Seder_pesakh_dan_makna_kematian_yesus_sa.pdf

  • Uploaded by: Sutikno Widagdo
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Seder_pesakh_dan_makna_kematian_yesus_sa.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 6,569
  • Pages: 29
1|Buletin IJI Vol 3/April 2015

SEDER PESAKH DAN MAKNA KEMATIAN YESUS SANG MESIAS BAGI PENGHAPUSAN DOSA UMAT MANUSIA Teguh Hindarto

Latar Belakang Historis Membaca perikop Lukas 22:14-23, tanpa memahami latar belakang sejarah dan keagamaan serta kebudayaan Yahudi Abad 1 Ms akan membuat kita kehilangan akar historis dan essensi dibalik peristiwa tersebut. Kekristenan Barat menyebut peristiwa tersebut dengan Last Supper (Perjamuan Terakhir).

Seolah-olah Yesus Sang Mesias makan malam terakhir sebelum Dia ditangkap oleh prajurit Romawi untuk dihukum, disiksa dan disalibkan. Peristiwa Yesus dan murid-murid-Nya makan Pesakh merupakan ritual tahunan tiap jatuh Tgl 14 Nisan yang di namakan Seder Pesakh. DR. David Stern menjelaskan, “Seder

2|Buletin IJI Vol 3/April 2015

adalah, Tata Cara, namun istilah ini menunjuk pada tata cara makan dan perayaan yang dilaksanakan saat Pesakh. Hari ini, bagian-bagian dari peristiwa Paskah, doa-doa, cerita dan berbagai hidangan yang dimakan dipersiapkan dalam bentuk Haggadah (penceritaan) yang mengumpulkan cerita Kitab Suci mengenai keluarnya Bangsa Israel dari Mesir dengan tambahan-tambahan Rabinik. Banyak dari ciri-ciri dalam Seder Modern tetap dilaksanakan dimasa hidup Yeshua”1. Untuk dapat memahami makna yang terkandung dalam Seder Pesakh, maka perlu mengkaji unsur-unsur liturgis dan berbagai hidangan yang tersedia selama pelaksanaan Seder Pesakh, yaitu :

Cawan Berkat/Pengudusan Meminum anggur pertama, dengan terlebih dahulu mengucap syukur dan mengucapkan Berakhah (berkat). Anggur yang diminum bukanlah anggur berfermentasi sebagai lambang tanpa dosa dan cela. Cawan Tulah Meminum anggur kedua, sebagai lambang peringatan terhadap peristiwa YHWH membebaskan Bangsa Israel dari Mesir. Nama-nama tulah disebutkan sambil mencelupkan jari kelingking kedalam cawan sebagai simbol berkurangnya sukacita. Shulen Orekh

1

DR. David Stern, Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1998, p.78

Memakan Matsah, Maror, Karpas dan Kharoset. Makanan ini (Matsah, Maror, Karpas) merupakan lambang pahitnya

3|Buletin IJI Vol 3/April 2015

penderitaan di Mesir. Namun demikian ada rencana yang indah dan manis dibalik berbagai penderitaan yang pahit. Ini dilampangkan dengan Kharoset.

Maror : Rempah pahit

Memakan Afikomen Ada tiga Matsah (roti tidak beragi) yang ditaruh dalam kantung. Matsah yang ditengah diambil dan dipatahkan. Matsah yang dipatahkan, dibungkus dengan kain putih dan disembunyikan. Nama Matsah yang dipatahkan dan dibungkus kain putih disebut dengan Afikomen yang artinya „hidangan penutup‟. Afikomen inilah yang dipergunakan oleh Yesus saat melaksanakan Seder Pesakh, untuk melambangkan tubuh-Nya yang akan dipecah-pecah dan diserahkan bagi penebusan manusia dari kutuk dosa. 11:2324).

Karpas : Selada

Kharoset: Campuran tanah, apel dan madu

kacang

Cawan Penebusan Meminum anggur ketiga yang melambangkan penebusan Israel dari tulah YHWH terhadap Mesir. Yesus memakai anggur dalam Cawan Penebusan untuk

4|Buletin IJI Vol 3/April 2015

melambangkan darah-Nya yang akan ditumpahkan untuk menebus manusia dari kutuk dosa.

kedatangan Yesus yang kedua kali. Makna Teologis Unsur-unsur dalam Seder Pesakh

Cawan Pujian Meminum anggur keempat yang merupakan penutup sebagai simbol ucapan syukur kepada Bapa Sorgawi yang telah mengaruniakan segala sesuatu yang baik. Cawan Elia Meminum anggur kelima sebagai tambahan. Dalam tradisi Yahudi Ortodox, yaitu yang belum menerima Yesus Sang Mesias anggur kelima ini berisikan pengharapan erhadap Elia yang akan datang untuk meratakan jalan Mesias (Mal 4:56). Sampai hari ini, mereka mengharapkan kedatangan Nabi Elia. Namun bagi orang-orang Yahudi pengikut Mesias, tradisi ini dipelihara dengan pemahaman baru bahwa Elia sudah datang, yaitu Yohanes Pembaptis namun diakhir zaman, Elia akan datang kembali untuk mempersiapkan

