SEPENGGAL KISAH HIDUP
Seberkas sinar cahaya dibalik gorden membangunkan seorang gadis kecil dari tidur indahnya. Ia mengedip-ngedipkan matanya karena sinar tersebut sangat menyilaukan. “Ah, sudah pagi ternyata”katanya. Ia pun segera bangkit dari tempat tidurnya untuk segera bersiapsiap ke sekolah. Namanya Rizkiya Ananda biasa dipanggil Kiki. Ia adalah seorang anak tunggal dari keluarga yang sederhana, ia tinggal bersama dengan kedua orang tuanya di rumah neneknya. Hari ini adalah hari pertama ia duduk di bangku SMP dan ia sangat bersemangat. Setelah selesai bersiap-siap ia pun berangkat ke sekolah bersama dengan ibunya. Sejak kecil ia tidak biasa sarapan pagi oleh sebab itu perutnya akan bermasalah jika ia makan terlalu pagi. Ia akan makan ketika istirahat di sekolah. “Kiki masuk dulu ya bu, nanti ibu yang jemput kan?” tanyanya. “ iya nanti ibu yang jemput, belajar yang rajin ya nak”. Ia pun masuk ke kelasnya dan bertemu dengan teman-teman barunya. Ternyata teman-teman barunya sangat tidak ramah, mereka seolah meremehkannya karena ia tidak diantar ke kelas oleh orang tuanya sedangkan teman-temannya, mereka semua diantar oleh kedua orang tuanya. Tapi ia tidak merasa sedih, karena orang tuanya sibuk jadi tidak mungkin ia meminta untuk diantar hingga ke kelas. Menurutnya, hanya anak TK dan SD saja yang perlu diantar hingga ke kelas karena mereka masih kecil sedangkan sekarang ia sudah besar seharusnya sudah harus mulai belajar mandiri agar tidak merepotkan orang lain. Setelah pulang dari sekolah, ia pun segera pergi ke meja makan karena ibunya telah menyiapkan cumi tumis kesukaannya. “Wah, ada cumi tumis pasti enak”serunya dengan senyum yang lebar. “Makan yang banyak ya nak, biar cepat pintar. Oh iya tadi mama udah daftarin kamu ke bimbel kayaknya bimbelnya bagus minggu depan kamu sudah bisa les disana”. “Apa tidak terlalu cepat bu? Kan kiki baru masuk sekolah”. “ Tidak apa-apa,lebih cepat kan lebih baik”. Akhirnya ia pun menyetujui permintaan ibunya, mengingat ketika SD dulu, ia termasuk siswa yang bodoh dan setiap hari terlambat padahal jarak dari rumahnya ke sekolah sangat dekat. Seminggu kemudian ia pun pergi les ke bimbel yang ibunya daftar. Les tersebut dimulai setelah ashar sampai jam 6 sore. Setelah sebulan ia rutin les di bimbel tersebut, ibunya melihat ada perubahan padanya. Setiap malam, tanpa disuruh lagi ia selalu membuka bukunya untuk belajar. Oleh karena itu, ibunya merasa bimbel tersebut sangat tepat untuk anaknya dan berencana akan terus menyuruh anaknya untuk belajar disana hingga tamat sma. Setelah satu semester, tiba saatnya pembagian rapor. Setiap pembagian rapor, selalu ayahnya yang mengambil oleh karena itu ia selalu merasa takut jika nilainya tidak memuaskan. Ketika namanya dipanggil, ayahnya langsung masuk dan duduk berhadapan dengan wali kelasnya. “Ini pak rapor Rizkiya Ananda, selama satu semester ini dia termasuk siswa yang tekun belajar dan untuk semester pertama ini alhamdulillah dia mendapat peringkat 5. Dan untuk semester depan saya harap dia dapat belajar lebih rajin lagi.” “Alhamdulillah bu, terima kasih atas perhatiaannya
