Sap 7.docx

  • Uploaded by: gayatri
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap 7.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,600
  • Pages: 10
SAP 7 SEMINAR AKUNTANSI “Artikel yang Berhubungan dengan Fenomena Informasi yang Memiliki Nilai Ekonomis”

Oleh Kelompok 7:

Gayatri Sukma Perthiwi

(1607531028) / 09

Putu Frisca Devinta Astina Putri

(1607531032) / 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2019

1.

PENGERTIAN INFORMATION ECONOMICS Menurut Parker (1988) Information Economics yaitu sekumpulan alat hitung untuk

mengukur manfaat dan biaya proyek teknologi informasi. Ekonomi informasi melihat pada analisis manfaat dan biaya yang berhubungan dengan nilai dari kinerja bisnis. Ekonomi informasi, juga dikenal sebagai ekonomi informasi, ekonomi TI. Seperti revolusi informasi dari prestasi besar di bidang ekonomi dari ekonomi informasi, melalui industri informasi dan industri informasi dua arah yang saling terkait dan saling menguatkan tumbuh dewasa. Yang disebut ekonomi informasi, berbasis teknologi informasi modern dan berteknologi tinggi lainnya sebagai bahan dasar untuk peran utama industri informasi, berdasarkan informasi, pengetahuan, kecerdasan, tipe baru ekonomi.

2.

INFORMATION USEFULNESS Informasi adalah bersifat individu, artinya individu mungkin akan memberikan reaksi

yang berbeda terhadap sumber informasi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa individu menerima informasi dan merevisi keyakinan secara berurutan dalam proses berkelanjutan melalui penerimaan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dan juga dari sumber informasi lain seperti media, dan pengumuman lain yang dapat mempengaruhi keputusan. Sehubungan dengan hal tersebut sebagai sumber informasi, laporan keuangan adalah penyedia informasi akuntansi yang relevan dan reliabel. Penting dipahami di sini mengapa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan bermanfaat. Tujuan utama dari akuntansi keuangan ialah menyajikan informasi yang bermanfaat (usefulness) bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan (Puspitaningtyas, 2012). Lingkungan akuntansi sangatlah kompleks, karena produk dari akuntansi adalah informasi (sebagai suatu komoditas yang kuat dan penting). Salah satu alasan kompleksitas ini adalah bahwa setiap individu tidak selalu menunjukkan reaksi yang sama terhadap informasi yang sama. Sebagai contoh, seorang investor berpenga- laman mungkin bereaksi positif terhadap penilaian aset-aset dan liabilitas perusahaan tertentu pada nilai yang wajar (fair value) berdasarkan pemikiran bahwa hal ini akan membantu memprediksi kinerja perusahaan tersebut di masa akan datang. Istilah “fair value” atau “nilai yang wajar” adalah ungkapan yang umum digunakan untuk menyebut penilaian aset atau liabilitas manapun berdasarkan nilai pasarnya. Investor lainnya mungkin tidak sepositif itu, barang- kali karena mereka merasa bahwa informasi mengenai nilai yang wajar itu tidak dapat diandalkan, atau hanya karena mereka terbiasa dengan informasi biaya historis. Dalam hal ini, investor 1