Apakah unsur-unsur di atas (empat cawan anggur, matsah, maror, karpas, kharoset) dilakukan oleh Yesus bersama muridnya, tidak ada keterangan detail dalam Lukas 22:14-23. Namun jika ritual Seder sedemikian telah dilakukan sejak orang Yahudi pulang dari Babilon, maka kita patut menduga bahwa usur-unsur tersebut ada dalam pelaksanaan Seder oleh Yesus. Paling tidak, ada dua unsur yang dicatat dalam Lukas 22: 17 dan 19 mengenai “cawan” dan “roti”. Padahal minum cawan berisi anggur dalam perintah Pesakh di Sinai tidak disebutkan. Ritual ini ditambahkan setelah orang Yahudi pulang dari pembuangan. Maka kuat diduga bahwa Yesus pun memakan unsur-unsur lain dalam Seder Pesakh seperti makan maror dan karpas, serta karoset.

5|Buletin IJI Vol 3/April 2015

Cawan apa? Roti apa? Dengan mengikuti latar belakang historis dan keagamaan Yudaisme paska pembuangan Babilonia, maka cawan yang dimaksud adalah cawan berisi anggur dan roti yang dimaksud adalah roti tidak beragi (Ibr: matsah). Gereja dan Kekristenan pada umumnya yang tidak memiliki pemahaman terhadap akar Ibrani sebagai akar Kekristenan, memaknai roti dan anggur sebagai unsur utama yang harus ada dalam Pesakh namun melepaskan dua unsur tersebut dari unsur-unsur yang lain (maror, kharoset, matsah). Bahkan roti yang dipergunakan oleh Gereja dan Kekristenan pada umumnya dipergunakan roti biasa yang beragi. Pemahaman tentang Roti Tidak Beragi (matsah) didasarkan atas perintah YHWH di Sinai untuk dilakukan Bangsa Israel turun temurun sebagaimana dikatakan dalam Imamat 23:5-8 sbb: “Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada waktu senja, ada

Paskah bagi (YHWH). Dan pada hari yang kelima belas bulan itu ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi (YHWH); tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi. Pada hari yang pertama kamu harus mengadakan pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat. Kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada (YHWH) tujuh hari lamanya; pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat." Perintah YHWH di Sinai untuk mereklamasi peristiwa historis keluarnya Bangsa Israel dari Mesir untuk menerima pembebasan dan penebusan YHWH sebagaimana dikatakan dalam Keluaran 12:1-15 sbb: “Berfirmanlah (YHWH) kepada Musa dan Harun di tanah Mesir: "Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun. Katakanlah kepada segenap

6|Buletin IJI Vol 3/April 2015

jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiaptiap rumah tangga. Tetapi jika rumah tangga itu terlalu kecil jumlahnya untuk mengambil seekor anak domba, maka ia bersama-sama dengan tetangganya yang terdekat ke rumahnya haruslah mengambil seekor, menurut jumlah jiwa; tentang anak domba itu, kamu buatlah perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang. Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing. Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja. Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya. Dagingnya

harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit. Janganlah kamu memakannya mentah atau direbus dalam air; hanya dipanggang di api, lengkap dengan kepalanya dan betisnya dan isi perutnya. Janganlah kamu tinggalkan apa-apa dari daging itu sampai pagi; apa yang tinggal sampai pagi kamu bakarlah habis dengan api. Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buruburulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi (YHWH). Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua tuhan di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, (YHWH). Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi

7|Buletin IJI Vol 3/April 2015

tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir. Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi (YHWH) turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya. Kamu makanlah roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya; pada hari pertama pun kamu buanglah segala ragi dari rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang beragi, dari hari pertama sampai hari ketujuh, orang itu harus dilenyapkan dari antara Israel. Dengan pemahaman historis dan keagamaan Yahudi Abad I Ms yang merupakan kelanjutan keturunan Israel yang mengalami pembebasan dari perbudakan Mesir dan yang telah menerima Torah di Sinai, maka konteks peristiwa ritual yang dilaksanakan Yesus dalam Lukas 22:14-23 menjadi utuh. Yesus dan para murid-murid-Nya melaksanakan Seder Pesakh pada

petang hari saat memasuki Tgl 14 Nisan. Dalam Seder Pesakh malam itu, Yesus memberikan makna baru dalam setiap unsurunsur di dalamnya. Khususnya simbolisasi matsah ( roti tidak beragi) dan kos (cawan) berisi pri hagafen (hasil buah anggur). Mengenai cawan berisi anggur, Yesus berkata dalam Matius 22:17 dan 20 sbb: “Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Mengenai roti tidak beragi, Yesus berkata dalam Lukas 22:19 sbb: ”Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu;

8|Buletin IJI Vol 3/April 2015

perbuatlah ini peringatan akan Aku."

menjadi

Yesus menghubungkan matsah dengan tubuh-Nya yang akan diserahkan untuk untuk semua orang. Artinya, diri-Nya akan ditangkap, disiksa dan dibunuh di kayu salib untuk menggenapkan rencana BapaNya, penebusan manusia dari kutuk dosa yaitu maut. Dan cawan berisi anggur dihubungkan dengan darah-Nya yang akan ditumpahkan untuk membasuh dosa semua orang. Darah ini menjadi meterai “perjanjian yang diperbarui” (Ibr: brit khadasha). Perjanjian pertama dimeteraikan oleh darah, demikian pula perjanjian yang diperbarui dimeteraikan oleh darah, sebagaimana dikatakan Ibrani 9:22 sbb: “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut (Torah) dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” Ir. Ester A. Sutanto, M.M., M.Min. menjelaskan sbb: “Yesus memulai Perjamuan

