Riki

  • Uploaded by: riki latuminasse
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Riki as PDF for free.

More details

  • Words: 12,736
  • Pages: 34
Main Saham/Valas = Judi? July 1, 2008 in Christianity adadua pertanyaan yg saya ingin tanyakan, mohon penjelasannya? 1. apa diperbolehkan orang kristen ikut dalam jual beli saham? 2. apa itu valas? dan apakah orang kristen bisa ikut dalam hal tersebut? trimakasih penjelasannya GBU. (StevenK) Jawab: Pertanyaan ini seringkali muncul karena membeli saham dan valas seringkali dipandang sebagai judi. Saham sebenarnya tidak dibuat untuk berjudi, melainkan menggunakan prinsip dagang biasa: penawaran dan permintaan, dan digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk meningkatkan kapital atau modal perusahaan. Jadi dengan ikut serta dalam investasi saham, sebenarnya kita juga telah ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi bangsa. Harga saham dapat naik atau turun bergantung pada fundamental perusahaan dan hukum permintaan/penawaran. Secara umum apabila perusahaan semakin baik dan berkembang, maka nilai sahamnya pun akan naik. Inilah yang dimaksud dengan fundamental perusahaan. Secara jangka panjang, harga saham akan naik/turun berdasarkan kinerja perusahaan tersebut. Namun dalam waktu singkat, hukum penawaran/permintaan lebih berpengaruh terhadap harga saham. Naik dan turunnya harga saham secara signifikan dalam waktu singkat inilah yang dapat membuat orang menjadi kaya mendadak sehingga membuat saham menjadi daya tarik yang sangat besar bagi orang yang ingin kaya secara cepat tanpa harus melalui kerja keras. Di sisi lain, bermain saham seringkali juga membuat orang putus asa sampai bunuh diri karena harta kekayaannya musnah untuk main saham. Atau dengan kata lain bertransaksi saham bisa berubah menjadi perjudian yang ‘legal’ secara hukum. Sekalipun legal secara hukum, segala bentuk perjudian adalah sesuatu yang sangat tidak disukai Tuhan. Banyak orang tidak menyadari bahwa judi juga dapat menimbulkan kecanduan. Sudah banyak rumah tangga yang hancur karena berjudi. Karena itu apapun bentuknya kita tidaklah boleh melakukan judi. Untuk valas, pada prinsipnya juga tidak dibuat untuk berjudi, melainkan sebagai sesuatu yang muncul karena adanya perbedaan nilai mata uang antar negara. Namun karena prinsip ekonomi penawaran dan permintaan yang sama juga berlaku, harga valas dapat naik/turun, dan terkadang juga secara signifikan dan dalam waktu singkat sehingga menjadikan perdagangan valas berpotensi menjadi judi legal juga. Kalau begitu sekarang bagaimana kita bisa membedakan manakah membeli saham/valas yang benar dan manakah pula yang tidak benar di hadapan Tuhan? Secara singkat, ciri-ciri atau gejala membeli saham yang tidak berkenan di hadapan Tuhan:

1. Membeli saham untuk berspekulasi harga. Gejala-gejalanya antara lain a. Membeli saham secara untung-untungan tanpa pengetahuan mengenai fundamental / kondisi pasar

b. Membeli saham untuk jangka pendek c. Terus-terusan melihat indeks harga saham untuk menentukan kapan beli/jual saham. Hal ini dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Banyak para pekerja yang menjadi kurang fokus dalam pekerjaannya atau menggunakan fasilitas kantor untuk memantau harga saham. Mereka mengorbankan banyak waktu bahkan lebih memprioritaskan jual/beli saham daripada pekerjaannya. Hal ini bukanlah merupakan tindakan orang Kristen yang baik.

2. Menggunakan cash flow sehari-hari kita untuk membeli saham. Saham adalah investasi yang mengandung resiko, menggunakan uang belanja dapur sehari-hari untuk membeli saham bukanlah merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk valas, membeli valas dalam jumlah yang sangat besar untuk menaikkan harga demi keuntungan pribadi. Hal ini memang hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya uang yang sangat banyak, atau oleh sekumpulan orang. Akibatnya dapat mengganggu stabilitas ekonomi, terutama untuk negara kita yang belum memiliki perekonomian yang maju (misalnya seperti kejadian krisis moneter pada tahun 1997). Membeli saham yang benar adalah apabila kita memang ingin berinvestasi (jangka panjang) dan bukan untuk spekulasi. Sedangkan untuk valas, membeli valas yang dapat dibenarkan antara lain: 1. Untuk menjaga nilai uang kita 2. Apabila ada kebutuhan untuk bertransaksi dalam mata uang asing

3. Hendak bepergian ke luar negri [DSB]

1. Saya mau memberikan penjelasan dulu mengenai pengertian dan jenis saham. Saham

biasanya menunjuk kepada bagian pemilikan sebuah perusahaan. Investor memiliki hak atas dividen perusahaan tersebut. Namun tidak semua saham menghasilkan dividen, ada yang tidak, hasil yang diperoleh investor dari saham adalah kenaikan harga saham tersebut. Saham lebih volatile/tidak stabil daripada obligasi. Potential return-nya lebih tinggi, resikonya juga lebih tinggi. Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa, saham disukai (preferred stock), saham harta, dan saham kelas ganda. Saham disukai biasanya memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam penyebaran dividen dan aset, dan kadangkala memiliki hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk memveto penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham baru dikeluarkan (yaitu, pemegang saham disukai dapat membeli saham yang dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang lain). 2. Kenapa Anda bertanya apa diperbolehkan orang kristen ikut dalam jual beli saham? Saya kira Anda mengendus sesuatu yang tidak beres dari jual beli saham yah? Saham termauk dalam investasi. Investasi bisa berupa judi bisa juga tidak. Sebelumnya kita sama kan dulu persepsi mengenai judi. Judi adalah mengambil resiko atas uang yang dipertaruhkan pada sesuatu hasil yang tidak pasti dengan harapan akan memenangkan sejumlah uang. Apa masalahnya dalam judi? Alkitab tidak membahas secara khusus mengenai perjudian. Tetapi Alkitab memperingatkan kita untuk menjauhkan diri dari cinta uang (1 Timotius 6:10; Ibrani 13:5). Alkitab juga menasehati kita untuk menjauhkan diri dari usaha “mendapat kekayaan dengan cepat” (Amsal 13:11; 23:5; Pengkhotbah 5:10). Judi jelas sekali berfokus pada cinta uang dan menggoda orang dengan janji untuk mendapatkan kekayaan secara cepat dan mudah. Apakah jual beli saham termasuk dalam pengertian ini? Silakan pikirkan. 3. Definisi Investasi menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. 4. Invesatasi pada sendirinya tidaklah salah, tetap yang harus dipikirkan dan digumulkan adalah bagaimana kita berinvestasi dengan bijaksana agar tidak jatuh ke dalam judi. Oleh karena itu, investasi diperbolehkan, tetapi ada 2 syarat yang harus diperhatikan, yaitu: (a) Investasi diperbolehkan, bahkan beberapa investasi dianjurkan/baik (b) Investasi tersebut bukan dan tidak boleh merupakan jalan pintas untuk menjadi kaya cepat/mendadak. Hal tersebut menjadi penting karena banyak orang yang mengartikan Investasi sebagai membiarkan uang bekerja untuk kita. Pandangan kita sejak kecil adalah kita dapat menghasilkan uang dengan memperoleh pekerjaan dan bekerja. Itulah yang kebanyakan

kita lakukan. Masalahnya: jika kita ingin menginginkan uang lebih, kita harus bekerja lebih keras dengan jam kerja lebih panjang. Akan tetapi, tetap saja ada batasnya berapa lama kita bisa bekerja dalam sehari dan memiliki uang banyak tidak akan terasa fun karena kita tidak punya waktu luang untuk menikmatinya. Hal ini tidak sesuai dengan etika dan etos kerja Kristen. Saya akan bahas sedikit. a. Investasi tersebut bukan dan tidak boleh merupakan jalan pintas untuk menjadi kaya cepat/mendadak. Hal ini bukan berarti orang Kristen tidak boleh kaya. Hanya saya darimana kekayannya itu, haruslah jelas. Apakah dari hasil korupsi, judi atau bahkan dari kuasa gelap. Beberapa ayat Alkitab harus diperhatikan dalam masalah ini, seperti: Amsal 13:11 yang berbunyi,” Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.” Amsal 23:4-5 yang berbunyi,”Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.”

Pengkhotbah 5:10 yang berbunyi,”Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.” Sudah bukan rahasia lagi bahwa Orang yang kaya cepat cenderung menggunakan kesempatan dalam kesempitan. kalau ia kaya cepat, sangat tidak siap mentalnya (bahkan ada yang menjadi gila mendadak karena dapat lotere sekian milyar). Oleh karena itu jikalau itu terjadi, ia harus rela memberikan jumlah yang cukup banyak kembali kepada Tuhan, agar tidak terjebak materialisme. Saya banyak melihat orang yang kaya mendadak karena bermain saham, misalnya, tetapi hal itu tidak bisa dibandingkan dengan orang yang miskin mendadak karena bermain saham pula. Banyak lagi yang ditipu karena berbagai macam metode investasi yang ”menggiurkan”. b. Soal kerja. Berapa banyak orang Kristen yang bangga dengan pekerjaannya adalah sebagai pialang saham? mereka mendapat penghasilan koq. Kenapa saya mempermasalahkannya? Ya, secara sepintas nampaknya mereka bekerja. Mereka bekerja dalam analisa. Tapi menurut saya ini bukalnlah kerja dalam arti yang sesungguhnya. Atau gamblangnya adalah sebetulnya dia belumlah bekerja. HAH?! apa-apaan ini? Nah untuk itu kita perlu mengerti apa itu kerja pada sisi Kristen. Kerja dalam etos Kristen adalah sesuatu yang PRODUKTIF, yang menghasilkan dan yang BERKONTRIBUSI, baik kepada konsumen, perusahaan maupun masyarakat. Permisis tanya, apakah permainan saham dan segala analisanya gagal secara prinsip? Etos kerja Kristen memberikan manfaat bagi diri, bagi konsumen, bagi masyarakat, dan bagi lingkunan. Ini adalah standardnya. 5. Motivasi dalam berinvestasi. Investasi menjadi salah, bila didasari dengan motivasi keserakahan dan kemalasan (mau lebih kaya, dengan lebih mudah atau bahkan tanpa bekerja sama sekali). 6. Jadi, apakah boleh melakukan ini dan itu, saya akan mengatakan, ”anda sendiri yang menjawab, berdasarkan motivasi anda dan siapa anda sebenarnya

[CKM] Possibly related posts: (automatically generated) •

Dinamika Interaksi, Taksonomi, dan Pembentukan Cluster Saham di BEJ (Bursa …



Apa yang Harus Dilakuakan Value Investor Untuk Memilih Saham?

