Rumah Adat Lampung.docx

  • Uploaded by: ahmad
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rumah Adat Lampung.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,500
  • Pages: 28
RUMAH ADAT LAMPUNG { NUWOU } Rumah Adat Lampung Nuwou Sesat yang menjadi nama rumah adat Lampung berasal dari 2 kata, yaitu Nuwou yang berarti rumah dan sesat yang berarti adat. Nuwou Sesat sebetulnya memiliki fungsi utama sebagai balai atau tempat pertemuan bagi seluruh warga kampung (purwatin).

Rumah Adat Lampung Struktur Rumah Adat Lampung Nuwou Sesat secara struktur hampir sama dengan rumah adat suku asli Sumatera lainnya. Rumah adat Lampung ini berbentuk panggung dengan bahan utama berupa kayu atau papan. Struktur rumah panggung pada rumah Nuwou Sesat pada masa silam ditujukan sebagai upaya untuk menghindari serangan binatang buas bagi penghuninya. Seperti diketahui bahwa dahulu hutan-hutan di Lampung memang mengandung kekayaan hayati yang tinggi, sehingga memungkinkan berbagai jenis binatang buas tinggal berdampingan dengan manusia. Selain itu, struktur panggung juga sengaja digunakan sebagai desain rumah tahan gempa. Sebagaimana diketahui, beberapa daerah di Lampung juga dikenal berada di lempeng perbatasan antar benua sehingga sering mengalami bencana gempa.

3 Senjata Tradisional Provinsi Lampung yang dikenal antara lain pedang, keris, payan(tombak), badik. Pada zaman dahulu, di tanah Lampung terdapat kerjaan Tulang Bawang. Tentu saja sebagai kerjaan pasti memiliki berbagai senjata baik sebagai senjata untuk berperang atau sebagai pusaka kerajaan yang memiliki berbagai fungsinya. Senjata-senjata tradisional Lampung diatas dipengaruhi dengan senjata yang ada di kerjaan pulau Jawa maupun senjata tradisional Melayu. Berikut ini beberapa senjata tradisional Lampung :

1. Badik Lampung

Badik adalah senjata tradisional yang dapat ditemui di beberapa wilayah di Indonesia diantaranya yaitu Lampung dan Sulawesi Selatan. Badik yang ada di Lampung ataupun di Sulawesi memiliki bentuk yang sama, akan tetapi belum diketahui secara pasti asal badik tersebut. Hanya saja ada sangkaan bahwa rakyat Goa Sulawesi Selatanlah yang membawa juga mengenalkan badik ke KerjaanTulang Bawang Lampung. Berdasarkan ukuran badik, badik Lampung ini dibedakan menjadi 2, yaitu badik siwokh yang memiliki panjang bilah lebih dari 12 cm serta lebar lebih dari 2 cm dan badik kecil berukuran bilah 11 cm dan lebar sekitar 2 cm. Banyak terdapat jenis-jenis badik asal Lampung. Contohnnya Palembang Capit, badik Bugis, Siwak, Tumbuk Lada, Kelinggi, Pagar Dewa.

2. Keris Lampung

Senjata tradisional Keris di Lampung disebut dengan punduk/tekhapang. Keris yang ada di Lampung ini sangat dipengaruhi kebudayaan kerjaan di Pulau Jawa dan luar Jawa. Untuk keris yang dipengaruhi kerajaan Sriwijaya biasanya mempunyai gagang dengan ukiran yang lebih halus. Sedangkan keris yang dipengaruhi Melayu atau kerjaan Goa biasanya memmpunyai gagang yang lebih sederhana. Keris Lampung yang asli di zaman dahulu kebanyakan bilahnya dipesan pada kerajan Jawa dan luar Jawa tetapi untuk gagangnya umumnya memiliki ciri tersendiri berupa burung garuda. Gagang ini dibuat dari kayu kemuning, perak, emas.

3. Tombak Lampung

Tombak dalam bahasa daerah Lampung disebut dengan Payan. Berdasarkan dari bentuknya, senjata tradisional lampung ini dapat digolongkan menjadi dua bentuk yaitu: 1. Tombak Payan (Payan Kejang) 2. Tombak Pendek (Payan Buntak atau Linggis)

Perbedaan bentuk tombak ada dua yaitu tombak panjang dan tombak pendek, yang dimaksud tombak panjang yaitu tombak yang mempunyai gagang yang terbuat dari kayu berukuran tidak lebih dari 150 cm, sedangkan mata tombaknya berukuran sama seperti jenis tombak pendek yaitu mencapai 34-40 cm. Sedang yang dimaksud dengan tombak pendek yaitu tombak yang panjang gagangnya tidak lebih dari 90 cm. jenis tombak yang terakhir ini termasuk tombak yang langka, karena umumnya berkualitas sangat tinggi, yang terkadang diberi bulu ekor kuda yang disebut dengan sebutan tunggul. Mata Tombaknya mirip dengan keris yaitu memiliki pamor juga berlapis. Banyak tombak Lampung ini percayai memiliki kekuaan magis, apalagi jika tombak tersebut termasuk benda pusaka warisan dari leluhur. Biasanya tombak yang seperti ini dilengkapi dengan sarung untuk menutupi mata tombaknya, sedangkan tombak yang tidak memiliki kekuatan magis, umumnya tidak dilengkapi dengan sarung (wrangka/sakhung, lampung). Setelah membaca dan mengetahui Alat Musik Tradisional Lampung dan Macam Senjata Tradisiona Provinsi Lampung, kamu juga bisa menambah ilmu pengetahuan kamu dengan membaca juga Alat Musik Tradisional Sumatera Selatan

PAKAIAN ADAT LAMPUNG Kendati memiliki penduduk dari suku yang heterogen, kebudayaan masyarakat asli Lampung sendiri hingga kini masih tetap lestari. Salah satu peninggalan budaya tersebut yang saat ini masih dapat sering kita lihat adalah pakaian adat Lampung. Pakaian adat Lampung adalah peninggalan budaya Lampung yang sangat khas dan memiliki nilai seni yang tinggi. Pakaian adat ini sering digunakan para pengantin sebagai simbol kebesaran budaya Lampung. Pakaian ini juga kadang digunakan dalam pertunjukan seni tari daerah Lampung, seperti tari sembah, tari bedana, dan lain sebagainya.

Baju Adat Lampung untuk Laki-laki Pakaian adat laki-laki suku Lampung umumnya cukup sederhana, yakni berupa baju lengan panjang berwarna putih, celana panjang hitam, sarung tumpal, sesapuran dan khikat akhir. Sarung tumpal adalah kain sarung khas Lampung yang ditenun menggunakan benang emas. Sarung ini digunakan di luar celana, mulai lutut hingga pinggang. Setelah sarung, sesapuran atau sehelai kain putih dengan rumbai ringgit diikatkan di luar sarung, sementara khikat akhir atau selendang bujur sangkar dilingkarkan ke pundak menutupi bahu. Baju adat pengantin laki-laki suku Lampung dilengkapi dengan beragam pernik perhiasan. Sedikitnya ada 8 perhiasan yang biasanya dikenakan oleh laki-laki, di antaranya kopiah emas beruji, perhiasan leher berupa kalung, perhiasan dada, perhiasan pinggang, dan perhiasan lengan. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa perhiasan tersebut: Kalung papan jajar adalah kalung dengan gantungan berupa 3 lempengan siger kecil atau perahu yang tersusun dengan ukuran berbeda. Filosofi dari kalung ini adalah simbol kehidupan baru yang akan mereka arungi dan dilanjutkan secara turun temurun. Kalung buah jukum adalah kalung dengan gantungan berupa rangkaian miniatur buah jukum sebagai perlambang doa agar mereka segera mendapatkan keturunan. Selempeng pinang adalah kalung panjang berupa gantungan menyerupai buah atau bunga. Ikat pinggang yang bernama bulu serti dilengkapi dengan sebuah terapang (keris) yang menjadi senjata tradisional khas Lampung. Gelang burung adalah gelang pipih dengan aksesoris bentuk burung garuda terbang. Gelang yang dikenakan di lengan tangan kanan dan kiri ini melambangkan kehidupan panjang dan kekerabatan yang terjalin setelah menikah. Gelang kano adalah gelang menyerupai bentuk ban. Gelang yang dikenakan pada lengan kiri dan kanan di bawah gelang burung ini melambangkan pembatasan atas semua perbuatan buruk setelah menikah. Gelang bibit adalah gelang yang dikenakan di bawah gelang kano. Gelang ini melambangkan doa agar segera mendapatkan keturunan.

