RENCANA PENELITIAN TINDAKAN KELAS Ditulis pada 30 Juni 2008 oleh Abdul Majid
A. Judul Penelitian Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Menggunakan Model Examples Non Examples Dengan Pendekatan SAVI di Kelas VII B SMP Negeri 7 Pontianak. B. Latar Belakang Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:3) pasal 1 yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan murid karena salah satu unsur dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang merupakan dua bentuk kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antar satu dengan lainnya. Selain itu sekolah sebagai salah satu unsur dalam dunia pendidikan saat ini sedang mengalami perhatian dari berbagai pihak, karena pendidikan sangat diperlukan oleh masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat kompleks,
dimana pendidikan saat ini terus berbenah diri menemukan cara yang terbaik untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar dalam pengajaran seorang guru dituntut supaya menguasai dan menerapkan berbagai metode pengajaran IPS Ekonomi. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan. Selama ini proses pembelajaran ekonomi yang ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau bahkan ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Misalnya sering guru kecewa melihat hasil ulangan harian yang hanya mendapat daya serap kurang dari 60% atau nilai rata-rata kelas kurang dari 5. Kadang-kadang guru merasa prihatin dan ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan suatu pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah yang berpusat pada siswa yaitu, siswa sebagai subjek pembelajaran yang harus aktif kreatif dan mampu berfikir kritis, dalam hal ini peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator. Guru memiliki peranan penting artinya selain sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa, guru juga
harus bertindak secara profesional. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dasar (kompetensi) antara lain sebagai berikut: Menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mampu mengelola interaksi belajar mengajar, mampu menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran (W. Gulo, 2002:37). IPS Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah menengah pertama. Di kalangan siswa terdapat kecenderungan, bahwa mata pelajaran ini kurang diminati. Padahal mata pelajaran ini termasuk mata pelajaran yang di-Ebtanaskan. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran ini, dimungkinkan karena kurangnya upaya guru untuk mengingkatkan kreatifitas belajar siswa. Kebanyakan guru masih dominan menggunakan metode ceramah dalam mengajar sehingga tidak terciptanya proses pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi, yang dapat menambah semangat belajar siswa. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar kurang menarik dan membosankan karena siswa tidak dirangsang atau ditantang untuk belajar dan berfikir kreatif. Dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar para siswa, idealnya para guru IPS-Ekonomi dituntut untuk memiliki kemampuan: 1. Memanfaatkan berbagai sumber belajar. 2. Memahami cara berpikir siswa. 3. Memahami cara siswa belajar. 4. Memilih dan menggunakan media secara tepat. 5. Memilih dan menggunakan metode secara tepat. 6. Menguasai bahan/materi pelajaran yang disampaikan kepada para siswa, (Depdikbud : 199
Seperti penjelasan di atas, yaitu di dalam pembelajaran mata pelajaran IPSEkonomi umumnya para guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa jadi pasif dan kemampuan berpikirnya tidak berkembang secara baik. Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah pertama IPS Ekonomi memiliki tujuan. Adapun tujuan mata pelajaran IPS Ekonomi di sekolah menengah pertama adalah sebagai berikut: 1. Mampu menghadapi fakta dan peristiwa ekonomi dilingkungannya. 2. Mampu berfikir kritis dan menggunakan atau menerapkan beberapa pengertian ekonomi dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan diatas, salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah proses belajar mengajar yang terjadi dalam kelas. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memper suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2). Proses belajar dapat dirinci kedalam beberapa prinsip dasar. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, kita akan dapat memiliki arah dan pedoman yang jelas dan relalif mudah sehingga lebih cepat berhasil dalam belajar serta akan menentukan metode belajar yang efektif. Menurut Thursan Hakim (2000:2) adapun prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai berikut: 1. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas. 2. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis. 3. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan hafalan. 4. Belajar merupakan proses yang kontinyu. 5. Belajar memerlukan kemauan yang kuat. 6. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor. 7. Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil dari pada belajar secara terbagibagi. 8. Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
9. Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan murid. 10. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri. Sedangkan mengajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyampaian materi kepada para siswa agar siswa tersebut menjadi tahu dan paham dengan menggunakan berbagai teknik dan pendekatan pembelajaran. Agar proses dan pencapaian hasil belajar dapat efesien dalam penggunaan waktu, terarah, tercapainya tujuan yang telah ditetapkan serta terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan siswa dalam belajar tersebut tidaklah mudah, khususnya mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan ekonomi dan pola pikir ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membuat mereka terlibat secara langsung, dan membuat mereka merasakan kegembiraan dalam belajar perlu diciptakan kondisi kelas yang mendukung, dengan setting membuat mereka tetap dalam keadaan belajar. Hal itu dapat terlaksana jika prinsip-prinsip dasar belajar dilaksanakan sepenuhnya. Prinsip-prinsip dasar tersebut antara lain: 1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. 2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi. 3. Kerja sama membantu proses belajar. 4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. 5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik). 6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran. 7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis (Meier, 2000:54-55). Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, diperlukan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang membuat siswa terlibat secara aktif sepenuhnya. Menurut Meier (2000:90) Belajar Berdasar Aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik
ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Pendekatan yang dapat digunakan disini adalah pendekatan SAVI. Menurut Meier (2000:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Unsur-unsur SAVI antara lain: Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar Visual : Belajar dengan mengamati Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan berfikir. Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Misalnya, seorang siswa dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi ia dapat belajar jauh lebih banyak jika dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada (I). Saat ini pelaksanaan pendidikan di sekolah-sekolah telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada (1) Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, dan (2) Permendiknas RI No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. (Badan Standar Nasional Pendidikan: 2006)
SMP Negeri 7 Pontianak merupakan salah satu diantara Sekolah Menengah Pertama Negeri yang ada dikota Pontianak. Saat ini SMP Negeri 7 Pontianak telah menggunakan KTSP khususnya dikelas VII. Dalam Kurikulum yang berlaku di SMP Negeri 7 Pontianak, IPS Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa kelas VII yang diajarkan satu jam pelajaran tiap pertemuan perminggu. Berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran IPS Ekonomi Semester 1 Tahun Ajaran 2006/2007 kelas VII SMP Negeri 7 Pontianak menunjukkan nilai ratarata yang masih rendah, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1: Nilai rata-rata Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS Ekonomi kelas VII Semester 1 SMP Negeri 7 Pontianak Tahun Ajaran 2006/2007. Kelas VII A
Jumlah Siswa 41 Orang
Jumlah Nilai 2.532
Nilai Rata-Rata 61.75
VII B
40 Orang
2.415
60.38
VII C
39 Orang
2.495
63.97
VII D
40 Orang
2.639
65.97
VII E
40 Orang
2.435
60.88
Sumber: Daftar Nilai Guru Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas VII. Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 7 Pontianak sebagian besar menunjukkan hasil yang masih rendah. Nilai rata-rata tertinggi adalah 65.97, sedangkan nilai rata-rata terendah adalah 60.38. Diantara kelas yang ada, kelas VII B adalah kelas yang nilai rata-rata ulangan hariannya paling rendah. Dikarenakan oleh nilai rata-rata ulangan harian dan prestasi belajar paling rendah dibandingkan dengan kelas lainnya, maka penelitian tidakan kelas ini hanya dilakukan dikelas VII B SMP Negeri 7 Pontianak. Berikut ditampilkan nilai ulangan harian mata pelajaran IPS Ekonomi kelas VII B SMP Negeri 7 Pontianak Tahun Ajaran 2006/2007.
