Sapnah.docx

  • Uploaded by: Sapnah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sapnah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,203
  • Pages: 16
BAB 8 TINGKAH LAKU SAKIT TINGKAH LAKU SAKIT Tingkah laku sakit,yakni istilah yang paling umum,didefinisikan sebagai “cara-cara di mana gejala-gejala ditanggapi,dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang mengalami sakit,kurang nyaman,atau tanda-tand lain dari fungsi tubuh yang kurang baik’’(mechanic dan valkhart 1961:52).Apabila penyakit itu telah didefinisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan seseorang tak dapat melakukan sebagian atau seluruh peranan normalnya,yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan tambahan atas tingkahlaku peranan orang

-orang

di sekelilingnya,maka barula di katakan bahwa seseorang itu melakukan peranan sakit.Dalam suatu studi ysng dilskukan pada sebuah rumah sakit veteran di New York City,Zborowski menemukan bahwa orang Yahudi dan Italia lebih emosional dalam respons mereka terhadap rasa sakit daripada orang Eropa Utara (Zborowski 1952:21-22). PERANAN SOSIAL PENYAKIT Para ahli perilakuyang mempelajari penyakit jelas harus menyaari akan peranan kebudayaan dalam membentuk tingkahlaku yag diamatinya.Penyakit dapat memenuhi peranan,seperti contoh di bawah ini. 1.penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahankan “apabila seseorang di nyatakan sakit,maka kegagalannya untuk melakukan fungsi-fungsi normalnya ‘bukan kesalahannya’dan ia pun diberikan hak pembebasan dan perawatan”(Parsons dan Fox 1952:32-33). 2.penyakit membantu untuk menanggung kegagalan pribadi Pemanfaatan penyakit untuk memberikan istirahat sementara dari tekanan-tekanan yang hebat barangkali merupakan katup keamanan bagi kesehatan,suatu pengadaan yang menguntungkan yang di bagun oleh semua yang dibangun oleh semua masyarakat,yang mengizinkan seseorang untuk mengulur waktu dalam menangani kembali.”Penyakit merupakan salah satu cara untuk mengatasi kegagalan dalam masyarakat Barat .Menjadi sakit berarti suatu ketidakmampuan untuk memenuhi tugas-tugasnya dan suatu cara menghindar dari tanggung jawab yang dapat diterima.Karena merasakan kegagalan,orang dapat membenarkan

kegagalannya,pada dirinya sendiri atau pada kelompok acuannya yang penting,melalui ketidakmampuannya untuk bertindak sebagai akibat dari penyakitnya”(Shuval et al.,1973:260). 3.sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian Konvensi-konvensi budaya menekankan bahwa orang sakit harus menerima perhatian khusus:pertanyaan-pertanyaan yang ramah dan sopan,yang penuh harapan tentang apa yang dirasakan pasien,makanan khusus,botol pemanas,bantal yang dirapikan dan puggung yang digosok. 4.Masuk rumah sakit dapat dianggap sebagai liburan Seringkali,bahkan mungkin mengherankan kalau dibandingkan dengan sikap yang sering di tunjukan orang terhadap rumah sakit,para wanita dalam masyarakat tradisional,pasa waktu pertama kali diperkenalkan pada perawatan kesehatan ibu dan anak,termasuk klinik bersalin dan rumah sakit,dengan senang hati menemima perawatan rumah sakit,meskipun hal itu mungkin melanggar praktek-praktek kelahiran secara tradisional dan pantangan,alasannya,istirahat sambil tiduran 4 atau 5 hari dengsn msksnsn ysng baik,kebebasan dari kekhawatiran mengenai anakanak mereka yang lain dan kebebasan dari mengurus rumah tangga,dipandang sebagai suatu kesantaian atau liburan. 5.Penyakit dapat digunakan sebagai alat kontrol sosial Dalam masyarakat Amerika,steorotip dari pemanfaatan penyakit adalah para ibu dan janda,para penderita kronis,yang memanipulasi rasa bersalah anak-anaknya untuk memastikan bahwa mereka akan melakukan apa yang menjadi keinginannya.Penyakit juga dapat digunakan sebagai sarana pengontrol untuk memperoleh hadiah langka yang diinginkan.Bila perumahan yang baik,pekerjssn ysng diharapkan keuntungan-keuntungan dari kesejahteraan sosial dan halhal lain serupa tersedia dalam jumlah sedikit,maka harus diciptakan mekanisme untuk menentukan dasar dari alokasinya,dii Israel,beberapa penduduk memilih penyakit sebagai sarana bagi alokasi tersebut,dan dokter-dokter Israel sering disudutkan untuk “mengesahkan” penyakit yang diderita oleh orang yang mempunyai tujuan tersebut,yang menunut haknya untuk mempeoleh objek yang diinginkan(Shuval et al,1973:260). 6.Penyakit dapat dijadikan alat untuk menghapus perasaan berdosa Banyak orang Barat maupun non Barat memandang penyakit mereka sebagai akibat dari dosa atau telah menyebabkan kemarahan para dewa mereka.Berbica khususnya mengenai tradisi Keristen-Judea,Sigerist menegaskan:’’Tuhan telah menunjukan hukumnya Barangsiapa