memerlukan informasi akuntansi sebagai dasar analisis bagi keputusan investasinya. Informasi akuntansi yang lengkap, akurat serta tepat waktu memberikan peluang bagi investor untuk mengambil keputusan secara rasional sehingga mencapai hasil sesuai yang diharapkan (Sembiring, 2005; Landsman, 2007; Suwarjono, 2008; Scott, 2009; Puspitaningtyas, 2012). Kompleksitas dalam lingkungan akuntansi juga didasari oleh adanya permasalahan asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri informasi merupakan suatu konsep yang mengakui bahwa ada beberapa pihak dalam transaksi-transaksi bisnis barangkali mempunyai suatu keunggulan informasi dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya. Terdapat dua jenis asimetri informasi, yaitu: (1) adverse selection, adalah suatu jenis asimetri informasi dimana salah satu pihak atau lebih yang terlibat dalam suatu transaksi bisnis, atau suatu transaksi yang potensial, memiliki keunggulan informasi dibandingkan dengan pihak lainnya; dan (2) moral hazard, adalah suatu jenis asimetri informasi dimana salah satu pihak atau lebih yang terlibat dalam suatu transaksi bisnis, atau suatu transaksi yang potensial, dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam terselesaikannya transaksi tersebut, sementara pihak lainnya tidak. Atas terjadinya permasalahan asimetri informasi, peranan akuntansi adalah untuk memberi suatu “level playing field” (bidang permainan yang rata) melalui pengungkapan penuh (full disclosure) dari informasi yang berguna dan cost-effective kepada para investor dan para pengguna laporan keuangan lainnya (Kodrat dan Herdinata, 2009; Scott, 2009). Akuntansi dapat didefinisikan berdasar kan dua aspek penting, yaitu: (1) penekanan pada aspek fungsi yaitu pada penggunaan informasi akuntansi, dan (2) penekanan pada aspek aktivitas dari orang yang melaksanakan proses akuntansi. Berdasarkan aspek fungsi akuntansi didefinisikan sebagai suatu disiplin ilmu yang menyajikan informasi yang penting untuk melakukan suatu tindakan yang efisien dan mengevaluasi suatu aktivitas dari organisasi. Informasi tersebut penting untuk perencanaan yang efektif, pengawasan dan pembuatan keputusan oleh manajemen serta memberikan pertanggungjawaban organisasi kepada investor, kreditor, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Sedangkan, berdasarkan aspek aktivitas, orang yang melaksanakan proses akuntansi antara lain harus mengidentifikasikan data yang relevan dalam pengambilan keputusan, memproses atau menganalisa data yang relevan, dan mengubah data menjadi informasi yang dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan (Puspitaningtyas, 2011). Informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan lebih menekankan pada isi atau kandungan informasi (content of information) serta ketepatan waktu dalam memberikan 2

keyakinan bagi investor atau mengubah keyakinan awal (prior belief) pengguna laporan keuangan agar segera bereaksi dan informasi ini bersaing dengan sumber informasi lain (Puspitaningtyas, 2011).

3.

PEMBAHASAN ARTIKEL

3.1 Artikel dengan judul “Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan Manfaatnya Bagi Investor” oleh Zarah Puspitaningtyas Pada saat memberikan advokasi kepada investor dalam hal pengambilan keputusan investasi saham, analis yang menjadi informan dalam penelitian ini menyatakan pernah menyampaikan pertimbangan informasi akuntansi. Informasi tersebut, antara lain: current ratio, financial leverage, return on investment, dan sebagainya. Hal ini menyiratkan adanya kebermanfaatan informasi akuntansi bagi investor dalam hal pengambilan keputusan investasi. Jadi, meskipun beberapa studi terdahulu dengan menggunakan analisis regresi linier berganda menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang relatif kecil, akan tetapi dalam kenyataannya informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan memiliki relevansi nilai dan memiliki kebermanfaatan bagi pelaku pasar (investor). Adanya relevansi nilai dan kebermanfaatan informasi akuntansi bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi, maka penyajian informasi akuntansi tersebut diperlukan dalam rangka memberikan manfaat bagi para pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan investasi saham terbaik. Pendekatan decision usefulness menekankan bahwa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan harus memberikan nilai manfaat (useful) kepada para penggunanya (users) dalam hal pengambilan keputusan. Wignjohartojo (1995) menyatakan bahwa pendekatan decision usefulness atas informasi akuntansi merupakan suatu pendekatan terhadap laporan keuangan yang berbasis biaya historis agar menjadi lebih bermanfaat. Pendekatan ini menitikberatkan pada kepentingan para pengguna laporan keuangan, keputusan mereka, informasi yang mereka butuhkan, serta kemampuan mereka memproses informasi akuntansi. Pemahaman informan tentang konsep decision usefulness atas informasi akuntansi, antara lain: 1) “Sebuah konsep valuasi akuntansi yang cukup baik.” (Petikan wawancara dengan PWS tanggal 17 Desember 2010). 2) “Konsep tentang manfaat keputusan berdasarkan informasi akuntansi.” (Petikan wawancara dengan AM tanggal 22 Desember 2010).

