1
GAMBARAN KEBUTUHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERKAIT ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2012 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH :
IRDA SEPTIANI NIM : 108101000030
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Januari 2013
Irda Septiani
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI Skripsi, Januari 2013 Irda Septiani, NIM : 108101000030 GAMBARAN KEBUTUHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERKAIT ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2012 xvi + 126 halaman, 17 tabel, 2 bagan, 11 lampiran ABSTRAK Latar Belakang: Masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan (51,2%) sementara sudah dilaksanakan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh bidan merupakan salah satu petunjuk pemberian pengetahuan masih perlu ditingkatkan. Dari masalah tersebut, dilakukanlah penelitian untuk menilai kebutuhan pengetahuan ibu hamil yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil atau tidak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif. Metode: Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain cross sectional dengan didukung data kualitatif untuk menjelaskan hasil penelitian. Penilaian kebutuhan pengetahuan dengan normative needs berdasarkan standar materi pengetahuan Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997). Dianggap terdapat kebutuhan jika presentase penguasaan materi pengetahuan responden <56% dari standar materi. Hasil: Presentase pengetahuan ibu hamil: ASI saja enam bulan [pengertian ASI eksklusif (96.9%); penangangan bayi sakit (29.2%); pemberian MP-ASI (79.3%)]; penjelasan pentingnya ASI [waktu diberikannya ASI (47.9%), manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi (67.4%), manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan (46.9%), mafaat ASI bagi ibu untuk KB (66.8%), mitos perubahan bentuk payudara (30.2%) dan akibat pemberian dot (72,9%)]; IMD [pengertian IMD (80.2%)]; Kolostrum [pengertian kolostrum (39.6%), mitos kolostrum harus dibuang (69.8%), manfaat kolostrum (76.0%) ]; Rawat gabung [pengertian rawat gabung (45.8%)]; Tidak diberi susu formula [bahaya susu formula untuk bayi (58.3%), penanganan ibu yang belum keluar ASI (10.4%)]; Perawatan puting susu [cara membersihkan payudara (91.7%) dan bahaya penggunaan sabun dan alkohol (44.8%)]; Cara mengatasi kesulitan menyusui [penanganan masalah radang payudara dan puting lecet (39.6%) dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja (46.9%)]. Simpulan: Materi yang masih dibutuhkan: ASI saja enam bulan (penangangan bayi sakit); Penjelasan pentingnya ASI (waktu diberikannya ASI, manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan) dan mitos perubahan bentuk payudara); Kolostrum (pengertian kolostrum); Rawat gabung [pengertian rawat gabung); Tidak diberi susu formula (penanganan ibu yang belum keluar ASI); Perawatan puting susu (bahaya penggunaan sabun dan alkohol); Cara mengatasi kesulitan menyusui (penanganan masalah radang payudara dan puting lecet dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja).
Daftar Bacaan : 62 (1980-2012) Kata Kunci : ASI eksklusif, Kebutuhan Pengetahuan, Pemberian Pengetahuan
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY SPECIALISATION NUTRITION Thesis, January 2013 Irda Septiani, NIM : 108101000030 DESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE NEEDS IN PREGNANT WOMEN RELATED BREASTFEEDING IN PESANGGRAHAN COMMUNITY HEALTH CENTERS SOUTH JAKARTA 2012 xvi + 126 page, 17 table, 2 chart, 11 attachment ABSTRACT Background: The low coverage rate of exclusive breastfeeding at Pesanggrahan district community health centers (51.2%) while giving knowledge related exclusive breastfeeding has been held by midwives, is the guide that giving knowledge shouldt be increased. Based of that problem, implemented a study to assess the need knowledge of pregnant women who intended to know whether the knowledge that has been done is there some needs or not. Objective: This study aims to reveal the knowledge and knowledge needs of pregnant woman related exclusive breastfeeding. Methods: Reaserch used a quantitative approach with cross-sectional design and supported by a qualitative approach data to explain the result. Assessment knowledge needs using normative needs based on standard materials knowledge Ministry of Helath (2010b) and Soetjiningsih (1997). Considered the need if the percentage of mastery of the material knowledge is < 56% from material standard. Results: the percentage of mastery of the material knowledge: Six months only breast milk [definition of exclusive breastfeeding (96.9%) of handling ill infants (29.2%), giving the MP-ASI (79.3%)]; explanation of the importance of breastfeeding [time given breast milk (47.9%), the benefits of breast milk for the nutritional needs of infants (67.4%), the benefits of breastfeeding for mothers to lose weight (46.9%), mafaat breastfeeding for mothers for family planning (66.8%), the myth of change in breast shape (30.2%) and due to the provision of dot (72.9%)]; IMD [understanding IMD (80.2%)]; colostrum [sense colostrum (39.6%), the myth of colostrum should be discarded (69.8%), the benefits of colostrum (76.0%)]; Rawat join [rooming understanding (45.8%)]; Not given milk formula [danger of formula milk for infants (58.3%), handling breastfeeding mothers who have not come out (10.4%)]; Nursing nipples [how to clean breast (91.7%) and the dangers of the use of soap and alcohol (44.8%)]; way to overcome breastfeeding difficulties [handling of inflammatory breast and nipple abrasions (39.6%) and management of breastfeeding when mothers work (46.9%)] Conclusion: The material are still needed: only breastfeeding six months [handling ill infants]; Explanation of the importance of breastfeeding [time given breast milk , the benefits of breastfeeding for mothers to lose weight and the myth of change in breast shape]; Colostrum [the meaning of colostrum ]; Rooming in [the meaning of rooming in]; Not given milk formula [maternal treatment that has not come out milk]; nipples care [dangers of using soap and alcohol]; way to overcome breastfeeding difficulties [handling of inflammatory breast and nipple abrasions and management of breastfeeding when mothers work]. Reading List : 62 (1980-2012) Keyword : Exclusive breastfeeding, Knowledge Needs, Giving Knowledge
iii
PERTANYAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi GAMBARAN KEBUTUHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERKAIT ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2012
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim pembimbing dan penguji skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta,
Januari 2013
Mengetahui,
Ir. Febrianti, M.Si Pembimbing I
Dr. H. Arif Sumantri, SKM.,M.Kes Pembimbing II
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, Januari 2013 Mengetahui,
Penguji I
Yuli Amran, MKM Penguji II
Drs.M.Farid Hamzens, M.Si Penguji III
Hj. Farihah Sulasiah, MKM
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Irda Septiani
Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 25 September 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Kawin
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: JL.Lapangan Bola No:02 Kel.Srengseng Jkt-Brt
No.Telp
: 08568165624
Email
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.
TK.Islam Parkit Jakarta
(1994-1996)
2.
SDN 01 PG Jakarta
(1996-2002)
3.
SMPN 229 Jakarta
(2002-2005)
4.
SMAN 101 Jakarta
(2005-2008)
5.
S-1 Kesehatan Masyarakat
(2008-Sekarang)
Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya, laporan penelitian skripsi yang berjudul “Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa dihanturkan kepada baginda kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman penuh cahaya. Penyusunan laporan penelitian skripsi ini merupakan salah satu upaya dari mahasiswa untuk memenuhi kewajibannya sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Laporan penelitian skripsi ini tidak dapat dipungkiri dalam penyelesaiaannya melibatkan beberapa pihak yang mana telah membantu, menemani serta membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Ir.Febrianti, M.Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai dosen pembimbing 1 yang telah banyak membantu penulis dari mulai awal skripsi sampai akhir penyusunan skripsi.
3.
Ibu Minsarnawati, SKM., M.Kes selaku penanggung jawab skripsi
vii
4.
Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 sekaligus dosen penasehat akademik yang telah banyak membantu penulis dan memberikan arahan mulai awal skripsi sampai akhir penyusunan skripsi.
5.
Ibu Rissanti Amd.Keb dan Ibu Duriah Amd.Keb yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian skripsi
6.
Ibu-Ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang telah mau membantu penelitian skripsi
7.
Bapak Gazali yang telah membantu dalam pembuatan surat perizinan penelitian
8.
Keluargaku atas dukungan, kasih sayang dan doa yang tak henti-henti diberikan
9.
Ayu Dwi Lestari, Ayu Punarsih, Avianing Kemala Ulfa dan Titah Wulandari yang telah menemani dan saling menyemangati dalam penyelesaian laporan penelitian skripsi ini
10. Teman-teman Gizi dan K3 angkatan 2008 11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan penelitian skripsi ini, sehingga diharapkan penulis mendapat kritik dan saran yang membangun agar laporan ini nantinya dapat tersusun secara lebih baik lagi. Semoga terselesaikannya laporan penelitian skripsi ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada topik ASI eksklusif serta dapat digunakan juga sebagai sumber informasi bagi pembaca kalangan umum. Jakarta, Januari 2013 Penulis viii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................
i
ABSTRAK ........................................................................................................
ii
ABSTRACT . .....................................................................................................
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP . .......................................................................
vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................
vii
DAFTAR ISI......................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xii
DAFTAR BAGAN.............................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
7
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................
7
D. Tujuan Penelitian ........................................................................
7
E. Manfaat Penelitian ......................................................................
8
F. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1.
Pengertian ..................... .......................................................
10
2.
Manfaat ................................................................................
10
ix
B. Pengetahuan 1.
Pengertian ............................................................... .............
14
2.
Sumber Pengetahuan .............................................. .............
15
3.
Pengetahuan ASI Eksklusif .................................................
15
4.
Kebutuhan Pengetahuan . .....................................................
35
5.
Pemberian Pengetahuan . .....................................................
36
C. Need Assessment Dalam Penentuan Kebutuhan Pengetahuan ...
46
D. Kerangka Teori . ..........................................................................
47
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep ........................... ............................................
49
B. Definisi Operasional . ..................................................................
51
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB V
A. Jenis Penelitian ............................................................................
52
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian .....................................................
52
C. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................
53
1. Populasi Penelitian .................................................................
53
2. Sampel Penelitian ............................ ......................................
53
D. Instrumen Penelitian........................ ............................................
55
E. Pengumpulan Data.......................................................................
56
1. Kuesioner ............................................................................. ..
56
2. Wawancara ................................................................... .........
60
3. Participant Observation ........................................................
61
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data .......................................
61
1. Pengolahan Data .....................................................................
61
2. Analisis Data ..........................................................................
62
HASIL A. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ............
x
64
B. Gambaran Umum Pemberian Pengetahuan Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. ............................................................ 1. Gambaran
Pelaksanaan
Pemberian
Pengetahuan
67
Di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 ...............
67
2. Gambaran Materi Pemberian Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif ................................................................................
71
C. Analisis Univariat. ........................................................................
77
1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil . ......................................
77
2. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif ....
80
3. Gambaran Kesenjangan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Standar Pengetahuan Yang Seharusnya Dimiliki Terkait ASI Eksklusif ............................................................
88
4. Gambaran Sumber Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil . ..............................................................................
90
BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian. ...............................................................
95
B. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif ......................................................................................
95
1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil .......................................
95
2. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu hamil Terkait ASI Eksklusif ................................................................................
97
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ......................................................................................
123
B. Saran ............................................................................................
126
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional ..........................................................................
52
Tabel 5.1 Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Berdasarkan Kelurahan, Luas Kelurahan, Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) Tahun 2011. ...............................................................
66
Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Karakteristik Bidan Berdasarkan Usia, Pendidikan, dan Lama Bekerja Sebagai Bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012. .............................................
68
Tabel 5.3 Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Materi Pemberian Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Oleh Bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 . ............................................
73
Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Usia, Usia Kehamilan, Jumlah Anak, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012........................
79
Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi ASI Saja Enam Bulan Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) .................................................................................................
82
Tabel 5.6 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Penjelasan Pentingnya ASI Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ........................................................................................
83
Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Skin to Skin Contact (IMD) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ........................................................................................
84
Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kolostrum Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ............
84
Tabel 5.9 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Rawat Gabung Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) .
85
Tabel 5.10 Gambaran Pengetahuan Terkait Tidak Diberi Susu Formula Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) .................................................................................................
86
xii
Tabel 5.11 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Perawatan Puting Susu Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ........................................................................................
87
Tabel 5.12 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kesulitan Dalam Menyusui Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ........................................................................................
87
Tabel 5.13 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Cara Menyusui yang Baik Pada Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ........................................................................................
88
Tabel 5.14 Hasil Kesenjangan (Gap) Antara Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Standar Materi Terkait ASI Eksklusif Oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997) (n=96) .......................................................
89
Tabel 5.15 Hasil Pernah/Tidak Pernah Mendengar Materi Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ............................................................................
91
Tabel 5.16 Hasil Sumber Pengetahuan Dari Materi Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 .....
94
xiii
DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ..................................................................
48
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...............................................................
50
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
................................................................. Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 2
................................................................. Kuesioner Penelitian
LAMPIRAN 3
................................................................. Uji Validitas dan Reliabilitas
LAMPIRAN 4
................................................................. Pedoman Indepth Interview
LAMPIRAN 5
................................................................. Pedoman Observasi
LAMPIRAN 6
................................................................. Struktur Organisasi Puskesmas
LAMPIRAN 7
................................................................. Dokumentasi Alat Peraga
LAMPIRAN 8
................................................................. Hasil Observasi
LAMPIRAN 9
. ................................................................ Matrik Wawancara
LAMPIRAN 10 . ................................................................. Hasil Univariat LAMPIRAN 11 . ................................................................. Leaflet ASI Eksklusif
xv
DAFTAR SINGKATAN
ASI
Air Susu Ibu
WHO
World Health Organisation
RISKESDAS
Riset Kesehatan Dasar
KIE
Komunikasi Informasi Edukasi
IMD
Inisiasi Menyusu Dini
UNICEF
United Nations Children’s Fund
WABA
World Alliance for Breastfeeding Action
KIA
Kesehatan Ibu dan Anak
KB
Keluarga Berencana
LKMM
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
IBI
Ikatan Bidan Indonesia
KI
Kesehatan Ibu
BOK
Bantuan Operasional Kesehatan
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu (ASI) dirancang sedemikian rupa oleh ALLAH SWT untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi sejak lahir hingga enam bulan pertama yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup bayi, oleh karena itu, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dibandingkan dengan makanan/minuman olahan manusia (Kemenkes R.I, 2009). Dari pentingnya ASI tersebut bagi bayinya, tentu setiap ibu diwajibkan untuk menyusui bayinya. Dilihat dari islam sendiri, kewajiban ibu untuk menyusui bayinya juga tercantum jelas dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 223: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan... (QS: Al-Baqarah [2]: 233) Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Pemerintah menetapkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan ini mengacu pada yang direkomendasikan oleh WHO, dan penetapan ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh dunia. Penetapan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan yang direkomendasikan oleh WHO ini tidak sembarangan karena berdasarkan pada bukti-bukti ilmiah dari
2
hasil penelitian yang menyatakan bahwa banyak sekali keuntungan yang didapat apabila bayi diberikan ASI eksklusif selama enam bulan. Salah satu penelitian yang digunakan WHO untuk merekomendasikan pemberian ASI eksklusif ini selama enam bulan adalah penelitian dari MS. Kramar (2009). Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta dapat pula menunda periode menstruasi. Manfaat lain yang dapat dirasakan dari pemberian ASI eksklusif selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak ada efek samping pada pertumbuhan bayi (WHO, 2011). Sungguh ironis, dari banyaknya keuntungan ASI eksklusif ini bagi bayi dan ibu dan sudah diciptakannya ASI ini oleh ALLAH SWT secara alamiah, masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari data cakupan ASI eksklusif di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2010) yang menyebutkan bahwa cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih sebesar 15,3%. Angka tersebut masih sangat jauh dari target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 80%. Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketidakberhasilan ibu dalam menyusui, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Foo et al, (2005) di Singapura menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian dari Foo, et al (2005) ini juga senada dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fika dan Syafiq (2009) di sebuah Puskesmas di Jakarta Selatan, menyebutkan pula bahwa pengetahuan ibu
3
yang baik merupakan faktor penting dalam terwujudnya perilaku pemberian ASI eksklusif. Untuk mengantisipasi kurangnya pengetahuan pada ibu terkait ASI eksklusif, sebenarnya pemerintah sudah mencanangkan untuk melaksanakan pemberian pengetahuan dalam bentuk KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mulai dari awal kehamilan pada saat pelayanan antenatal sampai dengan saat kelahiran. Hal ini sebenarnya tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 terkait ASI eksklusif pada bagian keempat yang menyebutkan bahwa setiap fasilitas kesehatan haruslah memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil. Pentingnya persiapan pengetahuan pada saat kehamilan dinilai oleh Fika dan Syafiq (2009) adalah karena menyusui tidak begitu saja terjadi secara alamiah, pengetahuan ibu terkait ASI eksklusif diharapkan dapat membantu mempersiapkan ibu dalam menyusui jauh sebelum proses kelahiran terjadi, yaitu melalui pemberian pengetahuan pada saat pelayanan antenatal. Hal tersebut diperkuat pula oleh Pratiwi (2009) yang mengatakan bahwa setidaknya ibu hamil yang mengikuti dua kali kelas antenatal dan diberikan pengetahuan mengenai keuntungan ASI eksklusif dan bagaimana cara sukses menyusui saat kelahiran dapat membantu mempersiapkan pengetahuan ibu hamil tersebut mengenai menyusui. Studi lain yang dilakukan di Rumah Sakit Singapura oleh Su, et al (2007) juga mengungkapkan ada hubungan antara pendidikan tentang menyusui pada saat antenatal dan dukungan untuk menyusui bayinya setelah melahirkan dengan meningkatnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
4
Dari beberapa hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa, mempersiapkan pengetahuan ibu selama hamil melalui pemberian pengetahuan oleh petugas kesehatan sangat penting. Upaya Pemerintah dalam hal ini Kemenkes R.I tahun 2010 merekomendasikan beberapa materi pengetahuan yang seharusnya diberikan kepada ibu hamil terkait ASI eksklusif. Materi-materi tersebut adalah ASI saja enam bulan; penjelasan pentingnya ASI; skin to skin contact untuk IMD; kolostrum; rawat gabung; tidak diberi susu formula; perawatan puting susu dan keinginan untuk menyusui. Materi lain yang seharusnya diberikan kepada ibu hamil menurut rekomendasi Soetjiningsih (1997) selain yang telah ditetapkan oleh Kemenkes R.I adalah bagaimana cara menyusui yang baik dan cara mengatasi kesulitan dalam menyusui. Pada setiap fasilitas kesehatan, materi-materi tersebut seharusnya diberikan oleh petugas kesehatan yang bertugas di pelayanan antenatal supaya pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif dapat meningkat. Salah satu dari fasilitas kesehatan yang dimaksud diantaranya adalah Puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang berada ditengah-tengah masyarakat sehingga mudah diakses oleh masyarakat, oleh sebab itulah puskesmas disebut sebagai lini terdepan dalam menangani masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Dari pentingnya peranan Puskesmas di tengah-tengah masyarakat, membuat penelitian ini mengambil lokasi di sebuah puskesmas, tepatnya di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Penentuan wilayah Puskesmas didasarkan pada masih belum tercapainya angka cakupan eksklusif dari target nasional (80%) dan dibandingkan dengan wilayah Puskesmas lain, wilayah tersebut dapat dikatakan sudah relatif cukup tinggi sehingga
5
diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan agar wilayah ini menjadi contoh bagi wilayah lain. Wilayah Jakarta Selatan berdasarkan pada data profil Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2009, merupakan salah satu wilayah yang angka cakupan ASI eksklusifnya masih dibawah target nasional (80%) yaitu sebesar 46% dan sudah relatif cukup tinggi dibandingkan dengan wilayah lain seperti di wilayah Jakarta barat (24%), Jakarta Timur (24%), Jakarta Pusat (30%) dan sama pada wilayah Kep. Seribu (46%), tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan wilayah Jakarta Utara (60%). Jika dilihat, walaupun wilayah Jakarta Utara memiliki angka cakupan ASI eksklusif yang lebih tinggi dan wilayah Kep. Seribu memiliki angka cakupan eksklusif yang sama dengan Jakarta Selatan, peneliti memilih wilayah Jakarta Selatan karena memiliki kepadatan penduduk lebih tinggi dibandingkan dengan Jakarta Utara dan Kep.Seribu. Wilayah Jakarta Selatan memiliki kepadatan penduduk 15.287 Km², sedangkan Jakarta Utara dan Kep. Seribu masing-masing memiliki kepadatan penduduk sebesar 10.035 Km² dan 2.251 Km². Alasan kepadatan penduduk yang tinggi dijadikan sebagai dasar penentuan lokasi penelitian adalah karena dalam suatu wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, puskesmas yang berada pada wilayah tersebut dalam hal ini pasti lebih banyak melayani masyarakat dan beban kerja Puskesmasnya tentu akan lebih berat dibandingkan dengan wilayah dengan kepadatan penduduk yang tidak terlalu tinggi sehingga tentu akan lebih menarik dan lebih bermanfaat jika dilakukan penelitian di wilayah Jakarta Selatan.
6
Pada sepuluh Puskesmas yang berada di wilayah Jakarta Selatan, didapatkan data bahwa pada salah satu Puskesmas yaitu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, berdasarkan laporan tahunan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan tahun 2011, cakupan ASI eksklusifnya masih dibawah target nasional (80%) yaitu dengan presentase sebesar 51,2 %, padahal pada Puskesmas tersebut sebenarnya pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif telah diberikan. Angka cakupan tersebut memang dapat dikatakan sudah relatif cukup tinggi dibandingkan dengan puskesmas lain seperti Puskesmas Mampang Prapatan (0%), Kebayoran Lama (13,4%), Tebet (29,8%), Jagakarsa (37,1%) dan Pancoran (51%) serta lebih rendah dibandingkan dengan puskesmas lain seperti Puskesmas Cilandak (52%), Kebayoran Baru (52,6%), Pasar Minggu (68,4%), dan Setiabudi (107,6%). Dari data angka cakupan di atas, Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan memiliki angka cakupan ASI eksklusif yang berada pada posisi tidak terlalu baik dan tidak terlalu buruk dibandingkan dengan puskesmas lain, pemilihan didasarkan pada kondusifnya Puskesmas berdasarkan informasi yang didapatkan dari Suku Dinas Jakarta Selatan, sehingga penelitian ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar. Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ini didapati bahwa sebenarnya pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif sudah diberikan oleh bidan, namun didapati cakupan ASI eksklusif di Puskesmas tersebut masih dibawah target nasional yaitu sebesar 51,2%. Masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif merupakan salah satu petunjuk pemberian pengetahuan di Puskesmas ini masih perlu ditingkatkan. Dari masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penilaian kebutuhan pengetahuan kepada ibu hamil yang dimaksudkan untuk mengetahui
7
apakah pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil atau tidak, oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul gambaran kebutuhan pengetahuan yang ada pada ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012. B. Rumusan Masalah Masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan (51,2%) sementara sudah dilaksanakan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh bidan disana merupakan salah satu petunjuk pemberian pengetahuan masih perlu ditingkatkan. Dari masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penilaian kebutuhan pengetahuan kepada ibu hamil, sehingga mengambil judul gambaran kebutuhan pengetahuan yang ada pada ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012. C. Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012? D. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Diketahuinya gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012.
8
b. Diketahuinya gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012. E. Manfaat Penelitian 1. Peneliti Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat pada saat perkuliahan sehubungan dengan penelitian mengenai gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012. 2. Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis kebutuhan pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil. 3. FKIK UIN Syarif Hidayatullah Memberikan tambahan pustaka yang dapat menunjang ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan mahasiswa terkait ASI eksklusif. 4. Bagi Puskesmas Membantu Puskesmas dalam menganalisa kebutuhan pengetahuan pada ibu hamil terkait ASI eksklusif, dengan demikian diharapkan bidan dapat mengevaluasi pemberian pengetahuan yang sudah dilaksanakan. 5. Bagi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Memberikan gambaran kebutuhan pengetahuan pada ibu hamil pada salah satu wilayah kerja Puskesmasnya yaitu adalah Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
9
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal pada bulan September di Poli Klinik Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Lokasi penelitian bertempat di Poliklinik Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dan waktu penelitian dalam rentang waktu bulan Mei 2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif (51,2%) sementara pemberian pengetahuan sudah diberikan menandakan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif masih perlu ditingkatkan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penilaian kebutuhan pengetahuan terkait ASI eksklusif yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil yang ada atau tidak. Dari masalah tersebut menjadikan judul penelitian ini adalah gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012. Analisis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain penelitian cross sectional. Penelitian diperkuat pula dengan data yang diambil menggunakan pendekatan kualitatif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. 2. Manfaat Menurut Roesli (2000), manfaat ASI ekslusif bagi bayi dan ibu adalah sebagai berikut: a. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Bayi 1) ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.
11
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau lebih kelenjar ASI susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya. Komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar dari hari ke-4/ke-7 sampai hari ke 10/ke-14 setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 (ASI matang). 2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, parasit dan jamur. Dari hasil penelitian Ms.Kramar (2009), didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi selain itu, pemberian ASI eksklusif
12
selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta efek samping pada pertumbuhan bayi (WHO, 2011). 3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Kesempatan ini hendaknya dapat dimafaatkan sebaikbaiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal. Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia enam bulan, akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi diantaranya adalah : a) Taurin Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. (Kemenkes R.I, 2005) b) Laktosa Merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi (Kemenkes R.I, 2005).
