‘Serba - Serbi Kupang’ Pada tanggal 29 Desember 1645, seorang padri Portugis yang bernama Antonio de Sao Jacinto tiba di Kupang. Beliau mendapat tawaran yang sama dengan yang diterima VOC dari Raja Helong. Tawaran tersebut disambut baik oleh Antonio de Sao Jacinto dengan mendirikan sebuah benteng, namun pada akhirnya benteng tersebut ditinggalkan karena terjadi perselisihan di antara mereka. Indahnya panorama di Teluk Kupang
K
ota Kupang, kota tempatku dibesarkan. Kota dimana aku bertumbuh dan mengalami banyak kisah yang mewarnai lembaran hidupku.
Kota kupang berstatus sebagai kotamadya dan juga ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kupang merupakan kota terbesar dan lumayan maju di bandingkan dengan kota lain seprovinsi. Sebagai kota ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang dipenuhi oleh berbagai suku bangsa, antara lain adalah suku Timor, Rote, Sabu, Tionghoa, Flores dan sebagian kecil pendatang dari Jawa. Selain sukunya yang beragam kupang memiliki destinasi wisata yang beragam dan memiliki ceritanya sendiri.
Sekilas sejarah Nama Kupang berasal dari nama seorang raja, yaitu Nai Kopan atau Lai Kopan, yang memerintah Kota Kupang sebelum bangsa Portugis datang ke Nusa Tenggara Timur. Nama Lai Kopan kemudian disebut oleh Belanda sebagai Koepan dan dalam bahasa sehari-hari menjadi Kupang.
Pada tahun 1653, VOC mendarat di Kupang dan berhasil merebut bekas benteng Portugis Fort Concordia, yang terletak di muara sungai Teluk Kupang di bawah pimpinan Kapten Johan Burger. Kedudukan VOC di Kupang langsung dipimpin oleh Openhofd J. Van Der Heiden. Selama menguasai Kupang sejak tahun 1653 sampai dengan tahun 1810, VOC telah menempatkan sebanyak 38 Openhofd dan yang terakhir adalah Stoopkert, yang berkuasa sejak tahun 1808 sampai dengan tahun 1810. Untuk meningkatkan pengamanan kota, maka pada tahun 23 April 1886, Residen Creeve menetapkan batas-batas kota yang diterbitkan pada Staatblad Nomor 171 tahun 1886. Oleh karena itu, tanggal 23 April 1886 ditetapkan sebagai tanggal lahir Kota Kupang. Setelah Indonesia merdeka, melalui Surat Keputusan Gubernemen tanggal 6 Februari 1946, Kota Kupang diserahkan kepada Swapraja Kupang, yang kemudian dialihkan lagi statusnya pada tanggal 21 Oktober 1946 dengan bentuk Timor Elland Federatie atau Dewan Raja-Raja Timor dengan ketua H. A. A. Koroh, yang juga adalah Raja Amarasi.
Letak kupang secara geografi Kupang terletak pada 10°36’14”-10°39’58” LS dan 123°32’23”–123°37’01”BT; Luas wilayah 180,27 Km2, dengan peruntukan: Kawasan Industri 735,57 Ha; pemukiman 10.127,40 Ha; Jalur Hijau 5.090,05 Ha; perdagangan 219,70 Ha; pergudangan 112,50 Ha; pertambangan 480 Ha; pelabuhan laut/udara 670,1 Ha; pendidikan 275,67 Ha; pemerintahan/perkantoran 209,47 Ha, lainlain 106,54 Ha. Suhu rata-rata di Kota Kupang berkisar antara 23,8°C sampai dengan 31,6°C. Tempat-tempat yang letaknya dekat dengan pantai memiliki suhu udara yang rata-rata relatif lebih tinggi. Kelembaban udara ratarata berkisar antara 73 persen sampai dengan 99 persen. Batas Wilayah Utara berbatasan dengan Teluk Kupang, Timur berbatasan dengan Kabupaten Kupang, Barat berbatasan dengan Selat Semau dan Kabupaten Kupang, sedangkan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kupang.