Baju Adat Lampung untuk Wanita Pakaian pengantin wanita adat Lampung tidak begitu berbeda dengan pakaian laki-lakinya. Sesapuran, khikat akhir, sarung rumpai (tapis) juga terdapat pada pakaian pengantin wanita ini. Akan tetapi, pada wanita terdapat perlengkapan-perlengkapan lain yang menambah nilai filosofis dan estetis di antaranya selappai, bebe, katu tapis dewa sano. Selappai adalah baju tanpa lengan dengan tepi bagian bawah berhias rumbai ringgit, bebe adalah sulaman benang satin berbentuk bunga teratai yang mengambang, sedangkan katu tapis dewa sano adalah rumpai ringit dari kain tapis jung jarat. Meski pakaian adat Lampung untuk wanita terkesan sederhana, akan tetapi ada cukup banyak aksesoris yang harus dikenakan. Di antaranya siger, seraja bulan, peneken, selapai siger, subang, kembang rambut, serta berbagai perhiasan leher dan dada. 1. Siger Siger adalah mahkota emas khas yang dikenakan di kepala pengantin wanita. Mahkota ini melambangkan keagungan adat budaya Lampung. Siger memiliki 9 ruji, menandakan bahwa ada 9 sungai besar yang terdapat di Lampung, yaitu Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih, Way Sunkai, Way Abung Pareng, Way Tulang Bawang, Way Kanan, dan Way Mesuji. 2. Seraja Bulan Seraja bulan adalah mahkota kecil beruji 3 yang terletak di atas siger dengan jumlah sebanyak 5 buah. Aksesoris pakaian adat Lampung ini memiliki filosofi sebagai pengingat bahwa dahulu ada 5 kerajaan yang sempat berkuasa di Lampung, yaitu kerajaan ratu dibelalau, ratu dipuncak, ratu dipunggung, ratu dipemangilan, dan ratu darah putih. Selain itu, seraja bulan juga bisa melambangkan 5 falsafah hidup masyarakat adat Lampung, di antaranya piil pesengiri (rasa harga diri), nemui nyimah (terbuka tangan), nengah nyappur (hidup bermasyarakat), juluk adek (bernama bergelar), dan sakai sembayan (gotong royong). 3. Subang Subang adalah perhiasan yang digantungkan di ujung daun telinga. Subang biasanya berbentuk menyerupai buah kenari dan terbuat dari bahan emas. Pada subang terdapat beberapa kawat kuning bulat lonjong yang berfungsi sebagai sangkuatan umbai-umbai. 4. Perhiasan Leher dan Dada Beberapa perhiasan leher dan dada yang terdapat dalam pakaian adat Lampung antara lain kalung buah jukum, kalung ringit, dan kalung papanjajar. Kalung papanjajar adalah kalung dengan gantungan 3 lempengan siger kecil atau perahu yang menjadi simbol kehidupan baru bagi para pengantin, kalung ringit adalah kalung dengan aksesoris sembilan buah uang ringit, sedangkan kalung buah jukum adalah kalung berbentuk menyerupai buah jukum yang dirangkai sebagai simbolis agar mereka segera mendapat keturunan. 5. Perhiasan Pinggang dan Lengan Perhiasan pinggang berupa selempang pinang yang digantungkan melintang dari bahu ke pinggang menyerupai bunga serta bulu serti sebuah ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berwarna merah berhias kelopak bunga dari kuningan. Perhiasan lengan berupa beragam jenis gelang, seperti gelang burung, gelang kano, gelang bibit, dan gelang duri. Makna filosofis dari gelang-gelang yang dikenakan wanita sama dengan gelang yang dikenakan pria.

TARI DAERAH LAMPUNG

Tari Sembah

Tari sembah merupakan tarian tradisional dari Provinsi Lampung yang berasal dari Suku Pepadun. Pada awalnya Tari Sembah ditampilkan pada acara penyambutan para raja dan tamutamu istimewa. Saat ini Tari Sembah dikenal sebagai tari penyambutan yang tujuannya adalah menghormati tamu yang datang. Selain ditampilkan pada upacara adat penyambutan tamu, tari sembah juga ditampilkan pada upacara pernikahan dengan tujuan yang sama yaitu menyambut para tamu yang hadir pada acara tersebut. Busana yang dikenakan oleh para penari adalah busana asli daerah seperti yang dikenakan pengantin wanita asli suku Lampung lengkap dengan siger dan tanggainya. Busana yang dipergunakan oleh penari Sembah ini adalah Sesapur yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya namun pada sisi bagian bawah terdapat hiasan berbentuk koin berwarna perak atau emas yang digantung secara berangkai (rumbai ringgit). Sedangkan busana yang digunakan sebagai bawahan adalah kain tapis. Kain tapis adalah kain tenun tradisional lampung yang terbuat dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain tapis bermotif sepeti ini biasanya disebut dengan nama kain tapis Dewasana (Dewo sanaw). Selain busana, ada beberapa aksesoris yang dipergunakan oleh para penari tari sembah. Aksesoris yang dipergunakan antara lain : 

Mahkota siger Pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgit Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.



Bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil. ikat pinggang bulu serti dikenakan diatas pending.



Mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif yang digantungkan di leher sebatas dada.



Dinar, yaitu mata uang Arab dari emas yang diberi peniti dandigantungkan pada sesapur,tepatnya di bagian atas perut.



Buah jukum, yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai menjadiuntaian bunga dengan benang dan dijadikan kalung panjang yang dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.



Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap yang diatasnya direkatkan bebe yaitu kain halus yang berlubang-lubang. Gelang burung ini diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu.



Gelang kana adalah sebuah gelang yang terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah.



Tanggai adalah hiasan yang berbentuk seperti kuku berwarna keemasan terbuat dari bahan kuningan yang dikenakan di jari penari.



Mahkota Siger adalah mahkota berbentuk seperti tanduk yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan buah. Disetiap puncak lekukan diberi hiasan bunga cemara dari kuningan. Sedangkan bagian puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu hiasan berupa mahkota kecil yang mempunyai lengkungan di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga. Mahkota siger ini secara keseluruhan terbuat dari bahan kuningan.

