Rheumatoidarthritis Gol1d.pdf.docx

  • Uploaded by: Firda jihan
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rheumatoidarthritis Gol1d.pdf.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 954
  • Pages: 6
BAB I PENDAHULUAN

A. DEFINISI RHEMATOID ARTHRITIS Arthritis adalah istilah umum untuk peradangan (inflamasi) dan pembengkakan di daerah persendian. Terdapat lebih dari 100 macam penyakit yang mempengaruhi daerah sekitar sendi. Yang paling banyak adalah Osteoarthritis (OA), arthritis gout (pirai), arthritis rheumatoid (AR), dan fibromialgia. Gejala klinis yang sering adalah rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi. Arthritis dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh; menyebabkan rasa sakit, kehilangan kemampuan bergerak dan kadang bengkak. Rhematoid arthritis merupakan penyakit autoimun, dimana pelapis sendi mengalami peradangan sebagai bagian dari aktivitas sistem imun tubuh. oArthritis rheumatoidadalah tipe arthritis yang paling parah dan dapat menyebabkan cacat, kebanyakan menyerang perempuan hingga tiga sampai empat kali daripada laki-laki.

B. PATOFISIOLOGI RHEMATOID ARTHRITIS  RA merupakan akibat dari disregulasi komponen humoral dan dimediasi sel sistem imun. Kebanyakan pasien menghasilkan antibodi yang disebut faktir rhematoid ; pasien-pasien seropositif ini cenderung untuk lebih memeiliki “aggressive source” dibandingkan pasienyang seronegatif  Immunoglobulin dapat mengaktivasi sistem komplemn, yang melipat gandakan respon imun dengan meningkatkan kemotaksis, fagositosis, dan pelepasan limfokin oleh seleh mononukler yang kemudian disajikan kepada limfosit T. Antigen yang diproses dikenali oleh protein major histo-compatibility complex (MHC) pada permukaan limfosit yang berakibat pada aktivasi sel T dan sel B.  Tumor necrosis factor (TNF) interleukin-1(IL-6) merupakan sitokin proinflamasi yang penting dalam inisiasi dan kelanjutan inflamasi.  Sel T yang teraktivasi menghasilkan sitotoksin, yang secara langsung toksis, terhadap jaringan, dan sitokin, yang menstimulasi aktivasi lebih lanjut proses inflamasi dan menarik sel-sel kedaerah inflamasi. Makrofag terstimulasi untuk melepaskan prostaglandin dan sitotoksin.  Sel B yang teraktivasi menghasilkan sel plasma, yang akan membentuk antibodi yang dengan kombinasi dengan komplemen, mengakibatkan akumulasi polymorphonuclear leukocyte (PMN). PMN melepaskan sitotoksin, radikal bebas oksigen, dan radikal hidroksil yang mendkung kerusakan seluler pada sinovium dan tulang.  Substansi vasoaktif (histamin, kinin, prostaglandin) dilepaskan pada daerah inflamasi., meningkatkan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini



menyebabkan udem, rasa hangat, eritema, rasa sakit dan granulosit lebih mudah untuk keluar dari pembuluh darah menuju daerah inflaasi. Inflamasi kronik pada jaringan siinovial kapsul sendi menghsilkan profilerasi jaringan (bentu pannus). Pannus menyerang kartilago dan permukaan tulang, menghasilkan erosi tulang dan kartilago dan menyebabkan destruksi sendi. Hasil akhir mungkin kehilangan ruang sendi kehilangan pergerakan sendi, fusi tulang (ankilosis), dislokasi sendi, penyusun tendon dan kelainan bentuk kronik.

