Rks Smanggi 23.docx

  • Uploaded by: alfian restuyudha adji praditya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rks Smanggi 23.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 32,648
  • Pages: 156
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS (RKS TEKNIS)

Nama Kegiatan

: Penataan Bangunan dan Lingkungan

Nama Kegiatan

: Penyusunan DED Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kelurahan Semanggi RW 23

Lokasi Pekerjaan

: Kelurahan Semanggi 23

Tahun Anggaran

: 2019

1

SPESIFIKASI TEKNIS DAFTAR ISI Halaman I. II. III. IV. V. VI. VII. VIII. IX. X. XI. XII. XIII

Spesifikasi Teknis Umum . .............................................................................. ST - 1 Pekerjaan Tanah ............................................................................................. ST - 12 Pekerjaan Beton .............................................................................................. ST - 13 Pekerjaan Pasangan dan Pelesteran ............................................................. ST - 31 Pekerjaan Kayu ............................................................................................... ST - 33 Pekerjaan Drainase ........................................................................................ ST - 36 Pekerjaan Pelapis Dinding dan Lantai ........................................................ ST - 49 Pekerjaan Pengecatan ................................................................................... ST - 51 Pekerjaan Instalasi Air Bersih dan Air Kotor ............................................... ST - 52 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal ............................................................. ST - 53 Pekerjaan Vegetasi .......................................................................................... ST - 56 Pekerjaan Pembersihan ................................................................................... ST - 58 Penutup ............................................................................................................ ST - 59

ST - i

I. SPESIFIKASI TEKNIS UMUM 1.

Pendahuluan Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama-sama dengan gambar-gambar yang keduanya bersama-sama menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus dipadukan dalam konstruksi-konstruksi, yang diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang harus dipakai, harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau material tersebut dijumpai.

2.

Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan akan ditunjukan oleh direksi dan dapat dilihat pada gambargambar rencana terlampir.

3.

Ruang Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar Rencana, Uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis, BOQ dan penjelasan-penjelasan tambahan lainnya yang diberikan. Secara garis besar lingkup pekerjaan ini terdiri dari :

4.

Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya, untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud didalam keseluruhan pekerjaan ini. Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahanbahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan dengan hasil baik. Pekerjaan pembongkaran, pembersihan dan pengamanan dalam tapak daerah pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dan setelah pembangunan Perijinan Setelah kontraktor ditunjuk, bila pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi lain yang berwenang, maka kontraktor yang bersangkutan harus menyelesaikan perijinan tersebut. Direksi, dalam batas-batas kewenangannya, akan membantu untuk menyiapkan surat-surat resminya, tetapi segala biaya yang diperlukan untuk perijinan tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor. Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai apabila perijinan yang diperlukan belum diperoleh. Apabila pada saat melaksanakan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau material yang menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material tersebut akan memerlukan perijinan dan biaya tambahan, maka hal tersebut terlebih dahulu harus didiskusikan dengan direksi untuk mencari jalan keluarnya.

ST - 2

5.

Pekerjaan Sementara Jalan masuk ke lokasi, termasuk pada sarana pelengkap lain seperti jembatan darurat dan sebagainya, yang bersifat sementara harus disiapkan oleh kontraktor. Jika diperlukan jembatan-jembatan darurat maka kontraktor harus merencanakannya dengan lebar minimal 3,50 meter dari kayu yang cukup kuat untuk menahan muatan gandar 5 ton, atau dengan perencanaan yang disetujui oleh pihak direksi. Kontraktor wajib memelihara sarana tersebut dan semua biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor. Pada akhir pekerjaan, atas perintah direksi, segala sarana tersebut kalau tidak dipergunakan lagi harus dibongkar, dirapihkan kembali seperti keadaan semula atau seperti yang disyaratkan oleh direksi. Kontraktor harus membuat saluran-saluran untuk pembuangan semua air bekas dan sisa buangan dari pekerjaan-pekerjaan, termasuk pekerjaan sementara, yang ditimbulkan dimana saja. Cara pembuangan harus tidak merusak lingkungan setempat dan tidak mengganggu pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tanah atau saluran / anak sungai dimana air bekas dan sisa buangan akan dibuang.

6.

Penyediaan Air, Tenaga Listrik dan Lampu Penerangan Alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh kontraktor, termasuk penyediaan peralatan dan perpipaan sementara untuk mengangkut air ke lokasi pekerjaan, sehingga tidak mempengaruhi lancarnya pekerjaan. Biaya untuk keperluan tersebut menjadi tanggungan kontraktor. Kualitas air yang disyaratkan ditentukan pada bagian lain dari spesifikasi teknis ini. Tenaga listrik yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan harus disediakan sendiri oleh kontraktor dengan jenis dan kapasitas yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan harus ada persetujuan dari direksi. Penyediaan tenaga listrik tersebut termasuk pula kabel-kabel, alat-alat pengukur serta fasilitas pengaman yang diperlukan dan lampu-lampu penerangan untuk menjamin lancarnya pelaksanaan pekerjaan.

7.

Gambar Kerja Gambar-gambar rencana untuk pekerjaan ini akan diberikan kepada kontraktor dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen kontrak. Gambargambar tersebut adalah gambar-gambar yang paling akhir setelah diadakan perubahan-perubahan dan merupakan patokan bagi pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi yang berhubungan dengan hal tersebut. Tidak dibenarnya untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antar gambar rencana dan spesifikasi teknis. Apabila ternyata terdapat kesalahan, kekurangan, perbedaan dan hal-hal lain yang meragukan, kontraktor harus mengajukannya kepada direksi secara tertulis, dan direksi akan mengoreksi atau menjelaskan gambar-gambar tersebut untuk kelengkapan yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis. Koreksi akibat penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar rencana akan ditentukan oleh direksi dan disampaikan secara tertulis kepada kontraktor.

ST - 3

Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan gambar kerja (shop drawing) kepada pihak direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap, termasuk perhitungan-perhitungan yang berhubungan dengan gambar tersebut. Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa disimpan di lapangan. Gambar-gambar tersebut harus berada dalam kondisi baik, dapat dibaca dan merupakan hasil revisi terakhir. Kontraktor juga harus menyiapkan gambargambar yang menunjukan perbedaan antara gambar rencana dan gambar kerja. Semua biaya untuk itu menjadi tanggungan kontraktor. 8.

Ukuran - Ukuran Pada dasarnya semua ukuran yang berlaku adalah seperti yang tertera pada gambar rencana. Ukuran-ukuran dalam gambar rencana pada dasarnya adalah ukuran jadi, seperti keadaan selesai. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum didalam gambar rencana dan pelaksanaan/dokumen kontrak tanpa sepengetahuan Pengawas/Pemberi Tugas.

9.

Peralatan Semua peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus disediakan oleh kontraktor. Sebelum suatu tahapan pekerjaan dimulai, kontraktor harus mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tahap pekerjaan tersebut. Penyediaan peralatan ditempat pekerjaan, dan persiapan peralatan pekerjaan harus terlebih dahulu mendapat penelitian dan persetujuan dari direksi. Tanpa persetujuan direksi, kontraktor tidak diperbolehkan untuk memindahkan peralatan yang diperlukan dari lokasi pekerjaan. Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan yang akan mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau diganti hingga direksi menganggap pekerjaan dapat dimulai.

10. Penyediaan Material Kontraktor harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan dalam daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain didalam dokumen kontrak. Untuk material-material yang disediakan oleh direksi, kontraktor harus mengusahakan transportasi dari gudang yang ditentukan ke lokasi pekerjaan. Kontraktor harus memeriksa dahulu material-material tersebut dan harus bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di lokasi pekerjaan. Kontraktor harus mengganti material yang rusak atau kurang akibat oleh cara pengangkutan yang salah atau hilang akibat kelalaian kontraktor. Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak. Nama produsen material dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja, kemampuan, laporan pengujian dan informasi penting lainnya mengenai hal ini harus disediakan bila diminta untuk dipertimbangkan oleh direksi. Bila menurut pendapat direksi hal-hal tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus diganti oleh kontraktor tanpa biaya tambahan.

ST - 4

Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan jadwal waktu untuk pekerjaan lainnya. 11. Syarat Bahan/Material Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak cacat sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara pengambilan contoh menurut standar yang disetujui direksi. Contoh-contoh tersebut harus menggambarkan secara nyata kualitas material yang akan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan. Contoh-contoh yang telah disetujui direksi harus disimpan terpisah dan tidak tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut. Penawaran kontraktor harus sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk pengujian material. Jika dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan harus menggunakan materialmaterial dari jenis atau merk tertentu, maka kontraktor harus meminta petunjuk direksi untuk menentukan jenis atau merk material yang baik dan diperbolehkan untuk digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Kontraktor dapat mengganti dengan produk atau merk lain yang sekurang-kurangnya mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas yang ditentukan oleh direksi. Bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik, dalam pelaksanaannya harus dibawah pengawasan/supervisi Tenaga Akhli yang ditunjuk. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Pengawas/Pemberi Tugas. Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas/Direksi. Bila dianggap perlu, Pengawas/Pemberi Tugas berhak memerintahkan kepada kontraktor untuk membuat komponen jadi (mock up) pada detail-detail hubungan tertentu yang harus diperlihatkan kepada Pengawas/Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuan. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan di uji sesuai dengan standard yang berlaku baik pada pembuatan, maupun pada pelaksanaan dilapangan oleh Kontraktor. 12. Perlindungan Terhadap Cuaca Kontraktor, atas tanggungan sendiri dan dengan persetujuan direksi terlebih dahulu, harus mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak rusak atau berkurang mutunya karena pengaruh cuaca. 13. Lingkup Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan meliputi : a. Mobilisasi dan demobilisasi seluruh pekerjaan, terdiri dari : Mobilisasi Peralatan dan Tenaga Kerja Pembuatan Los Kerja dan gudang bahan Pekerjaan pengukuran, pemasangan patok dan penentuan peil dasar (titik referensi)

ST - 5

-

Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan Pekerjaan perlindungan terhadap konstruksi existing Penyiapan jalan masuk Papan Nama Proyek dan rambu-rambu b. Pelaporan dan Dokumentasi, terdiri dari : Pelaporan Harian dan Mingguan Gambar-gambar Pelaksanaan (as Built Drawing) Dokumentasi

14. Mobilisasi dan Demobilisasi Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah berupa penyedian/pemasukan semua peralatan, tenaga dan perlengkapan proyek (sesuai dengan ayat 13 point a) yang akan diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan di proyek. Setelah pekerjaan selesai, kontraktor harus mengeluarkan kembali semua peralatan dan perlengkapan tersebut dari lokasi pekerjaan kecuali papan nama proyek. 15. Pembuatan Los Kerja dan Gudang Bahan Kontraktor harus membuat/menyewa Los Kerja dan Gudang Bahan. Los Kerja diberi pintu dan jendela kaca dan dilengkapi dengan satu stel meja tulis dilengkapi dengan buku tamu dan buku instruksi serta satu lemari untuk penyimpanan berkas-berkas yang diperlukan. Gudang dibuat sedemikian rupa sehingga keamanan barang-barang terjamin keamanannya. Penyimpanan bahan PC harus sedemikian rupa agar PC tidak mudah/lekas mengeras. Kontraktor harus memelihara kebersihan didalam bangunan-bangunan tersebut. Bila tidak dianjurkan lain oleh Direksi/Pengawas pada saat selesai pekerjaan, semua bangunan-bangunan tersebut diatas harus disingkirkan dan dibersihkan dari lokasi pekerjaan atas biaya Kontraktor. 16. Pengukuran dan Pematokan Kontraktor harus mengerjakan pematokan untuk menentukan kedudukan dan peil bangunan sesuai dengan gambar rencana. Titik ini selanjutnya harus dipindahkan ke salah satu patok yang akan dijadikan titik referensi selanjutnya, yang nantinya akan digunakan untuk mengukur kedalaman galian, peil timbunan, dasar timbunan, dasar pondasi dan lain-lain. Titik referensi/patok ini harus kuat dan tidak boleh berubah / terganggu selama masa pelaksanaan pekerjaan berlangsung. Pekerjaan ini seluruhnya harus mendapat persetujuan direksi terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi dapat melakukan revisi pemasangan patok tersebut bila dipandang perlu. Kontraktor harus mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk direksi. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan patok, kontaktor harus memberitahukan kepada direksi sekurang-kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya, sehingga direksi dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan pengawasan.

ST - 6

Pekerjaan pematokan yang telah selesai, diukur oleh kontraktor untuk mendapat persetujuan direksi. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui direksi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pembayaran pekerjaan. Kontraktor wajib menyediakan alat-alat ukur dengan perlengkapannya, juru ukur serta pekerja lain yang diperlukan oleh direksi untuk melakukan pemeriksaan/pengajuan hasil pengukuran. Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh direksi atau dipasang sendiri oleh kontraktor harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik oleh kontraktor. Apabila ada yang rusak harus segera diganti dengan yang baru dan meminta kembali persetujuan dari direksi. Bila terdapat penyimpangan dari gambar rencana, kontraktor harus mengajukan 3 (tiga) rangkap gambar penampang dari daerah yang dipatok tersebut. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dan pendapat/revisi pada satu copy gambar tersebut dan mengembalikannya kepada kontraktor. Setelah diperbaiki, kontaktor harus mengajukan kembali gambar hasil revisinya. Gambar-gambar tersebut harus dibuat pada kertas ukuran A3 agar mudah dibaca. Semua gambar-gambar yang telah disetujui harus diserahkan kepada direksi asli dan 2 copy hasil reproduksinya. Ukuran dan huruf yang digunakan pada gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan direksi. 17. Pembongkaran dan Pembersihan sebelum Pelaksanaan Pada prinsipnya, Kontraktor harus melaksanakan pembersihan dan perataan dilokasi pekerjaan disekitar area yang diperlukan. Lokasi pekerjaan harus bebas dari gangguan-gangguan yang ada seperti pohon-pohon liar, semak/belukar dan material lain yang mengganggu termasuk permukaan tanah yang tidak beraturan. Apabila dilokasi pekerjaan terdapat sarana utilitas seperti tiang listrik/telepon, drainase dan lain-lain yang masih berfungsi. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga/melindungi sarana tersebut dari kerusakan selama pekerjaan berlangsung. Seandainya diantara utilitas tersebut ada yang mengganggu pekerjaan sehingga diperluka pembongkaran/pemindahan sementara, maka hal ini harus didiskusikan terlebih dahulu oleh Kontraktor kepada Pengawas/Pemberi Tugas dan pihak instansi yang terkait, untuk mendapatkan persetujuan. Segala biaya yang timbul untuk pelaksanaan pembongkaran/pemindahan sarana tersebut menjadi tanggungan Kontraktor. Pada waktu pengajuan penawaran, Kontraktor harus sudah memperhitungkan hal ini. Hasil bongkaran akan dipilah-pilah oleh Direksi/Pengawas untuk menentukan bagian mana yang harus dipasang kembali, yang harus dipindahkan ketempat yang telah ditentukan atau yang harus dibuang keluar lokasi proyek. 18. Perlindungan terhadap Konstruksi Eksisting Kontraktor harus mengamankan, melindungi dan menjaga semua konstruksi eksisting yang ada disekitar tapak pekerjaan. Dalam hal dimana ditemukan persoalan dengan jaringan utilitas eksisting, Kontraktor diwajibkan memberitahukan kepada Pengawas dan atas sepengetahuan Pengawas, Kontraktor menghubungi Instansi yang terkait (pemilik jaringan utilitas tersebut) untuk mencari solusi penanganannya. ST - 7

19. Penyiapan Jalan Masuk Jika diperlukan pembuatan jalan masuk sementara ke lokasi proyek selama pekerjaan berlangsung, maka hal ini harus dibicarakan sebelumnya oleh Kontraktor kepada Direksi/Pemberi Tugas serta koordinasi dengan masyarakat. 20. Tanda-tanda/Rambu dan papan nama proyek Ditempat-tempat yang dipandang perlu, kontraktor harus menyediakan tandatanda untuk keperluan kelancaran lalu lintas. Tanda-tanda tersebut harus cukup jelas untuk menjamin keselamatan lalu lintas. Apabila pekerjaan harus memotong/menyeberangi jalan dengan lalu lintas padat, kontraktor harus melaksanakan pekerjaan secara bertahap atau apabila dipandang perlu dilaksanakan pada malam hari. Segala biaya untuk keperluan tersebut harus sudah termasuk di dalam penawaran kontraktor. Kontraktor wajib membuat papan nama proyek yang bertuliskan/berisikan keterangan mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan (pemberi tugas, nama kontraktor, dsb) sesuai gambar rencana. 21. Dokumentasi Kontraktor wajib membuat dokumentasi/foto pelaksanaan pekerjaan mulai dari kondisi eksisting (0%), 50 % dan kondisi 100 %. Hasil dokumentasi diserahkan kepada Direksi sebanyak 2 (dua) set/album beserta negatifnya (file digital). Pendokumentasian diusahakan diambil pada titik yang sama agar dapat memperlihatkan proses pelaksanaan pekerjaan. 22. Program Kerja Kontraktor harus menyiapkan rencana kerja secara detail dan harus diserahkan kepada direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan dimulai. Rencana kerja tersebut harus mencakup : a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian pekerjaan. b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke lapangan. c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan dan/atau pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya. d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh kontraktor. e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan disertai latar belakan pendidikan, pengalaman serta penugasannya. f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan. g. Cara pelaksanaan pekerjaan. Program kerja tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S beserta lampiran penjelasannya. 23. Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya apabila direksi memerlukan penjelasan tentang tempat-tempat asal mula material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum mulai pelaksanaan tahapan ST - 8

tersebut. Dalam keadaan apapun, kontraktor tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi. Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada direksi sebelum memulai pekerjaan, agar direksi mempunyai waktu yang cukup untuk mempertimbangkan persetujuannya. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut direksi penting, harus dihadiri dan diawasi langsung oleh direksi atau wakilnya. Pemberitahuan tentang akan dilaksanakannya pekerjaan-pekerjaan tersebut harus sudah diterima oleh direksi selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pekerjaan dilaksanakan. 24. Rapat-rapat Apabila dipandang perlu, direksi dan/atau kontraktor dapat mengadakan rapatrapat dengan mengundang kontraktor dan konsultan serta pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan pembahasan dan permasalahan pelaksanaan pekerjaan. Semua hasil/risalah rapat merupakan ketentuan yang bersifat mengikat bagi kontraktor. 25. Prestasi Kemajuan Pekerjaan Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi pekerjaan yang telah diselesaikan kontraktor dan disetujui oleh direksi. Prosentase pekerjaan ini dihitung dengan membandingkan nilai volume pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap nilai kontrak keseluruhan. Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan prestasi kemajuan pekerjaan berdasarkan harga satuan yang tercantum dalam kontrak. 26. Penyelesaian Pekerjaan Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak diuraikan secara khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun tetap diperlukan agar hasil pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara keseluruhan sesuai dengan kontrak. Kontraktor harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/atau secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila dari hasil pengujian terdapat bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, kontraktor dengan biaya sendiri harus melaksanakan perbaikan sampai dengan hasil pengujian ulang berhasil dan dapat diterima oleh direksi. 27. Laporan-laporan Selama periode pekerjaan di lapangan, kontraktor harus membuat laporan harian dan laporan mingguan yang menggambarkan kemajuan pekerjaan. Laporan tersebut harus memuat sekurang-kurangnya informasi yang mencakup : a. Uraian mengenai kemajuan kerja yang sesungguhnya dicapai menjelang akhir minggu. b. Pekerjaan yang diselenggarakan pada hari itu. c. Jumlah personil yang bertugas selama minggu tersebut. d. Material dan barang-barang serta peralatan yang disediakan. e. Kondisi cuaca

ST - 9

28. As Built Drawing Apabila pekerjaan telah selesai seluruhnya dengan memuaskan, kontraktor harus mengirimkan pada direksi atas biaya sendiri, dua eksemplar foto copy atau afdruk dan aslinya/kalkir dari gambar terpasang (as built drawing) As Built Drawing untuk pekerjaan perpipaan memperlihatkan jaringan perpipaan yang terpasang termasuk sambungan-sambungan dengan jaringan perpipaan lainnya (bila ada) dan dikaitkan dengan Ketinggian as jalan dan bangunan-bangunan dan sarana-sarana di dalam tanah dan sekitarnya Gambar kerja tersebut untuk diperiksa dan disetujui oleh Direksi/ tenaga ahli 29. Pekerjaan Finishing Pekerjaan ini berupa penimbunan kembali tanah bekas galian dan perataan kembali seluruh tapak pekerjaan kedalam kondisi semula termasuk memperbaiki kembali sarana yang terbongkar sementara untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan (bila ada). Pekerjaan ini antara lain berupa :  Meratakan kembali permukaan tanah yang tidak beraturan bekas pelaksanaan pekerjaan termasuk penimbunan kembali bekas galian untuk pondasi dan lainlain.  Memperbaiki dan memfungsikan kembali semua utilitas existing yang terkena bongkaran karena penggalian (bila ada).  Membuang tanah sisa galian yang tidak digunakan lagi keluar lokasi proyek.  Mengeluarkan kembali dari lokasi pekerjaan semua sisa material, peralatan dan perlengkapan lainnya yang telah digunakan dalam pembangunan Menara Air ini.  Membongkar/memindahkan semua bangunan Direksi Keet, Keet Pemborong gudang bahan dan lain-lain ketempat yang ditentukan, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.  Melakukan pembersihan lahan diseluruh tapak pekerjaan dari semua jenis kotoran, sisa material buangan, fasilitas sementara dan lain-lain. 30. Standar Yang Dipergunakan Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia, Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :

ST - 10

NI-2-PBI 1971 SK SNI T-15-1991-03

= =

NI-3-1970 PUBBI-1982 SII SII 0136-84 SII 0784-83 SNI-03-2461-2002 Revisi 1991 SNI-03-2914-1992 SNI-03-6820-2002

= = = = = =

SNI-03-2495-1991 SNI-03-6862-2002

= =

SNI-03 6764-2002 SNI-03-6880-2002 SNI-03-4817-1998 SNI-03-6818-2002

= = = =

SNI-03-6861-2002

=

SNI-03-6882-2002 SNI-03-0675-1989

= =

SNI-03-2445-1991

=

SNI-03-2449-1991 SNI-03-2450-1991 SNI-03-6839-2002 SNI-03-6419-2000

= = = =

SNI-06-0084-2002 SNI-06-4828-1998

= =

SNI-07-6404-2000

=

SNI-19-6783-2002

=

= =

Peraturan Beton Indonesia ( 1971 ) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia Standar Industri Indonesia Baja Tulangan Beton Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Revisi 1991 Strukture Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran dengan Bahan Baku Dasar Semen Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran Spesifikasi Baja Struktur Spesifikasi Beton Struktur Spesifikasi Beton Siap Pakai Spesifikasi Bahan Kering Bersifat Semen, Cepat Mengeras Dalam Kemasan untuk Perbaikan Beton Spesifikasi Bahan Bangunan Bag. A (Bahan Bangunan Bukan Logam) Spesifikasi Mortar untuk Pekerjaan Pasangan Spesifikasi Ukuran Pintu, Jendela, Daun Pintu untuk Bangunan Rumah dan Gedung Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung Spesifikasi Kuda-kuda Kayu Balok Paku Type 15/6 Spesifikasi Kuda-kuda Kayu Balok Paku Type 30/6 Spesifikasi Kayu Awet untuk Perumahan dan Gedung Spesifikasi Pipa PVC Bertekanan Berdiameter 110-315 mm untuk Air Bersih Spesifikasi Pipa PVC untuk Saluran Air Minum Spesifikasi Cincin Karet Sambungan Pipa Air Minum, Air Limbah dan Air Hujan Spesifikasi Flens pipa Baja untuk Penyediaan Air Bersih ukuran 110-315 mm Spesifikasi Desinfeksi Perpipaan Air Bersih

American Society for Testing Materials (ASTM 1993) ASTM C13-88 = Method af Making and Curing Concrete Test Specimens ASTM C33-86 = Specification for Concrete Aggregates ASTM C39-86 = Test Method for Compesive Strength for Cylindrical Concrete Test Specimens ASTM C42-87 = Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete ASTM C143-89 = Test Method for Slump of Portland Cement Concrete ASTM C150-86 = Specification of Portland Cement ASTM C172-82 = Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method ASTM C260-86 = Air-Entraining Admixtures for Concrete ASTM C330-85 = Specification for Lightweight Aggregates for Structure Concrete ST - 11

II. PEKERJAAN TANAH GALIAN TANAH 1.

Umum Galian tanah dilaksanakan pada :  Semua bagian dari bangunan yang masuk dalam tanah  Semua bagian dari tanah yang harus dibuang  Semua bagian dari tanah yang harus diurug Galian tanah harus dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar, baik mengenai lebar, panjang, dalam, kemiringan, dan sebaginya, dan benar-benar waterpass. Kalau ternyata akan menimbulkan kesulitan-kesulitan pelaksanaan kalau dilaksanakan menurut gambar, Pemborong boleh mengajukan usul kepada Direksi mengenai cara pelaksanaannya.

2.

Klasifikasi Galian Galian akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan pembiayaan sebagai berikut :  Galian tanah biasa  Galian tanah keras, misalnya : pasir, lempung, cadas muda, tanah berbatu dan rabat beton, galian aspal dll.  Galian dimana timbul persoalan air tanah pada kedalaman lebih dari 20 cm dari permukaan air konstan, dimana biasanya air tanah naik pada penggalian pondasi.  Galian dengan menggunakan mesin bor.

3.

