digeser lagi ke arah medial melewati trigonum retromolar hingga bagian jari

menyentuh buko-oklusal gigi molar, yg menunjukkan

letaknya linea oblique interna. Selanjutnya dari arah sisi seberang rahang yg akan dianestesi, yakni di regio premolar, dilakukan penetrasi jarum dgn berpedoman pada titik pertengahan lengkung kuku jari telunjuk.

Posisi Kedua : Syringe digeser ke sisi rahang yg akan dianestesi sejajar dgn dataran oklusal &

lakukan

penetrasi jarum sedalam + 6 mm. Selanjutnya lakukan aspirasi; dgn

maksud jika ada darah masuk ke dalam syringe berarti penetrasinya salah & mengenai pembuluh darah, maka anestesi dibatalkan. Ulangi prosedur mulai dari posisi pertama. Jika posisinya telah betul, injeksikan larutan anestetikum sebanyak 0,25 – 0,5 cc untuk menganestesi N. Lingualis.

Posisi Ke Tiga : Syringe digeser kembali ke posisi pertama, tetapi tidak penuh & lakukan penetrasi jarum sambil menyusuri tulang sedalam kira-kira 10 - 15 mm. hingga kontak dgn tulang terasa terputus. anestetikum

sebanyak

Selanjutnya lakukan aspirasi lalu

1 cc

injeksikan

untuk menganestesi N. Alveolaris inferior.

larutan Untuk

mengetahui apakah N. Alveolaris inferior telah teranestesi, maka bibir bawah pada sisi yg

dianestesi mengalami parestesi, sedangkan untuk N. Lingualis ditandai dgn

adanya parestesi pada ujung & pinggir lidah pada sisi yg dianestesi.

h.

Single path Menyerupai metoda Fisher pada posisi pertama & kedua, tetapi penetrasi

jarum langsung menuju ke N. Alveolaris inferior, Yakni dgn patokan jika terasa jarum telah berkontak dgn tulang. Kemudian jarum ditarik sedikit + 1 mm, lakukan aspirasi & injeksikan anestetikum sebanyak 1 cc. Selanjutnya jarum ditarik +

6 – 10

mm, lalu

lakukan aspirasi lagi & injeksikan anestetikum

Sebanyak 0,5 cc untuk

menganestesi N. Lingualis.

F.

KOMPLIKASI ANASTESI



Lokal

1.

Kegagalan untuk mendapat efek anastesi  Kegagalan untuk mendapat efek anastesi sering kali disebabkan oleh teknik

yang salah yang menyebabkan jumlah larutan anastesi lokal yang didepositkan di dekat saraf terlalu sedikit atau menyebabkan larutan anastesi terdeposit di pembuluh darah. Pada kasus ini, anastesi biasanya dapat diperoleh dengan mengulang suntikan setelah memeriksa landmark anatomi dan setelah meninjau ulang teknik suntikan yang digunakan. Suntikan intraligamental atau ligamen periodontal sering dapat digunakan pada situasi seperti ini.  Suntikan anastesi lokal tidak jarang gagal memberikan efek anastesi bila ada infeksi akut.  Kenaikan vaskularisasi jaringan yang meradang akut juga merupakan salah satu faktor penyebab. Untuk situasi seperti ini, anastesi dapat diperoleh dengan menggunakan teknik anastesi regional dimana larutan anastesi didepositkan pada jaringan sehat yang letaknya agak jauh dari daerah peradangan.  Penggunaan larutan yang sudah kadaluwarsa.

2.

Sakit selama dan setelah suntikan  Sakit dapat ditimbulkan dari penyuntikan larutan nonisotonik atau larutan yang

sudah terkontaminasi. Penggunaan cartridge yang tepat akan dapat meniadakan kemungkinan ini.  Pemberian suntikan blok gigi inferior kadang-kadang menyebabkan pasien mengalami sakit neuralgia yang hebat pada jaringan yang disuplai oleh saraf tersebut. Simtom ini merupakan indikator bahwa jarum sudah menembus selubung saraf dan harus segera ditarik keluar.

 Penyebab lain dari sakit atau ketidaknyamanan pascaanastesi adalah infeksi, trismus, dan pembentukan haematoma.