menurutinya dengan taat akan memperoleh berkatnya di dunia ini.Barangsiapa yang melanggarnya,akan memperoleh hukuman. MODEL PARSONS TENTANG PERANAN SAKIT Sesudah mendapat pengesahan akan haknya untuk menjalankan peran sakit(dalm masyarakat Barat,biasanya dokter meneimanya sebagai pasien),pasien memiliki dua hak pokok(atau harapan). 1.pembebasan dari tanggung jawab peranan sosialnya yang biasa. 2.perawatan hingga sembuh. Pasien juga memiliki dua kewajiban(atau tanggung jawab) 1.Mengakui bahwa peranan sakit itu tidak menyenangkan dan merasa berkewajiban untuk menjadi sembuh secepat mungkin. 2.Mencari bantuan teknik yang kompeten (misalnya dokter)dan bekerjasama dengan pihak yang membantu dalam penyembuhan(parsons 1951:428-479). TAHAPAN SAKIT Baik ahli-ahli antropologi maupun ahli-ahli sosilogi memandang perjalanan penyakit sebagai sesuatu secara analitik ditentukan oleh tahap-tahap yang dapat dibedakan. 1.Tahap pengalaman gejala-gejala(“keputusan bahwa ada yang tidak beres”) Langkah pertama dalam drama pengobatan muncul tatkala perasaan kurang sehat,rasa sakit,perubahan penampilan atau rasa lemah membuat seseorang merasa bahwa ada yang tidak beres dengan keadaan fisiologisnya. 2.Asumsi dari keadaan peranan sakit (“keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan profesional”) Apabila si penderita meginterpretasikan gejala-gejala tahap pertama sebagai gejala yang menunjukan penyakit,ia memasuki tahap kedua di mana ia akan minta nasehat dan perawatan. 3.Tahap kontak perawatan medis(“keputusan untuk mencari perawatan medis profesional”) Pada tahap ini,orang yang menduga bahwa dirinya sakit sudah berada dalam jalur menjadi pasien. 4.Tahap peranan ketergantungan pasien(“keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada dokter dan menerima serta mengikuti pengobatan yang diterapkan”) Dalam ketiga tahap pertama,sifat-sifat dari penyakit hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap apa yang harus dilakukan.Namun pada tahap keempat,hal itu menjadi masalah yang

amat penting.Seorang pasien yang secara wajar dapat diharapkan bisa sembuh akan ditangani dan bereaksi dengan cara-cara yang berbeda daripada pasien yang menderita penyakit kronis. 5.Kesembuhan atau keadaan rehabilitasi(“keputusan untuk megakhiri peranan pasien”) Sehubungan dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan,penerapan tahap kelima bagi penyakit-penyakit kronis sangaat terbatas.

BAB 9 RUMAH SAKIT : PANDANGAN DARI ILMU PERILAKU BEBERAPA KONTRAS ANTARA BARAT DAN NON BARAT Berbeda denga dunia tradisional, dalam dunia Barat kontemporer, sejumlah besar penyakit ditangani di rumah rumah sakit dimana pasien berada di bawah perawatan (dan pengawasan) dokter, di bantu oleh perawat perawat dan personal pembantu lainnya. Apabila beberapa asisten di ikut sertakan dalam situasi pengobatan, seperti yang kadang kadang terjadi, maka peranan mereka hanya bersifat seremonial atau merupakan peran sampingan yang hanya sedikit memberi sumbangan terhadap penyembuhan. untuk pengetahui proses pengobatan dalam masyarakat masyarakat yan kompleks, kita harus memperhatikan peranan peranan dan peranata peranata yang, apabila ada, sedikit berkembang dalam masyarakat masyarakat yan lebih sederhana. Khususnya, yang perlu di catat dari Eropa Barat dan Amerika Serikat adalah bahwa sebagian besar dari penyakit yang gawat tidak terjadi di rumah, melainkan di rumah sakit. Disana dokter tidak bekerja sendiri; ialah lebih merupakan kapten dari suatu tim yang membuat keputusan keputusan utama dan mengarahkan aktivitas dari sejumlah pembantu profesional yang bervariasi. Dari mereka, yang terpenting adalah perawat; perawat lah yang di lihat pasien berulang kali dalam sehari dan kepada nya lah pasien meminta bantuan daan keringanan penyakitnya. Dalam usaha mereka untuk memahami perawatan kesehatan kontemporer di Amerika Serikat, para ilmuan perilaku mengkonsentrasikan penelitian mereka atas tiga topic utama: Rumah Sakit, Dokter Dokter dan Perawat Perawat. Rumah Sakit Amerika telah merupakan perawatan utama bagi praktek pengobatan. Ilmuwan perilaku yang pertama kali menaruh perhatian pada masalah perawatan adalah seorang ahli antropologi (Brown 1936). PERUBAHAN PERANAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit, seperti yang telah di utarakan, telah menjadi pusat pusat perawatan kesehatan pertama di Amerika Serikat. Pasien pasien secara rutin memanfaatkan bagian perawatan untuk pasien berobat jalan, yang di masa lalu, mereka terima di rumah atau di ruang praktek Dokter. Rumah sakit bukan sesuatu yang di takutkan, paling sedikit, tidak seperti yang di alami masa lalu.