Tari Cangget Agung

Sukubangsa Lampung sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu Lampung Pepadun dan lampung Sebatin. Lampung Sebatin adalah sebutan bagi orang Lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai selatan Lampung. Sedangkan, Lampung Pepadun adalah sebutan bagi orang Lampung yang berasal dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah barat Lampung Utara) dan menyebar ke utara,timur dan tengah provinsi ini. Sebagaimana masyarakat lainnya, mereka juga mereka menumbuh-kembangkan kesenian yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi jatidirinya. Dan, salah satu kesenian yang ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Lampung, khususnya Orang Pepadun, adalah jenis seni tari yang disebut “tari cangget”. Konon, sebelum tahun 1942 atau sebelum kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia, tari cangget selalu ditampilkan pada setiap upacara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti: upacara mendirikan rumah, panen raya, dan mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Pada saat itu orang-orang akan berkumpul, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan dengan tujuan selain untuk mengikuti upacara, juga berkenalan dengan sesamanya. Jadi, pada waktu itu tari cangget dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada suatu desa atau kampung dan bukan oleh penari-penari khusus yang memang menggeluti seni tari tersebut. Waktu itu para orangtua biasanya memperhatikan dan menilai gerak-gerik mereka dalam membawakan tariannya. Kegiatan seperti itu oleh orang Lampung disebut dengan nindai. Tujuannya tidak hanya sekedar melihat gerak-gerik pemuda atau pemudi ketika sedang menarikan tari cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan ketika mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung. Bagi para pemuda dan atau pemudi itu sendiri kesempatan tersebut dapat dijadikan sebagai arena pencarian jodoh. Dan, jika ada yang saling tertarik dan orang tuanya setuju, maka mereka meneruskan ke jenjang perkawinan Macam-macam Tari Cangget Tarian cangget yang menjadi ciri khas orang Lampung ini sebenarnya terdiri dari beberapa macam, yaitu: 

Cengget Nyambuk Temui, adalah tarian yang dibawakan oleh para pemuda dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke daerahnya.



Cangget Bakha, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulat purnama atau setelah selesai panen (pada saat upacara panen raya).



Cangget Penganggik, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka menerima anggota baru. Yang dimaksud sebagai anggota baru adalah pada pemuda dan atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak-kanak menjadi dewasa. Perubahan status ini terjadi setelah mereka melalukan upacara busepei (kikir gigi).



Cangget Pilangan, adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya yang akan menikah dan pergi ke luar dari desa, mengikuti isteri atau suaminya.



Cangget Agung adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang menjadi Kepala Adat (Cacak Pepadun). Pada saat upacara pengangkatan ini, apabila Si Kepala Adat mempunyai seorang anak gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung dan setelah itu ia pun akan dianugerahi gelar Inten, ujian, Indoman atau Dalom Batin.

Gerakan Tari Cangget Walau tarian cangget terdiri dari beberapa macam, namun tarian ini pada dasarnya mempunyai gerakan-gerakan yang relatif sama, yaitu: (1) gerak sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat); (2) gerakan knui melayang (lambang keagungan); (3) gerak igel (lambang keperkasaan); (4) gerak ngetir (lambang keteguhan dan kesucian hati; (5) gerak rebah pohon (lambang kelembutan hati); (6) gerak jajak/pincak (lambang kesiagaan dalam menghadapi mara bahaya); dan (7) gerak knui tabang (lambang rasa percaya diri). Peralatan Tari Cangget

Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari Canget diantaranya adalah:(1) canang lunik 8–12 buah; (2) bende sebuah; (3) gujeh sebuah; (4) gong 2 buah; (5) gendang sebuah; dan (6) pepetuk 2 buah. Busana Tari Cangget Busana yang dikenakan oleh penari perempuan adalah: (1) kain tapis; (2) kebaya panjang warna putih; (3) siger; (4) gelang burung; (5) gelang ruwi; (6) kalung papan jajar; (7) buah jarum; (8) bulu seratai; (9) tanggai; (10) peneken; (11)anting-anting; dan (12) kaos kaki warna putih. Sedangkan busana dan perlengkapan pada penari laki-laki adalah: (1) kain tipis setengah tiang; (2) bulu seratai; (3) ikat pandan; (4) jubah; dan (5) baju sebelah. Perkembangan Tari Cangget Selain peralatan musik dan busana bagi penarinya, tarian ini juga menggunakan perlengkapanperlengkapan pendukung lainnya, yaitu: (1) jepana (tandu usungan) yang dipakai pada saat mengantar dan menjemput tamu agung, sesepuh adat atau

pun puteri kepala adat dan kutamara; (2) tombak dan keris, dipakai pada saat tari igel; (3) talam emas, dipakai untuk landasan menurunkan serta menaikkan para sesepuh atau tetua adat dari Jepana memasuki Sesat Agung ataupun sebaliknya; (4) Payung adat yang warna putih (lambang kesucian) dan warna kuning (lambang keagungan). Lagu-lagu yang dimainkan saat Tari Cangget

Adapun lagu-lagu yang sering dinyanyikan untuk mengiringi tarian Cangget Agung adalah (1) tabuh mapak/nyabuk temui; (2) tabuh tari (tarey); (3) serliah adak; (4) mikhul bekekes; (5) gupek; dan (6) hujan turun. Catatan: Saat ini, seiring dengan perkembangan zaman, penyelenggaraan tarian ini semakin berkurang. Tarian cangget tidak lagi ditarikan oleh para pamuda dan pemudi untuk saling berkenalan, melainkan telah menjadi suatu tarian khusus yang dimainkan oleh penari-penari tertentu (tidak sembarang orang) dan pada saat-saat tertentu saja (upacara adat saja).

3. Tari Melinting.

Di lihat dari sejarahnya, tarian ini merupakan tari adat tradisional Keagungan Keratuan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting yaitu Pangeran Panembahan Mas, yang dipentaskan pada saat acara Gawi Adat (Betawi). Tari Melinting ini merupakan tari tradisional lepas untuk hiburan pelengkap pada saat acara Gawi Adat. Fungsi Tari Melinting dahulu merupakan tarian Keluarga Ratu Melinting dan hanya dipentaskan oleh Keluarga Ratu saja ditempat yang tertutup (sessat atau balai adat), tidak boleh diperagakan oleh sembarang orang. Pementasannya pun hanya pada saat Gawi Adat Keagungan Keratuan Melinting saja. Personal penarinya pun hanya sebatas pada putra putri Ratu Melinting. Namun, dalam perkembangannya sekarang tari melinting tidak lagi mutlak sebagai tarian keluarga Ratu Melinting dan tidak lagi berfungsi sebagai tari upacara tetapi sudah bergeser menjadi tari pertunjukan atau tontonan pada saat penyambutan tamu-tamu agung yang datang ke daerah Lampung serta acara-acara besar lainnya seperti acara kesenian Lampung, Festival Tari dan lain-lain.

Elemen-elemen Tari Melinting. Menurut Sudarsono, bentuk penyajian adalah wujud tarian secara keseluruhan yang dipertunjukkan dengan melibatkan elemen-elemen dalam komposisi tari. Adapun elemen-elemen tersebut adalah elemen gerak, iringan (musik), tat arias, busana, tempat pertunjukan, dan property. a. Gerak Elemen gerak merupakan salah satu unsure poko dalam tari. Gerak dalam tari terwujud setelah anggota-anggota badan manusia yang telah terbentuk digerakkan. Gerak merupakan substansi dari tari. Namun, tidak semua gerak bisa disebut sebagai tari. Hanya gerak yang sudah mengalami penggarapan, pemiliki makna dan nilai estetis, yang dapat disebut sebagai gerak tari. Menurut Lentuk geraknya terdapat dua jenis gerak, yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 

Gerak murni adalah gerak yang digarap sekedar untuk mendapatkan bentuk artistic dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu.



Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti yang jelas dan sudah mengalami setilisasi atau distorsi. Gerak murni banyak digunakan dalam garapan tari yang non representasional, sedangkan gerakan maknawi banyak terdapat dalam garapan tari yang representasional, namun dengan tidak menutup kemungkinan masuknya gerak murni.

