Seminar Jadi.docx

  • Uploaded by: Yeye
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Seminar Jadi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,300
  • Pages: 55
Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian (Price& Wilson, 2010). Fraktur didefinisikan sebagai patahan yang terjadi pada kontinuitas tulang (Helmi, 2014). Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Fraktur juga dikenal dengan istilah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap (Price& Wilson, 2010). Fraktur juga melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya karena tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan, tetapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang berakibat pada rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Smeltzer dan Bare. 2010). Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes RI, 2010). Menurut DepkesRI 2015, dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Walaupun peran fibula dalam pergerakan ektremitas bawah sangat sedikit, tetapi terjadinya fraktur pada fibula tetap saja dapat menimbulkan adanya gangguan aktifitas fungsional tungkai dan kaki. Terjadinya fraktur tersebut termasuk didalamnya insiden kecelakaan, cedera olahraga,bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya (Mardiono, 2010). Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2014- 2015 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Tingkat kecelakaan transportasi jalan di kawasan Asia Pasifik memberikan kontribusi sebesar 44% dari total kecelakaan di dunia, yang didalamnya termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2016 didapatkan data kecenderungan peningkatan proporsi cedera transportasi darat (sepeda motor dan darat lain) dari 25,9% pada tahun 2007 menjadi 47,7%.

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau tanpa pembedahan, meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi. Reduksi adalah prosedur yang sering dilakukan untuk mengoreksi fraktur, salah satu cara dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal melalui proses operasi (Smeltzer & Bare, 2010). Russel dan Palmieri (2008) dalam Maher, Salmond &Pullino (2010) menyatakan bahwa perubahan posisi untuk fraktur yang tidak stabil adalah perencanaan tindakan Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) dengan menggunakan plate, skrup, atau kombinasi keduanya. Tindakan ORIF ini selain menstabilkan fraktur juga membantu mengatasi cedera vaskular seperti sindroma kompartemen yang terjadi pada pasien fraktur. Hampir semua pembedahan mengakibatkan rasa nyeri. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Perawat lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri dibanding tenaga kesehatan lainnya dan perawat mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan (Brunner & Suddart, 2010). Nyeri pasca operasi muncul disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator - mediator kimia nyeri ( Smeltzer & Bare, 2010). Intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun menurun sejalan dengan proses penyembuhan (Potter & Perry, 2010). Nyeri pasca operasi hebat dirasakan pada pembedahan intra toraks, pembedahan ortopedik mayor, operasi apendiktomi, laparatomi dan sectio cesarea. Respon nyeri pasien dilaporkan berada pada level severe karena tindakan pembedahan ortopedi yang dilakukan (Niles, LeFevre, Mallon, 2009). Nyeri pembedahan mayor pada ortopedi seperti tindakan ORIF atau Total Joint Replacement (TJR) menunjukkan peningkatan resiko perioperati. Peranan tim pemberi layanan kesehatan sangat penting untuk meminimalkan efek- efek samping nyeri post operasi fraktur.

Efek samping yang bisa ditimbulkan dari nyeri pasca pembedahan ortopedi adalah waktu pemulihan yang memanjang, terhambatnya ambulasi dini, penurunan fungsi sistem, terhambatnya discharge planning. Selain itu, efek samping analgesik dengan pengonsumsian yang terus menerus berakibat merugikan pasien dari sisi ekonomi (Maher, Salmond & Pullino, 2012). Dari segi psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stres yang dapat mengurangi sistem imun dalam peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri sendiri. Ada berbagai teori mengenai nyeri yang memaparkan bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsangan nyeri. Teori gate control merupakan teori yang paling relevan. Teori gate control dari Melzack dan Wall (2008) menjelaskan bahwa impuls nyeri diatur oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Impuls nyeri dapat dikendalikan oleh

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 mekanisme gerbang pada ujung dorsal dari sumsum belakang untuk memungkinkan atau menahan transmisi. Faktor – faktor gate terdiri dari efek impuls yang ditransmisi ke serabut serabut saraf konduksi cepat atau lamban dan efek impuls dari batang otak dan korteks. tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dilakukan dengan tindakan pengobatan (farmakologis) dan tanpa pengobatan (non farmakologis). Tindakan farmakologis yaitu dengan memberikan obat - obatan seperti obat analgesik, analgesik non narkotika dan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) (Potter & Perry, 2010). Secara non farmakologis ada beberapa metode yang digunakan untuk membantu penanganan nyeri paska pembedahan, seperti menggunakan terapi fisik (dingin, panas) yang dapat mengurangi spasme otot, akupuntur untuk nyeri kronik (gangguan muskuloskletal, nyeri kepala), terapi tubuh – pikiran (musik, hipnosis, terapi kognitif, terapi tingkah laku) dan rangsangan elektrik pada sistem saraf (TENS, Spinal Cord Stimulation, Intracerebral Stimulation) (Andarmoyo, 2013). Salah satu tindakan non farmakologis adalah pemberian terapi musik yang merupakan mind-body therapy pada terapi komplementer dan alternatif(NCCAM, 2006). Terapi musik dipilih karena musik mampu menstimulasi pelepasan endorfin di otak. Zat kimia otak ini mampu memblok transmisi stimulus nyeri sehingga nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang (Tamsuri, 2007). Penggunaan musik sebagai terapi telah dikenal sejak zaman Yunani kuno dan mulai diterapkan pada masa perang dunia I dan II. Studi tentang terapi musik banyak dikembangkan, setelah diketahuinya pengaruh Mozart pada tahun 2014. Dalam bidang kedokteran, terapi musik dikenal sebagai complementary medicine yang dapat digunakan untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional, maupun spiritual dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu (Samuel, 2009).Vibrasi dan harmonisasi irama musik yang dihasilkan musik akan mempengaruhi seseorang secara fisik yang menyebabkan seseorang menjadi rileks dan santai, sedangkan irama yang teratur mempengaruhi seseorang secara psikis yang membuatnya menjadi nyaman dan tenang sehingga musik yang berirama lembut dan teratur mampu mempengaruhi keadaan fisik dan mental seseorang (Djohan, 2009). Musik menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang, dan waktu. Musik harus didengarkan minimal 15 menit agar dapat memberikan efek teraupeutik. Pada keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri pasca operasi pasien (Potter & Perry, 2010). Jika musik yang digunakan sesuai, maka pendengar akan merasa nyaman, dan kenyamanan akan membuat seseorang tenang. Selain itu, vibrasi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan kebagian otak yang memproses emosi. Sehingga musik bermanfaat dalam meningkatkan kreativitas,

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 mengoptimalkan kecerdasan, mengatasi autisme pada anak, menyembuhkan insomnia, mencegah penyakit alzheimer dan mengurangi nyeri (Aizid, 2011). Beberapa musik yang memberi efek positif terhadap kesehatan diantaranya: musik jazz, klasik, baroque, dan alternatif. Dari sekian banyak karya musik, karya musik klasik yang lebih dianjurkan untuk dijadikan sebagi terapi karena musik klasik lebih memberikan efek positif bagi kesehatan karena berirama tenang dan alunannya lembut dan mempunyai efek stimulasi (Alfred, 2006). Menurut Nilsson (2009), karakteristik musik yang bersifat terapi adalah musik yang nondramatis, dinamikanya bisa diprediksi, memiliki nada yang lebut, harmonis dan tidak berlirik, temponya 60-80 beat per minute, dan musik pilihan klien. Musik yang bersifat sebaliknya adalah musik yang menimbulkan ketegangan, tempo yang cepat, irama yang keras, ritme yang irregular, tidak harmonis, atau dibunyikan dengan volume keras tidak akan menimbulkan efek terapi. Efek yang timbul adalah meningkatkan denyut nadi, tekanan darah, laju pernafasan, dan meningkatkan stress (Novita, 2012). Musik klasik jenis mozart, karya musisi Wolfgang Amadeus Mozart dikenal sebagai musik yang dapat mengalihkan perhatian pasien terhadap reaksi nyeri yang dihadapi post operasi. Adapun cara kerja musik klasik dalam penurunan intensitas nyeri post operasi adalah mengaktifkan hormon endorfin (semacam protein yang dihasilkan di dalam otak dan berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit), meningkatkan perasaan rileks, secara fisiologis memperbaiki sistem tubuh sehingga menurunkan aktivitas gelombang otak, menghalangi masuknya suara suara bising dari luar (M.Ortiz, 2002). Terapi musik klasik mozart dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori Gate control, bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang sekresi endorfin yang akan menghambat pelepasan substansi P. Musik klasik mozart sendiri juga dapat merangsang peningkatan hormon endorfin yang merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. Sehingga pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi P akan menghasilkan impuls. Pada saat tersebut, endorfin akan memblokirlepasnya substansi P dari neuron sensorik, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa musik dapat menurunkan tekanan darah, metabolisme dasar, dan pernafasan sehingga mengurangi tekanan terhadap respon fisiologis (Djohan, 2009). Penelitian yang dilakukan McCaffrey (2011) dalam Jerrard (2013) menemukan