Dalam sebagian besar sejarah, Rumah Sakit telah berfungsi sebagai peranata untuk amal, sebagai suatu penampungan dan sebagai tujuan akhir bagi orang orang miskin yang sakit gawat. Rumah Sakit telah di pandang dengan amat realistis sebagai suatu tempat dimana orang datang untuk mati. Pembantu pembantu rumah sakit tidak terlatih, dan berasal dari kelas sosial terbawah, dengan jumlah dokter yang amat sedikit, di samping beberapa orang yang bekerja pada pemerintah atau pada orde orde keagamaan. Sampai abad ke-20, pasien pasien kaya di rawat di rumah, dokter yang di panggil ke rumah di bantu oleh perawat swasta yang bertugas penuh sepanjang hari. Berkat kemajuan pengobatan ilmiah pada abad ini, maka fungsi rumah sakit telah mengalami suatu revolusi. Terutama yang mendorong perubahan tersebut adalah bidang bedah yang relative baru namun telah berkembang dengan pesat. Bedah tonsil atau adenoid mungkin dapat saja di lakukan di atas meja makan oleh dokter umum, tetapi operasi usus buntu dan mastektomi jelas membutuhkan prosedur prosedur yang kompleks, yang hanya dapat di lakukan di Rumah sakit. Faktor faktor yang merubah rumah sakit adalah pemanfaatan waktu para dokter: belasan pasien dapat di periksa, dan kebutuhan mereka terpenuhi lebih baik dalam jangka waktu yang sama dengan waktu di masa lalu yang di gunakan untuk mengunjungi rumah seorang pasien, maka kini rumah sakit lah yang akan kita pelajari dan pahami, yang merupakan perawatan medical masa kini. RUMAH SAKIT SEBAGAI MASYARAKAT KECIL Para ahli perilaku umumnya memandang rumah sakit sebagai suatu masyarakat kecil dengan kebudayaan nya sendiri yang sangat mirip dengan suatu desa petani atau suatu masyarakat rumpun kecil dengan suatu kebudayaan; bagian terbesar dari penelitian dalam ilmu perilaku di rumah sakit didasarkan atas konseptualisasi unit study tersebut. Freidson, yang memepertanyakan model tersebut, merupakan pengecualian. Ia merasa karena rumah sakit bukanlah merupakan komunitas mandiri yang sebenarnya, maka rumah sakit dapat di sebut sebagai komunity kecil yang longgar. Kekurangan otonomy merupakan kunci dari sikapnya yang membatasi itu; “…… rumah sakit tidak lah mandiri maupun berkuasa, karena itu tidak membuat aturan aturan sendiri untuk pelaksanaan kekuasaan oleh ‘warganya’ termasuk para pasien” (freidson 1970:173-174}. Ada berbagai type rumah sakit namun perbedaan yang paling menonjol dalam kepustakawan ilmu perilaku adalah perbedaan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit jiwa