13
c) DHA, AA, Omega 3, Omega 6 Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi. Hasil penelitian dr.Lucas (1993) terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Penelitian dr. Riva (1997) ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI ekslusif, ketika berusia 9,5 tahun tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI ekslusif. d) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik. b. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu Selain bermanfaat untuk bayi, ASI eksklusif juga dapat bermanfaat bagi ibu. Berikut ini manfaat ASI eksklusif bagi ibu:
14
1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan Apabila kemungkinan
bayi
disusui
terjadinya
segera
setelah
dilahirkan,
maka
perdarahan
setelah
melahirkan
akan
berkurang. Hal tersebut karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. 2) Menjarangkan kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% kehamilan tidak akan terjadi sampai pada enam bulan pertama setelah melahirkan dan tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan. 3) Mengurangi kemungkinan menderita kanker, seperti kanker payudara dan kanker indung telur Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai dua tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang sampai 20-25%. B. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang
15
merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). 2. Sumber Pengetahuan Menurut Hartono (2010), sumber untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu : (a) perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat), (b) perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (petugas kesehatan), (c) nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (media massa, dan media elektronik) serta (d) nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (iklan, brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan) 3. Pengetahuan ASI Eksklusif Pengetahuan ASI eksklusif dapat pula dipengaruhi oleh usia, pengalaman memiliki anak sebelumnya, pendidikan, dan pekerjaan. Menurut Yustifa dalam Widayati dan Maryatun (2012) bahwa Pada usia 21 tahun, seseorang sudah memiliki ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan pribadi yang erat hubungannya dengan matangnya dalam mengambil setiap keputusan. Pada faktor pengalaman memiliki anak sebelumnya, dijelaskan oleh Roesli (2000), hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ASI eksklusif. Selain itu, pada faktor pendidikan, menurut Kasnodiharjo, et.al (1994), semakin tinggi strata pendidikan seseorang, pengetahuan yang didapatnya mengenai ASIpun akan semakin bertambah. Pada faktor terakhir yang
16
terbukti dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pekerjaan. Ibu rumah tangga dipandang mempunyai banyak waktu yang luang, hal tersebut tentu dapat membuat ibu bisa mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari berbagai media, antara lain: televisi, radio, surat kabar (Kurniati dalam Widayati dan Maryatun, 2012). Dalam perilaku pemberian ASI eksklusif, pengetahuan terkait ASI eksklusif memegang peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku kesehatan. Sebenarnya pengetahuan tersebut dapat ditingkatkan salah satunya dengan adanya dukungan pemberian pengetahuan dari petugas kesehatan sejak dari awal kehamilan (Nusatya, 1981). Menurut Kemenkes R.I (2010b), materi pengetahuan yang seharusnya diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa: 1) ASI Saja Enam Bulan; Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil karena menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh MS. Kramar (2009), banyak manfaat yang akan diperoleh, baik dari bayi maupun ibu apabila
17
bayi disusui secara eksklusif selama enam bulan tanpa tambahan apapun. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta dapat pula menunda periode menstruasi. Pemberian ASI eksklusif yang diberikan selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak ada efek samping pada pertumbuhan bayi. Sangat disayangkan apabila materi ini tidak dikuasai oleh ibu hamil, mengingat manfaatnya sangat besar dan menguntungkan, bukan hanya bagi bayi tetapi juga untuk ibu. Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi mengalami sakit (Pratiwi dan Purnawati, 2009). Menurut Newman (2009), jika bayi sakit, sebenarnya, ASI tidak perlu dihentikan, ASI justru perlu ditambah. Newman mengatakan bahwa pemberian ASI ketika bayi sakit justru dapat menenangkan bayi dan tidak berbahaya bagi bayi. Sakit yang hanya penyembuhannya hanya perlu ASI saja, diantaranya adalah diare dan muntah, infeksi pernafasan, dan sakit kuning, selain itu, menurut Tari (2012), demam juga termasuk dalam
18
sakit yang cukup dengan diberi ASI saja terlebih dahulu dalam penanganan pertama yang dapat dilakukan oleh ibu. 2) Penjelasan Pentingnya ASI; ASI mengandung zat gizi yang sesuai serta juga mengandung enzimenzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI juga memiliki perbandingan antara Whei dan Kasein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei yang lebih banyak dibandingkan kasein (65:35) menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap dan dimetabolisme (Kemenkes R.I, 2008). Jumlah ini diyakini mencukupi kebutuhan bayi selama enam bulan. Hal tersebut juga didukung berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra, et.al (2010), yang
juga
mengemukakan bahwa ASI merupakan nutrisi ideal yang dapat mencukupi dan mendukung pertumbuhan yang optimal dalam enam bulan pertama kehidupan bayi. Selama ini telah banyak beredar kabar di masyarakat mengenai memberikan ASI kepada bayi dapat membuat ibu menjadi gemuk. Menurut Arisman (2007), kabar tersebut sebenarnya tidak benar. Arisman memaparkan perangsangan puting susu oleh isapan bayi justru akan menambah sekresi oksitosin ke dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak penyebab “gendut”, kembali ke ukuran sebelum hamil. Pernyataan Arisman mendapat dukungan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dewey, et.al dalam Stube (2009). Dari hasil penelitian Dewey, didapatkan hasil,
19
perempuan dalam kelompok menyusui lebih dari satu tahun dapat kehilangan 4,4 lbs (1,99 kg) lebih banyak dari perempuan yang menyusui kurang dari 3 bulan, dan perbedaan berat ini bertahan pada dua tahun setelah melahirkan (P<.05). Selain itu, menurut Siregar (2004), salah satu faktor menyebabkan ASI Eksklusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia adalah ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang. Padahal, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rinker, et.al (2008), menyusui tidak mempengaruhi bentuk payudara. Sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah bentuk payudara, tetapi proses kehamilanlah yang menyebabkan perubahan tersebut. Kehamilan menyebabkan dikeluarkannya hormonhormon dan menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara (Danuatmaja dan Meliasari, 2003). Hal lain yang menyebabkan masalah menyusui yang sering terjadi di masyarakat adalah ibu menggunakan jam dalam menyusui dengan bayinya. Menurut Newman (2009) perlu dipahami oleh ibu bahwa bayi tidak selalu sedang menyusu saat bayi melakukan gerakan menghisap pada
payudara
(mengempeng).
Bayi
mungkin
saja
sedang
“mengempeng” tapi tidak sedang minum dan oleh karena itu bayi tidak mendapatkan cukup lemak sehingga bayi kurang mendapatkan kalori, dan menjadi lebih sering menyusu walau dia sedang menghisap payudara. Hal tersebut menyebabkan ibu tidak dapat menentukan jadwal
20
pemberian ASI kepada bayi dan mengharuskan ibu untuk menyusui bayinya sesuai dengan keinginan bayinya. 3) Skin to skin contact Inisiasi Menyusu Dini (IMD); Menurut Kemenkes R.I (2008), IMD mulai diperkenalkan kembali ke seluruh dunia melalui tema peringatan Pekan ASI sedunia tahun 2007. WHO/UNICEF merekomendasikan IMD sebagai tindakan yang “life saving (menyelamatkan jiwa)”. World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan satu juta bayi dapat diselamatkan setiap tahun jika disusui pada satu jam pertama kelahirannya dan diberikan ASI eksklusif sampai enam bulan. Menyusui segera dalam satu jam pertama setelah melahirkan akan sangat membantu daya tahan anak. Inisiasi Menyusu Dini (Early Initiation) merupakan kesempatan bayi untuk mulai menyusu sendiri segera setelah lahir/dini dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya (skin-to-skin contact), setidaknya satu jam atau sampai menyusu pertama selesai. Banyak sekali manfaat yang dapat diberikan apabila ibu melakukan IMD kepada bayinya. Salah satu manfaat dari IMD dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq dalam Roesli (2008) menyebutkan bahwa dengan memberikan IMD, kesempatan untuk berhasil dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya kelak adalah delapan kali lebih berhasil dibandingkan dengan ibu yang tidak memberikan IMD.
21
Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa manfaat lain IMD adalah dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Inisiasi Menyusu dini dapat menyelamatkan jiwa bayi karena dua faktor : a) Skin-to-skin contact (kulit dada ibu dan kulit dada bayi bersentuhan) akan memberikan kehangatan dan perlindungan pada bayi. b) Kolostrum (ASI yang pertama keluar) merupakan imunisasi pertama bagi bayi yang mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang tidak dapat tergantikan (Kemenkes R.I, 2010a) Sedangkan menurut Kemenkes R.I (2005), IMD penting dikarenakan : a) Pada saat itu refleks menghisap bayi kuat sekali, refleks hisap tersebut akan merangsang pengeluaran ASI b) Hisapan mulut pada puting dan daerah hitam sekitarnya akan merangsang kontraksi otot kandungan dan hal ini akan mengurangi perdarahan pada waktu persalinan. Lebih dari sepertiga kematian ibu bersalin adalah akibat perdarahan. 4) Kolostrum; Kolostrum sangat penting diberikan kepada bayi yang baru lahir, hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan. Berikut ini manfaat kolostrum menurut Kemenkes R.I (2005) : a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Imunoglobulin A untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
22
b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu tinja (faeces) atau kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. e) Mencegah alergi 5) Rawat gabung; Menurut Soetjiningsih (1997), rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Tujuan dilakukannya rawat gabung ini pada pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia adalah : a) Bantuan Emosional b) Produksi ASI Dari pertimbangan bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, maka pemberian ASI kepada bayi merupakan sesuatu yang amat penting. Pada hari-hari pertama ASI yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tetapi hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi masih sedikit. ASI perlu dirangsang sesegera mungkin setelah kelahiran, disinilah peran
23
rawat gabung dalam memudahkan ibu dalam
memberikan ASI
kepada bayinya sesegera mungkin. Pentingnya pemberian ASI sesegera mungkin adalah karena dapat merangsang produksi ASI pada hari-hari berikutnya sehingga ibu tentunya tidak akan mengalami kesulitan dalam menyusui selanjutnya. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Arasta (2010) yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan pelaksanan rawat gabung dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Adanya rawat gabung, proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya akan segera terjalin. Makin sering ibu melakukan kontak fisik langsung dengan bayi akan membantu memperlancar produksi ASI. Hal tersebut tentu menguntungkan ibu untuk melakukan ASI eksklusif karena salah satu kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah ASI tidak keluar (Soetjiningsih, 1997). c) Pencegahan Infeksi Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi silang dapat dihindari. Dari pentingnya rawat gabung tersebut yang sudah diungkapkan sebelumnya, tentu penyuluhan mengenai rawat gabung ini sangat penting dikuasai oleh ibu hamil supaya sebelum melahirkan, ibu tersebut
memahami
mengenai
pelaksanaan
rawat
gabung
dan
24
manfaatnya, sehingga dapat memberi inisiatif kepada ibu, dalam memilih tempat bersalin yang sudah dilengkapi dengan rawat gabung, mengingat belum semua Puskesmas, khususnya di DKI Jakarta melaksanakan rawat gabung (Pratiwi, 2010). 6) Bahaya Susu formula; Ibu-ibu yang memilih untuk memberikan ASI eksklusif merupakan langkah yang tepat. Hal ini dikarenakan ASI memiliki banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan susu formula. Menurut Hegar (2009), salah satu hal positif yang dapat ditimbulkan dengan pemberian ASI eksklusif adalah peningkatan kadar SIgA. Peningkatan kadar SIgA berkorelasi dengan peningkatan sistem pertahanan saluran cerna terhadap infeksi, sedangkan mukus yang melapisi permukaan saluran cerna berfungsi sebagai barrier agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke aliran darah. Hal negatif lain yang dapat dirasakan oleh bayi dan ibu dengan pemberian susu formula menurut Kemenkes R.I (2002) dan (2005), adalah sebagai berikut: a) Pencemaran sangat tinggi, sehingga bayi mudah terserang infeksi: misalnya diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, dsb. b) Bayi tidak memperoleh zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan secara optimal. c) Bayi tidak memperoleh kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terserang penyakit.
25
d) Kemungkinan terjadinya kekeliruan pengenceran sangat tinggi, sehingga berisiko untuk diare. e) Perlu biaya mahal untuk membeli susu dan perlengkapan lainnya. f)
Terjadi bingung puting. Terjadi bingung puting dimana pada waktu diberi payudara ibunya, pada susu botol, air susu akan turun sendiri karena gravitasi bumi, sedang pada menyusu, bayi harus menghisap payudara, baru ASI keluar. Hal ini akan membuat bayi menjadi bingung
dan
akhirnya
frustasi
dan
menangis,
sehingga
menyebabkan ibu bingung dan pusing. Menurut Siregar (2004), salah satu faktor penyebab ASI eksklusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia adalah iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi. Hal tersebut menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan tersebut lebih baik dari ASI. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui dapat menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula). Keadaan tersebut diperparah dengan keadaan dimana ASI ibu tidak bisa keluar, tentu ibu lebih memilih susu formula ketimbang ASI eksklusif. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Li (2008) dan Afifah (2007), salah satu kegagalan yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif adalah karena ASI tidak keluar dan digantikan dengan susu formula.
26
ASI yang belum keluar bisa disebabkan karena: Saluran susu tersumbat; Kecemasan dan kelelahan Ibu; Merokok dan obat-obatan; Ibu yang sedikit minum; Diit ibu yang jelek (Soetjiningsih, 1997) Melihat dari fakta yang telah dijabarkan dari hasil penelitian di atas, tentu materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil agar ibu tidak memberikan susu formula nantinya kepada bayinya kelak. 7) Perawatan puting susu; Memberikan ASI eksklusif pada bayinya merupakan impian bagi banyak ibu, tetapi beberapa ibu mengalami kendala seperti rasa sakit saat menyusui serta terjadi pembengkakan ataupun produksi ASI yang tidak lancar. Hal-hal seperti ini tentu saja dapat dihindari apabila ibu melakukan persiapan dengan melakukan perawatan puting susu sebelum melahirkan. Menurut Soetjiningsih (1997), perawatan puting yang bisa dimulai pada trimester awal kehamilan adalah dengan melakukan pemeriksaan apakah ada kelainan seperti tumor, kista, atau kelainan bentuk puting, selain itu permukaan dan warna juga merupakan suatu pemeriksaan yang harus dilakukan pada trimester awal. Permukaan yang terdapat luka dan sisik merupakan suatu kelainan yang perlu diantisipasi, sedangkan pada warna, apabila warna puting tidak sama dengan kalang payudara, maka patut dicurigai puting mengalami suatu kelainan. Selama bulan terakhir kehamilan, beberapa tetes kolostrum mungkin dapat diperah keluar dari puting. Ibu dapat membersihkan
27
puting dari kerak kolostrum yang mengering tersebut (Farrer, 2001). Menurut kaderkanie (2011), membersihkan puting susu dapat dilakukan dengan menghindari penggunaan sabun atau alkohol di area puting karena akan membuatnya kering, iritasi atau lecet. Bersihkanlah dengan air hangat, gunakan baby oil untuk mengompres sampai daerah sekitar puting susu dengan warna lebih gelap selama 2-3 menit. Ini berguna untuk membersihkan kerak atau kotoran yang menempel sehingga lebih mudah untuk dibersihkan, setelah selesai, lap payudara dengan handuk agar tidak lembab. Menggunakan BH yang bersih dan mengganti BH setiap hari serta tidak menaruh uang/kalung pada BH, juga termasuk dalam cara untuk menjaga kebersihan puting (Kemenkes R.I, 2002). Pada trimester akhir, selain menjaga kebersihan puting susu, dapat dilakukan pengurutan dengan meletakkan telunjuk dan ibu jari pada dasar puting susu selama 10 detik. Hal tersebut dilakukan apabila bentuk puting datar atau masuk ke dalam. Tujuan dari pengurutan adalah untuk mendorong puting lebih menonjol, lakukanlah sekurang-kurangnya 2 kali dengan menggunakan minyak zaitun atau baby oil yang berfungsi melicinkan sehingga bisa mengurangi rasa nyeri (Kaderkanie, 2011). Menurut penelitian yang telah dilakukan Astuti dan Setyaningrum (2009), ada hubungan praktik perawatan payudara dengan kejadian Mastitis pada Ibu Nifas tahun 2009-2009 di BPS Nunuk desa Bandengan Kabupaten Jepara. Mastitis merupakan radang pada payudara. Radang ini biasanya dapat menyebabkan ibu gagal dalam menyusui bayinya. Hal
28
tersebut diungkapkan dalam penelitian Soetjiningsih (1997), Siregar (2004) dan Li (2008) yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab kegagalan dalam menyusui disebabkan karena terjadinya radang payudara. 8) Keinginan untuk menyusui Menurut Handerson (2006), tugas petugas kesehatan tersebut dalam pemberian KIE tidak hanya memberikan pengetahuan yang diperlukan para ibu, tetapi juga untuk mengidentifikasikan keterampilanketerampilan yang diperlukan dan terutama meningkatkan kepercayaan diri dan otonominya. Pemahaman tentang membina kelekatan yang tepat dan kemampuannya mengajarkan kepada ibu adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut karena, hampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu untuk memperoleh rasa percaya diri serta pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar (Kemenkes R.I, 2008). Selain menurut Kemenkes R.I (2010b), menurut Soetjiningsih (1997), materi pengetahuan seharusnya diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa: 1) Cara menyusui yang baik dan benar; Cara menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan masalahmasalah dalam menyusui seperti puting lecet dan ASI tidak keluar optimal. Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan ibu mengalami kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya, oleh sebab itulah, pemberian pengetahuan mengenai cara menyusui yang baik
29
merupakan salah satu materi yang harus dimasukkan (Soetjiningsih, 1997). Menurut Kemenkes R.I (2005), terdapat tiga hal penting yang dapat membuat seorang ibu dapat menyusui dengan baik, diantaranya adalah positioning, attachment, dan bonding. Berikut penjelasan dari dari masing-masing cara: a) Posisi badan ibu dan bayi (positioning) 1. Ibu dapat duduk atau berbaring dengan santai 2. Hadapkan keseluruhan tubuh bayi menghadap perut ibu 3. Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 4. Letakkan kepala bayi pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diatas pangkuan ibu b) Perlekatan mulut bayi pada payudara (attachment) Perlekatan adalah posisi melekatnya mulut bayi pada payudara ibu untuk menyusu. Berikut ini cara pelekatan mulut bayi pada payudara yang benar : 1. Sentuhkan puting susu pada pipi atau bibir bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka lebar 2. Masukan puting dan sebagian besar areola bagian bawah masuk ke mulut bayi 3. Bibir bawah bayi melengkung keluar
30
4. Dagu bayi menempel ke payudara dan kepala bayi agak menengadah 5. Bayi menghisap pelan dan dalam 6. Sentuh bibir atas bayi dengan puting 7. Sewaktu mulut terbuka lebar, masukkan sebagian besar areola dalam mulut bayi 8. Sebagian besar areola masuk mulut bayi dan bibir bayi melengkung keluar c) Kasih (bonding) Ibu memeluk dan memandang bayi. 2) Mengatasi kesulitan dalam menyusui. Banyak ibu-ibu yang setelah melahirkan tidak menyusui bayinya. Hal tersebut dikarenakan ibu-ibu tersebut mengalami kesulitan dalam menyusui. Menurut Soetjiningsih (1997), Siregar (2004), Hikmawati (2008), Rejeki (2008) dan Singh (2010), disebutkan bahwa ibu-ibu yang menemui kesulitan dalam menyusui dapat menyebabkan ibu tersebut gagal dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Kesulitan menyusui sebenarnya dapat teratasi apabila telah diberikan pengetahuan sejak awal oleh bidan bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut. Berikut ini kesulitan yang biasa dialami ibu dalam menyusui menurut Kemenkes R.I (1995):
31
a) Masa Antenatal Pada masa antenatal, yang termasuk masalah menyusui pada ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan puting tidak lentur. 1.
Puting susu datar atau terbenam Untuk mengetahui apakah puting susu datar, cubitlah areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu yang normal akan menonjol, bila tidak berarti puting susu dapat dikatakan datar. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada sesuatu yang menarik puting susu kedalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak saat kehamilan sehingga dapat diusahakan perbaikannya. Tidak selalu ibu dengan puting susu datar mengalami kesulitan besar pada saat menyusui, asalkan ibu tersebut diberikan pengarahan mengenai cara mengatasinya. Cara mengatasi permasalahan tersebut dapat dengan meakukan gerakan hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari didaerah areola, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah yang berlawanan atau bisa juga dengan cara memompa puting susu atau jarum suntik 10 ml yang sudah dimodifikasi setiap hari untuk mencoba supaya puting menonjol keluar.
32
2.
Puting tidak lentur Puting susu tidak lentur menyulitkan bayi untuk menyusui, walaupun demikian, puting susu tidak lentur pada awal kehamilan sering kali menjadi lentur (normal) pada saat atau beberapa
saat
memerlukan
menjelang
tindakan
persalinan,
khusus,
namun
sehingga
tidak
sebaiknya
tetap
dilakukan latihan seperti cara mengatasi puting susu datar atau terbenam. b) Masa Pasca Persalinan Dini Pada masa pasca persalinan dini, yang termasuk masalah menyusui pada ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses. Puting susu datar atau terbenam sudah diuraikan diatas, sehingga pada ulasan ini yang akan dibahas adalah hanya puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses menurut Soetjiningsih (1997): 1) Puting Susu Lecet Masalah tersering dalam menyusui adalah puting susu nyeri/lecet, sekitar 57% dari ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya. Penyebab puting susu lecet diantaranya adalah: kesalahan dalam teknik menyusui, monoliasis (infeksi jamur candida) pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, pemakaian sabun, alkohol,
33
krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, bayi dengan tali lidah pendek serta ibu yang menghentikan menyusu dengan kurang hati-hati. Cara mengatasi permasalahan ini bisa dengan cara: Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim atau zat-zat iritan lainya; diajarkan cara melepaskan puting dari hisapan bayi dengan cara tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi; posisi menyusui harus benar. 2) Payudara Bengkak Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus
yang
mengakibatkan
terjadinya
pembengkakan.
Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesuadah ibu melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan
limfe
akan
mengakibatkan
meningkatnya
tekanan
intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara yang mengakibatkan payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Cara mengatasi masalah ini, dapat dilakukan dengan: Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air panas;
34
menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang membengkak, hal ini dimaksudkan supaya aliran ASI lancar dan menurunkan tegangan payudara. 3) Saluran Susu Tersumbat Masalah menyusui ini merupakan suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran kecil yang berfungsi menyalurkan ASI. Penyebabnya bisa dikarenakan: tekanan jari ibu pada waktu menyusui; pemakaian BH yang terlalu ketat; komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga membentuk sumbatan. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan: Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air panas; ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui, bila payudara masih terasa penuh; ubah-ubah posisi menyusui menyusui untuk melancarkan ASI. 4) Mastitis Mastitis merupakan radang pada payudara. Radang ini dapat disebabkan karena: tidak disusu secara adekuat; puting yang lecet sehingga memudahkan masuknya kuman, BH yang terlalu ketat, ibu yang sedang menjalankan diit yang kurang
35
baik, kurang istirahat serta anemia. Cara mengatasi masalah ini bisa dengan: Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal; berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang saluran susunya terhambat; ubahlah posisi menyusui dari waktu kewaktu; pakailah baju/BH yang longgar; istirahat cukup; makan makanan bergizi; banyak minum sekitar 2 liter per/hari. 5) Abses Mastitis dan abses merupakan sesuatu yang berbeda. Abses pada payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan pemberian antibiotika dosis tinggi dan analgesik. 4. Kebutuhan Pengetahuan Menurut Dick dan Carey (1990) dalam Jacobsen and O’Connor (2006), kebutuhan adalah deskripsi yang jelas tentang masalah, bukti penyebab masalah yang dapat dilihat sebagai masalah yang dapat dipecahkan atau sebagai kesenjangan antara kondisi saat ini dan hasil yang diinginkan. Kebutuhan dapat berupa konflik dalam mengambil keputusan, defisit dalam
36
pengetahuan dan harapan, kejelasan nilai-nilai, dan dukungan dari sumber daya. Pada kasus ibu hamil, menurut Heath (2006) dalam Athiyah (2008), seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anaknya, orangtua dituntut untuk memiliki pengetahuan khusus mengenai anaknya. Hal tersebut tentu dapat mendorong keperluan terpenuhinya kebutuhan dalam hal pengetahuan yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai orangtua kelak, oleh sebab itu pemberian pengetahuan memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu tersebut. 5. Pemberian Pengetahuan Dari penelitian yang sudah dilakukan selama 15 tahun menunjukan bahwa hambatan utama pemberian ASI eksklusif ternyata adalah kurangnya pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan terkait ASI eksklusif pada Ibu (Roesli, 2002). Hasil penelitian tersebut tentu memprihatinkan sebab sebenarnya pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh petugas kesehatan seharusnya sudah dimulai sejak awal kehamilan ibu pada saat pelayanan antenatal. Menurut Yulifah (2009), pengertian dari pelayanan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan masa nifas, persiapan memberikan ASI eksklusif dan pemulihan kesehatan reproduksi secara wajar. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya fokus dalam pelayanan antenatal bukan hanya mempersiapkan persalinan yang sehat dan
37
selamat, namun juga mempersiapkan seorang ibu hamil untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya setelah lahir kelak. Persiapan tersebut dalam pelayanan antenatal dapat diwujudkan dengan pemberian pengetahuan yang dilakukan melalui KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi). KIE merupakan salah satu promosi kesehatan yang sangat penting dalam penyebarluasan pengetahuan, karena selain dapat menyampaikan pengetahuan yang tepat kepada sasaran, juga dapat membentuk opini positif masyarakat. a.
