Saya melihat penurunan tersebut memang memberikan tambahan “energi” bagi pengusaha dalam menjalankan usahanya, namun, dari segi masyarakat daya beli memang bertambah tapi tidak akan signifikan, ini tidak lain disebabkan karena harga-harga barang lainnya yang telah naik tidak mau turun, sebagai contoh: tarif angkutan yang tidak diturunkan dengan alasan harga onderdil yang juga tidak turun, demikian seterusnya. Terakhir ORGANDA menyatakan bahwa tarif akan diturunkan sekitar 5% atau rata-rata sekitar Rp.200,00; tapi per 1 Januari 2009.. yang menurut saya terlalu lambat untuk dilakukan, karena bisa saja harga BBM kembali berfluktuatif yang menyebabkan kebijakan tersebut kembali lagging. Yah, memang hingga sekarang ini penurunan BBM kedua kalinya ini, kurang berdampak apa-apa karena belum atau tidak dapat mendorong penurunan di sektor lainnya… Dampak lain yang juga terjadi antara lain kerugian sejumlah SPBU dengan total kerugian mencapai sekitar 15 miliar akibat gerakan “gerilya” pemerintah yang cenderung tiba-tiba dalam menurunkan BBM, kerugian ini disebabkan karena kebanyakan SPBU tersebut telah membeli stok dalam jumlah besar dengan harga jual sebelum penurunan kedua ini. Memang, tindakan yang diambil pemerintah ini kurang fair bagi pengusaha tapi melihat gerak-gerik sejumlah SPBU pada penurunan BBM yang pertama yang cenderung menahan pembelian yang berakibat masalah baru, yaitu kelangkaan BBM, membuat langkah ini sedikit “manusiawi”. Apapun itu, saya tidak ingin membahas lebih jauh mengenai hal ini, tapi yang pasti sekarang sejumlah pengusaha sedang meminta ganti rugi walaupun tidak semua guna mengurangi kerugian mereka. Yang terakhir, terus terang ini merupakan perkiraan saya, yang saya harap tidak akan menjadi kenyataan… Penurunan BBM dapat menimbulkan pemborosan berlebih dalam penggunaannya yang tentunya akan merugikan bangsa kita sendiri apabila BBM menjadi “Benar-Benar Melangka”, ini bisa saja terjadi mengingat cadangan minyak Indonesia, menurut perkiraan, hanya sampai 2019 jika tidak dilakukan eksplorasi kembali. Sebagai warga negara yang bijak seharusnya penurunan BBM ini bukanlah menjadi momen bagi kita untuk ber-”boros-boros” ria, namun jadikanlah ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan produktivitas Anda maupun perusahaan Anda… Sekali lagi, kita harus tetap memberikan penghargaan pada pemerintah karena telah menurunkan harga BBM, walaupun ada suara-suara miring yang bilang “Masa cuma segini, masa cuma segitu..”, apapun itu lebih bagus turun daripada tidak sama sekali bukan??..;-p Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Penurunan kembali harga BBM diharapkan juga berimbas pada turunnya sejumlah bahan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat mengumumkan penurunan tarif premium dan solar seusai sidang kabinet terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (12/1).