walaupu fungsi rumah sakit umum sebagai suatu type adalah untuk merawat, dan kalau mungkin, untuk memulihkan kesehatan pasien dan kembali nya mereka ke masyarakat, banyak pula di antaranya memiliki fungsi-fungsi utama sebagai pengajaran dan penelitian, karena pasien pasien cukup kritis terhadap kemajuan dari kedua bidang tersebut. Di antara ahli ahli sosiologi dan antropologi terdapat dikotomi yang menarik yang perlu di catat: para ahli antropologi sebagian besar membatasi study mereka terhadap rumah sakit jiwa. Walaupun ahli sosiologi juga bekerja di rumah sakit jiwa (terutama bekerja sama denga ahli ahli psikologi atau psikiater, seperti dalam kasus Stanton dan Schwartz 1954), sebagian besar dari perhatian mereka lebih di tunjukan ke rumah sakit umum. Ada alasan lain yang menyebabkan para ahli antropologi memberikan perhatian mereka pada rumah sakit jiwa. Seperti yang telah di tunjukan (Foster 1974:3), ahli ahli antropologi secara historis telah mempelajari dunia ”yang tertindas” komunity petani yang lemah dan masyarat rumpun yang kecil. Apapun alasannya, para ahli antropologi tertarik pada study mengenal rumah sakit jiwa. Salisbury telah mendeskripsikan daya tarik penelitian tersebut; ia menemukan bahwa rumah sakit jiwa yang dipelajarinya merupakan suatu masyarakat yang relative mandiri “dimana hanya sedikit saja pasien yang kembali ke dunia luar, dimana bagian terbesar pasien menghabiskan hidupnya di sana, dan dimana tingkah laku semua kategori orang sangat di pengaruhi oleh tingkah laku para warga lain dari “komunity tersebut, seperti hal nya oleh masyarakat luas” (Salisbury 1962:V-VI). Besarnya rumah sakit (sekitar 3000 pasien ditambah tenaga staf) memerlukan adanya pelayanan bus khusus, cucian, dan pengelompokan pengelompokan pasien dalam kelas kelas. STRUKTUR DAN FUNGSI DALAM RUMAH SAKIT Sebuah rumah sakit, pada tingkatan kerja sehari hari, merupakan suatu organisasi yang sangat otoriter. Berkenaan dengan aktivitas rumah sakit yang bersifat mati atau hidup, maka hal itu adalah wajar, karena tindakan yang tertunda atau di lakukan dengan ceroboh akan membahayakan jiwa seorang pasien. Ilmuwan perilaku telah terpaku pada kenyataan suatu rumah sakit memiliki sistemadministrasi ganda, dimana system otoritas awam (dewan perwakilan, administrator rumah sakit dan anggota anggota sta yang di bayar oleh rumah sakit) sring kali berada dalam konflik denga otoritas professional yang tertanam pada para dokter (smith 1955). Karisma menetang struktur struktur otoritas para awam. Dan, nyatanya, “hampir

tak ditemukan administrasi rutin yang terdapat dirumah sakit, yang tidak dapat di hapuskan atau di tentang (bahkan sering kali), oleh dokter yang mengajukan dalihnya demi pengobatan darurat atau oleh siapapun yang tertindak atas nama dokter yang berdalih demi kepentingan medis yang serupa “(Ibid,56). GARIS OTORITAS YANG BERTENTANGAN Garis otoritas yang bertentangan tidak akan menambah stabilitas organisasi manapun, dan banyak karyawan rumah sakit tercabik-cabik oleh tuntutan tuntutan yang berlawanan dari para dokter dan para administrator. Duff dan Hollingshead mencatat masalah yang dihadapi perawat kepala dari tiap unit perawatan pasien di rumah sakit yang mereka pelajari. “ada dua garis otoritas yang terpusat dalam peranannya. Ia adalah wakil rumah sakit di lantai tempat unit nya, bertanggung jawab untuk mengikuti berbagai kebijaksanaan, peraturan dan prosedur yang di gariskan adminstrasi rumah sakit … dan ia juga wakil dokter di unit nya, yang bertanggung jawab dalam pelaksaan perintah dokter bagi pasien pasien individual” (duff dan Hollingshead 1968:67). Karena garis otoritas tersebut tidak di sebutkan, hal itu menimbulkan dilema bagi para perawat yang harus di pecahkan, yang berarti harus memuaskan empat kelompok : hiyerarki perawatan; bagian bagian rumah sakit lainnya yang bukan perawatan ; dokter-dokter swasta maupun staf tetap rumah sakit ; dan pasien. Hal ini tidak selalu mungkin untuk di lakukan. MOBILITAS BUNTU DALAM RUMAH SAKIT Ciri struktual lainnya dari rumah sakit adalah apa yang disebut “mobilitas terhambat.” Perawatan pasien dalam sebuah rumah sakit modern membutuhkan pelayanan dari sejumlah personal yang berbeda, terdiri dari kelompok professional subprofesional dan bukan tenaga ahli. Dalam study nya mengenai sebuah rumah sakit di pantai timur Amerika Serikat, wessen menyebutkan 23 kelompok ke ahlian yang pokok, yang berbeda personal administrative (wessen 1972:316). Dalam study nya, wessen menemukan bahwa “komunikasi sebagian besar cenderung untuk di salurkan melalui saluran pekerjaan, hal ini meningkatkan kecendrungan bagi mereka yang bekerja sama di bangsal bangsal untuk saling mengenal dan berhubungan terutama denga orang orang segolongan “(wessen 1972:331). PANDANGAN PASIEN TENTANG MASUK RUMAH SAKIT Disamping cirri cirri structural rumah sakit, ilmuwan perilaku juga menaruh perhatian pada apa yang terjadi setelah pasien masuk rumah sakit. Apa yang mereka temukan adalah proses