Gerak dalam tari Melinting adalah gerak gerak maknawi, yaitu setiap gerakan mempunyai maksud atau makna. Pada adegan pembukaan, makna gerak adalah bahwa putra dan putri punyimbang melakukan penghormatan kepada para punyimbang/tamu agung. Pada adegan kugawo Ratu, makna gerak adalah melambangkan keperkasaan putra putri punyimbang. Pada adegan knui melayang, keagungan dan kelemah lembutan punyimbang ungkapan keleluasaan berpendapat/bersikap. Pada adegan penutup, makna gerak adalah bahwa putra putrid punyimbang penghormatan pada punyimbang. Gerakan yang dipakai pada tari Melinting dibedakan antara gerakan penari putra dan putrid meliputi : babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan balik palau, kenui melayang nyiduk, salaman, suali, niti batang, luncat kijang, dan lapah ayun. Gerak penari putrid meliputi babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan, timbangan/ terpipih mabel melayang, ngiyau bias, nginjak lado, nginjak tahi manuk, lapah ayun. b. Musik atau iringan. Elemen iringan (musik) dalam tari bukan hanya sekedar iringan, karena musik merupakan patner yang tidak dapat ditinggalkan. Oleh karena itu musik yang dipegunakan untuk mengiringi tari harus digarap betul-betul sesuai dengan garapan tarinya. Dalam hubungannya dengan seni tari, pada umunya iringan berfungsi sebagai penguat atau pembentuk suasana. Iringan dibagi dua macam, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik yang bersumber dari diri penari, misalnya suara yang ditimbulkan dari tepukkan tangan, vokal penari, dan hentakan kaki penari. Sedankan musik eksternal adalah musik yang berasal dari alat musik instrumental, misalnya piano, gitar dan gamelan. Fungsi musik ada tiga, yaitu (1) sebagai pengiring, (2) pemberi suasana, dan (3)ilustrasi. Sebagai pengiring tari, bearti peranan musik hanya mengiringi atau menunjang penampilan tari. Fungsi musik sebagai pemberi suasana berarti musik dipakai untuk membantu suasana adegan dalam tari. Sedangkan fungsi musik ilustrasi hanya berfungsi sebagai pengiring. Iringan pada tari Melinting adalah iringan atau musik eksternal nama seperangkat instrument yang digunakan adalan kalo bala (kelittang). Jenis tabuhan yang digunakan adalah tabuh harus pada adegan penbukaan, tabuh cetik pada adegan punggawo ratu, tabuh kedangdung pada adegan

mulai batangan, tabuh kedangdung pada adegan knui melayang, dan tabuh arus pada adegan penutup. c. Tata rias. Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah peranan. Fungsi rias adalah memberikan bantuan dengan jalan memberikan dandanan atau perubahan pada pemain hingga berbentuk suasana yang cocok dan wajar. Bagi seorang penari, rias merupakan hal yang sangat penting. Pemakaian tata rias yang digunakan untuk pertunjukkan akan berbeda dengan tatarias sehari-hari. Tata rias yang dipakai sehari-hari pemakaiannya cukup tipis dan tidak memerlukan garis-garis kuat pada bagian wajah. Sedangkan untuk tat arias pertunjukkan tari, segala sesuatu diharapkan lebih jelas dan lebih tebal hal ini penting sekali dalm pertunjukkan tari, karena untuk memperkuat garis-garis ekspresi dan menambah daya tarik pemampilan. Maka tata rias merupakan hal penting dalam pertunjukkan tari karena membantu penari untuk membedakan karakter. Tata rias yang digunakan penari putrid dalam tari Melinting adalah rias cantik. Pada prinsipnya rias wajah pada tari Melinting adalah untuk membuat wajah cerah dan terlihat cantik, sementara untuk penari putera hanya menggunakan bedak untuk alas dari rias wajah. d. Tata busana. Busana tari tidak sama dengan pakaian sehari-hari. Fungsi fisik busana adalah sebagai penutup dan pelindung tubuh, sedangtkan fungsi sttiknya merupakan unsure keindahan dan keserasian bagi tubuh penari. Fungsi busana juga tidak jauh berbeda dengan tata rias, yaitu mendukung tema atas isi dan memperjelas peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Dalam perkembangannya, pakaian tari telah disesuaikan dengan kebutuhan tari tersebut. Busana tari yang baik tidak hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat mendukung penampilan tari. Busana tari dipergunakan untuk melukiskan sesuatu oleh penciptanya dan dipakai oleh penarinya dan tidak terlepas pemilihan nilai terhadap warna, garis dan bentuk. Maka, tata busana selain untuk memperkuat peranan, pemilihan warna, garis dan bentuk, juga bias mendalami kejiwaan seni tari, serta akan memberi suasana yang dimaksudkan. Dalam tari Melinting, busana yang digunakan penari putrid adalah siger bercadar bunga pandan Subang, kalung buah jukum, gelang kano, bulu seretei, gelang rui sesapurhanda, tapis, dan jungsarat. Adapun busana penari putra adalah kopiah emas, kembang melur bunga pandan, buah jukum, jungsarat, papan jajar, bulu seretei, sesapur handap, injang tuppal, celana reluk belanga, lengan tanpa aksesoris, dan telapak kaki tanpa alas dan kaos kaki. e.Tempat pertunjukkan. Tempat pertukkan adalah tempat yang digunakan untuk mempergelarkan suatu pertunjukkan atau pementasan. Tempat pertujukkan dapat berupa panggung proscenium, yaitu tempat pertunjukkan yang hanya dapat dilihat satu arah atau dari depan. Adapun bentuk-bentuk arena pertunjukkan antara lain arena sentral, tapal kuda, dan setengah lingkaran (arena terbuka). Tempat pertunjukkan yang berbentuk arena sentral biasanya tempat yang digunakan untuk pentas yang berada ditengah penonton. Pada tempat pentas bentuk tapak kuda, penonton berada di depan, serta di samping kanan dan kiri tempat pertunjukkan. Adapun bentuk setengah lingkaran (arena terbuka), antara penonto dengan tempat pertunjukkan biasanya disekat oleh pembatas. Tari Melinting dipentaskan di tempat upacara adat yang sedang berlangsung atau bisa juga di tempat pertunjukkan lainnya, baik berupa panggung proscenium, arena sentral, tapal kuda maupun setengah lingkaran. f. Properti. Properti adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum dan perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari. Property adalah semua peralatan yang dipergunakan untu kebutuhan suatu penampilan tataan tari atau koreografi. Propreti adalah alatalat yang dibawa dan digunakan penari sebagai pelengkap sesuai tuntutan tari tersebut. Properti yang digunakan oleh penari putrid dan putra pada tari Melinting adalah kipas yang dipegang di kiri kanan tangan penari.

Notes: Untuk uraian lebih rinci mengenai tari Melinting yang meliputi makna tari, urutan penyajian tari, uraian ragam gerak penari putra dan penari putrid, jumlah hitungan, dan pola lantai dapat dilihat pada bagian lampiran yang merupakan Deskripsi Tari Melinting yang disusun oleh Taman Budaya Provinsi Lampung.

10 Alat Musik Tradisional Lampung Alat Musik Tradisional Lampung meliputi: Cetik (Kulintang Pekhing), Akordion atau Harmonium, Gambus lunik atau Gambus anak buha, Gendang, Gamolan, Kompang / Khaddap, Kerenceng atau Terbangan, Membling, Sekhdap Bekhdah, dan Serdam.