kepada anak saya selama satu semester ini. Mohon maaf apabila anak saya ada kesalahan kata atau perbuatan.” “Iya pak sama-sama”. Setelah mengambil rapor tersebut, ayahnya langsung mengajaknya untuk pulang tanpa membahas tentang nilainya sedikit pun. Rasa takut pun menghantuinya karena selama perjalanan pulang, ayahnya tidak berbicara sama sekali. Ia takut jika ternyata nilainya sangat buruk dan membuat ayahnya sangat kecewa sehingga ayahnya tidak berbicara sepatah katapun padanya. Ia mulai berpikir untuk memulai percakapan, namun ia takut jika pembicaraannya tidak direspon oleh ayahnya sehingga ia memiih untuk diam hingga mereka sampai di rumah. Sesampainya di rumah, ia disambut ramah oleh ibunya dan menanyakan mengenai hasil belajarnya. Ia pun terdiam dan melihat ke arah ayahnya. Ibunya paham bahwa ayahnya belum memberitahu anaknya bagaimana hasil belajarnya. “Tak apa, nanti biar ibu yang bicara dengan ayah, kamu masuk dulu dan makan ya ibu sudah menyiapkan ikan mujair goreng dan sayur bayam rebus kesukaanmu, pasti kamu sudah lapar kan?”.“Baik bu”jawabnya. Ketika ia sedang makan, ia melihat ayah dan ibunya masuk ke kamar. “Sepertinya ayah dan ibu sedang membicarakan raporku, hmm semoga nilainya tidak terlalu buruk”katanya dalam hati sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. Setelah makan ia pun bergegas membersihkan piringpiring kotor untuk dicucinya. Setelah selesai membersihkan semuanya, ibunya menghampirinya sambil memeluknya “ Ada apa bu? Apa ayah mengatakankan sesuatu yang buruk?” “Alhamdulillah nak, kamu mendapat peringkat 5 di kelas, ibu senang sekali akhirnya kamu semakin pintar”. “ yang benar bu, alhamdulillah jadi ayah tidak marah kan bu? Aku takut sekali ayah marah padaku”. “Ayahmu memang seperti itu kadang sulit ditebak.” Mereka pun berpelukan karena bahagia. “Halah palingan juga hasil ujiannya nyontek dengan temannya atau kamu menyogok guru agar menaikkan nilai rapor sehingga anak kamu bisa mendapat peringkat 5”. Tiba-tiba kakak ipar ibuku menghampiri kami dengan ekspresi tidak sukanya. “Tidak kak, aku tidak pernah menyogok guru manapun demi anakku. Lagipula untuk apa aku melakukannya, aku ingin ia pintar bukan karena orang lain tapi karena usahanya sendiri”. Ia pun pergi meninggalkan kami dengan tatapan sinisnya. Tak ada hidup yang dilalui tanpa masalah. Begitupun hidup kiki, meski ia sangat bahagia dengan ayah dan ibunya tapi keluarga ayahnya sangat tidak menyukai kebersamaan mereka. Mereka selalu berusaha agar dapat memecah belah keluarga kiki bagaimanapun caranya. Terutama kakak kandung ayahnya yang biasa ia panggil miwa Ita dan ibu ayahnya atau neneknya. Keduanya seperti sangat membenci kiki dan ibunya. Setiap hari selalu saja ada masalah yang mereka berikan sehingga ayah kiki berlaku kasar terhadap kiki dan ibunya. Hampir setiap hari ibunya menangis karena selalu diperlakukan tidak adil di keluarganya sendiri. Hari-hari pun berlalu, kini tiba saatnya pembagian rapor semester dua dan seperti biasa, ayahnya yang mengambil rapornya. Kali ini kiki yakin bahwa nilainya tidak menurun karena ia sudah meningkatkan belajarnya selama satu semester dibantu dengan belajarnya di bimbel. Dan benar saja, ia mendapatkan peringkat 3 di kelasnya. Betapa senangnya ia ketika ia melihat