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) 1) Pengertian Pengertian komunikasi dalam KIE dapat diartikan sebagai upaya membangun hubungan relasional dua arah yang setara dengan masyarakat yang akan diberdayakan sehingga masyarakat yang
diberdayakan
menjadi
lebih
terbuka
dan
mampu
mengekspresikan apa yang dirasakannya, mampu mengungkapkan pendapatnya,
mampu
berkreasi
dan
berinovasi,
sedangkan
Informasi adalah penyedia berbagai berita dan keterangan serta informasi penting yang dibutuhkan masyarakat untuk membangun kapasitas diri mereka. Setelah itu pemantapan yang dilakukan dengan edukasi mengandung pengertian berbagai bentuk upaya pendidikan baik formal dan non formal yang diperlukan oleh masyarakat yang diberdayakan sehingga mereka memiliki kapasitas yang memadai untuk membangun dirinya dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
38
Dapat disimpulkan bahwa KIE adalah pemberian informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun kapasitas dirinya yang diiringi dengan pemantapan dalam bentuk upaya pendidikan baik formal dan non formal. KIE dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya melalui penyuluhan, penerangan dan pelayanan. Media massa dan berbagai teknologi informasi dapat berperan secara efektif sebagai sarana KIE (Fitriyani, 2011). 2) Metode Menurut Kemenkes R.I (1995), metode pemberian pengetahuan dapat dibedakan berdasarkan cara penyampaian dan jumlah sasaran yang ingin dicapai. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing pilihan metode tersebut: a) Berdasarkan Cara Penyampaian 1. Langsung Tanpa penggunaan suatu alat perantara; berbentuk bahasa, gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat-isyarat. 2. Tidak Langsung Mekanisme untuk melipatgandakan jumlah penerima pesan atau untuk menghadapi hambatan geografi, waktu, dll.
39
b) Berdasarkan Jumlah Sasaran yang Ingin Dicapai 1. Pendekatan Perorangan Komunikasi
dengan
tatap muka
atau
berhadapan
langsung. 2. Pendekatan Kelompok Sasarannya sekelompok orang yang umumnya bisa dihitung dan dikenal; bisa berupa komunikasi perorangan atau timbal balik. 3. Pendekatan Masal Sasarannya adalah kelompok orang dalam jumlah besar, umumnya tidak terhitung dan tidak saling mengenal. 3) Kebijakan Kebijakan untuk pelaksanaan pemberian pengetahuan mengenai ASI eksklusif dapat dilihat pada beberapa kebijakan dibawah ini : a) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif bagian keempat (Informasi dan Edukasi) Pasal 13 ayat 1, 2 dan 3. b) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/MENKES/SKN/2007
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas bagian ketiga Di Ruang Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB). c) Startegi Nasional Peningkatan Pemberian ASI.
40
d) Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LKMM) poin ketiga. 4) Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi KIE Menurut Machfoedz dan Suryani (2003), terdapat faktor-faktor yang
dapat
mempengaruhi
proses
pemberian
pengetahuan,
diantaranya adalah : a) Bentuk Beban Tugas Beban tugas untuk mengubah perilaku yang memerlukan keterampilan otot seperti mengendarai sepeda tentu akan berbeda dengan hanya perilaku berupa yang mengunakan katakata seperti bernyanyi, membaca puisi atau membaca. b) Banyaknya Materi Bila materi sangat banyak dan kompleks tentu akan lebih berat daripada yang materi pembelajaran yang hanya sedikit dan sederhana. c) Fasilitas dan Sumber Bila fasilitas untuk belajar memadai, sumber materinya cukup tentu akan lebih berhasil. d) Rutinitas Proses belajar-mengajar yang dilakukan secara rutin akan jauh lebih berhasil daripada yang bersifat insidental.
41
e) Minat dan Motivasi Cara pembelajaran yang dilaksanakan demikian rupa sehingga membangkitkan minat dan motivasi peserta didik tentu akan lebih berhasil. Menurut Lavender, et.al (2001) dalam Bowden (2011), rendahnya motivasi peran bidan dalam kesehatan masyarakat mungkin merupakan akibat adanya ambiguitas dalam diri mereka. Mereka memiliki pandangan yang jelas terhadap aspek mana dari kesehatan masyarakat yang sesuai dengan perannya untuk melakukan intervensi, misalnya depresi pascanatal memang menjadi bagian dari peran bidan sedangkan promosi latihan dan ASI eksklusif sebaliknya Menurut Kemenkes R.I (1995), faktor lain yang dapat mempengaruhi pemberian pengetahuan diantaranya adalah : a)
Pengetahuan Komunikator dan Komunikan Komunikator harus menguasai materi dengan baik, demikan
halnya
dengan
komunikan,
harus
juga
mempersiapkan diri dalam proses komunikasi. Dengan demikian akan terjadi komunikasi yang efektif. b)
Pesan Pesan yang disampaikan harus ringkas dan disesuaikan dengan kondisi komunikan sehingga mudah diterima. Salah satu elemen penting pesan yang harus diperhatikan adalah mutu dari pesan itu sendiri. Terdapat dua faktor yang dapat
42
mempengaruhi mutu dari pesan yang akan disampaikan, diantaranya adalah jumlah pesan
yang diberikan dan
memformulasikan pesan. Jumlah pesan yang diberikan dipengaruhi oleh kuantitas pesan dan waktu yang dialokasikan untuk penyajiannya, sedangkan memformulasikan pesan merupakan penggunaan dan penekanan kata pada kata yang seharusnya (Bowden, 2011). Pada Laporan Bristol dalam Bowden (2011), berikut ini hal-hal yang direkomendasikan terkait pesan yang harus disampaikan kepada pasien : 1. Pesan mengenai pengobatan seharusnya disampaikan dalam berbagai bentuk, tahapan, dan penguat disepanjang waktu. 2. Pesan harus disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu, kondisi dan keinginan. 3. Pesan seharusnya berdasarkan bukti yang tersedia saat ini dengan ringkasan, yang dapat dipahami oleh klien. 4. Cara penyampaian pesan, baik melalui leflet, video, rekaman atau CD, harus selalu diperbarui dan dibuat dengan mendapat dukungan pasien 5. Pasien sebaiknya mendapatkan panduan mengenai sumber pesan yang tersedia di internet, tentunya dari sumber yang dapat dipercaya dan bermutu baik.
43
c)
Media Macam dan kualitas media juga menentukan keberhasilan proses komunikasi. Media yang menggunakan banyak panca indera akan lebih efektif. Penggunaan contoh/petunjuk akan lebih menarik dan efektif. Contoh/petunjuk akan lebih tepat, terutama bila contoh itu dihubungkan dengan pengetahuan dan pengalaman ibu. Sebuah contoh mungkin sebuah objek atau situasi yang dapat dibayangkan atau tindakan nyata yang bisa dilihat ibu ketika dokter/petugas kesehatan berbicara. Misalnya, petugas kesehatan dapat memperlihatkan kepada ibu bagaimana mengelola payudara yang mengalami mastitis sambil meminta ibu mengulangi mengerjakan sendiri. Ibu juga diizinkan untuk memperhatikan ibu lain yang sedang melakukan hal yang sama, sehingga memungkinkan ibu untuk melihat cara yang benar. Dengan cara memeragakan akan teringat oleh ibu lebih lama daripada petunjuk-petunjuk yang hanya diucapkan. Demonstrasi atau peragaan amat berpengaruh dalam mengajarkan ibu cara melakukan tugasnya. Memperlihatkan kepadanya cara melakukan tugas akan lebih efektif daripada hanya menceritakan cara melakukannya. Cara yang paling efektif
untuk
mengajarkan
ibu
mengenai
aturan
atau
keterampilan misalnya mengelola saluran susu tersumbat
44
adalah menyuruhnya memperhatikan orang yang sedang mengerjakan kemudian melakukan sendiri dengan bimbingan. Komunikasi juga akan bertambah baik dengan memberikan setiap ibu sebuah brosur/leaflet yang telah dirancang untuk mereka. Brosur/leaflet harus meringkaskan hal-hal yang penting dan berisikan kata-kata dan gambar yang menerangkan hal-hal yang penting. Bila disuatu pelayanan kesehatan belum ada brosur/leaflet atau sukar untuk mendapatkannya, kembangkan sendiri brosur/leaflet tersebut oleh saudara sehingga ibu di tempat pelayanan kesehatan tersebut mengerti. Menggunakan brosur/leaflet sambil memberikan petunjukpetunjuk kepada ibu adalah cara yang baik dan harus menggunakan contoh. Menunjukkan pada kata-kata dan gambarnya sambil dokter/petugas kesehatan berbicara akan menolong memusatkan perhatian ibu lebih baik daripada hanya dengan kata-kata saja, selain itu brosur/leaflet juga mudah untuk dibawa sehingga apabila brosur/leaflet tersebut dibawa pulang
akan
membantu
memperkuat
apa
yang
telah
dipelajarinya. Menurut Bowden (2011), faktor yang dapat mempengaruhi pemberian pengetahuan selain yang telah disebutkan diatas jumlah bidan juga menjadi salah satu faktornya. Jumlah bidan yang masih
45
sedikit dapat menjadi hambatan dalam restrukturisasi pelayanan maternitas. b. Bidan Menurut Nusatya (1981), para dokter ahli kebidanan atau para bidan jelas paling sering berhubungan dengan wanita. Definisi bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Menurut standar profesi bidan di Indoensia sesuai dengan Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
nomor:
369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan terdapat poin dimana salah satu kompetensi yang harus dimiliki dan harus dilakukan pada ibu hamil adalah promosi dan dukungan pada ibu untuk menyusui bayinya (Wahyuningtyas, 2009). Menurut Johnson, dkk (2002) dan Kemenkes R.I (2007), secara ringkas peran dan tanggungjawab bidan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah sebagai berikut : 1) Berkomunikasi dengan klien untuk memberikan saran, dukungan, dorongan dan penyuluhan untuk memfasilitasi kemampuan ibu dalam memberikan ASI.
46
2) Memastikan bahwa posisi bayi menyusu sudah benar dan ibu diharapkan untuk melakukannya sendiri dengan baik. 3) Mengobservasi dan membimbing ibu dalam menyelesaikan masalah yang ada dapat menghambat ibu dalam memberikan ASI eksklusif. 4) Memberdayakan ibu untuk melakukan perawatan payudara, cara menyusui, merawat bayi, merawat tali pusat, dan memandikan bayi. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pengetahuan menurut teori Green (1980), dapat berperan sebagai enebling factors/reinforcing factors. Dapat dikatakan bidan sebagai enebling factors apabila bidan sebagai faktor utama dalam menguatkan pengetahuan ibu, sedangkan bidan dapat dikatakan berperan sebagai reinforcing factors apabila bidan sebagai faktor pendukung dimana pengetahuan ibu sebelumnya telah dikuatkan oleh sumber pengetahuan lain. C. Teori Need Assessment Dalam Penentuan Kebutuhan Pengetahuan Need
assessment
(penilaian
kebutuhan)
penting
untuk
dilakukan,
dikarenakan untuk mengidentifikasi apa yang kelompok inginkan atau butuhkan; apakah program yang ada atau intervensi yang sudah ada dapat memenuhi kebutuhan mereka secara seharusnya; kelompok mana membutuhkan layanan, dan apa yang mungkin menjadi alternatif terbaik untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Jacobsen dan O’Connor, 2006). Identifikasi kebutuhan menurut Bradshaw (1972) dalam Green (2010) diantaranya adalah 1. Normative Needs (perlu pendapat ahli untuk melihat kebutuhan masyarakat); 2.Felt Needs
47
(kebutuhan yang dirasakan oleh seorang individu dan kebutuhan tersebut dibatasi oleh persepsi individu dan pengetahuan layanan); 3.Expressed Need (kebutuhan yang dirasakan berubah menjadi tindakan mencari bantuan); 4.Comparative Needs (berasal dari kebutuhan akan pelayanaan kesehatan di satu populasi dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan pelayanan kesehatan yang diperlukan di area lain dengan populasi yang hampir sama). Terdapat empat langkah dalam melakukan need assessment menurut Fretman dan Allensworth (2010) yaitu: 1. Menentukan cakupan need assessment, 2. Mengumpulkan data, 3.Menganalisa data dan 4. Melaporkan hasil temuan. D. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Menurut Bradshaw (1972) dalam Green (2010), identifikasi kebutuhan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, salah satu diantaranya adalah normative needs. Normative needs mengandung pengertian kebutuhan perlu didefinisikan oleh para ahli. Dalam penelitian ini, kebutuhan pengetahuan terkait ASI eksklsuif pada ibu hamil ditentukan berdasarkan Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997). Berdasarkan landasan teori di atas, maka peneliti dapat merumuskan kerangka teori penelitian, seperti pada gambar berikut :
48
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklsuif
Standar Materi Pengetahuan terkait ASI eksklusif 1. Kemenkes R.I (2010b) a. ASI saja enam bulan b. Penjelasan pentingnya ASI c. Skin to Skin Contact IMD d. Kolostrum e. Rawat Gabung f. Tidak diberi Susu Formula g. Perawatan Puting Susu h. Keinginan untuk menyusui 2. Soetijiningsih (1997) a. Cara Menyusui yang baik b. Cara mengatasi kesulitan dalam menyusui
Ada Gap
Tidak ada Gap
Ada kebutuhan pengetahuan
Tidak ada kebutuhan pengetahuan
Sumber : Bradshaw (1972) dalam Green (2010), Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997)
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kebutuhan pengetahuan pada ibu hamil terkait ASI eksklusif. Faktor kebutuhan pengetahuan diidentifikasi dengan cara melihat adanya kesenjangan (gap) antara penguasaan pengetahuan ibu hamil dengan standar materi pemberian pengetahuan berdasarkan Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997). Jumlah materi yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I ada delapan, selain itu Soetjiningsih juga menambahkan dua materi penting yang harus dikuasai oleh ibu hamil, sehingga setidaknya terdapat 10 materi yang harus dikuasai oleh ibu hamil. Terdapat satu materi dari standar Kemenkes R.I yang tidak diteliti yaitu materi keinginan untuk menyusui, sehingga total materi yang termasuk dalam penelitian menjadi 9 materi saja. Hal tersebut dikarenakan kesulitan untuk menelitinya secara kuantitatif, sementara untuk meneliti pengetahuan ibu yang lain digunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka peneliti dapat merumuskan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:
50
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan Ibu Hamil terkait ASI Eksklusif
Standar Materi Pengetahuan terkait ASI eksklusif 1. Kemenkes R.I (2010b) a. ASI saja enam bulan b. Penjelasan pentingnya ASI c. Skin to Skin Contact IMD (Inisiasi Menyusu Dini) d. Kolostrum e. Rawat Gabung f. Tidak diberi Susu Formula g. Perawatan Puting Susu 2. Soetijiningsih (1997) a. Cara menyusui yang baik b. Cara mengatasi kesulitan dalam menyusui
GAP
Kebutuhan Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif
51
B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Faktor
1
Pengetahuan ibu hamil
2
Kebutuhan pengetahuan
Definisi Operasional Penguasaan materi-materi terkait ASI eksklusif seperti (ASI saja enam bulan, penjelasan pentingnya ASI, skin to skin contact IMD, kolostrum, rawat gabung, tidak diberi susu formula, perawatan puting susu, kesulitan dalam menyusui dan cara menyusui yang baik) yang didapatkan melalui hasil kuesioner yang dijawab oleh ibu hamil. Kesenjangan antara penguasaan materi terkait ASI eksklusif pada ibu hamil dengan standar materi terkait ASI eksklusif yang ditetapkan oleh Kemenkes R.I (2010) (ASI saja enam bulan, penjelasan pentingnya ASI, skin to skin contact IMD, kolostrum, rawat gabung, tidak diberi susu formula, perawatan puting susu) dan Soetjiningsih (1997) (kesulitan dalam menyusui dan cara menyusui yang baik). Terdapat dua kategori, yaitu ada kebutuhan pengetahuan dan tidak ada kebutuhan pengetahuan. Kategori ada kebutuhan pengetahuan apabila presentase penguasaan pengetahuan < 56%, sedangkan tidak ada kebutuhan pengetahuan >56%.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain penelitian cross sectional. Penelitian ini didukung dengan data yang diperoleh dengan pendekatan kualitatif pada informan bidan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif karena pada faktor pengetahuan dan kebutuhan pengetahuan, dibutuhkan data yang akurat yang dapat mengukur penguasaan dan kebutuhan akan materi terkait ASI eksklusif pada ibu hamil. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011), bahwa pendekatan kuantitatif bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan data dapat diukur, sedangkan data yang diambil secara kualitatif, digunakan untuk menjelaskan fenomena masih terdapatnya kebutuhan pengetahuan sementara pemberian pengetahuan sudah dilakukan. B. Waktu Dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Desember 2012. Lokasi penelitian merupakan tempat dimana biasanya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada saat antenatal yaitu di Poli Kesehatan Ibu (KI) yang berada di lantai 1 Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
52
53
C. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi sasaran merupakan seluruh ibu hamil yang melakukan kunjungan pelayanan antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan pada bulan September 2012 yaitu sebanyak 426. 2. Sampel Penelitian Menurut Notoatmodjo (2002), sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini. Setelah mengetahui jumlah populasi ibu hamil, langkah selanjutnya adalah penentuan jumlah sampel ibu hamil. Berikut ini perhitungan jumlah sampel: Rumus : =
²
Keterangan : n = Jumlah sampel Z = Derajat koefisiensi pada 95% (1,96) P = Proporsi populasi (Jika tidak diketahui = 0,5) Q = Proporsi sisa dalam populasi (1-p) d = Presentase kekeliruan (10%) =
,
² , ( , )
,
n = 96.04 ~ 96 Ibu Hamil
54
Untuk mengantisipasi adanya kemungkinan hilangnya data dan ketidaklengkapan data, maka perhitungan sampel ditambahkan 10% dari jumlah sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Maka: n = (10% X 96) + 96 n = 9,6 + 96 n = 105,6~ 106 Ibu Hamil Setelah mengetahui jumlah sampel yang sesuai, selanjutnya adalah menentukan teknik pemilihan sampel. Penelitian ini melakukan teknik pemilihan secara sampling sistematis. Menurut Sugiyono (2011), sampling sistematis merupakan teknik pemilihan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Pemilihan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu. Pada penelitian ini, sampel dipilih berdasarkan urutan dari bilangan tertentu yang ada di buku register Poli KI Puskemas Kecamatan Pesanggrahan pada bulan September. Bilangan tertentu dipilih dengan cara melakukan undian terlebih dahulu dari bilangan 1-9 dan setelah melakukan undian, didapatkan bilangan 2. Bilangan tersebut selanjutnya digunakan untuk kelipatan sampel yang akan diambil (2, 4, 6....dst). Terdapat kriteria sampel yang harus dipenuhi dalam penelitian ini, diantaranya adalah: a.
Kriteria inklusi 1) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden
55
2) Ibu hamil yang terdaftar di buku register melakukan kunjungan antenatal pada bulan September, usia kehamilan dibawah 33 minggu, terpilih menjadi sampel dan datang pada saat kunjungan antenatal bulan Oktober b.
Kriteria ekslusi 1) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden 2) Ibu hamil yang sudah melahirkan pada bulan Oktober 3) Ibu hamil yang tidak berkunjung pada bulan Oktober
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoadmodjo, 2002). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner, lembar observasi dan pedoman wawancara. Dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini instrumen penelitian berupa kuesioner digunakan untuk mendapatkan data faktor pengetahuan dan kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif dimana pada faktor ini digunakan pendekatan kuantitatif. Didalam suatu penelitian, apabila instrumen yang digunakan menggunakan kuesioner, maka terlebih dahulu kuesioner tersebut harus diuji terlebih dahulu, oleh sebab itulah didalam penelitian ini dilakukan pengujian kuesioner terlebih dahulu. Pengujian kuesioner tersebut dilakukan untuk mendapatkan kuesioner yang valid dan reliabel sehingga dapat menjawab tujuan penelitian yang akan dilakukan. Menurut Notoatmodjo (2002), sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut sebagai alat ukur dan dapat benar-benar mengukur apa
56
yang akan diukur, sedangkan reliabel artinya instrumen tersebut sebagai alat ukur dapat memperoleh hasil ukur yang konsisten. Instrumen lain yang digunakan selain kuesioner adalah lembar observasi dan pedoman wawancara. Observasi dan wawancara dilakukan kepada kedua bidan yang bertugas di Poli KI Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Kedua instrumen tersebut digunakan untuk mendukung hasil penelitian dan membahas konflik masalah penelitian yakni pemberian pengetahuan sudah diberikan, tetapi angka cakupan ASI eksklusif masih rendah. E. Pengumpulan Data Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data diantaranya adalah kuesioner, wawancara dan participant observation. Berikut penjelasan masing-masing teknik: 1. Kuesioner Untuk memperoleh data pengetahuan dan kebutuhan pengetahuan pada ibu hamil terkait ASI eksklusif, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Menurut Sugiyono (2011), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pada satu kuesioner penelitian ini, terdiri dari 6 pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dan 22 pertanyaan yang sama yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif, pernah/tidak pernah mendengar pertanyaan tersebut dan jika pernah, ibu hamil dapat menyebutkan sumber pengetahuannya. Kuesioner
57
yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut ini penjelasan dari kuesioner yang digunakan: a.
Kuesioner mengenai karakteristik ibu hamil Kuesioner identitas ibu hamil merupakan pertanyaan yang harus diisi oleh ibu hamil sendiri, meliputi enam pertanyaan meliputi nama, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, usia kehamilan dan jumlah anak.
b.
Kuesioner mengenai pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif Kuesioner mengenai pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif ini ditujukan sebagai tolak ukur penguasaan materi dan kebutuhan pengetahuan akan materi tersebut pada ibu hamil. Kuesioner ini merupakan tipe pertanyaan tertutup yang dapat dijawab oleh ibu hamil dengan cara mengceklist () salah satu jawaban dengan kategori “benar” atau “salah”. Instrumen telah melalui uji validitas dan reliabilitas dengan batas nilai valid sesuai r tabel ( = 0,05, n = 20) = 0,4438. Jika r hasil lebih besar dari r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap valid dan reliabel. Hasil Uji validitas dan reliabitas dapat dilihat pada lampiran 3. Kuesioner ini disusun berdasarkan 9 materi terkait ASI eksklusif yang direkomendasikan oleh Kemenkes (2010b) dan Soetjiningsih (1997) yang masing-masing materi tersebut terdiri dari satu atau beberapa item topik yang berhubungan. Total pertanyaan untuk menayakan topik materi tersebut pada kuesioner berjumlah 22. Berikut ini akan dijelaskan materi terkait ASI eksklusif beserta topik nya:
58
1) Materi mengenai ASI saja enam bulan sebanyak 3 pertanyaan yaitu pada nomor 1 (pengertian ASI eksklusif), 2 (penanganan bayi sakit) dan 3 (pemberian Makanan Pendamping (MP) ASI). 2) Materi mengenai penjelasan pentingnya ASI sebanyak 6 pertanyaan yaitu pada nomor 4 (waktu diberikannya ASI), 5 (manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi), 6 (manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan), 7 (manfaat ASI bagi ibu untuk Keluarga Berencana), 8 (mitos perubahan bentuk payudara) dan 21 (akibat pemberian dot). 3) Materi mengenai skin to skin contact (IMD) sebanyak 1 pertanyaan yaitu pada nomor 12 (pengertian IMD). 4) Materi mengenai kolostrum sebanyak 3 pertanyaan yaitu pada nomor 9 (pengertian kolostrum), 10 (mitos mengenai kolostrum), dan 11 (manfaat kolostrum). 5) Materi mengenai rawat gabung sebanyak 1 pertanyaan yaitu pada nomor 18 (pengertian rawat gabung). 6) Materi mengenai tidak diberi susu formula sebanyak 2 pertanyaan yaitu pada nomor 16 (bahaya susu formula untuk bayi) dan 17 (penanganan ibu yang belum keluar ASI). 7) Materi mengenai perawatan puting susu sebanyak 2 pertanyaan yaitu pada nomor 14 (cara membersihkan payudara) dan 15 (bahaya penggunaan sabun dan alkohol).
59
8) Materi mengenai cara menyusui yang baik sebanyak 2 pertanyaan yaitu pada nomor 13 (cara memulai menyusui) dan 22 (cara memasukkan puting susu). 9) Materi mengenai cara mengatasi kesulitan dalam menyusui sebanyak 2 pertanyaan yaitu pada nomor 19 (penanganan masalah radang payudara dan puting lecet) dan 20 (penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja). Penilaian dilakukan dengan memberikan skor. Untuk yang menjawab dengan benar diberikan skor 1 sedangkan untuk yang menjawab pertanyaan tersebut dengan salah diberikan skor 0. c.