Pemerintah menetapkan penurunan harga premium dari Rp 5.000 per liter menjadi Rp 4.500 per liter, dan harga solar dari Rp 4.800 per liter menjadi Rp 4.500 per liter mulai 15 Januari 2009. Selain itu, tarif dasar listrik (TDL) untuk industri juga diturunkan dengan meringankan biaya pokok pada saat puncak. "Penurunan TDL ini diharapkan bisa mendorong penurunan harga barang dan jasa karena untuk industri tertentu akan ada penurunan cost of production (biaya produksi). Dengan penurunan TDL ini, kita harapkan dapat menurunkan harga satuan yang dijual kepada masyarakat," jelas Presiden. Presiden juga mengatakan, penurunan harga BBM akan diikuti dengan penurunan tarif angkutan sekitar 10 persen, terutama untuk penentuan tarif yang diputuskan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Perhubungan. Penurunan tarif ini berlaku mulai 15 Januari sama dengan waktu penurunan harga BBM. Sementara itu, untuk penetapan tarif angkutan oleh Pemda, menurut Presiden, hal itu menjadi kewenangan mereka. Namun, diharapkan Pemda juga melakukan jumlah nilai penurunan tarif yang sama hingga bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Presiden mengatakan, kebijakan tersebut bisa menurunkan harga daging sapi menjadi kisaran Rp 50.000 per kilogram dari posisi kini sekitar Rp 62.000 per kilogram. "Berapa penurunannya harga daging sapi terpulang pada mekanisme pasar, tapi pemerintah mendorong dengan kebijakan yang konkrit," kata Presiden. Presiden juga mengumumkan kebijakan untuk mengeluarkan insentif agar bisa menurunkan harga minyak goreng, terutama minyak goreng curah dari Rp 10.000 per liter menjadi Rp 7.000 per liter. Khusus untuk masyarakat miskin akan dikeluarkan minyak goreng curah dalam kemasan khusus dengan harga Rp 6.000 per liter. Selain itu, Presiden mengatakan akan mengupayakan agar harga susu dan obat-obatan, terutama obat generik, dapat turun. Hadir dalam sidang kabinet terbatas itu Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Widodo AS, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani, Mendag Mari Elka Pangestu, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menperin Fahmi Idris, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi. Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Penurunan minyak mentah pada minggu terakhir ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya peningkatan produksi minyak mentah, adanya program penghematan BBM di AS yang berimbas banyaknya orang-orang membatasi bepergian menggunakan kenderaan pribadi sehingga mengakibatkan konsumsi minyak yang cenderung menurun, Penjualan minyak mentah yang selama ini menjadi tank top seperti di Iran dan Venezuela yang mulai terjual ditambah dengan peningkatan produksi minyak mentah di Arab Saudi sebanyak 200.000 barrel perhari, serta kondisi dari kebijakan The Fed dan kondisi Pasar Modal Penghematan BBM di AS AS merupakan konsumen terbesar minyak dunia. AS mengkonsumsi 22 juta bbl per hari atau
sekitar 25% dari produksi minyak dunia. Akibat kenaikan harga minyak mentah dunia yang sampai menyentuh level $ 140 /barrel dibarengi dengan terjadinya resesi di AS ,
mengakibatkan warga AS mengurangi perjalanan mereka menggunakan kenderaan pribadi penggunaan BBM yang digunakan mobil pada November 2007 sebesar 3000 juta barrel dan pada bulan Mei 2008 terjadi penurunan yang sangat signifikan menjadi 2966 juta atau turun 3.4 % (0.9 barrel) dari pemakaian perkapita pertahun,
jika kita asumsikan konsumsi pemakaian BBM di AS sebesar 5 % - 15 % atau sebesar 4.500 – 13.500 juta bbl pertahun, dan kita bandingkan dengan negara emerging market seperti China mengkonsumsi 6,534,000 bbl/hari, India sebesar 2,450,000 bbl/hari, Rusia sebesar 2,500,000 bbl/hari , dan Brazil sebesar 2,100,000 bbl/day, ternyata masih lebih besar penghematan BBM yang dilakukan daripada konsumsi negara-negara emerging market
Produksi Minyak Mentah Dunia
Sementara itu total produksi minyak dunia sebesar 80,247,128.09 bbl/hari baik dari negaranegara OPEC dan non OPEC dan rata-rata tertimbang sebesar 391,449.4 bbl/hari
Sampai may 2008 total produksi OPEC sebesar 37.29 bbl/hari apalagi dengan tambahan minyak yang dilakukan oleh Arab Saudi sebesar 200.000 barrel/hari. Sedangkan negara-negara non OPEC sampai may 2008 memproduksi minyak sebesar 46.74 bbl/hari, jika program penghematan yang dilakukan oleh AS dan pajak BBM yang tinggi di Eropa dan penggunaan energi alternatif di negara-negara emerging market juga berdampak kepada harga minyak mentah dunia Faktor ekonomi dan Pasar Modal AS
Lesunya perekonomian di AS sehingga mengakibatkan resesi membuat The Fed mengambil langkah-langkah dalam kebijakan suku bunganya, meskipun langkah terdahulu menimbukan resesi yang lebih parah di AS dan inflasi di AS mengakibatkan The Fed menaikkan suku bunganya, yang tentu saja memberikan dampak yang signifikan penguatan dollar terhadap Euro
Seperti yang akan diprediksi bahwa The Fed akan melakukan kenaikan suku bunganya yang memberikan efek investor akan kembali ke pasar modal,
Kesimpulan : 1. Harga minyak mentah masih berfluktuasi walaupun ada trend menurun namun tidak seekstrim yang kita fikir namun ada kecenderungan menguat disusul karena ekonomi AS masih babak belur.
2. Akibat harga BBM yang tinggi adanya penghematan BBM di AS Akibat harga yang turun kebanyakan negara-negara yang lagi booming sibuk melakukan ekspor minyaknya dan melepas tank top mereka seperti Iran dan Venezuela
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai akan menurunkan tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK) karena akan menurunkan cost perusahaan. Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) sekaligus Pelaksana Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, penurunan harga BBM akan mempengaruhi pengurangan beban. Dengan pengurangan beban dari biaya-biaya, diharapkan pelaku usaha bisa menjaga untuk tidak melakukan PHK. "Itu dilakukan pemerintah selama ini mulai dari menurunkan cost mereka," kata Menkeu di Gedung Depkeu, Jakarta, Selasa (23/12). Jika dari sisi struktur biaya perusahaan bisa diringankan, pelaku usaha bisa menahan dan memiliki kapasitas untuk menjaga jumlah tenaga kerja yang dimiliki selama ini. Menkeu mengakui penurunan aktivitas ekonomi global akan berpengaruh pada sektor industri, terutama industri manufaktur. Oleh karena itu, PHK memang tidak dapat dibendung. Untuk meminimalisasi terjadinya PHK, pemerintah melakukan penciptaan kesempatan kerja di dalam negeri, seperti dengan proyek infrastruktur atau proyek yang berhubungan dengan padat karya yang dilakukan di tingkat kecamatan maupun desa. Di samping itu, pemerintah juga mengaktifkan balai latihan kerja yang sekarang ini dilakukan. "Termasuk berbagai aktivitas yang bisa menaikkan jumlah penyerapan tenaga kerja di dalam perekonomian," tutur Menkeu. Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
SETELAH menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium per 1 Desember 2008 Rp 500 perliter, dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500 perliter, kini pemerintah kembali menjadwalkan akan menurunkan lagi harga BBM bersubsidi jenis premium dan solar mulai Januari 2009. Namun berapa besar penurunan harganya belum ditentukan. Rencana penurunan itu menyusul harga minyak mentah dunia yang terjun bebas ke angka terendah dalam empat tahun terakhir. Harga minyak mentah dunia yang diperdagangkan Jumat (5/12), turun menjadi 40,81 dolar AS per barrel (1 barel 159 liter), atau level yang terakhir kali terlihat pada Desember 2004. Kalangan pengusaha pun menyambut baik rencana penurunan BBM tersebut, seperti disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bambang Soesatyo. Tetapi
yang terpenting dari penurunan harga BBM tersebut adalah skala muatan dari rencana penurunan harga yang mempunyai kekuatan stimulus jika tarif transportasi otomatis terkoreksi (diturunkan). Selama ini sektor transportasi yang paling banyak menggunakan BBM jenis solar, begitu juga dengan sektor industri. Sektor komersial inilah yang paling banyak menyedot solar. Karena itu pemerintah akan mengalihkan subsidi BBM ke jenis solar. Merespon rencana pemerintah tersebut, menurut Bambang, Selasa (9/12), DPR maupun para ahli secara tak langsung merekomendasikan penurunan BBM bersubsidi antara Rp 1.000 sampai Rp 1.500 per liter. Menurut Pengamat perminyakan DR Kurtubi dengan harga minyak dunia yang saat ini di bawah 50 dolar AS per barel, sesungguhnya harga premium saat ini sebesar Rp 5.500 per liter, sudah tidak disubsidi lagi oleh pemerintah. Sebaliknya pemerintah justru untung Rp 1.000 per liter. Sehingga menurut Kurtubi, seharusnya harga premium menjadi Rp 4.500 per liter. Usulan dari DPR dan para ahli yang dikutip Bambang tersebut kiranya tidaklah berlebihan, bila kita mau membandingkannya dengan harga bensin di negara-negara lain yang lebih maju. Pemerintah selama ini sering mengatakan bahwa bensin kita paling murah. Benarkah harga bensin kita paling murah? Bandingkan dengan harga ketika pemerintah menaikkan harga BBM akhir Mei 2008 lalu, bensin dari Rp 4.500 per liter naik jadi Rp 6.000, solar dari Rp 4.300 menjadi Rp 5.500 perliter. Kemudian bandingan dengan harga bensin di beberapa negara anggota OPEC saat itu. Di Venezuela harganya hanya Rp 460/liter, di Saudi Arabia Rp 1.104/liter, di Nigeria Rp 920/liter, di Iran Rp 828/liter, di Mesir Rp 2.300/liter, dan di Malaysia Rp 4.876/liter. Rata-rata pendapatan per kapita di negara-negara tersebut lebih tinggi dari kita. Sebagai contoh Malaysia sekitar 4 kali lipat dari negara kita. Jelas sekali bedanya. Negara-negara tersebut lebih mementingkan kepentingan rakyat. Kita tidak bermaksud menuding bahwa pemerintah Indonesia tidak mementingkan rakyat atau hanya pro pada spekulan pasar yang hanya mengikuti harga minyak Internasional. Tetapi faktanya harga BBM di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara tersebut. Contoh, Amerika Serikat dan Cina adalah importer minyak terbesar dan ketiga di dunia . Tapi harga minyak di AS cuma Rp 8.464/liter sementara Cina Rp 5.888/liter.. Padahal penduduk kedua negara lebih besar dari Indonesia (Cina penduduknya 1,3 miliar) . Indonesia meski premium pada akhir Mei 2008 Rp 6.000/liter namun harga Pertamax mencapai Rp 8.700/liter. Lebih tinggi dari harga di AS. Padahal UMR di Indonesia cuma US$ 95/bulan, sementara di AS US$ 980/bulan. Indonesia cenderung mengikuti kemauan spekulan pasar. Kita tunggu langkah-langkah konkret dari pemerintah untuk bisa menurunkan harga BBM yang signifikan seperti diharapkan oleh para wakil rakyat dan para ahli tersebut. Yakni penurunan yang bisa memberikan stimulus sektor transportasi menurunkan biaya angkutan transportasi umum, sehingga sektor riil bisa bergairah kembali di tengah keterpurukan ekonomi dunia. Begitu
juga sektor industri bisa tumbuh kembali sehingga kekhawatiran terjadinya PHK besar-besaran di tahun 2009 tidak terjadi. Semoga.*** Sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss ssssssssssssssssssss Dengan penurunan harga berbagai komoditi ini diharapkan akan mengurangi beban masyarakat, sehingga daya belinya dapat terjaga bahkan mungkin dapat meningkat seiring dengan penurunan inflasi. Kebijakan penurunan harga ini juga sebagai stimulus sektor riil karena telah menurunnya biaya produksi dunia usaha. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi dampak kirsis ekonomi global terhadap perekonomian nasional. Dilihat dari segi kebijakan publik, keputusan Pemerintah SBY-JK dapat dikatakan menerapkan sistem harga berfluktuasi, mengikuti fluktuasi harga minyak mentah dunia. Ketika harga minyak mentah dunia naik, Pemerintah menaikkan harga BBM dalam negeri, misalnya pada tanggal 1 Oktober 2005 dan 24 Mei 2008. Demikian juga sebaliknya, ketika harga minyak mentah dunia turun seperti sekarang ini, Pemerintah mengikutinya dengan menurunkan pula harga BBM untuk konsumsi domestik. Namun kebijakan Pemerintah menurunkan harga premium dan solar pada akhir tahun 2008 dan awal 2009 ini dinilai beragam oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat tentu menyambutnya dengan gembira karena hal ini diharapkan dapat menurunkan harga komoditas, baik barang maupun jasa, di pasaran. Harapan masyarakat luas, ketika harga BBM telah diturunkan, maka produsen/pedagang mau menurunkan harga produk atau komoditi dagangannya. Sayangnya ada indikasi bahwa para penjual barang dan jasa berkeberatan untuk menurunkan harga produk barang dan jasanya. Berbagai media telah memberitakan masalah penolakan ini, misalnya, Organda menolak atau berkeberatan atas rencana Pemda DKI untuk menurunkan tarif angkutan umum. Keengganan Organda menurunkan tarif angkutan umum tercermin dari pernyataan Ketua Umum Organda, Murphy Hutagalung (Media Indonesia, 15/12/2008). Menurut Organda, kontribusi BBM pada operasi angkutan itu tidak lebih dari 