Sanggahan Nafiri Yahshua

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sanggahan Nafiri Yahshua as PDF for free.

More details

  • Words: 5,260
  • Pages: 8
Sanggahan “Nafiri Yahshua” Dalam edisi Nama Sang Juru Selamat Mengingat beredarnya buku Nafiri Yahshua yang rupa-rupanya sang penulis buku tersebut ingin mempertontonkan kepada pembaca bahwa penulis buku tersebutlah yang ‘paling’ pandai dan ‘paling’ hebat dengan mengelabuhi sang pembaca dengan istilah-istilah yang ‘tinggi’, istilah-istilah ‘asing’ bak seorang professor, padahal apa yang ditulis itu justru menunjukkan ketidakmampuannya, maka kami pandang perlu untuk menanggapinya supaya tidak menyesatkan bagi para pembaca, karena kami tahu persis setelah membaca apa yang penulis Nafiri Yahshua sajikan sedemikian rupa agar pembaca menyangka sang penulis buku tersebut adalah seorang yang ahli dibidang bahasa Ibrani, ternyata setelah kami menelitinya banyak kekeliruan-kekeliruan dalam penulisan kalimat dalam bahasa Ibrani maupun penulisan cara membacanya. Hal-hal yang perlu kami bahas adalah sebagai berikut : Pada halaman 1 bagian a. Pengantar alenia ke dua ditulis : ”Dalam kajian ini penulis menempatkan diri dalam posisi sebagai seorang peneliti …” Komentar : hal tersebut patut kami pertanyakan “Menempatkan diri sebagai seorang peneliti atau sedang mempromosikan dirinya sendiri”. Andaikan sang penulis menempatkan dirinya sebagai seorang peneliti, cara yang dilakukan tidaklah seperti apa yang ditulisnya dengan bahasa yang arogan dan selalu mempersalahkan pendapat orang lain sambil membenarkan dirinya sendiri yang tanpa disadarinya telah menunjukkan kesombongannya tanpa mengindahkan norma-norma etika sebagai seorang intelektual dengan menganggap keliru orang lain serta mempublikasikan kekeliruan-kekeliruan orang lain (apalagi mengaku sebagai sesama P’agung Yahweh). Jika memang penulis Nafiri Yahshua sebagai seorang intelektual yang bermoral dan beretika, maka koreksi yang akan disampaikan seharusnya ditujukan langsung kepada penulis yang akan dikoreksinya. Namun rupanya Penulis Nafiri Yahshua tidak ada pekerjaan sehingga kerjaannya menyerang sesama. Pada halaman 2 penulis Nafiri Yahshua hanya mengutip beberapa Kitab Suci untuk memunculkan Nama Sang Juru Selamat baik dalam bahasa Inggris, Yunani, maupun Ibrani, sehingga pada halaman 3 penulis Nafiri Yahshua mengambil kesimpulan sbb. : ’Jesus, digunakan sebanyak 979 kali dalam Kitab Perjanjian Baru, Nama ini merupakan nama manusia dari Putra Elohim. Sebagai Putra Elohim. Dia tidak dipanggil Jesus atau ‘Christ’. Bentuk nama ‘Jesus adalah

dari bentuk nama Ibrani ‘Yahoshua’ yang menunjuk pada ‘Joshua’ sebanyak 26 kali yang bermakna Juru Selamat. Komentar : Sebenarnya Kitab-kitab yang ditampilkan oleh penulis Nafiri Yahshua, yang menulis nama Sang Mesias dengan Yahoshua hanya Kitab ‘The Scripture’ yang diterbitkan di Afrika selatan dimana edisi pertama dikeluarkan pada tahun 1993, itupun menggunakan huruf Ibrani Yod He Waw Shin Ayin yang bila dibaca bukan berbunyi ‘Yahshua’. Selanjutnya masih di halaman 3, penulis Nafiri Yahshua mengutip pendapat Dr. David Stern sbb. : “Etymologically the name ‘Yeshua’ is a contraction of the Hebrew name ‘Y’hoshua’ (English Joshua), which means ‘YHVH saves’. It also the masculine form of the Hebrew word ‘yeshuah’, which means salvation.” Dengan tujuan penulis bisa mengelabui pembaca bahwa nama Sang juru Selamat kita bernama Yahshua”. Komentar : Bila Nama Yeshua itu merupakan akibat dari kontraksi Nama Y’hoshua apakah sang penulis Nafiri Yahshua boleh dengan serta merta mengganti Nama Sang Messias dari Yeshua menjadi Yahshua? Sedangkan Dr. David Stern sendiri menulis Nama Sang Juru Selamat dengan Nama Yeshua, bukan Y’hoshua apalagi Yahshua karena Dr. David Stern paham betul bahwa Nama Sang Juru Selamat ketika berada di dunia ini adalah Yeshua. Masih di halaman 3 bagian c. yang bersambung ke halaman 4, penulis Nafiri Yahshua mengutip pendapat Robert Jamieson sbb. : “Jesus, from the Hebrew [Jehoshua, Num 13: 16 or after the captivity it was contracted Yeshua, Neh 7: 7] meaning ‘Jehovah the Saviour; in Greek Jesus, to the awakenend and anxious sinner sweetest and most fragrant of all names, expressing so melodiously and briefly and His whole saving office and work” kemudian disimpulkan sbb. : [Jesus, bentuk ibrani [Jehoshua, Bil 13: 16, atau setelah pembuangan disingkat menjadi Yeshua, Neh 7: 7] yang bermakna Jehovah adalah Juruslamat …..” Komentar : Jesus (Inggris) dalam bentuk Ibraninya adalah Yeshua bukan Jehoshua dan dalam Kitab Bilangan 13: 16 itu bukan Yeshua Sang Penyelamat yang dilahirkan dari Perawan Miryam melainkan Hambanya Moshe, jadi ini beda pribadi bukan seperti yang disangkakan oleh penulis Nafiri Yahshua sehingga mengutip pendapat Robert Jamieson, karena Bilangan 13: 16 jika dibaca berbunyi “ele sh’mot ha’anashim a’sher-shalakh Moshe latur et-ha’arets wayiq’ra Moshe l’hoshea bin-nun Yahoshua” Masih dalam halaman 4 Penulis Nafiri Yahshua menulis : Dari penelusuran historis dan etimologis diperoleh kesimpulan bahwa Nama Sang

