SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENCEGAHAN KEKAMBUHAN
Oleh : 1. 2. 3. 4. 5.
Adi purwa akbar Advensiana raudus L Heri setiawan Naneng nurmala S Zainal abidin
40217019 40217002 40217009 40217020 40217031
PRODI S1 KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2017-2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENCEGAHAN KEKAMBUHAN
1
Pokok Bahasan
:
Pencegahan Kekambuhan
Sasaran
:
Pasien dan Keluarga Pasien
Hari / Tanggal
:
Jumat, 03 Maret 2018
Waktu
:
09.00 WIB s/d Selesai
Tempat
:
Ruang Kenari, RSJ Menur Surabaya
1. Latar Belakang Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-PsikoSosio-Spritual yang komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga dan komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan,
pengubahan
lingkungan
dan
dukungan
sistem
sosial
(Sulistiyowati, 2015). Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga (Damaiyanti, 2012)
2. Tujuan a. Tujuan Umum
2
Memberikan pendidikan tentang peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. b. Tujuan Khusus Memberikan pendidikan kesehatan tentang : 1. Pengertian Kekambuhan 2. Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien 4. Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan. 3. Pelaksanaan a. Hari / Tgl
: Jumat, 03 Maret 2018
b. Waktu
: 09:00 WIB s/d Selesai
c. Sasaran
: Pasien
d. Tempat
: Ruang Kenari RSJ Menur Surabaya
4. Pembagian Tugas a. Presentator
: Heri Setyawan
b. Moderator
: Adi Purwa Akbar S
c. Observer
: Advensiana Raudus L
d. Fasilitator
: Naneng Nurmala S Zainal Abidin
5. Metode
: Ceramah, Diskusi
6. Media
: Leaflet
7. Materi
: Pencegahan Kekambuhan
a. Pengertian Kekambuhan b. Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien d. Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan. 8. Penyajian materi :
3
Peserta duduk dikursi, anggota kelompok duduk berbaur dengan pasien, penyaji didepan. 9. Rencana kegiatan No
Tahapan
Kegiatan Penyuluhan
Waktu
Media
Alat bantu
1.
Pembukaan
1. Mengucapkan
5 menit
salam 2. Menjelaskan tujuan 2.
Inti
Ceramah Ceramah Ceramah
dan
kontrak waktu
15
1. Menjelaskan materi menit a. Pengertian Ceramah
Kekambuhan b. Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien d. Peran
klien
keluarga
dan dalam
pencegahan 3.
Penutup
kekambuhan.
10 menit
1. Mengevaluasi
Tanya jawab Leaflet
secara lisan dan melihat
tingkat
pemahaman tentang
4
pencegahan kekambuhan 2. Memberikan leaflet 3. Memberikan salam penutup 10. Pengorganisasian Tempat
FASILITATOR
Penyuluh
Pe Pe mbi mbi mbi mbi ng ng
MODERATOR
Individu
FASILITATOR
FASILITATOR
FASILITATOR
OBSERVER
11. Evaluasi Pertanyaan : a) b) c) d)
Apa yang dimaksud dengan kekambuhan ? Bagaimana Tanda/Gejala dari kekambuhan ? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kekambuhan ? Apa yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah kekambuhan ?
5
6
PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN JIWA 1. Kekambuhan Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya mereda kekambuhan yaitu kembalinya gejala – gejala penyakit sehingga cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari – hari dan memerlukan rawat inap dan rawat jalan yang tidak terjadwal (Dorland, 2012). 2. Tanda – tanda kekambuhan Tahap I : Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan (overextension), sering mengeluh cemas terus – menerus, tak dapat konsentrasi, lupa kat – kata dalam pertengahan kalimat, adanya hambatan mental dalam aktivitas dan penampilan diri yang menurun. Tahap II : Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction conciusness), depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia, mengeluh sakit di seluruh tubuh (somatisasi), menarik diri dari aktivitas sehari – hari dan membatasi stimulus eksternal. Tahap III : Kadang-kadang menunjukan penampilan psikotik (gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi seperti halusinasi, waham atau perilaku kacau) , hipomania (mengalami sakit atau gangguan jiwa tetapi seperti orang yang sehat), gangguan persepsi, gangguan isi pikir dan gagal memakai mekanisme pembelaan yang matang Tahap IV : Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham secara terus menerus
7
Tahap V : Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga sebagai penipu. Dapat pula penderita mengamuk. Tahap VI : Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah (Keliat, 2010) Jika muncul tanda – tanda di atas segera : ¨ bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan ¨ segera kontrol ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan. 3. Penyebab kekambuhan Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan
pada
penderita gangguan jiwa menurut Keliat (dalam ivones 2013) adalah 1. Faktor penderita. Penderita yang tidak teratur dalam meminum obat dapat menyebabkan kekambuhan gangguan jiwa. Menurut penelitian, 25%-50% penderita yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak meminum obat secara teratur.\ 2. Faktor dokter. Pemakaian obat secara teratur dapat mengurungi kekambuhan, tetapi pemakain obat neuroleptik dalam jangka lama dapat menyebabkan efek samping berupa Tardive Diskinesia (gerakan tidak terkontrol)yang dapat mengganggu hubungan social. 3. Factor penanggung jawab klien ( case manajer) Setelah klien pulang kerumah setelah dirawat di Rumah sakit, maka perawat Puskesmas bertanggung jawab terhadap adaptasi klien dirumah 4.