yang mirip dengan kejutan budaya (brink dan sounder 1976), suatu pengalaman depersonalisasi (coe 1970:313), suatu kehilangan identitas diri (brown 1963:119) dan suatu kehilangan control atas tubuh dan lingkungan fisiknya (coser 1959:173).Brown melihat masuk rumah sakit sebagai awal dari proses “pengulitan” pasien. “ia di harapkan untuk dapat menahan sebagian besar dari keinginan pribadinya, hasrat serta kebiasaan lama nya untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain … namun, karena proses pengulitan terus berlangsung dan efek nya terhadap dirinya semakin meningkat ia sering kali merasa seakan-akan kehilangan lapisan demi lapisan dari identifikasi dirinya “(brown 1963:119). Coser telah mencatat, bagaimana pasien harus tunduk ada otoritas rumah sakit selama 24 jam sehari segalanya telah di rencanakan baginya, mulai dari waktu dan menu makanan sampai soal mandi pengobatan. “ia terus menerus di bawah pengawasan dan ia telah di buatkan jadwal rencana harian yang penuh “(coser 1959:174).Dalam menganalisis “kultus episiensi, “tailor mendeskripsikan aeorang pasien yang baik seperti orang yang menjawab bila di Tanya, patuh menerima pengobatan, minum pil dan makan makanan yang diberikan “(C. tailor 1970:97). Para peneliti menemukan beberapa kecenderungan dari pada pasien “masalah” untuk kurang menerima perhatian dari para personal rumah sakit atau diizinkan pulang sedikit lebih awal dari waktu yang seharusnya. Ahli antropologi brown, yang memandang masalahnya dari segi tempat tidur pasien, melihat kecenderungan manusia untuk mengasumsikan bahwa orang lain melihat suatu situasi manusia sama seperti dirinya. “para staf sering menganggap sudah seharusnya pasien berfikir dan merasakan hal yang sama seperti mereka mengenal banyak hal “(brown 1963:123). BENTUK BENTUK ALTERNATIF DARI MASUK RUMAH SAKIT Orang Amerika, termasuk mereka yang berada dalam bidang medical, cenderung untuk menduga bahwa norma norma perntara Amerika sudah tetap, tak berubah dan bersifat rasional. Mereka sulit mempercayai bahwa bentuk bentuk dan praktek praktek secara menyolok adalah sama baiknya untuk mencapai suatu tujuan. Dalam suatu study yang terkenal tentang sebuah rumah sakit pedesaan di yunani, Friedel membandingkan antara kamar yang kecil dengan empat tempat tidur yang ia amati, dimana pasien membawa sprei dan pakaian nya sendiri dan dimana mereka selalu ditolong dan di beri makan oleh anggota anggota keluarganya, dengan perawatan supportif seperti yang diberikan pada pasie di rumah mereka sendiri. Di yunani, masuk rumah sakit secara tradisional melambangkan di tinggkalkan nya pasien oleh keluarga.

BERUBAH PRAKTEK PRAKTEK AMERIKA Untunglah bagi para pasien, bahwa adanya sekelompok rumah sakit kecil amerika yang maju telah melonggarkan banyak dari aturan rumah sakit yang kaku, yang telah menjadikan rumah sakit sebagai berobat yang tidak menarik; mereka sedang bereksperimen secara beralih secara dramatis dari pola pola perawatan yang konfensional. Rumah sakit yang kedua telah mengembangkan fasilitas dan dana bagi lokakaryalokakaryanya dan seminar- seminar yang tetap, yang melibatkan semua karyawan, dari operator telepon hingga ahli radiologi pediatry, untuk berkonsultasi denga para ahli ilmu sosial dan ilmu perilaku. Focus utama dari seminar seminar tersebut adalah pertukaran ide untuk meningkatkan perawatan ketat, pasien. Yang bebas dari garis hiyerarki yang biasanya ketat, terutama dalam hubungan kelompok suku bangsa minoritas yang dilayani oleh rumah sakit. Beberapa bidang telah dipikirkan dimana penelitian baru telah dimulai atau dimana hal itu terbukti menguntungkan. Struktur dan peranan klinik bagi pasien luar, misalnya, masih merupakan topic penelitian yang terabaikan tetapi akan banyak memberi hasil baru baru ini, menemukan dalam studynya pasien berobat jalan di sebuah rumah sakit san francisco, cerole browner menemukan bahwa klinik memainkan peranan utama sebagai pusat aktivitas sosial atau sebagai club untuk penduduk lanjut usia yang tinggal dekat rumah sakit, yang sering menjenguk handai tolannya dalam frekuensi yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan psikologis mereka (disampaikan oleh dr. carole). Blue cross adalah suatu organisasi di Amerika Serikat yang menyediakan asuransi perawatan untuk orang sakit, melahirkan, dan sebagainya.Aspek-aspek structural dan kepribadian dari konflik yang sering timbul antara para administrator rumah sakit dan para dokter-dan kekuasaan para dokter untuk memperlambat perubahan dan roformasi – belum lama ini didiskripsikan oleh Ingman dalam tulisannya mengenal sebuah rumah sakit kategori sedang di appalchia (Ingman 1975).

