PENDAHULUAN
WHO mengartikan malnutrisi sebagai ketidakseimbangan tingkat selular antara asupan nutrisi dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan, pemeliharaan, serta melakukan fungsi tertentu. Kurang Energi Protein (KEP), pertama kali dikemukakan pada tahun 1920-an, yang banyak terjadi di negara-negara berkembang.1,2,3 Kwashiorkor and marasmus merupakan dua bentuk dari KEP. Perbedaan mendasar antara kedua bentuk KEP ini adalah ada (kwashiorkor) atau tidak (marasmus) adanya edema. Marasmus terjadi akibat intake protein dan kalori yang tidak adekuat, sedangkan kwashiorkor terjadi akibat intake protein yang tidak adekuat tetapi intake kalori masih dalam batas normal.1,4 Anak yang menderita KEP biasanya juga mengalami defisiensi mikronutrien, yang berpengaruh buruk terhadap proses tumbuh kembang. Defisiensi mikronutrien yang sering terjadi adalah defisiensi besi, iodium, asam folat, vitamin D, dan vitamin A.1 Marasmus adalah salah satu bentuk KEP buruk. Keadaan ini menghadirkan suatu kelompok kondisi patologis yang berhubungan dengan kekurangan nutrisi dan energi yang sebagian besar terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Marasmus sering dihubungkan dengan infeksi, terutama infeksi gastrointestinal. Selain itu, pada penderita gizi buruk cenderung mempunyai imunitas yang menurun, sehingga dengan mudah dapat terinfeksi, seperti infeksi virus, contohnya virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
1
Marasmus merupakan masalah serius di seluruh dunia. Menurut WHO, 49% dari 10.4 juta kematian pada anak di bawah 5 tahun di negara berkembang dihubungkan dengan KEP.5 Berikut dilaporkan sebuah kasus kurang energi protein tipe marasmus pada seorang anak laki-laki berumur 11 bulan yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin bagian Ilmu Kesehatan Anak.
TINJAUAN PUSTAKA 2
Definisi Malnutrisi merupakan istilah umum ketika terjadi kekurangan beberapa atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagi tubuh. Ada 2 bentuk dasar, yang pertama dan terpenting adalah kurang energi protein (KEP) yaitu kurang cukup protein (dari daging atau sumber lain) dan makanan yang menyediakan energi (diukur dalam kalori) di mana seluruh kelompok makanan menyediakan. Yang kedua, dan juga sangat penting yaitu defisiensi mikronutrien (vitamin dan mineral).6 Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.7 Patofisiologi Malnutrisi berefek secara nyata pada setiap sistem organ. Protein dari makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino untuk sintesis protein tubuh dan komponen lain yang memiliki peran fungsional bervariasi. Energi penting untuk seluruh fungsi biokimia dan fisiologi dalam tubuh. Lebih jauh lagi, defisiensi mikronutrien penting pada banyak fungsi metabolik pada tubuh sebagai komponen dan kofaktor pada proses enzimatis.6 Sebagai tambahan untuk penurunan perkembangan fisik dan kognitif serta fungsi fisiologis lain, perubahan respon imun timbul lebih awal pada rangkaian malnutrisi yang bermakna pada anak. Perubahan respon imun ini berhubungan dengan hasil yang buruk dan mirip dengan perubahan yang tampak pada anak
2
dengan AIDS (acquired immune deficiency syndrome). Kehilangan delayed hypersensitivity, limfosit T yang lebih sedikit, respon limfosit yang menurun, fagositosis yang menurun sampai turunnya komplemen dan sitokin tertentu, dan penurunan IgA sekretori merupakan beberapa perubahan yang dapat terjadi.6,8 Gambaran Klinis Gizi buruk didiagnosis dengan secara klinis anak terlihat sangat kurus dan/ atau edem, dan atau BB/PB atau BB/TB <-3 SD. Gizi buruk ini sering disebut juga kurang energi protein (KEP) berat. Terdapat 3 bentuk KEP berat secara klinis yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-kwashiorkor. Hal ini dapat terjadi karena asupan kalori yang inadekuat (kurangnya asupan energi dan protein dalam makanan yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi). Secara klinis, KEP berat ada 3 tipe yakni 6,7,8,9 : 1. Marasmus BB, 60% tidak disertai edema, dengan Manifestasi klinis •
Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
•
Wajah seperti orang tua
•
Cengeng, rewel
•
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
•
Perut cekung
•
Iga gambang
•
Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang),
diare kronik
atau konstipasi/susah buang air 2. Kwashiorkor : BB 60 – 80 % disertai edema dengan Manifestasi klinis yakni
2
•
Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
•
Wajah membulat dan sembab
•
Pandangan mata sayu
•
Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
•
Perubahan status mental, apatis, dan rewel
•
Pembesaran hati
•
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
•
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
•
Sering disertai : penyakit infeksi umumnya akut, anemia, diare.