Cara Pelaksanaan Pekerjaan a. Galian Tanah Biasa dan Tanah Keras 

 

 

Urutan penggalian harus mengikuti petunjuk Pengawas, terutama kaitannya dengan pelaksanaan galian yang harus memperhatikan daerah sekitarnya, khususnya jika terdapat instalasi eksisting dibawah tanah seperti instalasi listrik, jaringan pipa PDAM/GAS dan lain-lain. Jika pada galian terdapat kotoran/sampah dan bagian tanah yang tidak padat atau lepas, maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus ditutup urugan pasir dan dipadatkan. Bila Kontraktor melakukan penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor harus menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan hingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Dasar galian dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari segala macam kotoran. Pada saat pelaksanaan, penggalian tanah dilakukan dengan kemiringan lereng yang disesuaikan dengan tanah eksisting. Hal ini dimaksudkan agar daerah galian tidak terlalu besar. Sehingga tidak terlalu mengganggu bangunan atau fasilitas lain yang ada disekitarnya, tetapi kondisi lereng harus tetap aman bagi para pekerja yang berada dibawah lereng galian. ST - 12

    



Hasil galian dipindahkan dan disimpan sementara ke tempat lain yang akan ditentukan oleh Direksi untuk selanjutnya akan diinginkan untuk pekerjaan timbunan. Kelebihan tanah hasil galian (yang tidak digunakan lagi untuk timbunan) harus dibuang dari lokasi. Area antara papan patok ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah. Kontraktor diwajibkan menjaga kesetabilan lereng galian dari bahaya kelongsoran, yang akan membahayakan kepada para pekerja yang berada didasar galian. Disyaratkan bahwa seluruh dasar galian terutama lantai galian harus kering untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan didasar pondasi. Dalam hal pelaksanaan penggalian sudah mulai menggunakan alat berat, maka Kontraktor harus melaksanakan dengan ekstra hati-hati agar semua instalasi yang ada dalam tanah tidak terganggu, semua kerusakankerusakan pada instalasi-instalasi tersebut akibat kelalaian pelaksanaan pekerjaan, menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk memperbaikinya. Karena lokasi kegiatan berada pada lereng perbukitan, maka diupayakan keselamatan kerja

b. Galian Tanah Dengan Persoalan Air. Cara pelaksanaan galian tanah dengan persoalan air secara umum mengikuti tata cara seperti galian tanah biasa dan tanah keras. Untuk mengatasi persoalan air pemborong/kontraktor harus menjaga pada waktu pelaksanaan pekerjaan, agar lubang galian tidak digenangi air yang ditimbulkan oleh air hujan ataupun yang keluar dari mata air. Kalau lubang galian digenangi air, maka Pemborong harus mengeluarkan dengan jalan memompa, menimba, atau mengalirkan lewat parit-parit pembuang. Bila terjadi keadaan dimana menurut pandangan Direksi adalah tidak mungkin memompa air tanah yang cepat sekali naik atau karena sebab-sebab lain sehubungan dengan adanya daya angkat air, maka mungkin diperlukan suatu lantai beton seal dengan dimensi cukup, agar penempatan besi/pengecoran beton untuk pondasi dapat dikerjakan sebagaimana layaknya. Usaha pemompaan air bila tidak memakai Coffer Dam hendaknya dilengkapi dan dikerjakan sedemikian agar beton muda atau bagian-bagian daripadanya tidak ikut terbawa dalam proses pemompaan. Pemompaan tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum lantai beton seal cukup menjadi keras. c. Galian Dengan Menggunakan Mesin Bor. Pengeboran dilakukan dari muka tanah asli/eksisting sampai pada kedalaman yang telah ditentukan pada gambar, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan besi tulangan dan pengecoran (dengan menggunakan Tremi) sampai sedikit lebih tinggi dari elevasi permukaan tiang bored pile yang ditentukan oleh gambar. Lubang bore harus dibuat dengan ukuran diameter lubang seperti yang telah ditentukan dalam gambar. Pengeboran harus vertikal, dinding lubang dan dasar lubang harus bersih dari lumpur dan kotoran lainnya, semua material lepas yang masih ada pada dasar lubang harus dikeluarkan. Dalam hal terjadi kelongsoran pada dinding lubang waktu pelaksanaan pengeboran (terutama jika terjadi pada bagian atas lubang bor), maka pengeboran harus dilakukan ST - 13

dengan menggunakan cassing/pelindung. Selanjutnya dapat dilakukan penggalian tanah sampai elevasi dasar pile cap, kelebihan pengecoran beton pada pondasi bored pile dibobok/dibongkar sampai pada elevasi yang ditentukan dalam gambar. 4.

Pemeriksaan Penggalian dan Pengisian Penggalian dan pengisian harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi dan kalau perlu oleh pengawas setempat sebelum dimulainya tahap konstruksi. Direksi akan segera memberitahukan kalau pengisian selesai sehingga ia dapat bersiap-siap untuk mengetes secara tepat kepadatannya. Setelah penggalian disetujui, kontraktor harus segera mulai dengan tahap konstruksi berikutnya dan tidak boleh membiarkan parit penggalian ditinggal terbuka dalam jangka waktu lama untuk hal-hal yang tidak perlu.

URUGAN TANAH 1.

Umum Urugan dilaksanakan pada :  Semua bekas lubang pondasi  Semua bagian yang harus ditinggikan, dengan jalan menimbun, urugan tanah harus dilaksanakan menurut gambar serta peil-peil yang telah ditetapkan, juga termasuk perataan dan penyelesaian tanah halaman disekitarnya.

2.

Penggunaan Material Bekas Galian Pemborong harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang akan dipergunakan kembali ditempatkan secara terpisah dan dilindungi dari segala pengotoran-pengotoran seperti bahan-bahan yang dapat merusak beton, akar dari pohon, kayu dan sebagainya. Berbagai jenis dari material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya material yang sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek, seperti lempung dan sebagainya. Penggunaan jenis-jenis material yang akan dipakai untuk keperluan penggunaan harus ada persetujuan dari Direksi.

3.

Urugan Tanah Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis horizontal dan dipadatkan. Tebal dari tiap lapis diambil 20 – 30 cm dan selama proses pemadatan, harus dibasahi dengan air untuk mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum. Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor) dan untuk pekerjaan yang besar sifatnya, dapat dipakai roller dan sebagainya, dengan kapasitas yang sesuai. Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-bahan yang dapat membahayakan, bebas dari segala bahan yang dapat membusuk, sisa bahan bangunan dan atau mempengaruhi kepadatan urugan. ST - 14

Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan diratakan sampai nantinya tidak akan timbul cacat-cacat seperti turunnya permukaan, bergelombang, dan sebagainya. URUGAN PASIR Pada prinsipnya pekerjaan pengurugan dengan pasir dilaksanakan sama seperti pada pengurugan dengan tanah timbunan. TIMBUNAN AGREGAT A LAIN-LAIN Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan batu merah, dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar rencana. Bahan-bahan tersebut harus bersih, bebas dari kotoran-kotoran, serta mempunyai gradasi yang sesuai dengan yang diperuntukkan.

ST - 15

III. PEKERJAAN BETON 1. Umum Beton harus merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan perbandingan sedemikian sehingga dalam beton yang dihasilkan, jumlah semen yang terdapat di dalamnya minimal sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi . Hasil akhir pekerjaan harus berupa beton yang baik, padat dan tahan lama serta memiliki kekuatan dan sifat-sifat lain sebagaimana disyaratkan. Perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar tergantung dari gradasi bahannya, tetapi jumlah agregat halus selalu minimal dengan ketentuan bahwa bila dicampur dengan semen akan menghasilkan adukan yang cukup untuk mengisi ruang-ruang rongga-rongga diantara agregat kasar dan terdapat sedikit sisa untuk finishing. Untuk menjamin kekuatan dan ketahanan beton yang optimal, jumlah air yang dipakai dalam adukan harus minimal sehingga menghasilkan kemudahan untuk dikerjakan dan konsistensi yang sesuai dengan kondisi dan cara pengecoran beton. Semua bahan, pengujian lain-lain yang diuraikan dalam spesifikasi ini mengikuti Standar Nasional Indonesia yang telah diterapkan dengan tujuan menerapkan suatu standar yang dapat diterima. Standar lokal atau standar lainnya dapat pula diterapkan asal sudah disetujui oleh direksi sebagai setara. 2. Pengendalian Pekerjaan Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuanketentuan seperti yang tertera dalam : NI-2-PBI 1971 SK SNI T-15-1991-03 NI-3-1970 PUBBI-1982 SII SII 0136-84 SII 0784-83 SNI-03-2461-2002 Revisi 1991 SNI-03-2914-1992 SNI-03-2495-1991 SNI-03 6764-2002 SNI-03-6880-2002 SNI-03-4817-1998 SNI-03-6818-2002

= = = = = = = =

SNI-03-6861-2002

=

SNI-19-6783-2002

=

= = = = = =

Peraturan Beton Indonesia ( 1971 ) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia Standar Industri Indonesia Baja Tulangan Beton Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Revisi 1991 Strukture Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton Spesifikasi Baja Struktur Spesifikasi Beton Struktur Spesifikasi Beton Siap Pakai Spesifikasi Bahan Kering Bersifat Semen, Cepat Mengeras Dalam Kemasan untuk Perbaikan Beton Spesifikasi Bahan Bangunan Bag. A (Bahan Bangunan Bukan Logam) Spesifikasi Desinfeksi Perpipaan Air Bersih

ST - 16

American Society for Testing Materials (ASTM 1993) ASTM C13-88 ASTM C33-86 ASTM C39-86

= = =

ASTM C42-87

=

ASTM C143-89 ASTM C150-86 ASTM C172-82

= = =

ASTM C260-86 ASTM C330-85

= =

Method af Making and Curing Concrete Test Specimens Specification for Concrete Aggregates Test Method for Compesive Strength for Cylindrical Concrete Test Specimens Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete Test Method for Slump of Portland Cement Concrete Specification of Portland Cement Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method Air-Entraining Admixtures for Concrete Specification for Lightweight Aggregates for Structure Concrete

3. Bahan-Bahan a. Aggregate beton  Aggregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan Wet System Stone Crusher.  Aggregate beton harus sesuai dengan spesifikasi aggregate beton menurut ASTM C33-86.  Ukuran terbesar aggregate beton adalah 2 – 3 cm.  Sistem penyimpanan bahan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan. b. Aggregate kasar  Aggregate kasar untuk beton harus terdiri dari butiran-butiran yang kasar, keras tidak berpori dan berbentuk kubus/tidak pipih. Bila ada butirbutir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.  Aggregate kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50 % kehilangan menurut test mesin Los Angeles.  Aggregate kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau subtansi yang merusak beton. Gradasi : Saringan 1” ¾” 3/8” No. 4

Ukuran (mm) 25 20 9.5 4.76

ST - 17

% Lewat Saringan 100 90 - 100 20 - 55 0 - 10

c. Aggregate halus  Aggregate halus adalah dapat digunakan pasir alam yang berasal dari daerah setempat dengan catatan memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI 71 untuk aggregate halus.  Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali dan subtansi-subtansi yang merusak beton.  Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.  Pasir halus terdiri dari partikel-partikel.  Cara dan penyiapan aggregate harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.  Nilai kadar lumpur yang terkandung dalam aggregate halus tidak boleh melebihi dari 5 %.  Abu batu tidak boleh dipergunakan untuk campuran beton Gradasi : Saringan 3/8” No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200 4.

Ukuran (mm) 9,5 4,76 2,38 1,19 0,595 0.297 0.147 0.074

% Lewat Saringan 100 90 - 100 80 - 100 50 - 85 25- 65 10 - 30 5 - 10 0-5

PC/Portland Cement/Semen Semen yang harus dipakai adalah dari yang disyaratkan dalam NI-2 Bab 3.2. Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton. Semen ini harus dibawa ketempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik dan terlindung serta dalam jumlah sesuai urutan pengirimannya Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai terangkat sesuai dengan urutan pengirimannya. Semen yang rusak atau tercampur dalam keadaan apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan. Jarak peyimpanan dari tanah minimum 30 cm dengan dialasi papan.

5.

Pembesian/Penulangan 

Penyimpanan Bila baja tulangan harus disimpan dibawah atap yang tahan air dan diberi alas kaki dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan karat.



Penekukan Pada tahap awal pekerjaan, kontraktor harus mempersiapakan daftar tekukan (Bendung schedule) untuk disetujui oleh Direksi. Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat menurut bentuk dan dimensi ST - 18

yang memperlihatkan dalam gambar dan sesuai dengan british Standard 4466 : 1969 atau yang setara yang dipasang pada posisi yang ditetapkan dapat dipenuhi semua tempat. Baja harus ditekuk dengan alat yang sudah disetujui oleh Direksi. Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan, tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai. Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan, maka dikerjakan dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar diameter batang yang ditekuk. 

Pemasangan Tulangan harus dipasang dengan tepat pada posisi yang diperlihatkan pada gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau gantungan logam menurut kebutuhan dan pada persilangan diikat dengan kawat baja yang pilar dingin dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan kebagian tubuh utama beton. Bila pengatur jarak dari spesi pracetak untuk mengatur tebal beton deking sekurang-kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang ditetapkan untuk beton yang sedang dicor dan harus sekecil mungkin. Block-block ini harus dikencangkan dengan kawat yang ditanam didalamnya dan harus dicelupkan dalam air sebelum dipakai. Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar konstruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali diperoleh persetujuan dari Direksi. Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari beton yang sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin menempel dari pengecoran sebelumnya. Sebelum pengecoran, tulangan yang sudah dipasang pada tiap bagian pekerjaan harus disetujui oleh Direksi. Pemberitahuan kepada Direksi untuk melakukan pemeriksaan harus disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal dari permukaan suatu batang termasuk sengkang ke permukaan beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian pekerjaan.



Besi Penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. Besi tulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran/diameter masing-masing. Besi tulangan polos maupun besi-besi tulangan ulir (defomed bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.7, yang dinyatakan sebagai U-24 dan U-40 seperti dinyatakan dalam gambar-gambar dengan persyratan berikut :  

U – 24 untuk diameter < 13 mm (polos) U – 40 untuk diameter ≥ 13 mm (ulir)

Besi tulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain, apabila harus dibersihkan maka harus dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi.

ST - 19

6.

Kawat Pengikat Kawat pengikat harus berukuran minimal dia. 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI-2 Bab 3.7.

7.

Air Air harus bersih dan jernih dan sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.6. Sebelum air untuk pengecoran beton dipergunakan, harus terlebih dahulu diperiksakan di Laboratorium PAM/PDAM setempat atau yang disetujui Pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.

8.

Additive Apabila ternyata Kontraktor menganggap perlu digunakan bahan additive untuk campuran beton, maka Kontraktor harus mendiskusikan hal ini sebelumnya kepada Pengawas/Pemberi Tugas guna mencapai kesepakatan yang dituangkan dlam surat tertulis. Mutu beton yang direncanakan untuk strukture beton ini adalah K – 275. Pihak Ready Mixed harus memberikan rancangan komposisi / mix design (satuan kg/m3 beton jadi) beton standar untuk K-275 tersebut kepada Pengawas/Pemberi Tugas untuk mendapatkan persetujuannya, berikut sample material kerikil dan pasir yang digunakan serta merk semen/PC. Untuk selanjutnya komposisi yang akan disetujui bersama tetap harus dipertahankan.

4. Pelaksanaan Pekerjaan Beton Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Kontraktor harus mengadakan trial test atau mixed design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Demikian pula kadar pemakaian bahan additive (jika digunakan) juga perlu dibuktikan terlebih dahulu dengan pengujian laboratorium, yang hasilnya harus dikonsultasikan dengan Pengawas/Pemberi Tugas. Dari hasil test tersebut akan ditentukan Deviasi Standar oleh Pengawas yang juga bisa dibantu oleh Perencana yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton ditinjau terhadap mutu (kekuatan tekan) dan tingkat kekedapannya selama pelaksanaan. a. Pengecoran Beton 

Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara tertulis dari Pengawas. Permohonan ijin rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya. Sebelum pengecoran dimulai, Kontrakator harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun penyaluran tulangan yang diperlukan, pada pelat dan balok-balok beton untuk bagian yang akan saling berhubungan atau pada konstuksi sambungan. Penentuan tahapan pengecoran dan lokasi construction joint harus ditetapkan terlebih dahulu oleh Kontraktor dan Pengawas sebelumnya.



Memberitahukan Pengawas selambat – lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Pengawas untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut diatas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh. ST - 20



Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Pengawas menganggap perlu yang didasarkan pada kondisi saat ini.



Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan material ( segregation ) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat – alat bantu seperti talang, pipa chute dan sebagainya, harus mendapat persetujuan pengawas.



Alat – alat pembetonan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari lapisan – lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter. Selama dapat dilaksanakan, sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.



Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami initial setting atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran. Penggetaran harus dilakukan sepotimal mungkin untuk didapat mutu yang maksimal.



Semua Pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm atau sesuai Gambar Kerja agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.



Bila pengecoran harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen ( laitance ) dan partikel – partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.



Supplier ready mix harus mempunyai kapasitas supply minimal 15m3/ jam.



Untuk mencapai kapasitas 15m3/jam,Supplier harus memiliki minimal 3 truk mixer, dan harus dilengkapi dengan sebuah concrete pump cadangan.



Selimut beton : - Pelat lantai yang berhubungan dengan tanah - Pelat lantai yang tidak berhubungan dengan tanah - Balok yang berhubungan dengan tanah - Balok yang tidak berhubungan dengan tanah

ST - 21

: 5 cm : 2 cm : 5 cm : 4 cm

b. Kelas Beton Uraian

II = K. 200

III = K 250

II = K. 350

Kekuatan kubus 200 kg/cm2 250 kg/cm2 350 kg/cm2 karakteristik 28 hari yang ditentukan( 150 mm) Ukuran agregat 30 mm 30 mm 30 mm kasar Maksimum Perbandingan 352:731:1031:215 384:692:1039;215 448:667:1000:215 campuran "Percobaan pertama" PC (kg) : PB (kg) : KR (kg) : Air (liter) Perbandingan campuran yang diberikan diatas telah diperkirakan guna mencapai kekuatan yang disyaratkan pada umur 28 hari setelah pengecoran, dengan ketentuan bahwa bahan yang dipakai bermutu baik dan pengawasan dilakukan dengan baik. Beton dinilai dengan pengertian bahwa kekuatan yang disyaratkan untuk kelas tertentu lebih menentukan dari pada perbandingan campuran yang diperlihatkan. Jika ternyata persyaratan kekuatan tidak terpenuhi, Direksi berwenang untuk memperbaiki perbandingan campuran atas biaya kontraktor untuk mencapai kekuatan rencana. c. Pengujian dan bahan-bahan beton Pada umumnya metoda pengujian sesuai dengan PBI 1971 bagian 4.7 dan dapat juga mencakup pengujian slump dan kompresi. Jika beton tidak dapat memenuhi syarat percobaan slump, adukan yang tidak disetujui tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari lapangan oleh kontraktor. Jika pengujian tekan (kompresi) gagal, harus diterapkan prosedur perbaikan sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971. Percobaan kubus harus dilaksanakan menurut instruksi dari Direksi, tetapi sekurang-kurangnya 1 kubus untuk tiap 5 m3 – 10 m3, atau minimal 3 kubus tiap hari. Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan kondisi yang sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 harus menurut keputusan Direksi. Biaya percobaan ini akan dibebankan pada kontraktor. d. Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Kekuatan di Lapangan Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang seragam yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain sebagaimana ditetapkan. Untuk ini, Kontraktor harus menyediakan dengan biaya sendiri serta mempergunakan alat penimbang yang akurat, sistem volumetrik yang akurat untuk mengukur air, peralatan yang sesuai untuk mengaduk dan mengecor ST - 22

beton serta peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan untuk pengujian sebagaimana yang diuraikan disini atau menurut petunjuk Direksi e. Dimensi Beton Ukuran – ukuran yang tertera dalam gambar Rencana adalah ukuran struktural beton dalam keadaan jadi. f. Pemadatan Beton  Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.  Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dengan dijaga agar tidak berlebihan ( over-Vibrate ). Hasil beton yang berrongga – rongga (honey-Comb) dan terjadi pengantongan beton-beton adalah tidak akan diterima.  Penggetaran tidak boleh digunakan untuk mengalirkan beton.  Pada daerah pembesian yang penuh ( padat ) harus digetarkan dengan penggetar berfrekuensi tinggi, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.  Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang berpengalaman dan terlatih. g. Lantai Kerja Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya harus diurug pasir padat setebal 10 cm atau sesuai yang ditunjukkan dalam Gambar, kemudian dipasang lantai kerja dengan beton dari mutu B-0 setebal 5 cm atau sesuai Gambar dengan komposisi adukan 1 PC:3 PS:5 KR dibawah konstruksi beton tersebut. h. Slump (Kekentalan Beton) Kekentalan beton yang disyaratkan untuk konstruksi berdasarkan persyaratan di PBI – 1971 adalah sebagai berikut : Jenis Konstruksi -Kaki dan dinding pondasi -Plat, balok dan dinding -Kolom -Plat diatas tanah

Max. (mm)

Min. (mm)

140 140 140 140

100 100 100 100

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka harga tersebut diatas dapat dinaikan 50 %, tetapi dalam segala hal tidak boleh melebihi 150 mm.

ST - 23

i. Penyambungan beton dan waterstop Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan/dikasarkan dan diberi bahan bonding agent yang dapat menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan yang baru. Lapisan semen yang ada pada permukaan lama harus dibuang terlebih dahulu sebelum pekerjaan pembetonan lanjutan dilakukan. Disini diperlukan pengawasan dan pekerjaan ekstra hati-hati agar sambungan konstruksi yang didapat bisa dipertanggung jawabkan kekuatannya. Pada sambungan/construction joint tersebut sama sekali tidak diijinkan adanya bekas-bekas kotoran ataupun potongan kayu yang akan mengurangi ikatan beton lama – baru. j. Construction Joint (Sambungan Beton) o Rencana atau jadwal pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian satu strukture secara menyeluruh. Dalam jadwal tersebut, Konsultan Pengawas akan memberikan persetujuan dimana letak construction joints tersebut. Dalam keadaan mendesak Pengawas dapat merubah letak construction joints. o Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat dengan menyemprotkan air pada permukaan beton sesudah 2 jam tapi kurang dari 4 jam setelah beton dituang. o Bila pada sambungan beton timbul retak/bocor, perbaikan dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan additive yang disetujui Direksi/Pengawas. Bila dijumpai adanya kekeroposan beton, maka perlu dilakukan penyuntikan/grouting. k. Pengujian Laboratorium Beton Ready Mixed dan Site Mixed Untuk setiap pengiriman beton ready mix (dalam satu molen) harus dibuatkan sample/contoh beton (berupa selinder) yang jumlahnya akan ditentukan oleh Pengawas lapangan dan Perencana yang akan disesuaikan dengan volume pengecoran pada tiap tahap pekerjaan. Jenis pengujian yang dilakukan dilaboratorium adalah : test kekuatan tekan beton. Pada umumnya metoda pengujian beton site Mixed sesuai dengan PBI 1971 bagian 4.7 dan dapat juga mencakup pengujian slump dan kompresi. Jika beton tidak dapat memenuhi syarat percobaan slump, adukan yang tidak disetujui tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari lapangan oleh kontraktor. Jika pengujian tekan (kompresi) gagal, harus diterapkan prosedur perbaikan sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971. Percobaan kubus harus dilaksanakan menurut instruksi dari Direksi, tetapi sekurang-kurangnya 1 kubus untuk tiap 5 m3 – 10 m3, atau minimal 3 kubus tiap hari. Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan kondisi yang sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 harus menurut keputusan Direksi. Biaya percobaan ini akan dibebankan pada kontraktor.

ST - 24

l. Penolakan Beton Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai standar yang ditetapkan, maka Direksi berwenang untuk menolak seluruh pekerjaan beton darimana kubus-kubus tersebut diambil. Direksi juga berwenang untuk menolak beton yang berongga, porous atau yang permukaan akhirnya tidak baik, Dalam hal kontraktor harus menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan menggantinya menurut Instruksi dari Direksi sehingga hasilnya menurut penilaian Direksi sudah memuaskan. m. Pengukuran Bahan-Bahan Beton Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air yang boleh diukur menurut volume, Agregat halus dan kasar harus diukur menurut volume terpisah dengan alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi ketepatan ± 1 %. Pengukuran volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi. Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang ditambahkan serta metoda penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh Direksi sebelum beton dicor. n. Pengadukan Beton Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecoran, pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang kontinue serta mempunyai kapasitas minimal 200 lt jenisnya harus disetujui oleh Direksi dan dijalankan dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh pabrikan. Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah disetujui oleh Direksi untuk mutu beton tertentu. Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke seluruh massa, tiap partikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton padat yang homogen tanpa adanya air yang berlebihan. o.

Pengangkutan dan Pengecoran Beton Pengecoran beton dibagian manapun tidak boleh dimulai sebelum Direksi memeriksa dan menyetujui bekisting, penulangan, angker-angker dan lainya dimana beton akan dicor. Isi pengaduk beton, (mixer) harus dikeluarkan dalam satu operasi menerus dan beton harus diangkut tanpa terjadi segregasi komponen-komponennya. Beton harus diangkut dalam ember yang bersih dan tidak tembus air atau gerobak dorong, metoda pengangkutan yang lain dapat dipakai asalkan sudah mendapat persetujuan dari Direksi dan harus tepat mengikuti instruksi terinci yang diberikan untuk maksud tersebut. Alat-alat yang dipakai untuk mengangkut dan mencor beton harus dibersihkan dan dicuci setiap haris setelah dipakai bekerja dan bila pengecoran dihentikan selama lebih dari 30 menit. Semua beton yang diaduk dilapangan harus ditempatkan pada posisi akhirnya dan dipadatkan dalam waktu 40 menit setelah dari dalam mixer.

ST - 25

Pada umumnya beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1.50 m tetapi jika bagian pekerjaan tertentu memerlukan agar beton dijatuhkan dari tempat tinggi maka dikerjakan sedemikian sehingga mencegah segregasi dan harus dijaga agar aliran beton tidak terputus-putus. Seluruh operasi ini harus mendapat persetujuan dari Direksi. Pengecoran suatu unit atau bagian pekerjaan harus dilaksanakan dalam satu operasi menerus atau hingga mencapai siar yang ditentukan. Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan cara apapun sekurang-kurangnya empat puluh delapan jam sesudah beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin tertulis dari Direksi. Semua beton harus dicorkan pada siang hari, pengecoran bagian manapun tidak boleh dimulai jika dapat diselesaikan dalam siang hari kecuali jika sudah diperoleh ijin dari Direksi untuk pengerjaan malam hari, Ijin demikian tidak akan diberikan jika kontraktor tidak menyediakan sistem penerangan yang memadai, yang disetujui oleh Direksi. Kontraktor harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan kondisi. Pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. p.

Perlindungan dan Pengeringan Beton Semua permukaan yang terbuka dilindungi dari matahari dan semua beton harus dijaga agar tetap lembab dengan cara dibasahi sekurang-kurangnya setelah pengecoran. Perlindungan diberikan dengan menutupi pasir basah sekurangkurangnya setebal 5 cm, atau dengan kantong-kantong goni basah. Kontraktor harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak diberi beban yang intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan, setiap kerusakan yang timbul akibat pembebanan yang terlalu dini atau pembebanan berlebih harus diperbaiki oleh kontraktor atas biaya sendiri hingga memuaskan Direksi.

q.

