REVIEW JURNAL SITI HAWA FITRAH EKE 95716005 Jurusan Perencanaan Kepariwisataan, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung Judul
Jurnal Volume dan Halaman Tahun Penulis
Sustaining marine wildlife tourism through linking Limits of Acceptable Change and zoning in the Wildlife Tourism Model/ Marine Policy 68, 100-107 2016 Julia Bentz, Fernando Lopez, Helena Calado. Philip Dearden
Pengantar Pariwisata berbasis alam khususnya pariwisata bahari merupakan salah satu potensi terbesar yang dimiliki Indonesia. Keberlanjutan pariwisata berbasis alam sangat bergantung pada kondisi alam sebagai daya tarik utama bagi wisatawan (Akbar, 2013). Wisata bahari sangat bergantung dengan lingkungan (baik fisik dan non fisik) dan budaya lokal yang sangat terkait dengan lingkungan tersebut (Pratiwi, 2002). Menurut Pratiwi (2002), walaupun banyak pengamat yang menganggap wisata bahari bersebrangan dengan alam namun pada prakteknya pengembang pariwisata juga melakukan usaha yang serupa dengan usaha konsvasi, agar daya tarik wisata tetap berkelanjutan. Perlu adanya upaya-upaya untuk menjamin keberlanjutan wisata bahari baik secara lingkungan, sosial maupun ekonomi. Salah satunya adalah dengan memperhitungkan daya dukung lingkungan dalam usaha perencanaan dan pengembangan pariwisata bahari. Turunan dari daya dukung lingkungan adalah limit of acceptable change. Limit of acceptable change terkait dengan indikator lingkungan yang merupakan salah satu perangkat manajemen lingkungan, dimana indikator lingkungan menjadi peringatan bagi pihak-pihak yang memiliki perhatian untuk keberlanjutan pengembangan wisata di suatu kawasan seperti pengambil keputusan atau pengelola di suatu kawasan bahari (Pratiwi, 2002). Indikator digunakan untuk memilih informasi untuk keberlanjutan pengembangan wisata bahari di suatu kawasan (Pratiwi, 2002). Pemilihan jurnal ini berdasarkan minat mahasiswi pada pengembangan pariwisata bahari di Inndonesia khususnya pada pulau-pulau kecil, mengingat Indonesia sebagai negara kepualauan terbesar di dunia. Selain itu penggunaan model wisata margasatwa yang berbasis limit of acceptable change dan zonasi spasial yang melibatkan para pemangku kepentingan diharapkan dapat diterapkan di Indonesia khususnya pada pengembangan wisata bahari di pulau-pulau kecil untuk mendukung keberlanjutan daya tarik wisata berbasis alam tersebut. Zonasi masing-masing pulau kecil berdasarkan eco-specialist dan eco-generalist seperti dalam jurnal ini juga mengarahkan tujuan dari pengembangan dan pengelolaan wisata bahari di Indonesia. Jurnal ini terdiri dari abstrak, pendahuluan, kerangka konsep, tujuan dan lokasi studi, metodelogi, hasil, pembahasan, dan kesimpulan. 1) Abstrak
Wisata margasatwa laut dpaat memberikan manfaat konservasi dan masyarakat ketika dikelola secara efektif. The Wildlife Tourism Model (WTM) adalah kerangka kerja yang digunakan untuk menilai keberlanjutan Penelitian ini menggambarkan batas perubahan yang dapat diterima (LAC) dan zonasi untuk meningkatkan arah manajemen Empat dari Sembilan langkah LAC diaplikasikan untuk mengidentifikasi keberlanjutan wisata scuba diving dii lima pulau di Kepulauan Azore, untuk mengususlkan standar batas yang dapat diterima. Data kualitatif dan kuantatif digunakan beserta indikator deskripstif. Wawancara terhadap pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi masalah utama (langkah 1). Lokasi studi berupa kelima pulau akan digambarkan menggunakan Spektrum Peluang Ekowisata (langh 2). Indikator dipilih (langkah 3). Indikator diukur dengan analais kesenjangan berdasarkan survey terhadap penyelam (langkah 4). Pualu-pulau tersebiut menunjukan dalam hal akses, infrastruktur, atraksi penyelaman, tingkat dan kepuasan pengunjung maka diusulkan dua tipe zonasi. Ideskrips indikator menjadi masukan yang bernilai untuk proses LAC, serta LACdapat dihubungkan dengan zonasi sesuai yang Wildlife Tourism Model (WTM). Kata kunci Wildlife Tourism Model, Menyelam, Spektrum Pelang Ekowisata, Pengelolaan, Zonasi, Keberlanjutan. 