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 bahwa intensitas nyeri menurun sebanyak 33% setelah terapi musik dengan menggunakan musik klasik mozart terhadap pasien osteoarthritis selama 20 menit dengan musik mozart. Setelah melakukan terapi musik klasik terjadi penurunan nyeri 46,81% responden post operasi sectio Caesar, dimana skala nyeri pada kelompok eksperimen lebih rendah setelah dilakukan terapi musik yaitu 53,18% dari 100% kelompok kontrol dan menyimpulkan ada pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada post operasi (Zega dalam Todi, 2011). Penelitian yang dilakukan Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell (2006) sudah membuktikan bahwamusik klasik mozart mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Dari hasil penelitian nyeri berkurang setelah diberikan terapi musik dengan musik klasik. Menurut Wilgram (2008) dalam Novita (2012). musik klasik memiliki alunan yang rileks, rhytm yang pelan sehingga dapat mengubah aktivasi gelombang beta di otak menjadi gelombang alfa (gelombang yang berkaitan dengan relaksasi sehingga menimbulkan efek tenang). Musik klasik bekerja pada seluruh area di otak, lebih optimal jika musik klasik tersebut memiliki unsur jazz, sementara musik pop hanya bekerja pada sebagian sisi saja di otak (Campbell (2006) dalam Novita, 2012). Penelitian terapi musik pada pasien pembedahan abdomen yang dilakukan oleh Good , et al. pada tahun 2005 di Amerika Serikat dengan menggunakan metode Randomized Controlled Trial (RCT) menunjukkan hasil sebanyak 16 40% lebih besar penurunan nyerinya pada kelompok intervensi dari pada kelompok kontrol. Penelitian lainnya menggunakan terapi musik pada setting klinik menunjukkan bahwa terapi musik merupakan terapi nonfarmakologi yang efektif untuk menurunkan nyeri pasien post operasi ginekologi pada perempuan di Korea (Good & Ahn, 2008). Terapi musik juga telah terbukti efektif menurunkan nyeri pada pembedahan hernia ingunalis di Swedia (Nilsson, 2008) Chiang (2012) melakukan penelitian bahwa terapi musik berpengaruh dalam menurunkan tingkat nyeri pada pasien kanker di unit hospice Taiwan. Dengan demikian, menggunakan terapi musik sebagai bagian dari asuhan keperawatan bisa menurunkan penderitaan dari gejala fisik, psikososial, dan stress emosional, dan spiritual dan perhatian religius untuk nyeri kronis pasien kanker. Penelitian yang dilakukan oleh Djamal, et al. (2016) tentang pengaruh terapi musik pada pasien fraktur di IRINA A RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menunjukkan hasil yang signifikan dimana terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi fraktur dengan nilai P value <0,05 yakni 0,000. Hasil yang sama juga dapat dilihat pada penelitian Novita (2015) dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi musik klasik terhadap skala nyeri pada pasien post operasi ORIF. Berdasarkan data yang di peroleh pasien fraktur pada tahun 2010 - 2015 tercatat sebanyak 890 kasus dan 553 kasus diantaranya yang mengalami operasi dengan rincian 70,16%

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 fraktur tibia fibula dan 29,93% fraktur femur. Pada tahun 2015 dari bulan Januari-Desember pasien dengan operasi fraktur tercatat sebanyak 156 orang yang jika dirata – ratakan setiap bulan dilakukan operasi fraktur sebanyak 13 kali ( Rekam Medis Ruang Trauma Center RSUP M. Djamil Padang). Studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Trauma Centre RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 15 April 2016 peneliti melakukan wawancara kepada 4 orang pasien post operasi fraktur. Hasil wawancara dengan keempat pasien tersebut didapatkan data bahwa nyeri adalah keluhan yang paling dominan. Dari hasil pengukuran nyeri keempat pasien tersebut satu orang ada pada skala nyeri 7, dua orang ada pada skala 5, dan satu orang pada skala 3. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Numeric Rating Scale. Keempat pasien yang diwawancarai seluruhnya mengalami fraktur akibat kecelakaan kenderaan bermotor. Nyeri dirasakan berkurang ketika mendapat obat ketorolac dan nyeri dirasakan kembali seiring hilangnya efek obat. Nyeri dirasakan menghambat aktivitas pasien, pasien hanya mengandalkan bantuan dari keluarga untuk membantu melakukan aktivitasnya. Pasien hanya bisa berbaring dan takut menggerakkan bagian tubuh yang patah karena rasa nyeri. Pasien kebanyakan mengatakan belum pernah melakukan terapi musik untuk mengurangi nyeri yang dirasakan dan hanya mengandalkan obat yang diberikan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan perawat yang bertugas di Ruang Trauma Centre dan didapatkan hasil wawancara dimana perawat mengatakan masalah utama pada pasien post operasi adalah nyeri. Penatalaksanaan nyeri yang dilakukan selama ini adalah dengan kolaborasi pemberian obat analgetik NSAID yaitu ketorolac kepada pasien post operasi. Selain terapi farmakologi tersebut perawat mengatakan mengajarkan pasien teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri, namun hanya sebatas mengajarkan dan tidak ada dalam jadwal asuhan. Terapi musik klasik sendiri belum diberikan kepada pasien post operasi fraktur sebagai terapi untuk mengurangi intensitas nyeri pasien. Berdasarkan fenomena di atas peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di RSUPDr. M. Djamil Padang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui skala nyeri pre dan post pemberian terapi musik klasik pada pasien post operasi fraktur pada kelompok intervensi dan kontrol. b. Untuk mengetahui perbedaan skala nyeri pre dan post pemberian terapi musik klasik pada pasien post operasi fraktur pada kelompok intervensi dan kontrol. c. Untuk mengetahui perbedaan skala nyeri pre dan post pemberian terapi musik klasik antara kelompok intervensi dan kontrol. D.

Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi Peneliti Menambah informasi dan menambah wawasan peneliti dalam melakukan Penelitian dan mengaplikasikan ilmu tentang pengaruh terapi musik Klasik terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data dan informasi untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penanganan pada pasien dengan fraktur. 3. Bagi Responden atau Penderita Dapat mengurangi nyeri post operasi yang dirasakan setelah terapi musik klasik dan mendapatkan informasi serta wawasan tentang terapi musik Klasik sebagai terapi terhadap nyeri post operasi fraktur. 4. Bagi Rumah Sakit Dapat dijadikan data atau masukan untuk dipertimbangkan sebagai terapi Komplementer untuk mengatasi nyeri pasien post operasi fraktur. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Sebagai data dasar serta motivasi untuk meneliti pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap masalah kesehatan lainnya

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1. pengertian fraktur Fraktur merupakan patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang pada pasien yang mengalami fraktur yang berasal dari trauma langsung akibat kecelakaan motor (menurut smeltzer, et al,2012) Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atautulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007). Fraktur merupakan setiap retak atau patah pada tulang yang utuh, kebanyakan frktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang , baik berupa trauma langsung dan trauma yang tidak langsung (sjamsuhidajat & jong,2005) 2. Anatomi Fisiologi

1) Anatomi Tulang 2) Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. 3) Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam enam kelompok berdasarkan bentuknya : (Arif Muttaqin, 2008)

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 a. Tulang panjang (long bone), misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus. Daerah batas disebut diafisi dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafasis. Di daerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan tau kelainan perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang b. Tulang pendek (short bone) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat, misalnya tulang-tulang karpal c. Tulang sutura (sutural bone) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous, misalnya tulang tengkorak. d. Tulang tidak beraturan (irreguler bone) sama seperti dengan tulang pendek misalnya tulang vertebrata e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella. f. Tulang pipih (flat bone), misalnya parietal, iga, skapula dan pelvis.

