BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah.Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai .) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,
dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD
menyebar
di
negara-negara
Tropis
dan
Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
1
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami tentang
penyakit DHF (Dengue
Haemorraghic Fever). 2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat menjelaskan : a.
Definisi penyakit DHF.
b.
Klasifikasi penyakit DHF.
c.
Etiologi penyakit DHF.
d.
Patofisiologi penyakit DHF.
e.
Manifestasi klinik penyakit DHF.
f.
Komplikasi penyakit DHF.
g.
Pemeriksaan Penunjang DHF.
h.
Penatalaksanaan penyakit DHF.
C. Manfaat Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya, maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF).
2
BAB II TINJAUAN PUASTAKA A. Pengertian Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419). Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman, 1987;16). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengan cirri demam dan manifestasi perdarahan ( Pusdiknakes. Dep Kes RI, Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, 1992) Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti (Ngastiyah, 1997) Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti) dan Arbovirus (Anthropoda virus) yang ditandai dengan adanya demam 5-7 hari dan tidak atau disertai perdarahan atau renjatan, sehingga dapat meimbulkan kematian jika tidak ditanggulangi sedini mungkin.
3
B. Klasifikasi DHF Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu : 1. Derajat I Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif 2. Derajat II Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya. 3. Derajat III Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg. 4. Derajat IV Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. Masa inkubasi DHF yaitu antara 35 hari. Rata-rata 5-8 hari penderita biasanya mendadak demam akut ( suhu tubuh meningkat tiba-tiba) sering disertai menggigil, saat menggigil kesadarah pasien sampai compos mentis.
C. Etiologi 1. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
4
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36). 2. Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420). Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37). 3. Host Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
5
D. Patofisiologi Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah virernia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekia), hipertermi dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limfe (spleromegali), peningkatan permiabilitas dinding kafiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta effuse plevro dan renjatan syok. Haemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit lebih dari 20 % menunjukkan
atau
mengakibatkan
adanya
kebocoran
plasma
(perembesan) plasma (plasma kakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma. Tingginya nilai hematokrit penderita DHF disebabkan karena : 1. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstraselular melalui kafiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya plasma dan meningkatnya nilai hemotokrit bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotekal dinding pembuluh darah. 2. Adanya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu dalam rongga peritoneum pleura pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infuse.
E. Manisfestasi Klinik Virus Dengue 1. Demam Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).
6
2. Perdarahan Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349). 3. Hepatomegali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39). 4. Renjatan (Syok) Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39). Tanda gejala lain yang umumnya terjadi : 1. Demam tinggi dan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari. 2. Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati 3. Nyeri sendi , nyeri kepala, nyeri otot, rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita), hepatomegali, splenomegali. 4. Kadang
ditemui
keluhan
batuk
pilek
dan
sakit
menelan.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).
F. Komplikasi Komplikasi yang sering timbul adalah DDS ( Dengue Syok Sindrome) yang disebabkan oleh karena kebocoran dinding pembuluh darah sehingga
7
cairran atau serum elektrolit serta ke luar dari pembuluh darah sampai menimbulkan hypovolemia syok 1.
Efulsi pleura
2.
Asikes
3.
Sepsis
4.
Kematian
G. Pemeriksaan penunjang 1) Diagnosis Penunjang 1. Rumple Leed 2. Pemeriksaan Darah 3. Hitung Trombosit 4. Hitung Leukosit 5. Hitung Hematokrit 6. Imunoserologi IgM dan IgG
2) Cara Pemeriksaan 1. Rumple Leed a. Pasang manset pada lengan atas b. Tentukan sistol dan diastol c. Tahan tekanan antara sistol dan diastol selama 5 menit d. Hasil dinyatakan (+) bila terdapat 10 atau lebih petachie di bagian volar lengan dengan luas 2,5 cm x 2,5cm. 2. Hitung Trombosit Cara Hitung trombosit dengan Larutan Rees Ecker : a. Hisap darah EDTA dengan pipet eritrosit → sampai tanda 0,5 b. Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue c. Hisap larutan Rees Echer sampai tanda 101 d. Kocok darah dan larutan 3 menit e. Buang larutan 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung f. Hitung trombosit dalam seluruh bidang besar ditengah – tengah dengan mikroskop, kalikan 2000.