Kuesioner mengenai pernah/tidak pernah mendengar pengetahuan terkait ASI eksklusif Instrumen pernah/tidak pernah mendengar pengetahuan terkait ASI eksklusif terdiri dari 22 pertanyaan yang sama yang digunakan untuk mengukur pengetahuan ibu hamil. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui apakah ibu hamil pernah/tidak pernah mendengar mengenai masing-masing pertanyaan tersebut. Instrumen ini diperlukan untuk mengetahui peran bidan apakah berperan sebagai enebling/reinforcing faktor. Terdapat pilihan jawaban pernah mendengar atau tidak pernah mendengar yang dapat dipilih salah satunya oleh ibu hamil dengan cara mengceklist ().
60
Apabila ibu hamil menjawab pernah mendengar, dapat dilanjutkan ke kuesioner berikutnya mengenai sumber pengetahuan, sedangkan untuk ibu hamil yang menjawab tidak pernah mendengar, tidak perlu melanjutkan ke kuesioner sumber pengetahuan. d.
Kuesioner mengenai sumber pengetahuan terkait ASI eksklusif Instrumen sumber pengetahuan terkait ASI eksklusif terdiri dari 22 pertanyaan yang sama yang digunakan untuk mengukur pengetahuan ibu hamil dan merupakan lanjutan dari kuesioner pernah/tidak pernah mendengar. Kuesioner ini selain untuk mengetahui sumber pengetahuan serta
untuk
mengetahui
peran
bidan
apakah
berperan
sebagai
enebling/reinforcing faktor. Apabila ibu hamil menjawab pernah mendengar, ibu hamil wajib mengisi kuesioner sumber pengetahuan terkait ASI eksklusif. Pada kuesioner ini, terdapat pilihan jawaban yaitu bidan, dokter, perawat, kader, televisi, majalah, buku, suami, ibu, saudara, tokoh agama, tokoh masyarakat dan teman. Ibu hamil dapat menceklist () lebih dari satu pilihan jawaban. 2. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondennya secara lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil/sedikit. Wawancara ini dapat dilakukan secara terstruktur, semi terstruktur ataupun tidak terstruktur. Ketiga cara tersebut dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) atau melalui telepon
61
(Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini, wawancara dilakukan secara terstruktur, dimana teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif yang diberikan oleh bidan. Untuk daftar pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 4. 3. Participant Observation Menurut Sugiyono (2011), participant observation adalah suatu teknik dimana peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dalam penelitian ini, participant observation dilakukan untuk melihat pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif yang sudah dilakukan oleh bidan pada saat pelayanan antenatal. Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 5. F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data 1.
Pengolahan Data Pengolahan data penelitian dilakukan melalui beberapa proses yakni : a.
Editing, tahap ini merupakan kegiatan penyutingan data yang telah terkumpul dengan cara memeriksa kelengkapan data dan kesalahan pengisian kuesioner untuk memastikan data yang diperoleh telah lengkap dapat dibaca dengan baik, relevan, dan konsisten.
b.
Coding, setelah melakukan proses editing kemudian dilakukan pengkodean pada setiap jawaban responden sebelum diolah dengan
62
komputer dengan tujuan untuk memudahkan dalam melakukan analisa data. c.
Entry data, tahap ini merupakan proses memasukkan data dari kuesioner ke dalam komputer untuk kemudian diolah dengan bantuan perangkat lunak komputer.
d.
Cleaning, proses pengecekan kembali dan pemeriksaan kesalahan pada data yang sudah dientry untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan data yang telah dikumpulkan.
2.
Analisis Data Pada penelitian ini penyajian data dipaparkan secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya. Selanjutnya setelah data tersebut diolah, akan dilakukan analisis data secara univariat dengan menggunakan program komputer berupa SPSS 16 dan Microsoft Office. Analisis univariat dimulai dengan diperolehnya data faktor pengetahuan ibu hamil akan materi terkait ASI eksklusif yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997), sementara itu faktor kebutuhan pengetahuan merupakan turunan dari faktor pengetahuan ibu hamil. Dalam menentukan cakupan need assessment didasarkan pada kategori pengetahuan yang digolongkan berdasarkan Nursalam (2008). Terdapat tiga kategori pengetahuan menurut Nursalam (2008), yaitu: baik (>75%), sedang (56%-75%) dan kurang (< 56%). Kategori yang ada dalam penelitian ini hanya dua saja yaitu membutuhkan pengetahuan/tidak membutuhkan
63
pengetahuan, maka kategori sedang (56%-75%) dan baik (>75%) dijadikan dalam satu kategori, sehingga apabila presentase ibu hamil yang menguasai suatu topik materi sebesar >56%, maka dimasukkan ke dalam kategori tidak membutuhkan pengetahuan akan topik tertentu terkait ASI eksklusif (tidak ada gap antara pengetahuan dengan standar materi yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I dan Soetjiningsih) sedangkan, untuk kategori kurang (<56%) dijadikan satu kategori sendiri dan dimasukkan ke dalam kategori membutuhkan pengetahuan akan topik tertentu terkait ASI eksklusif (ada gap antara pengetahuan dengan standar materi yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I dan Soetjiningsih). Untuk membahas konflik masalah penelitian yakni masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif yang merupakan salah satu petunjuk pemberian pengetahuan di Puskesmas masih perlu ditingkatkan, maka dari data kebutuhan pengetahuan tersebut, selanjutnya dapat dibahas apakah pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil yang ada atau tidak melalui hasil yang didapatkan dari observasi dan wawancara.
BAB V HASIL
A. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dibangun di lokasi Jl. Cenek I no.1 Kecamatan Pesanggrahan pada tahun 2002 dan mulai beroperasi sejak tahun 2003. Sebelumnya Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan menempati lokasi di Jl.Wijaya Kusuma no.1 bergabung dengan Puskesmas kelurahan pesanggrahan. 1. Visi dan Misi Visi : Menjadi Puskesmas terdepan yang menggunakan kepuasan pelanggan melalui pelayanan prima Misi : a.
Memberdayakan sumber daya manusia secara profesional
b.
Mengembangkan sistem promosi kesehatan
c.
Mengembangkan pelayanan kesehatan yang prima
d.
Mengembangkan sistem informasi kesehatan
e.
Menggalang kemitraan dengan sektor terkait
2. Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan adalah salah satu dari sepuluh kecamatan di wilayah Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah seperti yang ditetapkan dengan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1227 Tahun 1989 yaitu seluas 13,46 Km2. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.1 dibawah ini 64
65
wilayah kerja Puskesmas berdasarkan kelurahan, luas, Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT): Tabel 5.1 Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Berdasarkan Kelurahan, Luas Kelurahan, Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) Tahun 2011 No 1 2 3 4 5
Kelurahan Petukangan Utara Petukangan Selatan Ulujami Pesanggrahan Bintaro
Luas (Km²) 2.99 2.11 1.70 2.11 4.55
RW 11 8 8 8 15
RT 121 85 90 85 140
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2011
Dapat dilihat pada Tabel 5.1 diatas, Kelurahan Bintaro merupakan kelurahan yang memiliki luas paling besar serta jumlah RW dan RT terbanyak dibandingkan dengan empat kelurahan lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Dari lima kelurahan tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam Puskesmas yaitu Puskesmas yang bertempat di: Kelurahan Petukangan Utara; Kelurahan Petukangan Selatan; Kelurahan Pesanggrahan; Kelurahan Ulujami; Kelurahan Bintaro; Kecamatan Pesanggrahan. Batas-batas wilayah Kecamatan Pesanggrahan adalah sebagai berikut : a.
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat
b.
Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Pesanggrahan
c.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rempoa, Tangerang
d.
Sebelah barat berbatasan denggan Desa Pondok Betung, Tangerang
66
3. Kondisi Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai yang bertugas di Puskesmas Kecamatan maupun di Puskesmas Kelurahan terdiri atas tenaga medis maupun tenaga non medis yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat gigi, ahli gizi, sanitarian, penata rontgen, tenaga farmasi, serta tenaga administrasi. Untuk pelayanan antenatal, jumlah sumber daya manusia yang terlibat adalah dua orang, dan keduanya merupakan seorang bidan. 4. Struktur Organisasi Puskesmas ini dipimpin oleh seorang kepala puskesmas. Sejak awal berdiri, Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dipimpin oleh : a. dr.Hj Sri Wartirini
: Tahun 1990 -1997
b. dr.Hj Indrawati Hadi
: Tahun 1998 - 2000
c. dr.Hj Henny Fachrudin
: Tahun 2001- 2006
d. dr.Ni Putu Sunadi
: Tahun 2006 - 2011
Mulai bulan Agustus 2011-sekarang dipimpin oleh seorang dokter bernama dr. Henni Bariah. Pelayanan antenatal pada Puskesmas ini termasuk ke dalam program KIA. Program KIA ini dipimpin oleh Bidan Rissanti, Amd.Keb. Petugas kesehatan yang melayani pelayanan antenatal berjumlah dua orang, salah satu diantaranya adalah Bidan Rissanti sendiri. Struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 6.
67
B. Gambaran Umum Pemberian Pengetahuan Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan 1. Gambaran Pelaksanaan Pemberian Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012
Pengetahuan
Di
Puskesmas
Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, pemberian pengetahuan terkait materi ASI eksklusif kepada ibu hamil diberikan oleh dua bidan yang bertugas di Poli KI. Dua bidan tersebut adalah bd.x dan bd.y. Berikut ini gambaran karakteristik kedua bidan tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 5.2: Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Karakteristik Bidan Berdasarkan Usia, Pendidikan, dan Lama Bekerja Sebagai Bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahatan Tahun 2012 Lama Bekerja Umur No Nama Pendidikan Sebagai Bidan (Tahun) (Tahun) 1 Bidan X (bd.x) 35 D3 10 2 Bidan Y (bd.y) 54 D3 25 Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa bd. y dapat dikatakan sudah lebih senior dibandingkan dengan bd.x dilihat dari segi umur dan lama waktu kerja sebagai bidan. Bd.y sudah berumur 54 tahun dan sudah bekerja sebagai bidan kurang lebih 25 tahun, sedangkan bd.x berumur 35 tahun dan sudah bekerja sebagai bidan selama kurang lebih 10 tahun. Dari segi umur dan lama kerja sebagai bidan, mungkin kedua bidan tersebut berbeda satu sama lain, namun kedua bidan tersebut memiliki persamaan dari segi pendidikan. Kedua bidan tersebut sama-sama menempuh jenjang pendidikan D3 kebidanan.
68
Pelaksanaan pemberian pengetahuan materi-materi terkait ASI eksklusif, bertempat di Poli KI yang berada di lantai 1 Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Tujuan diadakannya pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif ini kepada ibu hamil adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan diri ibu hamil agar dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya kelak. Terdapat
pembagian tugas
antara kedua bidan tersebut
dalam
memberikan materi pengetahuan terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil secara langsung. Salah satu bidan (bd.y), bertugas untuk menyampaikan materi perawatan puting susu, dan bidan yang lain (bd.x), bertugas untuk menyampaikan materi seperti pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, MP-ASI, IMD, kolostrum, bagaimana cara sukses dalam menyusui, posisi badan ibu dan bayi ketika menyusui serta tanda-tanda menyusui yang benar. Pembagian tugas pemberian materi pengetahuan ini dimaksudkan karena pemberian pengetahuan ada yang dilakukan dengan pendekatan perseorangan dan juga ada yang dilakukan dengan pendekatan berkelompok. Pada materi perawatan puting susu, bidan (bd.y) yang bertugas untuk memberikan materi tersebut melakukan pendekatan secara perseorangan, sedangkan materi lainnya disampaikan oleh bidan yang berbeda (bd.x) dengan pendekatan berkelompok. Perbedaan tersebut dikarenakan pada saat pemberian materi mengenai perawatan puting susu, bidan yang bertugas sekaligus mengecek payudara
69
dari ibu hamil tersebut sehingga butuh ruang yang tertutup untuk memeriksakannya dan lebih nyaman jika dilakukan secara perorangan. Biasanya materi ini diberikan kepada ibu hamil yang sudah memasuki trimester III saja. Pemberian pengetahuan secara perseorangan ini tidak menggunakan media yang dapat membantu bidan dalam memberikan pengetahuan. Pemberian pengetahuan hanya diberikan secara lisan saja kepada ibu hamil trimester III yang melakukan kunjungan antenatal ke Puskesmas. Berbeda dengan pemberian pengetahuan secara perseorangan, pada pemberian materi selain perawatan puting susu (pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, MP-ASI, IMD, kolostrum, perawatan puting susu, bagaimana cara sukses dalam menyusui, posisi badan ibu dan bayi ketika menyusui serta tanda-tanda menyusui yang benar) dilakukan oleh bd. x dengan cara berkelompok yaitu dikumpulkan terlebih dahulu ibu hamil yang datang melakukan kunjungan antenatal hingga membentuk suatu kelompok ibu hamil barulah diberikan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif, setelah pemberian pengetahuan selesai, barulah pemeriksaan dimulai. Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pengetahuan sekitar satu jam, sedangkan untuk waktu pelayanan 4 jam, yaitu dari Pukul 08.00-12.00 WIB. Rata-rata ibu hamil yang datang berkunjung adalah 20 orang. Waktu yang diperlukan untuk memeriksakan satu pasien ibu hamil (10T) adalah 15-20 menit. Jika jumlah rata-rata ibu hamil dikalikan 20 menit maka kira-kira dibutuhkan waktu sekitar 400 menit dalam satu hari pelayanan. Jika 400 menit tersebut
70
dibagi dengan jumlah bidan yang bertugas, dapat diartikan bahwa satu bidan memiliki waktu sekitar 200 menit untuk memeriksakan ibu hamil yang datang berkunjung hari itu. Pemberian pengetahuan secara berkelompok ini menggunakan media yang dapat membantu bidan dalam memberikan pengetahuan. Media tersebut diantaranya adalah leaflet, lembar balik dan alat peraga. Leaflet digunakan untuk memandu ibu hamil agar tidak ketinggalan materi pengetahuan yang sedang diberikan, serta mudah dibawa dan dapat dibaca kembali nanti, sedangkan untuk lembar balik untuk menunjukkan materi yang mau disampaikan serta untuk alat peraga, alat ini digunakan untuk menjelaskan materi yang sulit dipahami apabila tidak dipraktekkan, salah satu materi yang menggunakan alat peraga adalah pada materi bagaimana cara menyusui yang baik. Alat peraga tersebut berupa bantalan yang meyerupai payudara, sehingga diharapkan ibu-ibu hamil dapat memahami materi tersebut dengan baik. Untuk meyakinkan ada/tidaknya alat peraga tersebut, juga dilakukan observasi. Alat peraga yang digunakan, dapat dilihat pada lampiran 7. Pada tengah-tengah pemberian pengetahuan, biasanya bidan juga mengajak ibu-ibu hamil untuk mengutarakan pendapat terhadap materi yang sedang disampaikan, selain itu, diakhir pemberian pengetahuan juga diberikan waktu untuk sesi tanya jawab apabila masih terdapat pertanyaan yang belum dimengerti oleh ibu hamil. Pemberian pengetahuan secara berkelompok ini biasanya dilakukan minimal satu kali dalam sebulan.
71
Pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif di Puskesmas ini bukan hanya dilakukan dengan cara penyuluhan (perorangan atau berkelompok), tetapi juga melalui poster terkait ASI eksklusif. Poster ditempatkan di dalam ruang KI agar ibu hamil dapat melihatnya. Hal tersebut merupakan upaya tambahan yang dilakukan oleh Puskesmas dalam rangka meningkatkan cakupan ASI eksklusif di wilayah kerjanya. Upaya pemberian pengetahuan baik secara perseorangan, berkelompok maupun poster, merupakan suatu kegiatan yang digunakan oleh Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil khususnya pengetahuan terkait ASI eksklusif. Kegiatan pemberian pengetahuan ini diakui bidan dapat terlaksana karena adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang berasal dari pemerintah. Dana BOK merupakan bantuan dana dari Pemerintah Pusat melalui Kemenkes R.I kepada Pemerintah Daerah untuk membiayai kegiatan promosi kesehatan yang ada di Puskesmas. 2. Gambaran Materi Pemberian Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Materi terkait ASI eksklusif yang diberikan kepada ibu hamil, diantaranya adalah materi mengenai pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, MP-ASI, IMD, kolostrum, perawatan puting susu, bagaimana cara sukses dalam menyusui, posisi badan ibu dan bayi ketika menyusui serta tanda-tanda menyusui yang benar. Terlepas dari materi yang telah diberikan oleh bidan kepada ibu hamil terkait materi ASI eksklusif, sebenarnya, jika dibandingkan dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Kemenkes R.I
72
(2010b) dan Soetjiningsih (1997), masih terdapat kekurangan dimana ada beberapa materi yang tidak diberikan kepada ibu hamil. Materi terkait ASI eksklusif yang diberikan oleh bidan, diakui oleh bd.x berpegang pada pedoman materi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan dan MercyCorps (lembaga swadaya masyarakat yang salah satu kegiatannya berkaitan dengan ASI eksklusif). Terdapat berbagai macam materi yang terdapat dalam pedoman materi tersebut, namun diakui oleh bd.x, beliau menggabungkan materi-materi terkait ASI eksklusif tersebut lalu baru materi tersebut diberikan kepada ibu hamil. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada saat penelitian, ditemukan hasil bd. x memang memberikan pengetahuan, yaitu sebanyak satu kali, sedangkan bd.y memberikan pengetahuan, yaitu sebanyak tiga kali. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 8. Untuk melihat gambaran topik materi yang telah diberikan oleh bidan, peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara. Berikut ini akan dideskripsikan hasil dari observasi dan wawancara yang dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini: Tabel 5.3 Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Materi Pemberian Pengetahuan Terkait ASI eksklusif Oleh Bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 Pemberi Hasil Hasil Materi Topik Materi Pengetahua Wawancar Observasi n a Pengertian ASI Bd.x eksklusif ASI saja enam bulan Penanganan bayi sakit Pemberian MP-ASI Bd.x Keterangan : Materi yang Diberikan ()
73
Lanjutan Tabel 5.3 Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Materi Pemberian Pengetahuan Terkait ASI eksklusif Oleh Bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 Materi
Penjelasan Pentingnya ASI
Skin to skin contact (IMD) Kolostrum Rawat gabung Tidak diberi susu formula Perawatan puting susu Cara mengatasi kesulitan menyusui Cara menyusui yang baik
Pemberi Pengetahuan Bd.x
Hasil Observasi
Hasil Wawancara
Bd.x
-
-
-
Bd.x -
-
-
-
-
-
Pengertian IMD
Bd.x
Pengertian kolostrum Mitos Kolostrum Manfaat kolostrum Pengertian rawat gabung
Bd.x Bd.x Bd.x -
-
-
Bahaya susu formula bagi bayi Penanganan ibu yang belum keluar ASI Cara membersihkan payudara Bahaya penggunaan sabun dan alkohol Penanganan masalah radang payudara dan puting lecet Penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja Cara memulai menyusui Cara memasukkan puting susu
-
-
-
-
-
-
Bd.y
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Bd.x Bd.x
Topik Materi Waktu diberikannya ASI Manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi Manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan Manfaat ASI bagi ibu untuk KB Mitos Perubahan bentuk payudara Akibat pemberian dot
Keterangan : Materi yang Diberikan ()
74
Dari Tabel 5.3 diatas, dapat dilihat bahwa masih terdapat topik materi yang belum diberikan kepada ibu hamil. Berikut ini akan dijelaskan masingmasing topik materi terkait ASI eksklusif yang tidak diberikan oleh bidan berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan: a. ASI Saja Enam Bulan Pada materi mengenai ASI saja enam bulan, terdapat 3 item topik materi. Hasil yang didapat melalui observasi, menunjukkan hasil bahwa bidan tidak memberikan satu topik dari materi mengenai ASI saja enam bulan. Satu topik tersebut mengenai penanganan bayi sakit. Ketika dikonfirmasi melalui wawancara kepada bd.x, bd x menyebutkan, alasan tidak memberikan materi ini adalah karena harus dilihat terlebih dahulu penyebab sakitnya bayi tersebut. Bd.x tidak mau sembarangan untuk memberikan pengetahuan tersebut pada saat penyuluhan. b. Penjelasan Pentingnya ASI Pada materi mengenai penjelasan pentingnya ASI, terdapat 6 item topik materi. Hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara, keduanya menunjukkan hasil bahwa bidan tidak memberikan tiga topik terkait materi penjelasan pentingnya ASI. Ketiga topik tersebut diantaranya adalah mengenai manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan, mitos perubahan bentuk payudara dan akibat pemberian dot. Ketika dikonfirmasi melalui wawancara, bd x memberikan tanggapan bahwa bidan baru akan memberikan materi pentingnya penjelasan ASI pada topik manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan, mitos
75
perubahan bentuk payudara dan akibat pemberian dot, pada saat ada ibu hamil yang bertanya saja. c. Rawat Gabung Pada materi mengenai rawat gabung hanya terdapat 1 item topik yang materi. Dari hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara, keduanya menunjukkan hasil bahwa bidan tidak memberikan materi mengenai topik pengertian rawat gabung. Ketika dikonfirmasi melalui wawancara, bd x memberikan tanggapan bahwa bidan mempercayai bahwa pada seluruh rumah sakit dan puskesmas sudah melakukan rawat gabung sehingga materi ini tidak perlu diberikan lagi kepada ibu hamil. d. Tidak Diberi Susu Formula Pada materi mengenai tidak diberi susu formula, terdapat 2 item topik materi. Hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara, keduanya menunjukkan hasil bahwa bidan tidak memberikan kedua topik yang termasuk di dalam materi tidak diberi susu formula. Ketika dikonfirmasi melalui wawancara, bd x memberikan tanggapan bahwa bidan tidak memberikan materi pada topik bahaya susu formula bagi bayi dan penanganan ibu yang belum keluar ASI dikarenakan terkait dengan peraturan pemerintah yang melarang untuk memberikan materi mengenai susu formula. Bidan hanya memberikan materi bahwa ASI ekslusif lebih baik dari pada susu fomula, tetapi tidak menjelaskan bahaya dari susu formula tersebut apabila diberikan kepada bayi usia 0-6 bulan.