3. Pembentukan haematoma  Kesalahan paling sering terjadi bila digunakan blok gigi superior posterior. Hal ini umumnya disebabkan oleh struktur dan posisi pleksus venosus pterigoid yang bervariasi.  Kadang-kadang pembuluh darah terjebak diantara tulang dan tertusuk jarum selama penyuntikan blok gigi inferior atau infraorbital.  Perdarahan ke ruang pterigo-mandibula karena suntikan gigi inferior biasanya tidak segera terjadi dan pasien sering kali datang kembali ke dokter gigi setelah 1-2 hari dengan keluhan trismus.  Bila dokter gigi menganggap bahwa haematoma kemungkinan akan terinfeksi, ia harus segera memberikan terapi antibiotik tanpa melihat letak daerah beku, apakah avaskular atau tidak, dan tanpa mempertimbangkan bentuk nidus ideal untuk proliferasi. Pasien juga harus dimintai datang kembali dalam waktu 24 jam atau lebih bila perlu . 4. Suntikan intravaskular  Bila selama aspirasi, terlihat aliran darah ke dalam larutan anastesi maka dapat disimpulkan bahwa terjadi penetrasi pembuluh darah dan jarum harus segera ditarik keluar dan dimasukkan kembali pada posisi yang sedikit berbeda.  Bila tidak digunakan syringe aspirasi, insidens suntikan intravaskular akan meningkat. Resiko ini dapat diperkecil namun tidak dapat dihilangkan seluruhnya, dengan cara memperhatikan bahwa bila jarum sudahberkontak dengan tulang, jarum harus ditarik sedikit sebelum larutan dideposisikan.

5. Kepucatan  Kepucatan daerah suntikan umumnya disebabkan oleh kombinasi meningkatnya tegangan jaringan akibat deposisi cairan efek lokal dari vasokonstriktor.  Kepucatan pada daerah yang jauh dari daerah suntikan mungkin disebabkan karena suntikan intravaskular atau terganggunya suplai pembuluh darah dari saraf autonom.  Iskemia umumnya bersifat sementara dan berlangsungselama 30 detik samapai 30 menit. Untuk situasi ini hanya diperlukan tindakan menenangkan pasien saja.  Teknik penyuntikan yang cermat termasuk melakukan aspirasi sebelum deposisi larutan atau sedikit menarik jarum sebelum mendepositkan larutan akan mengurangi insidens komplikasi ini.

6. Trismus  Disebabkan oleh penyuntikan pada otot pterigoid medial, dimana kerusakan pembuluh darah akan menimbulkan haematoma atau infeksi.  Trismus sering terjadi beberapa saat setelah penyuntikan dan setelah prosedur perawatan gigi selesai dilakukan.  Bila disebabkan oleh infeksi, pasien umumnya akan menderita demam dan tentang rasa sakit serta rasa tidak enak.  Pada situasi seoerti ini, nanah yang terbentuk harus didrainase dan harus diberikan terapi antibiotik. Bila infeksi sudah terkontrol, simtom trismus dapat dihilangkan dengan menggunakan larutan kumur saline hangat dan diatermi gelombang pendek.

7. Paralisa wajah  Komplikasi ini timbul bila ujung jarum diinsersikan terlalu jauh ke belakang dan terlalu dibelakang ramus asendens.  Pasien yang menderita komplikasi yang mengejutkan dan menakutkan ini harus ditenangkan dan diberi tahu bahwa fungsi normal dan penampilan wajah akan kembali segera setelah efek agen anastesi lokal hilang.  Namun bila komplikasi ini menegnai suplai saraf ke kelopak mata atas seyogyanya beri tahu pasien untuk menutup kelopak mata dan memakai bantalan pelindung atau penutup mata.

8. Gangguan sensasi yang berlangsung lama  Disebabkan oleh kerusakan saraf yang terjadi akibat taruma langsung dari bevel jarum atau penyuntikan larutan yang sudah terkontaminasi oleh substansi neurotoksik seperti alkohol.  Perdarahan dan infeksi di dekat saraf juga dapat menimbulkan gangguan sensasi yang berlangsung lama. Operasi atau infeksi yang terjadi pada molar bawah dan akar premolar kadang-kadang menimbulkan gangguan sensasi bibir bawah.  Pada kasus yang disebabkan oleh infeksi seperti ini, nanah yang terbentuk harus didrainase dan harus segera diberikan terapi antibiotik. 9. Patahnya jarum  Bila ada resistensi jaringan yang kuat, jarum jangan dipaksa masuk ke jaringan dan arah insersi jarum jangan sekali-kali dirubah sebalum jarum terlebih dahulu dikeluarkan dari jaringan. Dengan cara ini jarum tidak akan bengkok.