8
3. Hitung Leukosit Cara Hitung trombosit dengan Larutan Turk : a. Hisap darah EDTA dng pipet Leukosit → sampai tanda 0,5. b. Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue. c. Hisap larutan Turk sampai tanda 11. d. Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit. e. Buang larutan 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung. f. Hitung leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar di sudut dengan mikroskop, kalikan 50. 4. Hitung Hematokrit Cara Hitung Hematokrit dengan Mikrometode: a. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. b. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) c. Sentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm. d. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit. e. Nilainya dinyatakan dalam %. 5. Imunoserologi IgM dan IgG Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue. IgM terdeteksi mulai hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang setelah 60 – 90 hari. IgG pada Infeksi primer terdeteksi mulai hari ke 14, pada infeksi sekunder terdeteksi mulai hari ke 2. Prinsip Kerja : Dengue Dx IgG/IgM Rapid Tes dirancang untuk secara simultan mendeteksi sekaligus membedakan antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue. Tes ini juga dapat mendeteksi ke empat serotype virus dengue karena menggunakan suatu
paduan antigen recombinant dengue envelope
proteins
9
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Serum. Berikut tata cara pengambilan sample : a. Kumpulkan
darah
vena
kedalam
tabung
reaksi
mengandung antikoagulan seperti heparin, EDTA dan
(TIDAK sodium
citrate). b. Diamkan selama 30 menit hingga darah membeku dan kemudian lakukan sentrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 15-20 menit hingga didapatkan sampel serum.
Gambar : Prosedur pengujian IgM dan IgG metode Rapid test.
C. Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium 1. Rumple Leed 70,2 % kasus DBD mempunyai hasil uji Rumple Leed (+). Hasil (+) menandai Fragilitas Kapiler darah meningkat. 2. Hitung Trombosit Pada DBD umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8 ( < 100.000 / µL). Nilai Normal: 150.000 – 400.000 / µL.
10
3. Hitung Leukosit Pada DBD kadar leukosit bisa normal dan bisa juga menurun. Nilai normalnya ialah ( 5000-10000 / µL). 4. Hitung Hematokrit Pada DBD terjadi peningkatan Hematokrit ≥ 20 % nilai awal, yang umumnya dimulai pada hari ke – 3 Demam. Hal ini diakibatkan oleh kebocoran Plasma. Normalnya : Pria
40 – 48%
Wanita
37 - 43 %
Anak anak
33 - 38 %
5. Imunoserologi IgM dan IgG
11
H. Pencegahan penyakit DHF 1. Pencegahan secara mekanik Gerakan 3 M a. Menguras tempat – tempat penampungan air secara teratur sekurang - kurangnya sekali seminggu atau penaburan bubuk abate ke dalamnya. b. Menutup rapat tempat penampungan air. c. Mengubur atau menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air. 2. Pencegahan secara kima Pemberantasan vector
:
a. Fogging ( penyemprotan ), kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria. b. Abatisasi Semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan yang ditemukan jentik Aedes aegypti ditaburi bubuk abate dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air.
12
3. Pencegahan secara biologi Pencegahan DBD secara biologis juga cukup efektif, yaitu dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. Masukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam, maka vektor nyamuk pembawa virus dengue otomatis dapat dikendalikan, sebab ikan akan memakan jentik – jentik nyamuk.
I. Penatalaksanaan Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau kematian jika terlambat diatasi. Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di RS terutama penderita DHF derajat II, III, IV penderita sebaiknya dipisahkan dari pasien penyakit lain dan dirungan yang bebas nyamuk (berkelambu) Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan DHF bersifat simptomatik dan suportif diantaranya : 1. Tirai baring yaitu klien tidak melakukan aktivitas seperti biasanya, aktivitas terbatas 2. Diet makanan lunak 3. Berikan minum yang banyak 2 liter perhari dapat berupa susu, teh manis, syrup 4. Pemberian cairan intravena, dengan indikasi : pasien sering muntah, Haematokrit terus meningkat 5. Pemberian antipiretik sebaiknya dari golongan antipiretik dan kompres dingin 6. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam, jika KU memburuk observasi ketat per jam 7. Pemberian Antibiotik bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan dokter) 8. Pemeriksaan HB, HT dan trombosit setiap hari
13
BAB III LAPORAN KASUS Nama Pasien :
Diagnosa Medis
:
Jaminan Rawat :BPJS
Tanggal Masuk RS
:
Ruang Rawat :
Tanggal Pengkajian
:
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN I. IDENTITAS PASIEN 1. Nama Pasien
: An. M
2. Tanggal Lahir
: 5 April 2006
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: UNIB Depan
II. IDENTITAS ORANGTUA/PENANGGUNG JAWAB 1.
Nama Ayah/Ibu
: Ny. D
2.
