Respiratory Distress Syndrom

  • Uploaded by: Ayu Olivia Nur
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Respiratory Distress Syndrom as PDF for free.

More details

  • Words: 1,461
  • Pages: 25
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM 1. 2.

3. 4.

Ayu Lifia N.K Feviana V. Q Putria Mutia S Refa Arinda P

(22165007A) (22165008A) (22165010A) (22165012A)

DEFINISI RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan yang terdiri atas gejala dispneu, pernafasan cepat lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih pada saat ekspirasi; terdapat retraksi pada suprasternal, interkostal dan epigastrium. Pada penyakit ini terjadi perubahan paru yaitu berupa pembentukan jaringan hialin pada membran paru yang rusak. Kerusakan pada paru timbul akibat kekurangan komponen surfaktan pulmonal. Surfaktan adalah suatu zat aktif yang memberikan pelumasan pada ruang antar alveoli sehingga dapat mencegah pergesekan dan timbulnya kerusakan pada alveoli yang selanjutnya akan mencegah terjadinya kolaps paru. (Yuliani, 2001)

Macam Respiratory Distress Syndrome

RDS pada dewasa atau Acute RDS (dulu Adult RDS)  RDS pada bayi baru lahir atau Hyaline membrane disease 

Acute Respiratory Distress Syndrome 







Cedera akut dan parah pada sebagian besar atau kedua belah paru Ditandai dengan kegagalan pernafasan dan pasien sering membutuhkan bantuan ventilasi Tidak spesifik, tapi parah dan umumnya berkaitan dengan kondisi patologis lain seperti pneumonia, shock, sepsis, trauma, dll. Dikenal istilah : ALI (acute lung injury) yaitu lebih ringan daripada ARDS, bisa berkembang/tidak menjadi ARDS

Terapi ARDS Tujuan terapi dari terapi ARDS :  Tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan sehingga umumnya bersifat suportif  Terapi berfokus untuk memelihara oksigenasi dan perfusi jaringan yang adekuat  Mencegah komplikasi nosokomial (kaitannya dengan infeksi)

Pada bayi premature  organ paru-paru belum matang/sempurna  produksi surfaktan oleh paru-paru juga belum memadai  memicu gagal nafas RDS DISEBABKAN OLEH STRUKTUR PARU-PARU IMATUR DAN DEFISIENSI SURFAKTAN

ETIOLOGI 





RDS terjadi pada bayi prematur karena kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS: 1. Prematur 2. Asfiksia perinatal. 3. Maternal diabetes 4. Secsiocaesaria.



Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.

FUNGSI SURFAKTAN: 1. Menurunkan tegangan permukaan cairan yang melapisi alveoli

2. Memfasilitasi pembersihan cairan paru 3. Mencegah edema paru (mempertahankan integritas struktur alveoli) 4. Menstabilkan alveoli selama aerasi (mendukung ekspansi paru-paru selama inspirasi) 5. Mencegah kerusakan alveoli dan hilangnya volume paru-paru pada akhir respirasi

GAMBARAN KLINIS:

PATOFISIOLOGI 





Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun, pernafasan menjadi berat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).

PATHWAY

FAKTOR RESIKO  



 

Bayi lahir prematur PROM (Premature Rupture of Membranes) Riwayat keluarga (saudara laki-laki atau perempuan mengalami RDS) Diabetes gestasional Melahirkan secara sesar/induksi persalinan

  

sebelum waktunya Infeksi maternal-fetal Jenis kelamin pria BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

DIAGNOSA Sekumpulan temuan klinis, seperti adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membrane  Radiologis  Histologis yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit mengembang serta tidak menyisakan udara di antara usaha napas 

PENUNJANG DIAGNOSTIK 





 

Seri rontgen dada  untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diafragma dengan overdistensi duktus alveolar. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas. Data laboratorium  membantu menyingkirkan infeksi sebagai penyebab masalah pernafasan. Profil paru  untuk menentukan maturasi paru Analisa gas darah  PaO2 >50 mmHg, PaCO2 >60 mmHg, SaO2 92% – 94%, pH darah 7,31 – 7,45

KRITERIA DIAGNOSIS RDS: 1.

2.

Tekanan parsial oksigen (PaO2) <50 mmHg dan sianosis sentral pada keadaan udara ruangan. Dalam hal ini, bayi membutuhkan suplementasi oksigen untuk menjaga agar PaO2 berada pada tekanan >50 mmHg, atau untuk menjaga agar saturasi oksigen (SaO2) 85% atau lebih. Gambaran radiografi toraks dalam 24 jam usia bayi berupa pola retikulogranular pada lapangan paru dengan atau tanpa adanya air bronchogram.