Juru Selamat telah mengalami bentuk evolusi bahasa dari “Yahshua” [Yahoshua] yang artinya “Yahweh menyelamatkan, lalu menjadi Yeshua, lalu menjadi Iesous, lalu menjadi Jesus dan akhirnya menjadi Yesus’ Komentar : Rupanya penulis Nafiri Yahshua sudah mulai bingung dengan keabsahan Nama Sang Juru Selamat adalah Yahshua, sehingga penulis Nafiri Yahshua menyandingkan dengan Nama Yahoshua yang adalah Nama hambanya Moshe!. Dari mana Nama Yahshua muncul? Dari awal semua kutipan naskah yang dikutip oleh penulis Nafiri Yahshua tidak pernah ada yang menulis Nama Sang Juru Selamat dengan nama Yahshua! Dari mana penulis Nafiri Yahshua mendapatkan nama itu? Masih di halaman 4, Penulis Nafiri Yahshua menulis : “Yahshua adalah proper name pra exilic [nama yang tepat sebelum pembuangan” Komentar : Muncul pertanyaan saya… apakah Sang Juru Selamat kita telah terlahir di dunia ini sebagai manusia sejak masa sebelum “masa pembuangan”, sehingga dianggap tepat menggunakan Nama Yahshua? (jangan salah jaman pak) Padahal semua yang dikutip tidak pernah ada Nama tersebut? Yang ada adalah Yahoshua bukan Yahshua????!!!. Dan apakah Sang Juru Selamat kita itu komplain saat diberi nama Yeshua dengan mengatakan “Jangan memanggil Aku Yeshua, tetapi panggillah Aku dengan Nama Yahshua?” Masih dalam alenia yang sama, penulis Nafiri Yahshua melanjutkan pendapatnya sbb. : “Iesous adalah proper name versi Greek, sementara Jesus adalah bentuk evolusi dalam komunitas Eropa, sebagaimana bentuk akhir dalam bahasa Indonesia, Yesus.” Komentar : Yeshua adalah Nama Diri, sama seperti Yahweh yang adalah Nama Diri sehingga tidak dapat diterjemahkan atau berevolusi seperti binatang versi teori Darwin! Bagi kami Nama Yeshua di negara manapun ya tetap Yeshua namaNya, dan Nama ini tidak ada seorangpun yang berhak untuk menggantinya, seperti halnya Nama Yahweh. Pendapat salah ya jangan diikuti donk!. Apakah mentang-mentang pendapat orang bule sehingga dianggap sebagai kebenaran? Waaah … waaah … waaah … bagaimana ini! Selanjutnya masih di halaman 4, Penulis Nafiri Yahshua menulis bagian c sbb. : “Arti KehadiranNya” Arti kehadiran Yahshua tersirat dalam pernyataan nama yang diberikan malaikat, yaitu “Yahshua” [Yah=Yahweh dan Shua = Menyelamatkan] dan tersirat dari kata kerja “Yosia” (Ibr) atau “Sosei” [Yun] yang bermakna “Dia akan menyelamatkan”. Komentar : Lagi-lagi Penulis Nafiri Yahshua memunculkan Nama yang tidak ada dasarnya!. Dengan dasar apa nama Yahshua dijadikan pengganti Nama

Yeshua? Rupa rupanya Penulis Nafiri Yahshua terkontaminasi dengan kata “Halleluyah” yang “Yah” nya merupakan kependekan dari Yahweh. Memang kata Yahshua itu kependekan dari Yahweh dan Shua tetapi itu tidak pernah dipakai sebagai “nama diri”, melainkan dua kata yang dijadikan satu. Kalau Yahweh Shua itu tersirat dari hasil kata kerja “Yosia” dasarnya apa? Kami jadi meragukan penulis Nafiri Yahshua paham bahasa Ibrani atau tidak? Secara gramatikal kata “Yoshia – [yvwy” merupakan dua unsur kata yaitu sha’a – [v = bentuk lampau, shua [wv = bentuk sedang, dan shia [yv = bentuk yang akan datang, dengan kata sandang awalan Yod (Dia), jadi dalam hal ini kata “Yoshia”berarti Dia akan Menyelamatkan. Kata “Yeshua – [wvy” adalah berarti Dia Menyelamatkan, kata “Yasha – [vy” berarti Dia telah menyelamatkan sedangkan penulis Nafiri Yahshua menduga bahwa kata “Yosia” itu menyiratkan Nama Yahweh Shua karena huruf “Yod” di depan Shua dianggap merupakan kependekan dari Nama Yahweh seperti halnya Yahoshua. Pengertian seperti ini tidak sesuai dengan Tata Bahasa Ibrani dan merupakan proses pembodohan bagi yang tidak memahami bahasa Ibrani. “Sosei - swsei” (bahasa Yunani) juga masih merupakan bentuk yang akan datang. Selanjutnya penulis Nafiri Yahshua mencoba menulis kalimat dalam huruf Ibrani (text dari Haverit Hakadasha) dari Matius 1: 21 pada halaman 5 baris ke 3 sbb. :