Pendidikan
: S1
3.
Agama
: Islam
4.
Pekerjaan
: PNS
5.
Alamat
: UNIB Depan No.Telp :
III. RIWAYAT KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
Keluhan Utama MRS
: Pasien datang kerumah sakit dengan
keluhan demam lebih kurang 4 hari, nafsu makan berkurang, badan lemas dan kepala pusing
Keluhan saat masuk RS
: Pasien demam dengan suhu 38,90C, dengan
nafsu makan berkurang, kepala pusing, terasa mual
Pengobatan yang telah dilakukan : -
Keluhan Saat di Kaji : Badan lemas, kepala pusing dan ingin muntah.
14
IV. RIWAYAT KESEHATAN DULU
Penyakit yang Pernah dialami
:-
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram : VI. RIWAYAT KEHAMILAN & PERSALINAN 1. Pre Natal a. G 2 P 2 A 0 b. Pemeriksaan Antenatal
:
c. Komplikasi Antenatal
:
Diabetes Jantung Hipertensi Lainnya, sebutkan
2. Natal & Post Natal a. Jenis persalinan
: Normal
b. BB lahir
: 2,700 gram
c. Lama persalinan
:-
d. Waktu pecahnya ketuban
:-
e. Warna air ketuban
:-
f. Nilai APGAR
: 1 menit pertama(8), 5 menit
pertama (9)
VII.
g. Umur kehamilan
: 9 Bulan
h. Kelainan saat dilahirkan
: Tidak ada
ALERGI/REAKSI tidak ada alergi Alergi obat, sebutkan Alergi makanan, sebutkan Alergi lainnya, sebutkan Tidak diketahui
15
VIII. RIWAYAT IMUNISASI NO. Jenis Imunisasi
Waktu
Frekuensi
pemberian
Reaksi setelah pemberian
1.
HB-0
0 bulan
-
Panas
2.
BCG
1 bulan
-
Panas
3.
POLIO
1-4 bulan
-
-
2-4 bulan
-
-
(I,II,II,IV) 4.
DPT- HBHb(I,II,III)
IX.
5.
IP V
0
-
-
6.
Campak
0
-
Panas
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN 1. Motorik kasar
: Pasien sudah bisa bermain dengan teman
sebayanya dan perkembangan normal 2. Motorik Halus
: Pasien dapat menunjukkan keseimbangan
koordinasi mata dan tangan 3. Bahasa
: Pasien menggunakan bahasa bengkulu
4. Sosialisasi
: Pasien mampu berinteraksi dengan orang
sekitar
X. POLA KEBIASAAN NO
1
POLA KEBUTUHAN DASAR
SEBELUM
SELAMA
MANUSIA SEHARI-HARI
SAKIT
SAKIT
KEBUTUHAN OKSIGENASI
Keluhan Batuk Apakah ada produksi sputum Kemampuan mengeluarkan sputum Kemampuan bernafas Apakah ada nyeri dada
16
Apakah ada kesulitan bernafas Keluhan pemenuhan oksigenasi 2
KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN MAKAN :
3x1 sehari
3x1 sehari
Nasi, ayam,
Bubur, sop,
Jenis makan (diit)
sayur,
tahu
Porsi makanan
1 porsi
4 sendok
Bagaimana selera makan
Normal
makan
Makanan yang di pantang
Tidak ada
Kurang
Sate, bakso
Tidak ada
Tidak ada
Sate, bakso
Frekuensi makan/hari
Makanan kesukaan Keluhan pemenuhan nutrisi
Tidak ada Minum/Cairan : Frekuensi minum/hari Jenis minuman
Tidak teratur Air putih
Tidak teratur
Jumlah minuman
2 liter
Air putih
Kemampuan menelan
Bagus
2 botol aqua
Tidak ada
Bagus
Masalah pemenuhan cairan
Tidak ada 3
KEBUTUHAN ELIMINASI
Buang Air Kecil (BAK) : Frekuensi Warna Bau Kesukaran BAK Keluhan/Gangguan BAK
Buang Air Besar (BAB) Frekuensi Konsistensi Warna
17
Keluhan/Gangguan BAB
Intake Cairan Oral Parenteral Jumlah Intake Cairan (A)
Output Cairan IWL BAK BAB Muntah, dll Jumlah Output Cairan (B) Keseimbangan Cairan Pasien (AB) 4