3

3) “Suatu konsep yang sangat penting, mengingat sistem informasi akuntansi membutuhkan keputusan yang tepat.” (Petikan wawancara dengan IWR tanggal 23 Desember 2010). 4) “Suatu konsep tentang bagaimana infor- masi akuntansi dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi. Infor- masi akuntansi akan menjadi bermanfaat jika disajikan dalam bentuk rasio. Dan, akan lebih bermanfaat jika dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.” (Petikan wawancara dengan WB tanggal 27 Desember 2010). 5) “Suatu konsep tentang informasi akun- tansi yang digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.” (Petikan wawancara dengan AH tanggal 9 Januari 2011). Tujuan utama dari akuntansi keuangan ialah menyajikan informasi yang bermanfaat (usefulness) bagi para pengguna untuk pengambilan keputusan. Oleh karenanya, penyusunan (penyajian) laporan keuangan seharusnya mempertimbangkan informasi akuntansi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan tersebut. Dengan kata lain, akuntan seharusnya menyesuaikan informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan kebutuhan-kebutuhan para pengguna laporan keuangan sehingga dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang optimal. Dengan cara ini, informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan akan menjadi lebih ber- manfaat. Ball and Brown (dalam Puspitaningtyas, 2012) menyebutkan bahwa informasi akuntansi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan lebih menekan kan pada isi atau kandungan informasi (content of information) serta ketepatan waktu dalam penyajiannya. Namun demikian, dalam hal keputusan investasi yang dibuat tergantung kepada individu pengambil keputusan (decision maker). Sebab, informasi adalah bersifat individu. Artinya, individu mungkin akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap sumber informasi yang sama. Investor memerlukan informasi akuntansi sebagai dasar analisis bagi keputusan investasinya. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan karena secara umum menggambarkan pengaruh kondisi keuangan dan kejadian di masa lalu. Oleh karenanya, untuk dapat membuat keputusan ekonomi, para pengguna laporan keuangan memerlukan evaluasi atau analisis berdasarkan informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan. Scott (2009) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan investasi oleh investor dilakukan secara rasional

4

dalam rangka memaksimalkan utilitasnya, secara rata-rata para investor memanfaatkan informasi akuntansi keuangan sebagai pertimbangan dalam keputusan investasinya. Akuntan, sebagai penyedia informasi, seharusnya menyediakan informasi akuntansi yang lengkap, akurat, serta tepat waktu sehingga memberikan peluang bagi investor untuk mengambil keputusan secara rasional sehingga mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Akuntan diharapkan mengetahui dan memahami makna manfaat dari informasi yangdisajikan bagi para penggunanya. Scott (2009) mengemukakan bahwa kualitas penting dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan ialah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna. Konsep tentang manfaat (usefulness) penyajian informasi akuntansi bagi para pengguna untuk pengambilan keputusan didukung oleh pernyataan informan, bahwa informasi akun tansi yang terkandung dalam laporan keuangan secara keseluruhan bermanfaat bagi investor dalam hal mengambil keputusan investasi. Berikut pendapat yang dikemukakan: 1) “Analisis tersebut merupakan analisis fundamental yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi. Variabel akuntansi merupakan parameter penting yang dipergunakan untuk analisa funda- mental, terutama ialah pertumbuhan profitabilitas, future growth opportunity. Hasil analisis fundamental digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih saham dan banyak digunakan untuk analisis keputusan investasi.” (Petikan wawancara dengan PWS tanggal 17 Desember 2010). 2) “Laporan keuangan menggambarkan aspek fundamental perusahaan yang ber- sifat kuantitatif, serta bermanfaat untuk memproyeksikan dan menilai suatu perusahaan yang dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi investor. Seperti berbagai indikator analisis likuiditas, solvency dan long term debt, aktivitas, serta profitabilitas.” (Petikan wawancara dengan AM tanggal 22 Desember 2010). 3) “Analisis laporan keuangan merupakan analisis fundamental, yang bermanfaat untuk memprediksi keuntungan dan risiko investasi, dan sangat penting untuk keputusan investasi. Dalam kepu- tusan investasi terdapat tiga analisis, yaitu: (1) analisis fundamental; (2) analisis teknikal; dan (3) rumor. Analisis fundamental mempunyai proporsi yang sangat besar jika dibandingkan dengan dua analisis yang lain. Hal itu karena, analisis fundamental berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan. Antara lain: EPS (laba setelah pajak/saham), ROE (laba setelah pajak/ekuitas), ROA (laba