 Bila frakmen jarum tertahan dalam jaringan, pasien harus diberi tahu. Jangan melakukan usaha apapun untuk mengeluarkan frakmen jarum tersebut, namun sebaliknya, harus dilakukan pembuatan radiografi untuk memastikan keberadaan dan posisinya.  Pasien harus dirujuk ke ahli bedah mulut.

10. Infeksi  Pemakaian peralatan yang sudah disterilkan dan teknik aseptik umumnya dapat menghilangkan kemungkinan masuknya organisme dalam jaringan pada saat penyuntikan.  Kadang-kadang infeksi pada ruang jaringan seperti ruang pterigo-mandibula dapat terjadi. Sebaiknya pasien dengan komplikasi seperti ini dirujuk ke spesialis untuk mendapat perawatan yang dibutuhkan.

11. Trauma bibir  Pasien anak yang mendapat suntikan blok gigi inferior perlu diingatkan agar ia tidak menggigit-gigit bagian bibir yang teranastesi, yang dapat menimbulkan ulser yang sangat nyeri.

12. Gangguan visual  Disebabkan oleh kejang vaskular atau suntikan intra-arterial yang tidak disengaja. Pada kasus seperti ini dapat terjadi distribusi vaskular abnormal dan pasien perlu diberi tahu bahwa penglihatan akan normal kembali setelah 30 menit.  Beberapa suntikan maksilaris dapat menyebabkan larutan terdeposit ke orbit sehingga menganastesi otot motoris mata. Gangguan penglihatan yang terjadi akan kembali normal bila larutan sudah terdispersi biasanya membutuhkan waktu 3 jam.



Umum / Sistemik

1.

Sinkop



Merupakan serangan vasovagal atau pingsan



Penyebab: penurunan suplai darah pada otak (akan pulih spontan)



Pasien dengan riwayat iskemia jantung atau hipertensi beresiko tinggi



Tindakan: -

Memulihkan dan mempertahankan saluran udara dan mempertahankan respirasi dan sirkulasi (perawatan ABC)

-

Pasien dibaringkan dengan posisi kepala lebih rendah dari tubuh, yaitu dengan menyesuaikan sandaran dental unit 10°

-

Pasien jangan diberi minum sampai sudah sadar kembali

-

Bila drg memiliki asisten, instruksikan untuk membantu membaringkan dan menelungkupkan di lantai

-

Pada pasien wanita hamil tua tidak boleh dibaringkann tertelungkup

-

Semua alat dan bahan yang ada di rongga mulut dikeluarkan

-

Bila pasien muntah miringkan terutama ke sisi kanan

-

Bila pasien sudah sadr diberi minuman bergula (bila belum makan)

-

Pemulihan spntan bisa terjadi kurang lebih selama 15 menit

-

Bila perawatan gigi belum dimulai, beri premedikasi sebelum kunjungan berikutnya.

-

Bila pemulihan tidak terjadi dalam waktu beberapa menit (lebih dari 15 menit) setelah pertolongan pertama, harus diberi oksigen dan dirujuk ke rumah sakit.

2.

Interaksi obat



Dokter gigi harus berhati-hati untuk melakukan anestesi lokal pada pasien yang mengkonsumsi obat anti depresi golongan trisiklik



Penggunaan golongan trisiklik

dapat meningkatkan efek noradrenalin sehingga

efek adrenalin semakin berkurang •

Tindakan drg : tidak memberikan anestesi lokal yang mengandung adrenalin maupun noradrenalin. Drg dapat memberikan

prilokain yang mengandung

felypressin (suatu vasokonstriktor nomamine/ citanest dan octopressin) •

Bila terjadi hipertensi dengan tanda: sakit kepala parah mendadak dan diperparah dengan perdarahan intrakanal (gagal jantung akut) sebaiknya segera rujuk ke RS



Kombinasi adrenalin maupun noradrenalin dengan agen-agen halotane, etil klorida, trichloretthylene dan cyclopropane dapat menimbulkan aritmia jantung.

3.

Hepatitis serum



Agen penyebab: antigen yang berhubungan dengan hepatitis B (GBsAg)



Resiko penularan cukup tinggi pada perawatan gigi karena penggunaan jarum hipodermik berulang.

4.

Reaksi sensitivitas



Reaksinya bervariasi mulai dari pembengkakan (oedematous) lokal pada daerah suntikan (urtikaria) sampai reaksi anaphilaktik yang berbahaya.