4) Fisiologi Tulang Fungsi tulang adalah sebagai berikut : (Arif Muttaqin, 2008) a) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh. b) Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak. c) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan). d) Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis). e) Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor. Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organik disebut juga osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organ laen yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan (Arif Muttaqin, 2008). 3. Etiologi Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan, terutama tekanan membengkok, memutar, dan menarik. Trauma muskuloskeletal yang dapat mengakibatkan fraktur adalah : a. Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Frakur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Misalnya karena trauma yang tiba tiba mengenaii tulang dengan kekuatan dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi patah

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 b. Trauma tidak langsung Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh, tekanan membengok yang menyebabkan fraktur transversal, tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik c. Trauma patologis Trauma patologis adalah suatu kondisi rapuhnya tulang karena proses patologis. Contonya: 

Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsorbsi tulang melebihi kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi keropos secara cepat dan rapuh sehingga mengalami patah tulang, karena trauma minimal.



Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum sum tulang yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. c) Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak/ menipisnya bantalan sendi dan tulang rawan. (Arif Muttaqin, 2008)

5. Klasifikasi Menurut (kapita selekta buku kedokteran,2006:347), klasifikasi dari fraktur adalah: Derajat I -

Luka < 1cm

-

Kerusakan jaringan lunak, tidak ada tanda luka remuk

-

Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kontinuiu ringan

-

Konstaminasi minumal

Derajat II -

Laserasi > 1cm

-

Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/arulsi

-

Fraktur kontiue

-

Kontaminasi sedang

Derajat III Terjadinya kerusakan lunak yang luar meliputu struktur kulit, otot, dan neuro vaskuler serta keutamaan derajat tinggi secara otomatis, gustilo membagi lagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Derajat III A : jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat meskipun terdapat laserasi luas 2. Derajat III B : kehilangan jaringan lunak dengan frkatur tulang yang terpapar atau terkontaminasi

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 3. Derajat IIIC : luka pada pembuluh darah arteri/ saraf perifer yang harus dan diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

6. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala dari multiple fraktur antara lain sebagai berikut : a) Nyeri terus menerus sampai tulang diimobilisasi b) Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah ( gerakan luar biasa ) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas ( terlihat maupun teraba ) ekstermitas yang dapat diketahui dengan membandingkandengan ekstremitas yang normal, ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot. c) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. d) Saat ekstremitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antra fragmen satu dengan yang lainnya. e) Pembengkakan dan perubahan warna lokal, pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 ) 7. Komplikasi Komplikasi fraktur meliputi: 1) Komplikasi Awal a) Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. b) Kompartement Syndrom Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat. c) Fat Embolism Syndrom Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam. d) Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat. e) Avaskuler Nekrosis Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. f) Shock Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur. (Arif Muttaqin, 2008 )

g) Komplikasi Dalam Waktu Lama 1) Delayed Union Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan

waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. 2)

Nonunion Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kuran

3) Malunion Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya

tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik. ( Arif Muttaqin, 2008 ). 8. Patofiologi Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur tertutup atau terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak sedangkan fraktur terbuka disertai dengan kerusakan jaringan lunak seperti otot, tendon, ligamen dan pembuluh darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2010 ) Tekanan yang kuat dapat terjadi multiple fraktur terbuka karena fragmen tulang keluar menembus kulit dan menjadi luka terbuka serta peradangan yang dapat memungkinkan infeksi, keluarnya darah dapat mempercepat perkembangan bakteri. Tertariknya segmen karena kejang otot pada area fraktur sehingga disposisi tulang. Multiple fraktur terjadi jika tulang dikarnakan oleh stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya. Multiple fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Meskipun tulang patah jaringan disekitarnya akan terpengaruh mengakibatkan edema

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cidera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang. ( Smeltzer, Suzanne C. 2010 ) Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi multiple fraktur, pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya. (Chirudin Rasjad, 2012). 9. Pemeriksaan Penunjang -

X- ray

-

Foto rongent

-

Bone scans, tomogram, atau MRI scans

-

Arterogram: dilakukan bila ada kerusakan vaskuler

-

CCT kalau banyak kerusakan otot (Carpenito 2011:50)

10. Penatalaksanaan a) Penatalaksanaan medis 1) Recognisi atau pengenalan adalah riwayat kecelakaan derajat keparahannya, prinsip

pertama yaitu mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. 2) Reduksi adalah usaha manipulasi fragmen tulang patah untuk kembali seperti asalnya,

reduksi ada dua macam yaitu reduksi tertutup ( tanpa operasi), contohnya dengan traksi dan reduksi terbuka (dengan operasi), contohnya dengan fiksasi internal dengan pemasangan pin, kawat,sekrup atau batangan logam. 3) Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen selama penyembuhan, dengan

fiksasi internal maupun fiksasi eksternal, contohnya GIPS yaitu alat immobilisasi eksternal yang kaku dan dicetak sesuai bentuk tubuh yang dipasang. 4) Rehabilitasi dimulai segera dan sesudah dilakukan pengobatan untuk menghindari

kontraktur sendi dan atrofi otot. Tujuannya adalah mengurangi oedema, mempertahankan gerakan sendi, memulihkan kekuatan otot, dan memandu pasien kembali ke aktivitas normal

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 5) ORIF yaitu pembedahan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan stabilitas dan mengurangi nyeri tulang yang patah yang telah direduksi dengan skrap, paku, dan pin logam 6) Traksi yaitu pemasangan tarikan ke bagian tubuh, beratnya traksi disesuaikan dengan

spasme otot yang terjadi. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001). b) Perawatan klien fraktur 1) Fraktur tertutup Tirah baring diusahakan seminimal mungkin latihan segera dimulai

untuk mempertahankan kekuatan otot yang sehat, dan untuk meningkatkan otot yang dibutuhkan untuk pemindahan mengunakan alat bantu ( tongkat ) klien diajari mengontrol nyeri sehubungan fraktur dan trauma jaringan lunak 2) Fraktur terbuka Pada fraktur terbuka terdapat risiko infeksi osteomielitis, gas ganggren,

dan tetanus, tujuan perawatan untuk meminimalkan infeksi agar penyembuhan luka atau fraktur lebih cepat, luka dibersihkan, didebridemen dan diirigasi ( Arif Muttaqin, 2008 ). 3) Penatalaksanaan kedaruratan Klien dengan fraktur, penting untuk mengimobilisasi

bagian tubuh yang terkena segera sebelum klien dipindahkan. Daerah yang patah harus di sangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi. Immobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama. Pada cidera ekstremitas atas lengan dapat dibebatkan ke dada. Peredaran di distal cidera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer. Luka ditutup dengan kasa steril ( Arif Muttaqin, 2008 ).