“Beta Orang Kupang”
Nyong dan nona Kupang
Ciri orang kupang pada umumnya memiliki berambut keriting, berkulit gelap, atau berwarna seperti buah sawo matang. Memiliki suara yang khas, menggelegar,
dengan ton di atas rata-rata. Bahkan karena begitu khasnya, orang lain yang belum biasa mendengarnya mengira ada perkelahian yang sedang terjadi. Nah karena penampilan alamiah orang Kupang yang “keren” inilah, sering membuat pencintraan orang kupang hampir sama dengan sama saudara kita, preman di pasar. Tak apalah... Namun di balik “keganasan dan keangkeran” itu, orang kupang sebenarnya berhati lembut dan suka menolong orang lain. Tak jarang mereka senang melawak dan membuat orang lain tertawa terpingkalpingkal karenanya. Membahas mengenai orang Kupang, kita tentu tak bisa melupakan dialegnya yang unik. Banyak dari kita merasa bahasa kupang itu aneh dan lucu dialegnya. “beta sonde mau”; “sumber air su dekat, beta sonde terlambat lagi”....
Sebenarnya tidaklah demikian. Belajar bahasa Kupang tidaklah sesulit yang dibayangkan. Bahasa Kupang terdengar aneh memang karena pengucapannya yang cepat Salah satu iklan yang ditambah lagi menggunakan bahasa Kupang dengan dialegnya yang beragam bergantung dari suku mana ia berasal.
Pasiar (Jalan-Jalan) keliling Kupang Bicara tentang tempat wisata yang di Kupang, dijamin tidak kalah dengan daerah wisata lain di Indonesia. Banyak pilihan yang
bisa di tawarkan dan yang pastinya memuaskan dahaga kita para pecinta alam. Kali ini saya akan mengajak kita ke tempat wisata yang keren di Kupang. Pantai Lasiana
Selain tempat rekreasi keluarga pantai Lasiana juga sering dijadikan tempat nongkrong anak muda atau pasangan muda mudi. Umumnya mereka datang ketika senja untuk menikmati indahnya senja sambil menikmati kelapa muda dan pisang gepeng.
Pantai Lasiana merupakan tempat favorit para pecinta pantai, dan merupakan lokasi wisata yang paling ramai dikunjungi. Mengapa? Selain karena keindahan pantai dan sunset nya, jarak yang tidak terlalu jauh dari pusat kota menjadikan pantai ini tempat yang paling nyaman untuk dikunjungi saat hari libur atau berakhir pekan.
Bersama saat senja di Lasiana
Kali Besar Noekele
Senja di pantai Lasiana
Selain itu, di dalam area Pantai Lasiana, banyak dijumpai lopo-lopo, bangunan khas timor yang beratap alang-alang. Teriknya matahari Negeri Seribu Karang ini perlahan berganti dengan kemanjaan hembusan angin laut Pantai Lasiana yang membelai dan memnyapa anda seolah ingin menyampaikan salam selamat datang. Sangat pas dijadikan tempat berkumpul keluarga.
Indahnya berkumpul bersama keluarga
Tempat wisata yang satu ini mungkin belum banyak diketahui oleh orang bahkan oleh penduduk kota Kupang sehingga masih bisa dipastikan tempat ini Tetap asri dan juga indah masih terjaga keasriannya. Sangat menggoda. Air yang dingin dan bening menjadi faktor yang juga di unggulkan. Semua yang berkunjung ke sini pasti akan tergerak hatinya untuk langsung nyemplung.
Segar..... segar.....