C. ETIOLOGI Penyebab dari rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun berikut ini diduga yang menyebabkan RA : 1. Faktor genetik Faktor genetik berperan penting terhadap kejadian RA, dengan angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% 2. Hormo sex Prevalesi RA lebih besar pada perempuan diaandngkan laki-laki, sehingga diduga hormon sex berperan dala perkembangan penyakit. 3. Faktor infeksi Beberapa bakteri dan virus diduga sebagai agen penyebab penyakit RA. Organisme ini diduga menginfeksi sel nduk dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit. 4. Protein heat shock (HSP) HSP adalah keluarga protein yang diproduksi oleh sel pada semua spesismen sebagai respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog. (Perhimpunan dokter speasialis penyakit dalam indonesia, 2010) D. FAKTOR RESIKO 1. faktor genetik 2. usia 3. jenis kelamin 4. gaya hidup 5. merokok 6. diet 7. infeksi 8. faktor hormonal 9. bentuk tubuh E. PENENTUAN DIAGNOSIS Selama ini diagnosis RA memakai kriteria ACR tahun 1987 dengan sensivitas 7795% dan spesifitas 85-95%

F. TUJUAN PENGOBATAN 1. menghilangkn inflamasi 2. mencegah deformitas 3. mengembalikan fungsi sendi 4. mencegah destruksi lebih lanjut 5. meningkatkan kualitas hidup pasien

BAB II KASUS A. KASUS III S.N seorang wanita 57 tahun, BB 54 kg dan TB 155cm, dengan rhematoid arthritis dan penyakit sendi degeneratif, dokter telah menjadwalkan dia untuk beroperasi

artoplasti pinggul total. Dia memiliki reaksi anafilaksis terhadap penisilin dimasalalu. Obat apa yang harus diberikan untuk S.N untuk profiklasis bedahnya ?

BAB III ANALISIS KASUS 1. Subyektif (S) Nama Pasien Umur Riwayat Penyakit Pasien Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Pengobatan Pasien Riwayat Sosial Riwayat Alergi Keluhan Pasien

: S.N : 57 tahun :: Tidak ada ::: Penisilin : S.N seorang wanita 57 tahun, BB 54 kg dan TB

155cm, dengan rhematoid arthritis dan penyakit sendi degeneratif, dokter telah menjadwalkan dia untuk beroperasi artoplasti pinggul total. Dia memiliki reaksi anafilaksis terhadap penisilin dimasalalu.

2. Obyektif (O) Usia : 57 tahun Berat badan : 54 kg Tinggi badan : 155 cm BMI : 3. Assesment (A) S.N seorang wanita dengan rhematoid arthritis dan penyakit sendi degeneratif, dokter telah menjadwalkan dia untuk beroperasi artoplasti pinggul total. Dia memiliki reaksi anafilaksis terhadap penisilin dimasalalu 4. Planning (P) Rekomendasi terapi farmakologi  oksigen  prednisone 1-2mg/kgbb/hari dosis maksimal 40mg/hari. 3-5 hari tanpa penurunan dosis (tiap 6 jam)  2,5 mg albuterol oleh Nebulisasi tiap 20 menit

Rekomendasi terapi non farmakologi :      

Melakukan peragangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi. Berjemur dibawah sinar matahari untuk mengurangi resiko peradangan RA fisioterapi Menghindari kegemukan jika memiliki berat badan berlebih Mengkonsumsi banyak makanan yang kaya kalsium Memenuhi kebutuhan air tubuh

BAB IV MONITORING DAN KIE F. MONITORING 1. Monitoring gaya hidup 2. Monitoring berat badan (bmi) G. KIE Komunikasi:  Menjelaskan tentang mekanisme inflamasi pada asma dan cara pengendalian kepada orang tua pasien    

Menghindari faktor-faktor yang memperburuk gejala asma dan pencetus serangan Menjelaskan penggunaan obat minum dan terapi inhalasi yang tepat dan benar\ Menerapkan pola hidup sehat Menjaga kesehatan anak

Informasi :  Reaksi alegi terhadap penicilin terjadi pada 1-10% individu yang terpapar reaksi anafilaksis terjadi pada kurang 0,05% pasien yang mendapat penicilin  Pasien yang alergi terhadap suatu penicilin biasanya alergi terhadap semua turunan penicili karena hipersensivitas berkait dengan struktur dasar penicilin. Edukasi  penjelasan penyakit kepada pasien tentang apa itu RA, bagaimana perjalan penyakit, kondisi pasoen sekarang dan tentang program pengobatan  penjelasan diet  program rehabilitas seperti upaya terapi psikologis (misalnya relaksasi, mengatasi stres dan memperbaiki pandangan hidup yang positif)

Related Documents


More Documents from "Firda jihan"