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS (PRE OPERASI FRAKTUR) 1. PENGKAJIAN a. Identitas Pasien Biasanya meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, yang mengirim, cara masuk rumah sakit, diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab. b. Riwayat Kesehatan 1. Riwayar Kesehatn Sekarang Klien biasanya mengeluhkan nyeri pada area luka dan sulit untuk digerakkan. 2. Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya klien tidak ada memilik riwayat penyakit dahulu 3. Riwayat Kesehatan Keluarg Biasanya keluarga tidak ada memiliki riwayat seperti klien,tetapi keluarga memiliki riwaya penyakit hipertensi. c. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan Biasanya pada pasien fraktur langsung di periksakan ke pelayanan kesehatan d. Pola Nutrisi dan Metabolisme Biasanya pola nutrisi pada pasien fraktur akan mengalami gangguan diakibatkan nyeri yang terjadi pada luka. e. Pola Eliminasi\ Biasanya kaji BAB, jumlah feses, warna feses dan jumlah urine. f. Pola Tidur dan Istirahat Biasanya kaji frekuensi dan durasi periode istirahat tidur, penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan disekitar, biasanya pada pasien fraktur mengalami gangguan pola tidur diakibatkan nyeri yang terjadi pada luka. g. Pola Aktifitas dan Latihan Biasanya pada pasien fraktur kesulitan untuk melakukan aktifitas disebabkan nyeri pada luka. h. Pola Kognitif Persepsi Biasanya kaji kemampuan melihat dan mendengar serta meraba. Biasanya pada pasien fraktur tidak ada masalah i. Pola Seksualitas Biasanya pada pasien frektur tidak ada gangguan pada reproduksinya disebabkan oleh faktor lain. j. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 1. Body Image Biasanya terjadi pada perubahan tubuh pasien. 2. Role/ Peran Biasanya pada pasien fraktur terjadi perubahan selama di rawat di rumah sakit. 3. Identitas Diri Biasanya terjadi perubahan 4. Harga Diri Biasanya terjadi perubahan 5. Ideal Diri Biasanya terjadi perubahan k. Pola Koping dan Toleransi Stres a. Biasanya selama di rumah sakit pasien mengalami masalah terkait dengan perawatan diri b. Kehilangan/ perubahanbesar di masa lalu Biasanya pasien tidak ada mengalami perubahan di masa lalu c. Hal yang dilakukan saat ada masalah Biasanya pasien mendiskusikan dengan keluarga d. Penggunaan obat untuk menghilangkan stress Biasanya klien tidak ada menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stress. e. Keadaan emosi dalam sehari-hari Biasanya emosi pasien tidak terkontrol l. Pola Keyakinan Nilai Biasanya klien tidak ada pantangan keagamaan. Biasanya tidak ada permintaan kunjungan rohanian pada saat ini. m. Pemeriksaan Fisik

Gambaran Tanda-tanda vital

TD : Biasanya meningkat karena nyeri dan biasanya saja menurun Suhu: biasanya normal (36,5- 37,5) Nadi : biasanya meningkat akibat nyeri Pernapasan : biasanya bisa saja meningkat dan bisa saja menurun

Tinggi Badan

Biasanya tidak ada mempengaruhi tinggi badan

Berat Badan

Biasanya tidak ada masalah berat badan

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 LILA Biasanya Normal Kepala Rambut

Biasanya rambut hitam/ beruban, panjang pendek, rontok, kering,berketombe ya/tidak.

Mata

Biasanya konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, palpebra biasanya normal

Hidung

Biasanya terdapat cuping hidung saat klien bernafas

Mulut

Biasanya mukosa bibir kering

Telinga

Biasanya simetris kiri dan kanan, dan tidak ada serumen

Leher Trakea

Biasanya tidak ada deviasi trakea

JVP

Biasanya tidak ada peningkatan JVP

Tiroid

Biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid

Nodus Limfe

Biasanya tidak ada nodus limfe

Dada Paru-paru

I : biasanya simetris kiri dan kanan P : biasanya tidak terjadi pembesaran P : biasanya vesikuler A : biasanya terdengar wheezing

Jantung

I : biasanya ictus cordis tidak terlihat P : biasanya jantung dalam keadaan baik/ictus cordis teraba P : biasanya jantung dalam batas normal A : biasanya tidak terdengar bunyi jantung

Abdomen

I : Biasanya perut tidak ada pembengkakan A : biasanya bising usus normal P : biasanya tidak ada masalah P : biasanya terdengar timpani

Ekstremitas

Biasanya perubahan warna kulit, kelemahan otot, adanya sianosis, dan kulit kering

Integumen

I : biasanya kulit normal dan tidak pembengkakkan P : biasanya turgor kulit normal

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Neurologi Status mental

Biasanya mengalami penurunan kesadaran

Payudara Biasanya simetris kiri dan kanan , tidak ada benjolan atau lesi Genitalia Biasanya tidak ada kelainan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri Akut b.d terputusnya kotinuitas jaringan tulang 2. Resiko infeksi b.d fraktur terbuka 3. Kekurangan volume cairan b.d output cairan yang berlebihan

3.INTERVENSI KEPERAWATAN N

DX

o

KEPERAWATAN

1

Nyeri

akut

lunak

NIC

b.d Manajemen nyeri

terputusnya kuntinuitas

NOC

Manajemen Nyeri

Kontrol nyeri jaringan

Aktifiatas :

1. Mengenali

kapan

1. Lakukan

pengkajian

nyeri

nyeri terjadi

komprehensif yang meliputi

2. Menggambarkan

lokasi, karakteristik, durasi,

faktor penyebab 3. Gunakan

frekuensi,

tindakan

pencegahan

kualitas

intensitas 2. Obsevasi

adanya

4. Menggunakan

obat

non

analgetik

yang

ketidaknyamanan

direkomendasikan Tingkat nyeri 1. Menggosok area yang terkena nyeri 2. Tidak bisa beristirahat 3. Mondar mandir 4. Mengeluarkan keringat

dan

verbal

petunjuk mengenai

3. Berikan informasi mengenai nyeri, berapa lama nyeri yang akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur 4. Ajarkan

metoden

farmakologi menurunkan nyeri

non untuk

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 5. Posisi yang nyaman 6.

Intake makanan

7. Intake cairan

5. Kolaborasi

dengan

kesehatan

tim

lainnnya untuk

mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri non farmakologi sesuai kebutuhan

Control infeksi 1. Bersihkan lingkungan dengan baik dan setelah digunakan setiap pasien 2. Isolasi pasien yang tekanan 2

Resiko

infeksi

b.d Kontrol infeksi

fraktur terbuka

penyakitnya

Control resiko

3. Ajarkan menular

1. Menghindari ancaman kesehatan

4. Batasi jumlah pengunjung 5. Ajarkan

2. Mengenali perubahan status kesehatan 3. Monitor

perubahan

pengunjung

cuci

tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

status kesehatan 4. Modifikasi gaya hidup untuk

mengatasi

resiko

1. Kaji pengeluaran

5. Menyesuaikan strategi kesehatan

pemasukkan/ dan

hitung

keseimbangan cairan 2. Observasi ttv terutama suhu pasien 3. Anjurkan

pasien

untuk

minum dan makan dengan 3

Kekurangan cairanb.d

volume Kekurangan volume cairan output Kriteriahasil :

cairan yang berlebihan

1. Terjadi

indikasi peningkatan

asupan cairan 2. Tidak

menunjukkan

tanda-tanda kekurangan cairan

perubahan

volume

sesuai

dengan

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

(POST OPERASI FRAKTUR) 1. PENGKAJIAN a) Identitas Biasanya meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status perkwinan, alamat tinggal masuk rumah sakit, yang mengirim, cara masuk rumah sakit, diagnose medis dan identitas penanggung jawab (Lukman Ningsih, 2013) b) Riwayat Kesehatan 1. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien mengeluhkan nyeri pada area luka post operasi dan sulit untuk digerakkan (Pnuma, 2014) 2. Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya klien tidak ada memiliki penyakit seperti hipertensi, DM dan lain-lain dan tidak ada mengalami kecelakaan. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya keluarga tidak ada memiliki riwayat penyakit yang serius seperti hipertensi dan DM (Pnuma, 2014) c) Pola Persepsi dan Penananan Kesehatan Biasanya pasien dan post operasi fraktur cenderung putus asa akan penyakitnya dan beranggapan tidak bias normal kembali (Pnuma, 2014) d) Pola Nutrisi dan Metabolisme Biasanya pada pasien post operasi fraktur terjadinya penurunan nafsu makan karena nyeri yang dirasakan (Lukman dan Ningsih, 2013) e) Pola Aktivitas dan Latihan Biasanya pada pasien post operasi fraktur femor tidak bias melakukan aktivitas seperti biasanya karena proses pertumbuhan yang terlalu lama (Lukman dan Ningsih, 2013) f) Pola Koping atau Toleransi Stress Biasanya pada pasien fraktur femor setelah operasi mengalami perasaan tidak berdaya karena penyakitnya. g) Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Biasanya saat pasien sadar dari anastesi rasa nyeri

menjadi sangat berat dan

menyebabkan pasien gelisah. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan meningkat karena setelah anastesi umum mulai hilang (Rosyidi, 2013)

2) Sistem penglihatan Biasanya tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis karena tidak terjadi pendarahan (Sari, 2013)

3) Sistem Pernafasan Biasanya pasca post operasi mengalami efek dari anastesi umm terlihat pada sistem respirasi. Dimana akan terjadi respon depresi pernafasan sekunder dari sisa anestesi (Muttaqin, Sari, 2013)

4) Sistem persyarafan Biasanya pada pasien post operasi fraktur akan mengalami efek anastesi pada system saraf dan akan mengalami kesadaran (Muttaqin Arif, 2013)

5) Sistem Pencernaan Biasanya pada pasien post operasi fraktur akan menimbulkan penurunan peristaltik dan beresiko paralisis usus dengan distensi otot abdomen dan timbulnya gejala obstruksi gastrointestinal (Muttaqin, Arif, 2013)

6) Sistem Muskuloskietal Efek dari intervensi bedah akan meninggalkan adanya kerusakan integritas jaringan dengan adanya luka post operasi dan adanya system drainase pada luka bedah, efek anastesi akan mempengaruhi penurunan kontrol otot dan keseimbangan secara sadar sehingga pasien beresiko tinggi cedera (Muttaqin, Arif, 2013).

