RESUME RURAL
KEPERAWATAN KOMUNITAS
oleh : Kelompok 1 Kelas E 2016 Crieshna Maulana Al Huda 162310101115 Shoviyatul Widad
162310101120
Vinny Ramadhani Putri H 162310101252 Muhammad Hisyam A
162310101257
Rohibul Fahmi
162310101273
Mellynda Dwi Astututik
162310101275
Ari Wijaya
162310101276
Milia Ratna Rosadi
162310101279
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2018
A.
Konsep Area Rural 1. Pengertian Komunitas rural yaitu sekumpulan individu yang berinteraksi satu sama lain dan tinggal disuatu wilayah diluar perkotaan dimana wilayah tersebut biasanya memiliki keterbatasan dalam intensitas pembangunan yang menyebabkan pelayanan (sarana dan prasarana) tidak selalu memadai. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi tingkat potensial kejadian penyakit dalam suatu daerah yaitu pada daerah rural (pedesaan) dan urban (perkotaan). Menurut Anderson (2006), rural atau pedesaan adalah masyarakat yang tinggal di daerah yang penduduknya jarang dan biasanya terletak pada daerah yang agak jauh dari kota besar. Kondisi area rural atau pedesaan dapat dilihat dari sangat banyaknya keluarga yang berpenghasilan rendah dan tidak memiliki asuransi.Faktor penghalang yang lazim terhadap akses pelayanan kesehatan adalah jarak geografik yang jauh dan transportasi yang tidak adekuat (Anderson, 2006). Faktor penyebab terjadinya perbedaan tingkat potensial kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit antara daerah rural dengan daerah urban antara lain perbedaan kepadatan penduduk dan komposisi unsur penduduk, perbedaan pekerjaan dan kebiasaan hidup, konsep sehat dan sakit, perbedaan lingkungan hidup, dan keadaan sanitasi penduduk serta berbagai perbedaan lainnya (Noor, 2008).
2. Ciri-ciri masyarakat pedesaan atau rural: a. Mempunyai perilaku homogeny b. Mempunyai perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan c. Mempunyai perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status . d. Isolasi sosial, sehingga static e. Kesatuan dan keutuhan cultural f. Masih banyak ritual dan nilai-nilai sakral
g. Kolektivisme
3.
Kehidupan Sosial Masyarakat Rural Kehidupan masyarakat perdesaan dicirikan oleh kegiatan yang pada umumnya bercorak agraris. Aktivitas kesehariannya masih didominasi oleh pengaruh lingkungan alam. Dengan kata lain pengaruh lingkungan atau kondisi alam setempat masih sangat erat mewarnai tatanan dan pola hidup penduduk desa. Hubungan antarwarga masyarakat masih sangat erat, saling mengenal, dan gotong royong. Penderitaan seseorang di perdesaan pada umumnya menjadi derita semua pihak. Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya. Pedesaan merupakan sebuah komunitas kecil, sehingga para warganya saling mengenal dan bergaul secara intensif, karena kecil, maka setiap bagian dan kelompok khusus yang ada di dalamnya tidak terlalu berbeda antara satu dan lainnya, para warganya dapat menghayati
lapangan kehidupan mereka dengan baik. Selain itu masyarakat pedesaan memiliki sifat solidaritas yang tinggi, kebersamaan dan gotong royong yang muncul dari prinsip timbal balik. Artinya sikap tolong menolong yang muncul pada masyarakat desa lebih dikarenakan hutang jasa atau kebaikan.
B.
Masalah Kesehatan di Area Rural 1. Jenis masalah kesehatan Masalah kesehatan di pedesaan dapat ditinjau dari dua segi, antara lain: a.
Substantial (hal kesehatan sendiri) Masalah kesehatan substantial dapat berupa berbagai jenis penyakit. Dari hasil penelitian masalah kesehatan yang paling sering muncul adalah penyakit-penyakit infeksi (pernafasan, perut, kulit, dll). Penyakit-penyakit infeksi mempunyai hubungan erat dengan lingkungan hidup yang kurang sehat dan daya tahan tubuh rendah. Daya tahan tubuh yang rendah dapat terjadi karena ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan gizi. Sedangkan kemajuan ekonomi dapat mendorong perbaikan gizi. Kemajuan ekonomi juga akan mendorong perbaikan lingkungan hidup yang mengurangi wabah penyakit. Dengan rendahnya wabah penyakit dan tingginya daya tahan tubuh, taraf kesehatan masyarakat akan meningkat.
b.