76
e. Perawatan Puting Susu Materi perawatan puting susu ini agak berbeda dengan materi-materi yang lain. Hal tersebut karena materi perawatan puting susu diberikan oleh bd.y dan ditujukan hanya untuk ibu hamil yang sudah menginjak usia kehamilan antara 28 minggu ke atas pada saat melakukan kunjungan antenatal. Hal tersebut berbeda dengan materi lainnya yang diberikan oleh bd.x. Pada materi mengenai perawatan puting susu, terdapat 2 item topik yang seharusnya dikuasai oleh ibu hamil. Hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara, menunjukkan bahwa bidan tidak memberikan satu topik materi. Bidan tidak memberikan topik mengenai bahaya penggunaan sabun dan alkohol. Ketika dikonfirmasi melalui wawancara, bd y memberikan tanggapan bahwa memang bidan tidak memberikan materi mengenai perawatan puting susu kepada ibu hamil pada topik bahaya penggunaan sabun dan alkohol. Bd.y juga mengungkapkan bahwa materi untuk perawatan puting susu yang beliau berikan hanya seputar massage payudara saja dan cara membersihkan payudara dengan air hangat. Pada materi mengenai perawatan puting susu pada topik cara membersihkan payudara, saat observasi sebenarnya didapatkan hasil memang diberikan kepada ibu hamil, namun pemberian materi ini tidak rutin setiap hari dilakukan oleh bd.y kepada ibu hamil yang sudah menginjak usia kehamilan 28 minggu ke atas, sehingga tidak semua ibu hamil yang sudah menginjak usia kehamilan 28 minggu ke atas (trimester
77
III) yang datang untuk melakukan kunjungan antenatal mendapatkan topik materi tersebut. Bd.y mengungkapkan alasan mengapa terkadang tidak memberikan materi perawatan puting susu item topik mengenai cara membersihkan payudara dikarenakan banyaknya pasien yang melakukan kunjungan, sehingga bd.y terkadang tidak dapat memberikan topik materi tersebut. f. Cara Mengatasi Kesulitan Menyusui Pada materi mengenai mengatasi kesulitan menyusui, terdapat 2 item topik materi. Hasil yang didapat melalui observasi dan wawancara, kedua nya menunjukkan hasil bahwa bidan tidak memberikan dua topik yang termasuk dalam materi tidak diberikannya susu formula. Bidan tidak memberikan kedua topik materi tersebut yaitu pada topik penanganan masalah radang payudara dan puting lecet serta penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja, dengan alasan karena bidan menganggap kedua topik tersebut lebih baik diberikan pada saat ibu tersebut sudah melahirkan saja bukan pada saat ibu tersebut hamil. C. Analisis Univariat 1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Sampel dalam penelitian ini berjumlah 106 ibu hamil, namun dikarenakan 10 ibu hamil termasuk dalam kriteria eksklusi, maka jumlah sampel penelitian saat ini menjadi 96 ibu hamil. Berikut ini akan digambarkan karakteristik ibu hamil berdasarkan usia, usia kehamilan,
78
jumlah anak, pendidikan terakhir dan pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 5.4 di bawah ini:
Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Usia, Usia Kehamilan, Jumlah Anak, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahatan Tahun 2012 No 1
2
3 3
4
5
Karakteristik Ibu Hamil
F
%
7 67 22 96
7.3 69.8 22.9 100
54 42 96
56.2 43.8 100
32 35 20 6 2 1 96
33.3 36.5 20.8 6.2 2.1 1.0 100
0 7 25 61 3 96
0 7.3 26.0 63.5 3.1 100
0 11 8 77 0 0 0 96
0 11.5 8.3 80.2 0 0 0 100
Usia <20 Tahun 20-34 Tahun >35 Tahun Total Usia Kehamilan 14-27 Minggu >28 Minggu Total Jumlah Anak 0 1 2 3 4 5 Total Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA PT Total Pekerjaan PNS/ABRI PegawaiSwasta/BUMN Wiraswasta/Pedagang Ibu Rumah Tangga Mahasiswa/Tidak Bekerja Pensiunan Dll......... Total
Menurut Tabel 5.4 di atas, gambaran distribusi karakteristik ibu hamil berdasarkan usia diantaranya adalah ibu hamil yang ber usia kurang
79
20 tahun sebanyak 7 orang (7.3%), usia 20-34 tahun sebanyak 67 orang (69.8%) dan usia > 35 tahun sebanyak 22 orang (17.2%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil ber usia antara 20-34 tahun. Berdasarkan usia kehamilan, ibu hamil dengan usia kehamilan 14-27 minggu sebanyak 54 orang (56.2%), sedangkan ibu hamil dengan usia kehamilan >28 minggu sebanyak 42 orang (43.8%). Dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang dijadikan responden dengan usia kehamilan 14-27 minggu lebih banyak dibandingkan dengan ibu hamil dengan usia kehamilan >28 minggu. Berdasarkan jumlah anak, ibu hamil yang belum memiliki anak sebanyak 32 orang (33.3%), yang memiliki 1 anak sebanyak 35 orang (36.5%), 2 anak sebanyak 20 orang (20.8%), 3 anak sebanyak 6 orang (6.2%), 4 anak sebanyak 2 orang (2.1%) dan 5 anak sebanyak 1 orang (1.0%). Dapat disimpulkan hampir sebagian ibu hamil sudah memiliki 1 anak. Berdasarkan pendidikan terakhir, tidak ditemukan ibu hamil yang tidak sekolah, sedangkan untuk yang tamat SD sebanyak 7 orang (7.3%), tamat SMP sebanyak 25 orang (26.0%), tamat SMA sebanyak 61 orang (63.5%) dan PT sebanyak 3 orang (3.1%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil telah mengenyam pendidikan dan merupakan tamatan SMA. Berdasarkan pekerjaan, tidak ditemukan ibu hamil yang bekerja sebagai PNS/ABRI, mahasiswa/tidak bekerja dan pensiunan. Hampir
80
sebagian besar ibu hamil merupakan ibu rumah tangga sebanyak 77 orang (80.2%), dan sisanya bekerja sebagai pegawai swasta/BUMN sebanyak 11 orang (11.5%) dan wiraswasta/pedagang sebanyak 8 orang (8.3%). 2. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif Pengetahuan ibu hamil yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan penguasaan materi terkait ASI eksklusif yang terdiri dari sembilan item materi seperti materi ASI saja enam bulan; penjelasan pentingnya ASI; skin to skin contact untuk IMD; kolostrum; rawat gabung; tidak diberi susu formula; perawatan puting susu; cara mengatasi kesulitan dalam menyusui dan cara menyusui yang baik. Masing-masing materi terdiri dari satu atau beberapa item topik yang berhubungan. Total item topik adalah 22 item. Berikut ini gambaran pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan berdasarkan 9 materi terkait ASI eksklusif yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997): a. ASI Saja Enam Bulan Pada materi ASI saja enam bulan, terdiri dari tiga item topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.5 gambaran pengetahuan tiga topik terkait materi ASI saja enam bulan pada ibu hamil:
81
Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi ASI Saja Enam Bulan Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Topik Materi ASI Saja Enam Bulan Pengertian ASI eksklusif Penanganan bayi sakit Pemberian MP-ASI
F
%
93 28 76
96.9 29.2 79.3
Dari Tabel 5.5 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah menguasai materi ASI saja enam bulan pada topik materi mengenai pengertian ASI eksklusif, yaitu sebanyak 93 ibu hamil (96.9%) dan pemberian MP-ASI, yaitu sebanyak 76 ibu hamil (79.3%), sedangkan pada topik materi penanganan bayi sakit, mayoritas ibu hamil belum menguasai topik materi ini. Hal tersebut terbukti dari jumlah dan presentase yang hanya 28 ibu hamil (29.2%) saja yang dapat menguasai topik materi ini. b. Penjelasan Pentignya ASI Pada materi penjelasan pentingnya ASI, terdiri dari enam item topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.6 gambaran pengetahuan enam topik terkait materi penjelasan pentingnya ASI pada ibu hamil:
82
Tabel 5.6 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Penjelasan Pentingnya ASI Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) Topik Materi Penjelasan pentingnya ASI Waktu diberikannya ASI Manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi Manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan Manfaat ASI bagi ibu untuk KB Mitos perubahan bentuk payudara Akibat pemberian dot
F
%
46 62 45
47.9 67.4 46.9
66 29 70
66.8 30.2 72.9
Dari Tabel 5.6 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah menguasai materi penjelasan pentingnya ASI pada topik materi mengenai manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi yaitu sebanyak 62 ibu hamil (67.4%), manfaat ASI bagi ibu untuk KB sebanyak 66 ibu hamil (66.8%), dan akibat pemberian dot sebanyak 70 (72.9%), sedangkan pada topik materi mengenai waktu diberikannya ASI, manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan dan mitos perubahan bentuk payudara, mayoritas ibu hamil belum menguasai ketiga materi tersebut. Hal tersebut terbukti dari jumlah dan presentase dari ketiga topik materi tersebut yang masingmasing hanya sebanyak 46 ibu hamil (47.9%), 45 ibu hamil (46.9%) dan 29 ibu hamil (30.2%) saja yang telah menguasai topik materi ini. c. Skin to Skin Contact (IMD) Penguasaan materi pengetahuan selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai skin to skin contact (IMD). Materi ini hanya terdiri dari satu
83
topik. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.7 gambaran pengetahuan terkait materi Skin to Skin Contact (IMD) pada ibu hamil : Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Skin to Skin Contact (IMD) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) Topik Materi Skin to Skin Contact (IMD) Pengertian IMD
F
%
77
80.2
Dari Tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah menguasai materi skin to skin contact (IMD) pada topik materi mengenai pengertian IMD yaitu sebanyak 77 ibu hamil (80.2%). d. Kolostrum Pada materi mengenai kolostrum, terdiri dari tiga item topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.8 gambaran pengetahuan tiga topik terkait materi kolostrum: Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kolostrum Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) Topik Materi Kolostrum Pengertian kolostrum Mitos kolostrum harus dibuang Manfaat kolostrum
F
%
38 67 73
39.6 69.8 76.0
Dari Tabel 5.8 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah menguasai materi kolostrum pada topik materi mengenai mitos kolostrum harus dibuang yaitu sebanyak 67 ibu hamil (69.8%) dan manfaat
84
kolostrum sebanyak 73 ibu hamil (76.0%), sedangkan pada topik materi mengenai pengertian kolostrum, mayoritas ibu hamil belum menguasai. Hal tersebut terbukti dari jumlah dan presentase yang hanya sebanyak 38 ibu hamil (39.6%) saja yang telah menguasai topik materi ini. e. Rawat Gabung Materi selanjutnya yang akan dibahas merupakan materi mengenai rawat gabung. Materi ini terdiri dari satu topik saja. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.9 gambaran pengetahuan terkait materi rawat gabung pada ibu hamil : Tabel 5.9 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Rawat Gabung Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) Topik Materi Rawat gabung Pengertian rawat gabung
F
%
44
45.8
Dari Tabel 5.9 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil belum menguasai topik materi mengenai pengertian rawat gabung. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah dan presentase yang hanya sebanyak 44 ibu hamil (45.8%) saja yang menguasai topik materi ini. f. Tidak Diberi Susu Formula Pada materi pengetahuan mengenai tidak diberi susu formula, terdiri dari dua topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.10 gambaran
85
pengetahuan dua topik terkait materi tidak diberi susu formula pada ibu hamil : Tabel 5.10 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Tidak Diberi Susu Formula Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Topik Materi Tidak Diberi Susu Formula Bahaya susu formula untuk bayi Penanganan ibu yang belum keluar ASI
F
%
56 10
58.3 10.4
Dari Tabel 5.10 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah menguasai materi tidak diberi susu formula pada topik materi mengenai bahaya susu formula untuk bayi yaitu sebanyak 56 ibu hamil (58.3%), sedangkan pada topik materi mengenai penanganan ibu yang belum keluar ASI, mayoritas ibu hamil belum menguasainya. Hal tersebut terbukti dari jumlah dan presentase yang hanya sebanyak 10 ibu hamil (10.4%) saja yang telah menguasai topik materi ini. g. Perawatan Puting susu Penguasaan materi pengetahuan selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai perawatan puting susu. Materi ini terdiri dari dua topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.11 gambaran pengetahuan dua topik terkait materi perawatan puting susu:
86
Tabel 5.11 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Perawatan Puting Susu Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) Topik Materi Perawatan Puting Susu Cara membersihkan payudara Bahaya penggunaan sabun dan alkohol
F
%
88 43
91.7 44.8
Dari Tabel 5.11 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah menguasai materi perawatan puting susu pada topik materi mengenai cara membersihkan payudara yaitu sebanyak 88 ibu hamil (91.7%), sedangkan pada topik materi mengenai bahaya penggunaan sabun dan alkohol, mayoritas ibu hamil belum menguasainya. Hal tersebut terbukti dari jumlah dan presentase yang hanya sebanyak 43 ibu hamil (44.8%) saja yang telah menguasai topik materi ini. h. Kesulitan Dalam Menyusui Pada materi pengetahuan mengenai cara mengatasi kesulitan dalam menyusui, terdiri dari dua topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.12 gambaran pengetahuan dua topik terkait materi kesulitan dalam menyusui pada ibu hamil : Tabel 5.12 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kesulitan Dalam Menyusui Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) Topik Materi Kesulitan Menyusui Penanganan masalah radang payudara
Penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja
F
%
38
39.6
45
46.9
87
Dari Tabel 5.12 diatas, dapat dilihat bahwa ibu hamil belum menguasai kedua topik materi yang termasuk dalam materi kesulitan menyusui. Pada topik materi mengenai penanganan masalah radang payudara dan puting lecet, hanya 38 ibu hamil (39.6%) saja yang dapat menguasai topik materi ini. Penguasan yang kurang juga terjadi pada topik materi lain mengenai penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja dengan jumlah dan presentase ibu hamil yaitu sebanyak 45 ibu hamil (46.9%) saja yang dapat menguasai topik materi ini. i. Cara Menyusui yang Baik Pada materi pengetahuan mengenai cara menyusui yang baik, terdiri dari dua topik materi. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 5.13 gambaran pengetahuan dua topik terkait materi cara menyusui yang baik pada ibu hamil : Tabel 5.13 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Cara Menyusui yang Baik Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96)
Topik Materi Cara Menyusui Yang Baik Cara memulai menyusui Cara memasukkan puting susu
F
%
87 72
90.6 75.0
Dari Tabel 5.13 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu hamil telah menguasai kedua topik materi mengenai cara menyusui yang baik. Pada topik materi mengenai cara memulai menyusui yaitu sebanyak 87 ibu
88
hamil (90.6%), sedangkan pada topik materi cara memasukkan puting susu, yaitu sebanyak 72 ibu hamil (75.0%). 3. Gambaran Kesenjangan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Standar Pengetahuan Yang Seharusnya Dimiliki Terkait ASI Eksklusif Dalam penelitian ini, akan diidentifikasi kebutuhan pengetahuan berupa kesenjangan (gap) antara penguasaan materi terkait ASI eksklusif pada ibu hamil dengan standar pengetahuan yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997). Cakupan suatu materi dianggap sebagai suatu kebutuhan pengetahuan adalah apabila presentase penguasaan materi < 56%. Berikut ini akan ditunjukkan pada Tabel 5.14 hasil data yang telah didapatkan: Tabel 5.14 Hasil Kesenjangan (Gap) Antara Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Standar Materi Terkait ASI Eksklusif Oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997) (n=96) Materi ASI Saja Enam Bulan Pengertian ASI eksklusif Penanganan bayi sakit Pemberian MP-ASI Penjelasan pentingnya ASI Waktu diberikannya ASI Manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi Manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan Manfaat ASI bagi ibu untuk KB Mitos perubahan bentuk payudara Akibat pemberian dot Skin to Skin Contact (IMD) Pengertian IMD
Ket: () Topik Materi dibutuhkan
Penguasaan Materi F %
Ada Kebutuhan (<56%)
93 28 76
96.9 29.2 79.3
-
46 62 45
47.9 67.4 46.9
66 29 70
66.8 30.2 72.9
-
77
80.2
-
89
Lanjutan Tabel 5.14 Hasil Kesenjangan (Gap) Antara Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Standar Materi Terkait ASI Ekslklusif Oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Sotjiningsih (1997) (n=96) Materi Kolostrum Pengertian kolostrum Mitos kolostrum harus dibuang Manfaat kolostrum Rawat gabung Pengertian rawat gabung Tidak Diberi Susu Formula Bahaya susu formula bagi bayi Penanganan ibu yang belum keluar ASI Perawatan Puting Susu Cara membersihkan payudara Bahaya penggunaan sabun dan alkohol Cara Mengatasi Kesulitan dalam Menyusui Penanganan masalah radang payudara dan puting lecet Penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja Cara Menyusui Yang Baik Cara memulai menyusui Cara memasukkan puting susu
Penguasaan Materi F %
Ada Kebutuhan (<56%)
38 67 73
39.6 69.8 76.0
-
44
45.8
56 10
58.3 10.4
88 43
91.7 44.8
38
39.6
45
46.9
87 72
90.6 75.0
-
Ket: () Materi dibutuhkan Dapat dilihat pada Tabel 5.14 di atas, materi terkait ASI eksklusif yang masih dibutuhkan diantaranya adalah materi terkait ASI saja enam bulan pada topik penanganan bayi sakit, materi penjelasan pentingnya ASI pada topik waktu diberikannya ASI, topik manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan serta mitos perubahan bentuk payudara. Pada materi terkait kolostrum pada topik pengertian kolostrum, materi terkait perawatan puting susu pada topik bahaya penggunaan sabun dan alkohol, materi terkait tidak diberi susu formula pada topik penanganan ibu yang belum keluar ASI, materi terkait rawat gabung pada topik pengertian
90
rawat gabung serta materi terkait mengatasi kesulitan menyusui pada topik penanganan masalah radang payudara dan puting lecet serta penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja. Dapat disimpulkan bahwa, masih terdapat kesenjangan antara topik materi yang telah disebutkan diatas terhadap standar pengetahuan, sehingga dapat dikatakan bahwa topik materi tersebut masih merupakan suatu kebutuhan pengetahuan bagi ibu hamil yang belum terpenuhi. 4. Gambaran Sumber Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu hamil Pengambilan data sumber pengetahuan ditujukan untuk mengetahui darimana saja pengetahuan yang didapat selama ini pada ibu hamil. Pendeskripsian dimulai dengan hasil pernah/tidak pernah mendengar materimateri terkait ASI eksklusif yang dilanjutkan dengan hasil sumber pengetahuan namun, terlebih dahulu akan dipaparkan hasil pernah/tidak mendengar materi terkait ASI eksklusif pada ibu hamil yang dapat dilihat pada Tabel 5.15 dibawah ini : Tabel 5.15 Hasil Pernah/Tidak Pernah Mendengar Materi Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012 (n=96) Materi ASI Saja Enam Bulan Pengertian ASI eksklusif Penanganan bayi sakit Pemberian MP-ASI Penjelasan pentingnya ASI Waktu diberikannya ASI Manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi Manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan
Tidak Pernah Mendengar F % 9 51 6
9.4 53.1 6.2
47 27 57
49.0 28.1 59.4
91
Lanjutan Tabel 5.15 Hasil Pernah/Tidak Pernah Mendengar Materi Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012 (n=96) Tidak Pernah Mendengar Materi F % Penjelasan pentingnya ASI Manfaat ASI bagi ibu untuk KB 37 38.5 Mitos perubahan bentuk payudara 46 47.9 Akibat pemberian dot 34 35.4 Skin to Skin Contact (IMD) Pengertian IMD 13 13.5 Kolostrum Pengertian kolostrum 53 55.2 Mitos kolostrum harus dibuang 37 38.5 Manfaat kolostrum 33 34.4 Rawat gabung Pengertian rawat gabung 67 69.8 Tidak Diberi Susu Formula Bahaya susu formula bagi bayi 49 51.0 Penanganan ibu yang belum keluar ASI 35 36.5 Perawatan Puting Susu Cara membersihkan payudara 28 29.2 Bahaya penggunaan sabun dan alkohol 49 51.0 Cara Mengatasi Kesulitan dalam Menyusui Penanganan masalah radang payudara dan puting 57 59.4 lecet 52 54.2 Penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja Cara Menyusui Yang Baik Cara memulai menyusui 12 12.5 Cara memasukkan puting susu 25 26.0 Dapat dilihat pada Tabel 5.15 di atas, materi terkait ASI eksklusif yang mayoritas tidak pernah didengar sebelumnya oleh ibu hamil diantaranya adalah materi ASI saja enam bulan pada topik penanganan bayi sakit, yaitu sebanyak 51 orang (53.1%), penjelasan pentingnya ASI pada topik waktu
92
diberikannya ASI, yaitu sebanyak 49 (51.1%) dan topik manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan, yaitu sebanyak 57 (59.4%). Pada materi kolostrum terdapat pada topik pengertian kolostrum, yaitu sebanyak 53 (55.2%). Pengertian rawat gabung, yaitu sebanyak 67 (69.8%). Tidak diberi susu formula pada topik bahaya susu formula bagi bayi, yaitu sebanyak 49 (51.0%). Perawatan puting susu pada topik bahaya penggunaan sabun dan alkohol, yaitu sebanyak 49 (51.0%) serta cara mengatasi kesulitan menyusui pada topik penanganan masalah radang payudara dan puting lecet serta topik penanganan pemberian ASI ketika bekerja, yang masing-masing sebanyak 57 (59.4%) dan 52 (54.2%). Setelah dideskripsikan hasil pernah/tidak pernah mendengar materi tersebut kepada ibu hamil, selanjutnya akan dideskripsikan sumber pengetahuan ibu hamil akan materi terkait ASI eksklusif yang ada pada kuesioner. Pertanyaan sumber pengetahuan merupakan lanjutan dari pertanyaan jika ibu hamil memilih pernah mendengar materi tersebut. Pada penjelasan selanjutnya, dapat dilihat pada Tabel 5.16 hasil dari akumulasi jumlah ibu hamil yang menyebutkan sumber pengetahuan setiap topik materi terkait ASI eksklusif:
93
Tabel 5.16 Presentase Hasil Sumber Pengetahuan Dari Topik Materi Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 Presentase Topik Materi (%)
Sumber Pengetahuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Dokter
13
16
12
12
9
5
11
4
12
13
15
14
15
10
7
12
14
20
17
8
15
19
Bidan Lain
6
6
0
0
0
14
4
9
1
0
0
2
5
1
4
15
14
22
7
5
33
11
Bidan
26
26
27
35
30
2
24
0
14
22
19
25
20
25
20
8
6
0
19
20
4
31
Perawat
2
2
1
0
2
0
0
0
3
3
3
3
4
2
2
0
2
0
0
0
0
0
Kader
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TV
1
0
2
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
Majalah
6
5
8
4
6
8
5
10
9
7
10
9
11
8
6
8
4
7
4
6
11
11
Buku
5
10
7
9
7
10
4
7
14
9
10
11
11
3
6
8
5
7
9
9
5
2
Suami
2
3
2
1
3
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
0
0
2
1
1
Ibu
15
8
17
12
10
14
16
16
9
10
13
10
11
9
15
12
15
7
17
21
11
11
Saudara
8
5
4
9
4
7
8
15
12
11
11
9
7
10
9
8
9
10
11
6
5
9
T. Agama
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
T. Masy.
2
2
1
3
1
3
1
1
3
1
1
2
1
2
4
3
1
2
4
3
3
1
Tetangga
2
3
1
0
4
3
3
3
0
1
1
1
0
1
1
2
0
2
0
3
1
0
Teman
13
15
20
14
23
32
24
31
20
20
16
16
15
26
24
24
28
22
13
18
11
4
94
Dari Tabel 5.16, dapat dilihat bahwa dari 22 topik materi, 13 topik materi mayoritas ibu hamil memilih bidan sebagai sumber pengetahuan mereka (Topik 1, 2, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 19, 20, 22). Pada topik materi lainpun, walaupun bidan tidak menempati posisi mayoritas, tetap saja bidan dipilih sebagai salah satu sumber pengetahuan. Hal tersebut menyiratkan bahwa bidan merupakan sumber pengetahuan utama ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Tidak dapat dipungkiri terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, berikut ini akan dijabarkan keterbatasan dalam penelitian ini : 1.
Instrumen kuesioner disusun berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, tetapi mungkin masih terdapat materi terkait ASI eksklusif yang tidak dapat dimasukkan seluruhnya ke dalam instrumen kuesioner, namun peneliti mencoba meminimalkan dengan mendiskusikan bersama pakar ahli gizi mengenai materi-materi yang layak masuk kedalam instrumen kuesioner serta melihat dari penelitian-penelitian sebelumnya materi-materi terkait ASI eksklusif yang penting untuk diketahui.
2.
Terdapat satu materi dari standar Kemenkes R.I yang tidak diteliti yaitu materi keinginan untuk menyusui. Hal tersebut dikarenakan kesulitan untuk menelitinya secara kuantitatif, sementara untuk meneliti pengetahuan ibu yang lain digunakan pendekatan kuantitatif.
B. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif 1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Karakteristik responden yang akan dibahas adalah dari segi usia, usia kehamilan, jumlah anak, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Berikut ini akan dibahas karakteristik responden yang dimaksud:
95
96
a. Usia Usia mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Pada penelitian ini, mayoritas responden berusia antara 20-34 tahun. Usia tersebut tentu dapat dikatakan sudah dewasa dalam pola pikirnya sehingga pengetahuannya pun akan semakin berkembang. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Yustifa dalam Widayati dan Maryatun (2012) bahwa responden penelitian pada rentang usia tersebut memiliki ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan pribadi yang erat hubungannya dengan matangnya dalam mengambil setiap keputusan. b. Usia Kehamilan Dari hasil penelitian yang telah didapat, mayoritas responden usia kehamilannya berkisar antara 14-27 minggu (trimester kehamilan kedua). Menginjak usia kehamilan trimester kedua dan tiga, pengetahuan yang didapat tentu akan lebih beragam dibandingkan dengan trimester awal pertama. Hal tersebut bisa saja karena tuntutan sebagai seorang ibu nantinya dalam mengasuh anak seperti
yang telah disampaikan
sebelumnya, sehingga membuat ibu menambahkan pengetahuannya demi melaksanakan tuntutan tersebut, selain itu, pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada saat kunjungan antenatal juga dapat menambahkan pengetahuan ibu terkait ASI eksklusif. c. Jumlah Anak Seorang
ibu
menyusui
memperoleh
pengetahuan
dapat
dari
pengalamannya pada saat menyusui anak sebelumnya (Roesli, 2000).
97
Dilihat dari jumlah anak, mayoritas ibu sebelumnya sudah memiliki anak, sehingga pengetahuan ibu dapat dikatakan sudah lebih baik. d. Pendidikan Terakhir Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif tidak terlepas dari tingkat pendidikan ibu. Menurut Kasnodiharjo, et.al (1994), semakin tinggi strata pendidikan seseorang, pengetahuan yang didapatnya mengenai ASIpun akan semakin bertambah. Dilihat dari karakteristik responden, mayoritas ibu
hamil
merupakan
tamatan
SMA,
sehingga
dapat
dikatakan
pengetahuannya lebih baik ketimbang dengan ibu yang hanya tamatan SD/SMP. e. Pekerjaan Dari hasil penelitian yang telah didapat, mayoritas responden merupakan ibu rumah tangga. Menurut Kurniati dalam Widayati dan Maryatun (2012) bahwa status perkerjaan seorang ibu dapat berpengaruh terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara menambah pengetahuan. Ibu yang mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu yang luang, hal tersebut tentu dapat membuat ibu bisa mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari berbagai media, antara lain: televisi, radio, surat kabar. 2. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif Sungguh ironis, dari banyaknya keuntungan ASI eksklusif ini bagi bayi dan ibu dan sudah diciptakannya ASI ini oleh ALLAH SWT secara alamiah, masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal
98
ini dapat dilihat dari data cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yaitu sebesar 51,2%. Angka tersebut masih sangat jauh dari target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 80%. Dari pentingnya ASI tersebut bagi bayinya, tentu setiap ibu diwajibkan untuk menyusui bayinya. Dilihat dari islam sendiri, perintah ibu untuk menyusui bayinya juga tercantum jelas dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 223: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan” [Q.S Al-Baqarah: 2:233]. Menyusui memang merupakan sesuatu yang alamiah, tetapi tidak begitu saja terjadi, oleh sebab itu sebaiknya ilmu mengenai menyusui harus tetap dipelajari jauh sebelum proses kelahiran terjadi. Hal tersebut dimaksudkan supaya ibu memiliki persiapan ilmu yang baik dalam menjalankan perintah untuk menyusui bayinya kelak. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menghendaki (kebahagiaan) dunia hendaklah dengan ilmu, barang siapa menghendaki akhirat hendaklah dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya hendaklah dengan ilmu”.