BAB 10 PROFESIONALISME DALAM PENGOBATAN : DOKTER PENDAHULUAN Dari para ahli antropologilah , yang kemudian pada tahun-tahun terakhir ini di ikuti pula oleh para pesikiater yang jumlahnya makin meningkat ,mendapatkan sebagian besar tulisan mengenai penyembuh-penyembuh non berat dan personal-personal pembantunya. Walaupun terjadi tumpang tindih dalam pokok perhatian dari penelitian oleh ahli antropologi dan ahli sosiologi,perbedaan itu lebih tampak dalam hal penekanan.Para ahli antropologi terutama menaruh perhatian pada teknik-teknik pengobatan dari penyembuh. KONSEP PROFESI Bahwa pengobatan,sebagaimana yang di tulis oleh everett Hughes,’’adalah prototip dari profesi”(E.C.Hughes 1956:21),telah sejak lama diketahui.Salah satu dari studi utama yang terdahulu mengenai sebuah fakultas kedokteran,misalnya,adalah tentang pertumbuhan yang pesat dari seminar profesinantar sebagian di universitas coumbia(University Of Columbia)pada tahun 1950.para peserta seminar melihat kurangnya pengetahuan sistematik mengenai lingkungan sosiopsikologi pada sekolah-sekolah profesional dan bagaimana lingkungan tersebut mempengaruhi proses belajar .Mereka menyimpulkan bahwa suatu studi sosiologis mengenai fakultas kedokteran akan memberikan prototif yang di butuhkan bagi studi-studi yang hampir serupa dalam bidang-bidang lain .Hasilnya adalah karya klasik:The student-physician (merton et al.,1957),yang merupakan studi penting pertama tentang profesionalisasi kedokteran. PENDIDIKAN KEDOKTERAN 1.Pendaftaran Memasuki suatu pofesi – dan tentunya ke dalam bidang kedokteran –dicapai oleh seorang calon melalui pendidikan panjang sebagai seorang anggota dari suatu kelas orang-orang yang sama,dimana ia(dibawah pengarahan para profesional yang berkeahlian , yang melayani dalam kapasitas sebagai pendidik dan dengan proses belajar yang bersamaan )menerima pengetahuan teknik yang penting bagi peranan maupun nilai,perasaan akan identitas ,norma-norma tingkahlaku yang cocok bagi peranan itu, dan sebagainya.menuut Coe,hal yang amat penting adalah belajar untuk bekerjasama dengan rekan seprofesi yang pertama ,yang muncul lebih awal ,berfokus pada individu dan mencari ciri-ciri kepribadian yang kan mempengaruhi ata

terpantul dalam persepsinya,cara berpikirnya,tindakannya dan perasaannya.Pendekatan sosiologi terutama memberikan perhatian pada fakultas kedokteran yang di pandang sebagai suatu sistem sosial,yang stuktuk,fungsi serta proses-prosesnya berada dalam suatu lingkungan budaya.Ahliahli sosiologi telah memberikan perhatian mereka terhadap perkembangan dari suatu”kebudayaan”mahasiswa sebagai suatu alat adaptif yang membantu para mahasiswa untuk mengatasi stres yang berat dalam studi mreka dan dalam perubahan-perubahan yang terjadi dalam nilai-nilai dan pandangan yang memberi ciri pada mahasiswa-mahasiswa kedokteran,waktu mereka naik dari status mahasiswa tahun pertama sampai pada status dokter muda.Tidaklah mengherankan, katahall,baha bagian terbesar dari pada mahasiswa kedokteran berasal dari golongan profesional (dan latar belkang sosio-ekonomi yang tinggi lainnya),karena mereka memiliki ”mekanisme pendorong dan pemeliharaan ambisi kedokteran “yang jauh lebih besar dari pada kelompok lain (Ibid.,328).suatu studi yang brikutnya mengenai 750 mahasiswa dalam 6 kelas yang berurutan tingah di fakultas kedokteran universitas pennsylvania (Univerity of pennsylvania). 2.Kebudayaan Mahasiswa Studi-studi sosiologis mengenai fakultas-fakultas kedokteran telah menimbulkan suatu pertanyaan teoretis maupun pelaksis yang penting yang belum terjawab sepenuhnya : status dari mahasiswa kedokteran.Dalam suatu studi i kansas, becker dan kolega-koleganya meneliti Boys in white (pemuda-pemuda berbaju putih)sedangkan dalam New York Cornell study,merton dan kolega-koleganya memberikan perhatian kepada the student-physician(Dokter Mahasiswa) . kebudayaan mahasiswa,sebagaimana kebudayaan lain, munculnya karena sekumpulan orang hidup bersama dalam lingkungan yang sama ,menghadapi masalah yang sama,melakukan aktivitas yang sama,dan hidup dalam kondisi stres yang sma pula.Bila masyarakat mahasiswa di kansas menekankan pemisahan antara dunia mahasiswa-Dosen,maka pada studi New York,masyarakat mahasiswa bekera untuk mempertahankan jaringan komunikasi dengan fakultasnya,”mnetapkan standar dan mengawasi tingkah laku berdasarkan norma-norma yang di pegang oleh mahasiswa maupun dosen”(Bloom 1965:155). 3.Perhatian yang lepas dari hilangnya idealisme Sebagian besar dari para mahasiswa kedokteran baru melihat diri mereka sebagai orangorang yg idealitas;mereka lebih menaruh perhatian pada”membantu orang”dari pada mencari uang.Namun setelah mereka semakin maju dalam dalam pendidikan kedokteran,mereka merasa