Malam Terakhir menurut tata cara Taurat dan tradisi Yahudi. Namun ada yang tidak lazim pada Perjamuan Malam Terakhir di Yerusalem itu: Yesus memaknai roti dan anggur secara baru, memberi perspektif eskatologis yang baru dan menetapkan perjamuan malam...Perjamuan yang Yesus inginkan adalah seperti pada perayaan Paskah Yahudi, suatu peringatan akan Keluaran, tetapi yang ditarik lebih jauh sampai pada peristiwa Salib yang pada waktu itu masih akan terjadi, dan dalam pengharapan akan kedatangan Kerajaan (Tuhan) di masa depan”2 Ada beberapa catatan penting berkaitan dengan meminum anggur dan roti tidak beragi. Pertama, sebelum meminum anggur dan memakan roti, Yesus “mengucap syukur”. 2

Ir. Ester A. Sutanto, M.M., M.Min., Liturgi Meja Tuhan: Dinamika Perayaan-Pelayanan, Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, 2005, hal 20-21

9|Buletin IJI Vol 3/April 2015

Dalam teks Yunani digunakan kata εσταριστησας (eucharistesas) yang merupakan bentuk orang pertama tunggal lampau dari kata εσταριστεω (eucharisteoo). Dari kata ini kelak kita mengenal istilah Ekaristi dalam Gereja Katholik yang dilaksanakan setiap moment penting dalam peribadahan dan hari raya. Namun pengertian Ekaristi akhirnya menjadi istilah dan ritual yang terlepas dari Seder Pesakh dan menjadi sebuah ritual yang bersifat magis dan eksklusif. Jika kita memahami budaya dan keagamaan Yahudi, maka kata “mengucap syukur” disana adalah ucapan berakah yang ditandai dengan mengucapkan, “Baruk Atta YHWH Eloheinu hu Melek ha Olam bore pri hagaven” (Diberkatilah Engkau YHWH Tuhan kami Raja Alam Semesta yang telah menciptakan buah anggur) dan ucapan “Baruk Atta YHWH Eloheinu Hu Melek ha Olam we tsiwanu al akelat matsah” (Diberkatilah Engkau YHWH Tuhan kami Raja Alam

Semesta yang telah memerintahkan kami makan roti tidak beragi). Namun Lukas 22:17 ini tidak tercantum dalam Peshitta Aramaik. Tidak jelas mengapa demikian. Kedua, kalimat “memecah roti”. Dalam Kitab Perjanjian Baru, ada beberapa kali kalimat “memecah roti” muncul. Saat Yesus memberi makan 4000 orang (Mat 14:19), saat Yesus melakukan perjamuan malam sebelum Pesakh yang jatuh tgl 14 Nisan (Mat 26:26) dan saat paska kenaikan Yesus ke Sorga. Para rasul dan murid-murid Yesus bertekun dalam persekutuan, doa, pengajaran dan memecah roti dirumah-rumah (Kis 2:42, 46, Kis 20:7). Namun demikian, makna “memecah roti” dalam beberapa peristiwa diatas, memiliki makna yang berbeda. (1) Memecah roti dalam Matius 14:19, menunjuk pada pengucapan syukur yang ditandai dengan mengucap Berakhah dengan kalimat “Barukh Atta Yahweh Eloheinu

10 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Melekh ha Olam ha Motsi Lehem min ha Arets” (diberkatilah Engkau ya YHWH Tuhan Raja Alam Semesta yang telah memberikan kami roti dari bumi). (2) Memecah roti dalam Matius 26:26 merupakan bagian dari Seder Pesakh. (3) Memecah roti dalam Kisah Rasul 2:42,46, Kis 20:7, menunjuk pada tata cara makan dan pengucapan syukur Ibrani setiap hari atau pada harihari khusus seperti Sabat atau pada waktu hari raya. Kisah 20:7 merupakan kegiatan Havdalah atau penutupan Sabat yang ditandai dengan makan khallah (Roti Beragi) dengan anggur. Kisah Rasul 2:42,46 dapat juga dimaknai sebagai perluasan Seder Pesakh secara praktis untuk mengingat Mesias (1 Kor 11:2526). Ketiga, kata “pokok anggur” dalam Lukas 22:18 dalam teks Yunani digunakan kata γεννηματος (genematos) bukan οινος (oinos). Apa artinya? Kata genematos dipergunakan untuk buah anggur yang telah mengalami pemerasan dan belum

mengalami fermentasi atau peragian. Sementara oinos adalah anggur yang berfermentasi. Ketika Rasul Paul mengatakan, “janganlah kamu mabuk oleh anggur” (Ef 5:18) kata yang digunakan adalah oinos bukan genematos. Kitab Hebrew New Testament yang merupakan terjemahan Ibrani dari naskah Yunani, menggunakan ‫פרי הגפן‬ (pri hagaven) untuk menerjemahkan genematos dan ‫יין‬ (yayin) untuk oinos. Penggunaan anggur tidak berfermentasi ini sebagai konsekwensi penggunaan roti tidak beragi sebagai lambang kesucian, tanpa dosa. Keempat, kalimat “lakukanlah ini untuk mengingat Aku” dalam Lukas 22:18 dipergunakan kata “emen ananesin” dan oleh Hebrew New Testament diterjemahkan “lezikron li”. Kata Ibrani ‫זכור‬ (zakor dalam bahasa Arab dzikir) merupalan bentuk kata kerja yang mengindikasikan pengulangan dan permenungan tinimbang sebuah hafalan berdasarkan kerja

