Revitalisasi Gerakan Iqro’
IRM MENGAWAL TRANFORMASI ZAMAN Salah satu tanda-tanda peradaban yang berkemajuan adalah kehidupan yang ditandai dengan makin beragamnya model komunikasi yang digunakan. Babakan zaman baru sejarah adalah berakhiornya masa pra-sejarah dengan ditemukannya tulisan. Saat itulah zaman pra-sejarah telah berakhir(the end of pre-history) dan terbukalah zaman baru(new age) yang bernama”sejarah”. Pasca diketemukannya tulisan tersebut maka perkembangan ilmu pengetahuan mengalami percepatan (akselerasi) dan hal ini juga berimplikasi terhadap kemajuan peradaban yang menurut hemat saya mempunyai korelasi yang positif dengan semakin meningkatnya bangsa-bangsa yang melek huruf. Transformasi masyarakat tradisional (traditionlity comunity) menuju masyarakat modern yang terjadi pada negara-negara di Timur tengah maupun di negara kita sendiri senantiasa tidak terpisahkan oleh peranan media masa yang ditopang dengan kesadaran masyarakat aan pentingnya melek huruf (pendidikan) selain berinteraksi dengan masyarakat luar (open society) sehingga senantiasa perubaan atau modernisasi akan dapat disesuaikan dengan nilai budaya lokal yang menjadikan masyarakat tidak terjebak pada gelombang westernaisasi yang memang diciptakan untuk mendominasi budaya masyarakat dunia. Jadi tidak benar kalau westernisasi itu berjalan ilmiah dan menjadi sebuah keharusan. Kita tidak bisa mencegah dunia yang sedang tunggang langgang. Banyak diantara kita yang pesimis sebagai bangsa Indonesia namun kita tidak boleh berkubang dalam kepsimisan meainkan kita harus bangkit dan belajar, meminjam istilah Buya Syafi’i Maarif agar supaya kita tidak terjajah secara berkesinambungan dan menghadapi nestapa hidup yang berkepanjangan. Keterbelaangan dan kebodohan harus diperangi dengan semangat masuyarakat untuk terus belajar. Belajar dari kegagalan masa lalu dan kejayaan untuk kemudian melakukan proyeksi menuju masa depan. Gerakan iqro” IRM Pimpinan pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah telah me-launching gerakan iqro’ pada tanggal 2 Mei 2004 di Aula SMP Muhammadiyah Putri Yogyakarta dengan maksud untuk menggebrak dan menyerukan pada masyarakat khusunya remaja untuk terus membaca, membaca sekali lagi membaca. Ketika manusia bergulat dengan peradaban maka sejak itu manusia terdorong untuk membaca sebagai wujud respon manusia agar tetap survival di dunia dan di zaman yang ,akin kompetitif. Manusia berkreasi dan berinovasi setelah mampu melakukan pembacaan terhadap realitas, segala hal yang berkenaan dengan kehidupan dan upaya membuat perubahan. Mengubah dunia dengan “teks” barangkali itulah yang akan kita bangun sebagai jargon gerakan iqro dan gerakan pena sebagaimana yang pernah dipesankan Taufiq Ismail kepada keluarga besar IRM: Baca, baca, baca, tulis, tulis. Selain itu launcing gerakan iqro’ juga sebagai upaya membangun kesadaran remaja untuk “gemar membaca dan cinta ilmu pengetahuan”..
1
Namun launching gerakan iqro’ tersebut baru babakan awal atau konsep dasar yang wajib duteruskan dan terus diusahakan upaya revitalisasi sebagai dinamika dalam dunia yang sedang berubah, sebagai langkah awal dari sebuah perjalanan yang sangat panjang (never ending process). Revitalisasi gerakan Iqro’ IRM sebaai gerakan dakwah remaa barangkali secara ideologi mempunyai kemampuan untuk memerangi kebodohan dan ketertindasan dengan semangat amar makruf nahi mungkar yang didorong oleh semangat iqro dan semangat pena insya Allah akan mamapu meneepis segala rasa yang menjadikan kita seua pesimis. Jumlah anak muda atau remaja adalah yang paling potensial di negeri ini jika semua diberdayakan, diberi akses penddkan yang berkualitas maka secara slowly but sure, pelan tapi pasti akan dapat mengentaskan bangsa ini dari keterpurukan. Gerakan membaca saja dirasa kurang mantap untuk menyegerakan bangkitnya bangsa yang terlelap ini. Remaja harusnya menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna perubahan. Senantisa include didalamnya dan tergerak untuk menjai pioner seperti hanya yang dilakukan oleh sahabat-sahabat nabi yang masih muda melakukan perjuangan yang maha dahsyat seperti Ali, Umar dan sebagainya. Ikatlah ilmu dengan menuliskannnya kata Ali. Ini hendaknya menjadi inspirasi bagi kita untuk terus berkarya dan berkarya. Sebetulnya banyak spirit dalam Islam yang mengajarkan pada kita untuk terus membaca dan menulis (baca: surat al-Alaq dan Al-Qalam) Kembali pada IRM sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar dikalangan remaja yang berusia hampir setengah abad, yang mengalami pasang surut dan dinamika. Satu hal yang menjadi tantangan gerakan IRM selanjutnya adalah beranikah kita melawan budaya “konsumtivisme” menjadi budaya “produktivisme” dan “kreatif-inovatif”, dan merubah tradisi “nonton’ menjadi tardisi “baca-tulis” (teks) sehingga dalam melakukan dakwah tidak bersifat monomedia namun multimedia dengan kemudahan membaca teks dan menulis gagasan untuk kemudian dikomunikasikan lewat tulisan dan media masa seperti koran, majalah dan berbagaia karya kreatif lainnya. Hal ini menjadi tantangan serius bagi kelanjutan generasi yang akan datang sebab kita akan dihadapkan pada arus informasi yang begitu dahsyat sehingga siapa yang tidak dapat mengakses maka akan tergilas zaman dan kita lagi-lagi akan masuk dalam musium sejarah bangsa yang lumpuh oleh gelombang zaman yang terus menghantam. Kita semua bisa berbuat untuk negeri tercinta ini. Dengan apa? Menumbuhkembangkan budaya baca tulis sebagai salah satu ciri manusia yang adaptif terhadap spirit perubahan dan transformasi zaman. “Tradisi menulis tidak mungkin ada tanpa diawali dengan tradisi membaca” demikian juga kata Taufiq Ismail bahwa membaca dan menulis adalah saudara kembar. Walluhu A’lam Bi Asshowab David EfendiI Ketua PP IRM 2006-2008
2