Resume ILMU DAKWAH 1. Pengertian dan Tujuan Dakwah a. Pengertian Dakwah Berbicara mengenai pengertian dakwah, dapat dikemukan dalam dua bentuk pengertian yaitu : 1. Secara Etimologi Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’aa, yad’u, da’watan. Yang artinya menyeru, memanggil, mengajak menjamu.1 Menurut Toha Oemar, kata dakwah berarti seruan, ajakan, panggilan dan undangan.2 Asal kata da’a mempunyai arti ganda tergantung kepada pemakainya dalam kalimat seperti yang terdapat dalam surat Yunus ayat 108 yang berbunyi :
Artinya : Katakanlah ini jalan agamaku, aku dan orang-orang yang mengikuti, mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik (QS. Yunus ayat 108)3 1 M.Yunus, Kamus Bahasa Arab, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Terjemah Al-Qur’an, 1973), h. 127 2
Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Widjaja, 1983), h. 1
3 Departemen Agama R.I Al- Qur’an Dan Terjemahanya ( Bandung : Gema Risalah Press.1989 )h. 365
1
2
Dalam ayat diatas dakwah berarti mengajak. Untuk jelasnya perkataan dakwah ini secara etimologi atau bahasa akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli diantaranya : 1. Hamzah Ya’cub Menurut Hamzah Ya’cub perkataan dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’watan
artinya ajakan, seruan,
panggilan, undangan.4 2. Salahuddin Sanusi Menurut
Salahuddin
Sanusi,
dakwah
itu
diambil
perkataan yang artinya menyeru, mengajak kepada sesuatu. 3. Farid Ma’ruf Dakwah menurut logat adalah menyeru atau mengajak kepada sesuatu perkara, yakni kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.5 Jadi dakwah menurut bahasa adalah seruan, ajakan, panggilan. Penulis lebih cendrung kepada pendapat Farid Ma’ruf yang
lebih
jelas
mengungkapkan
pengertian
dakwah
yaitu
menyeru, mengajak kepada kebaikan, kebenaran (ajaran Islam)
4 Hamzah Ya’cub. Publisistik Islam Teknik Dakwah Dan Leadership (Bandung : CV Diponegoro, 1981), h. 13 5 Salahuddin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islamiyah (Semarang : Ramadhani. 1964), h. 10
3
karena istilah dakwah digunakan dalam menyebarkan agama Islam. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat kata-kata dakwah seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Mu’min ayat 43:
'*
) &
( '
'&
%
./
$ ! "
"# ,-
! +
Artinya : Sudah pasti apa yang kamu seru supaya aku beriman kepadaNya tidak dapat memperkenankan seruan apapun, baik didunia maupun diakhirat dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah, dan sesungguhnya orang-orang yang melampau batas mereka itulah penghuni neraka. (QS. Al-Mu’min ayat 43).6 Dalam surat Ar-Rum ayat 25 yang berbunyi :
# "&
4
% $! 3
#2
01 ) 67 )
&' $5
%#2
Artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradatNya, kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, sekitika itu juga kamu keluar (dari kubur), (QS. Ar-Rum ayat 25).7 Selanjutnya dalam surat Yusuf ayat 33 yang berbunyi sebagai berikut :
6
Departemen Agama R.I., op.cit, h. 765
7
Ibid, h. 644
4
)
4 "*# 9 $+
"#
)
('* '!*
// ,- : ,;
#
)&
%&( 8
4 )
!"