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR
Frekuensi tidur Waktu tidur Kebiasaan sebelum tidur Apakah merasa segar saat bangun tidur Apakah ada kesulitan tidur Keluhan pemenuhan istirahat tidur 5
KEBUTUHAN ACTIVITAS & MOBILISASI
Apakah ada perasaan lemah otot Kemandirian pemenuhan personal hygiene Kemandirian berjalan Kemandirian pemenuhan makan Kemandirian pemenuhan
18
kebutuhan eliminasi Apakah ada sesak/pusing/lelah setelah beractivitas Keluhan keterbatasan pergerakan Keluhan kemandirian 6
KEBUTUHAN RASA NYAMAN
(P) Apa pencetus nyeri (Q) Bagaimana Kualitas Nyeri, Frek (R) Diamana lokasi nyeri dan area penjalaran nyeri (S) Berapa skala Nyeri pasien (010, 10 sangat nyeri) (T) Berapa Lama Waktu nyeri dan Durasi Nyeri pasien Ekspresi pasien terhadap perasaan tidak nyaman (nyeri/suhu) Apakah ada perasaan demam/menggigil/berkeringat berlebih 7
KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE
Frekuensi mandi Waktu mandi Kebiasaan mandi Frekuensi sikat gigi Waktu sikat gigi Kebiasaan sikat gigi Frekuensi ganti baju Keluhan pemenuhan personal hygiene
19
Frekuensi cuci rambut Waktu cuci rambut Keiasaan cuci rambut Frekuensi potong kuku Kebiasaan potong kuku Keluhan pemenuhan personal hygiene
XI.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL a. Psikologi b. Sosial Ekonomi c. Spiritual
B. PENGKAJIAN FISIK 1. Pemeriksaan fisik umum a. Keadaan umum
: Lemah
b. Kesadaran
: Compos Mentis
c. Ekspresi
: Lesu
d. Penampilan
: Bersih
e. BB saat Masuk Rs
: 22 Kg
f. Tanda-tanda vital
:
Tekanan Darah
:
Pulse : 84x/m
Frekuensi Pernafasan
: 22x/m
Temperature : 38, 9 0c
g. Antropometri (<5 tahun) : Pemeriksaan Fisik Head to Toe a. Kepala 1) Inspeksi Rambut Jumlah
: Normal
Distribusi
: Lebat
Tekstur
: Halus 20
Kebersihan
: Bersih
2) Palpasi Lesi
: Tidak ada lesi
Tlg tengkorak Kontur
: Normal
Ukuran
: Simetris
Nyeri tekan
: Tidak ada nyeri tekan
b. Wajah Inspeksi Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan Ekspresi
: Lemas
c. Kulit Inspeksi Warna
: Warna kulit merata dengan kulit sekitar
Lesi
: Tidak ada lesi
d. Mata Kelopak mata
: Simetris kiri dan kanan
Kongjutiva
: Anemis
Sclera
: Ikterik
Kedudukan bola mata : Simetris Pergerakan bola mata : Normal Reaksi Pupil
: Bereaksi terhadap cahaya
Ketajaman penglihatan: Normal e. Telinga Inspeksi Struktur luar
: Bersih, Simetris kiri dan kanan
Bagian dalam
: Bersih
Tes pendengaran
:
- Weber
: Tidak dikaji
- Rinne
: Tidak dikaji
f. hidung
21
Inspeksi Struktur luar
: Bersih
Apakah ada bernafas dengan cuping hidung : Tidak ada Sinus
: Tidak ada
Struktur dalam
: Bersih
-Warna
: Merah muda
- Konka
: Utuh
- Septum
: Tidak ada
g. mulut Inspeksi Bibir
: Sedikit kering
Gigi
: Bersih
Gusi
: Ada pembengkakan
Faring -
Warna
: Merah muda
-
Eksudat
: Tidak ada
lidah -
warna
: Merah , sedikit putih
-
lesi
: Tidak ada
-
gerakkan
: Normal
Tes pengecapan
: Normal
h. leher inspeksi Kesimetrisan
: Simetris
palpasi KGB
: Tidak ada pembengkakan