99
Dapat dilihat bahwa Sabda Rasulullah SAW di atas menyiratkan pentingnya untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu tersebut dapat menuntun dan mengarahkan seseorang untuk kehidupan yang layak baik bahagia dunia maupun akhirat. Ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan dari pengetahuan. Salah satu pengetahuan yang akan dibahas adalah pengetahuan mengenai ASI eksklusif. Dalam penelitian ini, pengetahuan diartikan sebagai penguasaan terhadap materi-materi terkait ASI eksklusif. Dari hasil penelitian yang telah didapat, masih terdapat ibu hamil yang mayoritas tidak menguasai materimateri terkait ASI eksklusif. Hasil temuan ini tentu perlu dijadikan perhatian, khususnya bagi petugas kesehatan yang ada untuk memberikan pengetahuan terkait materi yang belum dikuasai oleh ibu hamil tersebut, mengingat materi tersebut merupakan materi yang penting untuk dikuasai oleh ibu hamil. Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan. Dari hasil penelitian, masih terdapat materi terkait ASI eksklusif yang belum dikuasai oleh ibu hamil, sedangkan menurut rekomendasi dari Kemenkes R.I (2010b), Soetjiningsih (1997) dan beberapa hasil penelitian, menunjukkan materi tersebut penting untuk dikuasai sedini mungkin, yaitu tepatnya pada saat kehamilan. Tidak mampunya seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang dia ketahui
100
terkait materi ASI eksklusif dapat membuat gagalnya pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut karena mereka tidak mengetahui sehingga merekapun tidak melakukannya. Pengetahuan dianggap sebagai salah satu faktor yang penting dalam terciptanya suatu perilaku. Dari penelitian yang dilakukan oleh Foo et al, (2005) dan Fika dan Syafiq (2009) yang menyebutkan bahwa pengetahuan ibu yang baik merupakan faktor penting dalam terwujudnya perilaku pemberian ASI eksklusif, oleh sebab itu, penting kiranya ibu hamil menguasai materi-materi terkait ASI eksklusif yang akan menunjang pengetahuannya ketika bayinya telah lahir karena selaku orangtua, seorang ibu merupakan penanggungjawab dalam mengasuh anak. Dalam Hadis riwayat Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. Bersabda: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?.” Dalil diatas menunjukkan bahwa yang bertanggungjawab dan yang paling utama atas pendidikan anak adalah orangtua, terutama pendidikan aqidah yang menyelamatkan anaknya dari api neraka. Menurut Heath (2006) dalam Athiyah (2008), wanita dituntut untuk memiliki pengetahuan khusus seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anaknya. Apabila terjadi kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang seharusnya dimiliki menurut Dick dan Carey
101
(1990) dalam Jacobsen and O’Connor (2006), hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu kebutuhan pengetahuan. Dalam penelitian ini, kebutuhan pengetahuan dirinci sebagai kesenjangan antara penguasaan materi terkait ASI eksklusif pada ibu hamil dengan standar materi terkait ASI eksklusif yang ditetapkan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997). Penilaian kebutuhan penting untuk dilakukan, dikarenakan untuk mengidentifikasi apa yang kelompok inginkan atau butuhkan dan apakah program yang ada atau intervensi yang sudah ada dapat memenuhi kebutuhan mereka secara seharusnya (Jacobsen and O’Connor, 2006). Pertama akan dibahas pentingnya melakukan penilaian kebutuhan untuk mengidentifikasi apa yang kelompok inginkan atau butuhkan. Dari hasil yang telah didapat pada beberapa topik materi, terlihat bahwa masih terdapat kesenjangan antara pengetahuan ibu hamil dengan pengetahuan yang seharusnya dimiliki terkait ASI eksklusif, sehingga dapat dikatakan masih terdapat kebutuhan pengetahuan akan materi terkait ASI eksklusif. Materi yang masih dibutuhkan tersebut diantaranya adalah ASI saja enam bulan pada topik penanganan bayi sakit; penjelasan pentingnya ASI pada topik waktu diberikannya ASI, manfaat ASI bagi ibu untuk menguruskan badan dan mitos perubahan bentuk payudara; kolostrum pada topik pengertian kolostrum; rawat gabung pada topik pengertian rawat gabung; tidak diberi susu formula pada topik penanganan ibu ketika ASI belum keluar; perawatan puting susu pada topik bahaya penggunaan sabun dan alkohol; cara mengatasi kesulitan
102
menyusui pada topik penanganan masalah radang payudara dan puting lecet dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja. Berikut ini akan dibahas satu persatu materi yang masih dibutuhkan oleh ibu hamil: a. ASI Saja Enam Bulan (Penanganan Bayi Sakit) Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi mengalami sakit (Pratiwi dan Purnawati, 2009). Menurut Newman (2009), jika bayi sakit, sebenarnya, ASI tidak perlu dihentikan, ASI justru perlu ditambah. Newman mengatakan bahwa pemberian ASI ketika bayi sakit justru dapat menenangkan bayi dan tidak berbahaya bagi bayi. Sakit yang hanya penyembuhannya hanya perlu ASI saja, diantaranya adalah diare dan muntah, infeksi pernafasan, dan sakit kuning, selain itu, menurut Tari (2012), demam juga termasuk dalam sakit yang cukup dengan diberi ASI saja terlebih dahulu dalam penanganan pertama yang dapat dilakukan oleh ibu. Memang terdapat kondisi tertentu dimana bayi harus menghentikan pemberian ASI ataupun harus memberikan ASI dengan tambahan susu formula. Kondisi yang dimaksud tentu harus berdasarkan indikasi medis yang telah ditetapkan oleh dokter/bidan/perawat yang telah memeriksa
103
bayi tersebut. Pengajuan materi ini sebagai pertanyaan yang harus dijawab oleh ibu hamil dimaksudkan supaya ibu mengetahui kondisi apa yang mengharuskan ibu tetap mengupayakan memberikan ASI kepada bayinya ketika sakit dan mengetahui tindakan apa yang perlu diambil apabila bayi sakit tanpa perlu diberi obat terlebih dahulu. Apabila penanganan pertama yang dilakukan oleh ibu gagal, dan bayi tetap sakit, barulah ibu harus membawa
bayinya
kepada
dokter/bidan/perawat
terdekat.
Dokter/bidan/perawat selanjutnya akan menentukan penanganan terbaik bagi bayi, apakah diberi obat untuk penyembuhannya atau tidak. Pemberian ASI eksklusif yang dimaksud menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Pengertian tersebut mengandung penjelasan bahwa jika bayi diberi obat, bayi tersebut tentu gagal untuk mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya. Dari alasan tersebutlah penting sekali ibu hamil mengetahui hal tersebut dan tidak bertindak gegabah ketika bayi sakit. Dapat disimpulkan bahwa memang terdapat kondisi tertentu dimana bayi harus menghentikan pemberian ASI ataupun harus memberikan ASI dengan tambahan susu formula, namun pada kondisi sakit seperti diare, demam, masalah pada pernafasan dan sakit kuning, pemberian ASI tetap harus dilanjutkan. Dari penjelasan di atas, tentu materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil, namun dari hasil yang telah didapatkan, sebagian
104
besar ibu hamil masih belum menguasai materi ini dengan baik. Sebagian besar ibu hamil memilih untuk menghentikan memberikan ASInya ketika bayinya sakit, padahal hal tersebut dapat membuat ibu menggagalkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi karena tidak mengetahui penanganan yang tepat ketika bayi sakit dengan memilih menghentikan ASI. Berkaitan dengan pemberian pengetahuan topik materi ini, dari hasil yang didapat, bidan mengakui memang tidak memberikannya. Tidak diberikannya pengetahuan kepada ibu hamil diungkapkan oleh bd.x karena bidan tidak mau sembarangan dalam memberikan topik materi ini pada saat penyuluhan. Hal tersebut karena pemberian pengetahuan mengenai topik materi ini harus melalui diagnosa lebih lanjut untuk menentukan langkah apa yang harus diambil. Padahal, melihat dari paparan di atas, topik materi ini penting sekali untuk dikuasai oleh ibu hamil agar ibu mengetahui penanganan yang tepat ketika bayi sakit. b. Penjelasan Pentingnya ASI 1) Waktu Diberikannya ASI Masalah menyusui yang sering terjadi di masyarakat adalah ibu menggunakan jam dalam menyusui dengan bayinya. Hal tersebut sama dengan yang didapatkan dari hasil penelitian ini yang mengemukakan bahwa sebagian besar ibu hamil belum menyadari bahwa ASI diberikan kapan saja kepada bayi usia 0-6 bulan.
105
Menurut Newman (2009) perlu dipahami oleh ibu bahwa bayi tidak selalu sedang menyusu saat bayi melakukan gerakan menghisap pada payudara. Bayi mungkin saja sedang “mengempeng” tapi tidak sedang minum dan oleh karena itu bayi tidak mendapatkan cukup lemak sehingga bayi kurang mendapatkan kalori, dan menjadi lebih sering menyusu walau dia sedang menghisap payudara. Hal tersebut menyebabkan ibu tidak dapat menentukan jadwal pemberian ASI kepada bayi dan mengharuskan ibu untuk menyusu bayinya sesuai dengan keinginan bayinya. Masih kurangnya pemahaman ibu hamil akan topik materi ini sebaiknya diantisipasi sejak ibu dalam masa kehamilan, mengingat penjelasan yang telah disebutkan di atas akan sangat berguna nantinya bagi ibu dan juga bayi mereka. Pada Puskesmas ini, sebenarnya topik materi ini telah diberikan kepada ibu hamil, namun didapati masih terdapat kekurangan dalam pemahaman ibu hamil. Dilihat dari segi pelaksanaan, topik materi ini diberikan oleh bd.x secara berkelompok. Hal tersebut menunjukkan pemberian pengetahuan terhadap topik materi ini yang dilakukan oleh bd. x secara berkelompok masih perlu ditingkatkan. 2) Manfaat ASI Bagi Ibu untuk Menurunkan Berat Badan Selama ini telah banyak beredar kabar di masyarakat mengenai memberikan ASI kepada bayi dapat membuat ibu menjadi gemuk. Anggapan tersebut juga sama dilihat dari hasil penelitian ini yang
106
menyebutkan ibu hamil setuju bahwa memberikan ASI dapat membuat ibu menjadi gemuk. Anggapan tersebut tentu dapat mempengaruhi ibu hamil kelak akan anggapan menyusui, sehingga perlu kiranya meluruskan anggapan ini sedini mungkin yaitu sewaktu ibu dalam masa kehamilan agar kelak bayi benar-benar mendapatkan ASI eksklusif. Menurut Arisman (2007), kabar tersebut sebenarnya tidak benar. Arisman memaparkan perangsangan puting susu oleh isapan bayi justru akan menambah sekresi oksitosin ke dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak penyebab “gendut”, kembali ke ukuran sebelum hamil. Pernyataan Arisman mendapat dukungan dari penelitian yang telah dilakukan
oleh
Dewey,
et.al
dalam
membandingkan penurunan berat badan
Stube
(2009).
Dewey
pada dua kelompok
perempuan yang telah melahirkan. Satu kelompok terdiri dari perempuan yang menyusui kurang dari tiga bulan dan satu kelompok lagi, terdiri dari perempuan yang yang menyusui lebih dari satu tahun. Dari hasil penelitian Dewey, didapatkan hasil,
perempuan dalam
kelompok menyusui lebih dari satu tahun dapat kehilangan 4,4 lbs (1,99 kg) lebih banyak dari perempuan yang menyusui kurang dari 3 bulan, dan perbedaan berat ini bertahan pada dua tahun setelah melahirkan (P<.05).
107
Berkaitan dengan pemberian pengetahuan topik materi ini, dari hasil yang didapat, bidan mengakui memang tidak memberikannya. Pemberian topik materi ini hanya diberikan pada saat ada ibu yang bertanya saja. Hal tersebut tentu sangat disayangkan mengingat pentingnya pemberian pengetahuan ini bagi peningkatan pengetahuan ibu akan topik materi ini yang diharapkan dengan adanya peningkatan pengetahuan, pemberian ASI eksklusif pada bayinya kelak akan terwujud. Tidak dijadikannya topik materi ini sebagai topik materi tetap yang akan diberikan kepada ibu hamil dapat membuat antar satu ibu hamil dengan ibu hamil yang lain tidak merata pengetahuannya. Hal tersebut karena pemberian pengetahuan hanya diberikan pada saat ada ibu hamil yang bertanya saja, jika tidak ada inisiatif ibu hamil untuk bertanya maka ibu hamil tersebutpun tidak akan mendapatkan pengetahuan akan topik materi ini. Dari penjelasan tersebut, tentu dapat dipahami bahwa masih kurangnya pemahaman ibu hamil karena topik materi ini bukan merupakan topik materi tetap. 3) Mitos Perubahan Bentuk Payudara Menurut Siregar (2004), salah satu faktor yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia adalah ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang. Padahal, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rinker, et.al (2008), menyusui tidak mempengaruhi bentuk payudara.
108
Sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah bentuk payudara, tetapi proses kehamilanlah yang menyebabkan perubahan tersebut. Kehamilan yang menyebabkan dikeluarkannya hormon-hormon dan menyebabkan
terbentuknya
air
susu
yang
mengisi
payudara
(Danuatmaja dan Meliasari, 2003). Melihat dari fakta yang telah dijabarkan dari hasil penelitian di atas, tentu materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil supaya ke depannya setelah melahirkan, ibu tersebut tidak beranggapan bahwa menyusui dapat merubah bentuk payudaranya dan mau memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dari hasil penelitian ini, didapatkan hasil dimana sebagian besar ibu hamil belum dapat menguasai materi ini dengan baik. Hasil tersebut tentu sangat disayangkan mengingat pentingnya penguasaan materi ini bagi keberhasilan pemberian ASI eksklusif seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Penemuan hasil masih adanya kebutuhan akan topik materi ini dibarengi dengan penemuan bahwa bidan memang tidak memberikan topik materi ini. Bd.x mengemukakan pemberian pengetahuan akan topik materi ini jika ada ibu hamil yang bertanya saja. Hal ini mengindikasikan
pembahasan
yang
sama
seperti
yang
telah
dikemukakan sebelumnya pada topik materi mitos perubahan payudara yang
mengemukakan
bahwa
masih
ditemukannya
kebutuhan
pengetahuan disebabkan karena topik materi ini bukan topik materi tetap.
109
c. Kolostrum (Pengertian Kolostrum) Dari hasil yang telah didapatkan, sebagian besar ibu hamil belum menguasai materi ini. Penguasaan materi ini penting mengingat masih banyaknya informasi yang beredar di kalangan masyarakat bahwa kolostrum pada saat pertama kelahiran dianggap tidak mencukupi kebutuhan zat gizi bayi sehingga harus ditambahkan makanan /minuman lain. Padahal walaupun jumlah kolostrum sedikit, namun kolostrum terbukti cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi pada awal kelahiran. Penambahan
makanan/minuman
lain
tentu
dapat
menggagalkan
pemberian ASI eksklusif pada bayinya, oleh sebab itu penguasaan materi ini dapat memberikan ibu insiatif untuk memberikan kolostrum saja tanpa diiringi dengan pemberian makanan/minuman lain sebagai tambahan makanan kepada bayinya. Masih kurangnya pemahaman ibu hamil akan topik materi ini sebaiknya diantisipasi sejak ibu dalam masa kehamilan, dengan memberikan pengetahuan. Hal tersebut mengingat penjelasan yang telah disebutkan di atas akan sangat berguna nantinya bagi ibu dan juga bayi mereka. Pada Puskesmas ini, sebenarnya topik materi ini telah diberikan kepada ibu hamil, namun didapati masih terdapat kekurangan dalam pemahaman ibu hamil. Dilihat dari segi pelaksanaan, topik materi ini diberikan oleh bd.x secara berkelompok. Hal tersebut menunjukkan pemberian pengetahuan terhadap topik materi ini yang dilakukan oleh bd. x secara berkelompok masih perlu ditingkatkan.
110
d. Rawat Gabung (Pengertian Rawat Gabung) Dari hasil penelitian yang didapatkan, sebagian besar ibu hamil belum menguasai topik materi ini. Topik materi ini seharusnya dikuasai oleh ibu hamil karena manfaat rawat gabung segera pada bayi baru lahir sangat penting dalam memulai kegiatan menyusui. Menurut penelitian Arasta (2010), ditemukan hubungan bermakna antara pelaksanaan rawat gabung dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di Polindes Harapan Bunda Desa Kaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Hubungan bermakna tersebut dijelaskan oleh Febrianti dalam Arasta (2010) karena dengan adanya rawat gabung, proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya akan segera terjalin. Makin sering ibu melakukan kontak fisik langsung dengan bayi akan membantu memperlancar produksi ASI, sehingga ibu yang melakukan rawat gabung dapat segera menyusui bayinya kapanpun bayi menginginkan. Menurut Soetjiningsih (1997), ASI yang tidak lancar atau tersumbat merupakan salah satu penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif, oleh sebab itu materi mengenai rawat gabung sebaiknya dikuasai oleh ibu hamil mengingat manfaat dari rawat gabung itu sendiri yang dapat memperlancar produksi ASI, selain itu penguasaan materi rawat gabung ini juga diharapkan dapat menumbuhkan inisiatif dari ibu untuk memilih tempat persalinan yang tersedia fasilitas rawat gabungnya. Penemuan hasil masih adanya kebutuhan akan topik materi ini diiringi dengan penemuan bahwa bidan memang tidak memberikan topik materi
111
ini. Bd.x mengemukakan tidak perlu diberikan lagi materi mengenai rawat gabung karena disemua rumah sakit dan puseksmas sudah melakukan rawat gabung. Menurut Pratiwi (2010), belum semua Puskesmas melaksanakan rawat gabung. Dari 294 Puskesmas yang ada di DKI Jakarta, baru 64 Puskesmas yang dilengkapi dengan rawat gabung, sehingga apabila tidak diberitahukan mengenai manfaat rawat gabung sejak kehamilan, tentu akan sangat merugikan. e. Tidak Diberi Susu Formula (Penanganan Ibu ASI belum Keluar) ASI yang belum keluar dapat disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Soetjiningsih (1997), ASI yang belum keluar dapat disebabkan karena saluran susu tersumbat; kecemasan dan kelelahan Ibu; merokok dan obatobatan; ibu yang sedikit minum; diit ibu yang jelek. Dari beberapa paparan diatas dapat dilihat bahwa penyebab ASI tidak keluar sebenarnya merupakan faktor yang dapat dimodifikasi dalam artian merupakan faktor yang dapat diubah, jadi, pemberian susu formula kepada bayi jika ASI tidak keluar merupakan sesuatu yang salah. Hal tersebut tentu harus diinformasikan kepada ibu sedini mungkin yaitu pada saat masa kehamilan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Li (2008) dan Afifah (2007), memperlihatkan data bahwa salah satu alasan ibu banyak yang menyerah untuk berhenti menyusui disebabkan karena ASI tidak keluar. Pada penelitian ini, sebagian besar ibu hamil belum menguasai materi ini. Mengingat pentingnya materi ini seperti yang telah dijelaskan
112
sebelumnya, ibu hamil perlu menguasai materi ini agar ke depannya, ibu tidak sembarangan memberi susu botol jika ASI ibu belum keluar. Penemuan hasil masih adanya kebutuhan akan topik materi ini diiringi dengan penemuan bahwa bidan memang tidak memberikan topik materi ini. Bidan mengungkapkan alasan tidak diberikannya materi ini karena ingin menjalankan peraturan dari pemerintah yang menyebutkan bahwa tidak boleh adanya pemberian pengetahuan seputar susu formula. Sebenarnya jika dicermati, Pemerintah bukan melarang sama sekali pemberian pengetahuan seputar susu formula, yang dimaksud Pemerintah adalah melarang untuk memberikan susu formula kepada bayi atau memajang atribut yang mempromosikan susu formula di tempat pelayanan kesehatan. Hal tersebut terdapat dalam LKMM dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif. Anggapan tersebut terang saja kurang tepat karena tidak ada salahnya untuk memberikan pengetahuan seputar susu formula dan dampaknya bagi kesehatan bayi agar ibu semakin sadar akan pentingnya pemberian ASI. f. Perawatan Puting Susu (Bahaya Penggunaan Sabun dan Alkohol) Menurut Kaderkanie (2011), perawatan payudara yang benar adalah dengan menggunakan air hangat dan tidak menggunakan sabun maupun alkohol
dikarenakan
penggunaan
kedua
bahan
tersebut
dapat
menyebabkan puting kering, iritasi dan lecet. Puting kering, iritasi dan lecet merupakan salah satu penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif
113
kepada bayi, oleh sebab itu materi ini perlu diinformasikan kepada ibu sedini mungkin melihat masih banyak ibu yang belum mengetahui bahaya dalam penggunaan sabun maupun alkohol dalam membersihkan puting susu. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian ini yang memperlihatkan
data
bahwa
sebagian
besar
ibu
hamil
masih
membutuhkan topik materi ini. Pada saat dikonfirmasi kepada bd.y, bd.y mengungkapkan bahwa materi untuk perawatan puting susu yang beliau berikan hanya seputar massage payudara saja dan cara membersihkan payudara dengan air hangat. Melihat dari pentingnya pengetahuan akan topik materi ini, tentu sangat disayangkan bidan tidak memberikan topik materi ini kepada ibu hamil. g. Cara Mengatasi Kesulitan Menyusui 1) Penanganan Masalah Payudara Menurut Soetjiningsih (1997), cara mengatasi radang payudara dan puting lecet adalah dengan tetap menyusui bayinya. Masalah tersebut sebenarnya tidak menyebabkan ibu harus menghentikan memberi ASI kepada bayinya. Dengan penatalaksanaan posisi menyusui yang benar diharapkan masalah tersebut dapat teratasi. Dari hasil penelitian yang telah didapatkan, sebagian besar ibu hamil belum menguasai materi ini. Materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu sedini mungkin yaitu sewaktu hamil dengan harapan dapat membuat ibu tersebut ke depannya dapat menangani masalah ini jika
114
terjadi pada dirinya dan tidak menghentikan pemberian ASI kepada bayinya. Hal tersebut penting untuk diketahui karena dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Soetjiningsih (1997), Siregar (2004) dan Li (2008), mengemukakan bahwa salah satu sebab kegagalan ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya adalah karena mengalami kesulitan dalam menyusui (radang payudara ataupun
puting
lecet).