~hytajxm wm[ ta [yvwy awh yk Komentar : Sangat disayangkan kutipan kalimat tersebut sudah di potong, karena kalimat yang sengaja dipotong itu memuat Nama Yeshua dengan huruf Yod Shin Waw Ayin yang berbunyi Yeshua bukan Yahoshua ( [vwhy ) apalagi Yahshua ( [wvhy )! Dalam Haverit Hakadasha, Nama Sang Juru Selamat (Yeshua) tidak pernah ditulis dengan huruf [vwhy apalagi [wvhy melainkan [wvy. Selanjutnya masih di halaman 5, penulis Nafiri Yahshua mengutip Kitab Yokhanan 1: 1 dan 14 dalam huruf Ibrani dan cara bacanya sbb.:

Rbdh hyh ~yhla ~yhla ~[ hyh rbdh TyvarB wnkwTB !kvw rvB TvB hyhn rbdh Yokhanan menuliskan : “beresyit ha ha davar, we ha davar haya im ha Elohim haya ha Davar …ha Davar nikhyar we shakan betokenu [Yoh 1: 1, 14] Komentar : Waah… waah … waah … ini mengutipnya bagaimana sih? Koq salah-salah begini? Apa menggunakan komputer hanya dengan cara “copy

paste” aja ya?. Sehingga cara bacanya juga keliru lagi!. Silakan pembaca tanya saja kepada penulis Nafiri Yahshua mengingat masih banyak yang perlu dikomentari. Huruf-huruf Ibrani tersebut bunyinya apa koq dibacanya lain?. Baiklah kami tuliskan bunyinya kalimat Ibrani yang ditulis oleh penulis Nafiri Yahshua, yaitu : “B’reshith hadavar haya in Elohim Elohim haya hadavar (Ayat 1) “Hadavar nih’ya beshit basar w’shaken b’tokhenu” (Ayat 14). Itupun penulis Nafiri Yahshua salah dalam mengutip ayat tersebut dalam huruf Ibraninya maupun membacanya. Yang sebenarnya Yokhanan 1: 1 dan 14 adalah sbb.: ~yhlah ~[ hyh rbdhw rbdh hyh tyvarb – Ayat 1 B’reshith haya hadavar w’hadavar haya im ha’Elohim Wnkwtb !kvw rvb hyhn rbdh – Ayat 14 Hadavar nih’ya bashar w’shaken b’tokhenu Pada halaman 7, Penulis Nafiri Yahshua mengkritisi tulisan Pdt. Yakub Sulistyo, S.Th. MA tentang referensi-referensi yang di sampaikan pada halaman 6 – 9 dengan komentar sbb. : “Memang benar bahwa nama “Yeshua” jika diucapkan bukan berbunyi Yahshua atau Yeshua. Namun Kamus STRONG yang dikutip, jika kita telaah seksama, tidak menyebutkan satupun indikasi bahwa Nama Sang Juru Selamat adalah Yeshua. Saya akan kutipkan semua kata Yeshua dan varian bentuknya dalam Kamus STRONG sbb. : 3467 [yaw-shah] a primitive root; TWOT – 929;v AV – save 149, saviour 15, deliver 13, help 12, preserved 5, salvation 3, avenging 2, at all 1, avenged 1, defend 1, rescue 1, safe 1, victory 1; 205 GK – 3828 {[vy} & 3830 [[vy] & 4635 [[yvwm] 1) to save, be saved, be delivered. 1a) (Niphal) 1a1) to be liberated, be saved, be delivered 1a2) to be saved (in battle), be victorious 1b) (Hiphil) 1b1) to save, deliver 1b2) to save from moral troubles 1b3) to give victory to 13. 3468 [yeh’-shah] or [yay’-shah] from 3467; TWOT – 929a; n m AV – salvation 32, safety 3, saving 1; 36 GK – 3829 [ [vy]

Komentar : Disini penulis Nafiri Yahshua berusaha untuk membodohi pembaca dengan memberikan kesimpulan bahwa “kamus STRONG” tidak mengindikasikan bahwa Nama Sang Juru Selamat adalah Yeshua. Coba lihat lagi Konkordansi STRONG 3442 Hebrew and Chaldee Dictionary justru mempunyai indikasi yang sangat kuat bahwa Nama Yeshua itu Nama Asli Sang Juru Selamat dan terkait dengan STRONG 3091 Hebrew and Chaldee Dictionary, yang terkait juga dengan STRONG 2424 (Greek Dictionary of the New Testament) yaitu Iesous (Ihsouj). Jadi sangat jelas bahwa Nama Yeshua yang dimaksud dalam STRONG 3442 tersebut diatas saling terkait dengan STRONG 2424. Nama Diri tidak punya varian walaupun Nama bisa mempunyai makna yang dapat diartikan seperti “bahasa”. Adapun yang dijabarkan oleh penulis Nafiri Yahshua tersebut diatas adalah yasha sebagai “bahasa” yang mana itu bukan sebagai varian dari nama Yeshua sebagai Sang Juru Selamat, tetapi yasha di dalam sudut pandang bahasa merupakan bentuk “Past Tense” dari yeshua yang merupakan bentuk “Present Continous Tense”dan yoshia merupakan bentuk “Future Tense”, jadi yasha, yeshua, yoshia bukanlah merupakan varian dari nama Sang Juru Selamat, melainkan hanya bentuk tensesnya saja yang berbeda, dalam porsinya sebagai bahasa. Adapun yasha, yeshua dan yoshia, kalau kita kaji secara grammatikalnya terdiri dari dua unsur kata yaitu “dia” dan “keselamatan”, adapun bentuk Past Tense dari “keselamatan” adalah “sha’a” – [v. Bentuk Present Continous Tense adalah “Shua” – [wv. Sedangkan bentuk “Future Tense”nya adalah Shia – [yv. Huruf “Yod” sebagai kata sandang yang ditulis di depan kata yang berarti keselamatan tersebut, mempunyai makna “dia”, jadi yasha mempunyai arti “dia telah menyelamatkan” (maskulin), yeshua mempunyai arti “dia menyelamatkan” (maskulin), dan yoshia mempunyai arti “dia akan menyelamatkan” (maskulin), adapun bentuk femininnya adalah yashah, yeshuah, dan yoshiah yang jika dibaca tetap bunyinya sama, karena huruf “he” dibelakang kata tersebut tidak terdengar. Jadi sekali lagi ini semua bukan merupakan varian dari nama sang juru selamat melainkan bagian dari kekayaan dalam tata bahasa Ibrani itu sendiri. Memang nama sang juru selamat bila kita tinjau dari sudut pandang bahasa Ibrani mempunyai makna “Dia Menyelamatkan” (maskulin) – STRONG 3442, tetapi nama sang juru selamat itu dalam kapasitas sebagai “Nama Diri” tidak dapat disetarakan dengan yeshua sebagai bahasa dalam kamus Ibrani, karena “Nama

