Revisi Gc Mangats Coy.docx

  • Uploaded by: alifiyah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Revisi Gc Mangats Coy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,529
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Dasar Teori Kromatografi gas (KG) merupakan metode pemisahan suatu campuran menjadi komponen-komponen berdasarkan interaksi fasa gerak dan fasa diam. Fase gerak berupa gas yang stabil sedangkan fase diam bisa zat padat atau zat cair. Cuplikan yang dapat dipisahkan dengan metode ini harus mudah menguap. Cuplikan dalam bentuk uap dibawa oleh aliran gas ke dalam kolom pemisah, hasil pemisahan dapat dianalisis dari kromatogram.Bagan alir dan komponen utama kromatografi gas dapat dilihat pada gambar (Mulyani, 2008)

Pada saat awal, komponen-komponen yang akan dipisahkan dalam kromatografi akan berdiam diri di dalam kolom. Komponen-komponen tersebut akan bergerak apabila dialirkan fasa gerak. Pada saat fasa gerak mengalir membawa komponen-komponen sepanjang fasa diam maka akan terjadi kesetimbangan dinamis antara komponen komponen yang tetap berada dalam fasa diam dan komponen yang terlarut dalam fasa gerak. Apabila interaksi komponen dengan fasa diam lebih kuat maka populasi komponen dalam fasa diam lebih besar daripada dalam fasa gerak, artinya komponen-komponen tersebut lebih lama tertahan dalam fasa diam. Sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai detektor dibandingkan komponen yang lebih lemah interaksinya dengan fasa diam. Selain ditentukan oleh interaksi dengan fasa diam, laju komponen bersama fasa gerak juga ditentukan oleh laju alir fasa gerak serta perbandingan jumlah fasa diam dan fasa gerak. Dengan kata lain, efektifitas proses kromatografi dalam memisahkan komponen-komponen tergantung pada laju migrasinya. Apabila dua

komponen dimasukkan ke dalam kolom, salah satu komponen bersifat inert terhadap fasa diam dan komponen yang lain terjadi interaksi dengan fasa 5 diam. Maka komponen yang bersifat inert tidak akan tertahan dalam kolom sehingga langsung bersama fasa gerak mencapai detektor, sedangkan komponen yang kedua akan tertahan dalam kolom dan akan mencapai detektor setelah dialiri fasa gerak dalam waktu tertentu. Hasil pemisahan digambarkan dalam kurva yang dikenal dengan istilah kromatogram. Kromatogram berisi puncak-puncak yang menggambarkan komponenkomponen yang terpisah. Area dibawah puncak menggambarkan ukuran jumlah relatif setiap komponen. Kromatogram dua komponen Selang waktu yang diperlukan oleh komponen untuk keluar dari kolom dan mencapai detektor disebut waktu retensi (RT). Setiap komponen akan memiliki waktu retensi yang karakteristik sehingga waktu retensi sangat berguna untuk analisis kualitatif atau identifikasi komponen (McNair & E.J.Bonelli, 1988)

1.2 Tujuan Praktikum Dapat memisahkan bahan penyusun satu dengan yang lainnya dalam cuplikan suatu campuran sehingga dapat diidentifikasi berdasarkan retention time yang dimiliki oleh bahan tersebut.

1.3 Alat dan Bahan a. Hewlett Packard 5890 Gas Chromatograph dengan capillary column. Alat ini dikeluarkan pada tahun 1984 dan terdapat Series II yang rilis setelahnya. b. Toluena c. Heptana d. Butil asetat e. Campuran

1.4 Cara Kerja a. Menyalakan alat dan computer yang memiliki aplikasi bawaan alat b. Mengalirkan udara (fase gerak) ke dalam alat dengan memencet tombol “flow” kemudian mengatur volume udara yang dimasukkan ke dalam alat. c. Mengatur suhu pada injector dengan mengetikkan suhu 30-50⁰C di atas titik didih tertinggi suatu bahan penyusun campuran. d. Mengatur suhu oven sesuai titik didih tertinggi bahan pada campuran e. Mengatur suhu detector sesuai dengan suhu oven.

