A. Sighat Qasam Sighat asli qasam ialah fi'il atau kata kerja aqsama" atau "ahlafa" yang di-muta `addi (transitif)-kan dengan "ba" untuk sampai kepada muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), lalu disusul dengan mugsam 'alaih (sesuatu yang karena sumpah diucapkan) yang dinamakan dengan jawab qasam. Misalnya firman Allah dalam surat An-Nahl[16]:38
"Mereka bersumpah dengan nama Allah, dengan sumpah yang sungguh-sungguh, bahwasanya Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati." (an-Nahl [16]:38). Qasam dan yamin adalah dua kata sinonim, mempunyai makna yang sama. Qasam didefinisikan sebagai "mengikat jiwa (hati) dengan 'suatu makna' yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki maupun secara i`tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu." Bersumpah dinamakan juga dengan yamin (tangan kanan), karena orang Arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan mukhathabnya. Sedangkan Qasam secara terminologi telah banyak didefinisikan oleh ulama, diantaranya adalah: 1. Al-Zarkasyi, yang mengatakan bahwa qasam adalah suatu kalimat yang memberi penegasan atau taukid terhadap berita yang disampaikan ( ) ﺭﺑﺧﻟﺍﺎﻬﺑ ﺩﻜﺅﻴ ﺔﻠﻤﺠ.6 2. Jalal al-Din al-Sayuthi, mendefinisikan bahwa qasam itu adalah suatu pembenaran dan penegas terhadap suatu berita () ﻩﺩﻳﻜﻮﺘﻭﺭﺑﺧﻟﺍﻕﻴﻗﺣﺘ.7 3. Musthafa Dib al-Bigha: 8 ﺍﺩﺍﻗﺘﻋﻭﺍ ﺔﻗﻳﻗﺤ ﻑﻠﺤﻟﺍ ﺪﻧﻋ ﻢﻅﻌﻣ ﻰﻧﻌﻤﺒ ﻪﻴﻠﻋﻢﺍﺩﻗﻷﺍﻮﺍ ﺊﻴﺷ ﻥﻋ ﻉﺍﻧﺗﻣﻹﺎﺑ ﺲﻔﻨﻟﺍ ﻄﺒﺭ “Mengikat jiwa untuk menjauhi suatu perbuatan atau melaksanakannya dengan suatu makna (ungkapan) yang diagungkan oleh yang bersumpah, baik secara hakikat ataupun i’tikad ”. 4. Ibn al-Qayyim dalam kitabnya al-Tibyan fi aqsam al-Quran yang dikutip oleh Nashruddin Baidan menjelaskan bahwa defenisi qasam adalah menguatkannya (muqsam alaih) isi informasi dan memastikannya. Dari empat definisi qasam di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa qasam adalah suatu kalimat yang mengandung pembenaran atau penegasan terhadap suatu berita maupun tuntutan yang ada dalam jiwa orang yang bersumpah unsur mengagungkan, baik secara hakiki ataupun i’tikadi. Dengan demikian, ada tiga unsur dalam sighat qasam yaitu: fi'il yang ditransitifkan dengan "ba", muqsam bih dan muqsam 'alaih. Di dalam ilmu aqsamil qur’an, sighat (bentuk) ini ada empat macam, yaitu:
. Sighat pertama Yaitu bentuk asli. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwasannya sighat asli ini terdiri dari tiga unsur, yaitu: a. Fi’il sumpah yang di muta’adikan dengan “ba”. b. Muqsam bih (penguat sumpah). c. Muqsam ‘alaih (jawaban sumpah). 2) Dengan huruf ta’
1. Fi’il Qasam (Yang di-Muta’addikan Dengan Huruf Ba’, Ta’ dan Wawu) Sighat qasam baik yang berbentuk uqsimu ataupun yang berbentuk akhlifu tidak akan berfungsi tanpa di-ta’adiyah-kan dengan huruf ba’. Sebagai contohnya:
