Resume Logika_humas B 17.pdf

  • Uploaded by: Aliya Nur Muhammad
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Resume Logika_humas B 17.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 892
  • Pages: 4
Resume Mengenai Logika Diambil dari Buku Etika dan Filsafat Komunikasi Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Komunikasi Dosen Pengampu : Agus Rahmat, Drs.,M.Pd.

Aditya Krist Anadiwira

210310170097

Fadhilah Nur Atikah

210310170094

Shanthalyana Bella Duta Sacxena 210310170085

Humas B 2017

Judul

: Etika dan Filsafat Komunikasi

Penulis

: Muhamad Mufid

Penerbit

: Prenadamedia Group

Tahun Terbit : 2009

Logika adalah cabang filsafat yang menelaah asas dan dasar metode penalaran secara benar dalam hal ini cara berkomunikasi secara lebih baik dan benar. Istilah “logika” digunakan pertama kali oleh Zeno. Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu λσγσς (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme. Logika dapat berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasan. Tapi biasanya logika dilihat sebagai sebuah struktur atau susunan pembahasan rasional. Logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyelidiki proes atau cara berpikir yang benar, yang sehat dan patokan mana yang mesti dipatuhi agar pernyataan yang diambil adalah sah. Logika

penting

dalam

berkomunikasi

karena

pemikiran

harus

dikomunikasikan dan yang dikomunikasikan merupakan putusan sebagai hasil proses berpikir. Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar (deals with study of the principles and methods of correct reasoning). Jadi mengapa logika teramat penting dalam komunikasi, karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan itu harus merupakan putusan sebagai hasil dari proses berpikir, dalam hal ini berpikir logis.

Seorang filsafat Barat yang dikenal sebagai Bapak Logika Barat adalah Aristoteles. Logika adalah salah satu karya filsafat besar yang dihasilkan oleh Aristoteles. Walaupun sebenarnya logika tidak pernah digunakan oleh Aristoteles. Logika dimanfaatkan untuk meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisiproposisi yang benar, yang dipakainya istilah analitika. Adapun untuk meneliti argumentasi-argumentasi yang bertolak dari proposisi-proposisi yang diragukan kebenarannya, dipakainya istilah dialektika. Inti logika adalah silogisme. Silogisme adalah alat dan mekanisme penalaran untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan premis-premis yang benar adalah bentuk formal penalaran deduktif. Deduksi, menurut Aristoteles, adalah metode terbaik untuk memperoleh kesimpulan untuk meraih pengetahuan dan kebenaran baru. Itulah metode silogisme deduktif. Pola dan sistematika penalaran silogisme-deduktif adalah penerapan kebenaran universal kemudian menjabarkannya pada hal yang lebih khusus. Dalam logika ada empat hukum dasar logika. Empat hukum dasar logika itu disebut juga postulat-postulat universal semua penalaran. Keempat hukum dasar logika adalah: hukum identitas, kontradiksi, tiada jalan tengan, dan cukup alasan. “Hukum identitas” menyebutkan bahwa sesuatu adalah sama (identik) dengan dirinya sendiri. Menurut hukum ini, A adalah A dan bukan yang lainnya. Contoh lain hukum ini, korupsi adalah korupsi. Korupsi adalah bukan yang lainnya. Dalam kondisi yang tidak logis, hukum identitas sering kali terjadi penyimpangan dalam praktiknya. Korupsi misalnya, dibelokkan menjadi salah prosedur, sehingga seolaholah sesuatu yang pada awalnya korupsi kemudian bukan lagi menjadi korupsi karena salah prosedur. Dengan demikia, korupsi bukan lagi korupsi, atau dengan kata lain A bukan lagi adalah A. Penyimpangan seperti ini banyak terjadi dalam kelompok sosial yang tidak mengedepankan logika dalam kehidupan sehari-hari. Hukum kedua adalah “hukum kontradiksi”, yaitu hukum yang menyatakan bahwa sesuatu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu. Contoh dari hukum ini adalah bahwa pada saat yang sama, sekarang ini, kita tidak bisa mengatakan bahwa tembok bangunan itu berwarna putih dan bukan putih. Contoh lain adalah bahwa suatu benda pada saat yang sama tidak dapat memiliki sifat jelek sekaligus sifat indah.

Lagi-lagi dalam kehidupan sehari-hari hukum kontradiksi juga banyak dilanggar. Kasus Roy Marten beberapa waktu lalu, yang pada saat yang sama ia mengampanyekan anti-penyalahgunaan narkoba namun pada saat yang sama sejatinya ia masih mengonsumsi narkoba adalah contoh menyimpangan hukum kontradiksi. Pada saat yang sama ia memiliki sifat tertentu (anti narkoba) sekaligus tidak memiliki sifat tertentu itu pula (mengonsumsi narkoba). Apa yang dilakukan Roy Marten tersebut adalah menyalahi hukum kontradiksi, dan karenanya perbuatan tersebut tidak logis. Hukum ketiga adalah “hukum tiada jalan tengah”, yang menyatakan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan ketiga. Hukum ketiga ini merupakan kelanjutan dari hukum kedua, yang tidak lain adalah memberi landasan bagi kejernihan dan konsistensi dalam berpikir. Dalam contoh Roy Marten kemungkinan bahwa ia sedang coba-coba sebagai kemungkinan ketiga merupakan kemungkinan yang ditolak. Menurut hukum ketiga, kemungkinannya adalah dua, yakni penyalahgunaan narkoba atau bukan penyalahgunaan narkoba. Tidak ada kemungkinan lain sebagai kemungkinan ketiga. Hukum terakhir adalah “hukum cukup alasan”, yang menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu harus berdasarkan alasan yang cukup memadai dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Indikator rasional menjadi penting karena kebenaran yang paling bisa dipertanggungjawabkan adalah kebenaran ilmiah. Sebagai contoh, perubahan harga BBM mesti disertai argumentasi yang rasional sekaligus cukup jelas bagi rakyat kebanyakan. Penjelasan yang melulu dari perspektif ekonomi bukan merupakan penjelasan yang cukup alasan untuk menaikkan harga BBM. Penjelasan yang cukup adalah penjelasan yang komprehensif (menyeluruh) dari

segala aspek

kehidupan masyarakat

menyangkut pula aspek sosial, politik, hingga budaya.

kebanyakan,

yakni

Related Documents


More Documents from "Larry"

Try This.docx
May 2020 15
Laporan.docx
April 2020 44
Nitrogen Cycle.docx
May 2020 19
Laporan Sentrifugasi.docx
December 2019 15