7) Sistem Reproduksi Biasanya pada pasien post operasi fraktur klien tidak tidak bias melakukan hubungan seksual karena mengalami rawat inap dan ketrbtasan gerak (Muttaqin, 2013).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut pada bd post pembedahan 2. Kerusakan integritas kulit bd fraktur terbuka 3. Gangguan mobilitas fisik bd imobilisasi

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 3. INTERVENSI KEPERAWATAN N

DIAGNOSA

O

KEPERAWATAN

NOC

NIC Manajemen Nyeri

1.

Proses pembedahan

1. Mengenali

kapan

nyeri terjadi.

1. Pertahankan

mobilisasi

bagian yang sakit.

2. Menggambarkan

2. Tinggalkan dan dukung

faktur penyebab.

daerah yang cidera.

3. Mengenal apa yang terkait dengan nyeri.

3. Atur

posisi

yang

nyaman. 4. Evaluasi

keluhan

dan

skala nyeri. 5. Jelaskan

prosedur

melakukan tindakan . 6. Dorong

pasien

untuk

mendiskusikan masalah berhubungan

dengan

cidera. 7. Kolaborasi

dengan

dokter

tentang

pengobatan.

2.

Kerusakan integritas Mencapai kulit

bd

fraktur luka

terluka

penyembuhan

sesuai

penyembuhan

1. Monitor warna kulit.

waktu

atau

2. Monitor temperatur kulit.

losi

yang

3. Inspeksi

terjadi.

kulit

dan

membrane mukosa. 4. Inspeksi

kondisi

insisi

bedah. 5. Monitor kulit pada daerah kerusakan dari kemerahan. 6. Monitor

infeksi

dan

odema.

3.

Gangguan mobilitas

1. Mampu

melakukan

1. Intruksikan pada pasien

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 fisik bd imobilisasi aktivitas post operasi faktur

2. Klien berinteraksi

untuk bantu gerak mampu

Aktif pada ekstermitas

secara

yang sakit maupun yang

perlahan 3. Kaji

sehat derajat

mobilitas yang dapat dilakukan klien 4. Bantuan

perban yang elastis 3. Bantu dalam imobilisasi

untuk

mobilisasi

tingkat 4. Berikan

5. Menggunakan kursi roda atau tongkat 6. Bantuan

2. Perhatikan balutan atau

dalam

obat

tinggi

protein, karbohidrat dn kalsium 5. Komunikasi

hygiene dalam cuci

dokter

tangan

infeksinya.

dengan mengenai

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN 1. Identitas Identitas Pasien Nama

: Tn. E

Umur

: 21 th

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Pelajar

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Belum Kawin

Alamat

: Batu sangkar

Tanggal masuk

:26 November 2018

Yang mengirim

: Ambulance

Cara masuk RS

: IGD

Diagnosa medis

No.Rek.Medis : 01. 03. 16. 29

: Fraktur

Identitas Penanggung Jawab Nama

: Ny. L

Umur

: 26 tahun

Hub dengan pasien

: Kakak

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Batu Sangkar

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini) Klien masuk IGD RSUP DR M. DJAMIL Padang pada tanggal 1 November 2018 rujukan dari RS Batu Sangkar, klien mengalami kecelakaan motor pada jam 17.00 Wib di batu sangkar, pada saat kejadian klien sadarkan diri , dan saat itu klien merasakan kaki sebalah kanan sulit untuk digerakkan, terdapat luka lecet di tangan kanan dan kaki sebelah kiri, dan pada saat kejadian klien tidak dapat berdiri sehingga klien dibantu oleh warga dan dibawa kerumah sakit yang terdekat. Pada saat pengkajian tanggal 26 November 2018 klien telah selesai dilakukan operasi pembedahan alat dan beban pada kaki sebelah kanan , klien mengeluhkan badan terasa lemas dan lesu, klie mengatakan kaki sebelah kanan sulit untuk digerakkan , apabila klien melakukan gerakan terasa nyeri pada kaki sebelah kanan terasa di tusuk-tusuk, klien juga mengatakan terdapat luka lecet pada tangan kanan dan kaki seblah kiri, dank lien juga mengatakan saat ini klien merasakan sulit untuk tidur , nafsu makan menurun , semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat rumah saki. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Klien dibawa langsung kerumah sakit yang terdekat b. Riwayat Kesehatan Dahulu Tn. E mengarakan sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan dan tidak pernah mengalami kecelakaan trauma langsung maupun trauma tidak langsung, Tn. E juga mengatakan tidak ada riwayat penyakit Diabetes militus, Hipertensi dll. c. Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien dan penyakit turunan seperti hipetensi, jantng , dm dll. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN Persepsi terhadap penyakit : Klien mengatakan merasa cemas dengan penyakit yang ia alami , klien takut kakinya akan mudah infeksi sehingga akan di amputasi, klien sangat khawatir dengan kondisi kesehatan yang di alaminya.

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 PENGGUNAAN : Tembakau: (√ ) Tidak ( (

) Berhenti...............(tgl) (

) <1 bks/hari (

) Pipa (

) Cerutu

) 1-2 bks/hari ( ) >2 bks/hari

Alkohol : (√)Tidak ( ) Ya, Jenis/Jumlah, _______/Hari _______/minggu_______/bulan Obat lain : (√ ) Tidak (

) Ya, Jenis : Tidak ada, Penggunaan_____________________

Alergi (obat-obatan, makanan, plester, zat warna): alergi ampicillin Reaksi ________________ Obat-obatan warung/tanpa resep dokter : Tidak ada mengkonsumsi obat tanpa resep dokter Kepatuhan terhadap terapi pengobatan : Tn.E selalu mengkonsumsi obat yang dari perawatan Upaya adaptasi terhadap perubahan status kesehatan : Klien selalu berdoa dan patuh dengan perawatan medis di rumah sakit Penyesuaian gaya hidup terhadap perubahan status kesehatan : klien dapat menerapkan terapi yang dianjurkan di rumah sakit 3. POLA NUTRISI/METABOLISME BB : 60 kg TB : 168 cm 𝐵𝐵

60

IMT : 𝑇𝐵2 = (168)2 =

60 2,82

= 21,27

Penurunan BB dalam 6 bulan terakhir : Pola Makan Di rumah Frekuensi : Makan Pagi : 1 piring ( nasi + lauk ) Makan Siang : 1 piring ( nasi + lauk + sayur ) Makan Malam : 1 piring ( nasi + lauk + sayur Pantangan/Alergi : tidak ada Makanan yang disukai : Nasi goreng, martabak

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Di rumah sakit Jenis diet dan jumlah kalori : Tidak ada diit khusus Nafsu Makan: (

) Normal (

) Meningkat (√ ) Menurun (

) Penurunan Sensasi Kecap

Jumlah diet yang dihabiskan : Keluhan mual / muntah : Tidak ada Penggunaan NGT : ( √) Tidak ( ) Ya Kesulitan Menelan (Disfagia): ( √ ) Tidak (