bahwa mereka harus menghindari keterlibatan emosi yang berlebihan dengan pasien .Para penulis menyimpulkan bahwa”sementara para mahasiswa(dari sudut pandangan awam )dapat menunjukan wajah yang sinis selama 4 tahun di fakultas kedokteran,mereka juga memperoleh pikiran-pikiran khusus mengenai bagaimana caranya melaksanakan idealisme yang mendasari masuknya mereka ke fakultas kedokteran,dan merencanakan untuk melaksanakan idealismenya tersebut ketika mreka menjadi dokter yang berperaktek “(Ibid,173). 4.Spesialisasi karier kedokteran Walaupun sebagian besar para mahasiswa masuk sekolah kedokteran dengan keinginan untuk masuk bidang praktek umum atau belum memutuskan mengenai kemungkinan spesialisasi,sejumlah besar di antara mereka memilih spesialisasi sebelum mereka lulus yang berdasrkan atas penelitian kuesioner di universitas oklahoma(university of oklahoma),di temukan bahwa dokter-dokter umum di anggap mempunyai perhatian yang besar terhadap masyarakat,sabar dan mempunyai kepribadian yang ramah.Bahwa sebagian besar dari studi klasik sosiologi mengenai pendidikan kedokteran di lakukan sejak pertengahan tahun 1950-an hingga pertengahan tahun 1960-an (Pok 1974:198).

BAB 11 PROFESIONALISME DALAM PENGOBATAN:PERAWATAN REVOLUSI DALAM PERAWATAN Lapangan perawatan menjadi perhatian ahli-ahli antropologi paling sedikit karena dua alasan pokok.pertama,sebagaimana dengan sistem sosial budaya lainnya,lapangzn itu memberikan kesempatan untuk melakukan penelitiannya sendiri.Bila pada masalalu sebagian besar dari studi perawatan dilakukan oleh ahli-ahli sosiologi dan psikologi,dan bahkan oleh dokter,kini kita melihat adanya perawat dengan latar belakang ilmu perilaku,yang bekerja sebagai rekan sekerja yang bertugas penuh dalam studi yang tengah berlangsung mengenai profesi itu.Tema-tema perawatan yang telah menarik perhatian ilmu perilsku(dan yang pada batas-batas tertentu masih tetap demikian),pada tingkatan tertentu sejajar dengan tema-tema tentang kedokteran,yaitu proses-proses penerimaan calon,latar belakng siswa,motivasi,pendidikan dan pengalaman pendidikan,pola-pola karier,dan peranan serta spesialisai profesional. PENDIDIKAN PERAWATAN Selama ini,lembaga pendidikan tertua didasarkan pada rumah sakit,dengan program pendidikan selama 3 tahun untuk menghasilkan ijasah perawat.Proglam diploma yang pertama,yang jumlahnya tiga buah,muncul pada tahun 1873 di Amerika Serikat:kemuian jumlah tersebut amat berkembang pada setengah abad berikutnya 15 buah pada tahun 1880:35 pada tahun 1890;432 pada tahun1900;dan1023 pada tahun 1910(Bullough 1975a:8).Sejak tahun 191higga 1920,sekolah-sekolah perawatan mulai di dirikan di berbagai universitas besar.kursus yang berlangsung selama 4 tahun itu disebut progrm collegiate atau baccalureate dan menuju ke gelar Bachelor of science dalam perawatan.Selama 20 tahun proglam diploma telah berkurang menjadi separuh sedangkan program baccalaureate meningkat dua kali lipat .Program associate degree bertambah dalam jumlah yang sangat menakjubkan,yakni 300%!.Program associate degree telah menjadi tipe dominan dari pendidikan perawat dalam waktu kurang dari satu generasi,dan pertumbuhan ini,yang merupakan hasil dari program diploma,akan terus berlanjut di masa yang akan datang.