1. Gambus lunik atau Gambus anak buha

sedotin.com

Alat musik Gambus adalah alat musik tradisional yang dimana penyebarannya berkaitan dengan penyebaran ajaran agama Islam di Nusantara. Namun dalam perkembangannya, penggunaan alat musik Gambus ini dipergunakan dengan syair berbahasa Melayu, bahkan dilengkapi juga dengan instrument lainnya. Di Lampung sendiri, alat musik Gambus ini dikenal dengan nama Gambus Lunik atau Anak Buha yang merupakan jenis alat musik kordofon yang cara memainkannya dengan cara dipetik.

2. Gamolan

Gamolan hampir mirip dengan alat musik gamelan yang berasal dari daerah Jawa. Hanya saja Gamolan yang berada di Lampung ini terbuat dari susunan-susunan bambu yang kemudian diikat dengan tali senar yang cara pembuatannya dengan rancangan khusus. Gamolan di Lampung ada yang disebut Gamolan Pekhing dan ada juga yang menyebutnya dengan sebutan Gamolan Cetik. Gamolan ini memainkannya dengan cara dipukul seperti gamelan. Biasanya gamolan ini alat musik yang dimainkan ketika diadakan pada saat pelaksanaan acara-acara adat tertentu di Provinsi Lampung. Sejak abad ke 4 masehi alat musik khas Lampung ini sudah ada, akan tetapi sampai dengan saat ini masih banyak masyarakat Lampung yang tidak mengetahui apa alat musik tradisional Gamolan ini. Seorang peneliti kewarga negaraan Australia tertarik untuk meneliti alat musik tradisional lampung ini. Menurutnya gamolan alat musik tradisional lampung ini sudah ada dan lebih tua dari gamelan. Hal ini dibuktkan dengan adanya penemuan gambar gamolan pada relief candi Borobudur. Gamolan modern yang dapat ditemui di Way Kanan dan Lampung Barat, mempunyai perbedaan dibandingkan dengan gamolan yang sudah kuno. Gamolan kuno terdiri dari delapan bilah bambu yang sejajar di atas satu bongkah bulat bambu yang besarnya sekitar lengan orang dewasa. Masing-masing delapan bilah bambu mewakili untuk delapan tangga nada, yaitu do re mi fa so la si do. Sementara, gamolan modern hanya terdiri dari tujuh bilah bambu yang mewakili tujuh tangga nada. Tangga nada yang hilang ada satu yaitu tanga nada fa.

3. Kompang atau Khaddap

semuatentangprovinsi .blogspot.co.id

Kompang adalah sejenis alat musik tradisional yang termasuk dalam kategori jenis musik gendang. Kulit kompang biasanya dibuat dari kulit kambing. Alat musik ini berasal dari Negri Arab, ada juga yang berpendapat bahwa kompang alat musik tradisional lampung ini berasal dari Parsi yang digunakan untuk menyambut datangnya Rasulullah S.A.W. pada waktu itu. Kompang terdiri dari berbagai macam ukuran. Ada yang berukuran biasa garis pusat sepanjang 22.5 cm, 25 cm, 27.5 cm dan juga ada yang mencapai 35 cm. Kompang dimainkan dengan cara beregu dalam posisi duduk, berdiri atau sambil berjalan. Kompang dimainkan dengan memakai kedua belah tangan. Sebelah tangan untuk memegang kompang, dan sebelah tangan lainnya memukul kompang. Dalam permainan kompang terdapat tiga rentak, yaitu rentak kencet, rentak biasa, dan rentak sepulih. Rentak yang sering dimainkan ialah rentak biasa. Rentak kencet adalah rentak di tengah-tengah pukulan, yang seolah-olah terhenti seketika. Sedangkan rentak sepulih dimainkan untuk kembali ke rentak lagu pertama.

4. Kerenceng atau Terbangan

semuatentangprovinsi .blogspot.co.id

Kerenceng atau terbangan ini adalah alat musik tradisional Lampung yang dibuat dari kayu dan kulit kambing. Alat musik ini dilengkapi dengan helaian rotan yang digunakan untuk mengencangkan kulit kambing agar suaranya lebih nyaring. Alat musik ini biasanya dipergunakan untuk mengiringi vokal, baik dalam acara ngarak atau ngiring (buharak) dalam bentuk tabuh lama (butabuh) dan diiringi lagu-lagu dalam tabuh baru (diperbaru).

5. Sekhdap dan Bekhdah

khazanah.republika.co .id

Alat musik ini hampir sama dengan Kerenceng atau Terbangan, hanya saja alat musik tradisional lampung yang satu ini memiliki ukuran lebih besar bahkan ukurannya ada yang mencapai diameter 100 cm.

6. Serdam

semuatentangprovinsi .blogspot.co.id

Serdam merupakan alat musik tradisional lampung dengan cara memainkannya ditiup seperti suling yang terbuat dari bambu tipis dengan lubang empat 4, 3 di atas dan 1 di bawah, dudukan tiup di ujung dengan proses persilangan udara pada kulit bambu.

7. Cetik (Kulintang Pekhing)

semuatentangprovinsi .blogspot.co.id

Cetik atau Kulintang Pekhing adalah alat musik yang terbuat dari betung atau bambu besar, lebih baik bambu yang digunakan telah berumur 6 (enam) tahun dan sudah mati (Lpg : mati temegi). Ruas bambu dibelah dengan ukuran 5 x 30 cm, sedangkan untuk dudukannya (rancak) diberi besar lubang dengan lebar 7 sampai 10 cm dan panjang 45 cm.

8. Akordion atau Harmonium

budaya-indonesia.org

Alat musik tradisional lampung ini terbuat dari logam. Harmoniumnya terbuat dari bahan kayu, kawat, kulit, dan beludru. Alat musik seperti orgel kamar atau orgel kecil ini, cara memainkannya dengan menekan tombol pembuka lidah-lidah yang bergetar dikarenakan angin yang dipompa. Harmonium tersebut merupakan bagian dari orkes gambus yang dimainkan bersama rebab dan biola.

9. Membling

gpswisataindonesia.w ordpress.com

Alat musik tradisional lampung ini terbuat dari kayu. Membling adalah alat musik petik yang berjenis lut berdawai dua. Bentuk membling mirip dengan kulcapi Batak atau hasapi. Pada bagian ujung alat musik ini dihiasi dengan fitur manusia memakai peci / kopiah dalam posisi jongkok. Membling dimainkan secara sendiri sebagai suatu sarana untuk mengungkapkan perasaan hati.

10. Gendang

ilmuseni.com

Alat musik tradisional lampung ini terbuat dari kayu dan kulit binatang. kulit binatang yang biasa di gunakan adalah kambing, sapi atau kerbau. Gendang berkepala ganda yang berbentuk konikal (bagian atas besar dan mengecil di bagian bawah) ini dimainkan bersama kulintang dan dua gong untuk mengiringi pencak silat. Dalam perangkat musik kulintang, gendang berfungsi sebagai pimpinan irama.

Senjata Tradisional Provinsi Lampung yang dikenal antara lain pedang, keris, payan(tombak), badik. Pada zaman dahulu, di tanah Lampung terdapat kerjaan Tulang Bawang. Tentu saja sebagai kerjaan pasti memiliki berbagai senjata baik sebagai senjata untuk berperang atau sebagai pusaka kerajaan yang memiliki berbagai fungsinya. Senjata-senjata tradisional Lampung diatas dipengaruhi dengan senjata yang ada di kerjaan pulau Jawa maupun senjata tradisional Melayu. Berikut ini beberapa senjata tradisional Lampung :

1. Badik Lampung

tradisikita.my.id

Badik adalah senjata tradisional yang dapat ditemui di beberapa wilayah di Indonesia diantaranya yaitu Lampung dan Sulawesi Selatan. Badik yang ada di Lampung ataupun di Sulawesi memiliki bentuk yang sama, akan tetapi belum diketahui secara pasti asal badik tersebut. Hanya saja ada sangkaan bahwa rakyat Goa Sulawesi Selatanlah yang membawa juga mengenalkan badik ke KerjaanTulang Bawang Lampung. Berdasarkan ukuran badik, badik Lampung ini dibedakan menjadi 2, yaitu badik siwokh yang memiliki panjang bilah lebih dari 12 cm serta lebar lebih dari 2 cm dan badik kecil berukuran bilah 11 cm dan lebar sekitar 2 cm. Banyak terdapat jenis-jenis badik asal Lampung. Contohnnya Palembang Capit, badik Bugis, Siwak, Tumbuk Lada, Kelinggi, Pagar Dewa.