3. Marasmik – Kwashiorkor : BB < 60 % disertai edema •
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
Penatalaksanaan Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan . Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.7
1
Untuk menanggulangi masalah gizi buruk pada kasus ini diterapkan 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk yakni6,7,8,9 : 1. Atasi/cegah hipoglikemia 2. Atasi/cegah hipotermia 3. Atasi/cegah dehidrasi 4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit 5. Obati/cegah infeksi 6. Mulai pemberian makanan 7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth) 8. Koreksi defisiensi nutrien mikro 9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental 10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS 2
1. Identitas penderita Nama penderita Jenis kelamin
: An. NA : Laki-laki
Tempat & tanggal lahir Umur
: Banjarmasin, 13 Juli 2008 : 11 bulan
Identitas orang tua / wali AYAH :
Nama
: Tn.S
Pendidikan
: Sekolah Menengah Pertama
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl.Simpang Limau Rt.20 Banjarmasin
IBU
:
Nama
: Ny. F
Pendidikan
: Sekolah Menengah Pertama
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: Jl.Simpang Limau Rt.20 Banjarmasin
II.
ANAMNESIS Kiriman dari
: Poli Tumbuh Kembang RSUD Ulin Banjarmasin
Dengan diagnosa
: Kekurangan Energi Protein 1
Aloanamnesa dengan
: Ibu Kandung
Tanggal / jam
: 13 Juni 2009/14.00 Wita
1. Keluhan utama
: Badan kurus
2. Riwayat penyakit sekarang : Sejak dua minggu badan anak tampak lebih kurus, nafsu makan anak turun. Anak juga tampak lebih rewel dari biasanya. Anak juga mengalami demam naik turun, demam tidak terlalu tinggi, kejang tidak ada, menggigil ataupun berkeringat dingin. Sejak dua hari
anak
mengalami batuk pilek, batuk tidak berdahak. Sejak 3 hari anak mengalami diare, BAB cair + 5x sehari dengan volume 1/8 gelas aqua setiap BAB, lendir ada, darah tidak ada. Tapi sejak 1 hari BAB anak sudah mulai normal, frekuensi 1x/hari konsistensi lunak. 3. Riwayat penyakit dahulu : ❏ Campak
√ Diare
❏ Sesak / manggah
❏ Batuk rejan
❏ Kuning
❏ Eksim
❏ TBC
❏ Cacing
❏ Urtikaria / liman
❏ Difteri
❏ Kejang
❏ Sakit tenggorokan
❏ Tetanus
❏ Demam tifoid
……………………..
4. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat antenatal
:
Ibu rajin memeriksakan kandungan ke puskesmas setiap bulannya ke bidan dan mendapatkan suntikan TT 2x. 2
Riwayat natal : Spontan / tidak spontan
: Spontan
Nilai APGAR
: Bayi lahir langsung menangis, warna kemerahan, gerak aktif
Berat badan lahir
: 2800 gram
Panjang badan lahir
: 50 cm
Lingkar kepala
: Ibu tidak tahu
Penolong
: Bidan
Tempat
: Rumah sakit
Riwayat neonatal
: Ikterik tidak ada.