11 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

otak. Seder Pesakh dilaksanakan satu tahun sekali saat jatuh Tgl 14 Nisan untuk mengingat dan merenungkan karya Mesias yang telah menumpahkan darah dan menyerahkan tubuh-Nya bagi dosa-dosa manusia. Ir. Ester A. Sutanto, M.M., M.Min mengatakan, “Selanjutnya ajaran Yesus kepada murid-murid-Nya yaitu “...perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” yang sampai kepada gereja melalui tulisan Lukas dan Paulus, telah membuat Liturgi Meja suatu ibadah yang dilaksanakan selama-lamanya olreh gereja”3

Apakah Easter = Pesakh? Kata Easter dipergunakan untuk mengistilahkan “Paskah”. 3

Ibid., hal 21

Dalam terjemahan versi King James, ayat tersebut disematkan satu kali dalam Kisah Rasul 12:4, “And when he had apprehended him, he put him in prison, and delivered him to four quaternions of soldiers to keep him; intending after Easter to bring him forth to the people”. Dalam The Oxford English Dictionary, dijelaskan mengenai asal usul kata Easter sbb : “Easter memiliki nama mula-mula dari periode pra Kristen, sebuah nama yang dirayakan bagi Eostre, dewi dari Jerman kuno yang juga dikenal dengan sebutan Eos dari Yunani atau sebagai Usha/Ushas nama dewi Hindu. Eostre dikenal sebagai dwi kesuburan atau kelahiran. Selanjutnya, ini adalah nama lain dari dewa matahari, nama lain dari kedewaan, Eostre, Eastre, Eostra atau Ostara, yang telah diadopsi oleh Kekristenan. Dalam kebudayaan Yunani kuno disebut dengan Eos atau Homer atau Ishtar dalam tradisi Syria. Dalam kebudayaan Yunani kuno, Eos dipandang sebagai dewi

12 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

yang penuh cinta dan dihubungkan dengan kesuburan yang dilambangkan dalam bentuk telur atau kelinci” (C.J. Koster, Come Out of Her My People, Institute For Scriptures Research, 1998, p.25). Apakah Eukaristi=Pesakh? Kata Ekaristi lazim dilaksanakan dalam Gereja Katholik. Kata Ekaristi sendiri berasal dari kata Yunani Eucharisteo yang bermakna “ucapan syukur” (Mat 15:36, 1 Kor 10:30), “berterimakasih” (Rm 16:4). Karakteristik dalam Ekaristi adalah : Memakan Roti Mayoritas Kekristenan saat Ekaristi atau Perjamuan Kudus, memakan roti bundar tipis (wafer yang di press) atau roti biasa yang beragi. Penggunaan wafer atau roti tidak beragi, membuang makna yang terdalam dalam Seder Pesakh. Matsah, roti tidak beragi, melambangkan membuang dosa dan kenajisan. Rasul Paul menggunakan

lambang Matsah dalam pengajarannya (1 Kor 5:7-8). Dalam naskah Yunani, kata ARTOS selalu dipergunakan baik untuk roti yang beragi (Mat 14:17, Mat 6:11, Kis 2:42, Kis 20:7), roti yang dipersembahkan secara khusus (Mat 12:4, Ibr 9:2) maupun roti yang tidak beragi saat Pesakh (Mat 26:26, 1 Kor 11:23-24). Jika secara khusus menyebut roti tidak beragi, biasanya digunakan kata AZUMOIS (1 Kor 5:7-8). Meminum Anggur Mayoritas Kekristenan meminum anggur berfermentasi dalam Ekaristi atau Perjamuan Kudus. Inipun mendistorsi makna Seder Pesakh. Pesakh dilaksanakan dalam situasi khidmat dan bukan perayaan sukacita. Anggur berfermentasi biasanya dilaksanakan pada saat perayaan sukacita. Beberapa istilah untuk anggur dalam TaNaKh adalah : Yayin, Tirosh, Shekar, Yekeb, Khamar, Gath, Sobeh, Khemer, Asis, Enab.

