Republika 14sept09 F 22 Gempa Hidup Di Negeri Sejuta Gempa

  • Uploaded by: lp3y.org
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Republika 14sept09 F 22 Gempa Hidup Di Negeri Sejuta Gempa as PDF for free.

More details

  • Words: 1,141
  • Pages: 3
Republika Online - HIDUP DI NEGERI SEJUTA GEMPA

Page 1 of 3

Senin, 14 September 2009 pukul 01:36:00

HIDUP DI NEGERI SEJUTA GEMPA Sebagian besar wilayah Indonesia juga dilalui jalur cincin api Pasifik. Jalur ini memiliki ratusan gunung vulkanik dan merupakan rumah dari sebagian besar gunung vulkanik aktif di dunia. Jakarta dan sekitarnya, Rabu (2/9) siang itu tiba-tiba bergetar dan mengagetkan jutaan warga yang tengah asik bekerja dan beraktivitas. Di Gedung Bareskrim Mabes Polri, gempa itu membuat ratusan pegawai dan petugas kepolisian panik dan berhamburan ke luar. Di Gedung DPR, getaran gempa juga membuat ratusan anggota DPR dan DPD lari tunggang-langgang menyelamatkan diri ke luar, meski tengah membahas sejumlah materi undang-undang. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) langsung menayangkan pengumuman gempa di beberapa televisi. Gempa berkekuatan 7,3 pada Skala Richter diumumkan baru saja terjadi di laut berjarak 142 KM barat daya Tasikmalaya, Jawa Barat, dengan kedalaman 30 km. BMKG juga memperingatkan kemungkinan terjadinya bencana Tsunami. Setelah sekitar 10 menit berlalu, pengumuman BMKG dihentikan karena kekhawatiran bencana Tsunami tidak terbukti. Di sejumlah daerah di Jawa Barat, gempa ternyata menyebabkan 79 warga tewas. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa pukul 13.00 WIB, puluhan korban tewas itu tersebar di Cianjur, Garut, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Bogor, dan Ciamis. Sementara itu, korban hilang akibat tertimbun longsor di Kabupaten Ciamis diperkirakan sebanyak 21 orang. Total korban luka mencapai 1.254 orang dan warga Jawa Barat yang mengungsi tercatat sebanyak 210.292 orang. Jumlah pengungsi terbanyak berasal dari Tasikmalaya dengan 142.577 jiwa. Besarnya getaran gempa Tasikmalaya menyebabkan sejumlah gedung di Jakarta mengalami kerusakan. Dari pantauan Republika, beberapa gedung yang mengalami kerusakan, seperti Wisma Antara, Jakarta Pusat, yang retak pada tulang betonnya. Lalu, Gedung Indosat, Jakpus, retak di tangga daruratnya dan kaca pecah. Begitu pula, Gedung Cyber Mampang retak tangga daruratnya. Gedung Bumikarsa Departemen Perhubungan retak temboknya. Bangkok Bank pun kacanya pecah. Lalu, beberapa ubin di lantai satu Plaza retak. Gedung Rektorat Universitas Indonesia (UI) di Depok juga mengalami retak akibat getaran gempa. Sehari setelah gempa, Pemprov DKI Jakarta menjamin gedung-gedung bertingkat di Ibu Kota relatif aman dari guncangan gempa. Pemerintah setempat menjamin sekitar 700 bangunan tinggi di Jakarta bakal aman dari guncangan gempa, lantaran telah memenuhi berbagai syarat awal perizinan bangunan bertingkat, salah satunya yaitu konstruksinya harus bisa menahan 10-20 persen guncangan. Menurut Pemerhati Gempa dari Universitas Indonesia (UI), Supriatna, sejak dulu, Indonesia memang merupakan daerah gempa. Meski memang frekuensi terjadinya gempa dalam beberapa tahun terakhir, memang lebih banyak dibandingkan ratusan tahun lalu. Hal itu disebabkan lebih besarnya pergerakan dan pertemuan tiga lempengan dibandingkan masa lalu. Ketiga lempengan adalah lempengan Australia, Asia, dan Pasifik. Sementara, pusat pertemuan tiga lempengan yang cukup berbahaya ada di Kepulauan Banggai, Sulawesi