namanya tertulis di papan kelas sebagai rangking 3. Setelah sampai di rumah, ia pun member tahu ibunya tentang hasil belajarnya di semester 2. Ibunya sangat senang, meskipun ia diperlakukan tidak baik oleh keluarga suaminya tetapi ia sangat bangga memiliki seorang anak yang berprestasi. Hal tersebut mampu membuatkan lupa akan kesedihannya. Keesokan harinya ketika ia sedang asyik bermain di sore hari, salah satu temannya memanggil “Kiki, ayahmu memanggilmu!”. Ia pun segera menyudahi permainannya dan bergegas pulang memenuhi panggilan ayahnya. Belum sempat iya bertanya ada apa ayahnya memanggilnya, ayahnya langsung berkata “Darimana saja kamu? jam segini baru pulang, nenekmu bilang kamu bermain dari siang hingga sore belum juga pulang dan nenekmu bilang kamu main di tempat yang jauh bersama-temanmu. Jika besok kamu masih seperti itu lebih baik jangan pulang lagi kerumah, merepotkan orang saja!” bentak ayahnya. Jantungnya terasa remuk, bagaimana tidak? Ia tidur ketika siang dan bermain setelah ashar, bermain pun tidak jauh hanya disebelah rumah saja. Ia pun segera menduga bahwa neneknya lah yang mengatakan hal yang tidak-tidak kepada ayahnya. Ia pun segera berlari ke kamarnya dan menangis sejadi-jadinya. Ia merasa ayahnya tidak menyayanginya lagi karena terlalu mempercayai perkataan neneknya. Ibunya mengampirinya karena mendengar anaknya menangis di dalam kamar. “ Ada apa nak? Mengapa kamu menangis?”. “ibu..nenek menfitnaku bu dan ayah sangat mempercayai perkataannya,apa ayah tidak menyayangi ku lagi bu?”. “Mengapa kamu berkata seperti itu, tentu saja ayahmu menyayangimu. Mungkin ayahmu sedang ada masalah sehingga ia tidak dapat mengontrol emosinya.” Ibunya terus-menerus membujuknya agar ia tidak sedih lagi. Begitulah hari-hari yang ia lewati penuh dengan perasaan sedih karena ia merasa jauh dari ayahnya. Dan puncak permasalahannya ketika ia kelas 2. Ketika itu neneknya menuduh ibunya kiki membuang jemuran buah belimbing milik miwa Ita ke dalam sebuah ember padahal jemuran buah belimbing yang ibunya salin adalah jemuran buah belimbing milik ibunya sendiri. Dan ketika miwa Ita mengetahuinya iya pun turut menuduh ibunya. “heh, ngapain kamu buang jemuran saya? Kamu itu tidak tau diri ya, sudah tinggal menumpang disini seenaknya saja merusak barang-barang milik kami!” katanya dengan nada membentak. Ibunya kiki hanya diam tanpa membalas ataupun membela diri. Saat kiki pulang kerumah, ia melihat banyak barang-barang yang sudah dibungkus tersusun di teras rumah. Ia bertanya pada ibunya “Ada apa ini bu? Kenapa semua barang-barang kita berada di luar?”. Ibunya terdiam sambil mengeluarkan air mata lalu tak lama setelah itu ibunya berkata “Mulai malam ini, kita tidak bisa tinggal disini lagi kita sudah harus tinggal di rumah kita sendiri”. Setelah mendengar penuturan ibunya, barulah kiki paham bahwa sebenarnya mereka di usir dari rumah itu. Setetes air mata mulai turun dari mata kiki, ia tidak menyangka bahwa mereka akan sekejam itu. Malam itu juga kiki beserta kedua orang tuanya menginap di Guest House dengan membawa barang-barang mereka. Sejak kejadian itu nilai kiki di kelas menurun, ia tidak focus ketika guru menerangkan pelajaran di kelas. Ia sering duduk termenung dengan tatapan kosong,