Home » Artikel, Ekonomi, Featured

Main Saham = Judi? 27 August 2008 822 views 4 Comments

Main Saham = Judi? Pertanyaan ini seringkali muncul karena membeli saham dan valas seringkali dipandang sebagai judi. Saham sebenarnya tidak dibuat untuk berjudi, melainkan menggunakan prinsip dagang biasa: penawaran dan permintaan, dan digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk meningkatkan kapital atau modal perusahaan. Jadi dengan ikut serta dalam investasi saham, sebenarnya kita juga telah ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi bangsa. Harga saham dapat naik atau turun bergantung pada fundamental perusahaan dan hukum permintaan/penawaran. Secara umum apabila perusahaan semakin baik dan berkembang, maka nilai sahamnya pun akan naik. Inilah yang dimaksud dengan fundamental perusahaan. Secara jangka panjang, harga saham akan naik/turun berdasarkan kinerja perusahaan tersebut. Namun dalam waktu singkat, hukum penawaran/permintaan lebih berpengaruh terhadap harga saham. Naik dan turunnya harga saham secara signifikan dalam waktu singkat inilah yang dapat membuat orang menjadi kaya mendadak sehingga membuat saham menjadi daya tarik yang sangat besar bagi orang yang ingin kaya secara cepat tanpa harus melalui kerja keras. Di sisi lain, bermain saham seringkali juga membuat orang putus asa sampai bunuh diri karena harta kekayaannya musnah untuk main saham. Atau dengan kata lain bertransaksi saham bisa berubah menjadi perjudian yang ‘legal’ secara hukum. Sekalipun legal secara hukum, segala bentuk perjudian adalah sesuatu yang sangat tidak disukai Tuhan. Banyak orang tidak menyadari bahwa judi juga dapat menimbulkan kecanduan. Sudah banyak rumah tangga yang hancur karena berjudi. Karena itu apapun bentuknya kita tidaklah boleh melakukan judi. Secara singkat, ciri-ciri atau gejala membeli saham yang tidak berkenan di hadapan Tuhan: 1. Membeli saham untuk berspekulasi harga. Gejalagejalanya antara lain a. Membeli saham secara untung-untungan tanpa pengetahuan mengenai fundamental / kondisi pasar b. Membeli saham untuk jangka pendek c. Terusterusan melihat indeks harga saham untuk menentukan kapan beli/jual saham. Hal ini dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Banyak para pekerja yang menjadi kurang fokus dalam pekerjaannya atau menggunakan fasilitas kantor untuk memantau harga saham. Mereka mengorbankan banyak waktu bahkan lebih memprioritaskan jual/beli saham daripada pekerjaannya. Hal ini bukanlah merupakan tindakan orang Kristen yang baik. 2. Menggunakan cash flow sehari-hari kita untuk membeli saham. Saham adalah investasi yang mengandung resiko, menggunakan uang belanja dapur sehari-hari untuk membeli saham bukanlah merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk valas, membeli valas dalam jumlah yang

sangat besar untuk menaikkan harga demi keuntungan pribadi. Hal ini memang hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya uang yang sangat banyak, atau oleh sekumpulan orang. Akibatnya dapat mengganggu stabilitas ekonomi, terutama untuk negara kita yang belum memiliki perekonomian yang maju (misalnya seperti kejadian krisis moneter pada tahun 1997). Membeli saham yang benar adalah apabila kita memang ingin berinvestasi (jangka panjang) dan bukan untuk spekulasi. (1 Timotius 6:10; Ibrani 13:5). Alkitab juga menasehati kita untuk menjauhkan diri dari usaha “mendapat kekayaan dengan cepat” (Amsal 13:11; 23:5; Pengkhotbah 5:10). Judi jelas sekali berfokus pada cinta uang dan menggoda orang dengan janji untuk mendapatkan kekayaan secara cepat dan mudah. Apakah jual beli saham termasuk dalam pengertian ini? Silakan pikirkan. (a) Investasi diperbolehkan, bahkan beberapa investasi dianjurkan/baik (b) Investasi tersebut bukan dan tidak boleh merupakan jalan pintas untuk menjadi kaya cepat/mendadak. Hal tersebut menjadi penting karena banyak orang yang mengartikan Investasi sebagai membiarkan uang bekerja untuk kita. Pandangan kita sejak kecil adalah kita dapat menghasilkan uang dengan memperoleh pekerjaan dan bekerja. Itulah yang kebanyakan kita lakukan. Masalahnya: jika kita ingin menginginkan uang lebih, kita harus bekerja lebih keras dengan jam kerja lebih panjang. Akan tetapi, tetap saja ada batasnya berapa lama kita bisa bekerja dalam sehari dan memiliki uang banyak tidak akan terasa fun karena kita tidak punya waktu luang untuk menikmatinya. Hal ini tidak sesuai dengan etika dan etos kerja Kristen. Saya akan bahas sedikit. a. Investasi tersebut bukan dan tidak boleh merupakan jalan pintas untuk menjadi kaya cepat/mendadak. Hal ini bukan berarti orang Kristen tidak boleh kaya. Hanya saya darimana kekayannya itu, haruslah jelas. Apakah dari hasil korupsi, judi atau bahkan dari kuasa gelap. Beberapa ayat Alkitab harus diperhatikan dalam masalah ini, seperti: Amsal 13:11 yang berbunyi,” Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.” Amsal 23:4-5 yang berbunyi,”Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.” Pengkhotbah 5:10 yang berbunyi,”Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.” Jadi, apakah boleh melakukan ini dan itu, saya akan mengatakan, ”anda sendiri yang menjawab, berdasarkan motivasi anda dan siapa anda sebenarnya

(No Ratings Yet)

Loading ...

4 Comments »

• H4N2 said:

komentar: amsal 13: 11, 23:5 dan pengkhotbah 5 : 10, disebutkan mendapat kekayaan secara cepat. klu kita bicara waktu, maka itu bersifat relatif. contoh 1 tahun bagi saya cepat, tp bagi orang yang dipenjara(di sel ) lambat. jd tolong di perjelas waktu “cepat “yang disebutkan dalam alkitab. dan jangan lupa selama pekerjaan itu di lakukan secara halal dan tidak merugikan orang lain, maka prinsip ekonomi berlaku high risk- high return, low risk-low return, tanpa melihat waktu yan berlaku. overall saya setuju dengan wacana diatas. JADI TOLONG DIJAWAB PERTANYAAN SAYA TTG WAKTU ( MENDAPAT KEKAYAAN SECARA CEPAT ). TUBLESS EH GOD BLESS. HEHEHE # 31 August 2008 at 3:37 pm

• J said:

Menurut saya, klo berbicara masalah waktu tersebut memang relatif,mgk bagi anda 1 tahun itu cepat, ya…jadi jika kamu merasa 1 tahun itu cepat bagimu ya berarti kamu telah mendapatkan kekayaan dengan waktu yang cepat. Namun jika bagi orang lain itu lama, ya…brarti dia telah mendapatkan kekayaan perlahan-lahan, karena mnrt nya lama. Atau mungkin anda dalam setahun mendapatkan kekayaan(dengan cepat) yang dimana orang lain perlu waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan kekayaan(sedikit demi sedikit) sebanyak itu. Karena difirman tidak pernah diputuskan waktu yang cepat dan lama itu menurut ukuran, tapi itu kembali keorang nya masing-masing, yaitu bagaimana orang itu sendiri menanggapi waktu menurut mereka. Apakah itu 1tahun cepat atau lambat?!?Hehehe..ini hanya menurutku lo ya…kalo nda setuju juga it’s ok! Tuhan Yesus Memberkati # 6 September 2008 at 12:58 am

• admin (author) said:

Yang paling penting itu, hati kita. Waktu memang relatif, tapi disini penekanannya adalah masalah hati kita, apakah kita terjun ke suatu bidang tertentu, krn mengharapkan hasil yang besar dalam waktu singkat? ataukah memang Tuhan tuntun kita kesana. # 8 September 2008 at 2:38 am

• Imam said:

Menurut saya lebih baik bekerja secara wajar dan bekerja keras utk mencari hasil yg maksimal dg tujuan utk beribadah ( keluarga & beramal ) kita juga yakin akan pekerjaan itu halal. Kalo masalah cepat atau lambat kita menjadi kaya itu urusan bukan masalah karena kita gak tahu apa yg akan terjadi dg pasti, kita cuma bisa ikhtiar bekeja keras dg tujuan yg baik dan masalah hasilnya kita harus bisa menerimanya, apakah menjadi “kaya”, “kaya banget”, “sedang2″ atau malah “bankrut” Itu semua juga harus diikuti dengan berdoa yg serius dan disiplin. cuma ini yg bisa saya tulis dan kurang lebihnya saya mohon maaf, Thank’s lot and goodluck. Alas Roban Limpung, Batang Ja- Teng

Apa kata Alkitab mengenai judi? Apakah judi itu dosa?

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai judi? Apakah judi itu dosa? Jawaban: Judi dapat didefinisikan sebagai “mempertaruhkan uang dalam usaha untuk melipatgandakan uang tsb untuk sesuatu yang kemungkinannya kecil.” Alkitab tidak secara khusus mencela perjudian, pertaruhan atau lotto. Namun Alkitab memperingatkan kita untuk menjauhkan diri dari cinta uang (1 Timotius 6:10; Ibrani 13:5). Alkitab juga menasehati kita untuk menjauhkan diri dari usaha “mendapat kekayaan dengan cepat” (Amsal 13:11; 23:5; Pengkhotbah 5:10). Judi jelas sekali berfokus pada cinta uang dan menggoda orang dengan janji untuk mendapatkan kekayaan secara cepat dan mudah. Apa masalahnya dengan judi? Judi adalah isu yang sulit karena kalau dilakukan dengan tidak berlebihan dan hanya sesekali, itu adalah menghamburkan uang, namun tidak berarti itu adalah sesuatu yang “jahat.” Orang menghamburkan uang dalam berbagai macam aktifitas. Judi tidak menghamburkan lebih banyak atau lebih sedikit uang dibanding dengan menonton film (dalam banyak hal), makan makanan yang mewah/mahal, membeli barang yang tidak perlu. Namun demikian, fakta bahwa uang juga dihamburkan dalam hal-hal lain tidak lalu membenarkan judi.

Uang tidak seharusnya dihambur-hamburkan. Uang yang lebih seharusnya ditabung untuk supaya nanti dapat diberikan untuk pekerjaan Tuhan, bukan untuk dihabiskan dengan berjudi. Judi dalam Alkitab: Walaupun Alkitab tidak secara eksplisit mencantumkan judi, Alkitab ada menyebut permainan “untung-untungan.” Contohnya, melempar undi digunakan dalam Imamat untuk memilih antara domba yang akan dikorbankan dan domba yang akan dilepaskan. Yosua membuang undi untuk membagi tanah kepada berbagai suku. Nehemia membuang undi untuk menentukan siapa yang akan tinggal di Yerusalem dan siapa yang tidak. Para rasul membuang undi untuk menentukan pengganti Yudas. Amsal 16:33 mengatakan, “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.” Dalam Alkitab judi atau “untunguntungan” tidak pernah digunakan sebagai hiburan atau sebagai kebiasaan yang pantas bagi para pengikut Tuhan. Kasino dan lotto: Kasino menggunakan segala bentuk pemasaran untuk menarik penjudi mempertaruh uang sebanyak mungkin. Mereka sering menawarkan minuman keras secara murah atau bahkan tanpa bayar, yang mengakibatkan kemabukan dan menurunnya kemampuan untuk membuat keputusan secara bijaksana. Segala sesuatu dalam kasino ditata sedemikian rupa untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar dan tidak mengembalikan apa-apa, kecuali kesenangan yang singkat dan kosong. Lotto berusaha melukiskan dirinya sebagai cara untuk mendanai pendidikan dan/atau program-program sosial. Namun demikian studi memperlihatkan bahwa orang yang bermain lotto biasanya adalah orang-orang yang justru tidak mampu untuk mengeluarkan uang untuk memasang lotto. Bagi mereka yang sudah kehabisan akal, daya tarik untuk “cepat kaya” sering merupakan godaan yang terlalu sulit untuk ditahan. Kesempatan untuk menang begitu kecilnya sehingga akibatnya banyak yang hidupnya dihancurkan. Mengapa keuntungan dari lotto tidak menyenangkan Tuhan? Banyak orang mengklaim bahwa mereka pasang lotto atau berjudi supaya mereka dapat memberi uang kepada gereja atau untuk pekerjaan amal lainnya. Walaupun ini adalah motif yang baik, kenyataannya hanya sedikit yang menggunakan keuntungan dari judi untuk maksud-maksud rohani. Studi memperlihatkan bahwa mayoritas dari mereka yang menang lotto justru berada dalam situasi keuangan yang lebih parah beberapa tahun setelah menang jackpot dibanding sebelumnya. Hanya sedikit, kalaupun ada, yang memberi untuk pekerjaan amal. Lebih dari itu, Allah tidak membutuhkan uang kita untuk mendanai pekerjaanNya dalam dunia ini. Amsal 13:11 mengatakan, “Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.” Allah berdaulat dan akan menyediakan segala kebutuhan gereja melalui cara-cara yang jujur. Apakah Tuhan akan dipermuliakan melalui uang hasil penjualan narkoba, atau uang yang dirampok dari bank? Demikian pula Tuhan tidak menghendaki uang yang “dicuri” dari orang-orang miskin melalui godaan untuk cepat kaya. 1 Timotius 6:10 memberitahu kita “karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” Ibrani 13:5 menyerukan, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekalikali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’” Matius 6:24 mengatakan, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apa kata Alkitab mengenai seks sebelum menikah?

