Referensi.doc

  • Uploaded by: Ade Amalia Hidayati
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referensi.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,931
  • Pages: 12
Sumber : https://m.detik.com/news/berita/d-3514154/berkunjung-ke-masjid-agung-banten-lama-yangdidirikan-sultan-maulana Berkunjung ke Masjid Agung Banten Lama yang Didirikan Sultan Maulana Bahtiar Rifa'i - detikNews Berkunjung ke Masjid Agung Banten Lama yang Didirikan Sultan Maulana Foto: Masjid Agung Banten Lama (Bahtiar-detikcom) Serang - Terletak di kelurahan Banten, kecamatan Kasemen, Kota Serang, Masjid Agung Banten Lama didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570) pada tahun 1556. Maulana Hasanuddin merupakan raja pertama yang memerintah Banten dengan corak pemerintahan Islam dan digelari sebagai Panembahan Surosowan.

Sewaktu menjadi raja pertama kerajaan Banten pada 1552, Maulana Hasanuddin kemudian membangun Masjid Agung. Kekuasannya yang bercorak Islam terbentang dari Banten, Jayakarta, Karawang, Lampung, Indrapura sampai ke Solebar waktu itu. Maulana Hasanuddin wafat pada tahun 1570 dan digantikan Maulana Yusuf.

Di komplek masjid, ada menara dengan ketinggian 24 meter dengan lingkaran 20 meter. Arsitek pembangunan masjid ini adalah Lucas Cardeel pada masa pemerintahan Sultan Haji (1672-1687). Di masa sultan Haji ini juga dibangun Tiamah atau bangunan segi empat yang berarsitektur Belanda di bagian selatan. Di bangunan Tiamah ini katanya sering digunakan sebagai tempat musyawarah.

Melihat Masjid Agung Banten Lama yang Didirikan Sultan MaulanaFoto: Masjid Agung Banten Lama (Bahtiar-detikcom)

Sebagaimana bangunan masjid kuno, ada kulah atau kolam yang biasa digunakan sebagai tempat berwudu di depan masjid. Berdasarkan catatan yang menempel di dinding, renovasi terhadap masjid ini pernah dilakukan beberapa kali yaitu pada tahun 1969 oleh Bhakti Siliwangi Korem 64 Maulana Yusuf, pemugaran juga dilakukan pada tahun 1975 atas bantuan Pertamina yang waktu itu dipimpin Ibnu Sutowo, dan rehabilitasi atas bantuan masyarakat pada tahun 1991.

Di komplek masjid ini juga ada makam Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Maulana Muhamnad Nasaruddin, Pangeran Ratu (istri Maulana Hasanuddin), Sultan Abdul Abdul Fadhal dan Sultan Abu Nasir Abdul Kohar atau yang dikenal sebagai Sultan Haji, dan Sultan Abul Mufakhir Muhammad Aliyudin, dan Sultan Ageng Tirtayasa.

Setiap tahunnya, ribuan orang biasanya datang ke masjid Agung Banten untuk melakukan ziarah. Setiap hari libur, para peziarah datang mendoakan Sultan Maulana Hasanuddin atau ke makam-makam di komplek masjid. Khusus di malam Jumat, biasanya akan lebih ramai orang akan datang ke sini.

Pengurus kenadziran Masjid Agung Banten, Tb. Abbas Wasse mengatakan kegiatan di masjid ini relatif sepi bila memasuki bulan puasa. Namun, ketika memasuki bulan sawal, ribuan orang selalu datang untuk berziarah ke makam sultan. Memasuki hari ke-29 di bulan Ramadan, warga juga akan datang ke Masjid Agung karena bertepatan dengan khaul Sultan Maulana Hasanuddin.

"Di situ nanti ada khataman Alquran 30 juz," katanya saat ditemui detikcom, Senin (29/5/2017).

Menurutnya, ada beberapa ciri khas masjid Agung Banten yang memiliki makna tersendiri. Menara yang berada di depan masjid merupakan lambang huruf Alif dengan maksud Islam. Menara itu digunakan pada jaman dahulu sebagai tempat melakukan adzan. Sedangkan tiang yang totalnya ada 24 menandakan satu hari 24 jam.