)Makanan Padat (

) Cair

Skrining Nutrisi Indikator Penilaian Malnutrisi

Skor

1. Nilai IMT

2. Apakah pasien kehilangan BB dalam

0

1

2

Nilai

18,5-22,9

17-18,4 / 23-

<17 /

1

24,9

>23

<5%

5-10%

>10%

0

baik

kurang

Sangat

1

waktu 3 bulan terakhir? 3. Apakah

pasien

dengan

asupan

makanan kurang lebih dari 5 hari? 4. Adanya kondisi penyakit pasien

kurang tidak

Ya

2

tidak

Ya

0

yang mempunyai resiko masalah nutrisi 5. Pasien

sedang

mendapat

diet

makanan tertentu TOTAL SKOR

Jika total skor : 0 = risiko rendah 1 = risiko sedang >2 = risiko tinggi

4

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Pola Minum Di rumah

Di rumah sakit

Frekuensi

: 7 gelas / hari

Frekuensi

: 6 gelas / hari

Jenis

: air putih

Jenis

: air putih

Jumlah

: 700 cc

Jumlah

: 600 cc

Pantangan

:Tidak ada

Pembatasan cairan

: Tidak ada pembatasan cairan

Minuman

: Es jeruk

disukai

Intake cairan 24 jam (uraikan apa saja intake pasien): Minum = 900 cc Infus

= 500 cc 1400 cc

15 𝑥 60

15 𝑥 60

IWL : 24 𝑗𝑎𝑚 = 24 𝑗𝑎𝑚 = 900 / 24 jam

Ouput Cairan 24 jam (uraikan apa saja ouput pasien) : 800 cc IWL + output cairan = 1700 cc

Perhitungan Balance Cairan : Intake – output = - 300 cc

Perubahan pada kulit Keluhan pasien terkait masalah kulit (misalnya kering, gatal, adanya lesi) :

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

Faktor resiko luka tekan : Instrumen Penilaian Resiko Luka Tekan Norton Yang dinilai

4

3

2

1

Kondisi fisik

Baik

Sedang

Buruk

Sangat buruk

Status mental

Sadar

Apatis

Bingung

Stupor

Aktivitas

Jalan sendiri

Jalan dengan Kursi roda

Di

bantuan

tidur

Mobilitas

Bebas

Gerak terbatas

Sangat

Tidak

terbatas

bergerak

Kadang

Selalu

Inkontinen

inkontinen

kontinen

urin dan alvi

bergerak Inkontinensia

Kontinen

Total skor

Kriteria penilaian : 16 – 20 = tidak beresiko 12 – 15 = rentan resiko < 12 = resiko tinggi

Pengkajian adanya luka/ulcer Ukuran luka : panjang luka 40 cm lebar 10 cm

Kondisi luka : keadaan luka ada nanah dan sekit berdarah Gambar luka :

tempat

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

4. POLA ELIMINASI a. BAB Di rumah

Di rumah sakit

Frekuensi

: 1 x sehari

Frekuensi

: 1x sehari

Konsistensi

: padat

Konsistensi

: lembek

Warna

: kuning

Warna

: (√ ) kuning ( ) ada darah (

) lainnya, .............

Tgl defekasi terakhir : Tidak ada Masalah di rumah sakit : (√) konstipasi (

) diare (

) inkontinensia, lama masalah dialami : Tidak

ada masalah lain yang dialami Kolostomi : (√ ) tidak ( ) ya, jika ya, posisi kolostomi di :___________________________ Output kolostomi berupa : Tidak ada Keluhan pasien terkait kolostomi : Tidak ada

b. BAK Di rumah

Di rumah sakit

Frekuensi

: 6 kali sehari

Frekuensi

: Tidak menentu

Jumlah

: 1000 cc

Jumlah

: 1200 cc

Warna

: kuning jernih

Warna

: kuning

Masalah di rumah sakit : ( )Disuria ( ) Nokturia ( ) Hematuria ( Inkontinensia : (√ ) Tidak ( ) Ya ( ( (

) Siang hari (

) Malam hari

) kadang-kadang

) Kesulitan menahan berkemih (

Kateter : (

) Total (

) tidak (√ ) ya

) Retensi ( )

) Kesulitan mencapai toilet

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 5. POLA AKTIVITAS /LATIHAN a. Kemampuan Perawatan Diri:

Instrumen Penilaian Indeks Skala Barthel No

Aktivitas yang Dinilai

0

1

Makan



2

Berubah sikap dari berbaring ke



5

10

duduk/dari kursi roda ke tempat tidur 3

Mandi



4

Berpakaian



5

Membersihkan diri



6

Berpindah/berjalan

7

Masuk keluar toilet sendiri



8

Naik turun tangga



9

Mengendalikan buang air kecil



10

Mengendalikan buang air besar



TOTAL SKOR

10

Keterangan : Nilai 0 bila pasien tidak dapat melakukannya, nilai 5 bila pasien dibantu melakukannya dan nilai 10 bila pasien mandiri Interpretasi skor total : 0 – 20 = ketergantungan total 21 – 99 = ketergantungan sebagian 100 = mandiri

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

b. Kebersihan diri (x/hari) Di rumah

Di rumah sakit

Mandi

: 2x / hari

Mandi

:1x sehari

Gosok gigi

:2x sehari

Gosok gigi

:1 kali sehari

Keramas

: Setiap hari

Keramas

: Tidak pernah

Potong kuku

: 2 kali seminggu

Potong kuku

:Tidak pernah

) Pispot ditempat tidur (

) Walker (

c. Alat bantu : (√ ) Tidak ada ( (

) Kruk (

) Tongkat

) kursi roda

d. Rekreasi dan aktivitas sehari-hari dan keluhan Tn.E mengatakan aktivitas sehari-hari tidur di tempat tidur dan Tn.E dan susah bergerak dan nyeri yang dirasakan membuat sulit bergerak dan beraktifitas.

e. Olah raga : (

) ya (√ ) tidak

f. Kekuatan otot: Kekuatan otot menurun

6. POLA ISTIRAHAT TIDUR Di rumah Waktu tidur

Di rumah sakit : Siang 1,5 jam

Waktu tidur

: Malam 7 jam Jumlah jam

: Siang 2 jam :Malam 5 jam

: 8,5 jam

Jumlah jam tidur

: 7 jam

tidur Masalah di RS ( )Tidak ada ( Merasa segar setelah tidur (

)Terbangun (√ )Terbangun dini (

) Ya (

)Insomnia ( )Mimpi buruk

) Tidak

7. POLA KOGNITIF –PERSEPSI Status mental: ( √ ) Sadar(

) Afasia resptif (

) Mengingat cerita buruk (

) Terorientasi

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 ( ) kelam fikir ( )Kombatif ( Bicara: (√ ) Nomal (

) Tak jelas (

Bahasa sehari-hari : (

) Gagap (

)Tak responsif ) Afasia ekspresif

) Indonesia (√ ) Daerah (

Kemampuan membaca : (√ ) bisa (

) Tidak

Kemampuan berkomunikasi: (√ ) bisa ( Kemampuan memahami : ( √) bisa (

) lain-lain_________________

) Tidak

) Tidak

Tingkat Ansietas: ( ) Ringan ( ) Sedang (√ ) Berat( ) Panik Sebab, takut dengan kondisi yang tidak bisa berjalan seperti biasa lagi Pendengaran: (√ ) DBN( ) kesukaran (___kanan___kiri) ( ) Tuli (__Kanan___Kiri ( ) Alat bantu dengar( ) Tinnitus Penglihatan: (√) DBN( ) Kacamata( ) lensa kontak ( ) Kerusakan (____Kanan___ kiri) ( ) Buta (____Kanan____Kiri) ( ) Katarak (______Kanan____Kiri) ( ) Glaukoma Vertigo: ( ) Ya (√ ) Tidak Ketidaknyamanan/Nyeri: _____Tidak ada, (√ )Akut______Kronik_______ Deskripsi : P : Klien mengatakan nyeri patah tulang Q : klien mengatakan nyeri terasa menusuk dan mendenyut R : klien mengatakan nyeri pada bagian betis sebelah kanan S : klien mengatakan skala nyeri 6 T : klien mengatakan nyeri terasa terus menerus

8. POLA PERAN HUBUNGAN Pekerjaan : Pelajar Status Pekerjaan: (

) Bekerja(

) Ketidakmampuan jangka pendek

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 ( ) Ketidakmampuan jangka panjang (√) Tidak bekerja Sistem pendukung: (