13 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Beberapa istilah untuk anggur dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani adalah :Gennema (Luk 22:14-20), Oinos (Mrk 15:22-23), Oxos (Mat 27:33, Luk 23:36, Yoh 19:28-30). Saat Yesus melaksanakan Seder dan menggunakan anggur dalam Cawan Penebusan, naskah Yunani tidak menuliskan Oxos atau Oinos yang dapat memabukkan, melainkan dipergunakan Gennema yang bermakna “anggur asli yang diperas”. Anggur yang diperas melambangkan kemurnian, tanpa dosa dan cela. Dengan melihat pemahaman di atas, maka Ekaristi dan Perjamuan Kudus disatu sisi dapat disebut sebagai distorsi (kerusakan) atas pelaksanaan Seder Pesakh Yahudi yang dilepaskan dari keseluruhan rangkaian dan hanya difokuskan pada makna roti dan anggur sebagai tubuh dan darah Yesus Sang Mesias. Namun demikian, sekalipun terjadi distorsi bukan

berarti Ekaristi dan Perjamuan Kudus tidak sah dan tidak layak dilaksanakan. Kita dapat tetap melaksanakan Ekaristi atau Perjamuan Kudus namun tentunya dengan roti yang tanpa ragi sebagai lambang tanpa dosa serta anggur tidak berfermentasi sebagai lambag darah yang murni. Adalah lebih baik lagi dapat melaksanakan Seder Pesakh dalam bingkai yang utuh tanpa melepaskan unsur Ibrani dan Yahudi dalam ritual tersebut, sebagaimana pernah dilakukan Yesus Sang Mesias. Dengan melakukan Seder Pesakh, kita menghubungkan diri secara historis dengan apa yang pernah dilakukan Yesus Sang Mesias, pada malam sebelum Dia diserahkan, yaitu tanggal 14 Nisan tahun 31 Ms. Bagi Kekristenan yang telah kembali ke akar Ibraninya, Seder Pesakh bukan sekedar memperingati terluputnya nenek moyang Israel dari tulah maut di Mesir, melainkan menunjuk pada Mesias

14 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

yang tubuhNya dipecah-pecah dan darahNya yang ditumpahkan, bagi pengampunan dosa umat Israel dan umat manusia. Meredefinisi Kekristenan

Unsur

Liturgi

Pemahaman terhadap kajian historis dan keagamaan Yudaisme Abad I Ms terkait pelaksanaan Seder Pesakh yang juga dilaksanakan oleh Yesus Sang Mesias sebagai perlambang yang menunjuk peranan Mesianisnya, sudah selayaknya unsur-unsur Seder Pesakh dimasukkan dalam Liturgi Gereja saat melaksanakan Perjamuan Paskah. Gereja dan Kekristenan hanya melaksanakan unsur-unsur meminum anggur dan memakan roti namun melepaskan unsurunsur yang lain (empat cawan anggur, matsah, maror, karpas, kharoset). Bahkan anggur yang diminum pun anggur berfermentasi yang justru mendistorsi makna Perjamuan Paskah yang tanpa ragi sebagai simbolisasi membuang dosa. Ragi adalah lambang dosa dan

kejahatan. Demikian pula roti yang dimakan justru roti yang mengandung ragi padahal Pesakh jauh dari ragi dalam segala aspek kehidupan dan makanan. Matsah bermakna roti yang tidak beragi. Yesus menggunakan lambang roti tidak beragi untuk melambangkan dirinya, tubuhnya yang dipecah dan dipersembahkan bagi pengampunan dosa. Jika unsurunsur teologis utama yang merefleksikan karya Yesus Sang Mesias direpresentasikan oleh sesuatu yang secara simbolik tidak akurat, lalu bagaimana pesan Mesianis kematian dan kebangkitan Yesus dapat dihayati dengan benar? Meredefinisi Terjemahan Kitab Suci Untuk mengeliminir kesalahpahaman dan membuka wawasan umat Kristen terhadap latar belakang Yudaisme dan Yahudi dalam pelaksanaan Pesakh, maka terjemahan Kitab Suci selayaknya menyertakan terminologi khas Yudaisme atau Yahudi yang merefleksikan

15 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

peristiwa yang dilakukan oleh Yesus dan para murid-Nya dengan setting historis kultur semitik hebraik. Contoh The Complete Jewish Bible (1998) menerjemahkan sbb: “But the festival of Matzah, known as Pesach, was approaching” (Luk 22:1 CJB) “And the head cohanim and the Torah-teachers began trying to find some way to get rid of Yeshua, because they were afraid of the people” (Luk 22:2 CJB) “And he said to them, "I have really wanted so much to celebrate this Seder with you before I die!”(Luk 22:15 CJB) “Then, taking a cup of wine, he made the b'rakhah and said, "Take this and share it among yourselves. (Luk 22:17 CJB) “Also, taking a piece of matzah, he made the b'rakhah, broke it, gave it to them and said, "This is my body, which is being given for you; do this in memory of me." (Luk 22:19 CJB).

Perhatikan terminologi semitik yudaik seperti matzah, pesakh, kohanim, torah teacher, seder berakhah akan mendekatkan pembaca non Yahudi kepada kultur dan pemahaman yang benar terhadap pelaksanaan Seder Pesakh. Nilai dan Makna Kematian Yesus Sebelum kita mengupas makna kematian Yesus bagi penghapusan dosa umat manusia, kita akan mengkaji terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan Dosa Asal (Original Sin). Saya lebih memilih istilah ini karena memang istilah inilah yang lebih tepat dan dipergunakan untuk menjelaskan asal usul dosa dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris. Tidak ada istilah Dosa Waris kecuali penafsiran beberapa golongan Kristen yang membuat istilah tersebut menjadi rancu. Karena memang dosa tidak diwariskan sebagaimana dikatakan dalam Yekhezkiel 18:20, “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan

16 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya”. Dosa Asal (Original Sin) Dosa berawal ketika manusia melanggar perintah Tuhan YAHWEH agar tidak memakan buah Pohon Pengetahuan Baik dan Pengetahuan Jahat sebagaimana dikatakan: “Lalu YHWH Tuhan ( ‫ )יהוה אלהים‬memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”(Kej 2:16-17). Namun ular membisikkan kata-kata dusta dengan memutarbalikkan apa yang dilarang oleh Yahweh kepada manusia, menjadi diperbolehkan, “Ular itu berkata kepada

perempuan itu: "Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej 3:1) dan ketika manusia perempuan (ishah) menjawab: "Buah pohonpohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."(Kej 3:2-3), maka ular kembali memutarbalikkan larangan YHWH dengan mengatakan, “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Elohim mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti (Tuhan), tahu tentang yang baik dan yang jahat." Ketika manusia perempuan itu tergoda, mulailah dia memakan buah larangan itu yaitu Buah Pengetahuan Yang Baik (ets hada‟at tov) dan Buah Pengetahuan Yang Jahat (ets hada‟at ra) maka diapun memberikannya pada manusia

17 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

laki-laki untuk memakannya. Apa terjadi kemudian? Pertama, Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat (Kej 3:7). Manusia laki-laki dan perempuan menyadari bahwa kemuliaan sebagai ciptaan telah lenyap dengan ditandai kesadaran bahwa diri mereka telanjang. Kedua, Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan YHWH, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk (Ibr: leruakh hayom, saat hari bertiup angin), bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan YHWH di antara pohon-pohonan dalam taman” (Kej 3:8). Manusia laki-laki dan perempuan mengalami ketakutan terhadap Tuhan YHWH akibat telah melakukan pelanggaran. Tidak heran jika sampai sekarang apabila manusia berbuat pelanggaran, selalu dikejar rasa takut dan bersalah.

Inilah saat pertama kalinya DOSA itu masuk dalam kehidupan manusia. Apakah dosa itu? Dalam 1 Yohanes 3:4 naskah Yunani dikatakan, “hamartia estin he anomia”. Dalam Hebrew New Testament (Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani sebagai terjemahan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani) diterjemahkan, “ha khet, mri hu ba Torah”. Dosa adalah anomia atau mri hu ba Torah atau melawan Torah atau melawan perintah. Kata hamartia bermakna “menyimpang dari sasaran”. Jadi dosa adalah “tindakan yang menyimpang dari sasaran”. Seperti orang yang memanah namun busur panah meleset dari sasaran yang hendak dituju. Demikianlah hakikat dosa. Adapun Pohon larangan Pohon Pengetahuan Baik dan Buruk serta Pohon Kehidupan) mengandung makna bahwa manusia diberikan kebebasan untuk memilih. Tuhan bukanlah dalang yang seenaknya memainkan wayang. Manusia

18 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

bukanlah robot yang dimainkan semau Tuhan. Tuhan memberikan kehendak bebas (free will) dalam diri manusia untuk mengambil pilihan antara yang baik dan yang buruk. Manusia pertama mengambil pilihan yang buruk, pilihan yang keliru. Siapa yang bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran manusia pertama? Tuhankah atau manusia? Karena Tuhan telah memberikan kehendak bebas, maka manusia yang bertanggung jawab atas pilihan yang diambilnya. Tuhan tidak menyebabkan manusia berdosa namun manusialah yang melakukan dosa. Dampak Dosa Asal (Effect of Original Sin) Seberapa jauhkan dampak dosadalam kehidupan manusia pertama? Dosa menimbulkan kutuk dan kutuk yang tidak teratasi adalah maut. Kutuk dosa dapat kita lihat secara terinci sbb: 

Permusuhan manusia dengan Tuhan (Kej 3:2324), dimana manusia







 

kehilangan relasi yang benar dengan Tuhan Permusuhan manusia dengan hewan (Kej 3:15). Terjadilah siklus ekologis dimana manusia memangsa hewan dan sebaliknya Permusuhan manusia dengan alam (Kej 3:1719). Manusia harus bekerja menaklukan alam yang telah kena kutuk Permusuhan manusia dengan manusia (Kej 4:116), Qayin membunuh Qabel. Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej 3:16) Manusia mengalami kefanaan yaitu maut (Kej 3:19)

Rasul Paul menjelaskan bahwa dosa mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Tuhan (Rm 3:23) dan upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Dosa dan maut adalah realitas yang dialami semua umat manusia. Tidak ada satupun manusia yang tidak mengalami maut. Maut adalah upah dosa dan konsekwensi