Melihat Masjid Agung Banten Lama yang Didirikan Sultan MaulanaFoto: Masjid Agung Banten Lama (Bahtiar-detikcom)

Selain itu, masjid Agung Banten juga memiliki pintu yang relatif pendek. Itu menurut Abbas Wasse menandakan siapapun yang masuk ke masjid harus menunduk dan tidak boleh sombong di mata Allah.

"Kalau kita lihat itu pintu masuk masjid, kecil dan pendek, artinya ketika siapapun dia sudah masuk ke depan mesjid tidak melihat pangkat kedudukan, mau dia presiden, jendral dan siapapun," katanya.

Setiap hari, di kenadziran Masjid Agung Banten menyediakan kurang lebih 20 muzawwir atau orang yang membantu berdoa saat berziarah. Masing-masing 10 orang di bagian utara untuk komplek makam Sultan Maulana Hasanuddin dan 10 orang di selatan atau makam Sultan Abul Mufakhir Muhammad Aliyuddin . Sumber : https://travel.kompas.com/read/2017/06/18/040500627/masjid.agung.banten.dan.tradisi.ziarah.makam .sultan.jelang.ramadhan SERANG, KOMPAS.com - Masjid Agung Banten telah menjadi ikon sekaligus destinasi wisata Banten selama bertahun-tahun. Sejarah berdirinya pun cukup panjang hingga sekarang masih tetap berdiri kokoh.

Masjid Agung Banten berada di Kawasan Banten Lama yang berjarak 10 kilometer dari Kota Serang. Tepatnya berada di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, dan dapat ditempuh selama kurang lebih empat jam dari Jakarta melalui Tol Jakarta-Tangerang-Merak. Tim Mudik Gesit pada Sabtu (20/5/2017) berkesempatan untuk mengunjungi dan melihat bagaimana kondisi teraktual masjid yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin sekitar tahun 1552-1570 Masehi.

Bangunan masjidnya memiliki luas mencapai satu hektar, sedangkan luas kompleks masjid adalah dua hektar.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Banten juga menjadi destinasi wisata religi dan histori bagi umat Islam yang datang bukan hanya dari Banten, tetapi juga dari provinsi lainnya.

Di Masjid Agung Banten, pengunjung bisa melakukan berbagai macam kegiatan seperti berziarah, menikmati arsitektur kuno dan unik masjid, serta melihat bukti-bukti bersejarah Kesultanan Banten

Untuk arsitektur, Masjid Agung Banten memiliki keunikan yang terdapat pada puncak atap masjid berupa atap susun lima, mirip dengan pagoda China.

Menurut penuturan Ketua Umum Lembaga Pemangku Adat Kesultanan Banten Tubagus Abbas Wasee, masjid ini dibangun oleh arsitek bernama Raden Sepat dari Majapahit yang telah berpengalaman membangun masjid seperti di Demak dan Cirebon. Selain Raden Sepat, arsitek lainnya yang turut terlibat pada pembangunan Masjid Agung Banten adalah Tjek Ban Tjut, terutama pada bagian tangga masjid dan belakangan atas jasanya tersebut, Tjek Ban Tjut mendapat gelar Pangeran Adiguna dari Kesultanan Banten.

Hal unik lainnya dari Masjid Agung Banten adalah keberadaan menara di sebelah timur masjid. Menara yang terbuat dari batu bata ini memiliki tinggi 24 meter dengan diameter 10 meter di bawahnya.

Untuk mencapai puncak menara, pengunjung harus menaiki 83 anak tangga melalui lorong yang hanya mampu dilewati satu orang.

Dari atas menara tersebut, pengunjung bisa melihat perairan lepas pantai yang hanya berjarak 1,5 kilometer dari lokasi masjid.

Jelang Ramadhan, terdapat ritual ziarah makam para sultan dan ulama Banten yang dikuburkan di kompleks Masjid Agung Banten.

Ketika Tim Mudik Gesit berkunjung, sekitar ratusan orang memadati kompleks Masjid Agung Banten untuk melakukan ziarah tersebut.

"Tidak hanya pas mau Ramadhan, jamaah yang ziarah juga ramai ketika hari Sabtu, Minggu, malam Jumat, setelah puasa, dan bulan maulud," jelas Tubagus Abbas.