Artinya : Yusuf berkata “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku dan jika tidak engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka tentu aku akan cendrung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orangorang yang bodoh. (QS. yusuf Ayat 33).8 Dalam ayat diatas kata-kata dakwah dalam surat Al-Mu’min ayat 43 berarti seruan, dalam surat Ar-Rum ayat 25 berarti memanggil dan dalam surat Yusuf ayat 33 berarti ajakan. Pada ketiga ayat tersebut maka dakwah menurut bahasa atau logat adalah seruan, ajakan, panggilan manusia ke jalan Allah SWT. 2. Secara Terminologi Terdapat berbagai pendapat para ahli tentang pengertian dakwah secara terminologi, hal ini tergantung pada sudut pandang mereka dan pemahaman mereka di dalam memberi pengertian dakwah itu, sehingga definisi menurut pakar yang satu sama
lainya
sering
terdapat
perbedaan
dan
juga
terdapat
persamaan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan disajikan beberapa definisi dakwah menurut para ahli diantaranya :
8
Ibid., h. 353
5
1. M. Isa Anshari Dakwah adalah menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil ummat manusia agar menerima dan menyampaikan keyakinan pandangan hidup Islam.9 2. Arifin Dakwah adalah suatu ajakan yang baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku
dan sebagainya, yang
dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara kelompok supaya timbul dalam dirinya, pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan
terhadap ajaran agama
sebagai massage yang disampaikan kepada tanpa adanya unsur-unsur paksaan.10 3. Zainuddin M.Z Dakwah
adalah
usaha
memberikan
jawaban
Islam
terhadap problem kehidupan yang dialami oleh ummat manusia, dimana dari usaha tersebut akan melahirkan kepada ajaran Islam yang diserukan oleh juru dakwah.11
9 M. Isa Anshari, Mujahid Dakwah, (Bandung : CV Diponegoro, 1997) Cet.ke 11.h, 17 10 Arifin .Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), h.17 11 Zainuddin M.Z., Rahasia Keberhasilan Dakwah, (Surabaya : Ampel Suci, 1994), h. 110
6
4. Effendi Zakarsi, dkk Dakwah adalah suatu seruan dalam berbagai bentuk yang diajukan kepada seluruh masyarakat agar dapat melakukan seruan yang dibawa Rasulullah.12 5. Khaidir Khatib Bandaro Dakwah adalah suatu proses penyelanggaraan suatu usaha atau aktifitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf nilai hidup manusia yang sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul oleh seseorang atau sekelompok secara sadar dan berencana dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan dalam upaya menimbulkan pengertian, kesadaaran,pengalaman terhadap ajaran Islam. 13 Bedasarkan pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan dakwah ialah suatu yang baik dan benar, dilakukan melalui lisan, tulisan maupun perbuatan guna untuk menyampaikan ajaran Islam kepada ummat manusia. Di tengah-tengah perkembangan dan pembangunan sektor komunikasi yang mengembirakan saat ini, ditambah dengan
Effendi Zakarsi Dkk, Metodologi Dakwah Terhadap Wanita, (Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah Khotbah Agama Islam Pusat, Depag , 1979) h. 36 12
13 Khaidir Khatib Bandaro, Suatu Studi Tentang Ilmu Dakwah, Tabligh, Khutbah Menuju Para Da’i Mubaligh dan Khatib Profesional, (Padang : Syamsa Offset, 1996), h. 4
7
semakin komplitnya kehidupan manusia maka dakwah melalui tulisan akan bertambah penting sebagaimana ungkapan Muttaqin dalam bukunya Peranan Dakwah Dalam Pembangunan Manusia, bahwa, ”bila kehidupan manusia bertambah komplek, waktu berkumpul bertambah sempit maka dakwah lisan merupakan bahagian yang terkecil dalam dakwah, sebaliknya dakwah melalui tulisan, lukisan, perbuatan akan merupakan dakwah yang paling besar dalam komunikasi mutakhir nanti“.14 Tanpa
mengenyampingkan
peranan
media
lain,
saat
sekarang ini berdakwah melalui tulisan merupakan langkah yang tepat dalam menyampaikan ajaran Islam kepada Umat manusia . 2. Tujuan Dakwah Dalam proses dakwah tujuan adalah salah satu yang paling penting dan sentral. Dengan melihat pendapat para ahli maka kebahagian dan kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat adalah merupakan suatu nilai dan cita-cita
yang luhur