Management (hal penyelenggaraan kesehatan) Masalah penyelenggaraan kesehatan meliputi masalah peningkatan, perlindungan, penemuan masalah, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada perseorangan maupun pada kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan yang menonjol adalah tingginya angka
kejadian
penyakit
menular,
kurangnya
pengertian
masyarakat tentang hidup sehat, gizi yang buruk dan keadaan hygiene dan sanitasi yang kurang memuaskan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang di daerah pedesaan
menyebabkan
sebagian
besar
masyarakat
sulit
mendapatkan atau memperoleh pengobatan. Selain itu hal penting yang mempersulit usaha pertolongan terhadap masalah kesehatan pada masyarakat desa adalah penderita atau keluarga tidak dengan segera mencari pertolongan pengobatan karena terbatasnya fasilitas yang ada atau bahkan pengetahuan mereka. Perilaku yang menunda untuk memperoleh pengobatan dari praktisi kesehatan ini disebut dengan treatment delay. Perilaku menunda ini dikarenakan tingkat pendidikan di daerah pedesaan rendah dan kondisi ekonomi yang kurang.
2. Pola Makan dan Penyakit yang Berpotensi timbul Pola makan masyarakat pedesaan memiliki akses terbatas untuk berbelanja di toko. Orang pedesaan masih tetap mematuhi pola diet rendah lemak dan mempunyai prevalensi hiperkolesterolemia yang rendah. Bagi masyarakat pedesaan, pedoman diet berbasis pangan tentang konsumsi susu rendah lemak (Michael, 2008). Air untuk minum dan mencuci harus cukup bebas kuman, akan tetapi penelitian-penelitian lapangan secara konsisten menunjukan bahwa begitu air memenuhi suatu standart minimum, jumlah air yang bisa sampai ke rumah-rumah lebih mempengaruhi kesehatan mereka daripada kebersihan air itu sendiri. Hal itu merupakan cerminan dari pentingnya air bersih. Dengan sedikitnya pengetahuan dan kurangnya kesadaran diri dari masyarakat pedesaan membuat mereka menggunakan air tersebut untuk di konsumsi maupun mencuci makanan-makanan yang mereka makan. Hal tersebut perpengaruh dengan pola makan masyarakat pedesaan. Dengan demikian, berpotensi untuk menimbulkan penyakit menular, seperti disentri (diare), pneumonia, tuberculosis, bronchitis, influenza, penyakit campak, dll. Kondisi masyarakat pedesaan yang didominasi oleh banyaknya lahan, dapat menimbulkan penyakit parasiter seperti schistosomiasis dan filariasis. Schistosomiasis dan filiriasis tumbuh secara tepat akibat
kesembronoan dan kelalaian manusia. Parasit schistosomiasis berpindah dari orang ke orang lain melalui kotoran manusia dan siput air (inang perantara), dan juga saluran irigasi maupun selokan yang system pengairannya tidak baik. Masyarakat pedesaan senang mengonsumsi siput air yang mereka cari sendiri, karena penghasilan yang sangat cukup untuk memenuhi
kebutuhannya.
Dengan
begitu
bisa
saja
mereka
mengonsumsi siput air yang mengandung Shistosomiasis dan filariasis. Penyakit yang di derita oleh masyarakat pedesaan biasanya yaitu, tuberkulosis (TB), stroke dan hipertensi.
C.
Tingkat Pencegahan Masalah Kesehatan di Area Rural 1.
Pencegahan Primer Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit selama prapatogenesis (sebelum proses suatu penyakit dimulai). Pencegahan primer yang dapat dilakukan di area rural seperti pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan, perbaikan status gizi dan kesehatan, pemberian imunisasi, pengembangan personalitas dan pembentukan karakter seperti peningkatan kebiasaan cuci tangan sebelum makan, karena kebanyakan masyarakat di pedesaan bekerja sebagai petani sehingga perlu diberi tahu tentang cara hidup bersih dan sehat.
2.
Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengendalikan atau membatasi penyebaran suatu penyakit atau diagnosis dini dan pengobatan segera/adekuat. Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan di area rural adalah pencarian penderita, skrining kesehatan tujuannya untuk mendeteksi keberadaan penyakit selama masa pathogenesis awal. Untuk penyakit menular terkadang pengendalian sekunder dapat mengakibatkan isolasi atau karantina. Upaya lebih lanjut adalah
desinfeksi, pengobatan masal dengan antibiotik, menjaga kontak langsung dengan penderita penyakit menular.
3.
Pencegahan Tersier Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat di desa tentang kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatan sampai tuntas. Pengobatan yang tidak lengkap dapat
mengakibatkan
kecacatan
atau
ketidakmampuan
bagi
penderitanya, maka diperlukan rehabilitasi untuk pemulihan dari penyakit yang diderita, dan pendidikan kesehatan masih diperlukan dalam pencegahan tersier agar keluarga pasien yang sudah direhabilitasi karena kecacatan dari penyakit yang dideritanya dapat menerima pasien tersebut kembali ke keluarga, perbaikan fasilitas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Elizabeth T. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik Ed.3. Jakarta: EGC. Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemioogi. Jakarta: Rineka Cipta. Gibney,Michael J et al. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.