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai seks sebelum menikah? Jawaban: Sama dengan berbagai percabulan seks sebelum menikah berulangkali dicela dalam Alkitab (Kisah Rasul 15:20; 1 Korintus 5:1; 6:13; 18; 7:2; 10:8, 2 Korintus 12:21; Galatia 5:19; Efesus 5:3; Kolose 3:5; 1 Tesalonika 4:3; Yudas 7). Alkitab mendorong untuk tidak berhubungan seks sebelum menikah. Seks sebelum menikah sama salahnya dengan perzinahan dan bentukbentuk percabulan lainnya karena semua itu bersangkut paut dengan berhubungans seks bukan dengan orang yang dinikahi. Seks antara suami dan istri adalah satu-satunya bentuk hubungan seks yang Tuhan restui (Ibrani 13:4). Seks sebelum menikah menjadi begitu umum karena berbagai sebab. Terlalu sering kita memusatkan perhatian pada aspek “rekreasi” dari seks tanpa memperhatikan aspek “re-kreasi” dari seks. Benar, seks itu menyenangkan. Allah mendesain seks untuk itu. Dia menghendaki lakilaki dan perempuan menikmati aktifitas seksual (dalam lingkup pernikahan). Namun demikian, tujuan utama dari seks bukanlah kesenangan, namun reproduksi. Allah melarang hubungan seks sebelum pernikahan bukan dengan maksud supaya kita tidak mendapat kesenangan, tapi untuk melindungi kita dari kehamilan yang tidak dikehendaki dan anak-anak yang lahir pada orangtua yang menolak mereka atau tidak siap untuk punya anak. Bayang, betapa dunia kita akan menjadi lebih baik jikalau model seks dari Allah diikuti: penyakit kelamin akan berkurang, ibu yang tidak menikah akan berkurang, aborsi akan berkurang, dll. Tidak berhubungan seks sebelum menikah adalah satu-satunya jalan Tuhan. Abstinensi (tidak berhubungan seks sebelum menikah) menyelamatkan nyawa, melindungi para bayi, memberi hubungan seks nilai yang sebenarnya, dan yang paling penting: menghormati Tuhan

Jawaban: Banyak orang yang memandang gereja sebagai gedung. Ini bukanlah pengertian Alkitab mengenai gereja. Kata gereja berasal dari kata bahasa Yunani “Ekklesia” yang didefinisikan sebagai “perkumpulan” atau “orangorang yang dipanggil keluar.” Akar kata dari ”gereja” bukan berhubungan dengan gedung, namun dengan orang. Adalah ironis bahwa saat Anda bertanya kepada orang mereka pergi ke gereja apa, biasanya mereka akan mengatakan Baptis, Metodis, atau denominasi lainnya. Banyak kali mereka menunjuk pada

denominasi atau pada bangunan. Baca Roma 16:5: “Salam juga kepada jemaat di rumah mereka...” Paulus menunjuk pada gereja di rumah mereka, bukan pada gedung gereja, namun kumpulan orang-orang percaya.

Gereja adalah Tubuh Kristus. Efesus 1:22-23 mengatakan, “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” Tubuh Kristus terdiri dari semua orang percaya mulai dari saat Pentakosta sampai saat Pengangkatan. Tubuh Kristus terdiri dari dua aspek:

(1) Gereja universal/sedunia yaitu gereja yang terdiri dari semua orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. 1 Korintus 12:13-14 mengatakan “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.” Kita melihat bahwa siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh Kristus. Gereja Tuhan yang sebenarnya bukanlah bangunan gereja atau denominasi tertentu. Gereja Tuhan yang universal/sedunia adalah semua orang yang telah menerima keselamatan melalui beriman di dalam Yesus Kristus.

(2) Gereja lokal digambarkan dalam Galatia 1:1-2, “Dari Paulus, seorang rasul, ... dan dari semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaatjemaat di Galatia.” Di sini kita melihat bahwa di propinsi Galatia ada banyak

gereja – apa yang kita sebut sebagai gereja lokal. Gereja Baptis, gereja Lutheran, gereja Katolik, dll bukanlah Gereja sebagaimana gereja universal, namun adalah gereja lokal. Gereja universal/sedunia terdiri dari mereka-mereka yang telah percaya pada Yesus untuk keselamatan mereka. Anggota-anggota gereja universal/sedunia ini sepatutnya mencari persekutuan dan pembinaan dalam gereja lokal.

Secara ringkas, gereja bukanlah bangunan atau denominasi. Menurut Alkitab, gereja adalah Tubuh Kristus – setiap mereka yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan (Yohanes 3:16; 1 Korintus 12:13). Dalam gereja-gereja

Tentang Kami

Apa pentingnya baptisan Kristen?

Pernyataan Iman Pertanyaan: Apa pentingnya baptisan Kristen? Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Roma 6:23

Allah ... yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara

Jawaban: Menurut Alkitab, baptisan Kristen adalah kesaksian dari apa yang terjadi di dalam kehidupan orang percaya. Baptisan Kristen melukikan identifikasi orang percaya dengan kematian Kristus, penguburanNya dan kebangkitanNya. Alkitab menyatakan, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru (Roma 6:3-4). Dalam baptisan Kristen, dimasukkan ke dalam air menggambarkan dikuburkan dengan Kristus. Keluar dari air menggambarkan kebangkitan Kristus. Dalam baptisan Kristen ada dua persyaratan sebelum seseorang dibaptiskan: (1) orang yang dibaptis harus sudah percaya pada Yesus

orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. 1 Petrus 1:3

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Kristus sebagai Juruselamat, dan (2) orang itu harus mengerti apa makna dari baptisan. Jikalau seseorang mengenal Yesus sebagai Juruselamat, memahami bahwa baptisan Kristen adalah langkah ketaatan dalam memperkenalkan imannya kepada Kristus secara terbuka, dan ingin dibaptiskan, maka tidak ada alasan untuk menghalangi orang percaya tsb dari menerima baptisan. Menurut Alkitab, baptisan Kristen adalah langkah ketaatan, pernyataan iman seseorang secara terbuka bahwa dia percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Baptisan Kristen adalah sesuatu hal penting karena itu adalah langkah ketaatan, pernyataan iman kepada Kristus secara terbuka dan komitmen kepadaNya, dan menyamakan diri dengan kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus

Yohanes 3:16

pa tujuan gereja?

Pertanyaan: Apa tujuan gereja?

0

Cari: Mulai-Cari

Jawaban: Kisah Rasul 2:42 dapat dianggap sebagai pernyataan tujuan gereja, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Dengan demikian, menurut Kitab Suci, tujuan/kegiatan gereja adalah: (1) mengajarkan pengajaran-pengajaran yang Alkitabiah, (2) menyediakan tempat bagi orang-orang percaya untuk bersekutu, (3) menjalankan Perjamuan Kudus, dan (4) berdoa. Gereja perlu mengajarkan dasar-dasar pengajaran dari Alkitab supaya iman kita memiliki dasar yang kokoh. Efesus 4:14 memberitahu kita, “Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil

rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” Gereja adalah tempat untuk bersekutu, tempat di mana orang Kristen dapat mengasihi dan menghormati satu dengan yang lain (Roma 12:10), saling menasihati (Roma 15:14), penuh kasih mesra dan saling mengampuni (Efesus 4:32), saling menasihati dan membangun (1 Tesalonika 5:11), dan yang paling penting, saling mengasihi (1 Yohanes 3:11). Gereja adalah tempat di mana orang-orang percaya dapat melakukan Perjamuan Kudus, memperingati kematian Kristus, dan bagaimana Kristus telah mencucurkan darah untuk kita (1 Korintus 11:23-26). Konsep ”memecahkan roti” (Kisah Rasul 2:42) juga berarti menikmati hidangan bersama-sama. Ini adalah contoh lain mengenai persekutuan. Tujuan yang terakhir menurut Kisah Rasul 2:42 adalah berdoa. Gereja ada tempat yang mengutamakan doa, mengajar orang berdoa, dan mempraktekkan doa. Filipi 4:6-7 mendorong kita, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” ”Pengutusan” lain yang diberikan kepada gereja adalah untuk memproklamirkan Injil keselamatan melalui Yesus Kristus (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8). Gereja dipanggil untuk setia dalam memberitakan Injil melalui kata-kata dan perbuatan. Gereja adalah ”mercusuar” masyarakat – yang mengarahkan orang kepada Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Gereja dipanggil untuk memberitakan Injil dan untuk menyiapkan anggota-anggotanya untuk memberitakan Injil (1 Petrus 3:15). Beberapa tujuan akhir dari gereja diberikan dalam Yakobus 1:27, “ Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” Gereja ada untuk melayani orang-orang yang dalam kekurangan. Ini bukan saja dalam pekabaran Injil, namun juga dalam menyediakan kebutuhan fisik (makanan, pakaian, tempat berteduh) sebagaimana dibutuhkan dan sepantasnya. Gereja perlu mempersiapkan orang-orang yang percaya di dalam Kristus dengan perlengkapan-perlengkapan untuk mengalahkan dosa dan untuk bebas dari pengaruh kotor dunia ini. Hal ini dilakukan dengan prinsip-prinsip yang sudah diberikan di atas – pengajaran yang Alkitabiah dan persekutuan Kristiani. Setelah mengatakan semua itu, jadi apa tujuan gereja? Saya suka dengan ilustrasi dalam 1 Korintus 12:12-27. Gereja adalah ”tubuh” Allah – kita adalah tangan, mulut dan kakiNya dalam dunia ini. Kita melakukan apa yang Kristus akan lakukan kalau saja Dia hadir secara fisik di bumi ini. Gereja perlu menjadi ”Kristen” – ”menjadi serupa dengan Kristus” dan

pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Efesus 2:8-9

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Roma 10:9

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Roma 5:8

mengikuti Kristus.

Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apa tujuan gereja?

Bolehkah perempuan melayani sebagai Pendeta/pengkhotbah? Apa kata Alkitab mengenai perempuan yang melayani?

