Sap Rls

  • Uploaded by: Tiara
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap Rls as PDF for free.

More details

  • Words: 1,941
  • Pages: 11
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN DIABETES MELLITUS

Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

RICKIY AKBARIL OKTA F (1110018001) AGUS NURUL HIDAYAH (1110018002) HAKIM TOBRONI HR (1110018003) SITI MAISAROH (1110018004) AHMAD FUDHALI (1110018005) NOVIA SUSANTI (1110018006) MEGGY WULANDARI KAI (1110018007) 8. TIARA FATMA PRATIWI (1110018008) 9. DEWI RETNO PUSPITOSARI (1110018009) 10. ACHMAD WAHDI (1110018010) 11. ABDUL MUHITH (1110018011)

PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2019

SATUAN ACARA PELAKSANAAN Bidang Studi

: Keperawatan Komplementer

Pokok Bahasan

: Diabetes Mellitus

Sub Pokok Bahasan

: Pemeriksaan dan Perawatan Kaki pada Diabetes Mellitus

Sasaran

: Pasien dengan DM

Tempat

: RLS Sidoarjo

Hari/ Tanggal

: Senin, 8 April 2019

Waktu

: 60 Menit

I.

LATAR BELAKANG Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang adalah diabetes mellitus. Faktor herediter biasanya memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa diabetes akan berkembang dan pada siapa diabetes tidak berkembang, dimana faktor herediter seringkali menyebabkan timbulnya diabetes melalui peningkatan kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi juga mengarah kepada penghancuran sel-sel beta. Pada keadaan lain, kelihatannya ada kecenderungan sederhana dari faktor herediter terhadap degenerasi sel beta. Pada sebagian besar kasus, diabetes mellitus disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin oleh sel-sel beta Langerhans. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil lebih sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di dunia terdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua kali lipat pada tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur,

kelebihan berat badan (obesitas), dan gaya hidup. Kini DM menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang, dan diperkirakan akan menungkat menjadi 522 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di asia tenggara. International Diabetes Federation memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80 % orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59 tahun (Trisnawati 2013). Pada tahun 2013, proporsi penduduk indonesia yang berusia 15 tahun dengan DM adalah 6,9 %, prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2.5%), Sulawesi Utara (2,4%), Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), dan Nusa Tenggara Timur (3,3%). (Kemenkes,2013). Prevalensi DM di indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun. Penderita yang terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif. Pravelensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ³65 tahun cenderung menurun. Pravelensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki – laki, di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di perdesaan, serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan

tinggi

dan

dengan

kuintil

indeks

kepemilikan

tinggi

(Kemenkes,2013). Penyakit diabetes mellitus jarang tertangani dengan benar karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang serius jika tidak tertangani dengan benar seperti penyempitan pembuluh darah kapiler, koma diabetik, pembersihan luka yang tidak tepat dapat memperparah luka pada penderita diabetes mellitus. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksa gula darah ke rumah sakit atau ke puskesmas terutama bagi masyarakat ekonomi ke bawah yang merasa malas dan kekurangan biaya. Diabetes militus bukanlah penyakit yang mudah ditangani, penyakit yang bisa menyerang semua

kalangan manusia ini memiliki efek yang mendukung timbulnya penyakit lain yang menyertai. Penyakit atau keadaan merugikan lain yang bisa terjadi akibat diabetes militus ini antara lain adalah Gangrene. Gangrene marupakan salah satu bentuk nekrosis atau matinya sel atau jaringan di suatu tempat yang sehingga berdampak luka bahkan pembusukan luka yang dapat menyebar dengan cepat. Pembusukan luka inilah yang dapat memperparah keadaan klien. Selain fisiknya yang terganggu, psikologinya juga dapat terganggu, seperti kecemasan, gangguan harga diri rendah, aktualisasi diri, dan sebagainya bahkan apabila tingkat penyebaran dan luka yang semakin berbahaya, penderita harus merelakan anggota tubuh yang terluka tersebut untuk diamputasi bahkan dapat teramputasi dengan sendirinya. Selain itu Diabetes militus juga dapat mempengaruhi proses persepsi dan sensori si penderita. Penyembuhan untuk Diabetes militus bukanlah hal yang mudah, selain uang penderita juga harus mampu mengontrol nafsu makan juga aktivitasnya. Untuk itulah penulis menulis makalah ini sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap penyakit Diabetes militus beserta penyakit yang menyertai terutama Gangrene. II.

TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah di berikan penyuluhan selama 50 menit diharapkan klien dapat memahami dan mengetahui serta mampu melakukan perawatan kaki dengan diabetes mellitus. 2. Tujuan Khusus Setelah diberikan penyuluhan selama 50 menit diharapkan klien dapat: a. Menyadari pentingnya mengetahui diabetes mellitus sejak dini b. Mengetahui pemeriksaan dan perawatan kaki c. Memahami kelainan dan bentuk kaki diabetes mellitus d. Dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari

III.

PROSES PELAKSANAAN NO

WAKTU

1.

10 Menit

KEGIATAN PENYULUHAN Pembukaan :  Membuka kegiatan

KEGIATAN PESERTA  Menjawab

MEDIA

METODE

Mic Demonstrasi

    2.

30 Menit

dengan mengucapakan salam Memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan dari pembelajaran Apersepsi Menyebutkan aktivitas yang akan diberikan

Pelaksanaan :  Menjelaskan pengertian diabetes mellitus  Menjelaskan pemeriksaan dan perawatan kaki diabetic  Menjelaskan kelainan dan bentuk kaki diabetik  Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya

salam  Mendengarkan  Memperhatikan  Memperhatikan  Memperhatikan  Mendengarkan  Mendengarkan

Leaflet Lembar Balik

Tanya jawab dan ceramah dan demonstrasi

 Mendengarkan  Mendengarkan  Mendengarkan  Mendengarkan  Memperhatikan  Menjawab

3. 10 Menit

IV.

Terminasi :  Melakukan Evaluasi  Tanya jawab  Kontrak waktu untuk  Memperhatikan pertemuan selanjutnya  Menjawab  Mengucapkan salam salam penutup

PENGORGANISASIAN DAN URAIAN TUGAS 1. Nama anggota dan peran Gelombang 1 `

Pemateri

: Novia Susanti

Tanya jawab Mic dan dan Ceramah Soundsy stem

Fasilitator

: Tiara Fatma P, Abdul Muhith

Observer

: Siti Maisaroh

Dokumentasi : Ahmad Fudhali MC

: Rickiy Akbaril

Gelombang 2 Pemateri

: Hakim Tobroni HR

Fasilitator

: Meggy W.Kai

Observer

: Dewi Retno

Dokumentasi : Agus Nurul MC

: Achmad Wahdi

2. Setting tempat dan waktu

Keterangan : : Observer : Peserta : Fasilitator : Pemateri : Dokumentasi

V. 1. 2. VI.

METODE Ceramah dan Tanya Jawab Demonstrasi MEDIA DAN ALAT

1. Leaflet 2. Lembar Balik 3. Sound system 4. Microfon VII.

KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi struktur a. Klien hadir dalam kegiatan b. Penyelenggaraan pembelajaran dilaksanakan di RLS Sidoarjo c. Pengorganisasian penyelenggaraan pembelajaran dilakukan sebelumnya 2. Evaluasi proses a. Klien antusias terhadap pembelajaran yang diberikan b. Klien tidak meninggalkan tempat pembelajaran 3. Evaluasi hasil a. Klien mengetahui tentang diabetes mellitus b. Klien mengetahui pemeriksaan dan perawatan kaki c. Klien mampu mendemonstrasikan bagaimana kelainan dan bentuk kaki diabetik

DAFTAR PUSTAKA Ernawati. 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Mitra Wacana Media Kowalak, J.P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC Maryunani, A. 2013. Step By Step Perawatan Luka Diabetes dengan Metode Perawatan Luka Modern. Jakarta: In Media Sihombing, D. 2012. Gambaran Perawatan Kaki dan Sensasi Sensorik Kaki Pada Pasien Diabetes Melites Tipe 2 di Poliklinik DM RSUD. Universitas Padjajaran Bandung

