NAMA
:
SITI HAWA FITRAH EKE
NIM
:
95716005
PENGEMBANGAN TRANSPORTASI UDARA DALAM MENDUKUNG PARIWISATA NTT
Artikel 1
: Potensi Penerbangan di Nusa Tenggra oleh Reni Rahmawati/Majalah Angkasa
Sumber
: http://nationalgeographic.co.id
Rangkaian mutu manikam pulau-pulau di wilayah Nusa Tenggara makin dilirik maskapai penerbangan. Infrasruktur bandara terus ditingkatkan (http://nationalgeographic.co.id) Pembahasan artikel berkaitan dengan prospek pariwisata prospek pariwisata di wilayah Nusa Tenggara baik Nusa Tenggara Barat (NTB) maupun Nusa Tenggara Timur (NTT) yang semakin meningkat. Untuk mendukung prospek pariwisata yang ada pemerintah memprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur serta jaringan dan kapasistas transportasi untuk mempermudah konektivitas ke daerah tujuan wisata. Dari bidang transportasi udara yang diprioritaskan adalah bandar udara. Artikel tersebut mendata terdapat 14 bandara di NTT. Bandara-bandara tersebut terseebar di pulau-pulau di wilayah NTT, terdapat 6 di Pulau Flores, 2 di Pulau Timor, 2 di Pulau Sumba, serta 4 llainnya di Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote dan Pulau Sabu. Peningkatan akses juga didukung maskapai penerbangan yang melayani rute penerbangan ke wilayah Nusa Tenggaara, diantaranya NAM AIR, WINGS AIR, TRANS NUSA serta GARUDA INDONESIA. Artikel 2
: Rencana Kerjasama Pertumbuhan Ekonomi Kupang-Dili-
Darwin oleh Agustinus Tokan Sumber
: http://bkpm-nttprov.web.id/advertorial Rendahnya ivestasi di wilayah NTT antara lain disebabkan terbatasnya dukungan
infrastruktur. NTT memiliki peluang untuk dapat menjalin kerjasama sehingga dapat meningkatkan investasi dalam mendukung kegiatan pembangunan. Hal ini dikarenakan NTT memiliki kondisi geografis yang strategis, yaitu berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Australia. Kerjasama Pembangunan Segitiga Pertumbuhan Kupang, NTT-Dili, Timor Leste-
Darwin, Australia diharapkan mewujudkan peran Prov. NTT secara nasional dan menukung percepatan pembangunan daerah. Salah satu fokus kerjasama adalah pembangunan sektor pariwisata dan budaya, Rencana jangka pendek diantaranya adalah mengaktifkan bandara El Tari Kupang menjadi bandara internasional. Transportasi udara menjadi pintu masuk kerjasama Segitiga Pertumhan. Berdasarkan fokus kerjasama pada sektor pariwisata diharapkan dapat meningkatkan wisatawan dari Australia danTimor Leste. Untuk mendukung pembangunan kerjasama perlu peran dari seluruh pemerintah Kab/Kota di NTT. Hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indentifikasi bidang sektor proritas yang akan dijadikan fokus kerjasama, ketersediaan informasi tentang peluang usaha dan investasi, koordinasi dan konsultasi tentang peluang usaha dan investasi, meningkatkan insiatif dan motivasi dari kalangan dunia usaha untuk lebih aktif dan antisipatif dalam mendukun rencana kerjasama serta pemerintah bertindak sebagai fasilitator dan regulator untuk menjamin perwujudan dan keberlanjutannya. Artikel 3
:Aksesibilitas Udara, Infrastruktur
Penting Mempromosikan
Keindahan oleh Hilda Sabri Sulistyo Sumber
:
http://bisniswisata.co.id/aksesibilitas-udara-infrastruktur-penting-
mempromosikan-keindahan-alor Alor merupakan salah satu destinasi yang diharapkan dapat menjjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kawasan Indonesia Timur (KIT) dengan unggulan 25 spot diving. Salah satu cara untuk mempercapt pembangunan di kawasan Indonesia Timur khususnya dalam sektor pariwisata adalah meningkat demand, misalnya pengadaan Festival Bahari Alor tahun 2015 oleh pemerintah di Alor. Untuk meniciptkan demand diperlukan peran media untuk mempromosikan dan mendorong kedatangan masyarakat serta peran pemerintah dalam memperbaiki aksesibilitas untuk kenyamanan dan keamanan dalam berwisata. Dalam hal aksesibilitas menurut peneliana Worl Economi Forum di dalam pariwisaa Indonesia merupakan yang terburuk serta tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Aksesibilitas di wilayah NTT sendiri masih harus didukung oleh infrastruktur transportasi yang memadai di ataranya transportasi udara, Transpostrasi udara dibutuhkan karena dalam perjalan laut membutuhkan waktu 9-10 jam dengan gelombang yang tinggi sehingga kurang memberikan kenyamannan. Sedangkan dalam hal transportasi udara sendiri masih perlu dikembangkan dengan memperluas rute penerbangan khususnya penerbangan langsung antara Alor-Denpasar yang diharpakan dapat memperluas kesempatan datangnya