Pertanyaan: Bolehkah perempuan melayani sebagai Pendeta/pengkhotbah? Apa kata Alkitab mengenai perempuan yang melayani? Jawaban: Barangkali tidak ada isu yang lebih diperdebatkan dalam gereja sekarang ini dibanding dengan isu mengenai perempuan yang melayani sebagai Pendeta/pengkhotbah. Karena itu sangat penting untuk tidak memandang isu ini sebagai laki-laki melawan perempuan. Ada perempuan-perempuan yang percaya bahwa perempuan tidak sepatutnya melayani sebagai Pendeta dan bahwa Alkitab membatasi pelayanan dari para perempuan, dan ada pula laki-laki yang percaya bahwa perempuan dapat melayani sebagai Pendeta dan tidak ada batasan bagi perempuan yang melayani. Ini bukan soal chauvinisme atau diskriminasi. Isu ini adalah soal penafsiran Alkitab. 1 Timotius 2:11-12 mengatakan, “Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.” Dalam gereja Allah menetapkan fungsi yang berbeda pada laki-laki dan perempuan. Ini adalah karena cara umat manusia diciptakan (1 Timotius 2:13) dan cara dosa masuk ke dalam dunia (2 Timotius 2:14). Allah, melalui tulisan dari Rasul Paulus, membatasi perempuan dari pelayanan pengajaran rohani yang memberikan dia otoritas atas laki-laki. Hal ini membatasi perempuan dari pelayanan sebagai Pendeta, yang meliputi berkhotbah, mengajar dan memiliki otoritas rohani atas laki-laki. Pandangan terhadap pendeta perempuan dalam pelayanan yang seperti ini mendapatkan banyak “keberatan.” Keberatan yang umum adalah bahwa Paulus membatasi perempuan dari mengajar karena pada abad pertama perempuan biasanya tidak berpendidikan. Namun demikian, 1 Timotius 2:11-14 sama sekali tidak menyinggung status pendidikan. Kalau pendidikan menjadi kualifikasi untuk pelayanan, mayoritas murid Yesus mungkin sekali tidak akan memenuhi syarat. Keberatan kedua yang sering diutarakan adalah bahwa Paulus hanya membatasi perempuanperempuan Efesus dari pelayanan (1 Timotius ditulis kepada Timotius yang adalah Pendeta dari gereja di Efesus). Kota Efesus terkenal dengan kuil Artemis, seorang dewi Roma/Yunani. Dalam

penyembahan kepada Artemis, perempuan adalah pemegang kekuasaan. Namun demikian, kitab 1 Timotius sama sekali tidak menyinggung tentang Artemis. Paulus juga tidak menyinggung penyembahan pada Artemis sebagai dalih dari larangan dalam 1 Timotius 2:11-12. Keberatan ketiga adalah Paulus hanya merujuk pada suami dan isteri, bukan laki-laki dan perempuan secara umum. Kata-kata Bahasa Yunani dalam 1 Timotius 2:11-14 dapat merujuk pada suami dan isteri. Namun demikian, arti dasar dari kata-kata tsb. adalah laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut lagi, kata-kata bahasa Yunani tsb juga digunakan dalam ayat 8-10. Apakah hanya suami-suami yang boleh berdoa dengan menadahkan tangan yang suci tanpa marah dan perselisihan (ayat 8)? Apakah hanya para isteri yang yang harus berpakaian dengan sopan, melakukan perbuatan baik dan beribadah kepada Allah (ayat 9-10)? Tentu tidak. Jelas bahwa ayat 8-10 merujuk pada laki-laki dan perempuan secara umum dan bukan hanya suami dan isteri. Tidak ada sesuatupun dalam konteksnya yang mengindikasikan adalah peralihan kepada suami dan isteri dalam ayat 11-14. Keberatan lain yang sering diutarakan terhadap pendeta/pengkhotbah perempuan adalah dalam hubungannya dengan Miryam, Debora, Hulda, Priskila, Phebe, dll – para perempuan yang memegang posisi kepemimpinan dalam Alkitab. Keberatan ini lalai memperhatikan beberapa faktor penting. Debora adalah satu-satunya hakim perempuan di antara 13 hakim-hakim lakilaki. Hulda adalah satu-satunya nabiah yang disebutkan dalam Alkitab di antara sekian banyak nabi-nabi laki-laki. Satu-satunya koneksi Miryam kepada kepemimpinan adalah karena dia adalah saudara perempuan dari Musa dan Harun. Kedua perempuan yang paling tekenal dalam zaman Raja-Raja adalah Atalya dan Izebel dan mereka tidak dapat disebut sebagai teladan perempuan yang rohani. Dalam kitab Kisah Para Rasul pasal 18 Priskila dan Akwila diperkenalkan sebagai hamba-hamba Kristus yang setia. Nama Priskila disebut lebih dahulu, kemungkinan besar mengindikasikan bahwa dalam pelayanan dia lebih “utama/penting” dibanding dengan suaminya. Sekalipun demikian, Priskila sama sekali tidak dikatakan berpartisipasi dalam aktifitas pelayanan yang bertolak belakang dengan 1 Timotius 2:11-14. Priskila dan Akwila membawa Apolos ke rumah mereka dan mereka berdua memuridkan dia dan menjelaskan Firman Tuhan kepada Apolos dengan lebih akurat (Kisah Rasul 18:26). Dalam Roma 16:1, bahkan jika Phebe dianggap sebagai “diaken perempuan” dan bukan “hamba,” ini tidak mengindikasikan bahwa Phebe adalah guru dalam jemaat. “Dapat mengajar” adalah salah satu persyaratan penatua dan bukan diaken (1 Timotius 3:1-13; Titus 1:6-9). Penatua/penilik jemaat/diaken digambarkan sebagai “suami dari satu isteri,” “disegani dan dihormati oleh anak-anaknya,” dan “mempunyai nama baik.” Lebih dari itu, dalam 1 Timotius 3:1-13 dan Titus 1:6-9, kata ganti maskulin digunakan secara eksklusif untuk menunjuk pada para penatua/penilik jemaat./diaken. Struktur 1 Timotius 2:11-14 membuat “alasannya” menjadi sangat jelas. Ayat 13 dimulai dengan “karena” dan memberikan “penyebab” dari apa yang Paulus uraikan dalam ayat 11-12. Mengapa perempuan tidak bileh mengajar atau memiliki otoritas atas laki-laki? Karena “Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa” (1 Timotius 2:13-14). Inilah alasannya. Tuhan terlebih dahulu menciptakan Adam baru kemudian menciptakan Hawa sebagai “penolong” bagi Adam. Urut-urutan penciptaan ini memiliki penerapan universal dalam keluarga

(Efesus 5:22-33) dan gereja. Fakta bahwa Hawa tergoda juga diberikan sebagai alasan mengapa perempuan tidak melayani sebagai pendeta atau memiliki otoritas rohani atas laki-laki. Hal ini menyebabkan beberapa orang yang percaya bahwa perempuan lebih gampang tegoda dan tertipu. Ini adalah anggapan yang bisa diperdebatkan … namun jika perempuan lebih gampang tergoda dan ditipu, mengapa mereka diizinkan untuk mengajar anak-anak (yang muda ditipu) dan perempuan lainnya (yang seharusnya juga lebih mudah ditipu)? Ini bukanlah yang dikatakan oleh ayat tsb. Perempuan tidak boleh mengajar atau memiliki otoritas rohani atas laki-laki karena Hawa tergoda. Sebagai akibatnya, Allah memberi kepada laki-laki otoritas utama untuk mengajar di gereja. Perempuan memiliki kelebihan dalam karunia keramah-tamahan, kemurahan, mengajar dan menolong. Sering kali pelayanan gereja tergantung pada para perempuan. Perempuan dalam gereja tidak dibatasi hanya kepada doa di depan umum atau bernubuat (1 Korintus 11:5), namun hanya dibatasi dari memiliki otoritas rohani atas laki-laki. Alkitab tidak pernah membatasi perempuan dari mempraktekkan karunia-karunia Roh Kudus (1 Korintus 12). Perempuan, sama seperti laki-laki, dipanggil untuk melayani orang-orang lain, menyatakan buah Roh (Galatia 5:22-23), dan untuk memproklamirkan Injil kepada mereka yang terhilang (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8; 1 Petrus 3:15).

Tentang Kami

Apakah orang-orang Kristen merayakan hari Sabat?

Pernyataan Iman Pertanyaan: Apakah orang-orang Kristen merayakan hari Sabat? Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Roma 6:23

Jawaban: Sering dikatakan bahwa ”Allah menetapkan Sabat di Eden” karena hubungan antara Sabat dan penciptaan dalam Keluaran 20:11. Sekalipun berhentinya Allah bekerja pada hari ke tujuh (Kejadian 2:3) memberi pertanda untuk hukum mengenai Sabat di kemudian hari, tidak ada catatan Alkitab mengenai Sabat sebelum umat Israel meninggalkan Mesir. Dalam Alkitab tidak ada indikasi bahwa memelihara hari Sabat dilakukan pada zaman Adam sampai Musa.

Allah ... yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.

Firman Tuhan jelas bahwa memperingati Sabat adalah tanda khusus antara Allah dan Israel. “Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya: "Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.” (Keluaran 19:3-5).

1 Petrus 1:3

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16

“Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal. Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat." (Keluaran 31:16-17). Dalam Ulangan 5 Musa mengulangi sepuluh hukum kepada generasi yang baru dari bangsa Israel. Di sini, setelah memerintahkan untuk memperingati Sabat dalam ayat 12-14, Musa memberikan alasan mengapa Sabat diberikan kepada bangsa Israel, “Sebab haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat” (Ulangan 5:15). Perhatikan kata itulah sebabnya. Maksud Allah dalam memberi Sabat kepada orang-orang Israel bukan supaya mereka dapat mengingat penciptaan, namun supaya mereka mengingat perbudakan mereka di Mesir dan pembebasan dari Tuhan. Perhatikan peraturan untuk memelihara Sabat: Seseorang yang berada di bawah hukum Sabat tidak boleh meninggalkan rumahnya pada hari Sabat (Keluaran 16:29), tidak boleh menyalakan api (Keluaran 35:3), dan tidak boleh membuat orang lain bekerja (Ulangan 5:14). Orang yang melanggar Sabat dijatuhi hukuman mati (Keluaran 31:15; Bilangan 15:32-35). Perjanjian Baru memperlihatkan empat hal penting kepada kita: 1) Setiap kali Tuhan Yesus menampakkan diri dalam tubuh kebangkitanNya dan harinya disebut, selalu adalah hari pertama dalam minggu itu (Matius 28:1, 9, 10; Markus 16:9; Lukas 24:1, 13, 15; Yohanes 20:19, 26). 2). Satu-satunya waktu di mana Sabat disebut dari Kisah Rasul sampai Wahyu, selalu adalah untuk maksud penginjilan kepada orang-orang Yahudi dan biasanya berlokasi di sinagog (Kisah Rasul 13-18). Paulus menulis, “ Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku

sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat” (1 Korintus 9:20). Paulus tidak pergi ke sinagog untuk bersekutu dan membangun orang-orang suci, tapi untuk memenangkan dan menyelamatkan yang terhilang. 3) Begitu Paulus mengatakan, “Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain" (Kisah 18:6) Sabat tidak pernah lagi disinggung. Dan 4) sebagai ganti menasihatkan ketaatan pada hari Sabat, bagian-bagian lain dari Pejanjian Baru justru mengindikasikan sebaliknya (termasuk satu kekecualiaan pada point ke 3 yang ditemukan dalam Kolose 2:16). Memperhatikan lebih lanjut point ke 4 di atas akan memperlihatkan bahwa tidak ada kewajiban bagi orang-orang Kristen Perjanjian Baru untuk memelihara Sabat, dan juga memperlihatkan bahwa hari Minggu sebagai hari ”Sabat Kristen” tidaklah Alkitabiah. Sebagaimana didiskusikan sebelumnya, hanya satu kali Sabat disebutkan setelah Paulus mulai menfokuskan diri pada orang-orang kafir, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus” (Kolose 2:16-17). Sabat orang Yahudi telah dihapuskan di atas salib ketika Kristus “menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita” (Kolose 2:14). Ide ini diulangi lebih dari satu kali dalam Perjanjian Baru: “Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah” (Roma 14:5-6). “Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun” (Galatia 4:9-10). Ada beberapa yang mengklaim bahwa perintah dari Konstantinus pada A.D. 321 “mengubah” Sabat dari hari Sabtu ke hari Minggu. Pada hari apakah gereja mula-mula berkumpul untuk beribadah? Alkitab tidak pernah menyebut orang-orang percaya berkumpul untuk bersekutu atau beribadah pada hari Sabat (Sabtu) manapun. Namun demikian, ada ayatayat yang dengan jelas menyebut hari pertama dalam minggu itu. Contohnya, Kisah Rasul 20:7 menjelaskan bahwa “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti” (Kisah 20:7). Dalam 1 Korintus 16:2 Paulus menasihati orang-