Tiroid
: Tidak ada pembengkakan
Deviasi trakea
: Tidak ada deviasi
Vena jugularis
: Tidak ada pembesaran
22
i. Dada Inspeksi Bentuk
: Normo chest
Ukuran
: Normal
Retraksi respiratory : Tidak ada retraksi Rate
: 22x/m
Irama
: Teratur
Kedalaman
: Sedang
Palpasi fraktur iga
: Tidak ada
hematum
: Tidak ada
ekspansi thorak
: Mengembang kiri dan kanan
jantung
:
Perkusi
: Berada di ICS 3-ICS 5
Auskultasi
: BJ1 lebih terdengar dari BJ2 (tidak ada bunyi tambahan)
j.
Abdomen
Inspeksi Warna
: Warna sama dengan kulit sekitar
Kontur
: Lembut
Simetris
: Simetris
Auskultasi Bising usus
: 12x/m
Perkusi
:-
Batas hepar
: Tidak teraba
Lambung
: Timpani
Limpa
: Tidak ada
Kandung kemih
: Tidak ada distensi
Palpasi Setiap kuadran
: Tidak ada nyeri
Kandung empedu : -
23
Hepar
: Tidak teraba
Limpa
:-
Ginjal
:-
Kandung kemih
:-
k. Esktremitas Inspeksi Gaya berjalan
: Normal
Cara berdiri
: Normal
Penegangan kaki
: Tidak ada
l. Kulit Inspeksi Warna
: Warna kulit sama dengan
kulit sekitar Ketebalan
: Cukup tipis
Bentuk
: Elastis
Tekstur
: Halus
Sudut antara kuku & dasar kuku
: Tidak ada clubbing finger
Palpasi Kelembapan
: Lembab
Suhu kulit
: Hangat (38,9ᵒ C)
Turgor
: Baik
Piting edema
: Tidak ada
24
XII.
FACE LEGS ACTIVITY CRY CONSOLABBILITY Respon nyeri untuk usia 4 tahun s.d remaja
Interpretasi 0 – tidak sakit
2 – sakit sedang
4 – sakit berat
1 – sakit ringan
3 – sakit agak berat
5 – sakit berat sekali
25
XIII. PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK “HUMPTY DUMPTY” PARAMETER Umur
Jenis kelamin
Diagnosis
KRITERIA
SKOR
< 3 tahun
4
3-7 tahun
3
7-13 tahun
2
13-18 tahun
1
Laki-laki
2
Perempuan
1
Kelainan neurologis
4
Gangguan oksigenasi ( gg 3 pernafasan,
dehidrasi,
anemia, anoreksia,sinkop, sakit kepala, dll) Kelemahan fisik/ kelainan 2 psikis Diagnosis lain Gangguan kognitif
Tidak
1 memahami 3
keterbatasan Lupa keterbatasan Orientasi
2 terhadap 1
kelemahan Faktor lingkungan
Riwayat jatuh dari tempat 4 tidur saat bayi-anak Pasien menggunakan alat 3 bantu / menggunakan box/ mebel Pasien berada di tempat 2
26
tidur Pasien berada di luar area 1 ruang perawatan Respon terhadap
< 24 jam
3
operasi/obat
<48 jam
2
penenang/efek anastesia
>48 jam
1
Penggunaan obat
Penggunaan
obat 3
sedative(kecuali
pasien
ICU yang menggunakan sedasi
dan
hiptonik,
paralisis), barbiturate,
phenotiazines, antidepresan, narkotik/metadon, laxative/diuretik Salah satu obat diatas Pengobatan
lain/
2 tidak 1
menggunakan obat JUMLAH
Interpretasi skor 7-12 : risiko rendah skor ≥ 12 : risiko tinggi
*skor minimal 7, maksimal
23
XIV. KEBUTUHAN EDUKASI Terdapat hambatan dalam pembelajaran tidak ya, sebutkan: pendengaran, penglihatan, kognitif, budaya, agama, emosi, bahasa lainnya
27
Kebutuhan pembelajaran keluarga Diagnosa Obat-obatan Diet & Nutrisi Rehabilitasi Manajemen nyeri Konseling menyusui Lainnya
DATA PENUNJANG 1) Tanggal Pemeriksaan 24 Januari 2018 No
Jenis
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Tidak
3,4-3,3
Mmol/dl
Pemeriksaan 1.