Diri” dalam kaidah bahasa manapun tidak dapat diterjemahkan atau disalin (diganti), sekalipun nama tersebut mempunyai makna yang dapat diartikan. Waah... waaah... waaah... rupa-rupanya penulis Nafiri Yahshua ini mengutip sana sini hanya ingin dipandang sebagai penulis yang “ilmiah” dan dipandang sebagai seorang “kutu buku” bagaikan professor tanpa disertai pemahaman apa yang sedang dikutipnya tersebut, terbukti dari penulis Nafiri Yahshua mengutip yahoshua ([vwhy), yeshua ([wvy), yeshuah (h[wvy), yasha ([vy), yoshia ([yvwy), sebagai varian dari pada nama sang juru selamat. Padahal Enhanced Strong’s Lexicon yang dikutip oleh penulis Nafiri Yahshua tidak mengatakan bahwa nama Yahoshua, Yeshua, Yeshuah, Yasha, Yoshia adalah sebagai varian dari Nama Sang Juru Selamat. Apakah ini bukan merupakan pembodohan publik?!. Pada halaman 10 penulis Nafiri Yahshua masih mengkritisi tulisan Pdt. Yakub Sulistyo, S.Th. MA menulis Dalam hal ini Pdt. Yakub Sulistyo kurang cermat dalam MENGANALISIS berbagai data-data yang bertebaran dan hanya sekedar MENGUTIP tanpa memberikan kajian yang akurat. ‘Fakta-fakta yang diabaikan dan tidak dianalisis dengan akurat adalah : 1. Mengabaikan fakta bahwa Kitab SEPTUAGINTA [Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, yang ditulis jauh sebelum Kitab Perjanjian Baru disusun] menuliskan nama IESOUS untuk Panglima Yahshua [ada yang mengeja Yahoshua, Joshua] sebagaimana kutipan dibawah ini. Kutipan berikut seharusnya dianalisis, mengapa IESOUS sudah lama muncul, jauh sebelum Kitab Perjanjian Baru ditulis ?? Komentar : Kami ingin bertanya kepada penulis Nafiri Yahshua, apakah yang sudah tertulis dalam SEPTUAGINTA tidak bisa salah? Apakah Anda tidak tahu bahwa naskah Septuaginta telah mengalami beberapa kali revisi mulai dari Septuaginta yang masih memuat Nama Yahweh yang ditulis IAUE sampai Septuaginta yang telah menghapus Nama Yahweh, kalau Septuaginta tidak bisa salah, mengapa direvisi?. Tidak tahukah Anda bahwa Septuaginta itu terjemahan dari naskah aslinya yaitu yang dari bahasa Ibrani?. Dari segi kewibawaan naskah, mana yang lebih benar, yang asli atau terjemahan ?. Kalau dalam naskah asli berbahasa Ibrani menyatakan nama hambanya Moshe itu bernama Yahoshua, lalu didalam Kitab terjemahan Septuaginta menyatakan hambanya Moshe itu adalah Iesous. Mana yang benar ? Yahoshua atau Iesous yang adalah nama hambanya Moshe? Bukankah Anda tahu bahwa Nama Diri tidak dapat berubah dan tidak boleh diterjemahkan atau disalin-salin seenaknya sendiri.

Perlu Anda ketahui bahwa dalam bahasa Yunani, tidak mengenal huruf Y (y Yod), H (h - He), dan W (w - Waw) maka tidak usah bingung ketika nama YAHOSHUA ([vwhy) disalin dalam huruf Yunani dan setelah ditambahkan gelar US dibelakang namanya menjadi IESOUS ( ), demikian juga penulisan nama Yeshua ([wvy) yang anaknya Miryam dalam naskah Yunani Perjanjian Baru, ditulis menjadi IESOUS ( ). Bukan berarti dalam penulisan nama Yahoshua yang anaknya Non tersebut kita dapati sama dengan penulisan nama Yeshua yang anaknya Miryam (sang Juru Selamat) di dalam naskah Yunani, lalu kita menganggap bahwa nama ini sama identik tanpa memperhatikan grammafologi yang melatar belakangi penulisan naskah Yunani tersebut. Penulis Nafiri Yahshua menulis masih di halaman 10 - 11 No. 2 sbb. : Mengabaikan fakta bahwa nama Panglima Yahshua dalam Kitab Nehemia ditulis YESHUA (Neh 8 : 18) Mengapa ayat ini tidak dianalisis secara mendalam ? Bukankah cukup membingungkan mengapa Kitab Nehemia menuliskan Yahshua menjadi Yeshua? Pernyataan Pdt. Yakub Sulistyo, MA yang mengatakan “Dalam kasus tersebut diatas [maksudnya Nehemia 8: 18, red] penulis Kitab NekhemYah (diperkirakan NekhemYah atau Ezra) menyebut nama Yehoshua/Yosua dengan jabatannya sebagai penyelamat bangsa Israel, jadi Yeshua disini bukan “Namanya” melainkan “jabatannya” sebagai orang yang menyelamatkan bangsa Yisrael” merupakan pendapat subyektif dan terlalu spekulatif. Jika Nehemia 8: 18 memaksudkan jabatannya, mengapa ditambahi nama lengkapnya yaitu “Yeshua ben Nun?” Komentar : Berdasar pada ketentuan bahwa Nama Diri tidak boleh diterjemahkan dan tidak boleh disalin atau diganti dengan nama yang lain, maka kata Yeshua ben Nun dalam Nehemia 8: 17 dalam bahasa Indonesia, bukanlah merupakan penulisan tentang namanya melainkan menulis perbuatannya menyelamatkan bangsa Israel yang dilakukan oleh anaknya Nun, jadi boleh saja menulis Yeshua yang bukan berarti Nama Diri melainkan perbuatannya, sedangkan ben Nun nya hanya untuk menjelaskan pribadinya. Contohnya : Bambang Triatmodjo adalah anak Soeharto; Direktur Utama PT Bimantara yang anaknya Soeharto…. Bukan berarti anaknya Soeharto itu bernama Direktur Utama PT Bimantara. Jadi kita bisa-bisa saja menyebut identitas seseorang tanpa menyebut nama dirinya tetapi menyebut kegiatannya atau jabatannya. Demikian juga dengan Nama Yahoshua yang anaknya Nun itu diidentifikasikan dengan kegiatannya. Dalam hal ini kegiatan anaknya Nun tersebut adalah sebagai penyelamat (Yeshua) bukan berarti bahwa nama