19 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

hilangnya kemuliaan Tuhan dalam diri manusia. Semua manusia mewarisi upah dosa yaitu kehilangan kemuliaan Tuhan, yaitu maut. Maut, bukanlah takdir Tuhan melainkan buah dosa manusia. Dalam perspektif Kristen, dibedakan antara dosa mula0mula (Original Sin) dan dosa perbuatan (Behaviour Sin). Dosa mula-mula dilakukan oleh Adan dan Hawa. Sementara dosa perbuatan adalah turunan dari dosa mula-mula. Darimana manusia bisa berbuat dosa perbuatan? Bukan karena Tuhan menakdirkan dengan memberi kemampuan berbuat dosa pada manusia melainkan akibat manusia pertama, Adam dan Hawa telah berbuat dosa maka potensi dosa itu masuk dalam kehidupan keturunan Adam dan Hawa termasuk kita, apapun agamanya. Maka seorang anak kecil berusia 7 tahun tidak perlu diajari berbohong, jika dia memecahkan sebuah gelas tanpa sepengetahuan kita, dalam sejumlah kasus ditemukan

mereka berbohong dan mengatakan bukan mereka yang memecahkan gelas, ketika ditanyai orang tuannya. Berbohong adalah dosa perbuatan sebagai sebuah turunan dari potensi dosa yang telah masuk dalam kehidupan manusia. Dan masih begitu banyak lagi dosa perbuatan yang dapat kita daftarkan dalam kehidupan sehari-hari. Qur‟an pun menyitir soal kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa sebagaimana dikatakan: “Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat

20 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Qs 2:35-37) “Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersamasama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu

petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (Qs 20:120-123). Mengapa mengutip ayat dalam Qur‟an? Pengutipan ayat Qur‟an dimaksudkan sebagai pembanding fakta bahwa manusia pertama telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan (sebagaimana diakui dalam Torah dan Qur‟an) sehingga tidak ada alasan bagi Muslim yang kerap menyangkal dosa asal dan dampaknya yaitu kefanaan yang menghinggapi umat manusia semesta. Sekalipun ada perbedaan redaksional antara Torah (Kitab Kejadian) dan Quran mengenai siapa yang digoda dan nama buah apa yang dimakan Adam dan Hawa serta dimana Adam dan Hawa tinggal saat terjadi peristiwa kejatuhan dalam dosa tersebut, namun kedua Kitab menyepakati beberapa hal berikut:

21 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

1. Adam dan Hawa berdosa 2. Adam dan Hawa meminta pengampunan Tuhan 3. Adam dan Hawa menanggung hukuman Tuhan Penghapusan Dosa Bagaimana Tuhan YHWH mengatasi dosa yang masuk dalam dunia dan merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta? Kejadian 3:15 menyatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." Oleh para Bapa Gereja (Church Fathers), ayat ini disebut sebagai proto evangelium atau Injil mula-mula, karena di dalamnya dideklarasikan bahwa keturunan manusia perempuan yang jatuh, akan melahirkan seorang anak yang akan meremukkan kepala ular. Secara

teologis, ayat ini menunjuk pada karya Mesias yang mengalahkan maut sebagaimana dikatakan dalam 1 Korintus 15:25-26, ”Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Tuhan meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut”. Namun Secara universal, ayat ini merupakan suatu wewenang yang diberikan kepada orang-orang yang telah mengalami penebusan di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paul dalam Roma 16:20, “Semoga Tuhan, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Shatan di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Junjungan Agung kita, menyertai kamu!”. Dan juga dikatakan dalam Wahyu 12:17, “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukumhukum Tuhan dan memiliki kesaksian Yahshua”. Tuhan

22 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Yahweh telah MENJANJIKAN Penebus atas manusia yang mengalami kutuk dosa yaitu maut. Dan manusia pertama yang jatuh dalam dosa, telah mengalami penebusan saat itu. Darimana kita memperoleh fakta ini? Kejadian 3:17 melaporkan, “Dan YHWH Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka” (Kej 3:21). Kata “pakaian dari kulit binatang” (Ibr: katnot o‟r/Septuaginta: khitonas dermatinous) menunjukkan adanya suatu hewan yang dikorbankan. Korban adalah lambang penebusan yang kelak akan dilakukan oleh Yesus Sang Mesias. Kulit hewan yang telah dikorbankan, dipakai menjadi pakaian atau jubah yang menutupi ketelanjangan manusia. Qur‟an pun memberikan konformasi mengenai pengampunan Tuhan. Redaksional Qs 2:37 mengatakan, “Kemudian Adam

menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Dan Qs 20:122, “Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk”. Orang yang bertobat artinya orang yang telah berdosa. Adam dan Hawa telah mengawali sebuah perbuatan berdosa. Kalau manusia pertama telah mengalami penebusan, mengapa Tuhan YHWH masih menjanjikan Penebus? Pertama, penebusan dengan menggunakan korban hewan hanyalah temporal dan bayangan dari penebusan sejati yang akan dilakukan oleh Yesus Sang Mesias (Ibr 10:1, 4, 11-12). Kedua, umat manusia akan bertambah banyak dan bertambah banyak pulalah orang yang mengalami kematian akibat dosa. Maka Tuhan memberikan Penebus sejati untuk mengatasi dosa yang berujung pada maut, yaitu Yesus Sang Mesias. Mereka yang menerima karya kematian dan kebangkitan Yesus dari maut untuk menghapus dosa, maka

23 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

beroleh penebusan dan kehidupan kekal. Sampai di sini, baik Torah, Injil dan Qur‟an mulai bersimpangan menjelaskan mengenai Penebusan. Sejak manusia pertama Adam dan Hawa terjatuh dalam dosa, dan setelah Tuhan YHWH memberikan contoh mengenai pengorbanan hewan sebagai penghapus dosa, maka tradisi pengorbanan hewan menjadi sebuah kebiasaan di Timur Tengah kuno. Bahkan Tuhan YHWH mengatur secara detail pengorbanan hewan tersebut dalam Torah (Kitab Imamat). Dalam perspektif iman Kristen, pengorbanan hewan dan penumpahan darah hewan adalah bayangan dari wujud sejati yang akan datang yaitu Mesias yang telah dijanjikan dalam Kejadian 3:15. Kitab Ibrani 10:1-4 dikatakan: “Di dalam Torah hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena

itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, Torah tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa”. Wujud sejati dari bayangan yang akan dan sudah datang itu adalah Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 10:10-14 berikut ini: “Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Sang Mesias. Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulangulang mempersembahkan korban