Tindakan drg:

-

Bila

reaksi

tidak

dapat

pulih

resepkan

antihistamin

sperti

tablet

chlorphreniramine maleate (piriton), maksimal 3 hari. -

Bila konvulsi (kontraksi otot yang berlebih di luar kehendak, dapat terjadi berulang), dikontrol dengan pemberian diazepam



Anaphilaksis: -

Tandanya tekanan darah turun mendadak, hilangnya kesadaran, gangguan respirasi, edema wajah dan laringeal serta urtikaria

-

Terapi: penyuntikan hydrocortisone hemisuccinate sodium secara perlahan dan intravena dengan dosis 100mg dalam 2 ml

-

Meski syok anaphilaksis beresiko gagal jantung akut, namun resiko harus diterima untuk menyelamatkan kehidupan pasien



Penyimpanan adrenalin: tempat lembab, gelap, dan gunakan larutan yang masih bening.

5.

Dermatitis okupasional



Penyebab: alergi penggunaan prokain, lignokain, benzocaine.



Alergi prokain menyebabkan dermatitis novocain (retak-retak sakit dan fisur pada kulit)



Tindakan drg : Rujuk ke spesialis kulit

6.

Kedaruratan kardio-respirasi



Gagal respirasi atau gagal jantung, penyebabnya: penyntikan larutan anestesi lokal yang bersifat sementara



Bila pasien berhenti bernapas, drg harus: memeriksa denyut karotid dan pupil mata



Tanda gagal jantung: tidak ada denyutan dan dilatasi pupil, wajah pucat, berkeringat



Gagal jantung mungkin juga disebabkan karena gagal respirasi



Tindakan gagal respirasi: -

Resusitasi mulut ke mulut: meluruskan kepala untuk membersihkan saluran udara. Melakukan teknik respirasi buatan



Tindakan gagal jantung: -

Pakaian yang ketat dilonggarkan

-

Kaki pasien dinaikkan, untuk merangsang aliran darah ke jantung

-

Bila tidak segera pulih beri oksigen

-

Melakukan massase jantung eksternal

7.

Hiperventilasi Pernapasan yang dalam dan lama (abnormal) sebagai manifestasi histeris dari

ketakutan dan dapat mengganggu kesadaran. Efek samping anastesi lokal Efek samping anastesi lokal terhadap sistem tubuh antara lain: 1.

Sistem kardiovaskular



depresi automatisasi miokard



depresi kontraktilitas miokard



dilatasi arteriolar



dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps sirkulasi

2.

Sistem Pernafasan Relaksi otot polos bronkus. Berhentinya nafas akibat paralise sarf frenikus, paralise

interkostal atau depresi langsung pusat pengaturan nafas. 3.

Sistem Saraf Pusat (SSP) SSP rentan terhadap toksisitas anastetika lokal, dengan tanda-tanda awal

parastesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinitus, pandangan kabur, agitasi, twitching, depresi pernafasn, tidak sadar, konvulsi, koma. Tambahan adrenalin beresiko merusak saraf. 

Imunologi Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih ssering, karena merupakan

derivat para-amino-benzoic acid (PABA) yang dikenal sebagai alergen. 

Sistem Muskuloskeletal Bersifat miotoksik (bupivakain>lidokain>prokain). Tambahan adrenalin bersiko

merusak saraf. Regenerasi dalam waktu 3-4 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Fehrenbach and Herring. 2002. Anatomy of the Head and Neck. Elsevier.

F.J Harty & R. Ogston.1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

Howe, George L dan Whitehead F.Ivor. 1992. Anestesi Lokal (Local Anaesthesia in Dentistry) Edisi 3.Alih bahasa: Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates. Malamed, F. Stanley. 1997. Handbook of Local Anesthesia 4th Edition. Mosby.

Maisyarah Luna, Jambi. 2006. Blok Anestesi Untuk Rahang Atas. Universitas Sumatera Utara : Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi.

Wray et al. 2003. Textbook for General and Oral Surgery. Elsevier.

Www.pdfcoke.com. Bahan Anestesi Lokal. <www.pdfcoke.com/doc/31316997/AnestetikaLokal> diakses tanggal 21 Februari 2011.

Www.repository.usu.ac.id. Blok Atas.<www.repository.usu.ac.id/bitstream

Anestesi

Untuk

Rahang

/123456789/8267/1/020600021.pdf/blok-

anestesi-untuk-rahang-atas> diakses tanggal 21 Februari 2011.

Related Documents

Sk
October 2019 77
Sk
August 2019 81
Sk
October 2019 83
Sk
December 2019 70
Buff+sk
November 2019 7
Sk Mother
May 2020 2

More Documents from ""