Rubella Dalam Kehamilan.docx

  • Uploaded by: Ratih Suhendra
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rubella Dalam Kehamilan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,270
  • Pages: 4
RUBELLA DALAM KEHAMILAN I. Pengertian Rubella merupakan penyakit kulit yang bisa menyebabkan lesi makulopapular. Apabila virus rubella terjadi pada perempuan hamil, bisa terjadi keguguran atau janin meninggal di dalam kandungan, paling tidak, bayi lahir dengan cacat kongenital. Rubella, dikenal juga dengan cacar jerman atau cacar 3 hari, merupakan infeksi virus yang dijangkitkan oleh droplet (misalnya, droplet dari bersin orang yang terinfeksi). Demam, ruam dan lymphedemia ringan biasanya terlihat pada ibu yang terinfeksi. Konsekuensi pada janin lebih serius dan mencakup keguguran, anomali bawaan (mengacu pada sindrom rubella bawaan) dan kematian. Vaksinasi wanita hamil bersifat kontraindikasi karena infeksi rubella dapat berkembang setelah vaksinasi dilakukan sebagai bagian dari konsultasi prekonsepsional, vaksin rubella diberikan kepada wanita yang tidak kebak terhadap rubella dan mereka dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi selama paling tidak 3 bulan setelah vaksinasi. II. Etiologi Virus ini pertamakali ditemukan di Amerika pada tahun 1966, Rubella pernah menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet. Periode inkubasinya adalah sekitar 14 - 21 hari. III. Patofisiologi Virus rubella akan merangsang tubuh untuk menghasilkan IgM dan IgG. Setelah minggu ke 14 kehamilan, akan ditemukan IgM dan IgG dalam tubuh janin. Virus akan merusak sel janin dan menghambat serta mengganggu proses organogenesis. Akibat yang di timbulkan akan berbeda pada setiap usia kehamilan. Usia kehamilan

Kelainan

1. 2 minggu hingga 1 bulan

: 50% terjadi aborsi

2. 4 sampai 6 minggu

: Kerusakan pada lensa mata

3. 5 sampai 10 minggu

: Katarak

4. 4 sampai 9 minggu

: Kelainan pada jantung

5. 8 sampai 12 minggu

: Deafness

Infeksi terberat terjadi pada trimester pertama dengan lebih dari 85% bayi ikut terinfeksi. Bayi mengalami viraemia, yang menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan perkembangan organ. Janin terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan. Oleh karena itu memiliki resiko yang sangat tinggi untuk mengalami multiple defek yang mempengaruhi mata, system kardiovaskuler, telinga dan system saraf. Aborsi spontan mungkin saja terjadi. Ketulian neurosensori seringkali disebabkan oleh infeksi setelah gestasi 14 minggu dan beresiko kerusakan janin sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir, restriksi pertumbuhan intrauterine biasanya disertai hepatitis, trombositopenia dan penyakit Bayi-bayi ini sangat infeksius dan bisa mengeluarkan virus rubella dari urinenya sampai 12 bulan. Mereka beresiko infeksi silang pada neonatus yang lain sebagaimana ibu hamil. Pengisolasian diperlukan di rumah sakit dan harus dilakukan perawatan intensif di rumah.

IV. Tanda dan Gejala Hand Out ; Siti Suciati, S.Si.T

Page 5

Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak spesifik pada orang dewasa, ditandai dengan cacar-seperti ruam, demam dan infeksi saluran pernapasan atas. Sebagian besar negara saat ini memiliki program vaksin rubella untuk bayi dan wanita usia subur dan hal ini merupakan bagian dari screening prakonsepsi. Ibu hamil secara rutin diperiksa untuk antibody rubella dan jika tidak memiliki kekebalan akan segera diberikan vaksin rubella pada periode postnatal. Kerusakan yang paling sering terjadi pada janin akibat virus rubella biasanya berhubungan dengan 3 organ, mata, jantung , dan telinga. Akan tetapi masih ada cakupan lain dari akibat yang timbul karena terinfeksi rubella, diantaranya: 1. Sistem saraf pusat : retardasi mantal dan mikrosefalus 2. System kardiovaskuler: Myocarditis, necrosis jaringan 3. Hati: Hepatitis dan jaundice 4. Darah: throbositopenia, Anemi, bone marrow damage 5. Sistem pencernaan : stenosis pylorik 6. Ginjal: nefritis, stenosis arteri renalis 7. Tulang: osteoporosis 8. Paru-paru : phenemonitis 9. Mata: kerusakan retina, gloukouma 10. Umum: IUGR V. Komplikasi Sindrom Rubella Kongenital Rubella merupakan teratogen yang patogen yang poten, dan 80% dari ibu yang mendapatkan infeksi rubella serta ruam dalam usia kehamilan 12 minggu akan mempunyai janin dengan infeksi kongenital. Pada kehamilan minggu ke-13 hingga ke-14 insiden ini besarnya 54%, dan pada akhir trimester dua 25%. Semakin tinggi usia kehamilan, semakin kecil kemungkinan bagi infeksi tersebut untuk menyebabkan malformasi kongenital. Sindrom rubella kongenital mencakup satu atau lebih abnormalitas berikut: 1. Kelainan mata, termasuk katarak, glaukoma, mikroftalmia dan berbagai abnormalitas lainnya. 2. Penyakit jantung, termasuk patent ductus arteriosus defek septum jantung dan stenosis arteri pulmonalis. 3. Cacat pendengaran. 4. Cacat sistem syaraf pusat termasuk meningoensefalitis. 5. Retardasi pertumbuhan janin. 6. Trombositopenia dan amenia. 7. Hepatosplenomegali dan ikterus. 8. Pneumonitis interstisialis difusa kronis. 9. Perubahan tulang. 10. Abnormalitas kromosom. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital dapat menyebarkan virus selama berbulan-bulan dan dengan demikian merupakan ancaman bagi bayi lainnya, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.