orang percaya di Korintus “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing—sesuai dengan apa yang kamu peroleh —menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah” (1 Korintus 16:2). Karena Paulus menyebut persembahan ini sebagai ”pelayanan” dalam 2 Korintus 9:12, pengumpulan ini pastilah berhubungan dengan ibadah Minggu dari jemaat Kristen. Secara historis, Minggu, bukan Sabtu, adalah hari di mana biasanya orang-orang Kristen berkumpul di gereja, dan kebiasaan ini dapat ditelusuri kembali sampai abad pertama. Hari Sabat diberikan kepada Israel, bukan kepada gereja. Hari Sabat tetap adalah hari Sabtu, bukan hari Minggu dan tidak pernah diubah. Namun Sabat adalah bagian dari Hukum Taurat Perjanjian Lama, dan orang-orang Kristen bebas dari belenggu Hukum Taurat (Galatia 4:1-26; Roma 6:14). Orang Kristen tidak perlu memelihara Sabat – baik itu Sabtu ataupun Minggu. Hari pertama dalam minggu itu, hari Minggu, hari Tuhan (Wahyu 1:10) memperingati ciptaan baru di mana Kristus adalah Pemimpin kita yang sudah bangkit. Kita tidak perlu mengikuti Sabat dari Musa – beristirahat, namun kita sekarang bebas mengikuti Kristus yang bangkit – melayani. Rasul Paulus mengatakan bahwa masing-masing orang Kristen harus memutuskan apakah akan beristirahat pada hari Sabat, “Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri” (Roma 14:5) Kita beribadah kepada Tuhan setiap hari, bukan hanya pada hari Sabtu atau Minggu

Apa pentingnya Perjamuan Kudus?

Pertanyaan: Apa pentingnya Perjamuan Kudus? Jawaban: Mempelajari Perjamuan Kudus adalah pengalaman yang menyentuh sanubari karena dalamnya makna yang dikandung. Adalah pada saat merayakan Pasah pada malam menjelang kematianNya Yesus menetapkan sebuah perjamuan baru yang bermakna yang kita peringati sampai saat ini, dan yang merupakan pengungkapan tertinggi dalam ibadah Kristiani. Perjamuan Kudus adalah ”khotbah dalam perbuatan,” memperingati kematian dan kebangkitan Tuhan kita, dan memandang ke masa yang akan datang di mana Dia akan datang kembali dalam kemuliaan. Hari Pasah adalah perayaan yang paling suci dalam kalender agama Yahudi. Perayaan itu memperingati tulah terakhir di Mesir ketika anak-anak sulung orang Mesir mati dan anak-anak sulung orang Israel selamat karena darah dari anak domba yang dipercikkan di ambang pintu mereka. Anak domba dipanggang dan dimakan bersama dengan roti tidak beragi. Allah memerintahkan bahwa sepanjang masa hari raya itu harus diperingati. Kisah ini dicatat dalam

Keluaran 12. Dalam perayaan itu, Yesus dan murid-muridnya menyanyi satu atau beberapa Mazmur Pujian (Mazmur 111-118). Yesus, mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah. Sambil memecahkan roti itu dan memberikannya kepada mereka, Dia berkata, “Ambil, makanlah, inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu.” Demikian pula Dia mengambil cawan sesudah makan dan memberikannya kepada mereka untuk diminum. Dia berkata, "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Dia mengakhiri perjamuan itu dengan menyanyikan nyanyian rohani dan kemudian mereka keluar menuju ke Bukit Zaitun. Di sanalah Yesus dikhianati, sebagaimana telah dinubuatkan, oleh Yudas. Pada keesokan harinya Yesus disalibkan. Kisah mengenai Perjamuan Kudus terdapat dalam Matius 26:26-29, Markus 14:17-25, Lukas 22:7-22, dan Yohanes 13:21-30. Dengan pewahyuan illahi, Rasul Paulus menulis mengenai Perjamuan Kudus dalam 1 Korintus 11:23-29. (Hal ini karena Paulus tidak berada di ruang atas saat Perjamuan Kudus ditetapkan). Paulus memasukkan kata-kata yang tidak terdapat dalam kitab-kitab Injil, “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1 Korintus 11:27-29). Kita mungkin bertanya apa maksudnya makan roti dan minum cawan dengan ”cara yang tidak layak.” Itu mungkin berarti kita tidak menghiraukan makna sebenarnya dari roti dan cawan, dan melupakan harga yang begitu mahal yang harus dibayar oleh Juruselamat kita untuk keselamatan kita. Atau itu mungkin berarti membiarkan perayaan itu menjadi upacara yang mati dan formal, atau datang ke Meja Perjamuan dengan dosa yang masih belum diakui. Sesuai dengan instruksi Paulus, setiap orang harus memeriksa dirinya sendiri sebelum makan roti dan minum dari cawan itu. Pernyataan lain yang dibuat oleh Paulus yang tidak terdapat dalam kitab-kitab Injil adalah “ Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:26). Kalimat ini membatasi jangka waktu dari Perjamuan Kudus – sampai Tuhan kita datang. Dari kisah yang singkat ini, kita belajar bagaimana Yesus menggunakan dua unsur yang paling rapuh sebagai simbol dari tubuh dan darahNya, dan menjadikan keduanya sebagai peringatan untuk kematianNya. Itu bukan sebuah monumen yang terbuat dari marmer atau logam, namun terbuat dari roti dan anggur. Dia menyatakan bahwa roti adalah mengenai tubuhNya yang dipecah-pecahkan, - tidak ada satupun tulangNya yang patah, namun tubuhnya disiksa sedemikian rupa sehingga sulit untuk dikenali (Mazmur 22:13-18, Yesaya 53:4-7). Anggur menyatakan darahNya, menunjukkan kematian yang mengerikan yang akan segera dialamiNya. Dia, sang Anak Allah yang sempurna, menjadi penggenapan dari begitu banyaknya nubuatan dalam Perjanjian Lama mengenai sang Penebus (Kejadian 3:15; Mazmur 22; Yesaya 53, dll). Ketika Dia berkata, ”Lakukanlah ini untuk menjadi peringatan akan Aku,” hal ini mengindikasikan bahwa upacara ini harus diteruskan di hari-hari yang akan datang. Ini juga menyatakan bahwa Pasah, yang menuntut pengorbanan seekor domba dan yang menantikan kedatangan sang Anak Domba Allah yang akan mengangkat dosa isi dunia, sekarang sudah usang. Perjanjian Baru mulai berlaku ketika Kristus, sang Anak

Domba Paskah (1 Korintus 5:7), dikorbankan (Ibrani 8:8-13). Sistim korban binatang tidak lagi dibutuhkan (Ibrani 9:25-28).

Mengapa penting untuk mengikuti kebaktian?

Pertanyaan: Mengapa penting untuk mengikuti kebaktian? Jawaban: Alkitab memberi tahu kita bahwa kita perlu mengikuti kebaktian supaya kita dapat beribadah kepada Tuhan bersama dengan orang-orang percaya lainnya dan untuk mempelajari Firman Tuhan bagi pertumbuhan rohani kita (Kisah Rasul 2:42; Ibrani 10:25). Gereja adalah tempat di mana orang-orang percaya dapat mengasihi satu dengan yang lain (1 Yohanes 4:12), menasihati satu dengan yang lain (Ibrani 3:13), ”mendorong” satu dengan yang lain (Ibrani 10:24), melayani satu dengan yang lain (Galatia 5:13), mengajar satu dengan yang lain (Roma 15:14), saling menghormati (Roma 12:10), dan ramah serta penuh kasih mesra satu dengan yang lain (Efesus 4:32). Ketika seseorang percaya kepada Yesus untuk keselamatannya, dia menjadi anggota Tubuh Kristus (1 Korintus 12:27). Agar tubuh gereja dapat berfungsi sebagaimana mestinya, semua ”anggota tubuh” harus ada (1 Korintus 12:14-20). Demikian pula seorang percaya tidak dapat mencapai kedewasaan penuh secara rohani tanpa bantuan dan dorongan dari orang-orang percaya lainnya (1 Korintus 12:21-26). Oleh karena itu, mengkuti kebaktian, berpartisipasi dan bersekutu di gereja patutlah menjadi bagian dari kehidupan seorang percaya. Mengikuti kebaktian setiap minggu bukanlah sesuatu yang merupakan keharusan bagi orang-orang percaya, namun seseorang yang telah percaya pada Kristus seharusnya memiliki keinginan untuk menyembah Allah, belajar FirmanNya, dan bersekutu dengan orang-orang percaya lainnya.

Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Mengapa penting untuk mengikuti

Apa kata Alkitab mengenai disiplin gereja/pengucilan?

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai disiplin gereja/pengucilan? Jawaban: Pengucilan adalah seseorang secara resmi dikeluarkan dari daftar keanggotaan gereja

dan secara tidak resmi memisahkan diri dari individu tsb. Matius 18:15-20 memberikan prosedur dan otoritas kepada gereja untuk melakukan hal ini. Kita diinstruksikan bahwa seorang individu (biasanya pihak yang tersinggung) datang kepada individu yang menyinggung. Kalau dia tidak menyesalinya, maka dua atau tiga orang akan pergi untuk mengkonfirmasikan situasinya dan penolakan untuk bertobat. Kalau tetap tidak ada pertobatan, masalah itu dibawa di depan gereja. Ini bukanlah proses yang “disukai,” sama seperti orangtua tidak pernah senang kalau harus mendisiplin anak-anak mereka. Namun sering ini dibutuhkan. Tujuannya bukan untuk bersikap tegaan atau untuk menunjukkan sikap “saya lebih suci.” Sebaliknya hal ini dilakukan karena kasih terhadap yang individu itu, dalam ketaatan dan hormat kepada Allah, dan dalam rasa takut kepada Allah demi untuk orang-orang lain dalam gereja. Alkitab memberi contoh perlunya pengucilan dalam gereja setempat, gereja di kota Korintus (1 Korintus 5:1-13). Dalam bagian Alkitab ini, Rasul Paulus juga memberikan beberapa maksud dari pengucilan dalam Alkitab. Salah satu alasan (tidak ditemukan secara langsung dalam bagian Alkitab tsb.) adalah demi untuk kesaksian Kristus Yesus (dan gerejaNya) di hadapan orang-orang yang belum percaya. Sesudah Daud berdosa dengan Betsyeba, salah satu konsekwensi dari dosanya yang disebutkan oleh Allah adalah bahwa nama dari Allah yang sejati dan esa akan dihina oleh musuh-musuh Allah (2 Samuel 12:14). Alasan kedua adalah bahwa dosa itu seperti kanker; kalau dibiarkan, akan menjalar kepada mereka yang berada di sekitarnya sebagaimana sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan (1 Korintus 5:6-7). Lagipula, Paulus menjelaskan bahwa Yesus telah menyelamatkan kita sehingga kita terpisah dari dosa, bahwa kita harus “tidak beragi” atau bebas dari hal-hal yang secara rohani mencemarkan (1 Korintus 5:7-8). Keinginan Kristus bagi pengantin perempuannya, Gereja, adalah agar gereja suci dan tak bernoda (Efesus 5:25-27). Pengucilan juga dimaksudkan untuk kebaikan jangka panjang dari orang yang didisiplin oleh gereja. Paulus dalam 1 Korintus 5:5 mengatakan bahwa pengucilan adalah cara untuk “serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.” Ini berarti bahwa dalam pengucilan Allah menggunakan Iblis (atau salah satu dari pengikutnya) sebagai alat disiplin untuk bekerja dalam hidup orang berdosa secara fisik untuk menghasilkan pertobatan yang sejati dalam hatinya. Kadang tindakan disiplin gereja berhasil menimbulkan kesedihan rohani dan pertobatan sejati. Ketika ini terjadi orang tsb. dapat dikembalikan kepada persekutuan. Orang yang terlibat dalam 1 Korintus 5 bertobat dan Paulus menasihati gereja untuk memulihkan dia kepada persekutuan gereja (2 Korintus 2:5-8). Sayangnya, tindakan pendisiplinan, sekalipun dilakukan dalam kasih dan dengan cara yang benar, tidak selalu berhasil membawa pemulihan seperti itu, namun tetap dibutuhkan untuk menghasilkan tujuan-tujuan lain yang disebutkan di atas. Kemungkinan kita semua sudah pernah menyaksikan kelakuan seorang anak yang dibiarkan melakukan apa yang saja yang diinginkan dengan disiplin yang amat rendah atau sama sekali tidak ada. Itu bukanlah suatu pemandangan yang menarik. Cara mendidik anak semacam ini bukanlah kasih karena akan mencelakakan masa depan anak. Kelakuan semacam ini mencegah anak membentuk hubungan yang bermakna dan untuk berhasil dalam keadaan apapun, baik secara sosial maupun dalam pekerjaan. Demikian pula, disiplin dalam gereja, sekalipun tidak menyenangkan atau mudah, bukan hanya diperlukan, namun juga adalah kasih. Lebih dari itu, itu adalah perintah Allah.

Apa kata Alkitab mengenai pertumbuhan gereja?

0

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai pertumbuhan gereja? Jawaban: Sekalipun Alkitab tidak secara khusus membicarakan pertumbuhan gereja, prinsip pertumbuhan gereja adalah pemahaman bahwa Yesus mengatakan, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Paulus meneguhkan bahwa gereja berdasar pada Yesus Kristus (1 Korintus 3:11). Yesus Kristus juga adalah Kepala gereja (Efesus 1:18-23) dan hidup gereja (Yohanes 10:10). Setelah mengatakan demikian, patut diingat bahwa “pertumbuhan” adalah istilah yang relatif. Ada berbagai macam pertumbuhan, dan beberapa di antaranya sama sekali tidak berhubungan dengan angka. Gereja bisa saja hidup dan bertumbuh sekalipun angka keanggotaan/kehadiran tidak berubah. Kalau orang-orang dalam gereja itu bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan Yesus, tunduk pada kehendakNya dalam kehidupan mereka, baik secara pribadi maupun bersama-sama, itulah gereja yang mengalami pertumbuhan yang sejati. Pada saat yang sama, gereja dapat menambah kegiatan setiap minggu, memiliki jumlah yang besar dan tetap mati secara rohani. Semua jenis pertumbuhan mengikuti pola tertentu. Sebagaimana makhluk yang bertumbuh, gereja setempat memiliki orang-orang yang menanamkan benih (penginjil) dan yang menyiram (pendeta/pengajar), dan mereka yang menggunakan karunia-karunia rohani mereka bagi pertumbuhan rohani mereka di gereja setempat. Namun perhatikan bahwa adalah Allah yang memberi pertumbuhan (1 Korintus 3:7). Mereka yang menanam dan mereka yang menyiram sama-sama akan mendapat pahala, masing-masing menurut jerih lelah mereka (1 Korintus 3:8). Haruslah ada keseimbangan antara menanam dan menyiram supaya gereja setempat dapat bertumbuh, dan ini berarti bahwa dalam gereja yang sehat setiap orang harus mengenali karunia rohaninya sehingga dia dapat berfungsi sepenuhnya dalam tubuh Kristus. Kalau menanam dan menyiram tidak lagi seimbang, gereja tidak akan berhasil sesuai dengan rencana Allah. Tentunya harus ada ketergantungan dan ketaatan pada Roh Kudus setiap hari sehingga kuasaNya dapat disalurkan dalam diri mereka yang menanam dan menyiram sehingga pertumbuhan dari Allah dapat terwujud. Akhirnya, gambaran dari gereja yang hidup dan bertumbuh ditemukan dalam Kisah 2:42-47 di mana dikatakan bahwa orang-orang percaya, “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Kemudian dikatakan pula bahwa mereka saling melayani satu dengan

Cari: Mulai-Cari

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, teta pemberian Alla itu bukan has pekerjaanmu jangan ada ora yang memegahkan diri.

Efesus 2:8-9

Sebab jika kam mengaku deng mulutmu, bahw Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahw Allah telah membangkitka Dia dari antar orang mati, maka kamu ak diselamatkan Roma 10:9

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya

yang lainnya dan menjangkau mereka yang perlu mengenal Tuhan, dan “tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Ketika hal-hal ini ada, gereja akan mengalami pertumbuhan rohani, tanpa memperdulikan apakah bertambah atau tidak secara angka.

kepada kita, ol karena Kristu telah mati untu kita, ketika kit masih berdosa Roma 5:8

Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apa kata Alkitab mengenai pertumbuhan gereja?

Bagaimana sejarah keKristenan?

Pertanyaan: Bagaimana sejarah keKristenan? Jawaban: Sejarah krKristenan pada dasarnya adala sejarah peradaban Barat. KeKristenan memiliki pengaruh yang luas dalam masyarakat umum – kesenian, bahasa, politik, hukum, kehidupan keluarga, penanggalan, musik, dan cara berpikir kita semua ini telah diwarnai oleh pengaruh keKristenan hampir 2000 tahun lamanya. Karena itu kisah tentang Gereja adalah sesuatu yang penting untuk diketahui. Sejarah KeKristenan – Permulaan Gereja Gereja dimulai 40 hari sesudah kebangkitan Yesus (sekitar 30 A.D.) Yesus sudah berjanji bahwa Dia akan mendirikan gerejaNya (Matius 16:18), dan dengan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah 2:1-4), Gereja (“kumpulan yang dipanggil keluar”) secara resmi dimulai. Tiga ribu orang menerima khotbah Petrus pada hari itu dan memilih untuk mengikuti Kristus. Petobat-petobat pertama kepada keKristenan adalah orang-orang Yahudi atau peganut-penganut Yudaisme, dan gereja berpusat di Yerusalem. Karena itu keKristenan pada mulanya dipandang sebagai sekte Yahudi, sama seperti orang-orang Farisi, Saduki, atau Essenes. Namun demikian, apa yang dikhotbahkan para Rasul berbeda secara radikal dari apa yang diajarkan oleh kelompok-kelompok Yahudi lainnya. Yesus adalah Mesias orang Yahudi (Raja yang Diurapi) yang datang untuk menggenapi Hukum Taurat (Matius 5:17) dan mendirikan Perjanjian Baru yang berdasarkan pada kematianNya (Markus 14:24). Berita ini, dan tuduhan bahwa mereka telah membunuh Mesias mereka sendiri, membuat banyak pemuka Yahudi menjadi marah, dan beberapa orang, seperti Saul dari Tarsus, mengambil tindakan untuk memusnahkan “Jalan” itu (Kisah 9:1-2). Adalah amat tepat untuk mengatakan bahwa keKristenan berakar pada Yudaisme. Perjanjian

Lama meletakkan landasan bagi Perjanjian Baru dan tidak mungkin untuk memahami keKristenan secara penuh tanpa pengetahuan akan Perjanjian Lama (lihat kitab Matius dan Ibrani). Perjanjian Lama menjelaskan kebutuhan akan seorang Mesias, mengandung sejarah umat kepunyaan Mesias, dan menubuatkan kedatangan Mesias. Perjanjian Baru adalah mengenai datangnya Mesias dan karyaNya untuk menyelamatkan kita dari dosa. Dalam hidupNya, Yesus menggenapi lebih dari 300 nubuat yang terinci, membuktikan bahwa Dialah yang dinantinantikan oleh Perjanjian Lama. Sejarah KeKristenan – Pertumbuhan Gereja Mula-Mula Tidak lama setelah Pentakosta, pintu gereja terbuka kepada orang-orang bukan Yahudi. Rasul Filipus berkhotbah kepada orang-orang Samaria (Kisah 8:5), dan banyak dari mereka yang percaya kepada Kristus. Rasul Petrus berkhotbah kepada rumah tangga Kornelius yang bukanlah orang Yahudi (Kisah 10) dan mereka juga menerima Roh Kudus. Rasul Paulus (mantan penganiaya gereja0 memberitakan Injil di seluruh dunia Greko-Romawi, sampai ke Roma sendiri (Kisah 28:16) dan bahkan mungkin sampai ke Spanyol. Pada tahun 70, tahun di mana Yerusalem dihancurkan, kitab-kitab Perjanjian Baru telah lengkap dan beredar di antara gereja-gereja. Untuk 240 tahun berikutnya, orang-orang Kristen dianiaya oleh Roma, kadang secara acak, kadang atas perintah pemerintah. Pada abad kedua dan ketiga, kepemimpinan gereja mejadi makin hirakhis seiring dengan peningkatan jumlah. Beberapa ajaran sesat diungkapkan dan ditolak pada zaman ini, dan kanon Perjanjian Baru disepakati. Penganiayaan terus meningkat. Sejarah KeKristenan – Bangkitnya Gereja Roma Kemudian pada tahun 312 A.D. Kaisar Roma, Konstantin mengaku mendapatkan pengalaman pertobatan. Sekitar 70 tahun kemudian, pada masa pemerintahan Theodosius, keKristenan menjadi agama resmi dari kekaisaran Romawi. Para Bishop diberi tempat terhormat dalam pemerintahan, dan pada tahun 400 A.D. istilah Romawi dan Kristen pada dasarnya sama. Setelah Konstantin, orang-orang Kristen tidak lagi dianiaya. Pada waktu itu, orang-orang tidak percaya yang mengalami penganiayaan, kecuali kalau mereka “bertobat” kepada keKristenan. Pertobatan yang dipaksa semacam ini mengakibatkan banyak orang yang bergereja tanpa mengalami perubahan hati yang sejati. Orang-orang ini membawa berhala-berhala mereka dan kebiasaan-kebiasaan mereka, dan gereja berubah: ikon-ikon, desain arsitektur yang ruwet, perjalanan ziarah, dan pemujaan orang-orang suci ditambahkan kepada ibadah gereja mula-mula yang sederhana. Kira-kira pada saat yang hampir sama, beberapa orang Kristen meninggalkan Roma dan memilih untuk tinggal secara terpencil sebagai biarawan, dan baptisan bayi diperkenalkan sebagai cara untuk menyucikan dosa asal.

Apakah Alkitab mensyaratkan orang-orang Kristen memelihara Sabat?

Pertanyaan: Apakah Alkitab mensyaratkan orang-orang Kristen memelihara Sabat?