24 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Tuhan, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuhNya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” Pernyataan dalam Kitab Ibrani tersebut menggemakan sabda Yesus Sang Mesias dalam kesadaran dirinya yang mengemban tugas sebagai Mesias, Anak Tuhan yang menyerahkan dirinya untuk menghapus kutuk dosa seluruh umat manusia yaitu maut sebagaimana dikatakan: “Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia

mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:26-28). Sabda Yesus di atas menepis dugaan dan tuduhan bahwa ajaran penghapusan dosa (ini istilah yang lebih tepat tinimbang penebusan dosa) tidak berasal dari Yesus Sang Mesias melainkan dogma Gereja atau penafsiran murid-murid Yesus belakangan. Ajaran mengenai penghapusan dosa dan penebusan kutuk dosa yaitu maut berasal dari sabda Yesus itu sendiri dan memiliki latar belakang dalam Torah mengenai kejatuhan manusia. Barangsiapa percaya dan menerima Yesus Sang Mesias, Putra Tuhan, Sang Firman yang nuzul dan menjadi manusia (Yoh 1:14) maka mereka akan dibebaskan dari maut

25 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

sebagaimana disabdakan Yesus sbb: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orangorang mati akan mendengar suara Anak Tuhan, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri” (Yoh 5:24-26). Tidak ada satupun manusia yang dapat membebaskan dirinya dari kutuk dosa yaitu maut. Semua manusia bahkan bayi sekalipun yang belum tahu berbuat dosa perbuatan mewarisi kutuk dosa yaitu maut. Semua manusia berpotensi mengalami maut.

Maut tidak bisa diatasi dengan perbuatan baik, ibadah, kesalehan, sedekah dll. Maut hanya bisa dibebaskan oleh Tuhan sendiri Sang Pemiliki Kehidupan. Dengan cara apa? Dengan cara mengutus PutraNya, Sang Firman menjadi manusia untuk membebaskan dari kutuk dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan: “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Pertanyaannya, jika orang yang menerima Yesus Sang Mesias sebagai Anak Tuhan diyakini akan terbebas dari maut/kematian, namun faktanya sampai hari ini orang-orang Kristen/Nasrani masih mengalami kematian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita simak sabda Yesus sbb: “Jawab Yesus: „Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku,

26 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh 11:25) Kematian fisik adalah pintu mengalami kehidupan sejati, kehidupan kekal sebagaimana dijanjikan Yesus Sang Mesias. Kehidupan kekal milik Tuhan YHWH telah dilimpahkan pula kepada PutraNya yaitu Yesus Sang Mesias sebagaimana sabda Yesus, “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri” (Yoh 5:26) Pengampunan Dosa Akibat Ketidaksempurnaan Manusia Apakah manusia yang telah mengalami penghapusan dosa dan penebusan dari kutuk dosa melalui keimanan kepada karya pengorbanan Yesus Sang Mesias dan Juruslamat, lalu kemudian tidak bisa berbuat dosa kembali dan menjadi sempurna? Tidak! Manusia yang telah mengalami penebusan kutuk dosa memang telah dijadikan manusia

baru dan diberikan Roh Kudus yang akan menuntun dia selalu dalam jalan yang benar sebagaimana konsekwensi kehidupan baru sebagaimana dikatakan Rasul Paul sbb: “Dan Mesias telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Mesias menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Mesias, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:15-17). Namun demikian, manusia tetap berpotensi berbuat kesalahan dan pelanggaran. Oleh karenanya Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami dimana salah satu frasa berbunyi, “Ampunilah kami akan kesalahan kami, sebagaimana kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Mat 6:12)

27 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Kiranya kajian singkat ini memberikan pembukaan wawasan sekaligus pintu hidayah untuk mengenai Yesus Sang Mesias yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup sebagaimana disabdakan Yesus sbb: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6).

28 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan dengan maksud dan tujuan sbb: 1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalam Pokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan (Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah) 2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi 3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci dengan pola pikir Ibrani 4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya terhadap Kekristenan masa kini 5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal dengan kebudayaan Semitik 6. Memperkokoh Teologi Judeochristianity

29 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

7. Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual bangsa dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya Sebelumnya organisasi ini bernama Forum Studi Mesianika (FSM). Berdasarkan rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012 lalu, maka Forum Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi Indonesian Judeochristianity Institute (IJI). Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) bekerjasama dan berafiliasi dengan Hebraic Root Teaching Institute (HRTI) yang berdomisili di Afrika Selatan dengan pimpinan Prof. Liebenberg. Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan pembelajaran anggota IJI.

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) Email: [email protected] Website: www.messianic-indonesia.com (www.hrti.co.za) Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute) Donasi dan Informasi: 081327274269

More Documents from "Sutikno Widagdo"