Dari
hasil
yang
didapatkan,
bidan
mengemukakan tidak diberikannya materi ini karena menurut bidan, pemberian pengetahuan mengenai materi ini akan lebih sukses jika diberikan pada saat setelah melahirkan saja. Padahal menurut Soetjiningsih (1997), Siregar (2004) dan Li (2008), mengemukakan bahwa salah satu sebab kegagalan ibu dalam menyusui adalah karena mengalami kesulitan dalam menyusui (radang payudara ataupun puting lecet). Apabila ibu tidak diberitahukan dari sejak awal kehamilan, bisa saja ibu menyerah dalam memberikan ASI kepada bayinya karena tidak mengetahui cara yang tepat dalam menangani masalah tersebut, dan apabila bidan memberikannya pada saat ibu sudah mengalami masalah tersebut, bisa saja hal tersebut sudah terlambat, ibu sudah menyerah karena ibu tidak mengetahui cara yang benar menangani masalah tersebut. 2) Penanganan Pemberian ASI Ketika Ibu Bekerja Menurut Siregar (2004), Hikmawati (2008), Rejeki (2008) dan Singh (2010), salah satu faktor menyebabkan ASI Ekslusif tidak
115
diberikan adalah karena ibu bekerja. Padahal, pada saat bekerja sebenarnya ibu tetap dapat memberikan ASI kepada bayinya. Hal tersebut dikemukakan oleh Soetjiningsih (1997), yang memaparkan bahwa terdapat cara untuk menyusui bayinya pada ibu yang bekerja. Cara yang dimaksud dapat dengan sebelum ibu berangkat bekerja, bayi harus disusui, selanjutnya ASI diperas dan disimpan untuk diberikan kepada bayi selama ibu bekerja atau dengan bayi disusui lebih sering setelah ibu pulang bekerja dan pada malam hari. Dari hasil penelitian ini, didapatkan hasil dimana sebagian besar ibu hamil belum dapat menguasai topik materi ini dengan baik. Hal tersebut perlu diantisipasi oleh ibu melihat dari fakta yang telah dijabarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang menyiratkan materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil supaya ke depannya setelah melahirkan, ibu tersebut tidak beranggapan bahwa susu formula dapat diberikan kepada bayi ketika ibu bekerja. Penemuan hasil masih adanya kebutuhan akan topik materi ini dibarengi dengan penemuan bahwa bidan memang tidak memberikan topik materi ini. Penyebab tidak diberikannya pengetahuan pada materi mengatasi kesulitan menyusui lainnya pada topik penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja diungkapkan oleh bidan tidak jauh berbeda dengan topik materi penanganan masalah radang payudara dan puting lecet, bidan lebih memilih untuk memberikan pengetahuan pada saat sudah melahirkan saja, padahal menurut Siregar (2004),
116
Hikmawati (2008), Rejeki (2008) dan Singh (2010), salah satu faktor yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan adalah karena ibu bekerja. Ibu tersebut tidak mengetahui bagaimana cara ibu tetap bekerja dan dapat memberikan ASI kepada bayinya dengan cara diperah, oleh sebab itu penting untuk mengetahui cara memerah ASI sejak awal kehamilan, agar setelah melahirkan nanti, ibu tetap bisa memberikan ASI kepada bayinya walaupun sedang bekerja karena ibu telah mengetahui sebelumnya, bagaimana cara memerah ASI. Masih adanya topik materi yang dibutuhkan seperti yang telah disebutkan di atas perlu dijadikan perhatian lebih lanjut karena materi yang mereka butuhkan tersebut sebenarnya sangat penting untuk diketahui oleh ibu hamil dan direkomendasikan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997) yang notabennya merupakan seorang profesional, selain itu, berdasarkan hasil penelitian dari para ahli juga mengungkapkan topik materi tersebut sebenarnya perlu untuk dikuasai oleh ibu hamil. Setelah dibahas mengenai tujuan diadakannya penilaian kebutuhan pengetahuan untuk mengidentifikasi apa yang kelompok inginkan atau butuhkan, berikutnya akan dibahas pentingnya penilaian kebutuhan untuk mengidentifikasi apakah intervensi yang sudah ada dapat memenuhi kebutuhan mereka secara seharusnya dan apa yang mungkin menjadi alternatif terbaik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya,
pada
Puskesmas
Kecamatan
Pesanggrahan
sebenarnya telah melakukan intervensi terkait ASI eksklusif kepada ibu
117
hamil. Intervensi tersebut berupa pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal ke Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Masih adanya kebutuhan pengetahuan akan topik materi terkait ASI eksklusif menandakan intervensi yang sudah dilakukan masih perlu ditingkatkan. Perlunya peningkatan pemberian pengetahuan yang telah dilakukan oleh bidan, dari hasil identifikasi yang telah didapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat. Faktor penghambat pertama yang akan dibahas adalah faktor dari bidan itu sendiri, dalam masalah waktu dan beban tugas. Pelayanan antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan hanya disediakan dalam waktu empat jam. Dalam waktu empat jam tersebut, bidan harus melayani ibu hamil yang datang berkunjung. Untuk melayani satu ibu hamil saja biasanya dibutuhkan waktu kurang lebih 15-20 menit sedangkan, rata-rata ibu hamil yang datang berkunjung adalah 20 orang. Jika jumlah rata-rata ibu hamil dikalikan 20 menit maka kira-kira dibutuhkan waktu sekitar 400 menit dalam satu hari pelayanan. Jika 400 menit tersebut dibagi dengan jumlah bidan yang bertugas, dapat diartikan bahwa satu bidan memiliki waktu sekitar 200 menit untuk memeriksakan ibu hamil yang datang berkunjung hari itu. Waktu 3 jam 20 menit atau sekitar 200 menit jika ditambah dengan pemberian pengetahuan selama 1 jam atau 60 menit, dibandingkan dengan waktu pelayanan yang ada yaitu 240 menit, tentu akan melebihi jam pelayanan yang ada. Waktu yang sudah cukup lama tersebut membuat pemberian pengetahuan seluruh materi terkait ASI eksklusif terhadap ibu
118
hamil menjadi tidak mungkin apabila dilakukan perorangan. Waktu yang lama dalam memberikan pengetahuan, belum lagi ditambah dengan tugasnya memeriksakan pasien, tentu dapat membuat bidan tersebut kelelahan. Pemberian pengetahuan yang lama dan sekaligus banyak, tentu juga akan membuat ibu hamil harus memiliki kesiapan yang bagus. Ketidaksiapan ibu dapat juga menyebabkan terhambatnya proses pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif, sehingga ibu tidak menerima pengetahuan terkait dua topik materi ini dengan baik. Menurut laporan Bristol dalam Bowden (2011), pesan yang baik adalah pesan yang disampaikan dengan bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan lingkungan individu, sehingga cara bidan dalam memberikan pesan/materi dalam satu waktu dan sekaligus banyak dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan individu, sepertinya kurang efektif. Faktor selanjutnya adalah faktor rutinitas. Ketidakrutinitas dalam memberikan
pemberian
pengetahuan
dapat
menjadikan
pemberian
pengetahuan yang sudah dilakukan masih perlu ditingkatkan, seperti yang telah diketahui, pemberian pengetahuan baik yang dilakukan dengan perorangan ataupun berkelompok dilakukan secara insidental saja tidak rutin, akibatnya tentu pengetahuan akan materi terkait ASI eksklusif antar satu ibu hamil dengan ibu hamil yang lain tidak sama. Faktor terakhir adalah pesan/materi. Dari hasil yang didapat, terdapat materi-materi terkait ASI eksklusif yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997) yang tidak diberikan, padahal
119
rekomendasi dari kedua pihak tersebut dapat dikatakan penting untuk diberikan. Materi yang tidak diberikan oleh bidan diantaranya adalah ASI saja enam bulan (penangangan bayi sakit); Penjelasan pentingnya ASI (manfaat ASI bagi ibu untuk menguruskan badan dan mitos perubahan bentuk payudara dan akibat pemberian dot); Rawat gabung; Tidak diberi susu formula (bahaya susu formula bagi bayi dan penanganan ibu yang belum keluar ASI); Perawatan puting susu (bahaya penggunaan sabun dan alkohol); Cara mengatasi kesulitan menyusui (penanganan masalah radang payudara dan puting lecet dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja). Menurut
kedua
bidan
tersebut,
diakui
pengetahuan
yang
direkomendasikan oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997) memang penting untuk diberikan kepada ibu hamil, namun tidak diberikannya pengetahuan kepada ibu hamil secara umum disebabkan oleh hal yang sama dimana mereka tidak mempunyai cukup waktu dalam memberikan semua materi terkait ASI eksklusif karena pelaksanaan pemberian pengetahuan dilakukan sebelum dan pada saat pelayanan antenatal seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada faktor penghambat dari segi waktu. Salah satu tugas bidan sebagai promotor kesehatan adalah memberikan pengetahuan kepada ibu hamil terkait ASI eksklusif pada saat antenatal. Pemberian
pengetahuan
sejak
awal
kehamilan
diharapkan
dapat
meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri terkait ASI eksklusif, oleh
120
karena itu sangat penting bagi seorang ibu/perempuan mendapatkan pengetahuan yang benar dan terkini mengenai segala hal tentang menyusui agar kelak ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pelayanan antenatal memegang peranan penting, hal tersebut karena menurut Yulifah (2009), fokus dalam pelayanan antenatal bukan hanya mempersiapkan persalinan yang sehat dan selamat, namun juga mempersiapkan seorang ibu hamil untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya setelah lahir kelak. Hasil
penelitian
memperlihatkan
yang
pelayanan
dilakukan
oleh
antenatal
Su,
berperan
et.al
(2007)
penting
juga dalam
mempersiapkan ibu hamil untuk memberikan ASI eksklusif. Hasil dari penelitian Su, et.al (2007) menyebutkan, ada hubungan antara pendidikan tentang menyusui pada saat antenatal dan dukungan untuk menyusui bayinya setelah melahirkan dengan meningkatnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dari penjelasan di atas, tentu dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian pengetahuan kepada ibu hamil terkait ASI eksklusif pada saat antenatal sangatlah penting untuk diberikan. Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, petugas kesehatan yang melayani ibu hamil ketika melakukan pelayanan antenatal dan memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif adalah bidan. Bidan memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku ASI eksklusif pada ibu. Pentingnya peran bidan dapat dilihat dari hasil temuan menarik lainnya yang dapat dilihat melalui hasil kuesioner pernah/tidak pernah mendengar mengenai kedelapan topik materi yang tidak diberikan oleh bidan ini. Dari delapan
121
topik materi yang termasuk yang tidak diberikan oleh bidan, enam diantaranya termasuk dalam materi yang mayoritas ibu hamil tidak pernah mendengar akan materi tersebut. Hal tersebut menyiratkan bahwa bidan merupakan sumber pengetahuan utama bagi ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, karena jika bidan tidak memberikan pengetahuan akan materi tertentu, ibu hamil tidak akan mengetahui materi tersebut. Menurut Green (1980), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama, diantaranya adalah predisposising factors, enabling factors dan reinforcing factors. Bidan selaku petugas kesehatan dapat berperan sebagai enabling factors dan reinforcing factors dalam pembentukan perilaku seseorang. Dapat dikatakan sebagai enabling factors, jika bidan berperan sebagai pemberi pengetahuan utama, dalam artian ibu hamil tidak akan mengetahui pengetahuan akan materi-materi tertentu apabila bidan tidak memberikan, sedangkan reinforcing factors, bidan berperan sebagai pendukung sumber pengetahuan dan bukan merupakan sumber pengetahuan utama, dalam artian bidan hanya berperan sebagai pendukung saja karena ibu hamil sudah mengetahui lebih dahulu akan materi tersebut dari sumber pengetahuan lain. Dilihat dari hasil yang telah diperoleh, bidan dapat dianggap sebagai sumber pengetahuan utama bagi ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Hal tersebut karena, jika bidan tidak memberikan pengetahuan akan materi tertentu, ibu hamil tidak akan mengetahui materi tersebut. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan berperan sebagai enebling factors, karena peran
122
bidan sangatlah penting dalam menyukseskan peningkatan pengetahuan materi terkait ASI eksklusif. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan lagi intervensi yang telah dilakukan oleh bidan di Puskesmas agar dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait materi
yang
berhubungan dengan ASI eksklusif. Masih adanya kebutuhan pengetahuan, menandakan intervensi pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan masih perlu ditingkatkan dan dapat menyebabkan angka cakupan eksklusif di Puskesmas yang melaksanakan intervensi belum mencapai target. Pada sub bab sebelumnya, telah dibahas bahwa ketidakmampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahui terkait materi ASI eksklusif dapat membuat gagalnya pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut karena mereka tidak mengetahui sehingga merekapun tidak melakukannya, oleh sebab itu diharapkan ibu hamil dapat terpenuhi kebutuhan pengetahuannya, agar kelak ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Presentase Materi Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil : ASI saja enam bulan [pengertian ASI eksklusif (96.9%); penangangan bayi sakit (29.2%); pemberian MP-ASI (79.3%)]; penjelasan pentingnya ASI [waktu diberikannya ASI (47.9%), manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi (67.4%), manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan (46.9%), mafaat ASI bagi ibu untuk KB (66.8%), mitos perubahan bentuk payudara (30.2%) dan akibat pemberian dot (72,9%)]; IMD [pengertian IMD (80.2%)]; Kolostrum [pengertian kolostrum (39.6%), mitos kolostrum harus dibuang (69.8%), manfaat kolostrum (76.0%)]; Rawat gabung [pengertian rawat gabung (45.8%)]; Tidak diberi susu formula [bahaya susu formula untuk bayi (58.3%), penanganan ibu yang belum keluar ASI (10.4%)]; Perawatan puting susu [cara membersihkan payudara (91.7%) dan bahaya penggunaan sabun dan alkohol (44.8%)]; Cara mengatasi kesulitan menyusui [penanganan masalah radang payudara dan puting lecet (39.6%) dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja (46.9%)]. 2. Materi yang mayoritas tidak dikuasai dan dibutuhkan oleh ibu hamil : Materi yang masih dibutuhkan: ASI saja enam bulan [penangangan bayi sakit]; Penjelasan pentingnya ASI [waktu diberikannya ASI, manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan dan mitos perubahan bentuk 123
124
payudara]; Kolostrum [pengertian kolostrum]; Rawat gabung [pengertian rawat gabung]; Tidak diberi susu formula [penanganan ibu yang belum keluar ASI]; Perawatan puting susu [bahaya penggunaan sabun dan alkohol]; Cara mengatasi kesulitan menyusui [penanganan masalah radang payudara dan puting lecet dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja]. 3. Materi yang mayoritas dibutuhkan oleh ibu hamil dan tidak diberikan oleh bidan: Materi terkait ASI saja enam bulan (penanganan bayi sakit); Materi terkait penjelasan pentingnya ASI (manfaat ASI bagi ibu untuk menguruskan badan dan mitos perubahan bentuk payudara); Materi terkait perawatan puting susu (bahaya penggunaan sabun dan alkohol); Materi terkait tidak diberi susu formula (penanganan ibu yang belum keluar ASI); Materi terkait rawat gabung (pengertian rawat gabung); Materi terkait kesulitan dalam menyusui (penanganan masalah radang payudara dan puting lecet serta penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja). 4. Belum terpenuhinya target angka ASI eksklusif salah satunya disebabkan karena pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut ditandai dengan masih adanya kebutuhan pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil. Faktor-faktor yang menghambat pemberian pengetahuan diantaranya adalah waktu dan beban tugas bidan yang berat, jumlah bidan hanya dua orang, pemberian pengetahuan yang lama dan sekaligus banyak, ketidakrutinitas, dan materi yang dibutuhkan ada yang tidak diberikan.
125
B. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Ditelitinya hubungan pengetahuan pada tiap materi terkait ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif. 2. Bagi Puskesmas a. Agar terjadi pemerataan pengetahuan antar satu ibu hamil dengan ibu hamil yang lain, pemberian pengetahuan secara berkelompok sebaiknya diberikan kepada ibu hamil yang sudah menginjak trimester III kehamilan saja. Waktu pelaksanaan sebaiknya juga di luar jam pelayanan antenatal agar waktunya lebih leluasa dan bidan tidak terlalu kewalahan karena bersamaan dengan pemeriksaan ibu hamil. b. Pemberian pengetahuan secara perorangan dilakukan setiap hari pada ibu hamil trimester III pada setiap kunjungan antenatal. c. Penambahan tenaga bidan yang bertugas di Poli Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. d. Materi terkait ASI eksklusif yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan hasil need assessment. Materi yang masih dibutuhkan dan tidak diberikan sebaiknya diberikan seperti materi: ASI saja enam bulan pada topik penanganan bayi sakit; penjelasan pentingnya ASI pada topik manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan dan mitos perubahan bentuk payudara; tidak diberi susu formula pada topik penanganan ibu ketika ASI belum keluar; perawatan puting susu pada topik bahaya penggunaan sabun dan alkohol dan cara mengatasi kesulitan menyusui pada topik penanganan
126
masalah radang payudara dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Afifah, Diana Nur. 2007. Faktor yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemerian ASI Eksklusif (Studi Kualitatif di Kesamatan Tembalang, kota Semarang Tahun 2007). Tesis Magister Gizi Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang 2007. Arasta, Ludfi Dini. 2010. Hubungan Pelaksanaan Rawat Gabung Dengan Perilaku Ibu Dalam Memberikan ASI Eksklusif di Polindes Harapan Bunda Desa Kaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Akademi Kebidanan, Purworejo. Diakses Melalui: http://e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk4/article/view/64/62. Pada Tanggal 30 Juni 2012. Pukul 20.00 WIB. Astuti, Pia dan Setiyaningrum, Yuli. 2009. Hubungan Antara Perawatan Payudara dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Nifas Tahun 2009. STIKES Muhammadiyah Kudus. Jikk Vol.2, No.2. Diakses Melalui: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2211107124_2088-4451.pdf. Pada Tanggal 06 November 2012. Pukul 19.50 WIB. Athiyah, Noor. 2008. Kebutuhan Informasi dan Perilaku pencarian informasi : studi kasus terhadap ibu mengandung dan mengasuh bayi di kabupaten Jombang. Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indoensia Depok Bowden, Jan dan Manning Vicky. 2011. Promosi Kesehatan Dalam Kebidanan Prinsio dan Praktik (Edisi 2). Jakarta: EGC Danuatmaja, Bonny dan Meliasari, Mila. 2003. 40 hari pasca persalinan : masalah dan solusinya. Jakarta : Puspa Swara Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas (Maternity care). Edisi 2. Jakarta: EGC Fitriyani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Fika, Sandrawati dan Syafiq, Ahmad. 2009. Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.4 No.3 Desember 2009. Penerbit FKM UI.
Foo, LL. et al. 2005. prevalence and practices among Singaporean Chinese, Malay and Indian mothers. Jurnal NCBI 2005 Sep;20(3):229-37. Singapura: Health Promotion Int. Diakses melalui : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15814526. Pada Tanggal 28 Juni 2012. Pukul 12.00 WIB Fretman, Carl I and Allensworth, Diane D. 2010. Health Promotion Programs From Theory to Practice. San Francisco: Society of Public Health Education Green, Lawrence W, et.al. 1980. Health Education Planing. New York: McGrawHill Companies Green, Jackie and Tones, Keith. 2010. Health Promotion Planning and Strategies. London: Sage Publication Inc. Hartono, Bambang. 2010. Manajemen Pemasaran Untuk Rumah Sakit. Jakarta: Rineka cipta Hegar, Badriul. 2009. Nilai Menyusui. Diakses Melalui: http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20112414313. Pada Tanggal 03 Juli 2012. Pukul 09.32 WIB. Henderson, Christine.dkk. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC Hikmawati, Isna. 2008. Faktor-Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI Selama Dua Bulan (Studi Kasus Pada Bayi Umur 3-6 Bulan di Kabupaten Banyumas). Tesis S-2 Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Jacobsen, MJ and O’Connor, AM. 2006. Population Needs Assessment. University of Ottawa. Diakses Melalui: http://decisionaid.ohri.ca/docs/implement/Population_Needs.pdf. Pada Tanggal 17 September 2012. Pukul 13.00 WIB Johnson, Ruth. 2002. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC Joseph, Cicy. 2005. A Descriptive to Assess The Knowledge and Practice Related to Breastfeeding Among Mothers in General Hospital, Jayanagar, Bangalore. Dissertation submitted to The Rajiv Gandhi University Of Health Sciences, Kamataka, Bangalore. Diakses
Melalui:http://119.82.96.198:8080/jspui/bitstream/123456789/2857/1/Jospeh%2 0Cicy.pdf. Pada Tanggal 24 Oktober 2012. Pukul 23.48 WIB.
Kaderkanie. 2011. Persiapkan ASI Sebelum Melahirkan. Diakses melalui : http://hidupsehatonline.com/persiapkan-asi-sebelum-melahirkan/html. Tanggal 28 Juni 2012. Pukul 16.00 WIB
Pada
Kasnodiharjo, et.al (1994). Faktor Determinan Pemberian Air Susu Ibu Tidak Eksklusif (Analisis Lanjut SDKI 1994). Jurnal Badan Penelitian Kesehatan 24 (2&3) 1996. Kemenkes R.I. 1995. Modul Manajemen Laktasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. _____________. 2005. Petunjuk Praktis Bagi Kader Dalam Mendampingi Ibu Menyusui. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat _____________. 2007. Asuhan Persalinan Normal-Asuhan Esensial Persalinan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat _____________. 2008. Pemberdayaan Perempuan Dalam Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta: _____________. 2009. Pemberian Air Susu Ibu dan makanan Pendamping ASI. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat _____________. 2010a. Pemberdayaan Perempuan Dalam Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak _____________. 2010b. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 585/MEKES/SKN/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Puskesmas. Diakses Melalui : http://www.depkes.go.id/downloads/Keputusan_MENKES_20072010/Tahun_2007/KMK_No._585_ttg_Pedoman_Pelaksanaan_Promosi_Keseha tan_Di_Puskesmas.pdf. Pada Tanggal 12 Mei 2012. Pukul 14.00 WIB. Laporan Profil Tahunan DKI Jakarta Tahun 2009 Laporan Profil Tahunan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Tahun 2011
Laporan Profil Tahunan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2011 Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010
Li, Ruowei, et.al. 2008. Why Mother Stop Breastfeeding: Mother’s Self Reported Reasons for Stopping During First Year. Pediatrics 2008,122,S69. Diakses Melalui:http://pediatrics.aappublications.org/content/122/Supplement_2/S69.full. html. Pada Tanggal 11 November 2012. Pukul 20.59 WIB Newman, Jack. 2009. Breastfeeding And Illness – Should You Stop Breastfeeding. Diakses Melalui: http://www.bellybelly.com.au/breastfeeding/breastfeeding-andillness-should-you-stop-breastfeeding. Pada Tanggal 14 November 2012. Pukul 19.30.WIB Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nusatya, Angela.dkk. 1981. Menyusui dan Kesehatan. Jakarta: Perdhaki Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ___________________. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif. Diakses melalui : http://www.depkes.go.id/downloads/PP%20ASI.pdf. Pada Tanggal 28 Juni 2012. Pukul 11.00 WIB Pratiwi, I Gusti Ayu Nyoman. 2009. Revitalisasi Rumah Sakit Sayang Ibu. Diakses melalui: http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20113715507. Pada Tanggal 09 April 2012. Pukul 23.58 WIB. Pratiwi, I.Gusti Ayu Nyoman dan Purnawati, Jeanne. 2009. Kendala Pemberian ASI Eksklusif. Diakses Melalui : http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201057102916. Pada Tanggal 10 Oktober 2012. Pukul 21.00 WIB. Pratiwi, Citra. 2010. Menkes: Perlu Rawat Gabung Ibu-Bayi. Koran Waspada Online. Diakses Melalui: http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=81
843:menkes-perlu-ruang-rawat-gabung-ibu-bayi&catid=17&Itemid=30 . Pada Tanggal 19 Desember 2012.Pukul 23.32 WIB Rejeki, Sri. 2008. Studi Fenomenologi: Pengalaman Menyusui Eksklusif Ibu Bekerja Di Wilayah Kendal Jawa Tengah. Media Ners, Volume 2, Nomor 1, Mei 20088, hlm 1-44. Diakses Melalui: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/download/734/pdf . Pada Tanggal 31 Juli 2012. Pukul 12.11 WIB Rinker, Brian D, et.al. 2008. The Effect of Breastfeeding Upon Breast Aesthetics. Jurnal NCBI. Diakses Melalui: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19083576. Pada Tanggal 10 November 2012. Pukul 17.23 WIB. Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya ___________ . 2002. ASI Eksklusif. Jakarta: Gramedia ___________ . 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya Saputra, Dedi Kurniawan, et.al. 2010. Duration of Breastfeeding Has a Positive Effect on Infant Weight Gain. Universa Medicina. Vol 29. No. 1. Diakses Melalui: http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Dedi.pdf. Pada Tanggal 10 November 2012. Pukul 19.37 WIB. Singh, Bhavana. 2010. Knowledge, Atittude and Practice of Breastfeeding – A Case Study. European Journal of Scientific Reasearch. ISSN 1450-216X Vol.40 No.3 (2010), pp 404-422. Diakses melalui: http://www.eurojournals.com/ejsr.htm. Pada Tanggal 09 November 2012. Pukul 15.36 WIB. Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. Stuebe, Alison. 2009. The Risk of Not Breastfeeding for Mothers and Infants. Medreviews. 2(4): 222-231. Diakses Melalui:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2812877/pdf/RIOG0020 04_0222.pdf. Pada Tanggal 06 November 2012. Pukul 20.13 WIB. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Su, Lin Lin. et.al. 2007. Antenatal education and postnatal support strategies for improving rates of exclusive breast feeding: randomised controlled trial. BMJ 2007. Diakses melalui: http://www.bmj.com/highwire/filestream/387728/field_highwire_article_pdf/0.p df. Pada Tanggal 25 Maret 2011. Pukul 12.11 WIB.
Tan, Ay Eeng, et.al. 2008. Knowledge, Attitudes and Sources of Information on Breastfeeding Among Pregnant Mothers. Med & Health 2008, 3(1), 30-37. Diakses Melalui: http://www.ppukm.ukm.my/ukmmcjournal/media/blogs/ukmmcjournal/Archive/ 2008Vol3No1/Page%2030%20-%2037.pdf. Diakese Pada Tanggal 24 Oktober 2012. Pukul 23.15 WIB
Tari, Romana. 6 Kesalahan Pemberian Obat Pada Anak. Kompas edisi Selasa, 2 Oktober 2012 Diakses Melalui : http://health.kompas.com/read/2012/10/02/10340695/6.Kesalahan.Pemberian.Ob at.pada.Anak. Pada Tanggal 14 November 2012 Pada Pukul 20.07 WIB Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika Wahyuningtyas, Heni Puji. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya Widayati, Siti Nur dan Maryatun. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Status Kelengkapan Imunisasi Polio di Wilayah Kerja Puskesmas Tanon Sragen. GASTER Vol. 9 No. 2 Agustus 2012. Diakses Melalui:http://www.jurnal.stikesaisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/download/38/35. Pada Tanggal 24 Januari 2013 Pukul 20.00 WIB. WHO. 2011. Exclusive breastfeeding for six months best for babies everywhere. Diakses melalui : http://www.who.int/mediacentre/news/statements/2011/breastfeeding_20110115/ en/index.html. Pada Tanggal 28 Juni 2012. Pukul 13.00 WIB
Lampiran-2
INFORMED CONSENT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Assalamualaikum Wr.Wb
Perkenalkan nama saya Irda Septiani mahasiswi S1 angkatan 2008 peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Saya bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Kesenjangan Antara Kebutuhan Pengetahuan Ibu hamil Dengan Pemberian Pengetahuan Oleh Bidan Terkait ASI Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat. Saya berharap Ibu bersedia untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner yang akan diberikan peneliti. Semua informasi yang ibu berikan akan terjamin kerahasiannya. Setelah Ibu membaca maksud dari pelaksanaan penelitian ini, maka saya mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini : Saya setuju untuk ikut serta dalam peneltian ini : Nama
:
Tanda Tangan
:
Terimakasih atas kesediaan ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
No.