anaknya Nun itu bisa serta merta kita anggap bahwa dia juga bernama Yeshua juga disamping bernama Yahoshua. Lebih lanjut penulis Nafiri Yahshua masih pada halaman 11 menulis sbb. : 3. Didasarkan pada fakta-fakta tersebut, maka para teolog pada umumnya menyimpulkan demikian: “Jesus, from the Hebrew [Jehoshua, Num 13: 16 or after the captivity it was contracted Yeshua, Neh 7: 7] meaning “Jehovah the Saviour”; in Greek Jesus, to the awakened and anxious sinner sweetest and most fragtant of all names, expressing so melodiously and briefly and His whole saving office and work. Komentar : Lagi-lagi Anda mengutip pendapat para theolog, namun dalam kutipan yang Anda sajikan untuk menyanggah pendapat kami tersebut tidak ada satupun referensi yang dapat menyajikan bahwa Nama Sang Juru Selamat adalah Yahshua. Tentang referensi dari Robert Jamieson yang Anda sajikan tersebut mengacu kepada Bilangan 13: 16 dan Nehemia 7: 7, padahal kedua ayat tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan Nama Sang Juru Selamat yaitu Yahweh yang menjadi manusia yang bernama Yeshua. Pendapat bahwa “Jesus, from the Hebrew [Jehoshua, Num 13: 16 …. itu merupakan asumsi para teolog belaka, bukan Firman Tuhan. Apakah kalau pendapat para teolog itu sudah Anda jadikan sebagai suatu kebenaran?. Bukankah pada jaman Yeshua sendiri justru para teolog itulah yang menolakNya tetapi orang yang menerima kebenaran firmanNya adalah orang-orang “biasa” ( Mat 11: 25-27). Mengapa pandangan para teolog pada umumnya menganggap Nama Sang Juru Selamat itu (Yeshua) identik dengan Nama hambanya Moshe (Yahoshua), ini bisa dimaklumi karena para teolog itu telah terbawa ke dalam situasi yang mana dalam terjemahan Septuaginta dengan terjemahan naskah Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani sama-sama ditulis dengan IESOUS bagi Nama Yeshua dan Yahoshua. Hal itu karena huruf Yunani ketika jaman penulisan naskah tersebut itu tidak mempunyai huruf YOD (Y), HE (H) dan Waw (W). Coba Anda tulis nama Yahoshua dan Nama Yeshua tanpa memakai ketiga huruf tersebut, Septuaginta yang mula-mula menulis Nama Yahweh dengan IAUE. Dan dalam Septuaginta yang ada sampai saat ini, penulisan Haleluyah juga tidak memakai huruf Y dan H sehingga ditulis ALELUIA. Demikian juga dengan kata Elohei menjadi ELOI. Hipatakh menjadi EFATA dan masih banyak lagi contoh yang lainnya yang dapat Anda teliti sendiri. Kenapa Anda silau dengan pendapat para teolog yang bukan firman itu sendiri, sehingga Anda jadikan sebagai suatu kebenaran?. Karena itu dapat dimaklumi bahwa dengan keterbatasan huruf yang ada serta dari latar belakang budaya Yunani itu sendiri maka penulisan