2. Keris Lampung

tradisikita.my.id

Senjata tradisional Keris di Lampung disebut dengan punduk/tekhapang. Keris yang ada di Lampung ini sangat dipengaruhi kebudayaan kerjaan di Pulau Jawa dan luar Jawa. Untuk keris yang dipengaruhi kerajaan Sriwijaya biasanya mempunyai gagang dengan ukiran yang lebih halus. Sedangkan keris yang dipengaruhi Melayu atau kerjaan Goa biasanya memmpunyai gagang yang lebih sederhana. Keris Lampung yang asli di zaman dahulu kebanyakan bilahnya dipesan pada kerajan Jawa dan luar Jawa tetapi untuk gagangnya umumnya memiliki ciri tersendiri berupa burung garuda. Gagang ini dibuat dari kayu kemuning, perak, emas.

3. Tombak Lampung

tradisikita.my.id

Tombak dalam bahasa daerah Lampung disebut dengan Payan. Berdasarkan dari bentuknya, senjata tradisional lampung ini dapat digolongkan menjadi dua bentuk yaitu: 1. Tombak Payan (Payan Kejang) 2. Tombak Pendek (Payan Buntak atau Linggis)

Perbedaan bentuk tombak ada dua yaitu tombak panjang dan tombak pendek, yang dimaksud tombak panjang yaitu tombak yang mempunyai gagang yang terbuat dari kayu berukuran tidak lebih dari 150 cm, sedangkan mata tombaknya berukuran sama seperti jenis tombak pendek yaitu mencapai 34-40 cm. Sedang yang dimaksud dengan tombak pendek yaitu tombak yang panjang gagangnya tidak lebih dari 90 cm. jenis tombak yang terakhir ini termasuk tombak yang langka, karena umumnya berkualitas sangat tinggi, yang terkadang diberi bulu ekor kuda yang disebut dengan sebutan tunggul. Mata Tombaknya mirip dengan keris yaitu memiliki pamor juga berlapis. Banyak tombak Lampung ini percayai memiliki kekuaan magis, apalagi jika tombak tersebut termasuk benda pusaka warisan dari leluhur. Biasanya tombak yang seperti ini dilengkapi dengan sarung untuk menutupi mata tombaknya, sedangkan tombak yang tidak memiliki kekuatan magis, umumnya tidak dilengkapi dengan sarung (wrangka/sakhung, lampung). Setelah membaca dan mengetahui Alat Musik Tradisional Lampung dan Macam Senjata Tradisiona Provinsi Lampung, kamu juga bisa menambah ilmu pengetahuan kamu dengan membaca juga Alat Musik Tradisional Sumatera Selatan

Upacara Adat Lampung

Upacara Adat Lampung

1. Upacara Adat Perkawinan Lampung Masyarakat Lampung memiliki tradisi yang unik dalam permasalahan perkawinan. Tradisi tersebut tidak hanya pada resepsi perhelatan perkawinan saja, tapi merupakan sistem perkawinan secara keselutuhan. Dalam hal perkawinan yang telah diteradatkan di Paksi Bejalan Di Way Sekala Bekhak ada 4 jenis Status Perkawinan, yaitu: a. Djujor (Nyakak / Matudau) Djujor adalah dimana Muli (gadis) yang diambil oleh Mekhanai (bujang) untuk menjadi istrinya, maka sang Mekhanai dan Keluarganya harus menyerahkan/membayar Uang Adat (Bandi Lunik) kepada ahli / wali si Muli berdasarkan permintaan dari ahli Keluarga si Muli. Sedangkan permintaaan si Muli kepada sang Mekhanai disebut Kiluan juga harus dibayar/dipenuhi oleh sang Mekhanai Kiluan yang menjadi hak si Muli. Dalam Pelaksanaanya sistem Nyakak atau Matudau ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 

Cara Sabambangan : Cara ini si Muli dilarikan oleh mekhanai dari rumahnya dibawa rumah adat atau rumah si bujang. Biasanya pertama kali sampai si gadis ditempat sibujang dinaikan kerumah kepala adat atau jukhagan baru di bawa pulang kerumahnya oleh keluarga si bujang. Ciri bahwa si gadis nyakak/mentudau si gadis meletakkan surat yang isinya memberitahu orang tuanya kepergiannya Nyakak atau mentudau dengan seorang bujang (dituliskan Namanya), keluarganya, kepenyimbangannya serta untuk menjadi istri keberapa, selain itu meninggalakan uang pengepik atau pengluah yang tidak ditentukan besarnya, hanya kadang-kadang besarnya uang pengepik dijadikan ukuran untuk menentukan ukuran uang jujur (bandi lunik). Surat dan uang diletakkan ditempat tersembunyi oleh si gadis. Setelah gadis sampai di tempat keluarga si bujang, kepala adat pihak si bujang memerintahkan orang-orang adat yang sudah menjadi tugasnya untuk memberi kabar secara resmi kepada pihak keluarga si gadis bahwa anak gadisnya yang hilang telah berada di kelurga mereka dengan tujuan untuk dipersuntung oleh salah satu bujang anggota mereka.mereka yang memberitahu ini membawa tanda-tanda mengaku salah bersalah ada yang menyerahkan Kris, Badik dan ada juga dengan tanda Mengajak pesahabatan (Ngangasan, Rokok, Gula, Kelapa,dsb) acara ini disebut Ngebeni Pandai atau Ngebekhi tahu. Sesudah itu berarti terbuka luang untuk mengadakan perundingan secara adat guna menyelesaikan kedua pasangan itu. Segala ketentuan adat dilaksankan sampai ditemukan titik kemufakatan, kewajiban, pihak bujang pula membayar uang penggalang sila ke pihak adat si gadis.



Cara tekahang (sakicik Betik) : cara ini dilakukan terang-terangan. Keluarga bujang melamar langsung si gadis setelah mendapat laporan dari pihak bujang bahwa dia dan si gadis saling setuju untuk mendirikan rumah tangga pertemuan lamaran antara pihak bujang dan si gadis apabila telah mendapat kecocokan menentukan tanggal pernikahan tempat pernikahan uang djujor, uang pengeni jama hulun tuha bandi balak (Mas Kawin), bagaimana caranya penjemputan, kapan di jempu dan lain-lain. Yang berhungan dengan kelancaran upacara pernikahan. Biasanya saat menjemput pihak keluarga lelaki menjemput dan si gadis mengantar. Setelah sampai ditempat sibujang, pengantin putri dinaikan kerumah kepala adat/ jukhagan, baru di bawa pulang ketempat si bujang. Sesudah itu dilangsungkan acara keramaian yang sudah dirancanakan. Dalam system kawin tekhang ini uang pengepik, surat pemberian dan ngebekhitahu tidak ada, yang penting diingat dalam system dalam nyakak atau mentudau kewajiban pihak pengantin pria adalah :