Jawaban: Dalam Kolose 2:16-17 Rasul Paulus menyatakan, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.” Demikian pula Roma 14:5 mengatakan, “Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri.” Ayatayat ini amat jelas bahwa bagi orang-orang Kristen memelihara Sabat adalah soal kebebasan rohani, bukanlah perintah Allah. Memelihara Sabat adalah hal yang Allah perintahkan untuk kita tidak saling menghakimi. Memelihara Sabat adalah soal yang setiap orang Kristen perlu yakini secara penuh dalam benak mereka masing-masing. Dalam pasal-pasal permulaan kitab Kisah Para Rasul, orang-orng Kristen mula-mula didominasi oleh orang-orang Yahudi. Ketika orang-orang bukan Yahudi mulai menerima anugrah keselamatan melalui Yesus Kristus, orang-orang Kristen menghadapi dilema. Aspek mana dari Hukum Musa dan tradisi Yahudi yang harus diajarkan kepada orang-orang bukan Yahudi untuk mereka taati? Para rasul berkumpul dan membicarakan soal itu dalam persidangan Yerusalem (Kisah 15). Keputusannya adalah, “Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah” (Kisah 15:19-20). Memelihara Sabat bukanlah salah satu perintah yang menurut para Rasul perlu untuk diterapkan kepada orang-orang percaya yang bukan orang Yahudi. Tidak dapat dibayangkan bahwa para Rasul akan lalai memasukkan memelihara Sabat kalau itu masih merupakan perintah Allah kepada orang-orang Kristen. Kesalahan umum dalam perdebatan soal memelihara Sabat adalah konsep bahwa Sabat adalah hari untuk beribadah. Kelompok-kelompok seperti Adven Hari Ketujuh percaya bahwa Allah menuntut ibadah gereja dilakukan pada hari Sabtu, hari Sabat. Ini bukanlah perintah Sabat. Perintah Sabat adalah jangan bekerja pada hari Sabat (Keluaran 20:8-11). Tidak pernah ada dalam Alkitab hari Sabat diperintahkan sebagai hari untuk beribadah. Ya, orang-orang Yahudi dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan zaman modern menggunakan hari Sabtu sebagai hari untuk beribadah, namun itu bukanlah hakekat dari perintah Sabat. Dalam kitab Kisah Rasul, ketika suatu pertemuan dikatakan dilakukan pada hari Sabtu, pertemuan itu adalah orang-orang Yahudi, bukan Kristen. Kapan orang-orang Kristen mula-mula berkumpul? Kisah 2:46-47 memberi jawabannya, “ Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Kalau ada hari di mana orang-orang Kristen berkumpul secara rutin, itu adalah hari pertama dalam minggu itu (hari Minggu kita), bukan pada hari Sabat (Kisah 20:7,1 Korintus 16:2). Untuk menghormati kebangkitan Kristus pada hari Minggu, orang Kristen mula-mula memperingati hari Minggu, bukan sebagai “hari Sabat Kristen,” namun sebagai hari khusus untuk beribadah dan untuk memuliakan Yesus Kristus. Apakah ada sesuatu yang salah dengan beribadah pada hari Sabtu, hari Sabat? Sama sekali tidak! Kita harus menyembah Allah setiap hari, bukan hanya pada hari Sabtu atau Minggu! Banyak

gereja sekarang ini memiliki kebaktian baik pada hari Sabtu maupun Minggu. Di dalam Kristus ada kebebasan (Roma 8:21; 2 Korintus 3:17; Galatia 5:1). Apakah orang Kristen perlu memelihara hari Sabat, yaitu tidak bekerja pada hari Sabtu? Kalau seorang Kristen merasa dipanggil untuk melakukan itu, tentu saja (Roma 14:5). Namun demikian, mereka yang memilih untuk memelihara Sabat tidak boleh menghakimi mereka yang tidak memelihara Sabat (Kolose 2:16). Lebih lanjut lagi, mereka yang tidak memelihara Sabat harus berhati-hati, jangan menjadi batu sandungan (1 Korintus 8:9) bagi mereka yang memelihara Sabat. Galatia 5:13-15 meringkaskan soal ini: “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.”

Apa arti frasa “suami dari satu istri” dalam 1 Timotius 3:2?

Pertanyaan: Apa arti frasa “suami dari satu istri” dalam 1 Timotius 3:2? Jawaban: Ada 3 kemungkinan penafsiran “suami dari satu istri” dalam 1 Timotius 3:2. (1) Ini berarti seorang yang berpoligami tidak memenuhi syarat menjadi penatua/diaken/pendeta. Ini adalah penafsiran yang paling harafiah dari frasa ini, namun kelihatannya tidak mungkin karena pada waktu Paulus menuliskan ini poligami sangat jarang. (2) Frasa ini dapat juga diterjemahkan “pria dengan satu perempuan.” Ini mengindikasikan bahwa seorang penilik jemaat (bishop) harus setia kepada perempuan yang dinikahinya. Penafisran ini lebih menfokuskan pada kemurnian moral daripada status pernikahan. (3) Frasa ini juga dapat dipahami sebagai mengatakan bahwa yang agar dapat menjadi penatua/diaken/pendeta, seseorang hanya dapat menikah satu kali, kecuali kalau dia adalah seorang duda. Penafsiran (2) dan (3) adalah yang paling banyak diterima sekarang ini. Saya sendiri cenderung kepada penafsiran (2), khususnya karena Alkitab nampaknya mengijinkan perceraian dalam keadaan-keadaan khusus (Matius 19:9; 1 Korintus 7:12-16). Juga amat penting untuk membedakan seseorang yang bercerai dan menikah kembali sebelum dia menjadi menjadi Kristen dengan orang yang bercerai dan menikah kembali setelah menjadi Kristen. Saya tidak merasa bahwa seseorang yang memenuhi syarat tidak boleh menjadi pengurus gereja karena tindakan yang dilakukannya sebelum dia mengenal Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Meskipun saya tidak menganggap 1 Timotius 3:2 secara khusus mengenyampingkan orang yang sudah bercerai atau menikah kembali dari pelayanan sebagai penatua/diaken/pendeta, ada hal-hal lain yang harus dipertimbangkan. Kualifikasi pertama seorang penatua/diaken/pendeta adalah “tak bercacat” (1 Timotius 3:2). Kalau perceraian dan/atau pernikahan kembali mengakibatkan kesaksian buruk di gereja atau dalam masyarakat, maka mungkin persyaratan “tak bercacat” itu yang membuat dia tidak memenuhi syarat dan bukannya persyaratan “suami dari satu istri.” Seorang penatua/diaken/pendeta harus menjadi seseorang yang dapat dijadikan teladan untuk keserupaan

dengan Kristus dan kepemimpinan yang rohani. Kalau perceraian dan/atau pernikahan kembali mencegah dia dari tujuan ini, maka mungkin dia tidak seharusnya duduk dalam posisi penatua/diaken/pendeta. Adalah penting untuk diingat bahwa sekalipun seseorang tidak layak melayani sebagai penatua/diaken/pendeta, hal ini bukan berarti bahwa dia bukan anggota yang berharga dari Tubuh Kristus. Setiap orang Kristen memiliki karunia rohani (1 Korintus 12:4-7) dan dipanggil untuk ambil bagian dalam membangun orang-orang percaya lainnya dengan karunia-karunia itu (1 Korintus 12:7). Seseorang yang tidak layak menjadi penatua/diaken/pendeta masih dapat mengajar, berkhotbah, melayani, berdoa, beribadah dan memainkan peran kepemimpinan yang penting dalam gereja.

Apakah jaminan keselamatan bersifat Alkitabiah?

Pertanyaan: Apakah jaminan keselamatan bersifat Alkitabiah? Jawaban: Ketika orang mengenal Kristus sebagai Juruselamat mereka, mereka dibawa masuk ke dalam hubungan dengan Allah yang menjamin keselamatan mereka. Yudas 24 mengatakan “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.” Kuasa Tuhan mampu untuk menjaga orang percaya jangan sampai jatuh. Adalah tergantung pada Tuhan, bukan kita, untuk membawa kita ke hadapan kemuliaanNya. Jaminan keselamatan kita adalah hasil dari perlindungan Tuhan dan bukan dari usaha kita menjaga keselamatan kita. Tuhan Yesus Kristus memproklamirkan, “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selamalamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa” (Yohanes 10:28-29). Baik Yesus maupun Bapa memegang kita dalam tanganNya dengan teguh. Siapa yang dapat memisahkan kita dari genggaman Bapa dan Anak? Efesus 4:30 memberitahu kita bahwa orang-orang percaya dimeteraikan untuk “hari penyelamatan” (Efesus 4:30). Jikalau orang-orang percaya tidak memiliki jaminan keselamatan, pemeteraian itu tidak akan berlaku sampai hari penyelamatan, tetapi hanya sampai kepada hari berdosa, murtad atau tidak percaya. Yohanes 3:15-16 mengatakan bahwa barangsiapa percaya kepada Yesus Kristus akan “memiliki hidup kekal.” Jikalau seseorang dijanjikan hidup kekal namun diambil kembali, itu bukan sesuatu yang “kekal.” Jikalau jaminan keselamatan tidak benar, janji hidup kekal di dalam Alkitab adalah salah.

Salah satu penjelasan paling kuat mengenai jaminan keselamatan adalah dalam Roma 8:38-39 “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39). Jaminan keselamatan kita adalah berdasarkan kasih Allah kepada mereka yang telah ditebusNya. Jaminan keselamatan kita telah dibayar lunas oleh Kristus, dijanjikan oleh Bapa dan dimeteraikan oleh Roh Kudus. Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apa yang terjadi setelah kematian?

Pertanyaan: Apa yang terjadi setelah kematian? Jawaban: Menjawab apa yang terjadi setelah kematian dapat membingungkan. Alkitab tidak secara eksplisit berbicara mengenai kapan seseorang akan masuk ke dalam tempat tujuan terakhir dalam kekekalan. Alkitab memberitahu kita bahwa, setelah saat kematian, seseorang masuk ke Surga atau Neraka berdasarkan apakah orang tsb sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya atau tidak. Bagi orang-orang percaya, kematian adalah peralihan dari tubuh ini untuk tinggal bersama-sama dengan Tuhan (2 Korintus 5:6-8; Filipi 1:23). Bagi orang-orang yang tidak percaya, kematian berarti penghukuman kekal di Neraka (Lukas 16:22-23). Mengenai apa yang terjadi sesudah ini tidaklah jelas. Wahyu 20:11-15 menggambarkan bahwa semua yang ada dalam Neraka dibuang ke dalam lautan api. Wahyu 21-22 menggambarkan langit dan bumi yang baru. Oleh sebab itu, nampaknya, sebelum kebangkitan yang terakhir, orang yang meninggal berdiam di Surga dan Neraka yang “sementara.” Nasib orang tsb dalam kekekalan tidak akan berubah, namun “tempat” di mana orang tsb akan melewati nasibnya

dalam kekekalan, itu yang akan berubah. Suatu saat, setelah kematian, orang-orang percaya akan berada di langit dan bumi yang baru (Wahyu 21:1). Suatu saat, setelah kematian, orang-orang yang tidak percaya akan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:11-15). Ini adalah tempat-tempat terakhir dalam kekekalan bagi setiap orang berdasarkan apakah orang tsb sudah percaya kepada Yesus sebagai satusatunya Penyelamat dari dosa-dosa mereka atau tidak.

Sekali selamat tetap selamat?