KUESIONER PENELITIAN
PETUNJUK-1 1. Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada dengan jujur 2. Pada pertanyaan no.1-6 silakan diisi 3. Pada pertanyaan selanjutnya, berilah tanda checklist () pada kotak untuk pilihan jawaban yang tepat Contoh : Jenis kelamin :
Laki-laki
Perempuan
4. Jika ada hal yang kurang jelas silakan bertanya kepada peneliti. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama : 2. Umur : ……… Tahun 3. Usia kehamilan : ........... Minggu 4. Jumlah Anak : ........... Orang 5. Alamat : 6. No.Telfon : 7. Pendidikan terakhir : Tidak sekolah/tidak lulus SD
Tamat SMA atau sederajat
Tamat SD atau sederajat
Perguruan tinggi
Tamat SMP atau sederajat 8. Pekerjaan
:
PNS/ABRI
Ibu Rumah Tangga
Pegawai Swasta/BUMN
Mahasiswa/tidak bekerja
Wiraswasta/Pedagang
Dll (……………………….)
Pensiunan
KUESIONER PENELITIAN
PETUNJUK -2 1. Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pernyataan yang ada dengan jujur 2. Tiap item pernyataan harus dijawab, dan item pernyataan tersebut berfungsi sebagai soal yang jawabannya dapat diisi sesuai dengan kotak alternatif jawaban, pernah/tidak pernah mendengar serta sumber informasi. 3. Pada kolom kotak, alternatif jawaban berilah tanda checklist () PADA SALAH SATU jawaban benar atau salah 4. Pada kolom kotak, pernah/tidak pernah mendengar, berilah tanda checklist () PADA SALAH SATU jawaban pernah atau tidak pernah mendengar 5. Jika pada kolom kotak, pernah/tidak pernah mendengar, ibu menjawab tidak pernah mendengar, pada kolom kotak sumber informasi ibu TIDAK USAH MENGISINYA, dan jika pada kolom kotak, pernah/tidak pernah mendengar, ibu menjawab pernah mendengar, pada kolom kotak sumber informasi, berilah tanda checklist () PADA SATU ATAU LEBIH jawaban dari sumber informasi dan sebutkan dengan inisial nomor saja sesuai kolom yang diinginkan 6. Pada kolom kotak, sumber informasi, jika ibu memilih bidan, apabila bidan yang dimaksud bukan bidan yang bekerja di Puskesmas ini, maka berilah tanda seperti ini : 1*
Contoh :
No
Item Pernyataan
Alternatif Jawaban Benar Salah
01
ASI adalah cairan hidup yang berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa
Pernah/Tidak Pernah mendengar Pernah
Tidak Pernah
Sumber Pengetahuan ¹Bidan/ ¹TV/ ¹Suami/ ¹Tokoh ¹Tetangga ²Dokter ²Majalah/ ²Ibu Agama/ /²Teman /³Perawat ³Buku /³Saudara ²Masyarakat 1, 2 3 2
3. Setelah melihat penjelasan diatas, jika ada hal yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.
KUESIONER PENELITIAN (1) Alternatif Jawaban No
Item Pernyataan Benar
01
02
03
04
05
06
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja sejak lahir hingga bayi berusia enam bulan Jika bayi usia 0-6 bulan sakit, ibu cukup memberi ASI untuk mengobatinya. Makanan padat (bubur, tim) boleh diberikan kepada bayi sejak usia tiga bulan. ASI diberikan kapan saja kepada bayi usia 0-6 bulan tanpa perlu dijadwalkan. Kebutuhan gizi anak sejak lahir hingga 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan ASI saja, tanpa perlu tambahan makanan/minuman lain. Memberikan ASI saja saat lahir hingga berusia 6 bulan dapat menyebabkan ibu menjadi gemuk.
Salah
Pernah/Tidak Pernah mendengar Pernah
Tidak Pernah
Sumber Pengetahuan ¹Bidan/ ²Dokter /³Perawat
¹TV/ ²Majalah/ ³Buku
¹Suami/ ²Ibu /³Saudara
¹Tokoh Agama/ ²Masyarakat
¹Tetangga /²Teman
KUESIONER PENELITIAN (2) Alternatif Jawaban No
Item Pernyataan Benar
07
08
09
10
11
12
Memberi ASI saja kepada bayi usia 06 bulan dapat mencegah ibu hamil kembali sampai enam bulan setelah melahirkan. Menyusui dapat merubah bentuk payudara ibu Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari keempat setelah bayi lahir. Kolostrum berwarna kuning sehingga harus dibuang. Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh sehingga dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit Setelah lahir, sebaiknya bayi langsung diberikan kepada ibunya dengan posisi bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu untuk merangsang keluarnya ASI.
Salah
Pernah/Tidak Pernah mendengar Pernah
Tidak Pernah
Sumber Pengetahuan ¹Bidan/ ²Dokter /³Perawat
¹TV/ ²Majalah/ ³Buku
¹Suami/ ²Ibu /³Saudara
¹Tokoh Agama/ ²Masyarakat
¹Tetangga /²Teman
KUESIONER PENELITIAN (3) Alternatif Jawaban No
Item Pernyataan Benar
13
14
15
16
17
18
Saat hendak menyusui, ibu tidak langsung memasukkan puting susu melainkan menyentuhkan pada bibir atau pipi bayi. Membersihkan payudara dapat dilakukan dengan menggunakan air hangat kemudian mengeringkannya. Sabun dan alkohol juga dapat digunakan untuk membersihkan payudara. Susu formula dapat melengkapi zat gizi bayi usia 0-6 bulan Jika ASI belum keluar,maka ibu bolehmemberikan susu botol kepada bayi saat berusia 06 bulan. Setelah lahir, sebaiknya bayi ditempatkan dalam ruangan yang berbeda dengan ibu agar memudahkan ibu dalam menyusui
Salah
Pernah/Tidak Pernah mendengar Pernah
Tidak Pernah
Sumber Pengetahuan ¹Bidan/ ²Dokter /³Perawat
¹TV/ ²Majalah/ ³Buku
¹Suami/ ²Ibu /³Saudara
¹Tokoh Agama/ ²Masyarakat
¹Tetangga /²Teman
KUESIONER PENELITIAN (4) Alternatif Jawaban No
Item Pernyataan Benar
19
20
21
22
Jika terjadi radang payudara, puting lecet, pemberian ASI harus dihentikan Ibu yang bekerja di luar rumah tidak mungkin menghindari pemberian susu formula kepada bayi 0-6 bulan Memberi susu dengan dot akan menyebabkan bingung putting Puting susu dan sebagian besar areola bagian bawah harus masuk dalam mulut bayi yang sedang menyusu
Salah
Pernah/Tidak Pernah mendengar Pernah
Tidak Pernah
Sumber Pengetahuan ¹Bidan/ ²Dokter /³Perawat
¹TV/ ²Majalah/ ³Buku
¹Suami/ ²Ibu /³Saudara
¹Tokoh Agama/ ²Masyarakat
¹Tetangga /²Teman
Lampiran-3 Hasil Output SPSS Uji Validitas Dan Reliabilitas
Reliability [DataSet1] D:\Irda document\SEMESTER 8\SKRIPSI\Uji SPSS\Uji Valditas reliabil irda .sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 20
100.0
0
.0
20
100.0
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.963
22
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
K1
.75
.444
20
K2
.50
.513
20
K3
.65
.489
20
K4
.60
.503
20
K5
.55
.510
20
K6
.55
.510
20
K7
.55
.510
20
K8
.45
.510
20
K9
.65
.489
20
K10
.60
.503
20
K11
.60
.503
20
K12
.60
.503
20
K13
.65
.489
20
K14
.70
.470
20
K15
.50
.513
20
K16
.60
.503
20
K17
.60
.503
20
K18
.50
.513
20
K19
.55
.510
20
K20
.65
.489
20
K21
.60
.503
20
K22
.60
.503
20
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Item Deleted
Item Deleted
Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation
if Item Deleted
K1
12.25
63.776
.523
.963
K2
12.50
61.737
.705
.961
K3
12.35
61.608
.760
.961
K4
12.40
60.989
.821
.960
K5
12.45
61.418
.751
.961
K6
12.45
61.313
.764
.960
K7
12.45
61.103
.792
.960
K8
12.55
61.839
.696
.961
K9
12.35
61.608
.760
.961
K10
12.40
62.463
.625
.962
K11
12.40
60.989
.821
.960
K12
12.40
60.989
.821
.960
K13
12.35
61.608
.760
.961
K14
12.30
62.537
.662
.962
K15
12.50
62.474
.610
.962
K16
12.40
62.779
.584
.962
K17
12.40
61.937
.695
.961
K18
12.50
61.737
.705
.961
K19
12.45
60.892
.820
.960
K20
12.35
62.661
.618
.962
K21
12.40
60.989
.821
.960
K22
12.40
61.726
.722
.961
Lampiran-4
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
No.
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN A. Karakteristik Bidan 1. No. Responden
:
2. N a m a
:
3. Umur
: ....... tahun
4. Pendidikan Terakhir : 5. Lama Bekerja
: ........ tahun
B. Pemberian Pengetahuan 1. Bagaimana pendapat ibu mengenai pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh petugas kesehatan? 2. Sejak kapan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif sebaiknya dilakukan ? 3. Apakah ibu memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil ? 4. Sebutkan petugas kesehatan yang ikut memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif dan pembagian tugas nya seperti apa ? 5. Pada saat kapan ibu biasanya memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif ? 6. Bagaimana selama ini cara ibu dalam memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil ? 7. Sebutkan media yang digunakan sebagai alat batu pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil dan fungsi dari tiap media tersebut? 8. Hambatan apa yang ibu temui ketika ibu memberikan pengetahuan terkait ASI eksklsuif kepada ibu hamil ? 9. Apakah dalam memberikan materi terkait ASI eksklusif, terdapat pedoman materi yang melandasi ibu, dan dari mana peodman materi tersebut ? 10 Menurut ibu, materi apa saja yang harus didapat pasien terkait ASI eksklusif pada saat .......? (tanpa melihat materi pada lembar observasi) 11 Materi terkait ASI eksklusif apa saja yang ibu berikan pada saat pelayanan
antenatal? (lihat materi pada lembar observasi) 12 Sebutkan alasan tidak diberikannya materi yang ibu tidak sebutkan diatas pada saat pelayanan antenatal ?
Lampiran-5
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
Berilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini : No
Materi
1
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja sejak lahir hingga bayi berusia enam bulan Jika bayi usia 0-6 bulan sakit, ibu cukup memberi ASI untuk mengobatinya. Makanan padat (bubur, tim) boleh diberikan kepada bayi sejak usia tiga bulan. ASI diberikan kapan saja kepada bayi usia 06 bulan tanpa perlu dijadwalkan. Kebutuhan gizi anak sejak lahir hingga 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan ASI saja, tanpa perlu tambahan makanan/minuman lain. Memberikan ASI saja saat lahir hingga berusia 6 bulan dapat menyebabkan ibu menjadi gemuk. Memberi ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan dapat mencegah ibu hamil kembali sampai enam bulan setelah melahirkan. Menyusui dapat merubah bentuk payudara ibu Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari keempat setelah bayi lahir. Kolostrum berwarna kuning sehingga harus dibuang. Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh sehingga dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
2 3 4 5
6
7
8 9 10 11
HARI KE1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Lampiran-5 (2) LANJUTAN LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
Berilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini : No
Materi
12
Setelah lahir, sebaiknya bayi langsung diberikan kepada ibunya dengan posisi bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu untuk merangsang keluarnya ASI. Saat hendak menyusui, ibu tidak langsung memasukkan puting susu melainkan menyentuhkan pada bibir atau pipi bayi. Membersihkan payudara dapat dilakukan dengan menggunakan air hangat kemudian mengeringkannya. Sabun dan alkohol juga dapat digunakan untuk membersihkan payudara. Susu formula dapat melengkapi zat gizi bayi usia 06 bulan Jika ASI belum keluar,maka ibu boleh memberikan susu botol kepada bayi saat berusia 0-6 bulan. Setelah lahir, sebaiknya bayi ditempatkan dalam ruangan yang berbeda dengan ibu agar memudahkan ibu dalam menyusui Jika terjadi radang payudara, puting lecet, pemberian ASI harus dihentikan Ibu yang bekerja di luar rumah tidak mungkin menghindari pemberian susu formula kepada bayi 0-6 bulan Memberi susu dengan dot akan menyebabkan bingung puting Puting susu dan sebagian besar areola bagian bawah harus masuk dalam mulut bayi yang sedang menyusu
13
14
15 16 17 18
19 20
21 22
HARI KE1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Lampiran- 6
Lampiran-7 Dokumentasi 1. Alat Peraga
2. Poster
Lampiran – 8 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
Berilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini : No
Materi
1
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja sejak lahir hingga bayi berusia enam bulan Jika bayi usia 0-6 bulan sakit, ibu cukup memberi ASI untuk mengobatinya. Makanan padat (bubur, tim) boleh diberikan kepada bayi sejak usia tiga bulan. ASI diberikan kapan saja kepada bayi usia 0-6 bulan tanpa perlu dijadwalkan. Kebutuhan gizi anak sejak lahir hingga 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan ASI saja, tanpa perlu tambahan makanan/minuman lain. Memberikan ASI saja saat lahir hingga berusia 6 bulan dapat menyebabkan ibu menjadi gemuk. Memberi ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan dapat mencegah ibu hamil kembali sampai enam bulan setelah melahirkan. Menyusui dapat merubah bentuk payudara ibu Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari keempat setelah bayi lahir. Kolostrum berwarna kuning sehingga harus dibuang. Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh sehingga dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
2 3 4 5
6 7
8 9 10 11
HARI KE1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Lampiran-8 (2) LANJUTAN LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
Berilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini : No
Materi
12
Setelah lahir, sebaiknya bayi langsung diberikan kepada ibunya dengan posisi bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu untuk merangsang keluarnya ASI. Saat hendak menyusui, ibu tidak langsung memasukkan puting susu melainkan menyentuhkan pada bibir atau pipi bayi. Membersihkan payudara dapat dilakukan dengan menggunakan air hangat kemudian mengeringkannya. Sabun dan alkohol juga dapat digunakan untuk membersihkan payudara. Susu formula dapat melengkapi zat gizi bayi usia 0-6 bulan Jika ASI belum keluar,maka ibu boleh memberikan susu botol kepada bayi saat berusia 0-6 bulan. Setelah lahir, sebaiknya bayi ditempatkan dalam ruangan yang berbeda dengan ibu agar memudahkan ibu dalam menyusui Jika terjadi radang payudara, puting lecet, pemberian ASI harus dihentikan Ibu yang bekerja di luar rumah tidak mungkin menghindari pemberian susu formula kepada bayi 0-6 bulan Memberi susu dengan dot akan menyebabkan bingung puting Puting susu dan sebagian besar areola bagian bawah harus masuk dalam mulut bayi yang sedang menyusu
13
14 15 16 17 18
19 20
21 22
HARI KE1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Lampiran-9 MATRIKS WAWANCARA DENGAN INFORMAN UTAMA (BIDAN) Bd.X Bd.Y KARAKTERISTIK INFORMAN Umur 35 54 Pendidikan Terkahir D3 D3 Lama Bekerja Sebagai Bidan 10 25 MATERI PEMBERIAN PENGETAHUAN Pendapat ibu mengenai pemberian Penting, karena belum tentu pengalaman Penting, karena tidak semua orang ngerti pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh sama yang dikasi tau sama orangtuannya tentang ASI eksklusif petugas kesehatan itu bener Sejak kapan pemberian pengetahuan Lebih bagusnya pada saat hamil Kunjungan pertama harus mengenal ASI terkait ASI eksklusif Pemberian pengetahuan terkait ASI Iya, diberikan Diberikan eksklusif kepada ibu hamil diberikan/tidak Petugas yang memberikan pengetahuan Saya dan bd.y Saya perawatan puting susu, kalau materi terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil lain bd.x Waktu pelaksanaan pemberian Pas waktu-waktu tertentu aja Pas kunjungan aja pengetahuan terkait ASI eksklusif Cara memberikan pengetahuan terkait Penyuluhan pakai metode orang dewasa, Paling sih penyuluhan aja, terus juga pas ASI ekslusif kita beri kaya umpan balik kunjungan di periksa mamae ibu hamil Media yang digunakan sebagai alat batu Leaflet : mudah dimengerti & dibaca Ga, paling diomongin aja pas kunjungan. pemberian pengetahuan lembar balik : lebih menarik ada gambar alat peraga : mempermudah menjelaskan step-step yang akan dijelaskan
MATRIKS WAWANCARA DENGAN INFORMAN UTAMA (BIDAN) (2) Bd. X MATERI PEMBERIAN PENGETAHUAN Hambatan dalam pemberian pengetahuan Kerjanya sendiri, waktu Pedoman materi pada saat pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif
Ada, Dinas Kesehatan, mercycorp (organisasi swasta/yayasan peduli ASI eksklusif)
Materi yang penting diberikan terkait ASI Yang perlu dketahui terkait ASI ekslusif eksklsuif pada ibu hamil pada ibu hamil, paling lebih ke (yang ada dalam leaflet) Materi yang diberikan terkait ASI Materi 1, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, dan eksklusif pada saat pelayanan antenatal 22 Alasan tidak memberikan pengetahuan Harus melalui pemeriksaan terlebih materi 2 dahulu, tidak boleh sembarangan memberikan pengetahuan Alasan tidak memberikan pengetahuan Kalau ada yang bertanya saja materi 6 Alasan tidak memberikan pengetahuan kalau ada yang Tanya materi 8 Alasan tidak memberikan pengetahuan materi 15
Alasan tidak memberikan pengetahuan Karena nanti terlalu memojokkan susu materi 16 formula
Bd. Y
Sibuk, pasien banyak, jadi kewalahan sendiri. Tidak ada, yang ditau aja yang dikasi ke pasien soal perawatan mamae. Menurut saya sih yang penting perawatan mamae nya yah, massage nya gimana Materi 14 -
Kalau sabun lebih kita sarankan bukan untuk membersihkan, tetapi lebih untuk massage nya, kalau alkohol kita juga tidak sarankan -
MATRIKS WAWANCARA DENGAN INFORMAN UTAMA (BIDAN) (3)
Bd. X MATERI PEMBERIAN PENGETAHUAN Alasan tidak memberikan pengetahuan Karena udah teken kontrak dengan materi 17 pemerintah, bahwa susu formula sudah tidak ada Alasan tidak memberikan pengetahuan Disemua rumah sakit dan puskesmas materi 18 sepertinya sudah melakukan rawat gabung ya. Alasan tidak memberikan pengetahuan Kalau materi ini enaknya si pas dia udah materi 19 melakukannya Alasan tidak memberikan pengetahuan Kalau materi ini enaknya si pas dia udah materi 20 melakukannya
Bd. Y
-
-
-
Lampiran-10 Hasil Output Univariat a.
Karakteristik Responden Umur_Baru Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
< 20 Tahun
7
7.3
7.3
7.3
20-34 Tahun
67
69.8
69.8
77.1
>35 Tahun
22
22.9
22.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
Usia_Hamil_Baru Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
TM_2_(14-27 Minggu)
54
56.2
56.2
56.2
TM_3_(28->36 Minggu)
42
43.8
43.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
Jmlh_Anak Cumulative Frequency Valid
Percent
Percent
Valid Percent
Percent
0
32
33.3
33.3
33.3
1
35
36.5
36.5
69.8
2
20
20.8
20.8
90.6
3
6
6.2
6.2
96.9
4
2
2.1
2.1
99.0
5
1
1.0
1.0
100.0
96
100.0
100.0
Total
Pendidikan Frequency Valid
Tamat SD
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
7.3
7.3
7.3
Tamat SMP
25
26.0
26.0
33.3
Tamat SMA
61
63.5
63.5
96.9
3
3.1
3.1
100.0
96
100.0
100.0
PT Total
Pekerjaan Cumulative Frequency Valid
Pegawai Swasta
Valid Percent
Percent
11
11.5
11.5
11.5
8
8.3
8.3
19.8
IRT
77
80.2
80.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
Wiraswasta/Pedagang
b.
Percent
Hasil Univariat Gambaran Pengetahuan Terkait ASI Eks. Pada Ibu hamil K1 Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
3
3.1
3.1
3.1
Benar
93
96.9
96.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
K2 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
68
70.8
70.8
70.8
Benar
28
29.2
29.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
K3 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
20
20.8
20.8
20.8
Benar
76
79.2
79.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
K4 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
50
52.1
52.1
52.1
Benar
46
47.9
47.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
K5 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
34
35.4
35.4
35.4
Benar
62
64.6
64.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
K6 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
51
53.1
53.1
53.1
Benar
45
46.9
46.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
K7 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
30
31.2
31.2
31.2
Benar
66
68.8
68.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
K8 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
67
69.8
69.8
69.8
Benar
29
30.2
30.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
K9 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
58
60.4
60.4
60.4
Benar
38
39.6
39.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
K10 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
29
30.2
30.2
30.2
Benar
67
69.8
69.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
K11 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
23
24.0
24.0
24.0
Benar
73
76.0
76.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
K12 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
19
19.8
19.8
19.8
Benar
77
80.2
80.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
K13 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
9
9.4
9.4
9.4
Benar
87
90.6
90.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
K14 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
8
8.3
8.3
8.3
Benar
88
91.7
91.7
100.0
Total
96
100.0
100.0
K15 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
53
55.2
55.2
55.2
Benar
43
44.8
44.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
K16 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
40
41.7
41.7
41.7
Benar
56
58.3
58.3
100.0
Total
96
100.0
100.0
K17 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
86
89.6
89.6
89.6
Benar
10
10.4
10.4
100.0
Total
96
100.0
100.0
K18 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
52
54.2
54.2
54.2
Benar
44
45.8
45.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
K19 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
58
60.4
60.4
60.4
Benar
38
39.6
39.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
K20 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
51
53.1
53.1
53.1
Benar
45
46.9
46.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
K21 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
26
27.1
27.1
27.1
Benar
70
72.9
72.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
K22 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Salah
24
25.0
25.0
25.0
Benar
72
75.0
75.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
c.
Hasil Univariat Pernah/Tidak Pernah Mendengar P1 Cumulative Frequency
Valid
Tidak Pernah
Percent
Valid Percent
Percent
9
9.4
9.4
9.4
Pernah
87
90.6
90.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
P2 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
51
53.1
53.1
53.1
Pernah
45
46.9
46.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
P3 Cumulative Frequency Valid
Tidak Pernah
Percent
Valid Percent
Percent
6
6.2
6.2
6.2
Pernah
90
93.8
93.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
P4 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
49
51.0
51.0
51.0
Pernah
47
49.0
49.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
P5 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
27
28.1
28.1
28.1
Pernah
69
71.9
71.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
P6 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
57
59.4
59.4
59.4
Pernah
39
40.6
40.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
P7 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
37
38.5
38.5
38.5
Pernah
59
61.5
61.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
P8 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
46
47.9
47.9
47.9
Pernah
50
52.1
52.1
100.0
Total
96
100.0
100.0
P9 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
53
55.2
55.2
55.2
Pernah
43
44.8
44.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
P10 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
37
38.5
38.5
38.5
Pernah
59
61.5
61.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
P11 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
33
34.4
34.4
34.4
Pernah
63
65.6
65.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
P12 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
13
13.5
13.5
13.5
Pernah
83
86.5
86.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
P13 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
12
12.5
12.5
12.5
Pernah
84
87.5
87.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
P14 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
28
29.2
29.2
29.2
Pernah
68
70.8
70.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
P15 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
49
51.0
51.0
51.0
Pernah
47
49.0
49.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
P16 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
49
51.0
51.0
51.0
Pernah
47
49.0
49.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
P17 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
35
36.5
36.5
36.5
Pernah
61
63.5
63.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
P18 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
67
69.8
69.8
69.8
Pernah
29
30.2
30.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
P19 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
57
59.4
59.4
59.4
Pernah
39
40.6
40.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
P20 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
52
54.2
54.2
54.2
Pernah
44
45.8
45.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
P21 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
34
35.4
35.4
35.4
Pernah
62
64.6
64.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
P22 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
25
26.0
26.0
26.0
Pernah
71
74.0
74.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Lampiran - 11