1. Mengeluarkan uang jujur (bandi Lunik) yang diberitahukan kepada pihak pengantin wanita. 2. Pengantin membayar kontan mas kawin mahar (Bandi Balak). Kepada si gadis yang sesuai dengan kemufakatan si gadis dengan sibujang.keluarga pihak pria membayar uang penggalang sila”Kepada kelompok adat si gadis 3. mengeluarkan Jajulang / Katil yang berisi kue-kue (24 macam kue adat) kepada keluarga si gadis jajulang/katil ini duhulu ada 3 buah yaitu : Katil penetuh Bukha Katil Gukhu Ngaji Katil Kuakha Sekarang keadaan ekonomi yang susah katil cukup satu. 4. Ajang yaitu nasi dangan lauk pauknya sebagai kawan katil. Memberi gelar / Adok kepada kedua pengantin sesuai dengan strata pengantin pria, sedangkan dari pihak gadis memberi barang berupa pakaian, alat tidur, alat dapur, alat kosmetik, dan lain sebagainya. Barang ini disebut sesan atau benatok, Benatok ini dapat diserahkan pada saat manjau pedom sedangkan pada system sebambangan dibawa pada saat menjemput, pada system tekhang kadang-kadang dibawa belakangan. b. Cambokh Sumbay / Semanda Lepas Sistem perkawinan Cambokh Sumbay disebut juga Perkawianan semanda, yang sebenarnya adalah bentuk perkawinan yang calo suami calon suami tidak mengeluarkan jujur (Bandi lunik) kepada pihak isteri, sang pria setelah melaksanakan akad nikah melepaskan hak dan tanggung jawabnya terhadap keluarganya sendiri dia bertanggung jawab dan berkewajiban mengurus dan melaksankan tugas-tugas di pihak isteri. Hal ini sesuai dengan apa yang di kemukakan Prof. Hi. Hilman Hadi kusuma, : Perkawinan semanda adalah bentuk perkawinan tanpa membayar jujur dari pihak pria kepad pihak wanita, setelah perkawinan harus menetap dipihak kerabat istri atau bertanggung jawab meneruskan keturunan wanita di pihak isteri” (Prof. Hi. Hilman Hadi kusuma,1990:82) Di masyarakat Lampung saibatin kawin semanda (Cambokh Sumbay) ini ada beberapa macam sesuai dengan perjanjian sewaktu akad nikah antara calon suami dan calon isteri atau pihak keluarga pengantin wanita. Dalam perkawinan semanda/ Cambokh sumbay yang perlu diingat adalah pihak isteri harus mengeluarkan pemberian kepada pihak keluarga pria berupa : 1. Memberikan Katil atau Jajulang kepada pihak pengantin pria 2. Ajang dengan lauk-pauknya sebagai kawan katil. 3. Memberikan seperangkat pakaian untuk pengantin pria. 4. Memberi gelar/adok sesuai dengan strata pengantin wanita. Sedangkan Bandi lunik atau jujur tidak ada sedangkan Bandi Balak atau maskawin dapat tidak kontan (Hutang). Pelunasannya etelah sang suami mampu membayarnya. Termasuk uang penggalang Silapun tidak ada, Selain dari kedua system perkawinan diatas ada satu system perkawinan yang banyak dilakukan oleh banyak orang pada era sekarang. Akan tetapi bukan yang diakui oleh adat justru menentang atau berlawanan dengan adat system ini adalah “Sistem Kawin Lari atau kawin Mid Naib” Sistem perkawinan ini maksudnya adalah lari menghindari adat, Lari dimaksud disini tidak sama denga Sebambangan,

Karena sebambangan lari di bawa ke badan hokum adat atau penyimbang, sedangkan kawin lari ini adalah si gadis melarikan bujang ke badan huku agama islam yaitu Naib (KUA) untuk meminta di nikahkan, masalh adat tidak disinggung-singgung, penyelesaian kawin seperti ini tidak ada yang bertanggung jawab secara adat, sebab kadang-kadang keluarga tidak tahu menahu, penyelesaian secara adat biasanya setelah akad nikah berlangsung apabila kedua belah pihak ada kecocokan masalah adatnya, antara siapa yang berhak anatara keduanya perempuan Nyakak/mentudau atau sang pria Cambokh Sumbay /Semanda. Kawin lari seperti ini sering dilakukan karena antara kedua belah pihak tidak ada kecocokan dikarnakan beberapa hal diantaranya : 

Sang Bujang belum mampu untuk berkeluarga sedangkan si Gadis mendesak harus di nikahkan secepatnya karena ada hal yang memberatkan Si gadis.



Kawin lari semacam ini dilakukan karena keterbatasan Biaya, apabila perkawinan ini dilakukan secara adat atau dapat pula di simpulkan untuk menghemat biaya.

Macam-macam sitem perkawinan Cambokh Sumbay/Semanda : 1. Cambokh Sumabay Mati manuk Mati Tungu, Lepas Tegi Lepas Asakh. Cambokh Sumbay seperti ini merupaka cambokh sumbay yang murni karene Sang Pria datang hanya membawa pakaian saja, segala biaya pernikahan titanggung oleh si Gadis, anak keturunan dan harta perolehan bersama milik isteri sang pria hanya membantu saja, apabila terjadi perceraian maka semua anak, harta perolehan bersama milik sang isteri, suami tidak dapat apa. 2. Cambokh Sumbay Ikhing Beli, cara semacam ini dilakukan karena Sang Bujang tidak mampu membayar jujur (Bandi Lunik) yang diminta sang Gadis, pada hal Sang Bujang telah Melarika Sang Gadis secara nyakak mentudau, selam Sang Bujang belum mampu membayar jujur (Bandi Lunik) dinyatakan belum bebas dari Cambokh Sumabay yang dilakukannya. Apabila Sang Bujang sudah membayar Jujur (Bandi Lunik) barulah dilakukan acara adat dipihak Sang Bujang 3. Cambokh Sumbay Ngebabang, Bentuk ini dikakukan karena sebenarnya keluarga sigadis tidak akan mengambil bujang. Atau tidak akan memasukkan orang lain kedalam keluarga adat mereka, akan tetapi karena terpaksa sementara masih ada keberatan –kebneratan untuk melepas Si Gadis Nyakak atau mentudau ketempat orang lain, maka di adakan perundingan cambokh sumbay Ngebabang, cambokh Sumaby ini bersyarat, umpanya batas waktu cambokh sumbay berakhir setelah yang menjadi keberatan pihak si gadis berakhir, Contoh : Seorang Gadis Anak tertua, ibunya sudah tiada bapaknya kawin lagi, sedangkan adik laki yang akan mewarisi tahta masih kecil, maka gadis tersebut mengambil bujang dengan cara Cambokh Sumabay Ngebabang, berakhirnya masa cambokh sumbay ini setelah adaik laki-laki tadi berkeluarga. 4. Cambokh Sumbay Tunggang Putawok atau Sai Iwa khua Penyesuk, Cara semacam ini dikarenakan antara pihak keluarga Sang Bujang dan Sang Wanita merasa keberatan untuk melepaskan anak mereka masing-masing. Sedangkan perkawinan ini tidak dapat di hindarkan, maka dilakukan permusyawaratan denga system Cambokh sumbay Say Iwa khua penyesuk cambokh sumabi ini berarti “ Sang pria bertanggung jawab pada keluarga isteri dengan tidak melepaskan tanggung jawab pada keluarganya sendiri, demikian pula halnya dengan Sang Gadis, Kadang kala sang wanita menetap di tempat sang suami 5. Cambokh Sumbay Khaja-Kaja, ini merupakan bentuk yang paling unik diantara cambokh sumabay lainnya karena menurut adat Lampung Saibatin, Raja tidak boleh Cambokh Sumbay, ini terjadi Cambokh Sumbay karena Seorang anak Tua yang harus mewarisi tahta keluarganya Cambokh Sumbay kepada Seorang Gadis yang juga kuat kedudukan dalam adatnya, dan Sang Gadis tidak akan di izinkan untuk pergi ketempat orang lain. Untuk wadah dan sarana makanan dalam pesta perkawinan adapt lampung sai batin penulis belum bisa menyelesaikannya karena narasumber (Raja Perbasa – Kedondong Kab. Pesawaran) sudah meninggal dunia pada saat penulis belum selesai menuliskan artikel ini dan penulis belum mendapatkan sumbersumber yang lebih akurat.

