Relasi antara Logika dan Bahasa Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat. ‘Berpikir telah kita rumuskan sebagai berbicara dengan diri sendiri di dalam batin’. Sama halnya dengan orang yang berbicara dengan memakai kata-kata. Berpikir itu berlangsung di dalam batin. Orang lain tidak dapat melihat apa yang sedang kita perkirkan. Akan tetapi, bila apa yang kita pikirkan hendak kita beri tahu kepada orang lain, maka isi pikiran itu harus kita nyatakan, kita lahirkan, dan kita ungkapkan. untuk menyatakan isi pikiran itu, ada berbagai jalan: bisa dengan tanda-tanda atau isyarat-isyarat, atau dengan kata-kata. Dan bahasa – baik lisan ataupun tertulis – adalah alat untuk menyatakan isi pikiran itu. Meskipun isi pikiran kita dapat kita ungkapkan melalui kata-kata, akan tetapi terkandang isi pikiraan itu tidak selalu dapat diungkapkan dengan sempurna, ( terkadang isi pikiran kita tidak sejalan dengan apa yang kita ucapkan. Misalnya dalam pikiran kita bermaksud A tapi ketika kita ungkapkan menjadi B, betapa sulit kiat membuat sebuah karangan). Tapi tetap, orang lain tidak akan mengerti apa yang kita pikirkan, rasakan kalau tidak kita katakan, ucapkan dengan perkataan-perkataan tertentu. demikian pula kita yang inginn mengerti apa yang sedang orang lain pikirkan, dan rasakan. Kita harus mengerti tanda-tanda atau perkataan-perkataan yang dipakainya. Jadi antara pemikiran dan bahasa ada suatu hubngan timbal balik. Berpikir dengan jelas dan tepat menuntut kata-kata yang tepat, sebaliknya pemakaian kata-kata tepat dapat sangat menolong kita untuk berpikir dengan ‘lurus’. “dengan bahasa kita dapat mengetahui apa yang ada di dalam pikirkan kita atau orang lain, dengan Berpikir kita dapat menengetahui apa yang di ungkapkan oleh orang lain” atau “Orang lain tidak akan pernah tahu apa yang kita pikirkan, terkecuali kita katakan dan ungkapkan, dan Kita tidak akan pernah mengerti apa yang dipikirkan/dialami/dirasakan orang lain, terkecuali kita Mengerti tanda-tanda dan kata-kata yang dipakanya”