Pengerjaan Permukaan Beton dengan Sendok Semen (Troweling) Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat, permukaan yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir yang rata tetapi bertekstur kasar sebelum pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut harus diratakan lagi dengan sendok dimana perlu untuk menutupi retakan dan mencegah timbulnya lelehan yang berlebihan pada permukaan beton yang baru terbuka.

r.

Siar-siar Konstruksi Semua siar konstruksi beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal. Siarsiar tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang ditunjuk dengan baik, jika perlu dibor guna melewati penulangan. Bila pengecoran ditunda sampai pengecoran beton mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar konstruksi. Pengecoran beton harus dilaksanakan menerus dari satu siar ke siar berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam makan. Siar-siar konstruksi pada permukaan yang terbuka harus sungguh horizontal atau vertikal dan jika diperlukan dipasang juga beading didalam dinding bekisting pada permukaan yang terbuka untuk menjamin penampilan siar yang memuaskan sebelum menempatkan beton baru pada beton yang sudah mengeras, permukaan siar beton yang sudah dicor harus dibersihkan seluruhnya dari ST - 26

benda-benda asing atau serpihan. Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus disiapkan dengan penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah lebih dari 3 hari atau sudah terlalu keras, permukaan tersebut harus dicetak secara ringan atau diembus dengan pasir (send blasted) untuk memperlihatkan agregat. Setelah permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui oleh Direksi bekisiting akan diperiksa dan dikencangkan. Siar-siar konstruksi harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada gambar atau spesifikasi. 5. Cetakan Beton a. Standar Seluruh cetakan mengikuti persyaratan Normalisasi dibawah ini :  NI - 2 - 1971  NI - 3 – 1970 b. Bahan-bahan  Bahan pelepas acuan (realising agent) harus sepenuhnya digunakan pada semua acuan untuk pekerjaan beton.  Cetakan untuk beton cor ditempat biasa.  Bahan cetakan harus dibuat penguat-penguat secukupnya, sehingga keseluruhan form work dapat berdiri stabil dan tidak terpengaruh oleh desakan-desakan beton pada waktu pengecoran serta tidak terjadi perubahan bentuk, dan konstruksinya harus disetujui Pengawas/Pemberi Tugas.  Rencana design seluruh cetakan menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.  Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran batas-batas bidang dari hasil beton yang diinginkan oleh perencana dalam gambar-gambar.  Cetakan harus sedemikian rupa agar menghasilkan muka beton yang rata. Untuk itu dapat digunakan cetakan multiplex, plat besi atau papan dengan permukaan yang halus dan rata.  Sebelum beton dituang, Konstruksi cetakan harus diperiksa untuk memastikan bahwa benar dalam letak, kokoh, rapat, tidak terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituangkan serta bersih dari segala benda yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran.  Permukaan cetakan harus diberi minyak bekisting (yang biasa diperdagangkan) untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya agar berhati-hati jangan terjadi kontak dengan besi yang dapat mengurangi daya lekat besi dan beton.  Permukaan cetakan harus dibasahi secara merata agar tidak terjadi penyerapan air semen yang baru dituang.  Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

ST - 27

Bagian sisi balok Balok tanpa beban konstruksi Balok dengan beban konstruksi Plat lantai / atap Dinding penahan tanah

48 jam 7 hari 21 hari 21 hari 21 hari



Dengan persetujuan Konsultan Perencana, cetakan beton dapat dibongkar lebih awal dengan syarat benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya dilapangan telah mencapai kekuatan 75 % dari kekuatannya pada umur 28 hari.  Segala ijin yang diberikan oleh Konsultan Perencana sekali-kali tidak boleh menjadi bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudutsudut yang tajam dan tidak pecah. Bekas cetakan beton untuk bagianbagian konstruksi yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah kembali. c. Hasil Pengecoran dan Finishing  Semua permukaan beton yang dihasilkan harus rapih, bersih dan tanpa cacat, lurus dan tepat pada posisinya sesuai denan gambar rencana. Permukaan beton yang akan diberi finishing dengan cat, tidak akan diplester lagi tetapi langsung diberi plamur dan cat.  Pengecatan dapat dilaksanakan setelah pengawas memeriksa dan menyatakan persetujuannya. 6. Cacat Pada Beton Walaupun hasil uji kubus sudah memuaskan, Direksi tetap berhak untuk menolak yang ternyata memiliki salah satu atau lebih dari cacat berikut : 

Beton tidak sesuai bentuk atau posisinya dengan yang diperlihatkan pada gambar.



Beton tidak tegak lurus atau datar menurut ketentuan.



Beton mengandung kayu atau benda asing lainnya.

Setiap permukaan yang terlihat bersarang lebah tetapi diterima oleh Direksi harus diisi dengan spesi semen yang memakai perbandingan semen dan agregat halus yang sama seperti beton yang harus dikerjakan hingga mencapai permukaan yang benar dengan memakai kikir. 7. Pengujian Struktur – struktur Hidrolis a. Umum Pengujian struktur hidrolis, semua dinding harus bersih dari timbunan supaya kebocoran pada dinding dapat diketahui dengan jelas. Setiap Konstruksi harus diisi air bersih dalam pengujian ini dan dibiarkan terisi sekurang-kurangnya 48 jam, ketinggian air selama waktu tersebut harus diamati dan tidak boleh terihat adanya penurunan muka air, Penurunan maksimum yang diijinkan selama 24 jam : 1 (satu) cm. ST - 28

b. Perbaikan Setiap kebocoran yang diketahui harus diperbaiki sampai tidak terlihat lagi adanya kebocoran. Bila kebocoran melebihi nilai penurunan maksimum yang diijinkan kontraktor harus mengadakan perbaikan secara umum atas biaya sendiri. setelah perbaikan selesai, metoda pengujian hidrolis harus diulangi sebagaimana diuraikan pada ayat ini. Pengujian tidak perlu diulangi jika tidak terlihat adanya kebocoran dan penurunan taraf muka air tidak melebihi nilai yang ditetapkan yaitu 1 cm. Perbaikan tempat yang mengalami kebocoran harus dikerjakan misalnya dengan sumber air dari expandite atau produk lain yang disetujui Direksi. semua bahan harus dipakai dan diterapkan tepat sesuai dengan petunjuk pabrikan. c. Pekerjaan lain-lain -

Pekerjaan Waterproofing Pekerjaan waterproofing dilakukan pada permukaan beton bagian dalam reservoir dan bagian beton lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana. Persyaratan bahan waterproofing yang akan digunakan mengikuti ketentuan dan petunjuk yang diberikan oleh pihak direksi, sedangkan persyaratan pelaksanaan pekerjaannya sesuai dengan petunjuk/brosur yang dikeluarkan dari pabrik.

-

Pekerjaan Lantai Beton Lantai terbuat dari beton bertulang dengan tebal dan ukuran lantai seperti yang tertera pada gambar. Persyaratan pekerjaan beton untuk bahan dan pelaksanaannya adalah sesuai dengan pasal mengenai Pekerjaan Beton Cor ditempat.

-

Beton precast Untuk beton precast disamping harus memenuhi spesifikasi yang dijelaskan diatas perlu juga spesifikasi metode produksi cetak basah dengan getaran frekuensi tinggi dengan uap panas, mutu beton minimum K-275 (kuat tekan beton karakteristik 275 kg/cm2). Baja tulangan, tegangan leleh ≥ 4500 kg/cm2, tegangan tarik ≥ 500 kg/cm2 , rasio air semen 0,5.

ST - 29

IV. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN 1.

Umum Semua ukuran dari pekerjaan pasangan harus mengikuti gambar rencana. Apabila ternyata ada kekurangan-kekurangan dalam gambar tersebut maka Pemborong harus meminta persetujuan Direksi untuk menetapkannya.

2.

3.

Untuk dinding-dinding penahan tanah atau bangunan-bangunan lain seperti pasangan batu dan lain sebagainya, harus diberi lubang drainase dengan diameter sekurang-kurangnya 5,0 cm Kecuali dinyatakan lain dalam gambar rencana, maka lubang-lubang drainase tersebut harus ditempatkan pada jarak yang merata, yakni berselang 1,5 m dari diletakkan sedikit di atas peil pembuangan air. Pekerjaan ini tidak dibayarkan tersendiri tetapi merupakan bagian dari pekerjaan tembok atau beton atau pasangan lain yang digunakan untuk bagian dari konstruksi tembok penahan tanah atau pelindung-pelindung erosi. Standard Semua pekerjaan pasangan harus memenuhi standard yang tercantum dalam Bagian Spesifikasi Umum. Bahan-bahan a. Sement Portland Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang dipakai pada beton dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat yang tertera pada NI-2 Bab 3.2. b. Pasir Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 

Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan tangan.



Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.



Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium hidroksida, akibat adanya zat-zat organik tidak boleh lebih tua dari larutan normal atau larutan teh yang sedang kepekatannya.



Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih natrium sulfat tidak boleh lebih dari 10 %.



Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang mengandung lebih dari 0,6 % alkali, dihitung sebagai natrium oksida pada pengujian tidak boleh menunjukkan sifat reaktif terhadap alkali.



Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengan adukan pembanding yaitu yang menggunakan semen sama dengan pasir normal tidak boleh < 65 % pada pengujian 7 hari.



Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan.

 Butir-butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm. c. Batu alam Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat (dari gunung), batu belah atau batu karang asalkan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : ST - 30

a.

Harus cukup keras, bersih, dan sesuai besarnya serta bentuknya.

b.

Batu, bulat ataupun belah, tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk.

Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning muda dan tidak hitam, biru atau kecoklat-coklatan tanpa garis-garis kelapukan, mempunyai keteguhan yang tinggi serta bidang patahnya harus mempunyai kepadatan dan warna putih yang merata. d. Bata merah c.

Bata merah harus batu biasa dari tanah liat melalui proses pembakaran, dapat digunakan produksi lokal dengan ukuran nominal 6 cm x 12 cm x 24 cm dan ukuran diusahakan tidak jauh menyimpang. Bata merah yang dipakai harus bata kualitas nomor 1 berwarna merah tua yang merata tanpa cacat atau mengandung kotoran. Bata merah minimum harus mempunyai daya tekan ultimate 30 kg/cm2. Kalau blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus terdiri dari 1 bagian Portland Cement dan 5 bagian pasir dan batuan yang dihaluskan. Blok-blok semen yang baru dicetak harus dilindungi dari panas matahari dan dirawat selama tidak kurang dari 10 hari dengan jalan membasahi atau menutupi dengan memakai karung basah. e. Air Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan dan boleh dipakai semua seperti yang dipakai untuk pekerjaan beton. f. Lain-lain Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-tegel teraso, keramik, dan lain-lain harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh Direksi atau seperti yang disyaratkan pada saat rapat penjelasan. 4.

Adukan a. Mencampur Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai alas yang rata dan keras, tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada persetujuan dari Direksi. Kalau tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh dilakukan dengan tangan (dengan memakai cangkul dan sebagainya) sampai diperlihatkan warna adukan yang merata. b. Komposisi Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar atau dalam uraian dan syarat-syarat ini. Jenis Spesi M1 1 pc : 3 psr M2 1 pc : 2 psr M3 1 pc : 4 psr

5.

Blok-blok beton a. Type dari blok-blok Karena tidak adanya kesamarataan produksi daerah yang satu dengan daerah lainnya maka tidak diadakan penentuan mengenai ukuran asalkan tidak melampaui batas dan disetujui oleh Direksi. Blok-blok beton tersebut harus bersih, tidak menunjukkan tanda-tanda retak ataupun cacat lain yang dapat mengurangi mutu dari blok-blok tersebut. ST - 31

b. Campuran adukan Kalau blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus terdiri dari 1 bagian portland cement dan 5 bagian pasir dan batuan yang dihaluskan. Tegangan tekan minimum dari blok beton tidak boleh lebih kecil dari 30 kg/cm2 pada umur 40 hari. c. Perawatan blok-blok beton Blok-blok beton yang baru saja dibuat harus dilindungi dari matahari dan dirawat untuk jangka waktu paling tidak 10 hari dengan jalan membasahi atau menutupi dengan memakai karung basah. d. Tembok-tembok ventilasi Blok-blok yang khusus ventilasi dapat dibuat dari campuran M1. Pasangan ventilasi tersebut harus cukup baik dan antara satu dengan yang lain harus lurus, seragam dengan menarik garis lurus di antara kedua ujungnya. Ventilasi tersebut nantinya harus dicat dengan cat tembok sesuai dengan yang ditetapkan oleh Direksi. 6.

Pasangan bata merah a. Mortar Semua penembokan yang diletakkan di atas balok pondasi beton sampai 20 cm di atas bidang lantai harus dipakai mortar type M2. Untuk penembokan kamar mandi, toilet, tempat mencuci, dan sebagainya dipakai mortar type M2 sampai setinggi 150 cm di atas bidang lantai jika tidak dilakukan dengan cara lain untuk selebihnya dipakai mortar type M1. b. Pemasangan Penembokkan harus dipilih dan dipasang dengan ukuran seperti pada gambar rencana juga mengenai tinggi dan tebalnya. Sebelum pemasangan bata merah harus dibasahi dulu dengan air untuk menjamin pelekatan yang lebih baik antara mortar dan bata merah. Pasangan bata merah dan lainnya harus disusun dan diberi jarak minimal 1 cm antara bata merah yang satu dengan yang lainnya. Penembokkan harus dilaksanakan pada keadaaan cuaca yang baik, ataupun dengan perlindungan yang khusus dan tiap hari tidak diperbolehkan melaksanakan pasangan dengan tinggi melebihi 1 cm. c. Mengorek Semua hubungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar daya pelekat antara mortar plesteran dan tembok dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.

7.

Pasangan Batu a. Umum Batu -batu yang dipakai untuk pekerjaan pondasi dan sebagainya harus keras dengan ukuran yang sesuai dan tidak menunjukkan pelapukan ataupun retak. pemasangan dari batu-batu tersebut harus rapi dan cocok sehingga dapat menghasilkan pekerjaan yang sebaik-baiknya. b. Mortar Campuran yang dipakai untuk pondasi dan sebagainya kalau disyaratkan lain dapat dipakai campuran M3. Kecuali kalau disyaratkan lain misalnya untuk bangunan reservoir ataupun bangunan lain yang fungsinya hampir sama yang dipakai campuran M2. ST - 32

V. PEKERJAAN KAYU 1.

Persiapan Sebelum pekerjaan kayu dimulai maka Pemborong harus mempersiapkan rencana kerja, material, serta peralatan yang lengkap untuk pekerjaan kayu tersebut, sehingga pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

2.

Standar Semua pekerjaan konstruksi kayu yang belum tercakup dalam peraturan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam Bagian Spesifikasi Umum.

3.

Kayu a. Mutu kayu Kalau tidak ditentukan lain, maka semua kayu yang digunakan untuk penyangga harus kayu dengan mutu A sesuai dengan PPKI. Semua kayu harus bebas dari getah-getah, cacat-cacat kayu seperti mata kayu, rretak-retak, bengkok, dan sebagainya dan harus sudah mengalami proses pengeringan udara minimum 3 bulan. b. Kadar air Kadar air dari semua kayu yang dipakai untuk pekerjaan : Harus lebih kecil atau sama dengan 15 %, sedangkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang kasar harus lebih kecil atau sama dengan 20 %. Harus dijaga agar supaya kadar air tersebut konstan baik pada saat penyimpanan, pengerjaan, maupun sampai pada penyelesaian pekerjaan.

4.

Macam-macam kayu Macam kayu yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan ini akan disebutkan atau ditentukan kemudian pada saat rapat penjelasan.

5.

Penyimpanan kayu Segera setelah kayu diterima di tempat pekerjaan, maka kayu-kayu ditumpuk agar tidak menyentuh tanah pada tempat-tempat yang disetujui Direksi. Kayu bundar disusun sedemikian rupa sehingga setiap batang mempunyai jarak tidak kurang dari 7,5 cm dari batang yang berdampingan. Papan-papan disusun seperti batang bundar atau disusun tegak lurus terhadap lapisan di bawahnya atau dipisahkan dengan tumpukan pada jarak tertentu untuk mencegah perubahan bentuk dari kayu. Kayu pada setiap lapisan harus dipisahkan dari kayu-kayu yang berdampingan dengan jarak horizontal 2,5 cm. Semua kayu yang disusun di tempat pekerjaan harus selalu dilindungi dengan baik dan bila kayu-kayu itu menjadi rusak atau tidak sesuai untuk digunakan, maka kayu itu akan ditolak dan harus diganti oleh Pemborong atas tanggungannya.

6.

Ukuran-ukuran Ukuran-ukuran kayu harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam Bab Spesifikasi Umum, kecuali penyimpangan-penyimpangan sedikit akibat penggergajian dan pelaksanaan. Ukuran-ukuran yang menyimpang harus disesuaikan seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.

ST - 33

7.

Permukaan kayu yang terbuka Semua kayu yang pada penyelesaian akhir dibiarkan permukaannya terbuka, misalnya pada pekerjaan meubelair, pintu, jendela, dan sebagainya, permukaannya harus dikerjakan kembali jika tidak ditentukan lain dalam spesifikasi ini. Semua kayu pada pekerjaan konstruksi kayu harus dibiarkan kasar dari penggergajian jika tidak ditentukan bahwa harus dikerjakan lagi.

8.

Penyusutan kayu Persiapan, penyambungan, dan pemasangan dari pekerjaan kayu harus sedemikian rupa sehingga penyusutan pada bagian-bagian tertentu atau arah-arah tertentu harus tidak mempengaruhi kekuatan dan bentuk terakhir dari pekerjaan dan tidak merusak bahan-bahan secara terus menerus.

9.

Pabrikasi Pemborong harus menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi persiapan pekerjaan pabrikasi juga termasuk penyediaan semua plat-plat penyambung, sekrup-sekrup, paku, dan lain sebagainya, sehingga pekerjaan dapat dilakukan sebaik-baiknya sesuai dengan gambar rencana. Pemborong harus menyiapkan pula segala keperluan untuk pemasangan seperti perancah-perancah dan lain sebagainya untuk mendukung dan memasang konstruksi tersebut pada tempat yang sesuai dengan gambar rencana.

10. Pengawetan dan pengecatan kayu Direksi dapat memerintahkan untuk menggunakan bahan-bahan untuk mengawetkan kayu jika dipandang perlu, yang dapat berupa minyak pengawet kayu ataupun penggunaan ter. Semua sambungan pada ujung-ujung kayu perlu mendapat perhatian khusus dan pada penyelesaian pekerjaan, minyak pengawet kayu harus dituangkan pada sambungan-sambungan. Semua bagian-bagian yang diminyaki harus diselesaikan dahulu sebelum mulai pekerjaan pengecatan dan tidak ada satu bagianpun yang diminyaki selama atau segera setelah hujan atau selama permukaan kayu masih basah. Diperlukan sekurang-kurangnya 48 jam berselang setiap penggunaan minyak pada bagian yang sama. Jika digunakan ter untuk mengawetkan kayu maka bagian kayu tersebut harus kering dulu sebelum dipasang. Untuk bagian-bagian yang nantinya tidak tertutup oleh lapisan tanah dan sebagainya bisa dilaksanakan pengeteran setelah bangunan tersebut terpasang. Setelah pengolahan bagian-bagian kayu dengan minyak-minyak pengawet kayu maka dapat dilapisi dengan satu lapisan menie atau bahan lain yang telah disetujui. Setelah lapisan menie maka harus diplamuur dan setelah digosok dengan amplas dilapisi dengan tiga lapis cat yang disetujui mutunya. Semua sambungan dan bagian lain yang tidak dapat dicapai setelah pemasangan kayu konstruksi, harus terlebih dahulu diberi lapisan menie 2 kali sebelum pemasangan.Tidak diperkenankan mencat selama permukaan kayu terpengaruh oleh air hujan atau selama permukaan kayu atau besi masih basah. Setelah sekurang-kurangnya 24 jam baru lapisan cat yang berikut dapat diberikan dan setiap lapisan cat harus kering betul sebelum yang berikutnya diberikan.

ST - 34

VI. PEKERJAAN DRAINASE 1.

Perancah Perancah untuk keperluan pengecatan harus dipersiapkan dan harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2.

Sistem Drainage a. Penggalian Penggalian parit untuk sistem drainage dan pembuangan air kotor harus merupakan garis lurus dengan kedalaman, kemiringan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana. Parit tersebut harus mempunyai lebar sehingga memungkinkan pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik karena ruang geraknya mencukupi. tanah galian tidak diperbolehkan ditimbun melebihi 50 cm pada sisi-sisi parit tersebut dan sisa-sisanya diberikan penahan dan sebagainya jika diperlukan untuk menjaga ternyata penggalian tanah melebihi dari yang direncanakan maka harus ditutup dengan beton tumbuk atau beton lain sesuai dengan permintaan Direksi. Pada saat pelaksanaan, tanah galian yang akan digunakan kembali untuk tanah timbunan harus dijaga agar tanah tersebut bebas dari pengotoran yang dapat merusak mutu pekerjan. Bagian bawah dari galian tanah harus menunjukkan daya dukung yang baik agar dapat mendukung bebean yang akan bekerja diatasnya. Juga harus dihindari dari genangan air yang dapat mengganggu lancarnya pekerjaan. b. Pipa PVC untuk Drainage Jika digunakan pipa PVC untuk untuk sistem drainage seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana maka harus dipakai pipa PVC dari jenis serta merk yang disetujui oleh pihak Direksi/Pengawas Lapangan. c. Pipa beton/Buis beton Ukuran pipa beton maupun sambungannya harus sesuai dengan gambar rencana. bentuk pipa harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Pipa harus lurus, dengan ukuran sesuai, ujungnya tajam dan tidak rusak. b. Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan tanpa cacat berupa lubang-lubang ataupun retak-retak. c. Pipa harus kering betul dan siap untuk dipasang. Sambungan antara pipa yang satu dengan yang lain harus dilaksanakan dengan mortar dengan perbandingan campuran 1 pc : 3 psr. d. Letak Pipa Drainase Setiap pipa harus diperhatikan secara seksama pada saat tiba ditempat pekerjaan. Pipa-pipa yang tidak sempurna tidak boleh dipakai dan harus dipisahkan. Pipa drainage harus diletakkan merupakan garis lurus dan dengan kemiringan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana. perhatian khusus harus diberikan agar penempatan pipa tersebut sesuai dengan hasil yang direncanakan dengan menempatkan patok-patok tetap dan sebagainya.

ST - 35

e. Saluran U Pracetak Ukuran saluran maupun sambungannya harus sesuai dengan gambar rencana. bentuk saluran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Beton U Pracetak harus lurus, dengan ukuran sesuai gambar rencana dan dibuat secara pabrikan. b. Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan tanpa cacat berupa lubang-lubang ataupun retak-retak. c. Beton U Pracetak harus kering betul dan siap untuk dipasang. Sambungan antara beton U pracetak yang satu dengan yang lain harus dilaksanakan dengan mortar dengan perbandingan campuran 1 pc : 3 psr. f. Penimbunan Parit Tidak satupun yang boleh ditimbun selama belum diadakan pengecekan dan pengetesan. tanah timbunan dibawah muka tanah asli dari pipa sampai kurang lebih 30 mm diatasnya harus dari material yang terpilih. Pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis dan harus dilaksanakan dengan hati-hati supaya tidak merusak pipa. g. Test Sistem Drainage Setelah dirasa cukup maka sistem drainage harus ditest terlebih dahulu untuk menguji apakah seluruh sistem bisa bekerja dengan baik. test tersebut harus menunjukan hasil yang baik dan tidak boleh menunjukkan hambatan yang berarti kurang berfungsinya seluruh sistem dengan baik. Jika dipandang perlu oleh Direksi maka bagian yang cacat tersebut harus dibongkar dan diperbaharui dengan kerja dan atas biaya pemborong. h. Pembetulan Jalan, Lantai dan sebagainya Jika pipa-pipa dan sebagainya memotong jalan maka setelah pemasangannnya berakhir bagian bangunan atau jalan yang terkena pemotongan tersebut harus dikembalikan seperti semula. kerusakan akibat pemasangan pipa dan sebagauinya harus diperbaiki sedia kala. dan segala biaya yang dikeluarkan akibat kerusakan tersebut menjadi tanggungan pemborong. i. Persiapan Pekerjaan Badan Saluran 1. Pemeriksaan elevasi rencana a) Pengertian elevasi rencana adalah elevasi dasar rencana saluran dan kemiringannya di setiap titik sepanjang lokasi pekerjaan sebagai ditentukan dalam gambar kerja dan persyaratan kontrak. b) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai maupun pada saat pekerjaan dilaksanakan, elevasi tersebut harus diperiksa ketepatannya berkoordinasi dengan Juru Ukur. Fungsi Juru Ukur di sini untuk menetapkan elevasi titik acuan dalam jarak yang cukup jauh, karena apabila panjang pemasangan badan saluran cukup jauh, dikhawatirkan akan terjadi perambatan kesalahan pada penentuan elevasi saluran, apabila penentuan elevasi tersebut hanya dilakukan dengan menggunakan selang timbangan air atau ST - 36

menggunakan benang dan papan nivo (waterpas). Selain itu untuk memulai tahapan pelaksanaan item pekerjaan baru, harus ada ijin dari Direksi Pekerjaan, untuk itu Pelaksana, sesuai dengan program yang dibuat oleh Pelaksana Lapangan, akan membuat surat permohonan ijin kepada Direksi untuk mulai melaksanakan tahapan pekerjaan berikutnya, dalam hal ini adalah pekerjaan badan saluran. Permohonan ini tujuannya adalah agar Direksi melakukan pemeriksaan dan mengesahkan bahwatahapan pekerjaan sebelumnya dalam hal ini pekerjaan galian saluran, sudah diselesaikan sesuai dengan persyaratan. Maksud pemeriksaan elevasi rencana sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai adalah melakukan pengukuran pada elevasi dasar tanah galiannya apakah sudah sesuai dengan ketentuan, termasuk apabila masih diperlukan lapisan pasir di atasnya. Elevasi dasar tanah ataupun pasir tadi harus sudah dipadatkan dan diratakan apabila disyaratkan. Sedang yang dimaksud dengan pemeriksaan elevasi rencana pada saat pelaksanaan pekerjaan, adalah memeriksa elevasi bagian atas konstruksi saluran. Tindakan ini dilakukan apabila dilaksanakan pemasangan beton precast sebagai badan saluran. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat apakah garis tepi bagian atas precastnya tepat berimpit dengan benang yang dipasang sebagai acuan elevasi rencananya. Apabila beton precastnya masih lebih tinggi dari benang, maka beton precast tersebut harus digeser-geserkan sampai ketinggiannya sama dengan ketinggian benangnya. Disini jelas kelihatan fungsi lapisan pasir yaitu untuk meratakan dasar permukaan tanah galian serta untuk meratakan pendistribusian beban ke tanah dasar 2. Pemeriksaan Bouwplank a) Bouwplank merupakan patok yang dipergunakan sebagai acuan terutama untuk menentukan elevasi rencana dan dimensi suatu konstruksi di permukaan tanah. Bouwplank yang dipergunakan untuk pekerjaan ini sama dengan bouwplank yang dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan galian tanah, hanya dilakukan penyesuaian elevasi benangnya agar sama dengan elevasi tepi atas rencana beton precastnya. Pemeriksaan juga dilakukan untuk memeriksa apakah posisi bouwplank masih stabil dan titik acuannya masih akurat. b) Tujuan pemasangan bouwplank adalah untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga elevasi maupun dimensi pekerjaan tersebut bisa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan rapi. c) Keakuratan pemasangan bouwplank diperiksa dari patok titik bantu, penentuan elevasi bouwplank bisa dilakukan dengan menggunakan selang timbangan air atau dengan menggunakan benang dan papan nivo (waterpas) yang ditarik dari patok titik bantu. 3. Pemeriksaan material dan peralatan a) Ketersediaan material untuk pelaksanaan pekerjaan, diperiksa pada setiap tahapan pekerjaan maupun untuk rencana pelaksanaan pekerjaan ke depan. Pemeriksaan ketersediaan material mengacu kepada stok material yang ada di gudang, yang ketersediaannya terkait dengan ST - 37

kebutuhan pemakaian dan kedatangan pesanan barang. Ketersediaan stok material (sebagai contoh semen) yang harus ada, direncanakan berdasarkan jadual pelaksanaan pekerjaan dan kebutuhan pemakaian materialnya, serta dengan memperhitungkan jadual pasokan material. Hal ini untuk mengantisipasi kelangkaan material di pasaran atau keterlambatan pengiriman material. Tugas Pelaksana Lapangan adalah mengkonfirmasi ke bagian logistik, ketersediaan dari kebutuhan material harian yang akan dipakai untuk pelaksanaan, mengacu kepada jadual kebutuhan material harian yang sebelumnya sudah diserahkan. Sedang kalau ada keraguan mengenai kualitasnya bisa dikonfirmasikan kepada Petugas Laboratorium. b) Peralatan yang dipergunakan mengacu kepada metode pelaksanaannya. Sebagai contoh, untuk pemasangan beton pracetak, paling efisien apabila pemasangannya mempergunakan peralatan truk crane. Beton pracetaknya bisa langsung dipasang sambil diturunkan dari truk pengangkutnya. Hal ini akan menghemat waktu pemasangan serta mengurangi kebutuhan tempat untuk menaruh sementara beton pracetaknya di lokasi pekerjaan. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan peralatan crane untuk mengangkat beban adalah kondisi kabel maupun ujung pengaitnya yang harus memenuhi syarat kelayakan untuk operasi. Dalam mengangkat beban harus diperhatikan bahwa posisi kabel harus tegak lurus dengan bebannya sehingga tidak akan terjadi ayunan apabila beban tersebut terangkat. Pemindahan beban dilakukan dengan hati-hati dan dijaga agar beban tidak berayun.