KLASIFIKASI RDS: Respiratory distress syndrome dapat diklasifikasikan menurut gambaran radiologis:  Derajat 1: Gambaran opasitas retikulogranuler  Derajat 2: Seperti gambaran derajat 1 dengan air bronchogram (bronkus besar tidak kolaps)  Derajat 3: Seperti gambaran derajat 2 dengan batas jantung dan diafragma tidak jelas  Derajat 4: White lung: opasitas paru homogen

TINDAKAN PENCEGAHAN Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi. Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:  Mencegah kelahiran < bulan (premature).  Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.  Managemen yang tepat.  Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.  Optimalisasi kesehatan ibu hamil.  Kortikosteroid pada kehamilan. 

PENATALAKSANAAN 











Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara meletakkan bayi dalam incubator. Kelembapan ruangan juga harus adekuat. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati , karena pemberian oksigen yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti fobrosis paru,dan kerusakan retina. Dapat dicegah dengan diikuti pemeriksaan analisa gas darah arteri.

Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis metabolic, harus segera diatasi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena yang berguna untuk mempertahankan agar pH darah 7,35-7,45. Bila tidak ada fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah, NaHCO3 dapat diberi langsung melalui tetesan dengan menggunakan campuran larutan glukosa 5-10% dan NaHCO3 1,5% dalam perbandinagn 4: 1.

Pemberian antibiotic. bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kgBB/hari atau ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan eksogen (surfaktan dari luar). Obat ini sangat efektif tapi biayanya sangat mahal.

FARMAKOLOGI RDS 1. Continuous positive airway pressure (CPAP) 



Sebagai upaya primer dalam bantuan respirasi sudah banyak digunakan untuk menghindari intubasi (tindakan medis memasukkan alat berupa tabung/pipa khusus melalui mulut/hidung untuk menghubungkan udara luar dengan paru-paru) pada ruang bersalin. Pada bayi dengan usia gestasi <29 minggu, pemberian CPAP dini dapat mengurangi kebutuhan ventilator dan menurunkan mortalitas atau insidens BPD (bronchopulmonary dysplasia). Namun, banyak di antara bayi tersebut pada akhirnya memerlukan intubasi dan pemberian surfaktan bayi dengan defisiensi surfaktan

2. SURFAKTAN SINTETIK 







Surfaktan sintetik yang mengandung analog protein polipeptida atau rekombinan protein C surfaktan manusia, salah satunya adalah Lucinactant. SELECT trial membandingkan protein sintetik Lucinactant dosis 175 mg fosfolipid dengan surfaktan natural yaitu Beractant (ekstrak paru bovine + DPPC, asam palmitat, tripalmitin) dosis 100 mg fosfolipid pada 1295 bayi prematur. Hasilnya lucinactant menghasilkan angka mortalitas yang lebih rendah pada hari ke-14 dibandingkan dengan beractant (4,7 vs 10,5%). Kematian atau kejadian BPD pada usia 36 minggu serupa pada kedua kelompok. Disimpulkan bahwa lucinactant memiliki efikasi klinis serupa dengan preparat surfaktan natural.

3. TERAPI LAIN  

 





Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan cairan paru. Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen Metilsantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik. Inhalasi NO2 dan vasodilator lain ¾ kortikosteroid (masih kontroversial). Ketoconazole: inhibitor poten untuk sintesis tromboksan dan menghambat biosintesis leukotrienes sehingga mungkin bisa digunakan untuk mencegah ARDS.

NON FARMAKOLOGI RDS Penggunaan ventilasi mekanis invasif Prinsip penggunaan ventilator meliputi volume tidal rendah (4-6 ml/kgBB) dan PEEP yang adekuat, kedua pengaturan ini dimaksudkan untuk memberikan oksigenasi adekuat (PaO2 > 60 mmHg) dengan tingkat FiO2 aman, menghindari barotrauma (tekanan saluran napas <35cmH2O atau dibawah titik refleksi) dan menyesuaikan rasio inspirasi : ekspirasi.  Pemberian surfaktan tidak dianjurkan secara rutin 

EVALUASI RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME Keterangan: •Skor < 4 : Tidak ada gawat nafas. •Skor 4-7 nafas.

:

Gawat

•Skor > 7 : Ancaman gagal nafas. Pemeriksaan gas darah harus dilakukan

Related Documents


More Documents from "broncis"