5. Riwayat perkembangan : Tiarap
: …
Merangkak
: …
Duduk
: …
Berdiri
: …
Berjalan
: …
Saat ini
: anak cuma bisa berbaring dan belum bisa tiarap, merangkak, duduk dan berdiri. Anak mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang.
6. Riwayat imunisasi Nama BCG Polio Hepatitis B
Dasar (umur dalam hari/bulan) √ -
Ulangan (umur dalam bulan) 1
√ DPT Campak Kesimpulan : Ibu mengaku anaknya cuma mendapatkan imunisasi 2x 7. Makanan : Usia 0 – 6 bulan anak mendapatkan ASI ekslusif. Usia 6 – 11 bulan anak mendapatkan ASI + bubur SGM 2 3-4x/hari, 3 takar diencerkan dengan 90cc air + bubur SUN 4-5 sendok/hari. Sejak 10 minggu anak mendapatkan program dari puskesmas untuk menaikkan berat badan berupa 4 bungkus bubur SUN + sekantong SUSU 600gr tiap minggu tetapi jarang dihabiskan oleh anak.
8. Riwayat keluarga : Ikhtisar keturunan : (Gambar skema keluarga dan beri tanda keluarga yang menderita penyakit sejenis)
2
RPK : DM (-), Asma (-) Keterangan
: tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga : laki-laki : perempuan : pasien : meninggal
Susunan keluarga No
Nama
1 2 3 4
Tn. S Ny. F An. AS An. NA
Umur 30 th 28 th 20 bulan 11 bulan
L/P L P L L
Jelaskan : Sehat, Sakit (apa) Meninggal (umur, sebab) Sehat Sehat Meninggal Sakit
1
9. Riwayat sosial lingkungan : Anak tinggal bersama orang tua di sebuah rumah kayu, berukuran 3 x 5 meter2 , pintu dua, ventilasi cukup. MCK di sungai, minum dan masak dari air ledeng, sampah dibuang atau dibakar. I.
PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: kompos mentis
GCS
: 4–5–6
2. Pengukuran tanda vital: Heart rate
: 102 x/menit
Suhu
: 37,5 OC
Respirasi
: 35 x/menit, reguler
Berat badan
: 4,1 kg (41%)
(41,41% BB/U)
Panjang/tinggi badan
: 61 cm (81%)
(81,44% PB/U)
Lingkar lengan atas
: -
Lingkar kepala 3. Kulit :
4. Kepala :
(69,49% BB/TB) : 42 cm
Warna
(mesosefali)
: kuning langsat
Sianosis
: Tidak ada
Hemangioma
: Tidak ada
Turgor
: Agak lambat kembali
Kelembaban
: Cukup
Pucat
: Tidak ada
Lain-lain
: Kulit kendor, baggy pants (+)
Bentuk
: Mesosefali 1
Rambut :
UUB
: Datar
UUK
: Datar
Lain-lain
: Wajak tampak seperti orang tua
Warna
: Kemerahan
Tebal / tipis
: Tipis
Jarang / tidak (distribusi) : Merata
Mata :
Alopesia
: Tidak ada
Lain-lain
: -
Palpebra
: Tidak edema, cekung
Alis dan bulu mata
: Tidak mudah dicabut
Konjungtiva
: Anemis tidak ada
Sklera
: Ikterik tidak ada
Produksi air mata
: Cukup
Pupil : Diameter
: 1,5 mm / 1,5 mm
Simetris
: Isokor
Reflek cahaya : +/+
Telinga :
Hidung :
Kornea
: Jernih
Bentuk
: Simetris
Sekret
: Tidak ada
Serumen
: Minimal
Nyeri
: Tidak ada
Bentuk
: Simetris
Lokasi : -
Pernapasan cuping hidung : Tidak ada Sekret
: Tidak ada 2
Mulut :
Epistaksis
: Tidak Ada
Lain-lain
: -
Bentuk
: Simetris
Bibir
: Mukosa bibir basah
Gusi
: - Mudah berdarah / tidak - Pembengkakan : Tidak ada
Gigi-geligi
Lidah : Bentuk
:
I
I
I
I