Tabel 2: Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS Ekonomi kelas VII B Semester 1 SMP Negeri 7 Pontianak Tahun Ajaran 2006/2007. No 1. Agustina
Nama
Nilai 60
Keterangan Tidak Tuntas
2. Angga Indrawan
50
Tidak Tuntas
3. Aradhea Systia .P
85
Tuntas
4. Arina Milati
60
Tidak Tuntas
5. Defi Hardianti
50
Tidak Tuntas
6. Dian Novita
90
Tuntas
7. Dianita Utami
75
Tuntas
8. Didi Ariyadi
65
Tuntas
9. Eko Saputra
70
Tuntas
10. Eliyani
70
Tuntas
11. Fahru Rozi
65
Tuntas
12. Faisal .P
65
Tuntas
13. Ferdi Nandus Joko
60
Tidak Tuntas
14. Ismaya Dwi .A
60
Tidak Tuntas
15. Jennie Ivana
70
Tuntas
16. Juliadi
40
Tidak Tuntas
17. Lukman Nilhakim
50
Tidak Tuntas
18. Mariana
65
Tuntas
19. Marlina
80
Tuntas
20. Meilina
75
Tuntas
21. M. Reza
40
Tidak Tuntas
22. M. Subhan
40
Tidak Tuntas
23. Myrna H.R
85
Tuntas
24. Nurhasanah
65
Tuntas
25. Nurul Ismia
50
Tidak Tuntas
26. Paril
60
Tidak Tuntas
27. Petrus Kutul
40
Tidak Tuntas
28. Rohmatika
50
Tidak Tuntas
29. Sarah Nur Fadlun
65
Tuntas
30. Sarah Sepmikarlia
40
Tidak Tuntas
31. Satrio Suryo Dwi
55
Tidak Tuntas
32. Septian
50
Tidak Tuntas
33. Shintikhe D.G
85
Tuntas
34. Siti Deviro
60
Tidak Tuntas
35. Susilawati
60
Tidak Tuntas
36. Saiful
40
Tidak Tuntas
37. Tri Hardianti
30
Tidak Tuntas
38. Uswantun Hasanah .O
50
Tidak Tuntas
39. Vivie Febriyanti
80
Tuntas
40. Yuda Rezki .P Jumlah
65 60.38
Tuntas Tidak Tundas
Sumber: Daftar Nilai Guru Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas VII B. Berdasarkan pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa yang memperoleh nilai ≥ 65 (Ketuntasan) berjumlah 18 orang atau mencapai 34.15% dan yang memperoleh nilai ≤ 65 (Tidak Tuntas) berjumlah 22 orang atau mencapai 61,85%. Maka nilai rata-rata kelas VII B adalah 60.38 dan belum mencapai ketuntasan Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 5 Februari 2007 dengan guru mata pelajaran IPS Ekonomi kelas VII B (Maskartini. S.pd) di SMP Negeri 7 Pontinak, rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar, kurangnya minat terhadap bahan pelajaran, kurangnya keaktifan siswa serta kurangnya media atau sumber pembelajaran berupa buku paket sehingga menyebabkan siswa bergantung kepada guru sehingga siswa belum dapat belajar secara mandiri dan yang disediakan hanyalah berupa LKS yang didalamnya hanya tertera ringkasan materi dalam skala kecil. Serta dalam kegiatan mengajar guru cenderung menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar. Penggunaan pendekatan SAVI khususnya dalam mata pelajaran IPS Ekonomi, diharapkan siswa dapat lebih berkonsentrasi dan belajar aktif dalam proses pembelajaran, menambah minat siswa didalam belajar, meningkatkan kreatifitas siswa, siswa mampu memahami fakta dan peristiwa ekonomi dilingkungannya serta mampu berfikir kritis dan menggunakan atau menerapkan
beberapa pengertian ekonomi dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPS Ekonomi untuk Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas mengenai ” Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Menggunakan Model Examples Non Examples Dengan Pendekatan SAVI di Kelas VII B SMP Negeri 7 Pontianak”. C. Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi masalah umum dalam penelitian ini adalah ”Apakah dengan menggunakan pendekatan SAVI hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Ekonomi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Pontianak dapat ditingkatkan?”. Adapun sub-sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar. 2. Kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar. 3. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar. 4. Kurangnya media atau sumber pembelajaran berupa buku paket. 5. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. D. Cara Pemecahan Masalah Sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 7 Pontianak dalam pembelajaran IPS Ekonomi adalah peneliti memilih beberapa alternatif antara lain: 1. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas melalui pendekatan SAVI.