wisaawan ke Alor, dari segi bandara telah diadakan lomba mendesain Bandara Mali. Kerjasama kementrian perhubungan dan pariwisata dalam peningkatan aksesibilitas ke destinasi wisata di Alor. Artikel 4
: Tanggung Jawab PT Angkasa Pura I Dalam Pengelolaan
Bandara El Tari Kupang dalam Perspektif Otonomi Daerah oleh Des Djada Koro, Dhey Wego Tadeus, Saryono Yohanes Sumber
: file:///C:/Users/User/Downloads/11081-29530-1-PB.pdf Bandara udara El Tari merupakan bandara internasioanl regional yang berlokasi di
Kupang, Prov. NTT. Berdasarkan informasi dalam peenlitian tersebut terdapat 3 lembaga yang berkepentingan di bandara El Tari. Bandara ini dimiliki oleh TNI AU dan PT Angkasa Pura 1, dan dikelola oleh PT Angkasa Pura 1 untuk kepentingan penerbangan sipil. Selain itu juga terdapat peran pemerintah didalam pengelolaan bandara El Tari. Dalam pelaksanaan aktivitas di bandara untuk menghindara konflik kepentingan yaitu kepentingan militer dan kepentingan kepentingan penerbanagn sipil maka diadakan kesepakatan antara pihak TNI AU dan PT Angkasa Pura 1, dimana pada saat akan diadakan pelatihan militer dilarang adanya penerbangan sipil maksimal 3 minggu sebelum pelaksaan kegiatan pelatihan tersebut. Adanya banyak kepentingan di Bandara El Tari, menimbulkan wacana untuk mencari lokasi baru untuk sepenuhnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penerbanagn sipil. Dalam hal pengelolaan bandara baik pemerintah daerah maupun PT Angkasa Pura 1 memiliki kewajiban untuk menajamin keselamatan penerbangan. Hal ini diwujudkan dalam penyediaan dan pengelolaan secara baik fasilitas-fasilitas bandara seperti landasan pacu, tempat parkir pesawat, menara khusus pemantau yang dilengkapi radio control dan radar, pemindai bagasi sinar X, serta runag tunggu bagasi yang memadai dan juga menajamin keselamatan dan kenyamanan dalam penerbangan. PT Angkaasa Pura 1 memiliki peran yang cukup besar dalam pola penataan bandara El Tari yang lebih bersifat komersial sedang kegiatan pemerintah NTT tidak begutu tampak dalam pengelolaan bandara El Tari. Selain fasilitas bandara yang harus memadai, kondisi sekitar kawasan bandara juga haru mendukung terjaminnya keselamatan dalam penerbanagn. Diperbolehkannya aktivitas masyarakat setempat dengan berkebun memnanfaatkan lahan sekitar kawasan bandara menjadi salah satu cara untuk menyiasati adanya penggembalaan hewan di kawansan sekitar bandara. Sedang peemerintaah daerah dalam hal ini memiliki kewenangan untuk mengontrol pembangunan di sekitar kawasan bandara. Penelitian ini juga merekomendasikan agar pemerintah daerah lebih
proaktif dalam pembangunan bangunan-bangunan di sekitar bandara yang dikhawatirkan dapat menggangu lalulintas udara. Artikel 5
: Peluang dan Tantangan Indonesia Terhadap ASEAN
Multilateral Agreement On Air Services 2009 (ASEAN Open Sky Policy) oleh Brillian Budi Nurani, Pra Adi Soelistijono, Adhiningasih Prabhawati dan Open Skies dan Maskapai Penerbangan Indonesia oleh Chris Whittle Sumber
:http://repository.unej.ac.id dan file:///C:/Users/User/Downloads/prakarsa-
jan-2012-ina-colour.pdf Adanya perjanjian multilareal oleh Negara-negara ASEAN dalam hal kebebasan penerbangan di antara negara-negara anggota tentu saja merupakan sebuah peluang dan tantangan bagi Indonesia. dalam hal pariwisata di Indonesia adnya perjanjian open skymemberi peluang adanya peningkatan perjalanan udara dimana member pengaruh dari sisi permintaan berupa kecendrungan untuk terbang lebih tinggi dan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan serta dari sisi penawaran berupa peningkatan daya darik wissata, dan kemudahan konektivitas. Tantangan dari adanya perjanjian ini adalah kemampuan industri perhubungan udara negeri untuk mampu bersaing dengan Negara ASEAN lainnya. Indonesia bukan hanya sebagai pasar namun juga dapat bertindak sebagai pelaku yang kompetitif dalam dunia penerbangan ASEAN. Namun sejauh ini yang menjadi kendala diantaranya kurangnya dukungan dari infrastruktur, serta maskapai Indonesia yang cenderung lebih berkonsentrasi dengan penerbangan domestik serta jaringan internasional perbangannya belum seluas maskapai-maskapai asing seperti maskapai Singapura.