) Pasangan(√) Tetangga/teman (

) tidak ada

Keluarga serumah : Ibu, ayah, kakak, adik, keluarga tinggal berjauhan : tidak ada Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan dirumah sakit : Masalah jarak pulang pergi dari rumah ke rumah sakit untuk keluarga yang menemani di rumah sakit Kegiatan sosial : Tidak ada Lain-lain:Tidak ada

9. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI Tanggal Menstruasi Akhir(TMA) :Tidak ada Masalah Menstruasi: (

) Ya,.......................( √ ) Tidak

Pap Smear Terakhir: Tidak ada Pemeriksaan Payudara/Testis Mandiri Bulanan: (

) Ya (√) Tidak

Masalah Seksual berhubungan dengan penyakit:Tidak ada masalah seksual

10. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI a. Body image/gambaran diri ( ) cacat fisik

( ) pernah operasi

( ) perubahan ukuran fisik

(√ ) proses patologi penyakit

(√) fungsi alat tubuh terganggu

( ) kegagalan fungsi tubuh

( ) keluhan karena kondisi tubuh

( ) gangguan struktur tubuh

( ) transplantasi alat tubuh

( ) menolak berkaca

( ) prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh ( ) perubahan fisiologis tumbuh kembang Jelaskan : Tn.E mengatakan sulit beraktivitas karena mengalami patah tulang dan nyeri hebat yang dirasakan

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

b. Role/peran ( ) overload peran

(√ ) perubahan peran

( ) konflik peran

( ) keraguan peran

( ) transisi peran karena sakit

Jelaskan : klien mengatakan Tn.E sudah tidak bisa lagi berperan sebagai seorang anak yang biasa membantu orang tua melakukan pekerjaan seperti biasa karena keterbatasan kondisinya

c. Identity/identitas diri ( ) kurang percaya diri

(√ ) merasa kurang memiliki potensi

( ) merasa terkekang

( ) kurang mampu menentukan pilihan

( ) tidak mampu menerima perubahan

( ) menolak menjadi tua

Jelaskan : klien mengatakan merasa pasrah dan tidak berdaya akan penyakitnya

d. Self esteem/harga diri ( ) mengkritik diri sendiri dan orang lain

( ) menyangkal kepuasan diri

( ) merasa jadi orang penting

( ) polarisasi pandangan hidup

( ) menunda tugas

( ) mencemooh diri

( ) merusak diri

( ) mengecilkan diri

( ) menyangkal kemampuan pribadi

(√ ) keluhan fisik

( ) rasa bersalah

( ) menyalahgunakan zat

Jelaskan : Tn.E saat ini hanya bisa berbaring di tempat tidur dan pasrah dengan keadaan nya yang sekarang

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

e. Self ideal/ideal diri ( ) masa depan suram (√ ) terserah pada nasib ( ) merasa tidak memiliki kemampuan ( ) tidak memiliki harapan ( ) tidak ingin berusaha ( ) tidak memiliki cita-cita (√ ) merasa tidak berdaya ( ) enggan membicarakan masa depan

Jelaskan : Tn.E mengatakan pasrah dengan kondisi saat ini dan terbaring lemah .......................................................................................................

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

11. POLA KOPING-TOLERANSI STRES a.

Masalah selama di rumah sakit (penyakit, finansial, perawatan diri) Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti biasa karena mengalami patah tulang dibagian paha k dan nyeri yang dirasakan membuat Tn.E mengalami keterbatasan gerak

b. Kehilangan/perubahan besar di masa lalu: (

) tidak (

) ya

Tn. E mengatakan bahwa dirinya akan bisa beraktivitas seperti sebelum sakit c. Hal yang dilakukan saat ada masalah: Tn. E mengatakan jika ada masalah Tn.E selalu bertawakal dan berdoa untuk mengatasinya d. Penggunaan obat untuk menghilangkan stress: Tn. E mengatakan tidak ada menggunakan obat untuk menghilangkan stress e. Keadaan emosi dalam sehari-hari: (√)santai

12. POLA KEYAKINAN NILAI Agama: Islam Pantangan Keagamaan: tidak ada Pengaruh agama dalam kehidupan: Tn. E mengatakan pengaruh agama dapat membuat suasana hati dan fikiran menjadi lebih tenang Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini: ____Ya, ( √ ) Tidak

13. PEMERIKSAAN FISIK

Gambaran

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Suhu : 36,5 Lokasi : ................ Tanda Vital Nadi : 82

Irama : ......................Pulsasi................

TD : 110/70 mmHg Lokasi : ................................ RR : 20 kali/menit

Irama : ....................................

Tinggi badan

168 cm

Berat badan

sebelum masuk RS : 61 kg, rumah sakit : 60 kg

LILA Kepala : Rambut

Hitam, bersih, tidak ada ketombe, tidak ada benjolan

Mata

Simetris kiri kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis

Hidung Mulut Telinga

Septumnasi ada, tidak ada serumen, polip (-) Mukosa bibir kering, tidak ada perdarahan Tidak ada serumen, tidak ada benjolan

Leher Trakea

Simetris kiri dan kanan

JVP

Tidak ada masalah

Tiroid

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Nodus Limfe

Tidak ada masalah

Dada

I : terdapat retraksi dinding dada

Paru

P : fremitus kiri dan kanan

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 P : Bunyi Sonor A : Bunyi vesikuler kiri dan kanan Jantung

I P : Ictus cordis teraba P: A : Bunyi jantung reguler

Abdomen

I : perut datar, tidak ada kemerahan A : bising usus (+) P : nyeri tekan tidak ada P : Bunyi pekak

Ekstremitas

Kekuatan otot menurun

Muskuloskeletal/Sendi

Inspeksi Palpasi Vaskular Perifer Inspeksi Palpasi

Neurologi Status mental/GCS Saraf cranial Reflek fisiologi Reflek patologis

15 E4 V5 M6

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Payudara Tidak ada masalah Genitalia

Tida ada masalah

Rectal

Tidak ada masalah

14. PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnostik a. Rontgen

Laboratorium

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 15. TERAPI

PERENCANAAN PEMULANGAN Rencana Tindak Lanjut:

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 B. ANALISA DATA

No

Data Penunjang

Masalah

Etiologi

Keperawatan

1

DS : - Klien mengatakan nyeri pada bagian betis kanan bekas operasi - Klien mnegatakan nyeri seperti ditusuk-tususk - Klien mengatkan durasi nyeri 1 menit - Klien mnegatakan skala nyeri 6

DO : - Klien tampak meringis menahan nyeri - Skala nyeri 6 - Terlihat luka bekas operasi pada betis bagian kanan kaki klien - Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg - Suhu : 36,5

Nyeri akut

Agen cidera fisik

WOC

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 - RR = 20 kali / menit - Nadi : 82 kali / menit

DS : -

Klien mengatakan terasa nyeri skala 6 pada bagian betis sebelah kanan yang terdapat robekan jaringan

DO : 2

Kerusakan integritas -

Terdapat robekan pada betis sebelah kanan

-

Luka robekan terlihat merah

-

Diameter luka 3 cm

-

RR 20 kali/menit

-

Nadi : 82 kali/menit

-

TD : 110/70 mmHg

-

CRT < 3 detik

jaringan

Patahan tulang

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 DS : -

Klien mengatakan terasa perih pada bagian

bekas

operasi -

Klien mengatakan terasa perih dan rasa terbakar dibagian betis kanan

DO : -

Luka bekas operasi tampak memerah

-

Luka terlihat ada robekan berdiameter 3 cm

3

-

Leukosit

-

Suhu 36,5

Resiko Infeksi

Prosedur Invasif

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 C. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (sesuai dengan prioritas)

No

1

Diagnosa keperawatan

Nyeri akut berhubungn dengan agen cidera fisik

2

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan

3

Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasi

Tgl

Tanda

ditegakkan

tangan

Tgl teratasi

Tanda tangan

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No

Diagnosa Kep

NOC

NIC dan Aktivitas Keperawatan

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan

1

agen cidera fisik

keperawatan 3 x 24 jam klien

Manajemen Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri

diharapakan dapat mengatasi

secara

komperensif

nyeri dengan

(lokasi,

karakteristik,

Kriteria Hasil :

durasi,

1. Mampu mengontrol nyeri

factor presipitasi)