f. Pencet tombol “SIGNAL 1” untuk memperlihatkan keadaan signal yang ada di dalam detector. g. Tunggu hingga lampu berwarna merah pada panel mati. h. Siapkan bahan dengan mengambil 0,04 µL ke dalam sringe (sring dibilas terlebih dahulu sebanyak 3 kali dengan bahan) i. Setelah bahan didapatkan, masukkan bahan di injector pada saat yang bersamaan dengan pengukuran dimulai pada computer. j. Tunggu selama 15 menit dan amati jika terjadi perubahan signal pada layar yang tertera di kromatograf. k. Setelah 15 menit, pencet ikon “analysis” pada layar computer hingga keluar grafik yang menunjukkan peak. Pencet “peak display” untuk menampilkan titik dimana peak itu berada. l. Setelah itu, data dapat disimpan atau di cetak menggunakan printer yang tersedia.

1.5 Hasil percobaan, kondisi operasi, dan penghitungan: a. Kondisi operasi: - Suhu injector: 150⁰C - Suhu oven: 100⁰C - Suhu detector: 100⁰C b. Hasil percobaan

campuran

heptane

toluene

butyl asetat Data untuk campuran: Peak

Time (min)

Area (uV x sec)

Height (uV)

Area (%)

1

4,136

2169273,89

221804,99

20,93

2

4,767

3464256,27

326995,21

33,42

3

5,135

1670067,04

169844,17

16,11

4

5,979

1218179,30

144573,18

11,75

5

7,370

1842763,86

207785,11

17,78

10364540,36

1071002,66

100,00

Total Peak butyl asetat: 5,14 min Peak toluene: 4,72 min Peak heptane: 4,12 min

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Alya Putri R (03) Kromatografi gas adalah tipe kromatografi yang digunakan di dalam kimia analis untuk memisakan dan menganalisa senyawa yang dapat diuapkan tanpa perlu adanya perubahan komposisi. Pada praktikum ini digunakan gas nitrogen sebagai fase geraknya karena selain mudah didapatkan karena merupakan 79% dari komposisi gas di atmosfer, gas nitrogen juga lebih murah dibandingkan gas helium. Di sisi lain, gas nitrogen tidak reaktif sehingga lebih dipilih untuk digunakan daripada gas oksigen yang lebih reaktif. Kolom yang digunakan dalam adalah kolom kapiler. Pada kolom kapiler, senyawa yang bertindak sebagai fase diamnya menyelimuti bagian permukaan dalam daripada melewati tengah tabung kapilernya. Keuntungan lainnya adalah kolom kapiler berukuran panjang sehingga waktu pemisahan antar senyawa dapat semakin lebar. Untuk fase diamnya adalah campuran dari beberapa senyawa seperti toluene, heptane, dan butyl asetat. Butyl asetat adalah senyawa organic yang berada dalam lingkup ester dan termasuk dalam pelarut yang memiliki titik didih tinggi. Titik didih untuk senyawa ini adalah 126,1⁰C. toluene adalah pelarut organic yang merupakan senyawa turunan benzene dan memiliki titik didih 111⁰C. Selanjutnya, heptane adalah termasuk dalam golongan alkane, sebuah golongan dalam hidrokarbon tanpa ikatan rangkap, yang memiliki titik didih 98,38⁰C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komponen yang memiliki titik didih tertinggi adalah butyl asetat. Berdasarkan teori, suhu yang digunakan dalam injector berkisar diantara 3050⁰C diatas suhu tertinggi komponen penyusun campuran sehingga kami menggunakan 150⁰C untuk suhu injectornya. Untuk suhu oven kami menggunakan 100⁰C, begitu pula untuk suhu di detector. Kemudian, ketika kami memulai proses analisa menggunakan alat gas kromatografi, kami memasukkan sample sebanyak 0,4 µL ke injector dan memencet

tombol untuk memulai pencatatan data pada computer. Kami menunggu hasilnya selama 15 menit hingga semua komponen telah terdeteksi dengan sempurna. Ketika tidak ada komponen yang terbaca di detector, maka sinyal pada detector terbaca angka yang berkisar diantara 50 hingga 70. Tetapi, ketika ada komponen yang melintasi detector, sinyalnya akan berubah. Bahkan memungkinkan mencapai ribuan yang menandakan ada komponen yang terbaca. Senyawa yang pertama kali kami analisis adalah senyawa campuran. Setelah proses penganalisaan melalui gas chromatograph selesai, kami mendapatkan data berupa grafik yang kemudian kami cetak. Setelah dipelajari, kami menemukan fakta bahwa terdapat 5 senyawa yang terkandung didalamnya dan hal tersebut dibuktikan dengan data adanya 5 puncak (peak) yang terdeteksi. Data peaknya kami sertakan dalam tabel dibagian data. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa senyawa yang pertama kali terdeteksi adalah heptane dengan waktu retensinya adalah 4,13 jika berdasarkan grafik yang ada di campuran atau 4,12 jika berdasarkan grafik heptane murni. Kemudian, untuk toluene adalah senyawa yang dideteksi kedua. Waktu retensi yang dimilikinya adalah 4,76 jika menurut grafik untuk senyawa campuran dan 4,72 untuk senyawa toluene murninya. Butyl asetat adalah senyawa yang dideteksi ketiga dengan waktu retensi 5,14 jika berdasarkan grafik senyawa butyl asetat murninya maupun pada campuran. Meskipun terdapat perbedaan 0,01 maupun 0,04 dalam waktu retensi untuk senyawa campuran dan senyawa murninya, hal ii masih dianggap sama karena nilai peyimpangannya yang kecil. Salah satu kemungkinan adanya perbedaan dalam hal waktu retensi adalah tidak bersamanya saat memasukkan senyawa dalam injector dengan ketika memencet tombol ‘run’ di dalam aplikasi yang terhubung dengan gas chromatograph yang digunakan. Hal tersebut menyebabkan perbedaan pada waktu retensinya. Dari praktikum ini juga dapat disimpulkan bahwa campuran banyak mengandung toluene dengan konsentrasinya sebanyak 33% dari komponenkomponen lain penyusun senyawa campuran tersebut. Pada posisi kedua diikuti dengan heptane dengan konsentrasi sebesar 20,93%. Terkait dengan perbedaan ketinggian peak dari suatu senyawa antara senyawa murni dengan campurannya, ambil saja contoh toluene, semata mata disebabkan karena perbedaan konsentrasinya. Semakin tinggi konsentrasinya, maka semakin besar areanya dan semakin tinggi peaknya.

2.2 Alifiyah Dyah O (02) Setelah proses penganalisaan melalui kromatografi selesai, kami mendapatkan data berupa grafik yang kemudian dicetak., lalu kami menemukan fakta bahwa terdapat 5 senyawa yang terkandung didalamnya dan hal tersebut dibuktikan dengan data adanya 5 puncak (peak) yang terdeteksi. Data peaknya terdapat pada bagian data. Pada pengecekan komponen pertama, diperoleh peak yang menunjukkan RT (Retention Time) sebesar 4,14 dan area sebesar 20,93%, sehingga dapat dikatakan bahwa komponen tersebut merupakan heptane. Hal ini dapat diketahui dari perbandingan antara peak yang ditunjukkan oleh sampel dengan pengecekan komponen tidak jauh berbeda, yaitu 0,02. Pada pengecekan komponen kedua, diperoleh peak yang menunjukkan RT sebesar 4,77 dan area sebesar 33,42%, sehingga dapat dikatakan bahwa komponen tersebut merupakan Toluene . Hal ini dapat diketahui dari perbandingan antara peak yang ditunjukkan oleh sampel dengan pengecekan komponen tidak jauh berbeda, selisihnya tidak kurang atau lebih dari 5%, yaitu sebesar 0,05. Pada pengecekan komponen ketiga, diperoleh peak yang menunjukkan RT sebesar 5,13 dan area sebesar 16,11%, sehingga dapat dikatakan bahwa komponen tersebut merupakan butyl asetat . Hal ini dapat diketahui dari perbandingan antara peak yang ditunjukkan oleh sampel dengan pengecekan komponen tidak jauh berbeda, selisihnya sebesar 0,01. Kesalahan/ penyimpangan dalam praktikum ini adalah saat menginjeksikan sample dan mengklik ‘start run’ tidak bersamaan walaupun hanya kurang lebih 1-2 detik saja tetapi tetap berpengaruh pada RT-nya.

2.3 Inshirah Riski W (12) Percobaan ini dilakukan untuk menentukan komponen-koponen yang terdapat pada sampel pertamnaya plus dengan instrument kromatografi gas(GC).Percoban ini bertujuan untuk mengenalcara pengoprasian intrumen GC,memahami cara kerja instmrument GC,untuk analisis kuantitatif dan menentukan komponen dalam sampel campuran. Kromatografi gas (KG) merupakan jenis kromatografi yang umum digunakan dalam analisis

kimia untuk pemisahan dan

analisis

senyawa

yang

dapat menguap tanpa mengalami dekomposisi. Penggunaan umum KG mencakup pengujian kemurnian senyawa tertentu, atau pemisahan komponen berbeda dalam suatu campuran (kadar relatif komponen tersebut dapat pula ditentukan). Dalam beberapa

kondisi,

KG

dapat

membantu

mengidentifikasi

senyawa.

Dalam kromatografi preparatif, KG dapat digunakan untuk menyiapkan senyawa murni dari suatu campuran. Dalam pada GC ini memiliki 2 fase ialah fase diam dan fase gerak.fase gerak berupa gas pembawa,dan pada

praktikum ini menggunakan gas nitrogen

sedangkan pada fase diam berupa lapisan cairan mikroskopik dan pada praktikum ini berupa larutan campuran,heptane,toluene,butyl asetat.dan alasan pada fase gerak menggunakan nitrogen dikarenakan nitrogen merupakan gas yang tidak reaktif,serta dapat disimpan tangka tekanan tinggi,biaya nya yang terkangkau dan tidak dapat merusak alat Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus mudah menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional .Injektor berada dalam oven yang temperaturnya dapat dikontrol. Suhu injektor sebesar 150 ºC di atas titik didih sampel dikarenakan pada larutan toluene memiliki titik didih 110,6ºC,heptane 98,42°C dan butyl asetat 126°C. Jumlah cuplikan yang diinjeksikan sekitar 0,4 µL. dan pada oven suhu di setting sebesar 100ºC dimana pada setting suhu oven diambil titik didih yang tertinggi diantara larrutan lainnya. Senyawa yang pertama dianilisis ialah larutan campuran.setelah melalui proses gas kromatografi yang ada di peroleh data yang berupa grafik dan terdapat 5 peak yang berdasarkan literature yang ada bahwa terdapat 5 komponen dalam larutan

campuran tersebut.dan pada percobaan yang dilakukan kami hanyalah mencoba 3 komponen saja antara lain ialah pada heptane yang memiliki waktu retensi 4,12 dan pada grafik campuran sebesar 4,14 dan pada grafik sampel campuran toluene merupakan komponen yang pertama.pada larutan toluene yang memiliki waktu retensi 4,72 dan pada grafik sampel campuran 4,77.dan larutan toluene merupakan komponen kedua berdasarkan grafik sampel campuran.pada larutan butyl asetat memiliki waktu retensi 5,14 dan pada grafik sampel campuran sebesar 5,13.dan larutan butyl asetat merupakan komponen yang ketiga berdasarkan grafik sampel campuran Adapun perbedaan waktu retensi komponen murni dan senyaw sekitar 0,01 hingga 0,05.hal ini kemungkinan terbesar dikarenakan tidak bersamaan saat memasukkan senyawa pada injector dengan memncet tombol” RUN” dimana yang terhubung pada gas kromatografi Dan berdasarkan grafik sampel larutan maka diperoleh bahwa kandungan sampel campuran tersebut adalah 20,93% heptane ,33,42 %toluenadan 16,11% butil asetat.