Penulis: Ridwan Aji Pitoko Editor: Sri Anindiati Nursastri . Sumber : https://www.ikons.id/masjid-agung-banten-dan-sepenggal-kisah-di-dalamnya/

Mendengar Banten maka ingatan kita seperti terpanggil pada cerita sejarah. Di beberapa buku sejarah sering sekali dijelaskan mengenai pengaruh ajaran Islam di kota ini. Banten Lama, begitulah sering orang menyebutkan lokasi bersejarah ini.

Seorang Sultan bernama Sultan Maulana Hasannudin adalah sultan yang begitu dikenal karena beliaulah yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Banten. Masjid Agung Banten merupakan situs bersejarah peninggalan Kesultanan Banten.

Pada hari-hari tertentu, misalnya Maulid Nabi Muhammad SAW, masjid ini dipenuhi oleh ribuan peziarah dari berbagai daerah, seperti daerah Banten, Jakarta, Bekasi, Bogor, Purwakarta, Sukabumi, hingga Bandar Lampung.

Sejarah pendirian Masjid Agung Banten berawal dari instruksi Sultan Gunung Jati kepada anaknya, Hasanuddin. Konon, Sunan Gunung Jati memerintahkan kepada Hasanuddin untuk mencari sebidang tanah yang masih “suci” sebagai tempat pembangunan Kerajaan Banten.

Setelah mendapat perintah ayahnya tersebut, Hasanuddin kemudian shalat dan bermunajat kepada Allah agar diberi petunjuk tentang tanah untuk mendirikan kerajaan. Konon, setelah berdoa, secara spontan air laut yang berada di sekitarnya tersibak dan menjadi daratan. Di lokasi itulah kemudian Hasanuddin mulai mendirikan Kerajaan Banten beserta sarana pendukung lainnya, seperti masjid, alun-alun, dan pasar. Perpaduan empat hal: istana, masjid, alun-alun, dan pasar merupakan ciri tradisi kerajaan Islam di masa lalu.

Masjid pertama yang dibangun adalah Masjid Agung Banten Lama yang sampai hari ini masih terjaga dengan baik. Masjid agung ini merupakan simbol kejayaan Islam saat itu.

Di masjid tersebut banyak aktivitas yang bisa kita lakukan, seperti berziarah, mendapati bukti-bukti sejarah, menikmati arsitektur masjid yang cukup tersohor. Keunikan arsitektur Masjid Agung Banten terlihat pada rancangan atap masjid yang beratap susun lima, yang mirip dengan pagoda Cina.

Konon, masjid yang dibangun pada awal masuknya Islam ke Pulau Jawa ini desainnya dirancang dan dikerjakan oleh Raden Sepat. Ia adalah seorang ahli perancang bangunan dari Majapahit yang sudah berpengalaman menangani pembangunan masjid, seperti Demak dan Cirebon.

Selain Raden Sepat, arsitek lainnya yang ditengarai turut berperan adalah Tjek Ban Tjut, terutama pada bagian tangga masjid. Karena jasanya itulah Tjek Ban Tjut memperoleh gelar Pangeran Adiguna.

Kemudian pada tahun 1620 M, semasa kekuasaan Sultan Haji, datanglah Hendrik Lucaz Cardeel ke Banten, ia seorang perancang bangunan dari Belanda yang melarikan diri dari Batavia dan berniat masuk Islam.

Kepada sultan ia menyatakan kesiapannya untuk turut serta membangun kelengkapan Masjid Agung Banten, yaitu menara masjid serta bangunan tiyamah yang berfungsi untuk tempat musyawarah dan kajian-kajian keagamaan.

Hal ini dilakukan sebagai wujud keseriusannya untuk masuk Islam. Karena jasanya tersebut, Cardeel kemudian mendapat gelar Pangeran Wiraguna.

Menara menjadi ciri khas Masjid Agung Banten. Terletak di sebelah timur masjid, menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian sekitar 24 meter, diameter bawahnya sekitar 10 meter.

Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus Anda tapaki melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Dari atas menara ini Anda dapat melihat pemandangan sekitar dan perairan lepas pantai karena jarak antara menara dengan laut hanya sekitar 1,5 km.