VI. Diagnosis Hand Out ; Siti Suciati, S.Si.T

Page 6

Diagnosis rubella kadang kala sulit ditegakkan. Bahkan hanya gambaran klinisnya yang serupa dengan penyakit lain, namun juga kasus-kasus subklinis dengan viremia dan infeksi pada embrio serta janin tidak terdapat. Tidak adanya antibodi terhadap rubella menunjukan defisiensi imunitas. Adanya antibodi menandakan adanya respon imun terhadap viremia rubella, yang mungkin sudah diperoleh di suatu tempat sejak beberapa minggu atau bertahun-tahun sebelumnya. Jika antibodi rubella maternal terlihat pada saat terpapar rubella atau sebelumnya, maka kekhawatiran ibu bisa dikurangi karena kemungkinan janin terkena infeksi tersebut sangat kecil. Orang yang tidak kebal dan mendapat viremia rubella akan memperlihatkan titer antibodi yang puncaknya terjadi 1 hingga 2 minggu sesudah dimulainya gejala ruam, atau 2 hingga 3 minggu sesudah onset viremia, mengingat viremia secara klinis terlihat terlebih dahulu sebagai penyakit yang nyata sekitar 1 minggu sebelumnya. Karena itu kecepatan respon antibodi dapat mempersulit serodiagnosis, kecuali jika serum telah diambil terlebih dahulu dalam waktu beberapa hari sesudah dimulainya gejala ruam. Jika misalnya, spesimen pertama diambil 10 hari sesudah ruam, maka deteksi antibodi tidak akan berhasil membedakan diantara kedua kemungkinan ini: 1. Bahwa penyakit yang baru saja terjadi benar-benar rubella. 2. Bahwa penyakit tersebut bukan rubella, namun orang tersebut sudah kebak terhadap rubella. Terlihatnya IgM yang spesifik pada ibu hamil menunjukkan suatu infeksi primer dalam beberapa bulan. Preparat kemoterapeutik atau antibodi yang akan mencegah viremia pada orangorang yang tidak kebal dan terpapar rubella, tidak terdapat. Penggunaan gamma globulin untuk maksud ini tidak dianjurkan. Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan. Pemeriksaan 1. Single radial haemolysis (SHR) test 2. Pemeriksaan serologi 3. Pengambilan culture dari pharynx, dan urine. Jika hasilnya positif itu artinya telah terdapat lebih 15.000 IU/liter atau dengan rasio 1:10, dan artinya pasien tersebut telah memiliki imunitas dan atau telah mendapatkan vaksinasi, jika ketika hamil dilakukan tes ini, dan hasil test kurang dari 1:8, maka wanita tersebut harus mendapatkan vaksin rubella setelah melahirkan.

Prenatal Seorang wanita hamil yang terinfeksi rubella, memiliki resiko yang kecil. Akan tetapi, tergantung pada usia gestasi pada saat terinfeksi, kemungkinan janin beresiko sangat besar untuk mengalami kelainan congenital. Metoda untuk diagnosis dalam rahim meliputi pemeriksaan sample darah janin untuk rubella-spesifik IgM, membalikkan reaksi rantai transkripsi polymerase Hand Out ; Siti Suciati, S.Si.T

Page 7

rubella secara spesifik (RT-PCR), dan isolasi virus dari cairan amnion atau hasil konsepsi. RTPCR dapat mendeteksi kehadiran viral RNA walaupun IgM spesifik virus rubella janin yang dihasilkan oleh sampel darah janin negative. Walaupun tes-tes ini bisa menunjukkan adanya infeksi janin, konseling biasanya berdasarkan pada usia gestasi sehubungan dengan resiko kelainan congenital. Tidak ada pengobatan lain selain terminasi kehamilan jika memungkinkan. Perawatan untuk infeksi maternal akut yang umumnya memiliki gejala. Jarang, pasien yang menderita trombositopenia atau ensefalitis selamat dari glukokortikoid atau transfuse platelet. Imunoglobulin untuk ibu hamil dengan infeksi akut adalah controversial. Lebih jauh lagi, tidak ada data

yang

Hand Out ; Siti Suciati, S.Si.T

menunjukkan

bahwa

immunoglobulin

mencegah

kelainan

janin.

Page 8

Related Documents

Rubella
November 2019 21
Rubella
June 2020 9
Rubella
November 2019 21
Rubella Virus.docx
May 2020 7
Rubella Virus
August 2019 11

More Documents from "Peter Nazeer"