Air Terjun Oenesu
Diskotik Berjalan
Sering disebut “Niagara”nya Kupang, Oenesu menyimpan daya tarik tersendiri. Dengan atmosfer udara yang sejuk, Oenesu selalu ramai dikunjungi. Dengan ke tinggian 10 meter dan terbagi menjadi 4 tingkat, Oenesu semakin cantik bagi siapa saja yang melihatnnya.
Setelah seru-seruan di tempat wisata kini tiba saatnya untuk kembali ke rumah. Untuk kembali ke rumah banyak transport yang bisa kita gunakan. Kali ini saya mengajak kita untuk melihat “Bemo”, angkot gaulnya Kota Kupang yang sering kali di pelesetkan oleh para pendatang sebagai diskotik berjalan.
Air terjun Oenesu Bemo Kupang
Saat musim hujan, curuhan dan volume air Oenesu begitu melimpah. Kendati begitu airnya tetap jernih. Sementara ketika musim panas, airnya tak pernah kering meski tak sebanyak saat musim hujan. Namun airnya terlihat lebih jernih. Di sela-sela air terjun terdapat kubangan air berupa kolam alami. Lagi – lagi menundang kita untuk berenang.
Keseruan di sana
Ketika saya menginjakkan kaki di Malang saya menyadari bahwa angkot di Kupang jauh lebih menarik dan terasa nyaman. Di Kupang angkot disebut “bemo,” bukan “becak bermotor” roda tiga tapi kendaraan roda empat jenis mikrolet. Bemo Kupang memang unik, tak ubahnya diskotik berjalan karena tampilannya yang menarik dan selalu full music. Itu semua bertujuan menarik calon penumpang. Bemo yang kurang menarik pasti sepi penumpang, sebaliknya yang nyentrik selalu full. Calon penumpang akan memilih menunggu bemo yang bagus untuk ditumpangi kecuali terburu-buru. Terlebih para ABG, banyak maunya, mereka akan memilih lebih baik terlambat masuk sekolah daripada menumpang bemo yang kurang “gaul.” Hehehe… Bemo dirias cantik mulai dari nama kendaraan, asesoris seperti boneka dan berbagai hiasan kaca, lampu warna-warni,
hingga stiker gambar dan kata-kata kocak berbahasa Kupang pada kaca jendela dan pintu. Bemo dirawat bersih dan “kinclong”, joknya empuk dan disarungi dengan rapi, juga diberi pengharum mobil. Tak ketinggalan bempernya dimodifikasi agar lebih keren. Tak jarang polisi harus turun tangan menertibkan asesoris bemo yang dinilai mengganggu pandangan pengemudi dan gambar-gambar yang terlampau vulgar.
Daya muat bemo dibatasi 14 org: 2 di depan, 7 di belakang kanan dan 5 sebelah kiri. Tidak tersedia kursi serep di belakang sopir atau di ujung belakang untuk menghindari terlalu berdesakan. Kenyamanan penumpang memang cukup menjadi perhatian awak bemo. Satu lagi yang menarik dari menumpang bemo di Kupang adalah wanita “dilarang” duduk di kursi depan. Ini bukan masalah diskriminasi tetapi seolah ada anggapan bahwa wanita yang duduk di kursi depan adalah “apa-apanya” sopir, entah itu majikan, istri, anak atau pacar. Jikalau penumpang wanita umumnya bukan apaapanya sopir, maka lebih aman duduk di belakang dari pada dicurigai macam-macam dengan sopir.
Aksesoris Standar Interior Depan pada bemo
Bemo Kupang tidak seperti angkot di kota lain yang hanya diawaki sopir. Bemo dilengkapi dengan seorang kondektur yang disebut “konjak”. Tugas konjak adalah membantu sopir, membersihkan bemo, berteriak memanggil penumpang, memungut ogkos, mengatur tempat duduk penumpang hingga menaikturunkan barang bawaan penumpang.
Konjak bemo
Inilah kota Kupang dan segala isinya, tertarik? Penasaran? Datanglah ke Kupang dan rasakan “Serba Serbi Kupang”.