Nama Yahoshua dan Nama Yeshua menjadi sama yaitu IESOUS. Dari kajian tersebut kita tidak dapat menyimpulkan bahwa Nama Yahoshua itu sama dengan Yeshua sang Juru Selamat hanya lantaran kedua nama tersebut sama-sama ditulis dalam huruf Yunani dengan IESOUS. Dalam bagian akhir halaman 11 dan awal halaman 12 penulis Nafiri Yahshua menulis sbb. : “Berdasarkan kajian kritis diatas, bahwasanya Nama Sang Juruselamat adalah IDENTIK dengan nama penerus Musa. Yahshua.” Komentar : Menurut kami kajian tersebut bukan kajian kritis karena tidak didasari penjelasan yang akurat serta mengabaikan apa yang melatarbelakangi penulisan nama Yahoshua dan nama Yeshua dalam Septuaginta serta dalam naskah perjanjian baru berbahasa Yunani sama-sama menjadi IESOUS seperti yang kami uraikan diatas tadi. Lagi pula pandangan tentang nama Yahoshua dengan nama Yeshua dianggap IDENTIK adalah pandangan yang sangat mengabaikan kaidah bahwa nama tidak dapat disalin dan tidak bisa diterjemahkan sekalipun nama itu mempunyai arti yang bisa di terjemahkan. Dari pandangan historis menganggap IDENTIK Nama Yahoshua dengan Nama Yeshua adalah merupakan unsur pemaksaan karena kedua nama tersebut muncul di jaman yang berbeda dan pribadinyapun berbeda. Yang satu hanya hambanya Moshe sedangkan yang satunya adalah Sang Juru Selamat dan NamaNya Yeshua bukan Yahoshua apalagi Yahshua seperti yang selalu penulis Nafiri Yahshua sampaikan berulang-ulang. Selanjutnya di halaman 12 penulis Yahshua menulis sbb. : Jika nama Sang Mesias adalah Yeshua, justru tidak ada kesamaan tipologi dengan pribadi Imam Yeshua dimasa Zerubabel. Imam Yeshua juga bukan tokoh sentral yang memainkan peran penting. Berbeda dengan Yahshua ben Nun. Komentar : Justru Nama Sang Juru Selamat kita yaitu Yeshua tidak bisa dan tidak boleh disamakan dengan manusia manapun di dunia ini, karena Yeshua itu Tuhan Sang Juru Selamat sedangkan yang lainnya hanyalah manusia biasa saja. Kenapa harus disamakan? Masih di halaman 12, penulis Nafiri Yahshua menulis sbb. : Nama YESHUA berakar dari nama Ibrani YAHSHUA. Mengapa kami tidak mengeja YEHOSHUA? Perlu diketahui bahwa nama “Yehoshua” merupakan ucapan yang disarankan oleh para ahli masoretik pasca pembuangan Babilon. Mereka menyematkan tanda “shewa” [ ]] dibandingkan “qamets” [ ;] karena untuk menghindarkan nama Yahweh. sehingga terbentuk ucapan Yehoshua. Ucapan yang proper seharusnya “Yahshua” sebagaimana dijelaskan oleh penulis buku, “the Missing” sbb. : ….. “

Komentar : Dari semua referensi yang disodorkan oleh penulis Nafiri Yahshua sendiri, justru diketahui bahwa Nama Yeshua bukan berakar dari nama Ibrani Yahshua. Kami juga tahu kalau pronounce Yehoshua itu adalah ucapan yang disarankan oleh ahli masoretic pasca pembuangan Babilon karena menghindari pengucapan nama Yahweh, namun demikian bukan berarti nama sebenarnya adalah Yahshua tetapi Yahoshua. Jadi ucapan yang proper seharusnya “Yahshua” seperti apa yang dikutip oleh penulis Nafiri Yahshua itu adalah TIDAK BENAR! Karena mengabaikan satu huruf di belakang huruf He yaitu huruf Waw yang bisa mewakili bunyi O, U, dan W. Selanjutnya di halaman 13, penulis Nafiri Yahshua menulis sbb. : Jika diucapkan Yahoshua konsekuensinya tetragramaton YHWH akan diucapkan Yahuweh. Komentar : Memang tetragramaton Yod He Waw He bila kita ucapkan akan berbunyi “Yahuwe” namun bunyi vocal U sudah terwakili oleh huruf Waw itu sendiri, karena huruf Waw itu memang dalam Ibrani dapat mewakili bunyi O, U dan W. Jadi menurut hemat kami penulis Nafiri Yahshua tidak bisa dengan seenaknya dengan dalih seperti yang disajikan, mengubah nama Yahoshua menjadi Yahshua terlebih lebih nama Yeshua menjadi Yahshua. Selanjutnya pada bagian bawah di halaman 13, penulis Nafiri Yahshua menanggapi pendapat dari Pdt. Yakub Sulistyo, MA dan Pdt. Lukas Sutrisno sbb. : Apakah kitab Ha Berit Ha Khadashah merupakan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani asli? Bukan! Sebagaimana saya pernah mengulas dalam buku BAHASA TUHAN, bahwa Kitab Suci Perjanjian Baru mula-mula ditulis dalam bahasa Ibrani – Aram lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Naskah Ibrani Aram yang tersedia sekarang sangat terbatas dan kurang di ekspose. Komentar : Kalau sipenulis Nafiri Yahshua bertanya Apakah Kitab Haberit Ha Khadasha merupakan kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani asli?. Kami menjawab dengan tegas bahwa jawabannya adalah YA!. Tapi kalau Anda bertanya apakah Kitab Haberit Ha Kadasha merupakan hasil terjemahan dari naskah-naskah tertentu, kami menjawab YA! Dalam penjelasannya, penulis Nafiri Yahshua menggiring pembaca dalam halaman 14 – 15 seolah-olah Kitab Haberit Ha Kadasha merupakan terjemahan dari Kitab berbahasa Yunani 100%. Coba Anda perhatikan Kitab Wahyu 14: 1 dalam bahasa Yunani ditulis : .. yang artinya “… the name of the father….”, bandingkan dengan Kitab Haberit Ha Kadasha di ayat yang sama sbb.: “.. wyba ~vw wmv….“ yang jika dibaca berbunyi ... sh mo we shem aviw yang