2. Menyarankan kepada siswa untuk melengkapi buku pelajaran yang diperlukan. 3. Dengan memberikan motivasi, membantu siswa yang kesulitan untuk memahami materi pelajaran dan membantu siswa yang memiliki kesadaran masih rendah dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 4. Memberikan variasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Usaha untuk memecahkan masalah tersebut diatas dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Kolaborasi : Peneliti secara bersama-sama melakukan kegiatan mendiskuksikan hal-hal yang akan dilakukan, utamanya untuk mendalami dan memahami pendekatan SAVI dalam rangka menyiapkan strategi pembelajaran IPS yang sesuai dengan setting kelas yang akan diberi tindakan. 2. Brainstorming : Anggota tim melakukan musyawarah untuk menyusun skenario tindakan yang perlu disiapkan dalam proses pembelajaran dikelas. 3. Observing : Anggota tim peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap jalannya pemberian tindakan yang dilakukan oleh guru berdasarkan skenario yang telah disiapkan. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk
memperoleh
informasi
keberhasilan
maupun kegagalan dan penyebabnya. 4. Refleksi : Anggota tim peneliti melakukan diskusi bersama untuk membahas hasil pengamatan. Hasil kegiatan ini akan memberikan manfaat yang berguna dalam menentukan cara pemecahan masalah yang dihadapi dan sekaligus menjadi bahan pertimbangan untuk menyusun rencana tidakan berikutnya. E. Tujuan Penelitian
Setiap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan tentunya harus memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Supaya siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. 2. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. 3. Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa. a. Dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran ekonomi. b. Dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat khususnya dalam pembelajaran ekonomi. 2. Bagi Guru. a. Dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI dalam pembelajaran ekonomi. b. Mampu melakukan penilaian terhadap media yang akan atau yang telah digunakan. 3. Bagi Penulis. a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang pendidikan. b. Jika penulis menjadi seorang guru nantinya, penulis akan lebih mengetahui bahwa dengan menggunakan pendekatan SAVI akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi Lembaga atau Sekolah. a. Memberikan sumbangan pemikiran yang baik dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan upaya meningkatkan hasil belajar siswa. b. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan SAVI dalam kegiatan belajar mengajar. G. Defenisi Operasional Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, maka perlu dibuat penjelasan istilah atau devinisi-devinisi yang di pakai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Aktivitas Belajar Siswa. Aktivitas Belajar Siswa adalah Gerakan yang dilakukan untuk sama-sama aktif ketika belajar dengan memanfaatkan sebanyak mungkin. 2. Mata Pelajaran IPS Ekonomi. Mata Pelajaran IPS Ekonomi dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih menekankan pada cara belajar berfikir sistematis statistik untuk menyusun dan menarik kesimpulan suatu fenomena ekonomi yang data atau faktanya sudah dikumpulkan sebelumnya sebagaimana tercatat dalam Kurikulum Pendidikan Dasar 1994. Mata Pelajaran IPS Ekonomi untuk SLTP dengan tujuan umum sebagai berikut: a. Mampu memahami fakta dan peristiwa ekonomi dilingkungannya. b. Mampu berfikir kritis dan menggunakan atau menerapkan beberapa pengertian ekonomi dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Nasution (1978:1) menyatakan:
”Tiap-tiap mata pelajaran atau disiplin ilmu mempunyai struktur tertentu, struktur tersebut terdiri atas konsep-konsep pokok, bila struktur itu dikuasai maka banyak hal lain yang berhubungan dengan itu dapat dipahami maknanya, memahami struktur akan mempengaruhi cara berfikir seseorang sepanjang hidupnya karena ditransfer ke hal-hal lain”. Sedangkan menurut N. Daljoeni (1999:97) Ekonomi didefinisikan sebagai ”Study pengetahuan yang membahas bagaimana manusia memproduksi, menukarkan dan mendistribusikan sebagai barang dan jasa yang di butuhkan”. Adapun isi mata pelajaran IPS Ekonomi di SLTP dan Petunjuk Teknis Depdikbud (1994:90) meliputi bahan kajian sebagai berikut: a. Faktor dan kenyataan keadaan dan peristiwa ekonomi, misalnya kekayaan alam Indonesia dan jumlah penduduk yang besar yang menguntungkan dan dapat merugikan. b. Pengenalan fakta dan peristiwa ekonomi yang disajikan dengan teori-teori sederhana. c. Masalah-masalah ekonomi didalam masyarakat yang dikaitkan dengan usaha meningkatkan taraf hidup semua warga negara Indonesia. d. Tujuan, proses dan hasil pembangunan nasional. Bahan kajian mata pelajaran IPS Ekonomi tersebut dilakukan secara terpadu dan bertolak dari pemilihan pendekatan, metode media, dan sumbersumber belajar serta alokasi waktu yang tersedia. Hal diatas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Muhammad Ali (1989:29-37) yang menyatakan bahwa: proses pengajaran itu merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan, yakni bertujuan dalam suasana yang menyenangkan peserta didik dan mewujudkan pencapaian hasil belajar yang tinggi. 3. Pendekatan SAVI. Menurut Meier (2000:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan Aktifitas Intelektual
dan
penggunaan
semua
indra
yang dapat
berpengaruh
besar
pada
pembelajaran. H. Kerangka Teori dan Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Teori. a. Penelitian Tindakan Kelas 1) Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebut dengan classroom action research. Penelitian Tindakan Kelas dapat didepenisikan sebagai suatu entuk kajian yang bersifat refleksi oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan-tindakan mereka dlam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan (Stephen Kemmis: 1993:44) Selain itu menurut Rustam Mundilarto, Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. PTK memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Masalah berawal dari guru. b) Tujuannya memperbaiki pembelajaran. c) Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian. d) Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. e) Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, bertujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. PTK itu dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap. Secara singkat dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Merencanakan Melakukan Tindakan