2. Melaporkan bahwa nyeri

frekuensi

2. Pastikan

pasien

berkurang dengan

mendapatkan

menggunakan managemen

dengan analgesic

nyeri

perawatan

3. Gunakan

3. Mampu mengenali nyeri

dan

tekhnik

komunikasi

terapeutik

(skala, intensitas, dan

untuk

frekuensi nyeri)

pengalaman nyeri pasien

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

mengetahui

4. Kaji

kultur

yang

mempengaruhi

respon

nyeri 5. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri 6. Kurangi factor presipitasi nyeri 7. Ajarkan

tentang

teknik

non farmakologi

2

Kerusakan integritas kulit b.d kelembapan

Integritas jaringan : kulit dan membran mukosa -

Elastisitas

-

Wajah pucat

-

Suhu kulit

-

Penebalan kulit

-

Perfusi jaringan

1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya edema, ektrim atau drainase 2. Amati

warna, kehangatan,

bengkak,

pulsasi,

tekstur,

edema, dan ulserasi pada ekstremitas

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 - Keringat

3. Monitor

infeksi,

terutama

darai daerah edema 4. Ajarkan

anggota

mengenai

keluarga

tanda-tanda

kerusakan Kulit, dengan tepat

3

Resiko infeksi b.d prosedur invasif

Setelah

dilakukan

asuhan Kontrol infeksi

keperawatan selama 3x24 jam Aktivitas : diharapkan :

1. Gunakan

alat-alat

yang

baru, steril, berbeda setiap

Kriteria hasil :

tindakan 1. Sistem imun 2. Perilaku

2. Ajarkan imunisasi

4. Nutrisi

untuk

mencuci tangan sebagai

pengetahuan 3. Pengendalian infeksi

klien

hidup sehat pribadi 3. Bersihkan

pengendalian

kulit

pasien

dengan bersih anti bakteri

resiko Manjemen nyeri : 1.

Kaji apakah klien punya alergi makanan

2.

Berikan klien menu tinggi protein, tinggi kalori

3.

Kolaborasi

dengan

ahli

gizi jumlah kalori dan jenis

nutrisi

dibutuhkan

yang

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 E. CATATAN PERKEMBANGAN (Diisi setiap hari)

No

Hari/Tgl/ Jam

No.

Implementasi

Hari/Tg

Diag

Evaluasi

l/

nosa

tangan dan

jam

Kep

Tanda

nama terang

1

Senin 26

1

1. Melakukan

November

pengkajian

2018

secara

Senin / nyeri 26

komperensif Novem

(lokasi, karakteristik, ber durasi, frekuensi dan 2018 factor presipitasi) 2. Memastikan

pasien

mendapatkan perawatan

dengan

Jam : 12.00 WIB

S : Klien mnegatakan nyeri pada bagian bekas operasi O : - Klien tampak meringis - Nyeri skala 6 A : Masalah nyeri belum teratasi

analgesic 3. Menggunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui

pengalaman

nyeri

pasien 4. Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 5. Control yang

lingkungan dapat

mempengaruhi nyeri

P : intervensi Dilanjutkan

2

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Selasa / 27 2 1. Memeriksa kulit dan Selasa /

S : Klien mengatakan

November

selaput lendir terkait 27

terasa perih dan nyeri

2018

dengan

adanya Novem

edema, ektrim atau ber

Jam 08.30

2018

drainase

WIB

2. Mengamati

warna,

kehangatan, bengkak, pulsasi,

tekstur,

Jam :

skala 6 pada bagian betis

sebelah

kanan

kanan yang terdapat robekan jaringan

12.00

O : - Terdapat robekan

WIB

pada betis kanan

edema, dan ulserasi - Luka

pada ekstremitas 3. Memonitor

robekan

terlihat merah

infeksi,

terutama darai daerah

A : Masalah belum

edema

teratasi

4. Mengajarkan anggota keluarga

P

mengenai

:

Intervensi

dilanjutkan

tanda-tanda kerusakan Kulit, dengan tepat

3

Rabu / 28

3

1. Menggunakan

alat-

November

alat yang baru, steril,

2018

berbeda

setiap

tindakan Jam 14.30 WIB

2. Mengajarkan

Rabu /

S : Klien mengatakan

28

terasa

Novem

bagian bekas operasi

ber klien

2018

perihb

O : - Luka bekas

untuk mencuci tangan

operasi

sebagai hidup sehat Jam : 18.00 pribadi

memerah

3. Membersihkan

kulit wib

pada

tampak

A : Masalah belum teratasi

pasien dengan bersih P

anti bakteri 4. Mengkaji klien

punya

apakah alergi

:

dilanjutkan

Intervensi

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 makanan 5. Memberikan

klien

menu tinggi protein, tinggi kalori

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses keperawatan, pada tahap pengkajian penulis berusaha mengkaji secara komprehensif (menyeluruh) sesuai dengan teori, adapun data yang didapat oleh penulis melalui pengkajian tentang tanda dan gejala sesuai dengan teori kondisi Tn. E. Dalam pengkajian ini mengkaji pasien berdasarkan landasan teori dengan diagnose medis fraktur dan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kasus yang ada. 1. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Dahulu Berdasarkan teori yang telah dibahas dalam Bab II , dijelaskan bahwa pada klien dengan frajtur ini pernah trauma secara langsung dan mengakibatkan patah tulang, selain itu penyakit DM keturunan bisa menghambat proses penyembuhan tulang. Sedangkan pada kasus Tn. E tidak mengalai trauma langsung dan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, hipertensi. Karena pada kasus ditemukan adanya riwayat trauma, sehingga ada kemungkinan akan memperburuk keadaan klien khusunyapada daerah tubuh yang terkena trauma sebelumnya. b. Riwayat kesehatan Sekarang Berdasarkan teori yang telah dibahas dalam Bab II , dijelaskan pada riwayat kesehatan sekarang pada klien dengan fraktur ini yaitu mengalami nyeri, perasaan tidak enak, badan lesu, susah beraktivitas, susah tidur dan tidak bersemangat. Dalam kasus Tn. E didapati riwayat kesehatan sekarang sesuai dengan teori diatas yaitu Tn. E merasakan badan lesu, susah beraktivitas , tidak nafsu makan c. Riwayat kesehatan Keluarga Berdasarkan teori yang telah diketajui pada riwayat keluarga biasanya keluarga berkaitan dengan penyakit yang diderita oleh pasien. 2. Pemeriksaan Fisik

Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 / 2019 Dari data pemeriksaan fisik ditemukan sebagian gejala yang ada pada teori dan sebagian lagi tidak ditemukan. Dengan demikian data-data seperti terdapat nyeri pada fraktur, susah tidur dan keterbatasan dalam beraktifitas, adanya hal ini sesuai dengan kasus Tn. E. a. Keadaan umum Biasanya klien fraktur mengalami perubahan kesadaran, biasanya tekanan darah meningkat, nafas sesak, suhu tubuh meningkat Pada kasus Tn. E tidak ditemukan hal yang demikian karena pada Tn. B tidak terjadi pendarahan yang mengakibatkan syok Dari kasus Tn.E dapat disimpulkan bahwa keadaan umum klien tidak terlalu buruk. b. Pemeriksaan fisik mata Teori menjelaskan pada pemeriksaan fisik mata didapati mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya baik, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik Pada kasus Tn.E didapatkan data yang sama dengan teori yang telah dibahas, tetapi ditemukan pada Tn.E konjungtiva anemis. Dari kasus Tn.B dapat disimpulkan bahwa keadaan umum pasien tidak terlalu buruk c. Pemeriksaan mulut Pada teori telah dijelaskan bahwa pada pemeriksaan fisik mulut didapatkan mukosa bibir bersih, lidah bewarna merah muda. Hal ini sesuai dengan datayang didapatkan pada Tn.E didapatkan mukosa bersih , kondisi mulut bersih, dan lidah warna mersh muda.

Related Documents

Seminar
April 2020 44
Seminar
July 2020 34
Seminar
June 2020 38
Seminar
June 2020 34
Seminar
May 2020 37
Seminar
November 2019 30

More Documents from ""

Sap Psikososial Pkm
August 2019 24
Seminar Jadi.docx
August 2019 17
Sap Psikososial Pkm.docx
August 2019 29
Religion Imagenes.docx
November 2019 7