5

setelah pajak/total aktiva).” (Petikan wawancara dengan IWR tanggal 23 Desember 2010). 4) “Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi analis dan/atau investor dalam pengambilan keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal, apabila dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisa rasio keuangan, sehingga dapat diperkirakan keadaan atau posisi & arah perusahaan. Antara lain: price book value (PBV), net profit margin (NPM), dan rasio-rasio lainnya.” (Petikan wawancara dengan WB tanggal 27 Desember 2010) 5) “Informasi akuntansi biasanya hanya menginput historical data saja, tidak memproyeksikan. Berbeda dengan finance dimana menggunakan tools untuk melakukan valuasi dan proyeksi sehingga data atas informasi akuntansi tidak bisa digunakan untuk pengambilan keputusan, tapi data akuntansi digunakan sebagai dasar bagi finance dalam memproyeksikan future, baik keuntungan maupun risiko. Seperti unsur-unsur rasio pertumbuhan, liquidity ratio, comparable ratio (peers).” (Petikan wawancara dengan AH tanggal 9 Januari 2011). 3.2 Artikel dengan judul “Fenomena Ketepatwaktuan Informasi Keuangan dan Faktor yang Mempengaruhi di Bursa Efek Indonesia” oleh I Gusti Ayu Ratih Permata Dewi dan Made Gede Wirakusuma

Investor memerlukan informasi keuangan untuk mendukung keputusan agar dapat memaksimalkan utilitas investasinya. Acuan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan dapat diberikan jika laporan keuangan memiliki informasi yang berkualitas. Kualitas utama yang harus dimiliki oleh suatu informasi adalah relevansi dan reliabilitas. Relevan menurut SFAC No. 2 jika memiliki nilai prediksi, nilai umpan balik, dan tepat waktu. Tepat waktu berarti informasi keuangan tersebut dapat digunakan pemakainya dalam mempengaruhi suatu keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya. Informasi keuangan akan tidak relevan apabila penyampaian informasi keuangan telah cepat berlalu (McGee, 2007). Informasi yang relevan bila dihubungkan dengan pemakai atau pengguna diartikan menjadi 3 aspek (Suwardjono, 2005:165) yaitu : (a) goal relevance merupakan kemampuan informasi dalam membantu para pemakai untuk mencapai tujuannya; (b) semantic relevance yaitu kemampuan informasi untuk dipahami maknanya oleh pemakai sesuai dengan makna yang ingin disampaikan; dan (c) decision relevance yaitu kemampuan informasi untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan oleh para pemakai. Informasi keuangan yang

6

dilaporkan dengan cepat maka akan membantu seseorang apabila diposisikan sebagai pembuat keputusan (Dogan, et al, 2007). Chambers dan Penman (1984) mengatakan bahwa ketepatan waktu dihitung dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal pelaporan atau tanggal dimana pelaporan keuangan diharapkan. Bursa Efek Jakarta Nomor 306/BEJ/07-2004 peraturan pencatatan berkala Nomor I-E dan Surat Edaran No. SE- 00004/BEI/08-2001 tanggal 5 Agustus menyatakan bahwa penyampaian informasi keuangan yang wajib dengan batas waktu penyampaian disesuaikan dengan Peraturan yang telah dikeluarkan Bapepam-LK, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-346/BL/2011 Nomor X.K.2 menyebutkan penyampaian laporan keuangan tahunan dan laporan akuntan dengan pendapat lazim kepada Bapepam-LK paling lambat pada tanggal 31 Maret yaitu 90 hari setelah tanggal laporan tahunan. Sanksi dan denda cukup berat dikenakan bagi perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan, namun masih ada perusahaan publik yang terlambat menyampaikan laporan keuangan dan tidak mematuhi peraturan yang ditetapkan Bapepam-LK. Ketepatwaktuan berkaitan dengan teori kepatuhan. Kepatuhan akan pelaporan keuangan tahunan perusahaan publik diatur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.2 dan UndangUndang No. 8 Tahun 1995. Dengan adanya regulasi tersebut, hendaknya perusahaan publik menyampaikan laporan keuangan tahunannya tepat waktu. Kondisi ini sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory). Kinerja keuangan suatu perusahaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan tahunan yang disampaikan perusahaan ke publik. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik akan semakin cepat menyampaikan laporan keuangan tahunannya. Investor dapat menggunakan informasi keuangan tersebut dalam pengambilan keputusan apakah akan berinvestasi pada perusahaan tersebut atau tidak. Penyerahan laporan keuangan akan terlambat apabila perusahaan meminta auditor untuk melakukan pengauditannya lebih lambat dari yang dijadwalkan karena perusahaan mengalami kerugian (Carslaw dan Kaplan, 1991). Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan menyampaikan laporan keuangan tahunannya tepat waktu karena merasa ada berita baik (goodnews) dalam laporannya. Penelitian mengenai hubungan profitabilitas berpengaruh positif pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan telah dilakukan oleh peneliti Respati (2001) dan Ukago (2004). Leverage yang tinggi menggambarkan suatu perusahaan sangat bergantung pada kreditornya. Weston dan Copeland (1995) menyebutkan leverage dapat digunakan untuk mengukur penggunaan hutang akan pembiayaan aktiva. Leverage yang tinggi juga dapat 7