http://www.republika.co.id/koran/0/76190/HIDUP_DI_NEGERI_SEJUTA_GEMPA

9/15/2009

Republika Online - HIDUP DI NEGERI SEJUTA GEMPA

Page 2 of 3

Tengah. ''Dulu lempengan mungkin hanya bergerak dua hingga tiga sentimeter, sekarang lebih dari itu. Lempeng Australia bergerak ke utara Asia,'' katanya. Sebagian besar wilayah Indonesia juga dilalui jalur cincin api Pasifik (Pacific ring of fire). Jalur ini memiliki ratusan gunung vulkanik dan merupakan rumah dari sebagian besar gunung vulkanik aktif di dunia. Wilayah dilalui jalur ini seringkali gempa terjadi. Supriatna menyebutkan, hanya wilayah Kalimantan yang cenderung aman dari ancaman gempa. Hal itu karena memang tidak ada patahan lempengan sehingga kemungkinan gempa terjadi menjadi kecil. Hal itu terutama di Kalimantan Timur, Barat, dan Tengah. Selain itu, berdasarkan penelitian dilakukan Supriatna di Sukabumi periode 1997-2007, ia mencatat 10 ribu kali gempa terjadi. Puluhan ribu gempa itu berkekuatan 2-6,5 SR. Bila dihitung secara matematis, di Sukabumi gempa bisa terjadi dua hingga tiga kali setiap hari. ''Ini kan berarti setiap hari selalu ada gempa di Indonesia,'' kata dosen Geologi dan Sistem Informasi Geografi ini. Menurut Supriatna, sebagian besar gempa terjadi di laut dan bukan daratan. Hal itu dinilai lebih baik karena gempa di daratan memiliki daya rusak jauh lebih kuat. Kondisi berbeda terjadi bila gempa terjadi di laut di mana getaran diredam oleh air. ''Beberapa kali memang ada gempa 6,4 SR di permukaan tanah, seperti di Cisaat pada 2002. Banyak rumah yang rusak parah. Lalu, pada 1982, di daerah dekat Cimandiri Pelabuhan Ratu Sukabumi juga ada gempa di daratan 6,3 SR,'' ujarnya. Mengenai kekuatan gempa, Supriatna menyebutkan, hal tersebut terkategorisasi dalam hitungan Richter. Gempa berpotensi merusak bila memiliki kekuatan di atas 5 SR. Di bawah itu, gempa cenderung hanya berpotensi memberi getaran tanpa menyebabkan kerusakan signifikan. Sementara itu, gempa dikatakan berkekuatan sangat tinggi bila mencapai 9-10 SR. Gempa juga berpotensi memiliki daya rusak lebih besar bila terjadi di laut, dengan kedalaman mendekati permukaan sekitar kurang dari 30 km. Hal itu karena daya redam air laut menjadi lebih lemah dibandingkan bila gempa terjadi di kedalaman lebih dari 30 km. Dari 17 Agustus-9 September 2009, BMKG mencatat telah terjadi 60 kali gempa berkuatan sama atau di atas 5 SR di Indonesia. Dari 60 gempa itu, sebagian besar pulau di Indonesia terkena. Di laut Sumatra, gempa terjadi sebanyak 29 kali. Belasan gempa terjadi di Provinsi NAD, dekat Sinabang dan Banda Aceh sebanyak tiga kali, Provinsi Sumbar dekat Padang, Painan, dan Mentawai 21 kali, dan Provinsi Sumut, dekat Tanah Bala, Gunung Sitoli, dan Sibolga lima kali. Selain itu, tiga kali gempa terjadi di Mukomuko dan Bintuhan Provinsi Bengkulu. Di laut Jawa, empat gempa terjadi di Provinsi Jawa Barat, yakni tiga di Tasikmalaya dan satu di Ujung Kulon. Selain itu, di Provinsi DIY, gempa terjadi di Tenggara Wonosari pada 7 September lalu dengan kekuatan 6,8 SR. Mengenai gempa di Jepang, menurut Supriatna, kekuatan gempa di Indonesia tidak kalah. Namun, dampak kerusakan di Indonesia memang lebih rendah dibandingkan negeri sakura itu. Hal itu karena Indonesia memiliki banyak gunung vulkanik dibandingkan Jepang. Saat gempa terjadi, getaran tidak terlalu kuat karena daya dorong magma ke atas permukaan terdistribusi ke gunung vulkanik. ''Untungnya kita punya gunung api yang menjadi peredam gempa tektonik,'' katanya. Berdasarkan data Lembaga Survei Geologi AS, gempa terjadi di Jepang memiliki daya getar atau Skala Richter lebih kecil dibandingkan gempa yang pernah terjadi di Indonesia. Dalam daftar 14 gempa terbesar di dunia sejak 1900 hingga tahun lalu, tiga gempa di Indonesia menempati posisi tiga, tujuh, dan 10. Ketiganya terjadi di laut dekat wilayah Sumatra Utara pada 2004, 2005, dan 2007. Kekuatan ketiganya terkategori gempa berkekuatan tinggi, yakni 9,1 SR, 8,6 SR, dan 8,5 SR.

http://www.republika.co.id/koran/0/76190/HIDUP_DI_NEGERI_SEJUTA_GEMPA

9/15/2009

Republika Online - HIDUP DI NEGERI SEJUTA GEMPA

Page 3 of 3

Gempa terbesar di Jepang hanya terjadi pada 1963 di Kepulauan Kuril dengan kekuatan 8,5 SR. Gempa ini menempati urutan paling belakang dari 14 gempa terbesar di dunia sejak 1900. Kepulauan Kuril sempat menjadi perebutan antara Rusia dan Jepang. Dari 56 pulau, sebagian besar pulau di Kepulauan Kuril dimiliki Rusia dan empat dimiliki Jepang. Sementara, gempa terbesar di dunia terjadi di Chili pada 1960 berkekuatan 9,5 SR. Menurut Supriatna, berdasarkan sejumlah fakta historis dan objektif, pemerintah harus menyadari Indonesia merupakan negara gempa. Karena itu, pemerintah harus melakukan sejumlah pencegahan dan sosialisasi kepada masyarakat sejak dini. bachrul ilmi

http://www.republika.co.id/koran/0/76190/HIDUP_DI_NEGERI_SEJUTA_GEMPA

9/15/2009

Related Documents