: Simetris Pucat / tidak Tremor / tidak Kotor / tidak
Faring :
Warna
: Kemerahan
Hiperemi
: Tidak ada
Edem
: Tidak ada
Membran / pseudomembran : Tidak ada Tonsil :
Warna
: Merah muda
Pembesaran
: Tidak ada
Abses / tidak
: Tidak ada
Membran / pseudomembran : Tidak ada 5. Leher : –
Vena Jugularis : Pulasi Tekanan
: Tidak terlihat : Tidak meningkat 2
–
Pembesaran kelenjar leher
: Tidak ada
–
Kaku kuduk
: Tidak ada
–
Masa
: Tidak ada
–
Tortikolis
: Tidak ada
1. Toraks : a. Dinding dada / paru Inspeksi
:
Bentuk
: Simetris
Retraksi
: Tidak ada
Lokasi : -
Dispnea
: Tidak ada
Pernapasan
: torako-abdominal
Palpasi
:
Fremitus fokal : Simetris kanan – kiri
Perkusi
:
Sonor / sonor
Auskultasi :
Suara napas dasar
: Vesikuler
Suara napas tambahan: Rh (-/-), Wh (-/-) b. Jantung : Inspeksi
: Iktus
Palpasi
:
: Tidak terlihat
Apeks
: Tidak teraba Thrill
Perkusi
: Batas kanan
Lokasi : -
: Tidak ada : ICS II - IV LPS dextra
Batas kiri
: ICS II LPS sinistra – ICS IV
LAA sinistra Batas atas
: ICS II LPS dextra – ICS II LPS 1
sinistra Auskultasi : Frekuensi
: 102 X / menit, Irama : Reguler
Suara dasar Bising
: S1 = S2 tunggal
: Tidak ada
Derajat
: -
Lokasi
: -
Punctum max : Penyebaran
: -
1. Abdomen :
Inspeksi :
Palpasi :
Bentuk
: Simetris, supel
Lain-lain
: -
Hati
: Teraba 3cm BAC, 2cm BFX
Lien
: Tidak teraba
Ginjal
: Tidak teraba
Masa
: Tidak teraba
Ukuran
: -
Lokasi
: -
Permukaan : Konsistensi : Nyeri Perkusi :
Auskultasi
: Tidak ada
Timpani / pekak
: Timpani
Asites
: Tidak ada : Bising usus (+) normal
2. Ekstremitas : Umum
: Akral atas dan bawah hangat, tidak 2
ada edema dan tidak ada parese Neurologis :
Gerakan Tonus Trofi Klonus Reflek fisiologis Reflek patologis Sensibilitas Tanda meningeal
Lengan Kanan Kiri Bebas Bebas eutonus eutonus eutrofi eutrofi + + Normal Normal -
3. Susunan saraf
Tungkai Kanan Kiri Bebas Bebas eutonus eutonus eutrofi eutrofi + + Normal Normal -
: N-1, N-5, N-7-12 sulit dievaluasi N-2, N-3, N-4, N-6 DBN
I.
4. Genitalia
: ♂, tidak ada kelainan
5. Anus
: (+),tidak ada kelainan, Baggy pants
RESUME Nama
: An. NA
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 11 bulan
Berat badan
: 4,1 kg
Keluhan utama Uraian
: Badan kurus : Sejak 2 minggu badan anak tampak lebih kurus, nafsu makan anak turun, anak juga tampak rewel dari biasanya. Anak juga mengalami demam naik turun, demam tidak terlalu tinggi, kejang (-), penurunan
1
kesadaran (-), menggigil (-), berkeringat (-), sejak dua hari anak mengalami batuk pilek, sejak 3 hari diare (+), BAB cair + 5x sehari, volume 1/8 gelas aqua, lender (+), darah (-), tapi sejak 1 hari BAB anak normal. Kesadaran umum
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Komposmentis
Tensi
: - mmHg
Heart rate
: 102 x/menit
Pernapasan Suhu Kulit
GCS : 4 – 5 – 6
: 35 x/menit : 37,5 OC : Kelembaban cukup, turgor lambat kembali, sianosis (-), ikterik (-).