30%. Komponen lain yang berpengaruh signifikan adalah harga suku cadang, beban retribusi dan aneka pungutan liar. Agar ada pengaruhnya terhadap penurunan tarif, Organda meminta Pemerintah memberikan harga khusus BBM untuk angkutan umum yang bebeda dengan kendaraan pribadi. Sementara itu, Media Indonesia memberitakan bahwa Ketua Umum Kadin, MS Hidayat menilai kebijakan Pemerintah menurunkan harga BBM (premium dan solar) sudah sesuai dengan aspirasi Kadin. Diharapkan penurunan tersebut berdampak signifikan terhadap roda perekonomian nasional, misalnya bisa meminimalkan kemungkinan gelombang PHK. Dampak lain yang diharapkan adalah memperkuat pasar domestik dengan cara mengeluarkan aturan yang bisa membatasi impor. Untuk itu Ketua Kadin menganjurkan agar Organda dan lembaga lainnya bisa menurunkan tarif transportasi umum. Kelompok masyarakat yang melihatnya dari kacamata politik, ada yang mengkait-kaitkan kebijakan Pemerintah SBY-JK penurunan harga ini untuk menarik dukungan rakyat menjelang Pemilihan Umum tahun 2009. Mereka berpendapat bahwa kebijakan ini merupakan salah satu upaya untuk dapat mempertahankan kursi SBY-JK di pucuk pemerintahan sampai tahun 2014. Terlepas dari berbagai argumen diatas, kita perlu menyambut keputusan Pemerintah tersebut dengan gembira. Jika semuanya berjalan secara ”normal”, seyogyanya kebijakan penurunan harga BBM ini
dapat meringankan beban masyarakat dalam situasi krisis ekonomi global yang melanda seluruh negara di dunia ini. Semoga ! Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Tekanan Politik Faktor politik tentunya tidak dapat dihindarkan lagi bagi pemerintah yang berkuasa untuk mengambil suatu kebijakan yang dapat menyelamatkan reputasi politiknya. Setelah harga premium turun dari Rp 6.000/liter menjadi Rp 5.500/liter, kalangan di DPR menilai jika pemerintah semestinya bisa menurunkan lagi harga BBM untuk premium hingga di bawah Rp 5.000/liter. Sebelumnya, pakar migas Indonesia Kurtubi sudah melakukan perhitungan terhadap harga premium yang relevan dapat diturunkan di mana angka perhitungannya juga di bawah Rp 5.000/liter. Sikap anggota dewan selanjutnya diekspos oleh berbagai media cetak ataupun elektronik mengenai harga BBM yang realistis dapat diturunkan oleh pemerintah. Tentunya publikasi ini akan semakin menekan popularitas politik pemerintah (SBY-Kalla). Belum lama setelah harga premium resmi diturunkan, terjadi kelangkaan gas elpiji di sebagian besar daerah terutama di Propinsi Jawa Barat. Kinerja pemerintah paling banyak disorot di kasus ini karena pemerintah dianggap tidak dapat memberikan jawaban yang diinginkan oleh masyarakat. Sebut saja pihak YLKI menilai pemerintah tidak siap dengan rencana kebijakannya sendiri untuk melaksanakan konversi energi. Kasus kelangkaan elpiji dan minyak tanah semakin membuka sikap kritis dari lawan-lawan politiknya dengan mengkaitkan kinerja pemerintah terhadap upaya politik (kampanye) di tahun 2009. Kekhawatiran muncul karena sikap dari lawan-lawan politik ini semakin mudah untuk diterima atau diserap oleh masyarakat sehingga beresiko akan menjatuhkan popularitas politik di tahun 2009. Pemerintah (SBY-Kalla) tidak memiliki banyak pilihan kecuali mengambil langkah untuk menyelamatkan popularitas politiknya sendiri. Dugaan mengenai adanya tekanan politik semakin kuat setelah Ketua DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum memberikan pernyataan jika penurunan harga BBM bukan kampanye atau mendongkrak popularitas SBY (DetikCom, 14 Desember 2008). Pihak Partai Demokrat yang mengusung SBY sebagai capres pada tahun 2004 lalu dan sekaligus pendukung nomor satu SBY berupaya untuk menegaskan popularitas dan citra SBY sebagai capres di tahun 2009 nanti. Tentunya Partai Demokrat di sini akan menggunakan kebijakan SBY yang menurunkan harga premium hingga dua kali dan solar untuk pertama kali sebagai slogan untuk pra kampanye capres. Buruknya Manajemen Energi dari Pemerintah Semula pemerintah berniat akan menurunkan lagi harga premium dan ditambah menurunkan harga solar pada bulan Januari 2009 nanti. Di luar kebiasaan manajemen pemerintah, harga premium diturunkan lagi setelah dua minggu sebelumnya sudah diturunkan. Apalagi kali ini ditambahkan dengan menurunkan