Faktor keluarga. Menurut penelitian (di Inggris dan Amerika),
keluarga dengan
ekspresi emosi yang tinggi seperti bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan, menyebabkan 57% penderita kembali kambuh dalam waktu 9 bulan. Sebaliknya keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah, hanya 17% penderita yang
8
kambuh. Selain itu faktor yang berpengaruh juga adalah perubahan stres, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. 5. Faktor masyarakat. Faktor masyarakat lebih banyak berkaitan dengan stigma negatif yang tertuju kepada penderita gangguan kejiwaan. Penderita dijuluki orang gila atau stres, dianggap membahayakan, menakutkan, dan menjadi bahan olok-olokan. Semua stigma itu, justru mempersempit kehidupan sosial mereka yang semestinya dibantu dan diperbaiki. Mereka menjadi sulit mendapat pekerjaan, merasa malu bergaul, takut salah, dan merasa tidak berguna. 4. Pencegahan Kekambuhan Beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
untuk
mencegah
kekambuhan antara lain : 1. Mengenali penyakit mental yakni Dengan Membaca sebanyak mungkin tentang penyakit dan pengobatannya, jika ada yang tidak dimengerti, bisa ditanyakan ke pelayanan kesehatan 2. Hidup sehat, yakni dengan Jangan menkonsumsi alkohol atau obat lain, karena dapat meningkatkan risiko kekambuhan. Tetap jaga 3. 4. 5. 6. 7.
makanan yang sehat, dan berolahraga secara teratur Jaga pola tidur yang efektif Terus menkonsumsi obat sampai dokter menyarankan untuk berhenti. Hindari stress Tetap berinteraksi dengan orang sekitar. Siapa saja yang kamu ceritakan tentang penyakit mental kamu? harusnya itu bersifat pribadi, sementara pandangan orang lain tentang penyakit mental sangatlah berbeda dibanding dulu. Namun kamu setidaknya memiliki satu teman curhat yang bisa di andalkan, untuk mencegah penyakit tersebut kambuh lagi. Selain itu dengan dukungan keluarga mampu membuat mereka dapat berhubungan sosial dengan orang lain.
9
8.
Cobalah untuk mengembangkan kehidupan yang seimbang, dengan berfokus sepenuhnya pada satu bidang, seperti pekerjaan atau hobi, Ini mungkin tampak mudah pada awalnya untuk melarikan diri dari depresi yang kamu rasakan, namun bagaimanapun, strategi koping ini mungkin tidak bekerja, dan kamu akan perlu mengembangkan aspekaspek lain dari kehidupan yang lainnya. Hal ini penting untuk tetap berhubungan dengan semua aspek kehidupan disekelilingmu, seperti kegiatan sekolah, bekerja atau relawan, keluarga dan teman-teman, dan
hobi. 9. Mengidentifikasi dukungan dari keluarga dan teman-teman pada klien, karena Ini dapat membantu keluarga dapat mengenali gejala gangguan jiwa yang khas, dan dapat membantu dalam mencari pengobatan jika diperlukan.
10
DAFTAR PUSTAKA Annonim. Preventing relapse and promoting wellness. http://www.camh.ca/en/education/about/camh_publications/inf o_guides/bipolar-info-guide/Pages/Recovery-and-relapseprevention.aspx diakses pada 25 januari 2017 Dorland, 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media. Keliat, B.A, 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC Kusumawati et al, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medik Ivones. 2013. Pencegahan Kekambuhan Pada Klien Dengan Gangguan Jiwa. https://nezfine.wordpress.com/2013/06/08/pencegahankekambuhan-pada-klien-dengan-gangguan-jiwa/. diakses pada 25 Januar 2017
11