Gambar 1. Contoh pemasangan U ditch dengan menggunakan alat Crane Pekerjaan pemasangan U ditch dilaksanakan pada malam hari agar tidak mengganggu pengguna lalu lintas. Sedang untuk pekerjaan pasangan batu atau lining beton, karena volume mortar atau adukan semennya relatif kecil, dipasang dengan menggunakan tenaga manusia dengan dibantu mesin pengaduk beton (beton molen). Pemilihan jenis dan kapasitas peralatan tergantung kepada jenis, volume pekerjaan dan kondisi lapangannya. Sebagai contoh, untuk mesin pengaduk beton, akan ST - 38

dibutuhkan jumlah/volume yang lebih besar pada pekerjaan lining beton dibandingkan dengan untuk pekerjaan pasangan batu. Karena untuk pekerjaan pasangan batu, dibutuhkan waktu pengerjaan yang lebih lama disebabkan pekerja harus mengatur susunan batu khususnya untuk bagian muka. Untuk angkutan material ke lokasi pekerjaan, perlu dipertimbangkan beberapa hal lainnya antara lain kondisi lokasi pekerjaannya terutama jalan masuknya baik atau buruk, cukup lebar atau sempit, macet atau tidak, serta apakah tersedia tempat untuk stok material di lapangan. Semua faktor tersebut dimasukkan kedalam pertimbangan untuk penentuan metode kerjanya. Sehingga dapat diambil keputusan yang tepat mengenai besar kapasitas dan jumlah alat angkut yang akan dipakai serta waktu pengirimannya. Kondisi peralatan yang akan dipakai maupun kebutuhan bahan bakar serta pelumas bila diperlukan, sebelumnya harus sudah mendapatkan rekomendasi dari Bagian Peralatan. Disini diambilkan contoh salah satu kapasitas beton molen yang ada dipasaran. Berat

: 1600 kg

Volume

: 560 liter

Kapasitas pencampur

: 350 liter

Produktifitas

: 10 -14 m3/jam

Gambar 2. Contoh gambar beton molen c) Prosedur untuk melaksanakan pekerjaan mengacu kepada metode pelaksanaannya dan spesifikasi yang ditetapkan yang berupa instruksi kerja yang harus diikuti. 4. Pelaksanaan Pekerjaan Badan Saluran 4.1. Pemeriksaan bekisting a) Bekisting adalah suatu cetakan yang berupa konstruksi dari metal atau kayu atau kombinasi dari keduanya, untuk mencetak atau membuat konstruksi/bahan konstruksi beton yang akan dilaksanakan, mempunyai bentuk serta dimensi seperti yang kita inginkan. b) Persyaratan bekisting antara lain adalah kuat, permukaan licin, bersih dan tidak bocor. c) Pembuatan bekisting mengacu pada dimensi dan bentuk konstruksi beton yang direncanakan seperti misalnya untuk pembuatan box ST - 39

culvert yang berbentuk kotak, atau gorong-gorong yang berbentuk bulat. Untuk bentuk yang spesifik seperti lengkung, bekisting dibuat berdasarkan pola yang dibuat terlebih dulu sesuai dengan bentuk konstruksi beton yang direncanakan. Untuk keperluan pekerjaan drainase perkotaan, apabila disyaratkan untuk menggunakan beton pracetak, Penyedia Jasa tidak perlu membuat beton pracetaknya sendiri, karena penggunaan beton pracetak disyaratkan harus menggunakan produk yang sudah bersertifikat SNI untuk menjamin kualitas dari produk tersebut, sehingga Kontraktor pelaksana untuk pengadaannya harus membeli kepada produsen beton pracetak yang sudah bersertifikat SNI. Pembuatan bekisting hanya diperlukan pada pembuatan lining beton dilapangan. Bekisting ini bentuknya sederhana, hanya merupakan papan selebar ketebalan liningnya dengan diberi rangka agar tetap lurus dan tidak melengkung.Tugas Pelaksana Lapangan adalah mengarahkan dan mengawasi pembuatan dan penggunaan bekisting tersebut agar sesuai dengan yang direncanakan. 4.2. Pekerjaan pembesian a) Secara umum besi tulangan beton dibagi menjadi jenis yang berprofil dan yang polos, yang mempunyai tegangan tarik tinggi dan yang mempunyai tegangan tarik rendah. Sesuai dengan SNI 07-2052-2002 tentang baja tulangan beton, baja tulangan beton didefinisikan sebagai berikut: Baja berbentuk batang berpenampang bundar yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet dengan cara canai panas (hot rolling). Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip. Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP. Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yangdimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton, disingkat BjTS. Permukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur. Setiap batang diperkenankan rnempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang. Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang teratur serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angka-angka atau huruf-huruf pada permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di mana angka atau huruf dapat ditiadakan. Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sumbu batang, apabila membentuk s udut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada satu sisi, atau kedu a sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70° ST - 40

arah yang berlawanan tidak diperlukan. Tabel 2. Contoh Tabel Sifat Mekanis Tulangan Beton

CATATAN 1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan 2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai renggang dikurangi 2%. Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang tercantum pada tabel 3. 1 kgf/mm² = 9,81 N/mm² b) Tujuan pembesian pada pekerjaan beton untuk membuat konstruksi beton tersebut menjadi lebih kuat terutama dalam memikul gaya tarik karena beton lemah terhadap gaya tarik tetapi kuat terhadap gaya tekan. c) Tugas Pelaksana Lapangan adalah mengarahkan dan mengawasi pembuatan dan pemasangan besi pada konstruksi beton mengacu pada gambar pembesiannya, antara lain mengenai ukuran diameternya, jumlah dan jaraknya. Untuk kostruksi lining beton, bisa dilaksanakan tanpa pembesian, sehingga dari segi biaya bisa lebih murah, karena konstruksi ini tidak memikul beban, hanya berfungsi sebagai pelindung tebing. 4.3. Pekerjaan beton/ pasangan batu kali atau beton pracetak (precast) a) Untuk pekerjaan konstruksi beton, pembuatan campuran betonnya mengacu kepada kuat desak karakteristik beton yang ditetapkan pada perencanaannya. Sesuai dengan PBI Bagian 3 PELAKSANAAN Bab 4 Sub Bab 4.5. MUTU PELAKSANAAN dan KEKUATAN TEKAN BETON KARAKTERISTIK angka (1). Beton adalah bahan konstruksi yang mempunyai sifat kekuatan tekan yang khas, yaitu apabila diperiksa dengan sejumlah besar benda-benda uji, nilainya akan menyebar sekitar suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebaran dari hasil- hasil pemeriksaan ini akan kecil atau besar bergantung pada tingkat kesempurnaan dari pelaksanaannya. Dengan menganggap ST - 41

nilai-nilai dari hasil pemeriksaan tersebut menyebar normal, maka ukuran dari besar kecilnya penyebaran dari nilai-nilai dari hasil pemeriksaan tersebut, jadi ukuran dari mutu pelaksanaannya, adalah deviasi standar menurut rumus :

Dimana s adalah deviasi standar sesuai rumus di atas. Untuk pembuatan lining beton, jenis beton yang dipakai sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasinya, termasuk mengenai persyaratan untuk agregat kasar dan agregat halus yang dipergunakan.Untuk pekerjaan lining beton pada saluran, saat ini lebih disarankan penggunaan beton tanpa tulangan apabila kondisi lingkungan pekerjaan mendukung dalam arti beban tekanan rendah dan tanah dasarnya baik tidak mudah longsor. Hal ini selain membuat konstruksi tersebut dari segi biaya menjadi murah, juga karena kekuatan tulangan beton tidak dibutuhkan dalam kondisi seperti ini. Yang dibutuhkan pada konstruksi lining tanpa tulangan ini adalah contraction joints yang berfungsi untuk menyediakan bagian lemah pada konstruksi untuk retak.Sebagaimana diketahui bahwa konstruksi beton cenderung mengalami retakan pada waktu mengeras, retakan ini juga bisa terjadi karena beton mengalami penyusutan. contraction joints tersebut kemudian ditutup dengan asphalt joint filler. Dengan adanya joints tersebut, retakan bisa dilokalisir dan diminimumkan. Jarak antara contraction joints diambil tiap 3 m. Ketebalan lapisan beton bisa diambil antara 75mm – 100mm dengan slump adukan betonnya antara 50mm– 65mm agar konsistensinya cukup baik untuk ST - 42

bisa dikerjakan dengan tenaga manusia. Sebelum adukan beton dicor, sebaiknya tanah dasarnya dibasahi terlebih dahulu agar tanah tersebut tidak menyerap air semen adukannya. Atau bisa juga tanah dasar tersebut sebelumnya dilapisi dengan lapisan beton tumbuk setebal 25 mm dengan adukan beton tipe K75. Untuk kondisi lingkungan dengan beban tekanan tinggi seperti misalnya saluran drainase yang lokasinya dekat sekali dengan jalan raya dimana tekanan horisontal akibat beban lalu lintas cukup tinggi, maka konstruksi saluran harus menggunakan tulangan. Pemasangan tulangan ini harus cermat, sehingga kedudukan tulangan benar- benar rata sehingga tidak ada bagian tulangan yang tidak terselimuti dengan baik, yang terekspos atau terjadi kontak dengan tanah dasar dibelakangnya. Agar pemasangan tulangan bisa rapi dipergunakan beton tahu sebagai penyangganya. Hal ini sangat penting karena apabila ada bagian tulangan yang terekspos akan mengakibatkan tulangan menjadi korosi dan sebagai awal terjadinya kerusakan konstruksi. Setelah pengecoran diperlukan perawatan keras (curing) selama kurang lebih satu minggu dengan menutup permukaan beton dengan karung basah. Untuk kualitas betonnya bisa dipergunakan beton dengan kuat desak 225 kg/cm2 atau sama dengan beton K225. Pada saat ini penggunaan beton pracetak dengan kuat desak tinggi (K 300) lebih menjadi pilihan.

Tabel 5. Contoh perbandingan campuran bahan untuk membuat 1 m³ beberapa tipe adukan beton. ST - 43

Referensi : SNI DT - 91- 0008 - 2007 Catatan : MPa = Mega Pascal = Mega N/m²

Gambar.4 Contoh peralatan pembuat lining beton untuk saluran di luar negeri dengan menggunakan alat Canal Liner Dengan alat ini pembuatan lining beton bisa dilaksanakan dengan cepat dan efisien. b) Pembuatan konstruksi pasangan batu kali harus mengikuti persyaratan yang ada didalam spesifikasi tekniknya terutama mengenai:  Persyaratan batunya,  Bahan adukannya,  Cara pemasangannya, yang mensyaratkan batunya harus terbungkus dengan rapat oleh adukannya. Persyaratan bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan pasangan batu ialah:  Batu harus keras dan padat,  Permukaannya kasar,  Tanpa ada bagian yang tipis atau retak, dan  Kecuali ditentukan lain oleh gambar atau spesifikasi, mempunyai dimensi lebih besar dari 10 cm. ST - 44

Secara visual kekerasan batu dapat dilihat dan diraba pada permukaannya yang kasar dan tajam, dan tak terjadi pembubukan pada permukaan dan tepi batu.Pembubukan bisa dilihat di tempat tumpukan batu, berupa serbuk batu yang dihasilkan akibat gesekan antar batu, membuat permukaan dan tepi batu menjadi halus. Demikian juga dengan persyaratan untuk agregat halusnya atau pasir. Pasir yang dipergunakan sebagai bahan campuran adukan harus mempunyai sifat sebagai berikut:  Keras,  Berbutir tajam,  Tahan pelapukan,  Memenuhi syarat kandungan bahan organik dan gradasi yang ditetapkan Untuk persyaratan mortar atau adukannya, pada umumnya dipakai campuran satu (1) bagian semen berbanding dengan empat (4) bagian pasir, tapi bisa juga dengan nilai perbandingan yang lain sesuai dengan spesifikasinya. Pencampuran bahan adukan yang ideal adalah dengan menggunakan beton molen, akan tetapi apabila disetujui oleh Direksi bisa juga digunakan cangkul dengan menggunakan kotak yang rapat. Proses pencampuran dilaksanakan sebagai berikut:  Seluruh bahan kecuali air harus dicampur sampai menunjukkan warna yang merata,  Kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.  Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan kekentalan yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70% dari berat semen yang digunakan.  Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung.  Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus dibuang. Cara pemasangan batu harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :  Batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata hingga jenuh.  Pemasangan batu kali harus dilaksanakan dengan cara pemasangan adukan/mortar terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan batu, sedemikian sehingga semua batu akan terlapisi dengan adukan mortar.  Dalam hal apapun, pelaksanaan pemasangan batu tidak boleh dilakukan dengan cara menumpuk batu terlebih dahulu baru kemudian dituangkan adukan mortar ke atasnya.  Sebagai dasar, mortar yang dipasang paling sedikit punya ketebalan 3 cm, dipasang pada dasar saluran yang telah disiapkan, kemudian dilaksanakan pemasangan batu. ST - 45

 Batu harus tertanam sebelum lapisan mengeras, dengan muka terlebar sejajar dengan rencana muka dinding pasangan batu dan jarak antar batu sekitar 2cm sampai 5cm yang merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu bisa terisi penuh dengan adukan  Batu disusun setebal rencana dinding pasangan batu, demikian pekerjaan pasangan batu dilaksanakan untuk selanjutnya. Pelaksana Lapangan tidak bertanggung jawab terhadap kualitas bahan batu maupun agregat halusnya, akan tetapi apabila ada keraguan terhadap kualitas bahan, bisa dikonfirmasikan kepada Petugas Laboratoriumnya. c) Untuk memasang beton precast, pertama harus dibuat metode kerjanya, apakah akan menggunakan alat crane dengan dibantu tenaga manusia sebagai alat pemindah maupun pemasangannya. Pemasangan beton precast harus mengacu pada gambar kerja terutama mengenai:  Kemiringan dan elevasi dasarnya,  Kerataan dan kepadatan tanah dasarnya serta  Kerapihan dalam menyatukan sambungan antar unit betonnya.  Kepadatan timbunan kembali rongga bekas galiannya. Konstruksi beton precast memang didesain menggunakan beton dengan kuat desak tinggi di atas 300 kg/cm² dengan tujuan agar kuat menahan beban tekanan yang besar yang diakibatkan oleh misalnya beban tekanan gandar dari truk yang lewat di atasnya. Beban tekanan dari luar tersebut akan ditahan dengan lebih baik, bila bahan timbunan kembali rongga bekas galian tersebut diisi dengan material pasir. Karena seperti diketahui bahwa material pasir mempunyai sifat yang keras, tidak berbongkah dan tidak kembang susut sehingga bisa mengisi seluruh rongga dengan merata dan padat. Hal ini menimbulkan tekanan tanah pasif yang besar dan merata diseluruh dinding konstruksi dalam menahan beban tekanan dari luar tersebut. Pengaruh ketebalan lapisan pasir dalam menahan beban dari luar bisa dilihat dalam gambar 5. Tugas Pelaksana Lapangan dalam semua pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan instruksi kerjanya sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan

ST - 46

Gambar 5. Contoh Pengaruh Beban dan Fungsi Lapisan Bahan Pasir (diambil dari brosur Precast Concrete Products/ PRECON)

Gambar 6. Contoh Pengaruh Beban dan Fungsi Ketebalan Lapisan dan Timbunan Kembali Bahan Pasir (diambil dari brosur Precast Concrete Products/ PRECON). 4.4. Bangunan pelengkap a) Bangunan pelengkap antara lain terdiri dari: bangunan pintu air, bangunan terjun dan bangunan saringan sampah. b) Konstruksi pintu air dipasang sesuai persyaratan yang ditentukan, terutama yang terpenting adalah dalam hal kelancaran pengoperasian dan tidak ada kebocoran dari aliran airnya. Fungsi pintu air adalah untuk mengatur pembuangan air dari saluran ke sungai dengan cara membuka pintu air saluran bila muka air sungai rendah, dan menutup pintu air untuk menahan masuknya aliran air sungai kedalam saluran bila muka air sungai lebih tinggi dari muka air saluran (biasanya terjadi pada waktu musim banjir. Letak konstruksi pintu air biasanya di outlet saluran menuju ke sungai atau ST - 47

waduk penampung. Pintu air dipasang pada pilar bangunan air dengan terlebih dahulu memasang kerangkanya (guide frame). Perhatian harus diberikan pada waktu menentukan elevasi dasar maupun center line dari konstruksi pintu. Pengecekan ketepatan elevasi/ posisi maupun dimensi dilakukan sejak persiapan block outnya (sponing tempat dudukan rangka pintu), kemudian dilakukan pengecekan posisi dari bagian komponen pintu yang harus tertanam dalam sponing tersebut misalnya perletakan baut angkur pengikat dan lainnya. Dengan demikian apabila pemasangan guide framenya yang merupakan kerangka konstruksi pintu akurat, diharapkan pemasangan komponen selanjutnya bisa berjalan lancar. Komponen pengangkat pintu air yang antara lain terdiri dari batang ulir dan roda gigi harus selalu diperhatikan masalah pelumasannya. Hal ini untuk menjaga agar komponen tersebut selalu terpelihara dan tidak berkarat, yang terlebih penting lagi adalah untuk menjaga agar pengopersian pintu tetap lancar.

Gambar 6. Contoh gambar pintu air dan hidro mekanikalnya c) Pembuatan bangunan terjun tidak berbeda dengan pembuatan bangunan lainnya mengacu pada gambar kerja dan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Bangunan terjun berfungsi untuk mengurangi kemiringan dasar saluran agar kecepatan aliran airnya tidak melebihi yang disyaratkan yang bisa menyebabkan gerusan atau erosi pada salurannya. Konstruksi bangunan terjun dilengkapi dengan kolam olak yang fungsinya untuk meredam energi air yang jatuh sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada konstruksinya maupun bagian saluran di sebelah hilirnya. Dalam merencanakan bangunan terjun bagian yang penting adalah menentukan dimensi kolam olaknya. Demikian juga dalam melaksanakan konstruksi bangunan terjun, agar diperhatikan selain dimensi kolam olaknya harus tepat, juga penempatan elevasi lantai hilirnya harus benar-benar sesuai dengan rencana, jangan sampai lebih ST - 48

tinggi dari yang direncanakan. Karena bila tidak, bisa mengakibatkan energi air yang jatuh masih cukup besar untuk membuat gerusan baik di konstruksi lantainya maupun di dasar saluran di bagian sebelah hilir lantai bangunan (scouring). Hal ini akan menimbulkan proses piping yang akhirnya bisa membuat lantai tersebut menggantung dan patah

Gambar 7. Contoh gambar bangunan terjun

Gambar 8. Contoh gambar kolam olak d) Pembuatan saringan sampah dilaksanakan untuk menyaring sampah dan kotoran yang terbawa aliran air agar tidak masuk ke dalam bangunan yang dilindungi, misalnya gorong-gorong yang terletak di bawah jalan, yang karena bentuk konstruksinya menyebabkan susah untuk dibersihkan sehingga bisa menyumbat konstruksi tersebut. Pada ST - 49

umumnya saringan sampah dibuat pada saluran drainase yang cukup besar serta melewati daerah-daerah yang diperkirakan sebagai penyumbang sampah yang potensial seperti pasar. Saringan sampah dibuat seperti jeruji besi dengan jarak antara yang cukup, sehingga tidak mengganggu aliran airnya tetapi bisa menahan sampah yang dimaksudkan. Yang perlu mendapat perhatian adalah, saringan sampah tersebut harus dijaga kondisinya, agar jangan sampai tertutup rapat oleh sampah yang ada. Keadaan tersebut membuat saluran tidak bisa berfungsi mengalirkan air ke bagian hilirnya, sehingga menyebabkan banjir di daerah bagian hulunya. Untuk menjaga jangan sampai terjadi peristiwa yang demikian, maka pembersihan sampah dan saringannya harus selalu rutin dilaksanakan e) Pembuatan manhole untuk pekerjaan drainase perkotaan tidak spesifik seperti manhole untuk utilitas. Pada umumnya untuk saluran beton precast tipe U-ditch, lobang pemeriksaan bisa dilakukan dimana saja dengan cara membuka tutupnya bila diperlukan. Sedang untuk tipe box culvert, lubang pemeriksaan bisa dibuat setiap jarak yang ditetapkan dengan mengganti konstruksi box culvert ditempat tersebut dengan tipe U-ditch yang bertutup 4.5 Pemeriksaan Hasil Pekerjaan 4.5.1 Pemeriksaan elevasi dan dimensi saluran a) Pemeriksaan saluran dimaksudkan untuk memastikan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik sesuai spesifikasi yang ditetapkan, dalam pengertian baik dimensinya, kualitasnya maupun kerapihannya. b) Pemeriksaan saluran terutama elevasi dan dimensinya bisa dilakukan bersama dengan Juru ukur menggunakan alat ukur dan rol meter . Yang dilakukan dalam pemeriksaan dimensi saluran adalah: melakukan pemeriksaan terhadap alinyeman saluran, lebar atas maupun lebar dasar dan kedalaman dasar saluran, serta kerapihannya di tiap tiap profilnya. Pemeriksaan dimensi tersebut harus memenuhi nilai seperti yang ditetapkan dalam gambar kerjanya, kalaupun ada penyimpangan dari nilai hasil pengukuran, penyimpangan tersebut masih dalam batas toleransi yang ditetapkan. 4.5.2 Pekerjaan perbaikan a) Dalam mengelola pelaksanaan pekerjaan berlaku moto lebih baik mencegah dari pada memperbaiki, untuk itu dilakukan upaya dengan cara, melakukan pengelolaan pekerjaan sejak tahap persiapannya dengan baik, demikian juga pada tahap pelaksanaannya sehingga pekerjaan bisa berjalan dengan lancar tanpa kendala dan berhasil dengan baik. Karena sebagaimana diketahui, melakukan perbaikan pekerjaan yang sudah dilaksanakan, apalagi apabila untuk melakukan perbaikan tersebut harus dilakukan dengan cara membongkar pekerjaan yang sudah jadi, adalah merupakan pemborosan biaya dan waktu pelaksanaan. Untuk itu komitmen terhadap pemenuhan prosedur kerja harus dilaksanakan dengan disiplin dan penuh tanggung jawab. Akan tetapi sebagaimana ST - 50

kondisi pekerjaan pada umumnya, meskipun konstruksi pekerjaan sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, tetap saja terjadi kerusakan yang mungkin terjadi akibat faktor alam atau lainnya yang tidak terduga. Meskipun demikian karena pekerjaan dilaksanakan dengan selalu memenuhi standar prosedur kerjanya, maka kalaupun terjadi kesalahan pelaksanaan, sudah bisa diketahui sejak awal dan bisa segera diperbaiki sebelum sampai pada akhir pelaksanaan yang kemungkinan mempunyai akibat kerusakan yang lebih besar. Dengan demikian perbaikan yang dilaksanakan akan terasa lebih ringan serta menjadikan konstruksi yang dilaksanakan tetap bisa berfungsi dengan baik seperti yang direncanakan. b) Tugas Pelaksana Lapangan adalah untuk mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan perbaikan konstruksi, mengacu pada instruksi kerjanya agar pekerjaan perbaikan bisa berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan dan hasilnya memenuhi persyaratan yang ditetapkan. 4.5.3 Uji coba pengaliran a) Uji coba pengaliran adalah melakukan uji coba pada konstruksi yang sudah selesai dilaksanakan, untuk mengetahui apakah konstruksi tersebut bisa berfungsi dengan baik seperti yang direncanakan ataukah masih ada hambatan-hambatan yang mengganggu kelancaran fungsi tersebut. Dengan uji coba ini bisa langsung diketahui hambatan-hambatan apa saja dan di bagian sebelah mana yang masih mengganggu kelancaran fungsi tersebut sehingga dapat dicarikan solusinya. b) Proses uji coba dilaksanakan dengan disaksikan oleh pihak Direksi pekerjaan, dengan cara menjalankan konstruksi tersebut sesuai dengan fungsinya, dengan memberikan beban sesuai kapasitas maksimum, kemudian diperiksa hasilnya, kalau masih ada kekurangan dievaluasi lagi dan dibuatkan solusinya. 8.

Masa Pemeliharaan Terhitung dari tanggal penyerahan pertama dengan jangka waktu yang ditentukan dalam kontrak, pemborong diwajibkan memperbaiki pekerjaan yang kurang baik, pengurugan amblas, bahan yang jelek atau hal-hal lain yang sesuai dengan catatan dari Direksi. Setelah semua kekurangan dan kerusakan ini diperbaiki dengan memuaskan dan diterima dengan baik oleh Direksi, maka setelah jangka waktu pemeliharaan dilampaui, pekerjaan sekali lagi diserahkan oleh pemborong. Hal ini akan dinyatakan secara tertulis dalam bentuk suatu Berita Acara Penyerahan Kedua. Bila pemborong dalam masa tersebut atas teguran/pemberitahuan Direksi tidak melaksanakan perbaikan/pemeliharaan, maka Direksi berhak untuk memutuskan /memotong jaminan pemeliharaan atau menyuruh pihak ketiga untuk melakukan pekerjaan itu atas tanggungan pemborong (pihak kedua).

ST - 51

VII. PEKERJAAN PELAPIS DINDING DAN LANTAI 1. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan Paving block Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis Paving Block pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini atau sesuai Petunjuk Pengawas Lapangan. b. Pekerjaan Batu Alam Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis Batu Alam pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini atau sesuai Petunjuk Pengawas Lapangan. 2. Bahan-bahan a. Pekerjaan Paving block 1) Untuk semua paving block menggunakan paving ukuran 20x20cm, tebal 8 cm, K-300, warna merah dan abu-abu, produksi Conbloc atau sekualitas. 2) Pasang kanstein baru menggunakan kanstein ukuran 15x30x60cm produksi Conbloc atau sekualitas 3) Khusus untuk Paving block dan Kanstein yang dimaksud sebelum didatangkan atau memulai pemasangan Kontraktor harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada Direksi dan Konsultan Pengawas serta dilakukan tes uji karakteristik ke Laboratorium Teknik Sipil dan semua biaya ditanggung kontraktor b. Pekerjaan Batu Alam 1) Semua bahan batu alam harus sesuai dengan jenis/type yang tertera pada gambar dan spesifikasi yang dimaksud. 2) Khusus untuk batu alam yang dimaksud diatas Kontraktor harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada Direksi. 3) Sebelum mengadakan pemasangan/mendatangkan bahan Kontraktor harus o persetujuan. c. Pekerjaan Lantai Batu Candi 1) Bahan batu candi menggunakan batu ukuran 20 x 40 cm dengan tebal 5 cm 3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Pekerjaan paving block 1) Umum a) Lapisan Subgrade Subgrade atau lapisan tanah paling dasar harus diratakan terlebih dahulu, sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang kita perlukan untuk kemiringan Drainage (Water run off) yaitu minimal 1,5 %. Subgrade atau lapisan tanah dasar tersebut harus kita padatkan dengan kepadatan minimal 90 % MDD (Modified Max Dry Density) sebelum pekerjaan subbase dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Ini sangat penting untuk kekuatan landasan area paving nantinya. b) Lapisan Urugan Pasir Pekerjaan lapisan urugan pasir harus disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Profil lapisan permukaan dari subbase juga harus mempunyai minimal kemiringan 2%, satu arah melintang kearah saluran / parit n. Kemiringan ini sangat penting untuk jangka panjang kestabilan paving kita. Pemasangan paving yang paling utama adalah perkerasan landasan bawah harus benarbenar baik dan padat untuk lapisan menggunakan pasir hitam dengan ketebalan 10 cm berfungsi untuk meratakan pada saat pemasangan. c) Kanstein/Penguat tepi (Kerb) Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving pada tiap sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada hasil akhirnya 2) Pemasangan Paving a) Pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar diatas lapisan base. Kemudian diratakan dengan jidar kayu sehingga mencapai kerataan yang seragam dan harus mengikuti kemiringan yang sudah dibentuk sebelumnya pada lapisan base.

ST - 52

b) Penggelaran pasir alas tidak melebihi jarak 1 meter di depan paving terpasang dengan tebal screeding. c) Pemasangan paving harus kita mulai dari satu titik/garis (starting point) diatas lapisan pasir alas (laying course). d) Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang kita tarik tegang dan kita arahkan melintang sebagai pedoman garis A dan memanjang sebagai garis B, kemudian kita buat pasangan kepala masing-masing diujung benang tersebut. e) Pemasangaan paving harus segera kita lakukan setelah penggelaran pasir alas. Hindari terjadinya kontak langsung antar block dengan membuat jarak celah/naat dengaan spasi 2-3 mm untuk pengisian joint filler. f) Apabila tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang permukaan paving minimal mencapai 2 % dan maksimal 4 % denga toleransi cross fall 10 mm untuk setiap jarak 3 meter dan 20 mm utnuk jarak 10 meter garis lurus. Pembedaan maksimum kerataaan antaar block tidak boleh melebihi 3 mm. g) Pengisian joint filler harus segera kita lakukan setelah pamasangan paving dan seera dilanjutkan dengan pemadatan paving. h) Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat plat compactor yang mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m2 dengan gaya sentrifugal sebesar 16 s/d 20 kN dan getaran dengan frekwensi 75 s/d 100 MHz. Pemadatan hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan dengan pemasangan paving dengan minimal akhir pemadatan meter dibelakang akhir pasangan. Jangan meninggalkan pasangan paving tanpa adanya pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya deformasi dan pergeseran garis joint akibat adanya sesuatu yang melintas melewati pasangan paving tersebut. Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua putaran, putaran yang pertama ditujukan untuk memadatkan pasir alas dengan penurunan 5-15 mm (tergantung pasir yang dipakai).Pemadatan putaran kedua, disertai dengan menyapu pasir pengisi celah/naat block, dan masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan. 3) Pemasangan Kanstein a) Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving pada tiap sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada hasil akhirnya. Pemasangan Kanstein dipasang sesuai gambar atau menyesuaikan kondisi lapangan setelah dilakukan pengukuran (Uitzet). Nat-nat pada sambungan Kansten diisi dengan perekat 1PC:3 Ps. b. Pekerjaan Batu Alam 1) Semua bahan – bahan yang datang harus mendapatkan persetujuan dari Direksi untuk dapat dilakukan pekerjaan selanjutnya 2) Batu Alam sebelum dipasang harus disiram dengan air agar monolit terlebih dahulu 3) Batu Alam yang akan dipasang harus bersih dari semua kotoran dan debu 4) Ujung pertemuan antar sisi batu alam harus dilakukan pemotongan bagian dalam batu alam agar sisi pertemuan menjadi satu garis lurus 5) Pemasangan batu alam dilakukan dengan campuran 1 Pc : 4 Ps 6) Setiap sekali pemasangan batu alam, maka permukaan batu alam harus segera dibersihkan dari segala kotoran akibat campuran atau debu pada hari itu juga agar kondisi permukaan batu alam tetap bersih dan tidak terjadi kerak. 7) Setelah sehari pemasangan batu alam selesai maka permukaan batu alam bisa dilakukan pelapisan Coating.

ST - 53

IX. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL 1. Lingkup Pekerjaan a. Umum 1) Pengadaan bahan-bahan dan alat-alat sampai ditempat lokasi 2) Pemasangan bahan-bahan dan alat-alat tersebut sampai bisa beroperasi dengan sempurna, sampai mendapat persetujuan Direksi. 3)Pengujian-pengujian dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan selama dalam masa pemeliharaan. b. Pemasangan instalasi penerangan, stop kontak dan Penyambungan Daya Baru. 1) Seluruh pemasangan tersebut diatas dari jenis, type dan ukuran serta cara pemasangan sesuai yang dinyatakan dalam gambar. 2) Pemasangan armateur lampu, saklar-saklar dan stop kontak dari macam dan jenis sesuai yang dinyatakan dalam gambar / RKS. 3) Pemasangan pekerjaan lain dan nyata-nyata menurut gambar dan RKS harus dipasang. 2. Bahan – bahan a. Persyaratan Umum Bahan-bahan yang akan dipasang harus baru dan memenuhi persyaratanpersyaratan bahan berdasarkan PUIL 2010, syarat-syarat LMK dan peraturan-peraturan setempat atau peraturan Standart Internasional yang berlaku. b. Bahan dan peralatan untuk sistem distribusi daya listrik. 1) Box Panel dengan ketebalan 1,8 mm warna cat oven warna abu-abu atau cream menggunakan merk Saka atau sekwalitas. 2) Sirkuit breaker menggunakan MCB,MCCB merk Scheneider atau sekualitas yang mendapat Sertifikat PLN atau LMK dan berstandar SNI 3) Kabel-kabel tegangan rendah dalam hal ini kabel instalasi penerangan dan stop kontak dengan jenis dan ukuran sesuai yang dinyatakan dalam gambar dengan merk Eterna atau sekwalitas (bersertifikat LMK) jenis NYY. Sedangkan Kabel Induk Daya Panel menggunakan jenis NYY. 4) Semua bahan dan peralatan harus baru dan sesuai dengan syarat-syarat yang dimaksud dalam gambar dan RKS. c. Pipa-pipa instalasi dan persilangan 1) Pipa kabel digunakan pipa merk Clipsal atau sekualitas. 2) Persilangan-persilangan pipa disambung dengan T doosyang dilengkapi dengan tutupnya menggunakan merk Clipsal atau sekwalitas. 3) Isolasi kabel menggunakan merk Unibell atau sekualitas. d. Saklar dan stop kontak 1) Armateur – armateur saklar dan stop kontak menggunaan merk Panasonic atau sekualitas. 2) Doos menggunakan tipe inbouw (tertanam dalam dinding) menggunakan merk Panasonic atau sekwalitas. e. Titik lampu untuk instalasi penerangan 1) Armateur-armateur lampu yang terpasang terdiri dari jenis : a. Lampu Taman type Ballglass diameter 30 cm produksi DLX atau sekwalitas. b. Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) type tiang Oktagonal jenis Parabolic (lengkung), tinggi 7 meter ; merk Raja Lampu atau sekwalitas, terdiri dari 2 jenis tiang yang terpasang : 1. Tiang yang mempunyai cabang 1 2. Tiang yang mempunyai cabang 2 2) Sedangkan isi lampu dari armature-armature tersebut diatas yaitu : a. Untuk Armature lampu Taman menggunakan lampu SL Tornado 24 Watt merk Philips atau sekwalitas.

ST - 54

b. Untuk armature Lampu PJU menggunakan lampu Mercury HPLN 250 Watt merk Philips atau sekwalitas. 3) Semua bahan-bahan adalah harus baru dan sesuai dengan syarat-syarat yang dimaksud dalam gambar dan terlebih dahulu diajukan contoh atau brosur/katalog, 15 (lima belas) sebelum terpasang untuk mendapat persetujuan dari pihak Direksi. 3. Syarat – syarat Pelaksanaan a. Persyaratan Umum 1) Gambar Rencana Gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum dari peralatan – peralatan yaitu lampu– lampu,stop kontak, dll. Penyesuaian harus dilakukan dilapangan, jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi dilapangan. 2) Gambar pelaksanaan Gambar-gambar jaringan terpasang, dibuat oleh Kontraktor berdasarkan gambar rencana. Perubahan atas gambar-gambar rencana harus melalui persetujuan Direksi, setelah ada pengajuan tertulis dari Kontraktor. 3) Standart dan peraturan pemasangan Seluruh pekerjaan harus diselenggarakan mengikuti Standart dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik 2010 dan Standart Internasional yang tidak bertentangan dengan PUIL 2010. 4) Instalatir dan Tenaga pelaksana a) Surat ijin bekerja yang masih berlaku bagi instalatir adalah klasifikasi C, yang harus dimiliki secara hak oleh Kontraktor, satu copy dari Surat Ijin tersebut harus diserahkan kepada Direksi. b) Kontraktor harus menempatkan secara penuh (full time) seorang Koordinator yang ahli dalam bidangnya, berpengalaman dalam pekerjaan dan serupa dan dapat sepenuhnya mewakili Kontraktor dengan predikat baik. Tenaga-tenaga pelaksana harus dipilih hanya yang berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan instalasi listrik secara umum kuat, aman dan rapi. b. Sistim Distribusi Penyambungan Daya Listrik - Adanya pekerjaan Penyambungan Daya Baru ke PLN untuk memenuhi kebutuhan Daya Listrik Instalasi Penerangan dan Stop Kontak. - 10 (sepuluh) hari setelah dterbitkannya SPMK, Kontraktor harus segera mengajukan proses Penyambungan Daya Baru tersebut ke PLN agar tidak terjadi keterlambatan pekerjaan. - Kapasitas Penyambungan Daya Baru sesuai dengan yang dicantumkan dalam Gambar atau Bill of Quantity (BQ). - Panel Taman (Panel Induk) : 1. Bahan, dari pelat baja tebal 2 mm, dicat dasar tahan karat bagian luar dan dalam sebelum dicat akhir dengan cat open warna abu-abu/ Cream sekwalitas Saka. 2. Bentuk fisik Panel Induk dan sub Panel, harus mempunyai pintu yang dapat dikunci dan handel serta dapat dibuka/tutup dengan mudah yang dilengkapi dengan : 3. Lampu kecil untuk menunjukkan phase R, S, T berwarna merah, kuning dan hijau dan saklar untuk mematikan, sesuai dengan daya yang dibutuhkan. 4. Pada panel induk dipasang meter penunjuk Volt meter, switch selector voltage. Dalam hal ini sesuai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. 5. Bus-bar  bus-bar disanggah kokoh dengan bahan isolator  Bus-bar netral dan bus-bar pentanahan dipasang pada posisi berseberangan (atas dan bawah/kiri dan kanan)  Bus-bar diberi tanda untuk phase R, S, T, nol dan pentanahan  Bus-bar pentanahan (ground) dihubungkan dengan bagian-bagian yang harus tidak bertegangan, antara lain : kotak panel atau benda- benda konduktif.

ST - 55

6. Kabel-kabel  Ujung-ujung kabel berkas (standart) harus mempunyai sepatu kabel (schoen) type compression yang diameter / ukurannya disesuaikan dengan penampang kabel yang terpasang. c. Titik Instalasi Penerangan - Armatur/Kap Lampu 1. Jenis armature /kap lampu yang terpasang harus disesuaikan dengan jenis lampunya sebagai isi dari kap tersebut 2. Bentuk, jenis dan fungsinya seperti yang tertera dalam gambar. 3.Seluruh penyambungan kabel didalam Armature/Kap harus menggunakan terminal kabel , kecuali yang dipasang pada Fitting bisa langsung disambungkan di mur yang sudah tersedia didalam Fitting tersebut. 4. Sebelum Kap tersebut dipasang ,Kontraktor harus mengajukan contoh bahan atau brosur/katalog, untuk mendapat persetujuan dari Pihak Direksi/Konsultan Pengawas. - Jenis Lampu 1. Lampu Mercury HPLN.  Daya Lampu Mercury HPLN yang terpasang 250 Watt  Lampu berfungsi sebagai Penerangan Area Parkir dan dibeberapa tempat seperti yang ditunjukkan dalam gambar.  Pemasangan lampu terletak didalam armature/kap yang berfungsi untuk itu dimana permukaanya terbuat kaca sehingga dapat meneruskan cahaya kebidang yang diteranginya serta dapat dibuka dan ditutup dengan baik apabila lampu tersebut perlu diganti (mati).  Kabel-kabel dalam kap harus ditata/diatur sedemikian rupa sehingga tidak menempel body kap lampu tersebut. 2. Lampu SL  Lampu SL yang terpasang jenis SL Tornado mempunyai daya 24 Watt  Lampu ini sebagai isi dari Armature/kap lampu Taman type Ball Glass. d. Titik Instalasi Stop kontak (kotak kontak) 1. Seluruh stop kontak harus memiliki terminal fasa netral dan pentanahan (grounding). 2. Pemasangan stop kontak tertanam dalam dinding (inbouw) dan terletak didalam Rumah Pompa yang berfungsi sebagai sumber daya dari Pompa Air. 3. Tinggi pemasangan stop kontak, disesuaikan dengan kondisi tata letak Pompa. 4. Pemasangan stop kontak terdiri dari 3 buah stop kontak (stop kontak 3x) yang dipasang sejajar dan pemasangannya dengan cara di paralel satu dengan yang lainnya. 5. Jenis stop kontak yang terpasang yaitu Type Water Proffing dikarenakan pemasangannya diarea basah untuk menjaga keamanan serta kontinuitas jaringan instalasi dayanya bisa berfungsi dengan baik. 6. Semua stop kontak satu fasa harus mempunyai rating 10 A/16 A – 250 V/380 V. 7. Pemasangan ketinggian Stop Kontak harus koordinasi terlebih dahulu dengan Konsultan Pengawas sebelum dipasang. e. Kabel 1. Kabel-kabel yang dipergunakan sesuai ukuran, jenis yang dinyatakan dalam gambar. 2. Kabel-kabel instalasi menggunakan warna-warna sesuai PUIL 2010 ,yaitu :  Merah fasa R  Kuning fasa S  Hitam fasa T  Biru fasa Netral/nol

ST - 56

 Kuning strip hijau untuk pentanahan/arde 3. Pemasangan jaringan kabel yang terpasang adalah jaringan kabel yang tertanam didalam tanah jenis NYY dan dilindungi dengan Pipa Clipsal. 4. Jalur pemasangan kabel tanam harus sesuai dengan gambar yang sudah ada. Tidak diijinkan mamasang jalur dengan potong kompas (melintang). 5. Apabila dikarenakan dengan kondisi tidak memungkinkan terpasang sesuai dengan gambar,maka kontraktor harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak Direksi/Konsultan Pengawas untuk mencari jalan keluarnya. 6. Didalam pipa pelindung jaringan instalasi tidak diijinkan adanya sambungan kabel didalamnya. Stop kontak (kotak kontak) 4. Pengujian Instalasi 1. Kontraktor harus mempersiapkan peralatan, tenaga ahli dan fasilitas lainnya untuk menyelenggarakan serangkaian pengujian terhadap material equipment, serta instalasinya, untuk memperlihatkan bahwa seluruh pekerjaan sudah dilaksanakan dengan baik, memenuhi segala persyaratan dan apa yang dimaksudkan. Semua pengujian diselenggarakan atas biaya kontraktor. 2. Pengujian berikut harus dilakukan untuk kabel instalasi, sebelum dan sesudah dipasang : test insulasi, test kontinuitas, dengan disaksikan oleh Direksi dan dicatat hasilnya. 3. Sebelum pengujian diadakan antara lain pemeriksaan-pemeriksaan berikut :  Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud.  Pemeriksaan kekuatan mekanis  Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.  Kontraktor harus membuat Gambar As Built Drawing yang dikerjakan dan juga berfungsi sebagai Jaminan Instalasi Listrik dari Kontraktor (Biro Teknik) yang bisa dipertanggung jawabkan serta hasil tes uji Pentanahan Panel juga tertera.

ST - 57

X. PEKERJAAN HYDRANT KERING 1. Pekerjaan Persiapan 1.1.Papan Nama Proyek Pelaksanaan pekerjaan a. Penyedia Jasa diwajibkan memasang papan nama proyek dengan ukuran 140 x 110 di tempat lokasi kegiatan yang mudah dilihat umum. b. Pemasangan papan nama pekerjaan dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan. c. Bentuk papan nama pekerjaan, ukuran, isi dan warnanya ditentukan kemudian, yang dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Direksi Teknis. 1.2. Listrik Kerja dan Air Kerja 1) Lingkup pekerjaan Pekerjaan pengadaan listrik kerja dan air kerja merupakan pekerjaan pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan dan pengadaan listrik untuk pelaksanaan pekerjaan serta untuk penerangan lokasi di malam hari, pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran namun menjadi kewajiban penyedia barang dan jasa dalam pengadaannya, untuk kelancaran pekerjaan. 2) Pelaksanaan pekerjaan  Pengadaan air kerja dengan pengadaan pompa air untuk mengambil air bersih pada sumur eksisting yang ada.  Air bersih ditampung menggunakan bak penampung air (drum) untuk pelaksanaan pekerjaan serta untuk air kebutuhan direksi.  Pengadaan listrik kerja dengan pemasangan listrik sementara dari PLN atau boleh menggunakan Genset berkapasitas cukup digunakan untuk kelancaran pekerjaan serta penerangan lokasi site.  Lampu-lampu penerangan site dipasang permanen sampai selesainya pekerjaan. 1.3. Kantor Sementara/Direksi Keet 1) Lingkup pekerjaan Pekerjaan pembuatan kantor sementara/Direksi Keet adalah pekerjaan penyediaan kantor di lokasi proyek sebagai sarana untuk pengawasan, evaluasi dan koordinasi proyek, pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran namun menjadi kewajiban penyedia barang dan jasa dalam pengadaannya, untuk kelancaran pekerjaan. 2) Pelaksanaan pekerjaan  Kantor sementara/Direksi Keet merupakan bangunan dengan konstruksi rangka kayu, lantai diplester, penutup pintu/jendela secukupnya untuk penghawaan/pencahayaan. Ukuran luas kantor disesuaikan dengan kebutuhan dengan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan serta dilengkapi dengan pemadam kebakaran.  Perlengkapan perlengkapan kantor yang harus disediakan Penyedia Jasa konstruksi berupa: Meja kursi tamu, Meja Kursi Rapat, Papan Tulis (white board) dan Alat tulis, Helm Pengaman, P3K, 1 Unit Komputer dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).  Setelah proyek selesai barang tersebut menjadi milik penyedia Jasa konstruksi. 1.4. Pekerjaan Pembersihan Lokasi a. Lingkup pekerjaan, Pekerjaan pembersihan lokasi adalah pekerjaan pembersihan lokasi proyek yang ditunjukkan pada gambar rencana hingga lokasi proyek siap untuk pekerjaan selanjutnya. b. Pelaksanaan pekerjaan  Lokasi proyek harus dibersihkan dari rumput, semak, akar akar pohon.

ST - 58

 Segala macam sampah sampah dan barang barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar pagar proyek meskipun untuk sementara. 1.5.Penyediaan Alat-alat Pemadam Kebakaran, Keselamatan Kerja Selama pembangunan berlangsung, penyedia Jasa konstruksi wajib menyediakan tabung alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) lengkap dengan isinya, dengan jumlah minimal 3 (tiga) tabung, masing masing tabung berkapasitas 3.5 kg. Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan Peralatan P3K, helm pengaman, sabuk pengaman, masker, sepatu lapangan dan alat-alat keselamatan kerja lainnya yang dipandang perlu selama proses pekerjaan. 1.6.Pemasangan rambu-rambu Selama pembangunan berlangsung penyedia Jasa Konstruksi wajib memasang rambu-rambu petunjuk maupun peringatan, seperti rambu peringatan berhati-hati karena lokasi akses keluar masuk kendaraan proyek dan lain-lain 2. Pekerjaan Tanah Dan Urugan 2.1.Lingkup kerja Pekerjaan Tanah dan Urugan meliputi pekerjaan galian tanah; urug kembali tanah bekas galian; urugan pasir bawah pondasi menerus, pondasi Menerus dan dasar lantai; serta pemadatan tanah. 2.2.Standar a. ASTM-D-1556 b. ASTM-D-1557 Cara pengujian hubungan antara basah dan kepadatan tanah dengan menggunakan martil 10 pound dan dijatuhkan setinggi 18 inchi dengan menggunakan 3 lapisan berganti-ganti. 2.3. Pelaksanaan pekerjaan : a. Pekerjaan galian tanah pondasi 1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan galian tanah pondasi meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing. 2) Kedalaman dan lokasi yang akan di gali harus sesuai dengan gambar perencanaan. 3) Penempatan tanah bekas galian penempatan nya tidak boleh mengganggu pekerjaan lain. 4) Untuk tanah bekas galian yang akan digunakan untuk pengurugan kembali bekas galian harus ditempatkan pada tempat yang tidak mengganggu pekerjaan. 5) Untuk pekerjaan urug kembali bekas galian harus dipadatkan mengunakan alat pemadat sehingga tanah bekas galian memenuhi tanah padat yang sempurna. 6) Pekerjaan penggalian harus dilakukan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga pekerjaan galian pada jalur yang tepat. Bila terdapat kerusakan-kerusakan pada bangunan bawah tanah yang ada sebagai akibat penggalian. Kontraktor harus memperbaikinya kembali sesuai dengan keadaan semula dengan biaya Kontraktor. b. Pekerjaan urugan pasir. 1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja urugan pasir meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing. 2) Pasir yang digunakan harus memenuhi gradasi yang disyaratkan, ketebalan harus sesuai dengan yang direncanakan, atau pasir setempat yang telah memenuhi hasil pengujian

ST - 59

3)

4) c. 1)

2) 3)

4) 5) 6)

material. Pasir harus bebas dari bahan bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam. Pasir yang digunakan menggunakan pasir urug. Material pasi harus bebas dari sampah, semen, batuan besar atau kotoran lain yang dapat merusak pipa atau menyebabkan pipa tidak tersupport secara sempurna. Pasir urug berfungsi sebagai pelindung pipa dari getaran dan tekanan vertikal. Ketebalan dasaran pasir urug minimal 10 cm dan harus dipadatkan menggunakan stamper. Pekerjaan urugan tanah Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan urugan tanah dan pemadatannya meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing. Kedalaman dan lokasi yang akan di timbun harus sesuai dengan gambar perencanaan. Material urugan untuk pekerjaan pemasangan pipa harus bebas dari sampah, semen, batuan besar atau kotoran lain yang dapat merusak pipa atau menyebabkan pipa tidak tersupport secara sempurna. Pemadatan tanah menggunakan alat pemadat/stamper. Pemadatan di lakukan setiap ketebalan urugan Urugan baru dapat dilaksanakan, setelah pemasangan pipa selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi Proyek. Pengembalian muka tanah harus sama dengan kondisi semula sebelum penggalian

3. Pekerjaan Hydrant 3.1. Lingkup pekerjaan Pekerjaan Hydrant meliputi pengadaan dan pemasangan Hidrant dan instalasinya. Detail seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana. 3.2. Standar a. Perda Pemda setempat Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat b. Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. c. PERMEN PU NOMOR : 26/PRT/M/2008 tentang PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN d. NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems e. NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose Systems f. NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps g. SNI 03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang 3.2. Spesifikasi Teknis Peralatan Utama Dan Instalasi a. Hydrant Pilar One Way 2.5" EX-Hooseki, Gunnebo b. Hydrant Box Outdoor EX-Zhield - Fire Hose 1,5 x 30 mtr Machino Coupling - Hose rack 1,5” - Nozzle Machino cpl jet 1,5” - Hydrant Valve 1.5" - Machino Coupling 1.5" c. Pipa Galvanis SCH 40 1/2" Sekualitas Bakrie d. Pipa Galvanis SCH 40 3" Sekualitas Bakrie e. Pipa Galvanis SCH 40 4" Sekualitas Bakrie

ST - 60

f. g. h. i. j.

Pipa Galvanis SCH 40 6" Sekualitas Bakrie Siamese Connection S11 Sekualitas Hooseki Gate Valve EX-NBC, Toyo, Kitz Check Valve EX-NBC, Toyo, Kitz Pengadaan Dan Pemasangan Pompa Hydrant

 Electric hydran EX Torishima Electric Fire Pump Type pompa : Centrifugal End Suction Kapasitas : 250-GPM Head pompa : 80 m Putaran pompa : 2.900 rpm Daya pompa : +30 kW Karakteristik listrik : 380 V, 3 phase, 50 Hz, Star Delta Start Jumlah : 1 (satu) unit. Lengkap dengan Panel Kontrol Electric Fire Pump.  Jockey pump EX Torishima Jockey Pump Type pompa : Centrifugal multi stage pump Kapasitas : 26,5-GPM Head pompa : 100 m Putaran pompa : 2.900 rpm Daya pompa : 11 kW Karakteristik listrik : 380 V,3 phase, 50 Hz, Variable Speed Drived Jumlah : 1 (satu) unit. Lengkap dengan panel kontrol Jockey Pump  Perlengkapan pemipaan / pompa, antara lain : - Coumpond suction gauge - Discharge pressure gauge - Automatic air release valve - Main relief valve  Pressure Tank 1000 liter EX Hydrophore 3.3. Ketentuan Bahan dan Peralatan a. Pillar Hidran. Pillar hydrant yang dipergunakan disini adalah jenis one way terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi beton secukupnya. Jenis coupling harus disesuaikan dengan model yang dipergunakan oleh Mobil Dinas Kebakaran Kota. Setiap pillar hydrant harus dilengkapi dengan gate valve untuk memudahkan maintenance. Sistem perpipaan dilemgkapi dengan dengan main valve dan branch valves. Hydrant Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints atau cat ICI, (jenis exterior coating) dan diberi tulisan “Hydrant” warna putih. b. Box Hidran  Box terbuat dari plat dengan tebal + 2 mm.  Dimensi box : tebal maksimal 200 mm  Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan diberi tulisan “Hydrant” dengan warna putih.  Linen Fire hose ukuran 40 mm x 30 Meter mudah digulung, tahan terhadap tekanan dan penyambungan dengan sistem quick coupling type Machino dan memenuhi standard BS 6391

ST - 61

 Nozzle jet diameter 40 mm semua dalam keadaan baru dan fabricated.  Hose rack untuk slang 40 mm, chronium plated bronze dengan jumlah gigi disesuaikan dengan lebar box.  Hydrant valve, chronium plated 40 mm sambungan dan bentuk valve disesuaikan dengan posisi pipa. c. Pipa Galvanis SCH 40. Pipa GWI yang dipakai adalah kelas Medium A yang tahan terhadap Pengujian Tekanan Air sebesar 50 Kg/cm2.. Ukuran pipa yang digunakan harus sesuai dengan standar SNI, SII dan ASTM A53, dilapis dengan galvanis dengan cara Hot dipped. Ujung pipa yang akan disambung dibuat tapper butt weld. Pipa diusahakan dari produsen yang sama dan terdapat tanda pabrik dengan jelas. d. Siamese Connection. Siamese connection dibuat dari bronze lengkap dengan built-in check valve dan outlet coupling yang sesuai dengan standard yang dipergunakan oleh Dinas Pemadam Kota. Ukuran : 100 X 65 X 65 mm Type : Free standing type dengan chromium plated finish atau cast Iron free standing type dengan lapisan anti karat. Sambungan : Jenis coupling harus disesuaikan dengan dinas kebakaran setempat. Perlengkapan :- Check valve - Bak kontrol dan tutup. e. Gate Valve  Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge disk, screwed end untuk valve sampai dengan diameter 100 mm.  Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel shaft, hand wheel operated with position indicator untuk valve lebih besar dari diameter 50 mm dengan body material cast iron untuk tekanan 150 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi. f. Check Valve  Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal disk, screwed end untuk valve sampai dengan diameter 100 mm.  Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk tekanan 300 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi. 4. Spesifikasi Material Pipa 4.1. Lingkup Pekerjaan Pemilihan, penanganan dan pengangkutan material mulai dari pemesanan ke lokasi kerja hingga pipa dan peralatannya terpasang sesuai rencana kerja. 4.2. Syarat 1) SNI 07-0242.1-2000 Spesifikasi pipa baja yang dilas dan tanpa sambungan dengan lapis hitam dan galvanis panas 2) SNI 03-6405-2000 Tata cara Pengelasan pipa baja untuk air dilapangan 3) ASTM A53 Specification for Pipe, Steel, Black and Hot-Dipped, Zinc-Coated, Welded and Seamless 4) ASTM A105 Specification for Carbon Steel Forgings for Piping Applications 4.3. Penerimaan material 1) Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru (New Product), bebas dari defective material, improver material dan menjamin terhadap kualitas atau mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.

ST - 62

2) Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti dengan yang sesuai dan dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) minggu setelah ditanda tangani berita acara penerimaan barang. 3) Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan menjadi tanggungan/beban Kontraktor. 4.4. Penanganan Material 1) Penyedia barang/jasa harus menjamin barang-barang pipa, katup dan kelengkapannya ditangani, diangkat, diangkut, disusun, dan disimpan dengan baik; agar pipa, katup, dan kelengkapannya tidak mengalami kerusakan. 2) Crane dan peralatan pengangkut lain harus disediakan untuk keperluan mengangkut dan menurunkan pipa, katup, dan kelengkapannya. Kelengkapan-kelengkapan tersebut tidak diperbolehkan jatuh. Penyedia jasa harus menyediakan fasilitas tersebut termasuk pengawas pelaksana yang diperlukan untuk menjamin tutup ujung pipa (ends of pipe), penghubung pipa, penutup pipa dan kelengkapannya tidak mengalami kerusakan pada saat penempatan ditempat sementara atau gudang penyimpanan. 3) Pada saat pengangkutan pipa, katup dan perlengkapannya harus disangga oleh karung pasir atau penahan sejenis sehingga tidak mengalami kerusakan.Setiap pipa, katup dan perlengkapannya yang mengalami keretakan atau kerusakan ditetapkan oleh pengawas yang ditunjuk oleh pengguna jasa harus ditandai sebagai Barang yang Ditolak dan harus disingkirkan. 4.5. Contoh Barang 1) Penyedia jasa wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan kepada Pengawas atau Brosur-brosur dari alat-alat tersebut dan menunggu persetujuan dari pemilik proyek / Pengawas / Perencana sebelum alat-alat tersebut dipasang. 2) Contoh barang dimasukkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah diturunkannya SPK untuk diperiksa Pemilik/Perencana dan Pengawas. 3) Contoh-contoh barang yang sudah disetujui oleh pemilik proyek/Pengawas/ Perencana harus disimpan di Direksi Keet guna dijadikan Referensi bagi pemasangan di lapangan. Bila bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor penyelidikan bahan-bahan atas biaya Pemborong. Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/tidak bisa dipakai oleh Pengawas/ Perencana, maka Pemborong harus mengangkut bahan-bahan tersebut ke luar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, harus sudah tidak ada di lapangan (site). 4.6. Gudang Penyimpanan Pipa dan Perlengkapannya 1) Penyedia jasa pengadaan harus menyusun pipa secara tepat dalam bentuk stack didalam area gudang penyimpanan. Susunan pipa dan batasan jumlah pipa dalam setiap stack harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pengambilan dan pengendalian pemasaukan pipa baru. 2) Ukuran kayu penyangga dalam stack harus seragam dan cukup kuat menahan beban pipa yang digulingkan diatasnya. Biaya pengadaan stack merupakan beban penyedia jasa. 3) Perlengkapan, katup, meter, alat ukur, dan pipa-pipa harus tersimpan dengan baik dalam area yang tertutup sebelum digunakan dalam pemasangan pipa. 4.7. Pengangkutan Pipa dari Gudang Penyimpanan ke Lokasi Pemasangan 1) Penyedia jasa harus menyediakan alat pengangkut dan peralatan pendukungnya untuk mengangkut pipa, katup dan perlengkapannya dari gudang penyimpanan menuju lokasi pemasangan pipa. 2) Selama poses pemindahan pipa, katup dan perlengkapannya dari tempat penyimpanan menuju alat pengangkut, selama pengangkutan menuju tempat pemasangan, dan

ST - 63

penurunan dari kendaraan pengangkut penyedia jasa harus menjamin kondisi fisik pipa, katup, dan perlengkapannya dalam keadaan baik tanpa ada kerusakan. 3) Penyedia jasa harus memasang pipa, katup dan perlengkapannya serta bangunan pelengkap sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan. 4) Penyedia jasa perlu menyiapkan strategi untuk mengatasi kondisi jalan kampung sempit dan tidak dapat diakses kendaraan roda empat. Berat pipa 4 inch sepanjang 6 meter adalah sekitar 97 kg 5. Penyambungan Pipa 5.1.Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan penyambungan meliputi pengelasan pipa distribusi, instalasi dalam rumah pompa, pemasangan kotak hidran, pemasangan siammese connection dan hidrant pillar. 5.2. Standar a. SNI 03-6405-2000 Tata Cara Pengelasan Pipa Baja untuk Air di Lapangan b. American Welding Society AWS D-19.0 Welding Zinc Coated Steel c. Standar PU AB-D/LW/TC/011/98 Tata Cara Pemotongan dan Penyambungan Pipa 5.3. Sistem Penyambungan Pipa a. Sambungan menggunakan las listrik, dan menurut aturan AWS D19.0 Welding Zinc Coated Steel permukaan baja yang akan dilas harus bebas dari seng meski sudah dilapisi. Lapisan seng harus digerinda sampai sekitar 5 cm dari ujung yang akan di las. Perlindungan seng (galvanis) harus dikembalikan setelah proses las selesai sesuai aturan ASTM 780 menggunakan cat yang mengandung serbuk seng (Zn) atau produk sejenis yang mampu membuat lapisan galvanis setebal lapisan semula. b. Belokan dengan radius minimal 5 kali diameter pipa dari bahan yang sesuai dengan jenis bahan pipanya (long elbow) mengikuti gambar rencana. c. Sambungan flanged dilakukan pada setiap sambungan aksesoris pipa seperti gate valve, check valve, sambungan akhir ke hidran pillar, hidrant box dan ke rumah pompa. d. Sambungan flange juga digunakan pada setiap bagian (section) pipa untuk memudahkan pengetesan sambungan. e. Untuk sambungan flanged harus dilengkapi ring dari karet secara homogen. f. Kawat las yang dipergunakan untuk pipa baja adalah jenis JIS 3211 atau semutu dan disetujui Direksi Proyek.Kawat las yang lembab tidak dapat dipakai dan kadar kelembaban harus kurang dari 2,5 %. g. Mesin las yang dapat dipakai harus disetujui Direksi Proyek. h. Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi pada elemen konstruksi pipa yang dilas. Penyambungan pipa harus selesai dalam sekali pengelasan, maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus dibersihkan dahulu dari kerak- kerak las / slag dan percikan-percikan logam yang ada. Tebal las pada sekali pengelasan maximum 7 mm. Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang samasekali. Bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diuji sesuai dengan standard AWS D1.0. Dan bila ada kerusakan maka segala macam biaya yang menyangkut perbaikan harus ditanggung oleh Kontraktor. i. Bila pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka lebar galian perlu ditambah agar juru las dapat bekerja dengan baik dan posisi pipa dijaga tetap stabil untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik. j. Bila pengelasan dilakukan diluar parit galian, maka jumlah pipa-pipa yang dilas harus sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu panjang tertentu dari pipa yang dilas, dan cara penempatan pada posisi yang benar sehingga pada waktu pengelasan dan penurunan

ST - 64

pipa kedalam parit galian, pipa tidak mengalami kerusakan. Dalam hal ini rekanan terlebih dahulu harus meminta persetujuan dari Direksi Proyek. k. Semua sambungan pipa yang sudah dilas harus dites sebelum diurug. Pengetesan dilaksanakan dengan cara-cara yang disetujui Direksi Proyek. Pemeriksaan dengan ultrasonik untuk las dan teknik serta standard yang dipakai harus sesuai dengan AWS D 1.0. atau harus sesuai dengan persyaratan ASTM E114 - 75 ; Ultrasonic Contact Examination or Weldmends : E273-68: Ultrasonic Inspection of Longitudinal and Spiral Weldsof Welded Pipe and Tubing 1974. Cara pemeriksaan dengan "Particle Magnetic" harus sesuai dengan ASTME109. Cara pemeriksaan dengan "liquid Penetrant" harus sesuai dengan ASTME109. Semua lokasi pengujian harus dipilih oleh Pemberi Tugas. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las dan sebagainya, menjadi tanggung jawab Kontraktor. l. Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dalam bidangnya dan mempunyai sertifikat keahlian dalam bidang ini. Bila Direksi proyek meminta, maka sertifikat ini harus diberikan. m. Penyedia jasa wajib memperhatikan keselamatan kerja. Proses pengelasan menghasilkan uap dan gas yang dapat mengandung logam berbahaya bagi kesehatan pekerja. Ventilasi yang baik dan alat perlindungan diri harus digunakan secara benar. n. Setelah dilas lapisan bagian dalam (lining) dan luar (coating) pipa dipasang kembali seperti semula dengan cara-cara menurut petunjuk dan peraturan-peraturan pabrik membuat pipa. o. Semua sambungan las harus dicat dengan cat dasar anti karat synchromate setara produksi Kansai Paint minimum 2 lapis, kemudian di cat akhir minimum 2 lapis dengan cat besi yang tahan terhadap karat, dan dibalut dengan rapi. p. Sambungan pipa sudah termasuk aksesoris belokan dan flens.

Contoh sambungan dengan las 5.4. Penumpu Pipa a. Seluruh pipa harus diikat/ditetapkan, kuat dengan dudukan dan angker yang kokoh (rigit), agar inklinasinya tetap, untuk mencegah timbulnya getaran dan gerakan. b. Dudukan pipa dibuat pada setiap belokan, percabangan tee, valve dan sambungan akhir, sesuai gambar rencana.

ST - 65

5.5. Valve dan fitting a. Valve yang akan dipergunakan harus mengikuti salah satu standar yang disetujui oleh Direksi. Seluruh valve pada badan luar harus tercetak asli dari pabrik dan dicor dengan huruf timbul yang dapat menunjukkan nama atau merk dagang pembuatnya, tekanan kerja, class serta diameter nominalnya. Harga penawaran setiap macam valve harus sudah termasuk dengan kelengkapannya masing-masing seperti baut, mur karet packing (unit set) , termasuk dengan upah kerja pemasangan ( Complete Works Joint Materials ). Bila kualitas valve yang dipakai meragukan, maka Direksi berhak merekomendasikan kepada rekanan untuk mengganti dengan jenis serta kualitas yang telah memenuhi standar dan teruji pemakaiannya. Valve yang ditawarkan adalah dalam kondisi baru ( bukan valve bekas) dan sesuai dengan Tekanan kerja yang diminta dalam spesifikasi teknis dan yang tercantum dalam Bill of Quantity. b. Air valve yang dipergunakan harus dapat beroperasi secara otomatis dan mempunyai tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan kerja dan tidak terjadi kebocoran bila tekanan minimum 0,1 bar. Air valve harus dapat berfungsi melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa, dapat memasukkan udara selama penggelontoran, melepaskan udara bila udara terjebak dalam pipa, dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepaskan serta aman terhadap vacum. 5.6. Menurunkan Pipa Kedalam Parit a. Pipa yang akan dipasang diturunkan kedalam galian dengan alat-alat khusus yang disediakan oleh rekanan. Semua pipa, fitting dan perlengkapannya harus diturunkan dengan hati-hati kedalam parit galian secara satu persatu dengan derek, tali – tali dan lain-lain alat yang sesuai untuk menghindari dari kerusakan. b. Tali yang digunakan haruslah bersifat lemas dan tidak boleh menggunakan seling baja atau rantai, karena dapat merusak dan menggores pipa. c. Bila rekanan menggunakan kait untuk mengangkat dan menurunkan pipa, maka ujung kait ini harus dilindungi karet, untuk menghindari kerusakan pada ujung-ujung pipa dan inner lining dari pipa baja. d. Bila terjadi kerusakan pada pipa dan perlengkapannya akibat kelalaian rekanan, rekanan harus mengganti pipa-pipa yang rusak atau memperbaiki kembali (bila masih dapat diperbaiki) seperti semula dengan persetujuan Direksi Proyek. e. Selama penurunan pipa-pipa harus dihindari terbantingnya atau terbeturnya pipa, karena dapat menimbulkan pecah atau retak-retak pada pipa dan lapisan cement liningnya atau kerusakan pada ujung pipa yang akan menyulitkan pemasangan sambungannya. 6.

Tes Commisioning 6.1. Lingkup Pekerjaan. Pengujian per bagian sambungan dilakukan setelah sambungan pipa diturunkan dan pengujian setelah seluruh sistem terpasang. 6.2. Standard : SNI 19-6782-2002 : Tata Cara Pemasangan Perpipaan Besi Daktil dan Perlengkapannya 6.3. Persyaratan - Pipa yang telah dipasang harus ditest diuji/pada setiap sambungannya untuk diketahui apakah penyambungan pipa sudah dilakukan dengan sempurna. - Pengetesan dilakukan sebelum galian diurug agar dapat diperiksa oleh direksi proyek. Pada posisi pipa telah terletak didalam parit. - Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan disaksikan oleh direksi proyek.

ST - 66

- Pengetesan ulang harus dilaksanakan kembali bila hasil pengetesan belum mendapat persetujuan direksi proyek. - Bila tidak ditentukan lain, maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pengetesan ini menjadi tanggung jawab rekanan. - Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari panjang pipa, dengan panjang jaringan pipa untuk tiap kali pengetesan tidak lebih dari 50 m. - Pengetesan pipa harus dilakukan dengan tekanan minimal 15 atmosfir atau satu kali tekanan kerja pipa, dan apabila selama 2 (dua) jam tekanan tidak berubah atau turun, test dinyatakan berhasil dan dapat diterima. 6.4. Cara pengetesan : a. Hydrostatic pressure test. - Setelah pipa dipasang, pada pipa tersebut harus dilakukan pengujian hidrostatis (Hydrostatic pressure test) - Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini disedikan oleh rekanan, cara-cara pelaksanaan pengujian harus mendapat persetujuan Direksi proyek. - Sebelum dilaksanakan pengujian semua udara harus dikeluarkan dari dalam pipa dengan cara mengisi pipa dengam air sampai penuh. Bila pada jalur pipa yang diuji tidak terdapat valve pembuangan udara (air valve) rekanan dapat memasang kran pembuang udara pada tempat yang disetujui direksi proyek. Setelah udara habis terbuang dari dalam pipa, keran pembuang udara dapat ditutup rapat-rapat dan kemudian pengujian dapat dilakukan. - Saat-saat dilaksanakan pengujian, semua keran-keran harus dalam keadaan tertutup. Lama pengujian dilaksanakan minimum 120 menit. - Pada waktu pengujian, semua sambungan pipa, fitting maupun perlengkapan lainnya harus diuji/dites pada galian parit yang terbuka (belum diurug). Bila kelihatan ada kebocoran-kebocoran pada sambungan-sambungan tersebut maka sambungan tersebut harus diperbaiki sehingga tidak terdapat kebocoran pada tempat sambungan tersebut. b. Leakage test. - Pengujian kebocoran harus dilaksanakan setelah pengujian tekanan hidrostatis selesai dilaksanakan dan disetujui direksi proyek. Rekanan harus mempersiapkan semua peralatan-peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pengujian kebocoran. Lamanya pengujian untuk tiap-tiap kali pengujian adalah 2 jam dan selama pengujian, pipa-pipa harus tetap menunjukan tekanan normal. - Hasil pengujian dianggap baik dan akan disetujui direksi proyek bila memenuhi standar pengujian kebocoran pada sambungan-sambungan pipa sampai hasil pengujian kebocoran memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. - Persamaan yang diberikan untuk menentukan berapa besarnya ”kebocoran” yang diijinkan adalah : Dalam satuan metric : Lm =

𝑆𝐷√𝑃 2816

Lm : adalah kebocoran yang diizinkan (liter/jam) S : adalah panjang pipa uji (meter) D : adalah diameter pipa nominal (inci) P : adalah tekanan uji (bar)

ST - 67

7. Lain-lain 7.1. Hal – hal yang belum jelas disebutkan dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini, akan disampaikan dan dijelaskan dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing). 7.2. Pemborong harus membuat gambar As Built Drawing sebanyak 5 ( lima ) exemplar yang telah disetujui oleh Direksi dan Pengguna Jasa. Dalam gambar as built drawing tersebut dicantumkan pula tabel mengenai spesifikasi material yang dipakai, baik material dasar maupun material finishing

ST - 68

XI. PERKERASAN ASPAL LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT 11.1.1

UMUM

1)

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan berbaban pengikat ( seperti : Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, dll). 2)

3)

Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas b) Kajian Teknis Lapangan c) Bahan dan Penyimpanan d) Pengamanan Lingkungan Hidup e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja f) Pelebaran Perkerasan g) Babu Jalan h) Lapis Pondasi Agregat i) Lapis Pondasi Semen Tanah j) Campuran Aspal Panas k) Campuran Aspal Dingin l) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama m) Pengembalian Kondisi Babu Jalan Lama pada Jalan Ber• penutup Aspal

Seksi 1.8 Seksi 1.9 Seksi 1.11 Seksi 1.17 Seksi 1.19 Seksi 4.1 Seksi 4.2 Seksi 5.1 Seksi 5.4 Seksi 6.3 Seksi 6.5 Seksi 8.1 Seksi 8.2

Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 2432: 2011 SNI 2434: 2011 SNI 2488: 2011 SNI 03-36421994 SNI 03-36431994 SNI 03-36441994 SNI 4798: 2011 SNI 03-47991998 SNI 03-67212002 SNI 6832: 2011

Cara Uji Daktilitas Aspal Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan Alat Cincin dan Bola (Ring and Ball) Cara Uji Penetrasi Aspal Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi dengan Penyulingan. Aspal Emulsi Tertahan Saringan No.20 Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspal Emulsi Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik Spesifikasi Aspal Cair Tipe Penguapan Sedang Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal Emulsi dengan Alat Saybolt Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik

ST - 69

AASHTO: AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO

M20- 70 (2004) M140-03 T44-03 T59-01 (2005)

Penetration Graded Asphalt Cement Emulsified Asphalt Solubility of Bituminous Materials Testing Emulsified Asphalts

British Standards : BS 3403

:

Industrial Tachometers

4)

Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.

5)

Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Peketjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal. Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi ketentuan. Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang dapat ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga (porous). Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau. Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk pembuangan bahan yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter material), atau penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap Pengikat harus segera diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan lain yang terjadi dibongkar dan dipadatkan kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali Lapis Resap Pengikat.

6)

Pengajuan Kesiapan Kerja Penyedia Jasa harus mengajukan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan : a) Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik pembuat• nya dan hasil penguj ian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3 ).(c), diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menjelas• kan bahwa bahan aspal tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan jenis yang sesuai untuk bahan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat, seperti yang ditentukan pada Pasal 6.1.2 dari Spesifikasi ini.

ST - 70

b)

c) d)

Catatan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan meteran pengukur harus dikalibrasi sampai memenuhi akurasi, toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai. Grafik penyemprotan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari Spesifikasi ini dan diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja harus dilaksanakan sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan harian untuk pekerjaan pelaburan yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini.

7)

Kondisi Tempat Kerja a) Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas. b) Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja (struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena percikan aspal. c) Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. d) Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan dan sarana pertolongan pertama.

8)

Pengendalian Lalu Lintas a) Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini. b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap dampak yang terjadi bila lalu lintas yang dijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang baru dikerjakan,.

6.1.2 1)

BAHAN Bahan Lapis Resap Pegikat a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini: i) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) yang memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menunjukkan peresapan yang baik pada lapispondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi barns mengandung residu basil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan

ST - 71

. ii)

b)

c)

2)

Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama barns dari 80 - 85 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph - 85 pph) kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cair basil kilangjenis MC-30).

Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, barns

sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus . digunakan bahan penyerap (blotter material) dari basil pengayakan kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen barns lolos ayakan ASTM 3/8" (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen barns lolos ayakan ASTM No.8 (2,36 mm).

Bahan Lapis Perekat a)

Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 036932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan ..

b)

Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal (25 pph - 30 pph).

c)

Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus bahan styrene butadiene rubber latex atau polycholoprene latex sesuai dengan AASHTO M316-99 (2003) Table 1 CRS-2L dengan kandungan karet kering minimum 60%. Kadar bahan modifikasi (polymer padat) dalam aspal emulsi haruslah min 2,5% terhadap berat residu aspal. Dalam kondisi apapun, aspal emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan. Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting, CRS-1) yang digunakan barns memenuhi Tabel 6.1.2(1).

ST - 72

Tabel 6.1.2.(1). Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Tack Coat No

Sifat

Standar

Satuan

Batasan

SNI 03-6721-2002 AASHTO T59-01 (2005) SNI 03-3643-1994 SNI 03-3644-1994 AASHTO T59-0H2005) SNI 03-3642-1994

Detik % berat % berat

100 - 400 Maks. l Maks. 0,1 Positf Min.40 Min.65

Pengujian pada Aspal Emulsi 1 2 3 4

5 6

Viskositas Savbolt Furol oada 50°C Stabilitas Penyimpanan dalam 24 jam Tertahan saringan No. 20 Muatan ion Kemamouan rnenzernulsi kembali Kadar residu dengan destilasi

-

% berat % berat

Pengujian pada Residu Hasil Penguapan Penetrasi SNI 06-2456-1991 7 0,1 mm Daktilitas 4°C, 5 cm/menit SNI 06-2432-1991 8 cm 9 SNI 06-2432-1991 cm Daktilitas 25°C, 5 cm/menit AASHTO T44-03 10 Kelarutan dalam Tricloroethvlene % berat Catatan: * Jika kelarutan residu kurang dari 97,5o/o, aspal pengikat dasar untuk emulsi yang Kelarutan aspal pengikat dasar harus lebih besar dari 990/o.

d)

100-175 Min.30 Min.125 Min.97.5* hams diuji.

Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.

PERALATAN

6.1.3 1)

Ketentuan Umum Penyedia Jasa harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal.

2)

Distributor Aspal - Batang Semprot a)

Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.

b)

Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang sudah merata dapat disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan, pada takaran yang ditentukan dalam rentang 0, 15 sampai 2,4 liter per meter persegi.

c)

Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot sehingga dapat mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel, dipasang pada jarak yang sama yaitu 10 ± 1 cm. Distributor aspal juga harus dilengkapi pipa semprot tangan.

ST - 73

3)

Perlengkapan Perlengkapan distributor aspal hams meliputi sebuah tachometer (pengukur kecepatan putaran), meteran tekanan, tongkat celup yang telah dikalibrasi, sebuah termometer untuk mengukur temperatur isi tangki, dan peralatan untuk mengukur kecepatan lambat. Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor hams dikalibrasi untuk memenuhi toleransi yang ditentukan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini. Selanjutnya catatan kalibrasi yang teliti dan memenuhi ketentuan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.

4)

Toleransi Peralatan Distributor Aspal Toleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pada distributor aspal dengan batang semprot hams memenuhi ketentuan berikut ini : Ketentuan dan Toleransi Yang Dijinkan Tachometer pengukur ± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan kecepatan kendaraan BS 3403 Tachometer pengukur kecepatan putaran pompa

± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan

Pengukursuhu

± 5 °C, rentang O - 250 °C, minimum garis tengah

BS 3403

arloji 70 mm Pengukur volume atau tongkat celup 5)

± 2 persen dari total volume tangki, nilai maksimum

garis skala Tongkat Celup 50 liter.

Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaaan Distributor aspal hams dilengkapi dengan Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan yang hams disertakan pada alat semprot, dalam keadaan baik, setiap saat. Buku petunjuk pelaksanaan hams menunjukkan diagram aliran pipa dan semua petunjuk untuk cara kerja alat distributor. Grafik Penyemprotan hams memperlihatkan hubungan antara kecepatan dan jumlah takaran pemakaian aspal yang digunakan serta hubungan antara kecepatan pompa dan jumlah nosel yang digunakan, berdasarkan pada keluaran aspal dari nosel. Keluaran aspal pada nosel (liter per menit) dalam keadaan konstan, beserta tekanan penyemprotanya hams diplot pada grafik penyemprotan. Grafik Penyemprotan juga hams memperlihatkan tinggi batang semprot dari permukaan jalan dan kedudukan sudut horisontal dari nosel semprot, untuk menjamin adanya tumpang tindih (overlap) semprotan yang keluar dari tiga nose I (yaitu setiap lebar permukaan disemprot oleh semburan tiga nosel).

6)

Kinerja Distributor Aspal a)

Penyedia Jasa hams menyiapkan distributor lengkap dengan perlengkapan dan operatomya untuk pengujian lapangan dan hams menyediakan tenaga• tenaga pembantu yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut sesuai perintah Direksi Pekerjaan. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan kinerjanya tidak dapat diterima bila dioperasikan sesuai dengan

ST - 74

Grafik Takaran Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan atau tidak . memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi dalam segala seginya, maka peralatan tersebut tidak diperkenankan untuk dioperasikan dalam pekerjaan. Setiap modifikasi atau penggantian distributor aspal harus diuji terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

7)

b)

Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang dihasilkan oleh distributor aspal harus diuji dengan cara melintaskan batang semprot di atas bidang pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari lembaran resap yang bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus dipakai dalam menentukan takaran aktual pada tiap lembar dan perbedaan tiap lembar terhadap takaran rata-rata yang diukur melintang pada lebar penuh yang telah disemprot tidak boleh melampaui 15 persen takaran rata-rata.

c)

Ketelitian yang dapat dicapai distributor aspal terhadap suatu takaran sasaran pemakaian alat semprot harus diuji dengan cara yang sama dengan pengujian distribusi melintang pada butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang 200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus dijalankan dengan kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran sasaran pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dengan minimum 5 penampang melintang yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap yang berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 0,5 meter dari tepi bidang yang disemprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal penyemprotan. Takaran pemakaian, yang diambil sebagai harga rata-rata dari semua kertas resap tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. Sebagai altematif, takaran pemakaian rata-rata dapat dihitung dari pembacaan tongkat ukur yang telah dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan pengujian ini minimum 70 persen dari kapasitas distributor aspal harus disemprotkan.

Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer) Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan perlatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti distributor aspal. Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga dalam kondisi baik, terdiri dari : a) b) c)

Tangki aspal dengan alat pemanas; Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal dapat tersemprot keluar; Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluamya aspal (nosel).

Agar diperoleh hasil penyemprotan yang merata maka Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga operator yang terampil dan diuji coba dahulu kemampuannya sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

ST - 75

PELAKSANAANPEKERJAAN

6.1.4 1)

Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal a)

b)

c)

d) e)

f) g)

h)

i)

2)

Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini. Apabila pekerjaan Lap is Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.1, 4.2, 5.1, 5.4, 6.3, 6.4, atau 6.6 dari Spesifikasi ini yang sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut. Untuk lapis resap pengikat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu pada Pasal 6.1.2.(1 ). dan Untuk lapis perekat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu pada Pasal 6.1.2.(2). Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a) dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan. Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot. Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu. Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima. Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal a)

Penyedia Jasa harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperin• tahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut : Lapis Resap Pengikat

0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk Lapis Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat

ST - 76

Lapis Perekat

b)

Sesuai dengan jenis permukaan yang akan mene• rima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan dipakai. Lihat Tabel 6.1.4.(1) untuk jenis takaran pemakaian lapis aspal.

Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabet 6.1.4.(1), kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Temperatur penyemprotan untuk aspal cair yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan dalam daftar ini, temperatumya dapat diperoleh dengan cara interpolasi. Tabet 6.1.4.(1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Jenis Aspal

Aspal Cair Aspal Emulsi Aspal Emulsi yang diencerkan (1: 1)

Aspal Emulsi

Takaran (liter Permukaan Baru atau Aspal atau BetonLama Yang Licin 0,15 0,20 0,40 0,20

per meter persegi) pada Permukan Permukaan Porous dan Berbahan Terekpos Pengikat Semen Cuaca 0,2- 1,0 0,15 - 0,35 0,2-1,0 0,20 - 0,50 0,4-2,0 0,40- 1,00 0,20 - 0,50

0,2- 1,0

Modifikasi Tabel 6.1.4.(2) Temperatur Penyemprotan Jenis Aspal Aspal cair, 25-30 pph minvak tanah Aspal cair, 80-85 pph minyak tanah (MC-30) Aspal emulsi, emulsi modifikasi atau aspal emulsi yang diencerkan c)

3)

Rentanz Suhu Penvemprotan 110 ± 10 °C 45±10°C Tidak dipanaskan

Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus diganti atas biaya Penyedia Jasa.

Pelaksanaan Penyemprotan a)

Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas• batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.

b)

Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer). Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

ST - 77

c)

d)

e)

f)

g)

Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal hams satu lajur atau setengah lebar jalan dan hams ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot hams lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain. Lokasi awal dan akhir penyemprotan hams dilindungi dengan bahan yang cukup kedap. Penyemprotan hams dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidangjalan yang akan disemprot. Distributor aspal hams mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini hams tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir. Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan. Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan hams segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan, hams dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai basil kali panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.4.(2).(a) dari Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini : Toleransi takaran pemakaian

h) i)

j)

I % dari volume tangki

± (4 % dari takaran yg diperintahkan

+

----------------------------

)

Luas yang disemprot

Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya . Penyemprotan harus segera dihentikan jika temyata ada ketidaksempumaan peralatan semprot pada saat beroperasi. Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet. Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang menun• jukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter material) yang memenuhi Pasal 6.1.2.( 1 ).(b) dari Spesifikasi ini

-

ST - 78

sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat. k)

6.1.5

Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus dilabur kembali dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.

PEMELIHARAAN DAN PEMBUKAAN BAGI LALU LINTAS 1)

2)

Pemeliharaan Lapis Resap Pengikat a)

Penyedia Jasa harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam Pasal 6.1.1.(5) dari Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar. Lapisan berikutnya hanya dapat dihampar setelah bahan resap pengikat telah meresap sepenuhnya ke dalam lapis pondasi dan telah mengeras. Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu penundaan harus sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan minimum dua hari dan tak boleh lebih dari empat belas hari, tergantung dari lalu lintas, cuaca, bahan aspal dan bahan lapis pondasi yang digunakan.

b)

Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan mengering serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. Dalam keadaan khusus, lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu tersebut, tetapi tidak boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan Lapis Resap Pengikat tersebut. Agregat penutup (blotter material) yang bersih, yang sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.(1 ).(b) dari Spesifikasi ini harus dihampar sebelum lalu lintas diijinkan lewat. Agregat penutup harus disebar dari truk sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas bahan aspal yang belum tertutup agregat. Bila penghamparan agregat penutup pada lajur yang sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur yang belum dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebarnya paling sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika sampai tertutup harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih (overlap) bahan aspal sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d) dari Spesifikasi ini. Pemakaian agregat penutup harus dilaksanakan seminimum mungkin.

Pemeliharaan dari Lapis Perekat Lapis Perekat harus disemprotkan hanya sebentar sebelum penghamparan lapis aspal berikut di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat. Pelapisan lapisan beraspal berikut tersebut harus dihampar sebelum lapis aspal hilang kelengketannya melalui pengeringan yang berlebihan, oksidasi, debu yang tertiup atau lainnya. Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas. Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat telah mengering sehingga hilang atau berkurang kelengketannya. Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tiba-tiba dengan menggunakan udara bertekanan (compressor) dapat dilakukan sebelum lapis beraspal dihampar hanya bila lamanya durasi hujan kurang dari 4 jam. Pemberian kembali

6 - 11

ST - 79

lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat terkena hujan lebih dari 4 jam. 6.1.6

PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DI LAPANGAN a)

b)

c)

d)

e)

6.1.7 1)

Contoh aspal dan sertifikatnya, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.1.1.(6).(a) dari Spesifikasi ini harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan pekerjaan. Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus diambil dari distributor aspal, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir penyemprotan. Distributor aspal harus diperiksa dan diuji, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.3.(6) dari Spesifikasi ini sebagai berikut: i) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada Kontrak tersebut; ii) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000 liter, dipilih yang lebih dulu tercapai; iii) Apabila distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut. Gradasi agregat penutup (blotter material) harus diajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum agregat tersebut digunakan. Catatan harian yang terinci mengenai pelaksanaan penyemprotan permukaan, termasuk pemakaian bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar Lembar 1.10 seperti terdapat pada Gambar.

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN Pengukuran Untuk Pembayaran a) Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai terkecil di antara berikut ini : jumlah liter residu pada 15 °C menurut takaran yang diperlukan sesuai dengan Spesifikasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan, atau jumlah liter residu aktual pada 15 °C yang terhampar dan diterima. Gunakan Lampiran 6.1 untuk konversi suhu pelaksanaan di lapangan ke suhu standard 15 °C. Pengukuran volume harus diambil saat bahan berada pada temperatur keseluruhan yang merata dan bebas dari gelembung udara. Kuantitas dari aspal yang digunakan harus diukur setelah setiap lintasan penyemprotan. b) Setiap agregat penutup (blotter material) yang digunakan harus dianggap termasuk pekerjaan sementara untuk memperoleh Lapis Resap Pengikat yang memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau dibayar secara terpisah. c) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di atasnya diberi Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat, sesuai dengan Pasal 6.1.4.(a) dan

ST - 80

6.1.4.(b) tidak akan diukur atau dibayar di bawah Seksi ini, tetapi harus diukur dan dibayar sesuai dengan Seksi yang relevan yang disyaratkan untuk pelaksanaan dan rehabilitasi, sebagai rujukan di dalam Pasal 6.1.4 dari Spesifikasi ini. d)

2)

Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d) sampai 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan permukaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai menurut Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah.

Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.1.(5) di atas, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan tambahan, kuantitas maupun pengujian yang diperlukan oleh perbaikan ini.

3)

Dasar Pembayaran Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan, termasuk bahan penyerap (blotter material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini. NomorMata Pembavaran

Uraian

Satuan Pengukuran

6.1.(la)

Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair

Liter

6.1.(lb)

Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi

Liter

6.l.(2a)

Lapis Perekat - Aspal Cair

Liter

6.l.(2b)

Lapis Perekat - Aspal Emulsi

Liter

6.1.(2c)

Lapis Perekat - Aspal Emulsi Modifikasi

Liter

6 - 13

ST - 81

LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) DAN LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA) 6.2.1

UMUM 1)

Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing) yang dapat terdiri dari laburan aspal satu atau dua lapis, setiap lapis diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup dengan butiran agregat (chipping). Pelaburan aspal (surface dressing) ini umumnya dihampar di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat atau Lapis Pondasi Berbahan Pengikat Semen atau Aspal, atau di atas suatu permukaan aspal lama. 2)

3)

Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas b) Kajian Teknis Lapangan c) Bahan dan Penyimpanan d) Pengamanan Lingkungan Hidup e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja f) Bahu Jalan g) Lapis Pondasi Agregat Lapis Pondasi Semen Tanah f) Lapis Pondasi Agregat dengan Cement Treated h) Base i) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat j) Campuran Beraspal Panas k) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama l) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan

: : : : : : : : :

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi

1.8 1.9 1.11 1.17 1.19 4.2 5.1 5.4 5.6

: : : :

Seksi Seksi Seksi Seksi

6.1 6.3 8.1 10.1

Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-1968-1990

Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus DanKasar

SNI 2417: 2008

Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles

SNI 2432: 2011

Cara Uji Daktilitas Aspal

SNI 2433: 2011

Cara Uji Pengujian Titik nyala dan Titik Bakar dengan alat Cleveland Open Cup

SNI 2434: 2011

Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan Alat Cincin dan Bola (Ring and Ball)

SNI 2439: 2011

Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan Pada Campuran Agregat-Aspal

SNI 2441 : 2011

Cara Uji Pengujian Berat Jenis Aspal Keras

SNI 2456: 2011

Cara Uji Penetrasi Aspal

I ST - 82

SNI 03-4137-1996

Metode Pengujian Tebal dan Panjang Rata-rata Agregat

SNI 03-4428-1997

Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir Mengandung Bahan Plastis dengan Cara Setara Pasir

SNI 03-6441-2000

Metode Pengujian Viskositas Aspal Minyak dengan Alat Brookfield Thermosel

SNI 03-6721-2002

Metode Pengujian Kekentalan Aspal cair dan Aspal Emulsi dengan alat Saybolt

SNI 06-6890-2002

Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal

yang

AASHTO: AASHTO M20-70 (2004) AASHTO T44-03 4)

Penetration Graded Asphalt Cement Solubility of Bituminous Materials

Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Pelaburan aspal hams disemprot hanya pada permukaan yang kering dan bersih, serta tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Pelaburan aspal hams dilaksanakan hanya selama musim kemarau dan bilamana cuaca diperkirakan baik paling sedikit 24 jam setelah pengerjaan.

5)

Standar Untuk Penerimaan dan Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Direksi Pekerjaan akan memeriksa permukaan jalan sebelum pekerjaan pelaburan dimulai, untuk mengetahui apakah permukaan jalan telah benar-benar disiapkan dan dibersihkan sesuai ketentuan dalam Pasal 6.2.5.(1) dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa tidak diperkenankan memulai pekerjaan pelaburan sebelum mendapat izin tertulis dari Direksi Pekerjaan. BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahan-bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahan• bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua BURDA tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Pekerjaan BURTU dan BURDA yang telah selesai, permukaannya hams terlihat seragam, dan bentuknya menerus, terkunci rapat, hams kedap air tanpa ada lubang• lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Permukaan pekerjaan pelaburan aspal yang telah selesai harus dipelihara oleh Penyedia Jasa paling sedikit selama 3 hari agar tidak terdapat agregat yang lepas. Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan, hams diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dapat mencakup pembuangan atau penambahan bahan, pembuangan seluruh bahan dan pekerjaan penggantian atau pelaburan dengan BURTU atau BURDA untuk menghasilkan pekerjaan yang memenuhi ketentuan.

6 - 15

ST - 83

6)

Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 6.2.1.(5) di atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua pelaburan aspal yang sudah selesai dikerjakan dan diterima selama Periode Pelaksanaan.

7)

Pengajuan Kesiapan Kerja Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal berikut ini :

8)

a)

5 liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa untuk dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan sertifikat dari pabrik pembuatnya, dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3 ).(c), harus diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa bahan aspal tersebut sesuai dengan Spesifikasi dan jenis yang disyaratkan untuk pelaburan aspal, seperti diberikan dalam Pasal 6.2.2.(2) dari Spesifikasi ini;

b)

Sertifikat Kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan Pasal 6.1.4.(4) dari Spesifikasi ini harus diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup, instrumen dan meteran harus dikalibrasi sampai toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3 .(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai;

c)

Grafik penyemprotan, harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari Spesifikasi ini dan harus diserahkan sebelum pekerjaan pelaksanaan dimulai;

d)

Contoh-contoh agregat yang diusulkan untuk dipakai pada pekerjaan pelaburan aspal disertai lampiran daftar basil pengujian seperti ditunjukkan pada Pasal 6.2.2.(1 ).(b) dari Spesifikasi ini, harus telah diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai;

e)

Harns diserahkan pula laporan produksi, lokasi penumpukan bahan dan lokasi semua jenis agregat yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil pengujian atas agregat untuk pelaburan aspal, harus sesuai ketentuan Pasal 6.2.2.(1) dan 6.2.6 dari Spesifikasi ini dan harus diajukan minimum 5 hari sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai;

f)

Contoh-contoh bahan yang telah digunakan pada setiap hari kerja dan catatan harian pekerjaan pelaburan aspal yang telah dilaksanakan dan takaran penggunaan bahan harus memenuhi Pasal 6.2.6 dari Spesifikasi ini

Kondisi Tempat Kerja a) b)

Pohon, struktur atau bangunan yang berdekatan dengan pekerjaan pelaburan harus dilindungi dari percikan aspal dan kerusakan lainnya. Aspal atau bahan lainnya yang boleh dibuang ke semua selokan, saluran atau bangunan yang berdekatan.

ST - 84

c)

9)

Penyedia Jasa harus melengkapi dan memelihara fasilitas pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, dan juga pengadaan serta pertolongan pertama di tempat pemanasan aspal.

Pengendalian Lalu Lintas dan Periode Pengamanan a)

Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8 dari Spesifikasi ini dalam segala hal, dengan ketentuan tambahan yang harus diperhatikan berikut ini.

b)

Segala jenis lalu lintas tidak diperkenankan melewati permukaan yang baru disemprot sampai permukaan tersebut telah terlapisi oleh agregat.

c)

Lalu lintas umum tidak diijinkan melintasi permukaan yang baru diberi agregat sampai seluruh lokasi telah digilas dengan alat pemadat yang cocok (minimum 6 lintasan) dan bahan yang lepas telah disapu sampai bersih. Rambu peringatan untuk membatasi kecepatan kendaraan sebesar 15 km/jam harus dipasang bila diperlukan. Barikade harus disediakan untuk mencegah terbawanya agregat penutup yang belum dipadatkan atau dilintasinya tempat yang belum tertutup aspal.

d)

Pengawasan pengendalian lalu lintas yang sebagaimana mestinya seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan sesuai dengan Pasal 1.8.3 dari Spesifikasi ini, harus dilaksanakan selama 24 jam per hari, dari saat dimulainya pekerjaan pelaburan untuk setiap ruas sampai minimum 72 jam setelah pekerjaan pelaburan selesai. Bilamana hujan turun 48 jam setelah selesainya pekerjaan pelaburan, pekerjaan yang baru selesai ini harus ditutup untuk lalu lintas sampai permukaannya kering. Pengendalian penuh terhadap lalu lintas harus dilanjutkan selama 48 jam pada cuaca baik, kecuali bilamana diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

e)

Se lama periode tunggu yang ditentukan dalam (d) di atas, permukaan jalan harus disapu bersih seluruhnya dari agregat yang lepas dan diawasi oleh Direksi Pekerjaan. Jika Direksi Pekerjaan mendapatkan bahwa permukaan tampak kokoh, seluruh rambu dan pemisah lalu lintas dapat disingkirkan. Bilamana tidak, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk melanjutkan pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi kokoh dan seluruh perbaikan yang diperlukan telah dikerjakan.

BAHAN

6.2.2 1)

Agregat Penutup a)

Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, keras, kerikil pecah atau batu pecah dari bahan yang awet, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda lainnya yang dapat menghalangi penyelimutan yang menyeluruh oleh aspal.

b)

Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat penutup harus memenuhi ketentuan berikut •

Keausan dengan Mesin Los Angeles (SNI 2417 : 2008)

ST - 85

Maks. 30 %



c)

Kelekatan Agregat Terhadap Aspal (SNI 03-2439-1991)

Min. 95 %

Agregat penutup harus dijaga agar tetap dalam keadaaan kering dan bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi ketentuan berikut : • Persentase berat kerikil pecah yang tertahan ayakan : 4,75 mm yang mempunyai dua bidang pecah.

d)

Min. 90 %

Batas ukuran partikel agregat untuk BURTU dan untuk lapisan pertama BURDA ditentukan dalam ukuran agregat terkecil, menurut Tabet 6.2.2.(1) di bawah ini. Tabet 6.2.2.(1) Ketentuan Ukuran Agregat Ukuran nominal (mm)

Ukuran terkecil ratarata(ALD)

Persentase ukuran terkecil rata-rata dalam rentang ± 2,5 mm dari ALD

Persentase maksimum lolos ayakan 4,75 mm

12,5

6,4 - 9,5

min. 65

2

Agregat harus berbentuk kubikal, sedemikian, bila diuji menurut Lampiran 6.2.A dari Spesifikasi ini, rasio ukuran terbesar rata-rata agregat (average greatest dimension) terhadap ukuran terkecil rata-rata (Average Least Dimension, ALD) tidak boleh melampaui angka 2,30. e)

Agregat lapisan kedua untuk BURDA, harus mempunyai ukuran nominal 6 mm, dan harus memenuhi gradasi sesuai dengan ketentuan dari Tabet 6.2.2.(2) di bawah, dan harus berbentuk kubikal. Tabet 6.2.2.(2) Gradasi Agregat Lapis Penutup Kedua BURDA Ukuran Avakan (mm) ASTM 3/8" 9,5 Yi" 6,35 No.8 2,36 No.200 0,075

f)

2)

Persen Berat Yang Lolos 100 95-100 0-15 0-8

Agregat lapis kedua untuk BURDA juga harus mempunyai ukuran yang sesuai sehingga dapat saling mengunci ke dalam rongga-rongga permukaan dalam agregat lapisan pertama yang telah dipadatkan.

Bahan Aspal a)

Bahan aspal yang dipakai harus dari jenis aspal semen Pen.80/100 memenuhi ketentuan AASHTO M20-70 (2004) atau jenis Pen.60/70 atau aspal modifikasi jenis elastomer sesuai Tabet 6.3.2.(5), diencerkan memakai minyak tanah sesuai ketentuan Tabel 6.2.2.(3), tabel ini harus dipakai untuk merancang bahan aspal.

ST - 86

Tabet 6.2.2.(3) Rancangan Bahan Aspal Temperatur Udara (°C saat teduh )3 20,0 22,5 25,0 27,5

Perbandingan Minyak Tanah Terhadap' Aspal Pen. 80/100 Aspal Pen.60/70 11 9 7

5

13 11 9 7

Temperatur Penyempr otan {°C)2 157 162 167 172

Catatan: 1.

pph = bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal.

2.

Temperatur penyemprotan yang sebenarnya harus berada dalam rentang ± 10° C dari nilai-nilai yang telah ditentukan dalam tahel di atas.

3.

Bilamana temperatur udara berada pada temperatur antara dari kolom satu di atas, maka proporsi kerosen dan temperatur penyemprotan yang dipilih haruslah temperatur yang terendah di antara keduanya. Perkiraan rentang perubahan temperatur saat pengukuran dan penyemprotan harus diperkirakan sebelumnya.

Bahan aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama lebih dari 10 jam pada temperatur penyemprotan seperti ditentukan pada Tabet 6.2.2.(3) di atas atau telah dipanaskan melebihi 200°C, harus ditolak. Bila digunakan aspal modifikasi maka persyaratan aspal modifikasi yang digunakan harus berjenis elastomer sesuai dengan Tabet 6.2.2.(3) dengan temperatur penyemprotan 170 °C. b)

Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam kondisi yang kurang menguntungkan, atau kelekatan aspal terhadap agregat (SNI 032439-1991) dalam kondisi tanggung Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui penggunaan bahan anti pengelupasan (anti-stripping agent) untuk meningkatkan ikatan antara agregat dan aspal. Bahan tambah (additive) yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui Direksi Pekerjaan dan proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam bahan aspal sampai merata sesuai dengan pabrik pembuatnya. Campuran ini harus disirkulasikan dalam distributor minimum selama 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk memperoleh campuran yang homogen.

c)

Bila digunakan agregat precoated (precoated chip) maka aspal yang digunakan untuk precoated chip harus berupa aspal cair atau aspal emulsi sesuai dengan sifat aspal lapis perekat Seksi 6.1. Kuantitas Aspal emulsi atau aspal cair yang digunakan precoated harus dalam rentang 1,00% - 1,75% terhadap berat chip dan harus diaduk merata dengan menggunakan beton molen hingga seluruh permukaan chip terselimuti aspal. Precoated chip harus disimpan minimum selama satu hari sebelum digunakan. Pekerjaan pelaburan baru dapat dimulai bila telah tersedia precoated chip minimal untuk 100 meter panjang pekerjaan pelaburan.

d)

BURTU/BURDA yang menggunakan aspal modifikasi harus menggunakan chip aspal emulsi modifikasi. BURTU/BURDA yang menggunakan aspal keras modifikasi dapat menggunakan precoated chip dari aspal emulsi atau aspal cair.

precoated

ST - 87

6.2.3

JENIS PEKERJAAN PELABURAN Jenis pekerjaan pelaburan yang akan dipakai pada setiap ruas pekerjaan diperlihatkan pada Gambar dan istilahnya disingkat dalam Tabel 6.2.3.(1) di bawah ini. Tabel 6.2.3.(1) Jenis Pekerjaan Pelaburan

Jenis Laburan Laburan Aspal Satu Lapis Laburan Aspal Dua Lapis

6.2.4

Sin�katan Istilahnya BURTU BURDA

PERALATAN 1)

Ketentuan Umum Peralatan yang akan digunakan haruslah distributor aspal yang mempunyai mesin penggerak sendiri, dua alat pemadat roda karet, alat penebar agregat, paling sedikit 2 (dua) dump truck, sikat mekanis, sapu lidi, sikat dan perlengkapan untuk menuangkan drum dan untuk memanaskan bahan aspal.

2)

Distributor Aspal Distributor aspal harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3 dari Spesifikasi ini. Tangki distributor harus benar-benar tersekat sempuma dalam menahan aliran panas, dengan demikian apabila diisi penuh oleh bahan aspal, turunnya panas tidak boleh melampaui 2,5 °C per jam dalam kondisi tidak sirkulasi.

3)

Alat Pemadat Alat pemadat roda karet harus mempunyai lebar total tidak kurang dari 1,5 meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri.

4)

Alat Penghampar Agregat Peralatan penghampar agregat harus dilengkapi dengan ulir pembagi (auger) dan harus mampu menghampar agregat secara merata dalam takaran yang terkendali dengan lebar hamparan minimum 2,4 meter. Suatu perlengkapan khusus harus dipasang pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan dapat disetel. Rancangan alat penghampar agregat dan kecepatan penghamparan harus sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya penumpukan agregat pada permukaan yang telah disemprot aspal. Paling sedikit harus disiapkan 2 truk penghampar agregat atau paling tidak disiapkan satu alat penghampar agregat berupa mesin penebar agregat dengan penggerak empat roda (four wheel drive belt spreader). Penebaran agregat secara manual hanya boleh dilakukan bilamana digunakan peralatan sikat hela.

5)

Sapu dan Sikat Mekanis Sapu ijuk kasar untuk mendistribusi ulang agregat dan sebuah peralatan sikat hela atau mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.

ST - 88

6)

Peralatan Lain Peralata.n lain yang boleh dipakai oleh Penyedia Jasa untuk meningkatkan kinerja dapat ditambahkan bilamana telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan.

PELAKSANAANPEKERJAAN

6.2.5 1)

2)

Kuantitas dari Bahan Yang Akan Dipakai a)

Takaran pemakaian bahan aspal, untuk setiap lapis pelaburan aspal dan untuk setiap mas jalan, hams ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, tergantung pada ukuran terkecil rata-rata agregat penutup, jenis atau komposisi aspal, kondisi dan tekstur dari permukaan aspal lama dan jenis serta kepadatan dari lalu lintas yang akan melewati jalan, sesuai dengan cara yang diuraikan dalam Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi ini. Selanjutnya Direksi Pekerjaan dapat memodifikasi takaran pemakaian, tergantung pada basil percobaan di lapangan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

b)

Takaran hamparan agregat hams cukup untuk menutupi permukaan, tanpa terlihat adanya kelebihan bahan setelah pemadata.n, sesuai dengan standar Spesifikasi dalam Pasal 6.2.1.(5). Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi memuat tata cara menghitung perkiraan takaran hamparan agregat.

Pekerjaan Persiapan Permukaaan Aspal Lama a)

Sebelum permukaan aspal lama dilabur, maka semua kotoran dan bahan tidak dikehendaki lainnya hams dibersihkan dengan alat penyapu mekanis atau kompresor atau kedua-duanya.Bilamana hasil pembersihan tidak memberikan basil yang merata, maka bagian-bagian yang belum bersih hams dibersihkan secara manual dengan sapu yang lebih kaku.

b)

Pembersihan permukaan hams dilebihkan paling sedikit 20 sentimeter dari tiap-tiap tepi yang akan disemprot.

c)

Lubang-lubang atau tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki hams disingkirkan dari permukaan dengan alat penggaru baja atau cara lain yang disetujui dan bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka lokasi yang telah digaru hams dicuci dengan air dan disikat secara manual.

d)

Pekerjaan pelaburan tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pembersihan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

e)

Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal, sebelum dilapisi BURTU atau BURDA hams terlebih dahulu diberi Lapis Resap Pengikat, sesuai ketentuan dalam Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat, hams diperiksa kembali kesempumaannya. Bilamana ditemui adanya lokasi-lokasi yang belum tertutup Lapis Resap Pengikat hams dilabur ulang sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Pekerjaan semacam ini hams dilaksanakan dan dibayar sesuai dengan ketentuan Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Lapis Resap Pengikat hams dibiarkan sampai kering seluruhnya dengan waktu paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.

ST - 89

f)

3)

Semua lubang-lubang hams ditambal terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.

Pemakaian Bahan Aspal a)

Penyemprotan bahan aspal hams dilaksanakan merata pada semua titik. Penyemprotan bahan aspal yang merata sesuai takaran yang diperintahkan hams dilakukan dengan menggunakan peralatan batang semprot dari distributor aspal kecuali pada lokasi yang sempit dimana distributor aspal tidak praktis digunakan, maka Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian perlengkapan semprot tangan. Distributor aspal hams dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot dan kedudukan nosel hams disetel sesuai dengan ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

b)

Temperatur pada saat penyemprotan untuk BURTU dan BURDA tidak boleh bervariasi melebihi 10 °C dari temperatur harga-harga yang telah diberikan dalam Tabet 6.2.2.(3).

c)

Bilamana diperintahkan Direksi Pekerjaan bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal selebar satu lajur atau kurang maka hams terdapat bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini hams dibiarkan terbuka dan tidak boleh diberi agregat penutup sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang dibiarkan tetap terbuka ini mendapat semprotan dari tiga nosel, sehingga mendapat takaran aspal yang sama seperti permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus mempunyai sambungan yang bergeser paling sedikit 15 cm dari sambungan lapis pertama.

d)

Lokasi awal dan akhir penyemprotan hams dilindungi dengan bahan yang cukup kedap (kertas kerja). Penyemprotan hams dimulai dan dihentikan sampai seluruh-bahan pelindung tersemprot, dengan demikian semua nosel bekerja dengan benar pada seluruh panjangjalan yang akan dilabur.

e)

Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot, sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir. Bahan pelindung atas percikan aspal harus dikeluarkan dan dibuang sedemikian hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

f)

Sisa aspal dalam tangki distributor setelah penyemprotan selesai harus dijaga tidak boleh kurang dari 10% dari kapasitas tangki atau sebesar yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, untuk mencegah terperangkapnya udara (masuk angin) pada sistem penyemprotan dan untuk mencegah kurangnya takaran penyemprotan.

g)

Jumlah bahan aspal yang telah digunakan dalam setiap lintasan penyemprotan, atau jumlah yang disemprot secara manual hams diukur dengan cara memasukkan tongkat celup ke dalam tangki distributor aspal

ST - 90

segera sebelum dan sesudah setiap lintasan penyemprotan pemakaian secara manual.

atau setiap

h)

Lokasi yang telah disemprot aspal oleh lintasan penyemprotan, termasuk lokasi yang telah dilabur secara manual, didefinisikan sebagai basil kali panjang lintasan penyemprotan yang dibatasi oleh bahan pelindung pada lokasi awal dan akhir penyemprotan dan lebar efektif dari penyemprotan. Lehar efektif penyemprotan didefinisikan sebagai basil kali dari jumlah nosel yang bekerja danjarak antara nosel yang bersebelahan,

i)

Luas lokasi yang akan dilabur aspal dengan manual harus diukur dan luasnya dihitung segera setelah penyemprotan selesai.

j)

Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan atau yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume bahan aspal yang digunakan dibagi luas bidang yang disemprot, dan jumlahnya harus sesuai dengan takaran yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 6.2.5.(1).(a) dari Spesifikasi ini, dengan toleransi sebagai berikut: Toleransi takaran pemakaian

1 % dari volume tangki

± (4 % dari takaran

yg diperintahkan

+

·······-···················· ) Luas yang disemprot

Takaran pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan penyem• protan atau penyemprotan secara manual berikutnya dimulai dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya.

4)

k)

Penyemprotan harus segera dihentikan jika temyata terdapat kerusakan pada alat semprot saat beroperasi dan tidak boleh dilanjutkan sebelum kerusakan tersebut diperbaiki.

1)

Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian takaran bahan aspal harus dilabur dengan bahan aspal yang sejenis secara manual (sikat ijuk, dll.) dengan takaran yang hampir sama dengan takaran di sekitamya.

Menghampar Agregat Penutup a)

Sebelum bahan aspal digunakan, agregat penutup dalam bak truk di lapangan harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menutup seluruh bidang yang akan ditebar dengan agregat. Agregat tersebut barns bersih dan dalam kondisi sedemikian sehingga dijamin akan melekat ke bahan aspal dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan aspal. Penghamparan agregat tersebut harus dilaksanakan segera setelah penyemprotan aspal dimulai dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat sesuai perintah Direksi Pekerjaan.

b)

Agregat baik precoted ataupun tidak harus dihampar merata di atas permukaan yang telah disemprot aspal, dengan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi Pekerjaan. Setiap tempat yang tidak tertutup agregat harus segera ditutup kembali secara manual sampai seluruh permukaan tertutup agregat dengan merata. Setiap hamparan agregat yang melebihi jumlah takaran yang disyaratkan atau diperintahkan harus dihamparkan dan didistribusikan kembali dengan merata di atas permukaan jalan dengan sapu

ST - 91

hela, atau disingkirkan dengan cara Jain dan ditumpuk sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. 5)

6.2.6

Penyapuan dan Penggilasan a)

Segera setelah penghamparan agregat penutup hingga diterima oleh Direksi Pekerjaan, maka hamparan agregat tersebut hams digilas dengan alat pemadat roda karet, bila dipandang perlu untuk mempercepat proses pemadatan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan penggunaan lebih dari satu alat pemadat roda karet. Penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh pennukaan telah mengalami penggilasan sebanyak enam kali.

b)

Permukaan jalan kemudian harus dibersihkan dari agregat yang berkelebihan, sesuai dengan ketentuan dari Pasal 6.2.1.(9).(e) dari Spesifikasi ini.

PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN LAPANGAN

a)

Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.2.1.(6).(a) dari Spesifikasi ini, hams disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan.

b)

Dua liter contoh aspal yang akan dihampar hams diambil dari distributor, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir penyemprotan.

c)

Jumlah data pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal atas mutu sumber bahan agregat penutup harus meliputi semua pengujian seperti disyaratkan dalam Pasal 6.2.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini dengan minimum tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, dipilih sedemikian hingga mewakili rentang mutu bahan yang mungkin diperoleh dari sumber bahan tersebut. Setelah persetujuan mengenai mutu bahan agregat penutup, selanjutnya pengujian ini harus diulangi lagi, sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan, bilamana menurut basil pengamatan terdapat perubahan mutu pada bahan atau sumbemya.

d)

Distributor aspal harus diperiksa dan diuji sesuai dengan Pasal 6.1.3.(6) dari Spesifikasi ini sebagai berikut : i)

Sebelum dimulainya pekerjaan penyemprotan;

ii)

Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000 liter, dipilih yang mana lebih
iii)

Bilamana distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu diadakan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.

e)

Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat tercantum dalam tabel Pasal 6.2.2.(1).(c), (d) dan (e) dari Spesifikasi ini hams dilakukan pada setiap tumpukan persediaan bahan sebelum setiap bahan tersebut dipakai. Minimum satu contoh hams diambil dan diuji untuk setiap 75 meter kubik agregat di dalam tumpukan persediaan bahan.

f)

Catatan harian yang terinci dari setiap pekerjaan pelaburan permukaan, termasuk pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran

ST - 92

pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

PENGUKURANDANPEMBAYARAN

6.2.7 l)

Pengukuran Bahan Aspal dan Bahan Anti Pengelupasan untuk Pembayaran a)

Untuk pembayaran, bahan aspal precoated harus diukur dalam satuan liter sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima, dikoreksi terhadap pemuaian akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu 15 °C.

b)

Untuk pembayaran, bahan aspal pelababuran harus diukur dalam satuan liter sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima pada setiap lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, dikoreksi terhadap pemuaian akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu 15 °C.

c)

Volume nominal harus didefinisikan sebagai luas permukaan yang telah disemprot dengan aspal, diukur sesuai dengan Pasal 6.2.5.(3).(g) dan Pasal 6.2.5.(3).(h) dari Spesifikasi ini, dikalikan takaran pemakaian nominal aspal. Untuk pembayaran, takaran pemakaian nominal aspal untuk setiap lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, harus diambil yang lebih kecil dari ketentuan di bawah ini:

d) 2)

i)

Takaran pemakaian yang telah diperintahkan Direksi Pekerjaan, ditambah toleransi yang diperkenankan dalam Pasal 6.2.5.(3).(i) dari Spesifikasi ini.

ii)

Takaran rata-rata pemakaian yang telah disemprot dan diukur sesuai dengan Pasal 6.2.5.(3).(t) sampai 6.2.5.(3).(i) dari Spesifikasi ini.

Bahan anti pengelupasan diukur dalam satuan liter bahan yang terpakai

Pengukuran Agregat BURTU untuk Pembayaran Agregat BURTU yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah diberi BURTU, dan telah selesai dan diterima sesuai Spesifikasi ini dan Gambar dalam Dokumen Kontrak.

3)

Pengukuran Agregat BURDA untuk Pembayaran Agregat BURDA yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah diberi BURDA dan telah selesai dan diterima sesuai Spesifikasi ini dan Gambar dalam Dokumen Kontrak.

4)

Pengukuran dari Perbaikan Pekerjaan Bila perbaikan pekerjaan pelaburan yang tidak memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.2.1.(5) di atas maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk suatu pekerjaan tambahan atau kuantitas tambahan atau pengujian ulang karena pekerjaan perbaikan tersebut.

ST - 93

5)

Dasar Pembayaran Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang telah tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran itu harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh bahan, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan biaya tidak terduga yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan seperti diuraikan dalam Spesifikasi ini.

NomorMata Pembayaran

Uraian

Satuan Pene:ukuran

6.2.(l)

Agregat Penutup BURTU

Meter Persegi

6.2.(2)

Agregat Penutup BURDA

Meter Persegi

6.2.(3a)

Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan

Liter

6.2.(3b)

Bahan Aspal Modifikasi untuk Pekerjaan Pelaburan

Liter

6.2.(4a)

Aspal Cair untuk Precoated

Liter

6.2.(4b)

Aspal Emulsi untuk Precoated

Liter

6.2.(4c)

Aspal Emulsi Modifikasi untuk Precoated

Liter

6.2.(4d)

Bahan Anti Pengelupasan

ST - 94

Kg

SEKSI 6.3 CAMPURAN BERASPAL PANAS 6.3.1

UMUM 1)

Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana. 2)

Jenis Campuran Beraspal Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar Rencana. a)

Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) Kelas A dan B Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari dua jenis campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung pada tebal nominal minimum. Sand Sheet biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.

b)

Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet, HRS) Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS - Base) dan HRS Lapis Aus (HRSWearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing• masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS - WC. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua kunci utama adalah : i)

Gradasi yang benar-benar senjang. Agar diperoleh gradasi yang benar - benar senjang, maka selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah mesin.

ii)

Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) hams memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.

ST - 95

c)

Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC) Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga jenis campuran, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-Binder Course, AC-BC) dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut masing• masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.

3)

4)

Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini. a) Pengamanan Lingkungan Hidup b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas c) Kajian Teknis Lapangan d) Bahan dan Penyimpanan e) Pengamanan Lingkungan Hidup f) Keselamatan dan Kesehatan Kerja g) Bahu Jalan h) Perkerasan Berbutir i) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat j) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan

Seksi 1.17 Seksi 1.8 Seksi 1.9 Seksi I.I I Seksi 1.17 Seksi 1.19 Seksi 4.2 Seksi 5 Seksi 6.1 Seksi 8.1 Seksi 10.1

Tebal Lapisan dan Toleransi a)

Tebal setiap lapisan campuran beraspal harus diperiksa dengan benda uji "inti" (core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

b)

Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut.

c)

Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi AMP.

d)

Tebal aktual hamparan lapis beraspal, hams sama atau lebih besar dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar [untuk keperluan desain tebal perkerasan]. Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyetujui dan menerima tebal aktual hamparan lapis pertama yang kurang dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar karena adanya perbaikan bentuk.

e)

Tebal individu masing-masing jenis campuran beraspal tidak boleh kurang dari tebal rancangan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dengan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f). Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis dan tebal individu salah satu jenis campuran tidak memenuhi toleransi jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f), maka seluruh tebal campuran aspal tidak boleh kurang dari jumlah tebal rancangan dari masing-masing jenis campuran yang ditunjukkan dalam Gambar dengan mempertimbangkan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f).

ST - 96

f)

Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal: • Latasir tidak lebih dari 2,0 mm, • Lataston Lapis Aus tidak lebih dari 3,0 mm • Lataston Lapis Pondasi tidak lebih dari 3,0 mm • Laston Lapis Aus tidak lebih dari 3,0 mm • Laston Lapis Antara tidak lebih dari 4,0 mm • Laston Lapis Pondasi tidak lebih dari 5,0 mm Tabel 6.3.1.(1) Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal Jenis Campuran Latasir Kelas A Latasir Kelas B Lataston Lapis Lapis Laston Lapis Lapis Lapis

Aus Pondasi Aus Antara Pondasi

Simbol SS-A SS-B HRS-WC HRS-Base AC-WC AC-BC AC-Base

Tebal Nominal Minimum (cm) 1,5 2,0 3,0 3,5 4,0 6,0 7,5

Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh tebal campuran aspal tidak boleh kurang jumlah tebal rancangan yang ditunjukan dalam Gambar dengan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(a). g)

Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran beraspal yang dihampar hams dipantau dengan menimbang setiap muatan truk yang meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat aktual bahan terhampar yang dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun lebih lima persen dari berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti (core), maka Direksi Pekerjaan hams mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya selisih berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah dihampar. Investigasi oleh Direksi Pekerjaan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut ini : i)

ii)

iii) iv)

Memerintahkan Penyedia Jasa untuk lebih sering mengambil atau lebih banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji inti (core); Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan prosedur pengujian di laboratorium Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independen dan pemeriksaan kepadatan campuran beraspal yang dicapai di lapangan. Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara terinci.

Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekwensi pengambilan benda uji inti (core), untuk survei geometrik tambahan ataupun pengujian laboratorium, untuk pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk mencari penyebab dilampauinya toleransi berat hams ditanggung oleh Penyedia Jasa sendiri.

ST - 97

ST - 98

ST - 99

ST - 100

ST - 101

ST - 102

ST - 103

ST - 104

ST - 105

ST - 106

ST - 107

ST - 108

ST - 109

ST - 110

ST - 111

ST - 112

ST - 113

ST - 114

ST - 115

ST - 116

ST - 117

ST - 118

ST - 119

ST - 120

ST - 121

ST - 122

ST - 123

ST - 124

ST - 125

ST - 126

ST - 127

ST - 128

ST - 129

ST - 130

ST - 131

ST - 132

ST - 133

ST - 134

ST - 135

ST - 136

ST - 137

ST - 138

ST - 139

ST - 140

ST - 141

ST - 142

ST - 143

ST - 144

ST - 145

ST - 146

ST - 147

ST - 148

ST - 149

ST - 150

ST - 151

ST - 152

XII. PEKERJAAN PERKERASAN JALAN DAN PEDESTRIAN I. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan meliputi pembongkaran paving lama, urugan pasir dengan tinggi sesuai gambar, pemadatan, rabat beton K100, pemasangan wiremesh, pemasangan batu andesit, batu alam, dan kerb, dengan warna dan pola yang sudah ditentukan sesuai gambar kerja. Jalan dan pedestrian adalah jalur lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki yang yang diperkeras dengan rabat beton, pemasangan wiremesh, pemasangan batu andesit. II. PERSYARATAN BAHAN a. Sand Bedding (Pasir dibawah adukan spesi/pasangan Batu andesit) Bahan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sifat-sifat bahan, penghamparan, pemadatan dan jaminan mutu. Pasir untuk laying course harus merupakan pasir yang tajam dan bersih Kadar tanah atau silt tidak lebih dari 3 % (berat) dan tidak lebih dari 10 % yang tertahan pada sieve 5 mm. Pasir yang digunakan pada waktu pemasangan harus benar-benar kering. b. Batu andesit Terbuat dari batu andesit ukuran 30x30 cm, 15x30 cm Ketahanan aus : 0,09 mm / menit Tebal minimal : 6 cm dan 2 cm Warna : abu-abu (natural) dan hitam atau sesuai dengan gambar kerja Finishing : coating. c. Guiding Blok / Ubin pengarah difable Guiding blok untuk perkerasan pedestrian dengan derajat mutu perkerasan yang saling mengunci (interlocking) sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar dan harus merupakan mutu terbaik yang dapat diperoleh secara lokal dan menurut suatu pola yang dapat diterima oleh Konsultan Perencana/ Direksi Pekerjaan. Terbuat dari beton cetak yang memenuhi persyaratan mutu SII No.03-0691-1989 Kuat tekan : 300 kg/cm2 Ketahanan aus : 0,09 mm / menit Penyerapan air : 3% Ukuran : 30 x 30 cm Tebal : 4,5 cm atau sesuai dengan gambar kerja Tebal warna permukaan : 0,5 cm Motif dan warna : sesuai gambar kerja Standart kualitas : setara produksi Aldas, PT. Diamond Baru d. Kerb Terbuat dari beton cetak yang memenuhi persyaratan mutu SII No.03-0691-1989 Kuat tekan : 300 kg/cm2 Warna : abu-abu (natural) Ukuran : 8/10 x 22 x 33 Standart kualitas : setara produksi Aldas, PT. Diamond Baru III. PELAKSANAAN a. Pembentukan badan Pedestrian Lapisan badan jalan baru. Untuk muka perkerasan jalan yang tidak sesuai dengan rencana kemiringan muka Pedestrian dibentuk sesuai gambar rencana, dipadatkan. Lapisan teratas harus mempunyai kemiringan yang sama , dengan kemiringan 1 % sesuai gambar rencana b. Lapisan Batu Andesit Diatas lapisan pembentuk permukaan jalan dan pedestrian dipasang lapisan pasir dan rabat beton. Profil dari permukaan pasir yang belum dipadatkan harus sama dengan profil permukaan yang dikehendaki dengan kemiringan 3 % atau sesuai gambar rencana Perataan permukaan pasir harus menggunakan papan yang diserut rata (screed board) Diatas urugan pasir dipasang lantai kerja tanpa penulangan. Pasang Batu andesit kemudian dipasang diatas lantai kerja dengan spesi. Pasang benang lurus melintang di area yang akna dipasang batu andesit dengan tinggi sesuai dengan ketinggian batu andesit ST - 153

dan beri ruang untuk tinggi adukan semen guna melekatkan batu andesit tersebut. Batu andesit perlu direndam dahulu agar memberikan kelekatan yang kuat saat pemasangan. Beri adukan semen yang penuh untuk area yang akan dipasang batu andesit, ketuk tidak terlalu keras untuk merekatkan, memadatkan dan selanjutnya untuk meratakan dengan pemasangan selanjutnya. Bila pada saat pelaksanaan terdapat batu yang harus di potong, pemotongan menggunakan pisau pemotong (Circle Blide). Permukaan lantai yang sudah terpasang pasangan batu andesit dan batu lainnya diharapkan diberi waktu sekitar 2- 3 hari sebelum digunakan atau diinjak.

ST - 154

XIII. PEKERJAAN PEMBERSIHAN 1. Lingkup Pekerjaan a. Penumpukan sisa-sisa pekerjaan ke suatu tempat yang ditentukan oleh Pengelola Proyek/Direksi. b. Pengangkutan sisa pekerjaan dan kotoran-kotoran atau bekas pembersihan halaman site. c. Pembersihan bangunan keseluruhan dari noda-noda atau kotoran-kotoran sampai saat serah terima, seperti : 1) Pembersihan lantai 2) Pembersihan dinding 3) Dan lain yang nyata harus tetap dalam keadaan bersih. 2. Bahan-bahan Dalam hal ini tidak dijelaskan, karena merupakan peralatan kerja. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Sisa bahan bangunan agar dibersihkan dari site dan diangkut/dibuang keluar site, sehingga site kelihatan rapi, bersih dan siap untuk dihuni dengan nyaman. b. Kebersihan dalam bangunan harus dijaga dan dipelihara sampai habis masa pemeliharaan sehingga penghuni bangunan betul-betul nyaman dan sehat. c. Saluran-saluran harus dibersihkan dari kotoran-kotoran atau sampah-sampah sehingga jalannya air lancar dan tidak terjadi genangan air yang mengganggu kesehatan.

XIV. P E N U T U P 1. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang, terlebih dahulu harus diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan Direksi. 2. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Direksi pada saat didatangkan di lapangan. 3. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lama adalan 2x24 jam. Bila Kontraktor tidak mengindahkan, Direksi berhak menyelenggarakan atas biaya Kontraktor. 4. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan didalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh Kontraktor. 5. Bagian-bagian yang secara konstruktif harus ada tetapi tidak disebutkan didalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh Kontraktor dan pelaksanaannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi 6. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini yang mana masih termasuk lingkup dalam pelaksanaan ini kontraktor harus menyelesaikan, sesuai dengan petunjuk, Perintah Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas, baik sesudah atau selama berjalannya pekerjaan, serta perubahan-perubahan di dalam Berita Acara Aanwijzing. 7. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas, dengan dibuat Berita Acara yang disyahkan oleh Pemberi Tugas.

ST - 155

Related Documents

Rks Smanggi 23.docx
December 2019 5
Rks Slip
November 2019 24
Rks Gedung.docx
December 2019 27
Rks Ltc.pdf
May 2020 15
Rks Robotic
June 2020 14
Rks Mekanikal.docx
December 2019 18

More Documents from "Ina Novita"