tak jarang juga ia sakit dan sering menangis. Seminggu setelah itu, kedua orang tuanya berkata bahwa mereka akan tinggal di rumah sewa yang mereka miliki karena rumah itu baru saja habis disewa oleh orang. Rumah itu memang sedang di rehab, namun karena tak ada pilihan lain terpaksa mereka harus tidur di satu kamar yang belum di perbaiki. Akhirnya mereka tinggal bertiga dalam satu kamar yang berukuran kecil yang didalamnya mereka isi dengan tepat tidur, TV, Kipas angin, penanak nasi, kulkas dan dispenser. Mereka tidur di sekeliling debu bangunan. Rumah itu diperbaiki dengan segera sehingga tak menunggu lama rumah tersebut sudah siap dan menjadi lebih nyaman. Kiki sudah dapat mengikuti pelajaran di sekolah seperti biasanya karena ia sudah tidak sedih lagi dan kepikiran keluarga ayahnya. Saat akan memasuki SMA, ia mendapat undangan untuk masuk ke salah satu sekolah favorit di kotanya dan ia sangat senang akan hal itu. Hasil belajarnya selama ini membuahkan hasil yang sangat baik. Saat SMA, ia selalu mendapatkan peringkat 1 di kelas selama 3 tahun berturut-turut. Kiki bercita-cita ingin menjadi seorang guru, namun ibunya ingin agar ia mengambil jurusan kesehatan pada saat kuliah sehingga ketika ia mendapat undangan untuk masuk universitas, ia mencoba untuk memilih jurusan kesehatan dan keguruan universitas di luar kota. Ibunya tidak memaksanya agar lulus di kesehatan, namun ibunya hanya ingin ia mencobanya.Nasibnya kurang beruntung, ia tidak lulus di universitas tersebut. Lalu ia mencoba kembali mengambil jalur SBMPTN dengan mengambil jurusan kesehatan dan keguruan. Namun kali ini ia pun gagal, ia merasa kecewa dan menganggap dirinya sangat bodoh sehingga ia dua kali tidak lulus. Ia menangis sepanjang hari merenungi nasibnya. Dimanakah ia harus kuliah? Sedangkan ia tidak suka universtas swasta. Tak henti-henti ibunya menyemangatinya agar ia tidak frustasi akan kegagalannya. Akhirnya, ketika Ujian Mandiri universitas tinggi dibuka, ibunya memaksa kiki untuk mengikutinya. “Ibu aku tidak ingin mengikuti ujian itu, aku takut gagal lagi”. “Cobalah sekali lagi mungkin saja kali ini kamu lulus, ambillah jurusan keguruan saja tidak perlu terlalu focus pada keinginan ibu untuk mengambil jurusan kesehatan”. Kiki terdiam dan mulai berpikir bahwa tidak ada salahnya jika ia mencoba sekali lagi. Saat pengumuman hasil ujian tiba, betapa senangnya kiki bahwa ternyata ia lulus pada ujian tersebut. Ia menangis memeluk ibunya sambil berkata “Ibu.. alhamdulillah aku lulus, terima kasih atas doa dan jerih payah ibu selama ini.”. “ Iya nak, sama-sama. Selamat ya atas kelulusanmu dan belajarlah dengan giat dan raih mimpimu untuk menajdi seorang guru. Kiki lulus di salah satu universitas ternama di Aceh yaitu Universitas Syiah Kuala di Fakultas Keguruan dan Ilmu pengetahuan jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Sekarang ia sedang menjalani kuliah semester 4, ia berharap dapat melanjutkan pendidikan S2 karena ia ingin memperbaiki nama baik ibunya di keluarga ayahnya. Kiki ingin membuktikan bahwa orang yang mereka anggap rendah dulu, memiliki anak yang sukses dan dapat membanggakan kedua orang tuanya.