HT
terlihat 2.
Leukosit
11.400
4000-10.000
Mm3
3.
Trombosit
265.000
150.000-450.000
Sal/mm3
4.
HB
6,1
LK: 13,0-18,0 PR :12,0- Gr/dl 16,0
2) Tanggal Pemeriksaan 25 Januari 2018 No Jenis pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
1.
Natrium
138
135-155
MEq/L
2.
Kalium
4,2
3,4-5,2
MEq/L
3.
Clorida
96
95-105
mEq/L
3) Tanggal Pemeriksaan 31 Februari 2018
28
No Jenis
Hasil
Nilai Rujukan
-
Satuan
Pemeriksaan 1.
HBS Ag
Negatif
2.
HIV
Non
- Non – Reaktif
Reaktif 3.
HB
8,9
LK : 13,0-18,0 PR : 12,0- Gr/dl 16,0
PENATALAKSAAN 1. Pembedahan abdomen 2. Infuse RL (IV) 9 tetes/menit 3. Metronidaza (infus) 3x1 hari 4. Ranitidine (IV) 2x1ampul 5. Infuse NaCL 20 tetes/menit 6. Ketorolax (IV) 2x1 ampul 7. Tramadol (IV) 2x1 ampul 8. Cefriaxone (IV) 2x1 ampul 9. Infuse kransfuse 3x250 cc 10. Cefotaxime (oral) 2x1hari 11. Paracetamol (oral) 2x1 hari 12. Sukralfat (oral) 1x1 hari
29
30
ANALISA DATA
NO
Data Senjang
1
Ds : Ibu ps mengatakan anaknya
Etiologi
Masalah
demam dan gelisah DO : Suhu tubuh 3809 Kulit teraba hangat Nadi : 97x/m
2.
Ds : pasien mengatakan badan nya lemas,
3.
31
DIAGNOSA KEPERAWATAN
N
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Muncul
Tanggal Teratasi
o 1
2
3
32
INTERVENSI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN/KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NOC)
(NIC)
RASIONAL
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN/KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NOC)
(NIC)
RASIONAL
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN/KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NOC)
(NIC)
RASIONAL
33
34
IMPLEMENTASI & EVALUASI Nama pasien :
Umur
:
Ruangan
No.Reg
:
:
Hari/ tanggal :
Hari Perawatan ke :
DIAGNOSA KEP. & PENGKAJIAN
IMPLEMENTASI
UALNG (SOAP)
(Waktu & tindakkan)
EVALUASI
FORMAIF ( RESSPON HASIL)
SUMATIF (RESPON PERKEMBANGAN)
35
IMPLEMENTASI & EVALUASI Nama pasien :
Umur
:
Ruangan
No.Reg
:
:
Hari/ tanggal :
Hari Perawatan ke :
DIAGNOSA KEP. & PENGKAJIAN
IMPLEMENTASI
UALNG (SOAP)
(Waktu & tindakkan)
EVALUASI
FORMAIF ( RESSPON HASIL)
SUMATIF (RESPON PERKEMBANGAN)
36
IMPLEMENTASI & EVALUASI Nama pasien :
Umur
:
Ruangan
No.Reg
:
:
Hari/ tanggal :
Hari Perawatan ke :
DIAGNOSA KEP. & PENGKAJIAN
IMPLEMENTASI
UALNG (SOAP)
(Waktu & tindakkan)
EVALUASI
FORMAIF ( RESSPON HASIL)
SUMATIF (RESPON PERKEMBANGAN)
37