Lampiran Materi

Kaki Diabetes Mellitus 1. Pengertian Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya (Maryunani, 2013). Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Kowalak, 2013). Kaki diabetik adalah salah satu dari banyak komplikasi dari penyakit diabetes melitus tipe 2. Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat kadar gula darah pada pasien dibetes yang tidak terkendali. Kelainan kaki diabetes melitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan adanya infeksi. (Ernawati, 2013) 2. Tanda dan Gejala Gejala klinis DM yang klasik: mula-mula polifagi, poliuri, dan polidipsi. Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Dekompensasi Pankreas, yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan polifagi. Ketiga gejala klasik tersebut diatas disebut pula “TRIAS SINDROM DIABETES AKUT” bahkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan mual-muntah dan ketoasidosis diabetic. Gejala dari penyakit diabetes pada umumnya adalah mudah haus, lapar dan sering buang air kecil terutama pada malam hari. Selain itu bisa terdapat gejala tambahan seperti berat badan turun tanpa sebab, mudah lelah dan mengantuk, gatalgatal pada kulit, ada luka yang tak kunjung sembuh, mata terasa kabur, tangan dan kaki kesemutan dan gangguan ereksi pada pria. Gejala kronis DM yang sering muncul adalah lemah badan, kesemutan, kaku otot, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah, sakit sendi dan lain-lain (Sihombing, 2012) 3. Masalah pada Kaki

Masalah pada kaki umumnya adalah kapalan (callus), mata ikan (kutilmulmul) yang merupakan penebalan atau pengerasan kulit yang juga terjadi pada kaki diabetes. Jika kejadian tersebut tidak diketahui dan diobati dengan tepat, maka akan menimbulkan luka pada jaringan di bawahnya, yang berlanjut dengan infeksi menjadi ulkus. Masalah pada kaki yang kedua adalah Cantengan yaitu kejadian luka infeksi pada jaringan sekitar kuku yang sering disebabkan adanya pertumbuhan kuku yang salah. Keadaan seperti ini disebabkan oleh perawatan kuku yang tidak tepat misalnya pemotongan kuku yang salah (seperti terlalu pendek atau miring), kebiasaan mencungkil kuku yang kotor. (Kowalak, 2013) Seperti kita ketahui kuku juga merupakan sumber kuman, jadi bila ada luka mudah terinfeksi. Cantengan ditandai dengan sakit pada jaringan sekitar kuku, merah dan bengkak dan keluar cairan nanah, yang harus segera ditanggulangi. Masalah kaki selanjutnya adalah kerusakan syaraf dapat menyebabkan kulit sangat kering, bersisik, retak dan pecah-pecah, terutama pada sela-sela jari kaki. Kulit kaki yang pecah memudahkan berkembangnya infeksi jamur dikenal dengan kutu air, yang dapat berlanjut menjadi ulkus gangrene. Dan yang paling sering adalah akibat lecet pemakaian sepatu, tertusuk duri ataupun terpijak benda-benda tajam seperti kerikil saat berjalan . (Sihombing, 2012) 4. Perawatan Kaki a. Periksa kaki setiap hari, apakah ada kulit retak, melepuh, luka, perdarahan. b. Gunakan cermin untuk melihat bagian bawah kaki, atau minta bantuan orang lain untuk memeriksa. c. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun mandi. d. Berikan pelembab/lotion pada daerah kaki yang kering. e. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau terlalu dekat dengan kulit. f. Pakai alas kaki sepatu atau sandal yang nyaman dan pas di kaki untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka, juga di dalam rumah. g. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti jarum dan duri. Lepas sepatu setiap 4-6 jam serta gerakkan pergelangan kaki dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu baru.

h.

Dan yang paling penting adalah mengontrol kadar gula darah. Jaga pola makan dan makan makanan yang seimbang, rajin berolah raga dan

periksakan diri secara teratur ke dokter anda. (Maryunani, 2013) 5. Pencegahan Upaya pencegahan kaki diabetik dilakukan dengan memberi pelembab, memakai sandal atau sepatu yang sesuai, segera mencari petolongan apabila mulai timbul rasa baal pada kaki, dan atau luka sekalipun kecil. Perawatan kaki secara rutin juga dapat dilakukan dengan mencuci kaki menggunakan air hangat, mengeringkan kaki sampai pada sela-sela jari kaki, melakukan pemeriksaan setiap hari dan memperhatihan perubahan-perubahan yang terjadi pada kaki. Mencegah terkena kaki diabetik lebih baik daripada usaha menyembuhkan. Menurut Saskatchewan Ministrry of Health (2008) dalam Sihombing (2012), proses penyembuhan kaki diabetik membutuhkan waktu yang lama.

Related Documents

Sap Rls
August 2019 24
Rls Training
May 2020 52
Sap
June 2020 69
Sap
November 2019 86
Sap
June 2020 67
Sap
November 2019 82

More Documents from ""

Kata Pengantar.docx
November 2019 39
Pwc-report-2013.pdf
July 2020 17
Nebu Pulmicort.docx
October 2019 45
Format Work Sheet.docx
November 2019 35
July 2020 20