harga solar. Dalam situasi mendadak seperti ini, perlu kembali dipertanyakan bagaimana cara kerja dan pola manajemen energi yang dilakukan oleh pemerintah. Ketika menurunkan harga premium di awal bulan Desember 2008, pihak pemerintah sesungguhnya dapat langsung menurunkan menjadi Rp 5.000/liter ditambahkan dengan menurunkan harga solar. Dalam dua minggu ada selisih Rp 500/liter untuk harga premium. Jika dikalikan dengan banyaknya premium yang terjual, bisa dibayangkan seberapa besar pemerintah mendapatkan keuntungan dari selisih harga tadi. Bisa jadi jika harga premium Rp 5.000/liter adalah harga untuk opsi kedua. Dalam rapat dengar pendapat antara Dirjen Migas dan DPR tanggal 10 Desember 2008, pemerintah mengakui apabila harga premium bisa diturunkan hingga Rp 4.830/liter. Sementara itu, hasil perhitungan dari DPR sendiri untuk harga premium bisa di bawah Rp 4.000/liter (DetikCom, 15 Desember 2008). Dalam hal ini, pemerintah mencoba untuk tetap mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari rakyatnya sendiri dengan menjalankan opsi harga bertingkat. Jika pilihan harga pertama tidak memungkinkan atau ditolak, maka masih ada rencana harga kedua. Permasalahannya sekarang ini yang sama sekali tidak disorot oleh DPR adalah pertanggungjawaban dari selisih harga dari Rp 5.500/liter menjadi Rp 5.000/liter. Cara pemerintah dalam mengelola atau memanajemen harga inilah yang sesungguhnya perlu mendapat sorotan kritis dari kalangan DPR. Jika selisih harga tadi tidak bisa dijelaskan, maka dapat diambil kesimpulan apabila pemerintah tidak becus dalam mengelola energi sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jakarta - Pengamat energi Pri Agung Rakhmanto menilai, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) akan sulit menggerakkan sektor riil dalam waktu segera. "Terlalu jauh kalau mengharapkan penurunan harga BBM akan menggerakkan sektor riil dalam waktu segera," katanya di Jakarta, Rabu (14/1) seperti dilansir Antara. Pemerintah mulai Kamis (15/1) pukul 00.00 WIB akan menurunkan harga premium dan solar bersubsidi. Harga premium akan turun Rp 500 menjadi Rp 4.500 dari sebelumnya per 15 Desember 2008 sebesar Rp 5.000 per liter dan solar turun Rp 300 dari Rp 4.800 menjadi Rp 4.500. Menurut Pri, secara hukum ekonomi, penurunan harga memiliki dampak yang kaku atau sulit membuat harga lainnya, seperti transportasi dan kebutuhan bahan pokok, ikut turun. "Berbeda dengan kenaikan harga BBM yang memiliki sifat elastis atau berdampak langsung. Penurunan harga BBM ada rigiditas atau kekakuan dan butuh waktu," ujarnya. Di samping itu juga, pemerintah tidak dapat sepenuhnya mengontrol harga transportasi dan bahan pokok tersebut. Kecuali, lanjutnya, pemerintah bisa memaksa penurunan tarif transportasi maka kemungkinan akan menyebabkan harga bahan pokok juga ikut turun. Namun, Pri mengatakan, penurunan harga BBM akan memberikan dampak positif berupa masyarakat terbiasa dengan fluktuasi harga BBM mengikuti harga minyak dunia. "Jadi, misalnya suatu saat
nanti harga minyak bergejolak lagi, masyarakat cenderung tidak akan kaget kalau harga BBM naik," katanya. Dampak positif lainnya adalah pemerintah tidak lagi dipusingkan dengan masalah subsidi BBM dan secara bertahap dapat menyelesaikannya. Pri menambahkan, pengguna BBM juga akan langsung terangkat daya belinya dan pengusaha bisa menekan biaya produksinya.(#)