Kepala Mata
: Mesosefali, UUB datar, UUK datar. : Anemis (+), ikterik (-), produksi air mata cukup
Telinga
: Simetris, sekret (-), serumen minimal
Mulut
: Mukosa bibir basah
Toraks / paru
: Simetris, ronkhi (-), wheezing (-), iga mencembung (+)
Jantung
: S1 = S2 tunggal, bising (-)
Abdomen
: Supel, H/L/M sulit dievaluasi
Ekstremitas
: Akral hangat, edem (-), parese (-), baggy pant
(+)
2
Susunan saraf
: N-1, N-5, N-7-12 sulit dievaluasi, N-2, N-3, N-4, N-6 DBN
II.
Genital
: ♂, DBN
Anus
: (+) DBN
DIAGNOSA 1. Diagnosa banding : 1. KEP berat tipe marasmus 1. Penyakit hati 2. Diagnosa kerja
: KEP berat tipe Marasmus
Status gizi
: Gizi kurang menurut WHO-NCHS BB/U = 4,1 – 9,9 1 = - 5,8 (gizi buruk) TB/U = 61 – 74,9 2,7 = -5,15 (sangat pendek) BB/TB = 4,1 – 5,9 0,7 = -2,57 (kurus) CDC 2000 = 4,1 / 6,1 x 100% = 67,2% (severe malnutrition)
I.
PENATALAKSANAAN
10 Penatalaksanaan Gizi Buruk 1. Atasi hipoglikemia
3
Setiap 30 menit selama 2 jam pemberian cairan glukosa (ASI) sebanyak 12,5 ml secara oral/NGT 2. Pencegahan hipotermi Hangatkan badan dengan menggunakan selimut 3. Atasi dehidrasi •
Cairan pengganti sebanyak 5 ml/kgBB = 20,5 ml tiap 30 menit selama 2 jam oral/NGT
•
Selanjutnya 5 – 10 ml/kgBB/jam = 20,5-41 ml/jam selama 4 – 10 jam
•
Pada jam ke-6 dan ke-10 cairan pengganti diganti dengan formula khusus
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit: a. Makanan rendah garam b. cairan rendah natrium resomal/pengganti c. kalium 2 – 4 mEq/hari = 15 mEq d. Magnesium 0,3 – 0,6 mEq/kgBB/hari = 1,23-2,46 mEq 5. Pengobatan dan pencegahan terhadap infeksi Kotrimoksasol 2 x 5ml 6. Mulai pemberian makanan: 1. Fase stabilisasi : E = 100kkal/kgBB/hr, Protein = 1-1,5 gr/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari 2. Fase transisi 3. Fase rehabilitasi 4. Teruskan ASI 7. Fasilitasi tumbuh kembang 8. Koreksi defisiensi mikronutrien 2
•
suplementasi multivitamin/hari
•
vitamin A oral = 100.000 SI
9. Stimulasi sensorik dan dukungan emosional 10Tindakan lanjut dirumah: bila gejala klinis berkurang dan berat badan menurut umur 80% I.
I.
II.
USUL PEMERIKSAAN –
Cek GDS
–
Cek Elektrolit
PROGNOSIS Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
PENCEGAHAN Pemberian makanan yang seimbang cukup kalori dan protein sesuai kebutuhan anak, peningkatan pengetahuan dan kepatuhan orang tua anak.
III.
FOLLOW UP
Follow up dari tanggal 14 Juni 2009 – 22 Juli 2009 tersaji pada lampiran
DISKUSI
1
Malnutrisi menurut WHO yaitu ketidakseimbangan tingkat seluler antara asupan nutrisi dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan, pemeliharaan serta melakukan fungsi tertentu. Etiologi KEP dibedakan menjadi dua yaitu etiologi langsung dan tak langsung. Penyebab langsung yaitu masukan yang kurang dan penyakit atau kelainan yang diderita anak, penyebab tak langsung berupa faktor ekonomi, perumahan, pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan dan lain-lain 1,2,3 Klasifikasi KEP menurut NCHS WHO yaitu KEP ringan (BB/u 70-80%, BB/TB 80-90%), sedang(BB/U 60-70%, BB/TB 70-80%), dan berat(BB/U <60%, BB/TB <70%). Secara klinis KEP dibagi menjadi marasmus (BB<60% tanpa edema), kwasiorkor(BB 60-80% dengan edema), dan marasmus kwasiorkor (BB<60% disertai edema).3,4 Marasmus dimulai dengan berkurangnya hingga hilangnya lemak subkutan yang berlanjut dengan menyusutnya jaringan otot serta organ lain baik morfologi maupun fungsinya. Pada marasmus terjadi keseimbangan energi yang negatif. Ketidakseimbangan ini dihasilkan dari penurunan intake energi dan penggunaan energi yang meningkat atau keduanya seperti pada penyakit akut dan kronis. Tubuh anak akan beradaptasi dengan kurangnya energi dengan cara menurunkan aktivitas fisik, letargi, penurunan metabolisme basal, pertumbuhan yang lambat dan akhirnya kehilangan berat badan.10,11 Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada
2
marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.10,11 Gejala klinis marasmus yaitu:1 1. Pertumbuhan yang sangat terlambat 2. Lemak sub kutan hampir tidak ada sehingga kulit keriput, old face, perut tampak buncit. 3. Jaringan otot mnegecil 4. tidak ada edema 5. Iga gambang Gejala klinis yang kadang ada yaitu :1 1. Rambut kusam, kemerahan, mudah dicabut 2. Gejala defisiensi nutrisi dan vitamin 3. Gejala penyakit penyerta (diare, infeksi akut maupun kronik). Pada kasus ini, anak juga mempunyai masalah dengan saluran pencernaan dan pernafasannya, di mana anak sering mengalami demam yang turun naik sejak usia 3 bulan dan sudah sering dibawa berobat ke dokter dan puskesmas. Anak juga sering mengalami diare. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda gizi buruk yaitu: 1. Keadaan umum
: tampak rewel
2. kulit
: kering dan keriput
3. otot
: hipotrofi
4. mata
: cekung, produksi airmata kurang
5. rambut
: tipis
6. thoraks
: iga gambang 3
7. abdomen
: perut cekung, turgor lambat
8. bokong
: baggy pants
Pada pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium didapatkan lekositosis yang merupakan tanda terjadinya infeksi yang memang rentan terjadi pada anak dengan gizi buruk. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, perhitungan status gizi, dan pemeriksaan penunjang mengarah pada gizi buruk jenis marasmus. Penatalaksanaan KEP meliputi 10 langkah yaitu :6,7,8 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk 1.
Atasi hipoglikemik, Bolus glukosa10% 50ml atau sukrosa 10% secara oral/NGT. Dilanjutkan setiap 30 menit selama 2 jam pemberian cairan glukosa/ASI sebanyak 12,5 ml secara oral/NGT
2.
Cegah hipotermi Hangatkan anak dengan pakaian/selimut, letakkan dekat lampu, peluk anak di dada ibu dan selimuti
3.
Atasi dehidrasi Cairan pengganti sebanyak 5 ml/kgBB : 25 ml tiap 30 menit selama 2 jam oral.NGT Selanjutnya 5 – 10 ml/kg/jam selama 4 – 10 jam Pada jam ke-6 dan 10 cairan pengganti diganti dengan formula khusus
4.
Koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Makanan rendah garam Cairan rendah Na resomal/pengganti Kalium 2 – 4 mEq/kgbb/hr 2
Magnesium 0,3 – 0,6 mEq/kgbb/hr 5.
Pengobatan dan pencegahan infeksi
6.
Mulai pemberian makanan Fase Stabilisasi E : 80 – 100 kkal/kgbb/hr P : 1 – 1,5 gr/kgbb/hr C : 130 ml/kgbb/hr Fase transisi Fase rehabilitasi Cara pemberian oral atau NGT, porsi makanan kecil dan sering, makanan fase stabilisasi hipo/isoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat, teruskan ASI, jika BB<7 kg berikan makanan bayi.
7.
Fasilitasi tumbuh kembang, BB naik >50gr/mgg lanjutkan pemberian makanan, jika <50gr/mgg cek asupan makanan atau adanya infeksi.
8.
Koreksi defisiensi mikronutrien Suplementasi vitamin / hari, Fe 3mg/kgbb/hr Vit A oral 200.000 IU
9.
Stimulasi sensorik dan dukungan emosional Kasih sayang Lingkungan yang ceria
10.
Tindakan lanjut di rumah jika gejala klinis tidak ada dan berat badan 80% BB/U.
Berdasarkan riwayat penyakit diketahui bahwa sejak usia 3 bulan, anak telah menderita gizi buruk sehingga mempengaruhi daya tahan tubuhnya, akibatnya anak 2
menjadi rentan terhadap infeksi. Sebenanrya infeksi sendiri merupakan penyebab langsung kejadian gizi buruk, namun pada kasus ini gizi buruk lebih dahulu terjadi baru diikuti oleh infeksi saluran nafas akut ataupun ganggguan gastrointestinal. Berdasarkan nilai baku NCHS anak pada kasus ini mengalami BB/U gizi buruk, BB/U sangat pendek, dan BB/TB kurus. Hal ini menunjukkan kekurangan asupan energi protein sejak lama dan berlangsung sampai saat ini. Berdasarkan CDC 2000, anak tersebut mengalami severe malnutrisi sehingga ditangani dengan fase stabilisasi pada 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk. Dilihat dari kadar glukosa anak masih dalam batas normal. Mata anak tampak cekung tetapi turgor masih cepat kembali, dilakukan rehidrasi seperti pada 10 penatalaksanaan gizi buruk. Pada anak ini terjadi gangguan elektrolit yaitu penurunan kadar Na, K, dan Cl. Oleh karena itu pada anak ini diberikan elektrolit 2cc KCL dalam
100cc
NaCl.
Gangguan
elektrolit
sangat
berbahaya
karena
mempengaruhi aktivitas tubuh terutama potensial aksi pada organ-organ penting. Anak tersebut juga rentan mengalami anemia. Hal ini dapat terjadi apabila anak kekurangan asupan mikronutrien terutama Fe yang sangat diperlukan dalam hematopoesis, sebaiknya ditambah asupan Fe atau sulfas ferosus. Kebutuhan energi pada anak ini untuk fase stabilisasi yaitu : E = 100 x 6,1(BB ideal)
= 610 kkal
P = 1,5 x 6,1
= 9,15 mg
C = 130 x 4,1
= 533 cc
Yang dipenuhi dengan : 1. Modisco ½ @ 1 bungkus sebanyak 7x pemberian. E : 80 x 6,1 = 488 kkal 2
P : 1 x 6,1 = 6,1 gr C : 130 x 4,1 = 533 Total E yang diberikan 488 kkal, P 6,1 mg, dan C 533 cc. Dengan keseimbangan energi, proteion, dan cairan ini diharapkan fase stabilisasi tercapai yang akan dilanjutkan dengan fase transisi dan rehabilitasi sehingga tercapai tumbuh kembang anak yang sesuai dengan usianya.
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang anak laki-laki berusia 11 bulan yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan utama badan kurus (berat badan tidak naik). Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan diagnosis Kurang Energi Protein tipe Marasmus. Selama perawatan di RSUD Ulin Banjarmasin anak diberikan 10 penatalaksanaan gizi buruk dan terapi simptomatik 1
3