a. Yang menggunakan uqsimu dalam Al-Nahl ayat 38 : b. menggunakan ahlifu Qs. Al-Taubah/9: 56 c. Namun kadang kala dalam suatu ayat, sighat qasam langsung disebutkan dengan huruf wawu pada isim dzahir, kadang kala langsung disebutkan dengan huruf ta’ pada lafal jalalah. Hal ini terjadi mana kala fi’il qasam tidak disebutkan dalam ayat tersebut. Contoh : 1) Dengan huruf wawu, dalam QS al Lail ayat 1 2) Dengan huruf ta’ 2. Muqsam Bih Muqsam bih ialah lafaz yang terletak setelah qasam yang dijadikan sebagai sandaran dalam bersumpah yang juga disebut sebagai syarat. Atau dengan kata lain muqsam bih adalah sesuatu yang dengannya seseorang bersumpah atau penguat sumpah. Harus diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan. Dalam al-qur’an, Allah bersumpah dengan zat-Nya sendiri yang Maha Agung atau dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang Maha Besar. a. Allah bersumpah dengan zat-Nya sendiri : b. Allah bersumpah dengan makhluk ciptaannya, dalam Surat At Tiin ayat 1-2: Ridwan Nasir meringkas jika ditinjau dari muqsam bih, qasam dibagi menjadi 7, yaitu: a. Dzat Allah atau sifat-sifat Allah (Seperti dalam Al Hijr: 92) b. Kehidupan nabi Muhammad ((Al Hijr: 72) c. Hari Kiamat (Al Qiyamat: 1) d. Al Qur’an (Yaasin:1-2) Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif la>m mi>m, Alif la>m ra>, Alif la>m mi>m s{a>d dan sebagainya. Diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasya>biha>t, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Jika mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. e. Makhluk benda-benda angkasa (An Najm: 1-2) f. Makhluk benda-benda bumi (Al Thin: 1-2) g. Waktu (Al Ashar: 1-2). Dapat saja Allah bersumpah dengan apapun yang Dia kehendaki. Akan tetapi sumpah manusia hanya boleh diperkuat atau disandarkan hanya kepada Allah SWT. Dan jika sumpah manusia itu diperkuat dengan selain Allah SWT maka termasuk perbuatan musyrik. Sebagaimana Hadis Nabi: [ﻋﻥ ﻋﻣﺭﺍﺑﻥ ﺍﻟﺧطﺎب ﺭ ﻉ ﺍﻥ ﺭسﻭل ﺍ ل ص م ﻗﺎل ﻣﻥ ﺣﻠﻑ ﺑغﻳﺭا فقﺩكﻔﺭأﻭأﺷﺭك ]ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺗﺭﻣذى Artinya: Dari Umar Bin Khat}ab ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: Barang siapa bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka ia telah kafir atau telah mempersekutukan (Allah). (HR. Al-Turmudzi) Dalam hadis lain Muhmmad ‘Abduh menyebutkan dalam Syafe’I (2006:160): ﻣﻥ كﺎﻥ ﺣﺎﻟﻔﺎفﻠﻳﺣﻠﻑ ﺑﺎ ل أﻭﻟﻳصﻣت
Allah bersumpah dengan makhluk-Nya, karena maakhluk itu menunjukkan penciptanya, yaitu Allah, juga menunjukkan keutamaan dan kemanfaatan makhluk tersebut, agar dijadikan pelajaran bagi manusia. Dari Al Hasan diriwayatkan, ia berkata: [ ﺍﻥ ا ﻳقسم ﺑﻣﺎﺷﺎءﻣﻥ ﺧﻠقﻪ ﻭﻟﻳس ﻷﺣﺩ أﻥ ﻳقسم ﺍﻷ ﺑﺎل ] أﺧﺭجﻪ ﺍﺑﻥ أﺑﻰ ﺣﺎ “Allah boleh bersumpah dengan makhluk yang dikehendaki-Nya. Namun tidak boleh bagi seorang pun bersumpah kecuali dengan (nama) Allah”. Dari beberapa pendapat tentang muqsam bih , disini pemakalah cenderung memakai pendapat dari Ridlwan Nasir, karena disini pendapatnya lebih luas dan terinci.
3.Muqsam‘alaih Muqsam alaih ialah bentuk jawaban dari syarat yang telah disebutkan sebelumnya (muqsam bih). Atau dengan kata lain, muqsam ‘alaih adalah jawaban yang karena qasam diucapkan. Posisi muqsam alaih terkadang bisa menjadi taukid, sebagai jawaban qasam. Karena yang dikehendaki dengan qasam adalah untuk mentaukidi muqsam ‘alaih (menguatkannya). Ada empat hal yang harus dipenuhi muqsam alaih, yaitu : a). Muqsam alaih/ berita itu harus terdiri dari hal-hal yang baik, terpuji, atau hal-hal yang penting. b). Muqsam alaih itu sebaiknya disebutkan dalam setiap bentuk sumpah. Jika kalimat muqsam alaih tersebut terlalu panjang, maka muqsam alaihnya boleh dibuang. Seperti yang terdapat dalam surah alQiyamah ayat 1- 2 :
Muqsam alaih dari qasam tersebut dibuang, karena terlalu panjang. Yang menunjukkan adanya muqsam alaih adalah ayat setelahnya, yaitu ayat 3-4 : Sedangkan takdir dari muqsam alaihnya bila didatangkan ialah kalimat : “Pasti kalian akan dibangkitkan dari kubur.” c). Jika jawab qasamnya berupa fi’il madhi mutaharrif yang positif (tidak dinegatifkan), maka muqsam alaihnya harus dimasuki huruf “lam” dan “qod”. Contohnya : 1. Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah), 2. Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini, 3. Dan demi bapak dan anaknya. 4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. d. Materi isi muqsam alaih itu bisa bermacam-macam, terdiri dari berbagai bidang pembicaraan yang baik-baik dan penting. Seperti keterangan bahwa Rasulullah saw adalah benar-benar utusan allah dalam QS ya sin 1-3: Dari muqsam alaih (sesuatu yang dimaksud, diagungkan sekaligus sebagai peringatan), Ridwan Nasir (2009) membagi dua isi pokok dalam qasam tersebut, yaitu qasam yang berisi: 1. Pokok Keimanan (Ash Shafat:1-4) Yang dimaksud dengan rombongan yang bershaf-shaf ialah Para Malaikat atau makhluk lain seperti burung-burung. 2. Pokok Kemanusiaan (Al lail: 1-4) 2.
Bentuk Sighat Kedua Bentuk kedua: ditambah huruf “la” Bentuk yang kedua ini temasuk sighat yang tidak asli lagi, karena sudat ditambah dengan huruf “la” di depan fi’il qasamnya. Contohnya: Artinya: Maka sesungguhnya aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, (Q.S. al-Insyiqaaq: 16). Artinya: Aku bersumpah demi hari kiamat. (Q.S. al-Qiyamah: 1). Adapun arti tambahan huruf “la” itu sendiri ada 3 macam, yaitu: a. “la” yang berarti tidak. ل صﺣﺔ ﺍﻣﺎ ﺗﺭ ﻋﻣﻭ ﻥ ﻣﻥ ﺍ ﻧكﺎ ﺭ ﺍﻟﺑﻌث “tidak benar apa yang kamu sangka bahwa tidak ada kebangkitan”. b. “la” yang tidak ada artinya. ﻟﺗﺑﻌﺷﻥ “kamu pasti akan dibangkitkan”. c. “la” yang berfungsi meniadakan sumpahnya itu sendiri, sehingga seolah-olah Allah berfirman. لﺍﻗسم ﻋﻠﻳك ﺑذ ﺍﻟك ﺍﻟﻳﻭ م “Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari kiamah ini”
Sighat ketiga Ditambah kata “Qul bala” Sighat itu adalah untuk membantah atau menyanggah keterangan yang tidak benar. Contoh: surat atTaghabun: 7 “Orang-orang kafir mengatakan bahwa mereka tidak akan dibangkitkan”. => Maka Allah memerintahkan untuk membantah sumpah: ﻗل ﺑﻠﻰ ﻭﺭ ﺑﻰ ﻟﺗﺑﻌثﻥ “katakanlah: tidak demikian demi Tuhanku pasti kalian akan dibangkitkan”.
Sighat keempat Ditambah kata “Qul liy” Sighat ini berfungsi untuk membenarkan keterangan yang sudah betul. Contohnya: Surat Yunus: 53 Artinya: Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? => Maka Allah menyuruh mengiyakan pertanyaan itu: ﻗل ﻟي ﻭﺭ ﺑﻰ ﺍﻧﻪ ﻟﺣﻕ “katakanlah: benar demi Tuhanku sesungguhnya adzab adalah benar”.
Faedah Qasam dalam Al-Quran Bahasa Arab mempunyai keistimewaan tersendiri berupa kelelmbutan ungkapan dan beraneka ragam uslubnya sesuai dengan berbagai tujuannya. Lawan bicara (mukhattab) mempunyai beberapa keadaan yang dalam ma’ani disebut Adrubul khabar assalatsah dan inkari’ Mukhattab terkadang seorang berhati kosong