Pertanyaan: Sekali selamat tetap selamat? Jawaban: Begitu seseorang diselamatkan, apakah keselamatannya tetap? Ketika orang datang kepada Kristus sebagai Juruselamatnya, mereka masuk ke dalam hubungan dengan Allah dan ini merupakan jaminan bahwa keselamatan mereka terjamin untuk selamanya. Berbagai ayat Alkitab mengungkapkan hal ini. (a) Roma 8:30 mengatakan, “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:30). Ayat ini memberitahukan kita bahwa dari sejak saat Allah memilih kita, kita seperti dipermuliakan di hadapanNya di surga. Tidak ada yang dapat mencegah orang percaya dipermuliakan karena Tuhan sudah terlebih dahulu merencanakannya. Sekali seseorang dibenarkan, keselamatannya terjamin, sama terjaminnya seperti dia sudah dipermuliakan di surga. (b) Dalam Roma 8:33-34 Paulus menanyakan dua pertanyaan penting, “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” (Roma 8:3334). Siapa yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Tidak ada seorangpun, karena Kristus adalah Pembela kita. Siapa yang akan menghukum? Tidak ada seorangpun, karena Kristus, Dia yang telah mati bagi kita, Dialah yang akan menghukum. Kita mempunyai Pembela dan Sang Hakim sebagai Juruselamat kita. (c) Orang-orang percaya dilahirkan kembali ketika mereka percaya (Yohanes 3:3; Titus 3:5). Kalau orang Kristen kehilangan keselamatannya, itu sama seperti lahir kembalinya dibatalkan. Tidak ada bukti dalam Alkitab bahwa lahir baru dapat diambil kembali. (d) Roh Kudus mendiami semua orang percaya (Yohanes 14:17; Roma 8:9) dan membaptiskan orang percaya ke dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13). Untuk seorang percaya kehilangan keselamatannya, itu berarti Roh Kudus harus dikeluarkan dan orang itu diputuskan dari Tubuh

Kristus. (e) Yohanes 3:15 menjelaskan bahwa barang siapa percaya dalam Kristus Yesus akan “memperoleh hidup kekal.” Jika Anda pecaya kepada Yesus hari ini dan mendapatkan hidup kekal, dan kemudian hilang di hari berikutnya, itu bukanlah hidup “kekal.” Karena itu kalau ada orang kehilangan keselamatannya, janji hidup kekal dalam Alkitab adalah suatu kesalahan. (f) Argumen yang paling menentukan dikatakan oleh Alkitab sendiri, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39). Ingat bahwa Allah yang menyelamatkan engkau juga adalah Allah yang akan memelihara engkau. Sekali selamat tetap selamat. Keselamatan kita terjamin dalam kekekalan.

Apa kata Alkitab mengenai tato /merajah tubuh?

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai tato /merajah tubuh?

0

Cari: Mulai-Cari

Jawaban: Perjanjian Lama memerintahkan orang-orang Israel, “Janganlah kamu menggoresi tubuhmu karena orang mati dan janganlah merajah tanda-tanda pada kulitmu; Akulah TUHAN” (Imamat 19:28). Jadi walaupun orang Kristen pada zaman sekarang tidak berada di bawah hukum Perjanjian Lama (Roma 10:4; Galatia 3:23-25; Efesus 2:15), kenyataan adanya larangan mengenai tato seharusnya menimbulkan pertanyaan bagi kita. Perjanjian Baru tidak berbicara apa-apa mengenai boleh tidaknya orang Kristen ditato. Dalam hubungannya dengan tato dan merajah tubuh, ujian yang paling baik adalah apakah kita dapat dengan jujur, dengan hati nurani yang tulus, minta Tuhan memberkati dan menggunakan hal tsb untuk rencanaNya yang indah. “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31). Alkitab tidak melarang tato atau rajah tubuh, namun juga tidak memberikan alasan untuk kita percaya bahwa Allah menghendaki kita mendapatkan tato atau merajah badan kita. Isu lain yang perlu dipertimbangkan adalah soal sopan santun. Alkitab memerintahkan kita untuk berpakaian dengan sopan (1 Timotius 2:9). Salah satu aspek dari kesopan-santunan adalah memastikan bahwa bagian tubuh yang harus ditutupi oleh pakaian ditutup dengan pantas.

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Efesus 2:8-9

Sebab jika kamu mengaku dengan

Namun demikian, makna dasar dari sopan santu adalah tidak menarik perhatian. Orang yang berpakaian dengan sopan berpakaian sedemikian rupa sehingga tidak menarik perhatian orang terhadap diri mereka. Tato dan rajah tubuh jelas menarik perhatian. Dalam pengertian ini, tato dan rajah tubuh tidak sopan. Prinsip Alkitabiah yang penting dalam isu-isu yang tidak secara khusus dibicarakan adalah kalau ada keragu-raguan apakah itu menyenangkan Tuhan atau tidak, lebih baik jangan lakukan. “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa” (Roma 14:23). Kita perlu mengingat bahwa tubuh kita, sebagaimana jiwa kita, telah ditebus dan merupakan milik Allah. Sekalipun 1 Korintus 6:19-20 tidak secara khusus diterapkan pada tato dan merajah badan, ayat-ayat ini memberikan sebuah prinsip kepada kita. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:19-20). Kebenaran yang agung ini seharusnya mempengaruhi apa dan bagaimana kita memperlakukan tubuh kita. Kalau tubuh kita adalah milik Tuhan, kita perlu mendapatkan “izin” yang jelas sebelum “menandainya” dengan tato dan rajah.

Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apa kata Alkitab mengenai tato /merajah tubuh?

© Copyright 2002-2009 Got Questions Ministries www.gotquestions.org - Pertanyaan-pertanyaan Alkitab terjawab

mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Roma 10:9

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Roma 5:8

MINYAK URAPAN Belakangan ini terdapat suatu gereja yang melakukan pelayanan 'Minyak Urapan' yang spektakuler sehingga menarik ribuan jemaat untuk bergabung, namun praktek 'minyak urapan' ini tidak sepi kritik bahkan banyak pertanyaan diajukan banyak pihak karena praktek itu tidak lazim dilakukan di kalangan Kristen.Bagaimanakah dengan ajaran 'Minyak Urapan' ini? Apakah ini sesuai dengan pengajaran Alkitab atau bukan? Sekalipun ajaran itu dikatakan berdasar firman Allah, marilah kita melihat apakah firman Allah benar-benar mengajarkan hal itu atau tidak.Memang dalam Perjanjian Lama ada cerita tentang 'Minyak Urapan' namun pengertiannya beda sekali dengan suatu teologia pemimpin suatu Gereja yang menjalankan sesuatu hal dengan memberikan “MINYAK URAPAN” tersebut. Dalam Perjanjian Lama (PL) 'minyak urapan' digunakan sebagai ramuan rempah-rempah yang kudus yang digunakan dalam hubungan dengan pengurapan, pentahbisan dan pengudusan Bait Allah dan peralatannya, dan para Imam dan Raja yang dipilih Allah (Kel.29:7;30:22-33;Im.8:10-12;1Sam.9:16;10:1), jadi bukan dimaksudkan sebagai jimat yang memiliki kekuatan magis/mujizat untuk kesembuhan mata juling atau melancarkan saluran mampet.Lebih jelas lagi pengertian di luar pengertian Alkitab dapat dilihat dari penggunaannya untuk mengurapi anak-anak yang sekalipun mengutip perhatian Yesus pada anak-anak jelas artinya berbeda. Dalam perintah kepada Musa, Anak-anak Harun dikuduskan dan ditahbiskan dengan minyak urapan karena mereka mewarisi jabatan imam (Kel.29:1-9;30:30). Musa sendiri tidak melakukan ini pada anak-anaknya karena minyak urapan itu kudus dan tidak boleh dicurahkan pada orang biasa yang bukan imam, bahkan peringatan keras ditujukan pada orang yang membuat minyak urapan dan membubuhkannya pada orang biasa harus dilenyapkan dari antara bangsanya!"Engkau harus juga mengurapi dan menguduskan Harun dan anak-anaknya supaya mereka memegang jabatan imam bagiKu. Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagiKu di antara kamu turun-temurun. Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu dicurahkan, dan janganlah kau buat minyak semacam itu dengan memakai campuran itu juga: itulah minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu. Orang yang mencampur rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau yang membubuhnya pada badan orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya." (Kel.30:30-33).Jadi, kalau ada upacara pengurapan anggota jemaat dan anak-anak dengan minyak urapan bukan saja tidak sesuai dengan firman PL tetapi juga melawan perintah Tuhan yang tidak membolehkan minyak kudus untuk orang biasa kecuali untuk para imam.Yesus dalam Perjanjian Baru (PB) tidak mengajarkan minyak urapan karena dalam PB peran 'Minyak Urapan' sudah digantikan oleh Roh Kudus dan dilakukan oleh Tuhan Allah sendiri (Luk.4: 18;Kis.10:38;IYoh.2:20). Dalam PB memang ada ayat yang menunjukkan soal minyak yang digunakan dalam penyembuhan (Mrk.6:13;Yak.5:14) tetapi berkali-kali disebutkan bahwa yang menyembuhkan adalah Tuhan yang diterima dengan doa & iman (Yak.5:15).Arti 'minyak' dalam PL dan PB berbeda. Dalam PL minyak itu adalah alat kudus untuk mengurapi dan mentahbiskan Bait Allah atau para Imam/Raja, sedangkan dalam PB minyak hanya alat bantu sebagai lambang dalam proses penyembuhan. Jadi, praktek masakini yang menjadikan minyak sebagai kekuatan suatu mujizat yang bisa digunakan sewaktu-waktu di rumah oleh

siapapun untuk kebutuhan apapun jelas tidak sesuai dengan ajaran PL maupun PB dan melecehkan peran karya penebusan Kristus dan karya pengudusan Roh Kudus, dan menggantinya dengan khasiat jimat 'minyak urapan.' Pemimpin dari suatu gereja tersebut pernah mengatakan bahwa:"Tuhan Yesus menyatakan dan menjanjikan bahwa ada para malaikat dari Surga yang akan menjaga dan melindungi anak-anak. Alkitab yang mengatakan harus ada sarana-sarananya, yaitu dengan kuasa minyak urapan. Sejak manusia lahir di bumi perlu minyak urapan agar tidak diganggu setan-setan dan roh-roh jahat. Maka anak-anak kecil perlu diserahkan agar sehat sentosa, agar tidak mengalami kecelakaan dan bebas dari marabahaya."Praktek 'Minyak Urapan' bukan sekedar praktek perdukunan tetapi juga dilakukan seorang pendeta yang dikultuskan yang tidak beda dengan fungsi seorang dukun klenik, suatu sikap bidaah yang menyamakan diri tokoh kultus itu sama bahkan lebih dari Kristus sendiri. Bukan saja bahwa pendeta itu mengaku bisa dengan mudahnya keluar masuk surga bahkan bisa mengajak isterinya, tetapi dengan jelas menjadikan dirinya sendiri tokoh kultus yang setara dengan Tuhan sendiri. Kita harus berhati-hati terhadap setiap pendeta dengan ajaran-ajaran baru yang kelihatannya menarik dan berdasarkan firman Allah padahal merupakan praktek perdukunan dengan dukun yang menjadikan dirinya tokoh kultus yang biasa memberitakan janji-janji penghiburan, yaitu agar dapat hidup sehat sentosa, agar tidak mengalami kecelakaan dan bebas dari marabahaya berkat minyak urapan. Bacalah firman Allah akan hal tersebut:"Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan-penglihatan rekaan hatinya sendiri, dan bukan apa yang datang dari mulut TUHAN; mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! Dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: malapetaka tidak akan menimpa kamu!" (Yer.23:16-17)"Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng." (IITim.3:34).Mengingat ada beberapa pembaca yang meng-klaim tulisan kami dengan alasan terlalu panjang menulis, maka disini kami mengajak anda untuk dapat berkunjung ke website http://www.gpdiworld.us/module/av/MinyakUrapan.htm. Kristus beserta kita

Related Documents

Riki
May 2020 4
Riki
May 2020 7
Riki
May 2020 5
Riki
December 2019 8
Riki Akper.doc
May 2020 4
Laporan Riki Tromol
October 2019 11

More Documents from "Taufiq Wyra Hadie"

Riki
May 2020 5
Isi Lkma.docx
December 2019 29
Wudhu.docx
November 2019 35