Mengamati Merefleksi
Gambar 1: Kajian Berdaur A Tahap PTK. PTK dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Langkah menemukan masalah dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi. Keempat langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, melakukan tindakan perbaikan, mengamati, dan refleksi merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas
dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua. Keempat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut. GAMBAR SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) R1 L1 L2 M1 L2 R2 M3 R3 M2 Keterangan: M = Merencanakan L = Melaksanakan R = Refleksi
Sumber: Rustam Mundilarto Tahun 2004
Gambar 2: Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas Berdasarkan
gambar
diatas
menunjukkan
bahwa
sebelum
melaksanakan tindakan peneliti terlebih dahulu harus merencanakan secara bersama jenis tindakan yang akan dilakukan, setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan dilakukan, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses penelitian dan berdasarkan hasil, penelilti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang dilakukan. 2) Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Prosedur Kerja Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap-tahap yang ditempuh dalam kegiatan ini terdiri atas: a) Monitoring proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). b) Identifikasi temuan masalah. c) Mendiskusikan cara-cara pemecahan masalah dan menentukan langkah tindakan mengatasinya. d) Rencana tindakan. e) Melakukan observasi pelaksanaan tindakan dan refleksi. Berdasarkan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian tindakan kelas adalah suatu metode yang bertujuan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya agar suatu permasalahan dapat diatasi. b. Metode Examples Non Examples 1) Pengertian Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contohcontoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD. 2) Langkah-Langkah Model Examples Non Examples a).
Guru
mempersiapkan
gambar-gambar
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran. b). Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP. c). Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar. d). Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dan analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. e). Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. f). Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. g). Kesimpulan. 3) Kebaikan dan Kekurangan Model Examples Non Examples a). Kebaikan Model Examples Non Examples - Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar. - Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. - Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. b). Kekurangan Model Examples Non Examples
- Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. - Memakan waktu yang lama. c. Pendekatan SAVI. 1) Pengertian Pendekatan SAVI. Menurut Meier (2000:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Unsur-unsur SAVI, yaitu: Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual : Belajar dengan melihat dan mengamati. Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan berfikir. a) Belajar Somatis ”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma. Menurut Meier (2000:92), belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Namun, dalam pembelajaran di sekolah terdapat pemisahan antara tubuh dan pikiran, sehingga yang berlakuu adalah ”duduk manis, jangan bergerak, dan tutup mulut”, karena menurutnya belajar hanya melibatkan otak saja. Kini, pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami tantangan serius, karena penelitian neurologi menemukan bahwa ”Pikiran
tersebar di seluruh tubuh” atau pada intinya, tubuh adalah pikiran, dan pikiran adalah tubuh. (Meier,2000:93). Jadi, dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar, kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya. b) Belajar Auditori Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam pikiran pmbelajar, dapat dilakukan dengan cara mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Guru dapat menyuruh siswa menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara, membaca dengan keras atau secara dramatis jika mereka mau, ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan
informasi,
membuat
rencana
kerja,
menguasai
keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. c) Belajar Visual Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. (Meier,2000:97). Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. Dan kadang-kadang mereka dapat belajar lebih baik lagi jika mereka
menciptakan peta gagasan, diagram, ikon, dan citra mereka sendiri dari hal yang sedang dipelajari. Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat, adalah meminta mereka mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkan. d) Belajar Intelektual Yang dimaksud dengan Intelektual bukanlah pendekatan belajar yang tanpa emosi, tidak berhubungan, rasionalitas, akademis, dan terkotak-kotak. (Meier,2000:99). Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagaian dari yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. S-A-V-I : Satukanlah Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI dalam satu peristiwa pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I). Atau, mereka dapat memecahakan masalah (I) jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk menghasilkan pictogram atau
pajangan tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan.