Resume 4_lembaga Kemasyarakatan_adisty Meutia Firdausi_200110180281.pdf

  • Uploaded by: Mustika
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Resume 4_lembaga Kemasyarakatan_adisty Meutia Firdausi_200110180281.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 939
  • Pages: 7
TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI RESUME IV “Lembaga Kemasyarakatan (Lembaga Sosial)”

Adisty Meutia Firdausi 200110180281

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJDJARAN SUMEDANG

A. Pengantar Lembaga kemasyarakatan dalam bahasa asing adalah social-instution. Istilah yang diusulkan sebagai kearifan lokal dari social-instution adalah lembaga kemasyarakatan karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk dan memiliki pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma yang mencirikan lembaga tersebut. Di samping itu, istilah lembaga sosial juga sering dipakai beberapa orang. Terdapat norma-norma yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Norma tersebut jika diimplementasikan dalam kehidupan manusia maka dinamakan organisasi sosial. Di dalam perkembangan selanjutnya norma tersebut terbentuk beberapa kelompok sesuai kebutuhan manusia. Lembaga kemasyarakatan biasanya memberikan suatu batasan karena lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud konkret dari lembaga kemsyarakatan adalah asosiasi. Fungsi dari lembaga kemasyarakatan sendiri adalah: a. Pedoman dalam bertingkah laku dalam menghadapi masalah yang terjadi di masyarakat yang terutama menyangkut kebutuhan pokok; b. Menjaga keutuhan masyarakat; c. Merupakan pedoman sistem pengendalian di masyarakat. B. Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan 1. Norma-norma Masyarakat Agar hubungan antarmanusia di masyarakat berjalan seperti yang diharapkan, norma-norma masyarakat harus diterapkan. Awalnya hanya sebuah ketidak sengajaan, namun seiring berjalannya waktu norma tersebut dilakukan secara sadar. Norma

masyarakat memiliki kekuatan mengikat, ada yang lemah, kuat, hingga tidak ada masyarakat yang berani melanggarnya. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat pada norma-norma tersebut, secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian, yaitu: 1) Cara (usage), menonjol pada hubungan antarindividualis masyarakat. Jika menyimpang, tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat. 2) Kebiasaan (folkways), mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada cara, kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dealam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. 3) Tata kelakuan (mores) mencerminkan sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawasan, secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakukan memberikan batas-batas dan mengharuskan anggota masyarakat tersebut menyesuaikan dirinya. 4) Adat istiadat (custom) merupakan tingkatan lebih tinggi dari tata kelakuan, biasanya orang yang melakukan pelanggarakan akan langsung dikeluarkan dari masyarakat . Norma-norma tersebut jika sudah mengalami suatu proses, maka akan berakhir menjadi lembaga kemasyarakatan. Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai peraturan apabila norma-norma tersebut membatasi dan mengatur perilaku orangorang. 2. Sistem Pengendalian Sosial (Social Control) Pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat atau untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan. Menurut sifatnya, pengendalian bersifat preventif dan represif. Preventif adalah usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangg

uan pada keserasian dan represif adalah gerakan yang dilakukan untuk mengembalikan keserasian jika terjadi gangguan. Paksaan lebih sering diperlukan dalam masyarakat yang berubah karena di dalam keadaan seperti itu, pengendalian sosial juga berfungsi untuk membentuk kaidah-kaidah baru yang menggantikan yang lama karena telah goyah. Namun, caracara kekerasan juga ada batasnya dan tidak selalu diterapkan karena biasanya akan memunculkan reaksi yang negatif. Reaksi negatif akan mencari kesempataan saat agent of control berada dalam keadaan lengah. Dikenal juga beberapa cara lain seperti compulsion, dan pervasion. Setiap masyarakat memerlukan alat-alat yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Perwujudan dari pengendalian sosial pada akhirnya adalah pemidanaan, kompensasi, terapi maupun konsiliasi. Pemidaan adalah suatu larangan yang apabila dilanggar akan mengakibatkan penderitaan. Kompensasi adalah perjanjian di mana ada pihak yang dirugikan dalam prosesnya. Sedikit berbeda, terapi memiliki sifat seperti remedial, bertujuan untuk mengembalikan situasi ke keadaan semula. Dengan adanya norma-norma tersebut, di dalam setiap masyarakat diselenggarakan pengadilan sosial atau social control. Karena apabila kelakukan manusia diatur oleh hukum tertulis atau perundang-undangan, maka pengendalian masyarakat akan menjadi lebih mudah. C. Ciri-ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan Menurut Gillin dan Gillin, lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa ciri umum, yaitu sebagai berikut. 1) Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi yang memiliki pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud dari aktivitas kemasyarakatan beserta hasilnya. 2) Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri semua lembaga kemsyarakatan. 3) Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.

4) Lembaga

kemasyarakatan

mempunyai

alat-alat

perlengkapan

yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan. 5) Lambang biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan. 6) Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis dan tidak tertulis. D. Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan Masih menurut Gillin dan Gillin, lembaga-lembaga kemasyarakatan tadi dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1) Cresive institutions dan enacted institutions merupakan tipe lembaga dari segi sudut perkembangannya. Misal, hak milik, perkawinan, agama dsb. 2) Basic institutions dan subsdiary institutions jika dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. 3) Approved dan social sanctioned institutions dari sudut penerimaan masyarakat. Contohnya adalah sekolah dan kelompok penjahat. 4) Perbedaan antara general institutions dan restricted institutions timbuh apabila klasifikasinya didasari oleh faktor penyebarannya. Jika agama termasuk dalam general, maka Islam, Katolik dan sebagainya merupakan restricted. 5) Berdasarkan fungsinya, ada perbedaan pada operative institutions dan regulative institutions, operative berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga. Regulative bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakkan yang berasa di kebiasaan lembaga itu sendiri. E. Cara-cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan 1) Analisis historis; 2) Analisis komparatif 3) Analisis fungsional antara lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

F. Conformity dan Deviation Masalah yang erat hubungannya dengan pengendalian sosial adalah conformity, yaitu penyesuaian diri pada norma-norma dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Sedangkan deviation berarti penyimpangan terhadap norma-norma dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Bogardus, E. S. (1945). Sosiology. Dalam S. Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (hal. 4). New York: The Macmillan Company. Gillin. (2013). Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial. Dalam a. r. Gilin Cultural Sociology, Sosiologi Suatu Pengantar (hal. 55). Depok: Rajawali Pers. Kimball Young, R. W. (1959). Sociology and Social Life. New york: American Book Company. Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Depok: Rajawali Pers.

Related Documents


More Documents from ""