artinya “….NamaNya dan Nama BapaNya….” Jadi kesimpulannya Kitab Haberit Ha Kadasha dalam beberapa bagian menerjemahkan dari Naskah Yunani dan beberapa bagian yang lain menerjemahkan dari Naskah-naskah yang masih tersedia. Jadi BUKAN secara keseluruhannya Kitab Haberit Ha Kadasha merupakan terjemahan dari naskah Yunani seperti yang disangkakan oleh penulis Nafiri Yahshua. Dan lagi kalau Kitab Haberit Ha Kadasha berkiblat dari naskah Yunani Nama Mesias bukan Yeshua ([wvy) hurufnya Yod Shin Waw Ayin tetapi IESOUS ( swvy ) yang hurufnya Yod Shin Waw Samekh, seperti yang dilakukan oleh banyak gereja di muka bumi yang memang berkiblat ke Yunani yakni menamakan YESUS dan itupun bukan YAHSHUA. Selanjutnya ada halaman 16 penulis Nafiri Yahshua menulis sbb. : Pernyataan yang mengartikan ‘ kembali ke akar Ibrani sebagai bentuk ‘DEYUNANISASI’ [membuang segala sesuatu yang berbau Yunani], merupakan pengkhianatan terhadap realita sejarah Kekristenan.’ Komentar : Kembali ke akar Ibrani bukan ‘DEYUNANISASI’ seperti yang disangkakan oleh penulis Nafiri Yahshua, tetapi kembali ke akar Ibrani adalah menempatkan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang benar!. Contohnya: Tentang Nama Juru Selamat kita, itu YESHUA atau IESOUS (yang oleh orang Kristen pada umumnya disebut YESUS). Kalau memang yang benar YESHUA kenapa harus mengubahnya menjadi Nama yag lain. Dalam contoh yang lain: Mana yang benar PAUL atau PAULUS, YA’AQOV atau YAKOBUS, MARK atau MARKUS, SIMON atau PETROS? Justru dengan mengabaikan keaslian dari NAMA Tuhan kita, merupakan penghianatan dari firman itu sendiri, dengan demikian bukan berarti kita boleh atau bisa dengan seenaknya memberlakukan naskah Yunani dengan hal-hal yang berpandangan negatif atau DEYUNANISASI seperti yang disangkakan penulis Nafiri Yahshua. Justru dari naskah Yunani tersebut kita bisa mendapatkan banyak informasi dari Nama yang asli dengan memahami beberapa aspek termasuk budaya yang melatarbelakangi penulisan kitab suci Perjanjian Baru berbahasa Yunani tersebut. Masih di halaman 16, penulis Nafiri Yahshua menulis : Kitab Perjanjian Baru versi Yunani tetap memiliki NILAI historis yang tidak bisa diabaikan, setara dengan Kitab Perjanjian Baru versi Ibrani [Du Tillet, Crewford, Muster, Shem Tob]. Jumlah Kitab Suci Perjanjian Baru versi Yunani [baik dalam bentuk manuskrip, papirus, perkamen] sekitar 5000-an dokumen. Meskipun ada berbagai varian bacaan dan perbedaan dengan naskah Du Tillet, Shem Tob,

Crewford, Muster, namun naskah Perjanjian Baru versi Yunani telah dipakai secara luas dan berwibawa oleh para Bapa Gereja dan mendatangkan pengetahuan akan hidup kekal bagi banyak orang. Mengecilkan arti dan keberadaan Kitab Perjanjian Baru versi Yunani merupakan bentuk AMNESIA SEJARAH yang memalukan. Komentar : Justru Anda yang mempunyai paham bahwa Nama sang Juru Selamat bernama Yahshua itulah yang mengalami IDIOT SEJARAH yang memalukan bukan hanya AMNESIA SEJARAH!. Mengapa demikian karena tidak mampu memahami antara jaman hambanya Moshe dengan jaman Sang Juru Selamat kita. Mau mencari nama Sang Juru Selamat koq menggalinya malah di jaman Nabi Moshe. Sudah begitu, salah lagi … mengambil nama figur seorang hambanya Moshe, dan yang lebih parah lagi salah menulis dan membacanya, sehingga Yahoshua menjadi Yahshua ! Apalagi Yeshua diganti menjadi Yahshua. Waaah .. waaah … waaah … Selanjutnya masih di halaman 16 bagian bawah dan halaman 17, penulis Nafiri Yahshua menulis sbb. : Tidak heran jika Dr. David Stern, seorang Messianic Jews tetap menghargai validitas naskah Perjanjian Baru Yunani dan berusaha menerjemahkan serta membuat buku tafsir dari sudut keyahudian yang disebut ‘JEWISH NEW TESTAMENT’ dan ‘JEWISH NEW TESTAMENT COMMENTARY’. Dalam kata pengantar ‘Jewish New Testament Commentary’ beliau berkata. ‘My translation of the New Testament from the original Greek into English in a way that brings out its essential Jewishness’ Komentar : Penulis Nafiri Yahshua ini bagaimana tho? Dari tadi menampilkan teolog kebanggaannya yang nota bene koq malah sepaham dengan kami. Dimana Dr. James Trimm, Dr. David Stern semuanya tidak menuliskan Nama Sang Juru Selamat adalah Yahshua! Melainkan ditulis dengan jelas bahwa NamaNya adalah Yeshua. Kalau setuju dengan pendapat-pendapat mereka, kenapa mereka menyebut Nama Sang Juru Selamat dengan YESHUA koq tidak diikuti? Ada apa ini??? Apakah penulis Nafiri Yahshua akan menderita MALU YANG SANGAT LUAR BIASA kalau meralat paham yang sudah terlanjur menjadi statementnya bahwa Nama Sang Juru Selamat itu adalah YAHSHUA menjadi nama yang benar yaitu YESHUA? Dalam halaman 17 penulis Nafiri Yahshua menulis sbb. : Jika kembali ke akar Ibrani dimaknai secara sempit sebagai DEYUNANISASI, mengapa Dr. David Stern yang Messianic Jews yang tentunya berupaya membuat perspektif Ibrani dalam terjemahan dan komentarnya, justru menggunakan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani? Fakta ini mengingatkan kita untuk lebih cermat dan