yang hendak dicapai melalui dakwah. Manusia bisa hidup bahagia dan sejahtera apabila dia tahu fungsinya sebagai hamba Allah SWT dan khalifah di muka bumi ini. Sebagai hamba Allah SWT ia akan berbakti kepada Tuhannya, mengikuti segala perintahNya
14 E.Z Muttaqin. Peranan Dakwah Dalam Pembanguna Manusia, (Surabaya : Bina Ilmu, 1982 ), h. 66
8
dan meninggalkan segala laranganNya, kemudian menegakkan prinsip-prinsip amar ma’ruf nahi mungkar. Tujuan dakwah ini dimaksudkan untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak dan langkah dakwah. Sebab aktifitas apapun tanpa tujuan yang jelas dan terarah, termasuk didalamnya dakwah, maka kurang berarti. Dengan demikian tujuan dakwah sama pentingnya dengan
unsur-unsur
lainya (subjek, objek,
metode). Mengenai tujuan dakwah ini para ahli mempunyai pendapat yang berbeda dalam sudut pandangan, akan tetapi tujuan akhirnya adalah sama, yaitu membangun dan mengerakkan manusia kearah yang paling baik untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Untuk memperjelas tujuan dari dakwah tersebut penulis mengutip beberapa pendapat para ahli, diantaranya : 1. KH. Abdurrahman Arrosi, dalam bukunya Laju Zaman menentang Dakwah, beliau menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah memproduksi manusia mu’min dan muttaqin, sebab iman dan takwa adalah untuk mencapai baldatun
tayyibatun
warabbun
ghafur
(negara
adil
makmur yang penuh redha illahi dan penuh barakah).15
15 Abdurrahman Arrasosi, Laju Zaman Menentang Dakwah, (Bandung:: Remaja Rosdakarya, 1986 ), h. 60
9
2. Prof. Dr. Hamka mengatakan bahwa tujuan dakwah yang utama adalah mengubah pandangan hidup. Jadi maksud dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti yang sebenarnya dari hidup ini dan mengeluarkan dari gelapgulita kepada terang-benderang.
16
3. Drs. H. Toto Tasmara dalam bukunya Komunikasi Dakwah mengatakan bahwa tujuan dakwah adalah terjadinya perubahan tingkah laku, sikap atau perbuatan yang sesuai dengan pesan-pesan risalah Al-Quran dan Sunnah.17 Dengan memperhatikan ketiga pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah memproduksi manusia mukminin dan muttaqin dan menyadarkan akan arti hidup yang sebenarnya serta terjadi perubahan tingkah laku yang sesuai dengan risalah Al-Quran dan Sunnah untuk kebahagian dan kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Itulah cita-cita luhur yang dikehendaki oleh dakwah . Apabila manusia telah mematuhi dan mengamalkan Islam sebagai agamanya dan dijadikan satu-satunya pedoman hidup dengan menjalani dan mengatur segala segi kehidupan lahir
16 Hamka, Prinsip Panjimas, 1984 ), h. 49
dan Kebijakan Dakwah Islam, (Jakarta: Pustaka
17 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 47
10
bathin, sesuai dengan kehendak Allah SWT maka dapat dikatakan tujuan dakwah telah berhasil dicapai dengan baik. Tujuan ini sesuai
dengan
hakikat
hidup
manusia
di
atas
dunia
ini
sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi :
7= +) Artinya :
./
< ) ,; -1
Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan mereka menyembahKu. (QS. Adz-Dzariyat ayat 56).18
Dengan mengemukakan tujuan dakwah kiranya dapat dipahami bahwa tujuan dari usaha-usaha dalam Islam adalah untuk membentuk masyarakat atau manusia, baik sikap maupun prilaku perbuatanya agar dapat menikmati kesejahteraan dan kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat. Hal ini berarti bahwa usaha dakwah, baik dalam bentuk menyeru atau mengajak manusia
dengan
bentuk-bentuk
lainya
mempunyai
maksud
supaya yang kita ajak itu mau menerima dan memeluk agama Islam. Maka kita akan tetap melakukan dakwah agar mereka hidup sejahtera lahir bathin baik di dunia maupun di akhirat . Untuk tercapainya tujuan dakwah maka kegiatan dakwah, melalui tulisan ini akan sangat berguna sekali dalam membawa perubahan sikap dan tingkah laku tersebut sesuai dengan ajaran Islam. 18
Departemen Agama R.I, op.cit., h. 862
11
3. Materi Dakwah Materi dakwah yang akan disampaikan ialah ud’u ila sabili rabbika. Yaitu ajaklah kepada jalan Tuhanmu. Jalan Tuhan adalah Dinul Islam secara keseluruhan yang sumber intinya adalah Al-Quran dan Sunnah, sedangkan pengembangannya kemudian akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni yang bersumber dari kedua pokok ajaran Islam itu :
) !
$5
2@2 '* .
( !
)
8 1
/0
C AB?4 ) %8 1
/0 - ? '* 3 0 7H 1G 2
,> , / $"4 ' AB 3 *
F D E%
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan RasulNya dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah dan RasulNya (Al-Quran dan Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya, (QS . An-Nisa’ ayat 59).19 Materi dakwah Islam itu luas sekali seluas kehidupan manusia di dunia dan diakhirat. Materi yang luas dan lengkap itu sudah tentu memerlukan pemilihan-pemilihan dan membuat prioritas-prioritas, dengan memperhatikan situasi dan kondisi kemasyarakatan yang ada serta menempuh bermacam-macam metode pendekatan, misalnya pendekatan subtansial, situasional kondisional dan kontekstual, disamping itu karena pesan-pesan
19
Departemen Agan R.I., op.cit., h. 128
12
dakwah
ini
haruslah
manusiawi
yang
diharapkan
dapat
membentuk pengalaman sehari-harinya menurut tatanan agama. Maka materi dakwahpun harus meningkatkan kemampuan dan akomodasi
manusia dalam
kehidupan. Oleh sebab itu secara
teknis dakwah tidak dapat terlepas dari dua hal pokok yakni kemampuan penerima dakwah dan tingkat berpikirnya, keperluan masyarakat objek atau atas permintaannya .20 Jelasnya materi dakwah harus tetap fundamental, walaupun harus di sampaikan dengan metode-metode yang berfariasi, sistim yang proporsional dan teknis yang relefan dan ideal. Abu Zahrah mengatakan, “Sesungguhnya dakwah Islam itu terdiri atas materi dan dalil-dalilnya yaitu sebagai berikut: 1. Akidah Islamiyah, yaitu akidah wahdaniyah (mengEsakan Allah). Penjelasannya dapat diambil dalam AlQuran dan keterangan
Asma al-Husna atau sifat Allah
yang Maha Tinggi. 2. Percaya
kepada
Al-Quran
,bahwa
Al-Quran
itu
diturunkan dari Allah dan dapat melumpuhkan bangsa Arab untuk membuat yang serupa . 3. Mereka memiliki hadis-hadis yang
memang dapat
menumbuhkan semangat takwa kepada lubuk hati dan
20
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya : Indah, 1993) h. 36
13
menyentuh jiwa kemudian mengajarkan kepada mereka tentang perjalanan hidup Muhammad Rasulullah . 4. Mengesahkan
perjalanan hidup Muhammad yang suci
dan melaksanakan berbagai segi yang menunjukan bahwa Muhammad itu benar dan dapat dipercaya dan mempunyai ahlak yang mulia . 5. Menjelaskan tujuan Islam bagi indifidu dan masyarakat dengan
prinsip
menjelaskan
menghormati
secara
rinci
manusia
sedangkan
hal
hanya
itu Allah
sematalah yang dapat memberikan petunjuk kepada pesamaan konsepsi hidup.21 4. Metode Dakwah Kata metode sering dipakai dalam bahasa Indonesia yang dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, “metode ialah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mendapatkan maksud cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan “.22 Akan tetapi
yang dimaksud dengan metode disini adalah
metode dakwah, yakni sebuah cara menyampaikan ide kepada orang lain dengan tujuan perubahan sikap atau tingkah laku
21 Abu Zahrah, Dakwah Islamiyah, (Bandung : Remaja RosdaKarya, 1994), h. 159-161 22 Depdikbud R.I, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 915
14
sehingga yang diajak mau mengikuti dan melaksanakan apa yang disampaikan oleh seorang da’i. Dalam surat An-Nahal ayat 125 berbunyi:
* J "%9,
5:
,>
:
I 3 7; D +
7; I8
I
61
5
5
61 '* 5 D4 ) !