Dari pembahasan artikel-artikel diatas dapat diketahui pengembangan transportasi udara menjadi hal yang penting dalam mendukung pariwisata NTT. NTT yang kaya akan potensi wisata baik alam maupun budaya yang khas perlu didukung dengan konektivitas yang tinggi untuk kemudahan mencapai daerah tujuan wisata yang tersebar di wilayah NTT. Kondisi geografis NTT yang merupakan kepulauan membutuhkan transportasi udaha agar dapat terjangkau bahkan pada lokasi-lokasi yang kurang dapat dijangkau oleh transportasi darat maupun laut. Pentingnya transportasi udara dikarenakan faktor kenyamanan dan efisiensi waktu. Secara umum pemerintah telah berupaya untuk menyediakan bandara pada setiap pulau-pulau utama di NTT. Namun jumlah bandara yang dapat dikatakan memadai ini belum mencakup kualitas masing-masing bandara. Kapasitas masing-masing badara maupun
kapasitas landasan pacu belum sepenuhnya mendukung untuk peningkatan wisata di NTT. Selain itu kurangnya penerbangan langsung dari pintu-pintu utama wisatawan di Indonesia menuju destinasi wisata NTT yang tersebar di pulau-pulau NTT menjadikan destinasidestinasi wisata tersebut kurang dikenal dan dikunjungi. NTT juga dicanangkan untuk memiliki tiga bandara internasioanl. Saat ini yang baru terealilasi satu bandara, yaitu badara El Tari dengan skala internasional regional. Namun demikian keberadaan bandara yang berskala internasional ini juga tidak lepas dari konflik kepentingan. Dualism kepemilikan bandara yaitu TNI AU maupun PT Angkasa Pura 1 dimana dalam aktivitas di kawasan badara yang terbagi atas penerbaangan sipil maupun kegiatan pelatihan militer. Meskipun telah ada kesepakatana antara kedua belah pihak namun hal ini menunjukan bandara tidak sepenuhnya dapat dioptimalkan untuk penerbangan sipil yang otomatis berkaitan langsung dengan pariwisata NTT. Dimana dalam peoperasian bandara pada waktu—waktu tertentu tidak diijinkan untuk adanya penerbanagan sipil dikarenakan adanya pelatihan militer. Selain itu pemerintah daerah belum secara optimal memanfaatkan
bandara
untuk
kegiatan-kegiatan
pemerintah,
dimaksimalkan fungsi bandara untuk kepentingan wisata
terlohat
dari
belum
daerah. Sungguh disayangkan
karena bandara merupakan gerbang pertama para wisatawan yang dating ke daerah dengan menggunakan pesawat terbang. Dalam posis wilayah NTT yang berbatasan dengan dua Negara yaitu Australia dan Timorr Leste harunya merupakan peluang untuk dapat mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan dari kedua negara tersebut. Kesepakatan Segittiga Pertumbuhan Kupang-DiliDarwin dengan salah tu fokus adalah sektor pariwisata tentunya perlu didukung dengan transportasi udara yang memadai untuk mempermudah konektivitas antara wilayah NTT dengan kedua negara tersebut. Di tingkat masional perjainjian Open Sky diantara negaranegara anggota ASEAN
yang mengatur kebebasan penerbangan antar negara ASRAN
memberi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Peluang berupa peningkatan jumlah perjalanan udara berimbas positif pada sektor pariwisata di Indoneisa. Dari sisi penawaran akan adanya peningkatan daya tari wisata serta konektivitas yang semakin baik sedang dari sisi permintaan akan memperpanjang lama tinggal, meningkatan pengeluaran untuk pembelajaan di destinasi dan tentunnya diharapkan semakin banyak wisatawan yang dating. Hal ini juga akan berpengangaruh pada pariwisata NTT sebagai bagian dari Indonesia. diharapkan perjanijian Open Sky akan mendorong peningkatan wisatawan asing ke destinasi-
destinasi wiata di NTT. Dengan demikian pariwissata di NTT akan semakin meningkat seiring dengan pembangan transportasi udara.