2) Pendahuluan Wisata margasatwa laut dapat memberikan manfaat yang siginifikan bagi konservasi maupun masyarakat lokal jika pengelolaanya efektif. Pariwisata bahari tumbuh menjadi salah satu segmen pariwisata global terbesar ditengah penurunan perikanan dan ekosistem laut yang semakin tertekan. Disatu sisi konservasi mendapat manfaat dari pendapatan yang diperoleh aktivitas wisata bahari namun di sisi lainnya konservasi dapat terkena dampak dari kegiatan pariwisata. Penggunaan Wildlife Tourism Model (WTM) sebagai kerangka kerja untuk menilai keberlanjutan wisata margasatwa laut di suatu kawasan. Secara khusus dalam penelitian ini membahas penilaian keberlanjutan pada wisata menyelam dengan menerapkan kerangka penilaian WTM yang menghubungkan limit of acceptable change (LAC) dan zonasi spasial berdasarkan Spektrum Peluang Rekreasi (ROS). Penelitian ini berkontribusi dalam pengembangan model yang berkelanjutan, dimana melalui WTM dapat memberikan rekomendasi khusus berdasarkan studi kasus wisata scuba diving di Kepulauan Azore. 3) Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam jurmal ini terdiri dari Wildilife Tourism Model Limit of Acceptable Change dan Recreation Opportunity Spectrum. Dalam WTM yang diperkenalkan oleh Duffus dan Dearden (1990), menggunakan kurva Butler, dimana daya tarik wisata margasatwa dapat melewati beberapa tahap seiring dengan pertumbuhannya dan meningkatnya jumlah pengunjung yang dapat mengarah pada penurunan daya tarik. Kunjungan yang meningkat memberikan perubahan pada jenis wisatawan, tahap awal wisatawan terdiri dari partisipan yang sangat khusus, memiliki pengetahuan dan dorongan untuk mencari atraksi baru seiring waktu bergeser menjadi wisatawan general dalam jumlah yang besar (wisatawan masal) serta cenderung membayar lebih sedikit. Oleh karena perlu adanya mAanajemen yang efektif dengan menentukan tujuan suatu kawasan secara eksplisit (Duffus dan Dearden, 1990). Seperti pada gambar dibawah ini, tahap A destinasi wisata rapuh dan langka dengan jumlah wisatawan yang kecil dan bersedia membayar lebih tinggi, tahap C merupakan destinasi wisata yang memiliki daya tahan sehingga dapat mengakomodasi sejumlah besar wisatawan, sedang tahap B berada diantaranya.
Gambar 1. Wildlfe Tourism Model, hubungan antara spesialisasi pengguna, batas perubahan yang dapat diterima (LAC I-III), tahap evolusi dari destinasi wisaata margasatwa (A-E) dari waktu ke waktu, Spektrum Peluang Penyelam (DOS I-III) digunakan untuk mencocokan karakteristik lokasi penyelaman dengan tingkat spesialisasi.
Dalam model diatas mengaitkan LAC dan zonasi spasial. LAC merupakan kerangka kerja yang digunnakan untuk memantau pariwisata berbasis alam dengan mengidentifikasi standar kualitas dan menekankan perencanaan dan manajemen yang positif untuk mengantisipasi penggunaan yang berlebihan (Stanley dkk, 1984). LAC terdiri dari sembilan tahap dimana dalam jurnal ini menggunakan empat lagkah awal dalam LAC yaitu 1) identifikasi isu-isu yang emnajdi perhatian, 2) definisi kelas peluang, 3) pemilihan indikator kondisi sumber daya, 4) inventarisasi sumber daya. Zonasi spasial dalam model tersebut menggunakan pendekatan spektrum peluang rekreasi (ROS), yang lebih rinci menggunakan spektrum peluang ekowisata (ECOS) yang mengelompokan zona menjadi eco-specialist, menengah, eco-generalist berdasarkan akses, sumber lainnya yang terkait dengan atraksi, atraksi yang ditawarkan, infrastruktur, tingkat keterampilan dan pengetahuan penyelam, serta penerimaan terhadap dampak pengunjung. 4) Tujuan dan Lokasi Studi Jurnal ini menggunakan model WTM dengan menghubungkan LAC dan zonasi berdasarkan ECOS yang bertujuan untuk: a) Mengkaji perhatian utama para pemangku kepentingan terkait wisata penyelaman di Azore (Langkah 1 LAC). b) Mendefinisikan dan mendeskripsikan kondisi dan sumber daya menyelam untuk kelas peluang (Langkah 2 LAC). c) Memilih indikator yang mewakili elemen spesifik dari pengaturan kondisi biofisik dan sosial (Langkah 3 LAC). d) Mengukur indikator yang diidentifikasi pada langkah sebelumnya (Langkah 4) dan identifikasi zona manajemen dalam spectrum peluang menyelam (DOS). e) Memberikan masukan untuk manajemen wisata menyelam yang berkelanjutan pada setiap zona, Lokasi studi berada di Kepualau Azore, terletak di Samudra Atlantik, 1.500 km dari Kota Lisbon (Portugis) dan 3.900 km dari pantai timur Amerika Uttara. Terdiri dari sembilan pulau dengan total luas 2.333 km2 dimana pariwisata menjadi sektor ekonomi yang penting Atraksi utama berlayar, wisata
perahu, wisata pesiar, scuba diving, menonton ikan paus dan lumba-lumba, berenang dengan lumbalumba, olahraga memancing dan hiking. Dari data Direktorat Transportasi Udara dan Maritim terdapat 4.000 penyelam di tahun 2011, jika dihitung dengan atraksi menyelam bersama Hiu maka terdapat 7.000 penyelam, juga terdapat 45 operator menyelam.