dikatakan perusahaan tersebut mengalami keseulitan keuangan. Peneliti Schwartz dan Soo (1996) berpendapat bahwa perusahaan akan semakin lambat menyampaikan laporan keuangannya apabila mengalami kesulitan keuangan. Aktiva lancar dengan hutang lancar yang menunjukkan perbandingan semakin besar mengisyaratkan suatu perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, sehingga perusahaan dapat dikatakan mampu dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Likuiditas memberikan informasi bagaimana hutang jangka pendek ditutupi dengan adanya aktiva jangka pendek sehingga perputaran kas perusahaan semakin cepat (Brigham dan Houston, 2001). Peneliti Nasution (2013) serta Hilim dan Ali (2008) menemukan likuiditas memiliki hubungan positif pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan yang besar, lebih banyak memiliki staf sehingga pembuatan dan penyusunan laporan keuangan lebih cepat. Selain itu, ukuran perusahaan yang besar menjadi sorotan publik karena telah dikenal di masyarakat luas (Dyer dan McHugh, 1975). Untuk menjaga image perusahaan di mata publik maka laporan keuangan pun disampaikan lebih tepat waktu. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Fagbemi dan Uadiale (2011) serta Vuran dan Adiloglu (2013), bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Komisaris independen dalam hal ini dapat mendorong manajemen perusahaan untuk tidak melakukan kecurangan dalam penyajian laporan keuangannya. Selain itu, komisaris independen dapat juga mendorong manajemen perusahaan menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu. Proporsi komisaris independen yang banyak akan mengurangi kecurangan yang dilakukan manajemen perusahaan (Beasley, 1996). Fama dan Jensen (1983) menyebutkan konflik manajemen dalam perusahaan dan memberikan masukan kepada manajemen dapat dilakukan oleh komisaris independen. Penelitian Chen dan Jaggi (1998) dalam Ho dan Wong (2000) menunjukkan adanya hubungan positif proporsi komisaris independen dengan luas pengungkapan wajib. Simpulan dalam penelitian ini yaitu profitabilitas dan likuiditas berpengaruh pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan manufaktur di BEI periode 2011-2012. Sedangkan Leverage, ukuran perusahaan, dan komisaris independen tidak berpengaruh pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan manufaktur di BEI periode 2011-2012.

8

DAFTAR PUSTAKA Puspitaningtyas, Zarah. 2012. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan Manfaatnya Bagi Investor. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Volume 16, halaman 164 – 183. Dewi, I Gusti Ayu Ratih Permata dan Made Gede Wirakusuma. 2014. Fenomena Ketepatwaktuan Informasi Keuangan dan Faktor yang Mempengaruhi di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi. Halaman 171-186. Davidpramana. 2014. Ekonomi Informasi. . diakses pada 17 https://proverbsme.wordpress.com/2014/03/13/ekonomi-informasi/.

Maret

2019.

9

Related Documents

Sap
June 2020 69
Sap
November 2019 86
Sap
June 2020 67
Sap
November 2019 82
Sap
November 2019 80
Sap
May 2020 58

More Documents from ""