Rokok, Candu, Bir vs Polygyny Jama’i Bismillaahi aktubu, Saya heran dengan suatu kaum yang mencari Motivasi di luar dari Al Qur’an, As Sunnah, Sunnah khulafa ‘Urasyidin, kemudian jalannya Mukminin. Salafush Shalih terbagi 2: 1. Yang hidup di masa khairun naas (manusia terbaik) adalah Shahabat, Tabi’in (pengikut Shahabat) dan Tabi’ut Tabi’in (pengikut Tabi’in). 2. Yang hidup di masa setelah itu. Contoh: Fudhail bin Iyyadh, Hammad bin Salamah, Yusuf bin Asbath, Yahya bin Katsir, Affan, Ahnaf bin Qais, Ishaq bin Ibrahim bin Mukhallad Al Marwazi, Yahya bin Bukair, Abu Ubaid bin Salam, Sufyan Ats Tsauri, Al Auza’i, Az Zuhri, Al Laits bin Sa’ad, Sufyan bin ‘Uyainah, Sahnun, Yunus bin Ubaid, Hasan Al Bashri, Ibn Sirin. Kita tidak boleh berbeda dengan mereka: 1. Karena mereka memang kaum yang terbaik dari seluruh manusia. 2. Karena kita tidak boleh membuat perbedaan-perbedaan baru, selain
yang sudah ada di zaman itu. Syarat-syarat manusia berPolygyny adalah: 1. Mampu secara ekonomi dan mental. 2. Berazam/bertekad untuk melakukannya secara berkeadilan. 3. Berazam/bertekad untuk mengurus keluarga yang sudah eksis dan yang akan eksis. Setiap manusia membutuhkan Motivasi. Dan menikah termasuk cara memotivasi diri sendiri dan pasangannya. Apalagi menikah dalam hubungan Polygyny yang sah. -
- Yang dikatakan oleh Polygyny adalah:
“Polygyny dimaksudkan untuk saling menghormati dan saling menghargai antara suami dan istri-istri.” Pelaku Polygyny menyatakan kepada pasangannya: “Kita harus saling mengisi satu sama lain dan saling memuaskan.” Yang dikatakan oleh sang suami kepada istri-istrinya: ”Saya menyayangi dan melindungi kaummu.” Yang dikatakan oleh istri-istri kepada suaminya: ”Kami rela membagi kaumku untuk antum nikahi dalam pernikahan, dalam pernikahan secara Islami dan tujuannya Islami.” Sedangkan Rokok: Menyebabkan impotensi, maka itu berarti potensi dan performa Jima’nya akan menurun. Sedangkan Candu: Menghabiskan uang, harta dan waktu serta kesehatan di jalan yang menuju kebinasaan. Dan janganlah kalian menyumbangkan itu semua ke dalam kebinasaan. Memang Polygyny: Membelanjakan uang, harta dan waktu serta kesehatan di jalan yang menuju kebahagiaan dan kemajuan. Dan hendaklah kalian menyumbangkan itu semua di dalam jalannya kaum Mukmin. Jadi, sebagaimana kaum yang selalu berusaha menyingkap aib dan mengghibahnya, bahkan membuat desus-desus tentang banyak yang ada dalam Syari’at Islam. Salafiyyah menasehati kaum lain dengan menemui kaum lain tsb terlebih dahulu, dengan tanpa menyebut nama kaum lain tsb, kecuali diperlukan.
Menikah dalam Polygyny secara Islami tujuannya: - Memberikan daya tarik kepada pernikahan. - Merasa tergantung kepadanya. - Menghindari perceraian. - Menghindari Zina. - Bersifat dermawan kepada kaum perempuan. - Menjauhi nikah beda agama, yakni terutama dari antara Muslimah dengan Kaafirun. - Mencari ketenangan, cinta dan kasih sayang dari ayat-ayat Al Qur’an dalam agama Allahu Subhaanahu wa Ta’ala. - Menyesuaikan dengan penciptaan Allahu Ta’ala yang sesuai fithrah dari-Nya dan memanfaatkan Syari’at secara penuh. - Menggunakan kemampuan beriman untuk mengimani yang jujur dan benar (haq) daripada kepada yang Baathil. Kemutlakannya, Keabsolutannya adalah bahwa entah Muslim itu berada dalam petunjuk atau kesesatan yang besar. Juga bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu sesuatu yang berjalan di dalam dadadada dari kaum yang berilmu. Mukmin dapat menggabungkan antara niat yang baik dan pemahaman yang baik dalam Islam. Mukmin senantiasa berusaha menolong sesama dan menolong agama Allahu ’Azza wa Jalla, Ia takut bila Dia tidak akan menolong dia sembari berharap terhadap ampunan-Nya dan penerimaan-Nya terhadap ibadahnya. Yang Masya Allahu laa haula wa laa haula quwwata illa billah. Subhaanallah yang kepunyaannya segala makhluk selain diri-Nya, yang mempunyai banyak sekali keridhaan untuk dianugrahkan kepada makhlukNya, dan yang Maha memiliki Arsy yang sangat besar dan luas serta yang Maha memiliki kalimat-kalimat yang banyak dan luas. Atas kehendak Allah lalu setelah sekian lama, atas kehendak saya dan antum semua. Assalaamu manit taba’al huda (Semoga kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia bagi yang mengikuti petunjuk).
Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh (Semoga kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia, dan kasih sayang dari Allah dan keberkahan dari-Nya agar dicurahkan kepada kalian).