2.4 Ahmad Firdaus A (01) Gas Kromatografi merupakan jenis kromatografi yang umum digunakan dalam analisis kimia untuk pemisahan dan analisis senyawa yang dapat menguap tanpa mengalami dekomposisi. Dalam Kromatografi Gas, fasa gerak berupa gas pembawa, biasanya gas inert seperti Helium atau gas yang tidak reaktif seperti nitrogen. Fasa diam berupa lapisan cairan mikroskopik atau polimer di atas padatan pendukung fasa diam, yang berada di dalam tabung kaca atau logam yang disebut kolom. Alasan pemilihan gas nitrogen pada percobaan kromatografi gas karena gas nitrogen tidak reaktif, murah. Kemudian pada percobaan ini kami mencoba mengkromatografi campuran yang isinya ada larutan Butil Asetat, Heptana dan Toluena. Untuk fase diamnya adalah campuran dari beberapa senyawa seperti toluene, heptane, dan butyl asetat. Butyl asetat adalah senyawa organik yang berada dalam lingkup ester dan termasuk dalam pelarut yang memiliki titik didih tinggi. Titik didih untuk senyawa ini adalah 126,1⁰C. Toluene adalah pelarut organik yang merupakan senyawa turunan benzena dan memiliki titik didih 111⁰C. Selanjutnya, heptane adalah termasuk dalam golongan alkana, sebuah golongan dalam hidrokarbon tanpa ikatan rangkap, yang memiliki titik didih 98,38⁰C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komponen yang memiliki titik didih tertinggi adalah butyl asetat. Suhu injector yang kami gunakan sebesar 150⁰C karena mengikuti teori yang menganjurkan pengesetan suhu injector sebesar 30-50⁰C lebih banyak dari titik didih tertinggi komponen yang akan digunakan.sedangkan suhu oven dan suhu detector diatur sebesar 100⁰C. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa senyawa yang pertama kali terdeteksi adalah heptana dengan waktu retensinya adalah 4,13 jika berdasarkan grafik yang ada di campuran atau 4,12 jika berdasarkan grafik heptana murni. Kemudian, untuk percobaan pada toluena Waktu retensi yang dimilikinya adalah 4,76 jika menurut grafik untuk senyawa campuran dan 4,72 untuk senyawa toluena murninya. Butyl asetat adalah senyawa yang dideteksi ketiga dengan waktu retensi 5,14 jika berdasarkan grafik senyawa butyl asetat murninya maupun pada campuran. Terjadi perbedaan pada waktu retensinya ini disebabkan karena saat melakukan penginjeckan

campuran tidak dilakukan bersama sama dengan menekan tombol start pada komputer sehingga alat pendeteksi sedikit terlambat dalam menggambarkan grafiknya sedangkan campurannya sudah mengalir pada kromatografi.

2.5 Hardanto Suryo P (11) Pada percobaan ini mencoba mengkromatografi campuran yang isinya ada larutan Butil Asetat, Heptana dan Toluena dengan masing – masing waktu percobaan 15 menit. Ketika tidak ada komponen yang diinjeksikan maka detector menunjukkan angka 50 sampai 70. Tetapi ketika mulai ada komponen yang terdeteksi, detector menunjukkan angka yang besar bahkan sampai ribuan. Untuk fase diamnya adalah campuran dari beberapa senyawa seperti toluene, heptane, dan butyl asetat. Berdasarkan percobaan, suhu yang digunakan dalam injector berkisar diantara 30-50⁰C diatas suhu tertinggi komponen penyusun campuran sehingga menggunakan suhu 150⁰C untuk suhu injectornya. Untuk suhu oven menggunakan 100⁰C, begitu pula untuk suhu di detector. Dari data diatas dapat diketahui bahwa senyawa yang pertama kali terdeteksi adalah heptana dengan waktu retensinya adalah 4,13 menit jika berdasarkan grafik yang ada di data campuran atau 4,12 jika berdasarkan grafik heptana murni dengan luas area 20,93% pada grafik campuran. Kemudian, untuk toluena adalah senyawa yang dideteksi kedua. Waktu retensi yang dimilikinya adalah 4,76 jika menurut grafik untuk senyawa campuran dan 4,72 untuk senyawa toluena murninya dengan luas area 33,42%. Butyl asetat adalah senyawa yang dideteksi ketiga dengan waktu retensi 5,14 jika berdasarkan grafik senyawa butyl asetat murninya maupun pada campuran dengan luas area 16,11%.

2.6 Hana Mufidah (10) Dalam percobaan ini kami menggunakan GC (Gas Kromatografi) sebagai alat dalam praktikum instrumen 

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.



Kromatografi gas (KG) merupakan jenis kromatografi yang umum digunakan dalam analisis kimia untuk pemisahan dan analisis senyawa yang dapat menguap tanpa mengalami dekomposisi. Penggunaan umum KG mencakup pengujian kemurnian senyawa tertentu, atau pemisahan komponen berbeda dalam suatu campuran (kadar relatif komponen tersebut dapat pula ditentukan). Dalam beberapa kondisi, KG dapat membantu mengidentifikasi senyawa. Dalam kromatografi preparatif, KG dapat digunakan untuk menyiapkan senyawa murni dari suatu campuran



Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen suatu cuplikan di dalam kolom. Perbedaan migrasi ini terjadi karena perbedaan interaksi komponen-komponen tersebut dengan fasa diam dan fasa gerak. Fasa diamnya berupa cairan yang melekat pada zat pendukung (adsorben), sedangkan fasa geraknya berupa gas.Karena gas ini berfungsi membawa komponenkomponen sepanjang kolomhingga mencapai detektor, maka fasa gerak disebut juga sebagai gas pembawa (carrier gas).



Pada percobaan ini, gas pembawa yang digunakan adalah nitrogen.Gas pembawa mengalir dengan cepat, oleh karena itu proses pemisahan hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Inilah keuntungan pemisahan dengan menggunakan GC. Namun, tidak semua senyawa dapat dipisahkan dengan menggunakan metode kromatografi gas. Senyawa-senyawayang dapat dipisahkan dengan menggunakan metode ini adalah senyawa yang memenuhi dua persyaratan berikut : 

Mudah menguap saat diinjeksikan



Stabil pada suhu pengujian (50-300°C) yakni tidak mengalami penguraian atau pembentukan menjadi senyawa lain.



Dalam percobaan ini fasa gerak berupa gas pembawa yaitu gas nitrogen dikarenakan dalam fase gerak yang digunakan harus memenuhi syarat yang ada yaitu Syarat gas

pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi 

Suhu yang digunakan pada percobaan yaitu : 

Suhu oven 1000C Suhu oven dan kecepatan aliran gas berpengaruh pada retention time, suhu oven dinaikkan agar tidak terjadi kondensasi



Suhu detector 1000C Suhu detector sama dengan suhu sampel



Suhu injector 1500C Suhu injector diatur suhu tertinggi dari titik didih dari sampel yang suhu tersebut diatur untuk menjadikan fase liquid menjadi fase gas



Berdasarkan hasil grafik kromatograf sampel tersebut terdapat 5 zat yang terdapat di dalam sampel campuran tersebut, yang mana hanya 3 zat murni yang telah kami uji untuk perbandingan retention time, dan dari hasilnya didapatkan: 20,93% heptana, 33,42% toluene, 16,11% butyl acetat



Analisa Kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi analit dengan waktu retensi standar. Untuk mendapatkan waktu retensi standar dapat dilakukan dengan percobaan kromatografi gas untuk senyawa yang telah diketahui. Adapun senyawa yang digunakan sebagai standar adalah heptana, toluene, butyl aceat.  Heptana dalam campuran : 4,14 Heptana murni : 4,12  Toluene dalam campuran : 4,77 Toluene murni : 4,72  Butyl acetat dalam campuran : 5,13 Butyl acetat murni : 5,14 Perbedaan retencion time pada campuran dan zat murni ini dapat terjadi dikarenakan ketepatan waktu ketika percobaan dalam menekan tombol start pada pc dan menyuntikan cairan pada GC tidak dalam waktu yang bersamaan.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan: 3.1.1

Alya Putri R (03)

-

Senyawa tersusun dari 5 senyawa antara lain toluene, heptane, dan butyl asetat.

-

Senyawa toluene adalah senyawa terbanyak di dalam senyawa campuran.

-

Butil asetat adalah senyawa yang memiliki titik didih tertinggi.

-

Gas yang digunakan adalah nitrogen karena merupakan gas yang tidak reaktif, murah, dan dapat dengan mudah didapatkan.

-

Suhu pada injector adalah 30⁰C diatas suhu butyl asetat yang merupakan senyawa penyusun dengan titik didih tertinggi.

3.1.2 -

Alifiyah Dyah O/02) Gas chromatography (GC), adalah metoda yang digunakan dalam kimia analitik untuk memisahkan dan menganalisis senyawa yang dapat menguap.