2. UPACARA NAYUH/TAYUHAN

Nayuh adalah saat acara adat atau perayaan yang dilaksanakan oleh keluarga besar. Selain Pernikahan, Tayuhan juga dihelat saat khitanan anak, mendirikan rumah, pesta panen dan Nettah Adoq. Sebelum dilaksanakan Tayuhan dan Pangan maka lebih dahulu dilaksanakan rapat keluarga atau rapat adat yang membahas tentang Tayuhan yang dinamakan Himpun. Pada saat Nayuh inilah baru dipertunjukkan penggunaan perangkat serta alat-alat adat berupa piranti adat di atas [di lamban] maupun piranti adat di bah [arak arakan] yang pemakaiannya disesuaikan dengan ketentuan adat yang belaku. Penggunaan Piranti ini disesuaikan dengan status Adoq atau Gelar Adat yang disandang. Untuk persiapan Nayuh biasanya Keluarga besar akan memikul bersama kebutuhan bersama si empunya Tayuhan yaitu dalam menyiapkan peralatan dan bahan bahan yang diperlukan. Bahan bahan yang dimaksud seperti: 

Tandang Bulung



Kecambai



Nyani Buwak



Nyekhallai Siwok



Khambak Bebukha



Begulai

Selain hal tersebut diatas, Keluarga besar dan khalayak dari pihak Baya maupun Kuakhi juga memberikan bantuan berupa bahan bahan mentah yang disebut juga Setukhuk atau berupa bahan makanan yang sudah dimasak dan siap hidang yang disebut Ngejappang.

3. UPACARA GAWI Setiap daerah memiliki tradisi, dan setiap tradisi pasti menyisakan ceritanya sendiri. Upacara perayaan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tak terkecuali di Lampung. Upacara Adat Lampung untuk merayakan ritual kehidupan, baik merayakan kelahiran, menjelang pernikahan atau momen lainnya dalam kehidupan. Salah satu tujuan dari upacara adat ini adalah sebagai bentuk syukur atas segala nikmat dari Yang Kuasa. Upacara Gawi biasanya digelar masyarakat yang mempunyai ekonomi yang sudah mapan karena membutuhkan biaya yang cukup banyak

4. UPACARA KELAHIRAN LAMPUNG Upacara Jenis ini dilaksanakan sesuai dengan kehidupan sehari hari dalam setiap transformasi kehidupan, sejak seseorang dalam kandungan sampai akhir hayat seseorang. a. Masa Kehamilan Kukhuk Limau/Belangekh Upacara ini dilaksanakan saat masa kehamilan berumur lima bulan. Ngekhuang Kaminduan Upacara ini dilaksanakan saat masa kehamilan berumur lima bulan. b. Masa Kelahiran Teppuk Pusokh/Salai Tabui/Salin Khah/Nyilih Dakhah Upacara ini dilaksanakan setelah kelahiran bayi umur sehari, caranya adalah dengan membersihkan dan menanam ari ari sang bayi. Betebus

Upacara ini dilaksanakan saat bayi berumur tujuh hari, dimaksudkan untuk mendoakan bayi dan menebus bayi dari dukun bersalin yang telah merawat bayi dari kandungan sampai membantu kelahirannya. Becukokh Upacara ini dilaksanakan saat bayi berumur empat puluh hari yaitu mencukur rambut bayi untuk pertama kalinya dan dalam acara ini juga dilaksanakan Aqiqahan. Ngekuk/Ngebuyu/Mahau Manuk Upacara ini dilaksanakan saat bayi berusia tiga bulan disaat bayi telah diberi makanan tambahan. c. Masa Kanak Kanak Besunat Dikenal juga istilah mandi pagi, khitanan bagi anak laki laki Ngantak Sanak Ngaji Dilaksanakan saat seorang anak mulai belajar mengaji d. Masa Dewasa Kukhuk Mekhanai Saat dimana seorang remaja pria telah memasuki masa akil balikh Nyakakko Akkos Upacara ini dilakukan bagi remaja perempuan, dalam kesempatan ini juga dilakukan acara busepi yaitu meratakan gigidengan menggunakan asahan yang halus. Nettah Adoq/Cakak Pepadun Cakak Pepadun dilaksanakan pada saat Pernikahan Sultan [Tayuh Saibatin], dalam upacara ini juga ditahbiskan Gelar Adat seseorang [Nettah Adoq]. Namun demikian Nettah Adoq dilakukan dalam setiap pernikahan bukan hanya Tayuh Saibatin saja.

5. UPACARA-UPACARA YANG BERSIFAT SAKRAL DI LAMPUNG Upacara Adat Yang Bersifat Sakral Upacara jenis ini lebih berhubungan dengan kepercayaan, alur transendental dan aura mistis. Upacara dan Ritual jenis ini diantaranya: Upacara Ngebabali Upacara jenis ini dilaksanakan saat membuka huma atau perladangan baru disaat membersihkan lahan untuk ditanami atau pada saat mendirikan rumah dan kediaman yang baru atau juga untuk membersihkan tempat angker yang mempunyai aura gaib jahat. Upacara Ngambabekha Upacara ini dilaksanakan saat hendak Ngusi Pulan [membuka hutan] untuk dijadikan Pemekonan [Perkampungan] dan perkebunan, karena diyakini Pulan Tuha [hutan rimba] memiliki penunggunya sendiri. Upacara ini dilakukan dimaksudkan untuk mengadakan perdamaian dan ungkapan selamat datang agar tidak saling mengganggu. Upacara Ngumbay Lawok Upacara ini adalah ungkapan syukur masyarakat pesisir atas hasil laut dan juga untuk memohon keselamatan kepada sang pencipta agar diberikan keselamatan saat melaut, dalam ritual ini dikorbankan kepala kerbau sebagai simbol pengorbanan dan ungkapan terimakasih kepada laut yang telah memberikan hasil lautnya kepada nelayan. Upacara Ngalahumakha Upacara ini dilaksanakan saat hendak menangkap ikan.

Upacara Belimau Upacara ini dilaksanakan saat memasuki Puasa dibulan suci Ramadhan. Upacara Ngebala Upacara ini dilaksanakan tujuannya sebagai Tulak Bala agar tehindar dari musibah.

Serdam merupakan alat musik tradisional lampung dengan cara memainkannya ditiup seperti suling yang terbuat dari bambu tipis dengan lubang empat 4, 3 di atas dan 1 di bawah, dudukan tiup di ujung dengan proses persilangan udara pada kulit bambu.

Related Documents

Rumah Adat Lampung.docx
November 2019 50
Rumah Adat Papua.docx
April 2020 15
Rumah Adat Nias.docx
December 2019 26
Makalah Rumah Adat Ntt.docx
November 2019 36
Rumah Adat Papua.docx
April 2020 28
Rumah Adat Sunda.docx
June 2020 23

More Documents from "praaatiwi"

M1.docx
July 2020 52
0478_s18_qp_11.pdf
July 2020 41
November 2019 21
709 R01 List.txt
November 2019 36