cerdas lagi mendefinisikan makna ‘back to the Hebraic root’ secara eksegitical dari teks Kitab Suci dan bukan diwarnai bias pemahaman. Komentar : Waaah … waaah .. waaah… penulis Nafiri Yahshua ini bagaimana tho? Sudah memuji-muji teolog kebanggaannya tetapi koq tidak mengikuti jejaknya? Perlu pembaca ketahui bahwa para teolog tersebut tidak menyebutkan atau menuliskan Nama Sang Juru Selamat dengan Nama YAHSHUA melainkan YESHUA. Jadi dalam hal ini … siapa yang diwarnai dengan BIAS PEMAHAMAN dan sulit mengidentifikasi permasalahan?. Pada halaman terakhir, penulis Nafiri Yahshua menulis untuk mengajak pembaca ‘Memperhatikan Evolusi Nama Sang Juru Selamat dalam berbagai Bahasa dan Sepanjang Abad’ dengan menguraikan huruf Ibrani Yod He Waw Shin Ayin. Komentar : Sangat disayangkan menulisnya huruf Ibrani Yod He Waw Shin Tsade. Ini bagaimana … apakah huruf Ibrani tersebut bisa dibaca Yehoshua, Yahoshua atau Jehoshua seperti yang diuraikannya? Waaah … kami jadi meragukan pemahaman Ibrani penulis Nafiri Yahshua!. Dalam uraiannya penulis Nafiri Yahshua menguraikan bahwa Nama Sang Juru Selamat kita telah mengalami EVOLUSI NAMA, kami pikir koq jadi sama seperti teori evolusi yang dicetuskan oleh si Darwin? Menjadi bahan pertanyaan kita semua… apakah Sang Juru Selamat itu sendiri komplain keberatan bahwa Dia bernama YESHUA? Apakah Sang Juru Selamat di dalam mengajar, mengadakan mujizat, menggembalakan domba-dombaNya pernah mengatakan bahwa Aku bernama YAHSHUA?. Atau setidaknya apakah malaikat Gabriel ketika memberitahukan nama Sang Mesias Juru Selamat kita kepada Miryam dan Yosep memberitahukan bahwa Dia bernama YAHSHUA atau bernama YESHUA!. Apabila Penulis Nafiri Yahshua menganggap bahwa Nama Yahoshua setelah pembuangan ke Babilon berevolusi menjadi Yeshua seperti “teori evolusi nama” yang dimunculkan, mengapa dalam kitab tersebut dibawah ini nama Yahoshua tidak ditulis menjadi Yeshua, coba baca 1 Tawarikh 7: 27 disitu ditulis : wnB [vwhy wnB !wn ( Non be’no Yahoshua be’no ) – dan anak orang ini Non dan anak orang ini Yahoshua. Kalau menurut “teori evolusi nama” yang dimaksud oleh penulis Nafiri Yahshua, bahwa penulisan nama Yeshua sebagai pengganti nama Yahoshua dikarenakan menghindari penyebutan nama Yahweh (karena di dalam nama Yahoshua ada unsur Nama Yahweh – why – Yahu) mengapa Nama tokoh-tokoh yang lain, selain Yahoshua yang juga nama tersebut mengandung nama Yahweh kenapa tidak diubah penulisannya sehingga nama Yahweh tidak

terucap. Misalkan nama “Yahuda” menjadi “Yeda”seperti dalam kitab 1 Tawarikh 28: 4. Dalam 1 Tawarikh 24: 18 dan 2 Tawarikh 28: 7 mengapa nama Ma’az’YAHU (whyz[m) tidak ditulis Ma’az’YE (yz[m)? Kalau memang penulisan setelah jaman pembuangan, bunyi YAHU di dalam sebuah nama ditulis menjadi bunyi YE supaya nama YAHU nya tidak terdengar? Dan masih banyak contoh-contoh lain nama-nama tokoh dijaman yang sama yang menggunakan nama yang mengandung nama Yahweh. Dan jika “teori evolusi nama” milik Nafiri Yahshua setelah jaman pembuangan ke Babilon takut menulis atau menyebut nama Yahweh, mengapa nama Yahweh sendiri koq masih tertulis, seperti contoh dalam 1 Tawarikh 24: 19, 20, 21 dll, Ezra 10: 11 , Nehemia 1: 5; 5:13; 8: 2 dll. Diseluruh kitab setelah jaman pembuangan mengapa Nama Yahweh masih tetap ditulis dengan huruf Yod He Waw He (hwhy)??? Jangan ngawur dan sok jadi professor aaah!!!. Jadi kesimpulannya, penulisan YESHUA pada kalimat YAHOSHUA bin Non bukan dikarenakan telah terjadi evolusi seperti yang dikatakan oleh penulis Nafiri Yahshua, yakni menghindari penulisan atau penyebutan nama Yahweh, tetapi penulisan YESHUA sebagai pengganti nama YAHOSHUA merupakan ungkapan penulis kitab tersebut untuk merefleksikan aktifitas anaknya Non yang bernama Yahoshua tersebut, yaitu dalam penyelamatan bangsa Israel. Nama YESHUA itu sendiri memiliki arti secara etimologis adalah DIA MENYELAMATKAN jadi tepat jika penulis kitab menulis dengan sebutan YESHUA BIN NON. Jadi nama YESHUA dalam Kitab PERJANJIAN BARU yang adalah ANAKNYA MIRYAM, jangan dikait-kaitkan dengan YAHOSHUA yang ANAKNYA NON dalam PERJANJIAN LAMA!. Ini beda jaman dan tentu saja beda generasi ... bung??? Balajar lagi aja dulu ah !. Apakah ini yang dimaksudkan sebagai sanggahan akademik??? Waaah ... waaah... waaah ... Demikianlah komentar kami, kiranya pembaca dapat menjadikannya sebagai suatu wacana yang berharga untuk menentukan sikap dalam memanggil Nama Sang Juru Selamat kita dengan benar, sebab salah menyebut Nama berarti salah juga Pribadi yang dipanggilnya, karena nama itu merupakan identitas dari si pemilik nama itu. Komentator: PD “Yerusalem Baru” P.O. Box 484 57100

Related Documents