Artinya : Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan jalan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.23 Dari ayat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode dakwah adalah : a. Hikmah (kebijaksanaan) yaitu perkataan yang benar lurus, yang disertai dengan dalil-dalil yang menyatakan kebenaran dan menghilangkan keragu-raguan. Dalam artikata
dakwah
hendaklah
kemampuan dan tingkat
disesuaikan
dengan
berfikir masyarakat yang
hendak kita dakwahi. Tidak membebani mereka, tidak menakuti mereka akan tetapi dapat menghibur dan menyejukan hati mereka serta dapat memecahkan dan dapat
mencari
jalan
keluar
dari
kesulita-kesulitan
mereka, bukan sebaliknya. Dengan demikian dakwah yang dilakukan dengan cara paksaan, kekerasan dan tindakan-tindakan yang tak mengenal prikemanusiaan 23
Depertemen Agama , op.cit., h. 421
15
pada hakekatnya bukan dakwah. Hal semacam ini bertentangan dengan ayat tersebut di atas. Sedangkan pengertian hikmah dalam da’i sangat luas mencakup segala taktik, cara, sistim, strategi dan sebagainya yang dilakukan oleh pelaku dakwah sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi di mana dan kapan saja. b. Mau’izatil Hasanah, metode ini sasarannya adalah orangorang yang awam atau orang yang kebanyakan. Maka dikehendaki dalam merencanakan materi dakwah harus sesuai dengan daya tangkap mereka dihadapan mereka. Tidak pada tempatnya apabila diucapkan kata-kata yang sulit dimengerti seperti banyak menggunakan istilahistilah asing, dan kalaupun terpaksa menyebutkanya harus di jelaskan dengan baik begitu juga dalil-dalil yang dikemukakan hendaklah banyak mengetuk bathiniah atau keyakinan, sehingga bisa mendatangkan kelegaan terhadap jiwa mereka. Sebab tujuan dakwah yang utama adalah perobahan sikap, pikiran dan bagaimana mereka supaya menjalankan syariat Islam dengan penuh rasa tanggung jawab yang timbul dari hati nurani yang penuh ikhlas untuk melaksanakannya. c. Mujadallah, yaitu perdebatan-perdepatan yang lebih baik, sesuai dengan nalar mereka, dengan mengadakan dialog,
16
diskusi-diskusi tentang sesuatu yang dapat dimengerti dan dipahami oleh mereka dengan penuh keakraban dan kasih
sayang
terhadap
mereka,
mendorong
untuk
berpikir sehat. Metode ini biasanya dipergunakan untuk golongan cerdik dan cendikiawan yang cinta akan kebenaran dan dapat berfikir secara kritis, cepat dan dapat menangkap dasar
pendapat
arti persoalan. Inilah yang menjadi yang
mengatakan
hukumnya fardhu kifayah.
bahwa
dakwah
Karena dakwah kepada
golongan ini memerlukan keterampilan khusus .
24
Dengan demikian apabila para da’i berpegang kepada tuntunan Al-Quran sebagaimana dalam surat An-Nahal ayat 125, dapat diharapkan dakwah akan mencapai sasaran. Dengan demikian dakwah dapat menjadi obat penyejuk hati, pelipur lara dan menawar dahaga. Sepanjang
uraian
dari
bahasan
di
atas
yang
perlu
diperhatikan oleh juru dakwah atau da’i adalah bagaimana dakwah yang hendak disampaikan itu dalam cara penyampaian yang sesuai dengan kemampuan akal si penerima dakwah itu sendiri. Ada kalanya pola berfikir masyarakat sangat dipengaruhi pula oleh latar belakang ekonominya, sosial budaya, pengalaman
24 Muhammad Natsir, Fiqhud Dakwah (Jakarta : Dewan Dakwah Islamiyah, 1978) h. 162
17
hidup mereka dan lain sebagainya, untuk itu
Nabi Muhammad
memberikan petunjuk umum dalam sabda beliau:
Artinya : Berbicaralah dengan manusia menurut kadar (kecerdasan) mereka masing-masing.25 Maka
dari
hadis
tersebut
di
atas
Rasulullah
akal SAW,
memberikan tuntunan agar dalam menyampaikan informasi, ide, gagasan terhadap suatu pesan yang disampaikan di tengah masyarakat. Maka kegiatan dakwah melalui tulisan harus juga disesuaikan dengan tingkatan akal atau
kecerdasan mad’u
tersebut supaya penyampaian dakwah itu dapat di mengerti dan dipahami oleh mad’u.
25
Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, Jus III, h. 54