DILEMA PERAWATAN Benne dan Bennis telah menunjukan tiga bidang”dilema”dalam perawatan yang telah memperoleh perhatian besar dalam ilmu perilaku: (1)frustrasi perawatan yang disebabkan oleh perbedaan antara citra dirinya mengenai apa yang diraskannya harus dilakukan dengan kenyataan yang ia lakukan;(2)friksi antara dokter –perawat;dan (3)banyaknya masalah mengenai dorangan bagi profesionalisasi(Benne dan

Bennis 1959:380).ketiga topik tersebut akan

diuraikan satu persatu. 1.peranan perawat:ideal dan kenyataan Schulman telah menciptakan istilah yang bagus,”pengganti ibu” untuk mendeskripsikan stereotip peranan perawat yang ideal,menolong orang sakit dan mengatur(Schulman 1958).Ia menganggap peranan tersebut peminim ditandai oleh kasih sayang,keintiman,dan kehadiran diri,yang diidentifikasikan dengan perawat dan perlindungan terhadap seorang”anak”(yakni si pasien). 2.Hubungan perawat-dokter Perawat adalah mata dan telinganya ;penting sekali bagi perawat untuk menyampaikan kepada perawat tentang semua detail dari kasus yang telah terjadi saat itu,semenjak kunjungannya yang terdahulu.Hubungan atasan-bawahan yang bersifat kaku antara dokter dan perawat mungkin paling banyak menyebabkan sakit hati para perawat.sementara mengakui kelebihan pendidikan dokter dalam keterampilan dan diagnosis,perawat merasa bahwa mereka seringkali amat mempunyai keterbatatasan dalam melakukan apa yang dapat mereka kerjjakan untuk mrmbuat pasien lebih nyaman,untuk mengetahui kebutuhan yang lewat dari pengamatan dokter,dan mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan tersebut pada para dokter. 3.Dorongan ke arah profesionalisasi Perawatan,sejalan dengan pengobatan,telah menarik perhatian para ilmuan perilaku yang berminat terhadap tema luas mengenai”profesi”.Angka rata-rata pengunduran diri pada perawat pra-sarjana muda yang tradisionl juga bukan merupakan refleksi yang tepat dari keterikatan karier,karena perbandingan biasanya dilakukan atas angka rata-rata pengunduran diri mahasiswa kedokteran yang telah berstatus sarjana. Angka rata-rata dari perawat baru yang diterima masuk kerja,secara menyolok lebih rendah daripada yang digunakan dalam interpretasi terdahulu mengenai profesionalisme dalam perawatan.pada tahun1972, 69%dari perawat terdaftar telah diterima,dan 65% dari jumlah itu bekerja secara penuh.Dari perawat yang bekerja,72%telah

menikah.Tidaklah mengherankan jika ada lebih banyak perawat yang belum menikah (84%)yang bekerja daripada perawat yang telah menikah (66%)(A.N.S.1976:2). KELANJUTAN PERANAN PERAWAT Ada banyak hal,diantaranya gerak hak-hak wanita yang mendorong perkembangan peranan-peranan perawat yang baru dan meluas yang ditandai semakin bertambahnya otonomi dan tanggung jawab profesional.Besarnya perubahan yang terjadi dalam hubungan dokterperawat i unit gawat darurat sampai khusnya dalam perawat koroner-dijelaskan oleh Berwind.”sekalian perawat diakui sebagai tokoh yang penting di unit koroner dokter akan semakin berpaling kepadanya dalam berbagai hal yang menyangkut detail teknik dari unit tersebut,dan pada keahlian serta pengetahuannya,juga berkolaborasi dengannya demikian kepentingan pasien.Kolaborasi baru dan saling ketergantungan antara pengobatan dan perawatan telah menambahkan pengalihan tugas oleh perawat yang bertaggung jawab untuk bertindak pada saat ketidak hadiran,sehingga sulitlah untuk menentukan,pada saat mana fungsi dokter berhenti dan fungsi perawatan di mulai “(Berwind 1975:86). Aspek lain dari dorongan profesional telah nampak dalam waktuyang lebih lama lagi.Glaser mencatat tentang”dalil sosiologi yang menyatakan bahwa setiap pekerjaan dalam masyarakat yang berorientasi pada peningkatan prestasi berubah untuk menaikan citra masyarakat dan citra diri,dan suatu metode yang umumnya adalah memperoleh tugas-tugas yang prestise dari suatu pekerjaan yang sebelumnya terhormat”(Glaser 1966:27).

More Documents from "Sapnah"

Sitk Besok.docx
May 2020 9
Resume
August 2019 32
Sapnah.docx
May 2020 2