-

Komponen yang terdapat pada campuran yang digunakan praktikum terdapat 5 komponen.

-

Butyl asetat memiliki titik didih tertinggi dibandingkan sample lainnya, sehingga suhu pada injektor menggunakan 30⁰C diatas suhu butyl asetat.

-

Kandungan pada campuran yang diamati adalah heptane (20,93%), toluene (33,42%), dan butyl asetat (16,11%).

-

Keterlambatan menginjeksikan sample atau mengklik ‘start run’ mengakibatkan perbedaan pada Retention Time (RT).

3.1.3

Penyimpangan pada percobaan sebesar 0,027 (tidaklebih dari 5%). Inshirah Riski W (12)

-

Pada sampel larutan campuran terdapat 5 komponen

-

Fase gerak berupa gas nitrogen karena gas yang tidak reaktif,serta dapat disimpan tangka tekanan tinggi,biaya nya yang terkangkau dan tidak dapat merusak alat

-

Fase diam ialah larutan campuran,toluene,heptane,butyl asetat

-

Kandungan pada larutan campuran ialah 20,93% heptane ,33,42 %toluenadan 16,11% butil asetat.

-

Butyl asetat memiliki titik didih yang terdinggi diantara yang lainnya 126ºCsehingga suhu injektor disetting sebesar 150ºC

ialah

3.1.4

Ahmad Firdaus (01)

-

Senyawa tersusun dari 5 senyawa antara lain toluena, heptana, dan butyl asetat.

-

Senyawa toluena adalah senyawa terbanyak di dalam senyawa campuran.

-

Butil asetat adalah senyawa yang memiliki titik didih tertinggi.

-

Gas yang digunakan adalah nitrogen karena merupakan gas yang tidak reaktif, murah, dan mudah didapatkan.

-

Suhu pada injector adalah 30⁰C diatas suhu butyl asetat yang merupakan senyawa penyusun dengan titik didih tertinggi.

3.1.5

Hardanto Suryo P (11)

-

Senyawa tersusun dari 5 senyawa antara lain toluena, heptana, dan butyl asetat.

-

Komponen Heptana terdeteksi pada 4,13 menit pada grafik data campuran.

-

Komponen Toluena terdeteksi pada 4,76 menit pada grafik data campuran.

-

Komponen Butyl Asetat terdeteksi pada 5,14 menit pada grafik data campuran.

3.1.6 -

Hana Mufidah (10) Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.

-

Prinsip pemisahan pada kromatografi adalah dengan perbedaan pola pergerakan oleh fase diam dan fase gerak, fase gerak yg digunakan : nitrogen ,fase diam yang digunakan: sampel campuran

- Kandungan pada sampel campuran terdapat 5 komponen zat, yang diantaranya adalah : 20,93% heptana, 33,42% toluene, 16,11% butyl acetat -

Analisa kualitatif dilakukan dengan perbandingan retention time

3.2 Keselamatan kerja:

a. Jangan menyentuh dinding alat karena cukup panas akibat suhu yang tinggi digunakan untuk menguapkan senyawa b. Hati hati ketika menyuntikkan senyawa dalam injector karena jarum suntiknya sangat tipis dan kecil sehingga mudah patah atau bengkok. c. Pastikan tidak ada gas nitrogen yang bocor karena titik didih nitrogen yang sebesar 196⁰C dapat membekukan banyak hal disekitarnya dan juga nitrogen bukan gas yang dihirup oleh manusia.

3.3 Daftar pustaka: Sumar Hendayana. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Yuneka. 2000. Teknik Kromatografi. Jakarta: PT Kalman Pustaka Mulyana. 2018. Basic Fundamental of GC. Application & Marketing Support. PT. Ditek Jaya McNair & E.J.Bonelli.1988.Dasar Kromatografi Gas. Bandung: Penerbit ITB Bandung Aprianti Manik, R. 2014. Modul Kromatografi. Bontang: SMKN 1 Bontang

Related Documents

Gc
May 2020 28
Gc
November 2019 46
Gc
November 2019 57
Gc
June 2020 23
Gc
June 2020 18

More Documents from ""