Dahulu tempat ini selain digunakan untuk mengumandangkan azan juga sebagai tempat menyimpan senjata dan menara pengawas perairan. Ketelitian arsitektur yang dibuat Belanda ini bahkan bisa dilihat dari pintu masuk. Pintu masuk Masjid di sisi depan berjumlah enam yang berarti Rukun Iman.

Enam pintu itu dibuat pendek agar setiap jamaah menunduk untuk merendahkan diri saat memasuki rumah Tuhan. Jumlah 24 tiang masjid menggambarkan waktu 24 jam dalam sehari.

Maka menjadi pilihan yang paling direkomendasikan jika anda datang ke Banten adalah berkunjung ke masjid yang terletak di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Propinsi Banten, Indonesia. Masjid Agung Banten ini berada sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang.

Pengunjung dapat menuju lokasi dengan kendaraan pribadi atau naik bus. Dari Terminal Pakupatan, Serang, Pengunjung dapat melanjutkan perjalanan dengan bus jurusan Banten Lama atau dapat juga mencarter angkot. Perjalanan dari Terminal Pakupatan, Serang, menuju ke lokasi masjid memerlukan waktu sekitar setengah jam.

Adapun beberapa pilihan aktivitas lain di luar masjid, wisatawan lokal maupun mancanegara dapat memilih beberapa lokasi. Lokasi terdekat adalah bekas kerajaan yang berdiri tepat di samping masjid dan sekarang tinggal puing-puingnya. Berikut pilihan aktivitas yang dapat diakses oleh wisatawan. . Sumber : https://daerah.sindonews.com/read/1187740/29/keistimewaan-masjid-agung-bantenpadukan-tiga-gaya-arsitektur-sarat-filosofi-1489345132/13 Masjid Agung Banten terletak di Kecamatan Kasemen, daerah Banten Lama atau tepatnya 10 km utara Kota Serang. Masjid Agung Banten merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah.

Masjid yang dibangun antara tahun 1552-1570 saat Sultan Maulana Hasanuddin memerintah ini, menjadi salah satu bangunan bersejarah perkembangan Islam di Provinsi Banten. Bangunan Masjid Agung Banten berada di atas kompleks seluas 1,3 hektare yang dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter.

Pada sisi tembok timur dan masing-masing terdapat dua buah gapura di bagian utara dan selatan yang letaknya sejajar. Bangunan Masjid menghadap ke timur berdiri di atas pondasi masif dengan ketingggian satu meter dari halaman.

Bangunan ruang utama berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 25 X 19 meter. Lantai terbuat dari ubin berukuran 30 X 30 centimeter berwarna hijau muda dan dibatasi dinding pada keempat sisinya. Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur. Pada dinding ini terdapat empat pintu yang merupakan pintu masuk utama.

Keistimewaan masjid ini terletak pada arsitektur bangunannya yang unik, berupa perpaduan bangunan khas Jawa Hindu, China, dan Eropa. Sebab, masjid ini dirancang oleh tiga arsitektur berbeda, yaitu arsitek Majapahit bernama Raden Sepat. Raden Sepat merupakan arsitek berpengalaman yang juga berjasa membangun masjid agung Cirebon dan masjid Demak.

Kedua arsitek asal China bernama Tjek Ban Tjut (baca: Cek ban su) yang diberi gelar pangeran Adiguna. Ketiga serta arsitek Belanda beragama Islam yang melarikan diri dari Batavia bernama Hendrik Lucaz Cardeel dan diberi gelar pangeran Wiraguna.

Tjek Ban Tjut menyumbangkan karya uniknya pada atap utama masjid dengan bentuk bangunan bersusun lima menyerupai pagoda. Sekaligus serambi masjid di bagian utara dan selatan, juga bagian tangga masjid.

Hendrik Lucaz Cardeel ikut andil menyumbangkan rancangan terpentingnya berupa Tiyamah, yaitu bangunan dua lantai berbentuk persegi panjang bergaya arsitektur Belanda kuno. Bangunan Tiyamah sebelum dijadikan museum benda-benda peninggalan kesultanan Banten, dulu sering digunakan sebagai tempat pertemuan penting untuk membahas kegiatan agama dan sosial.

Cardeel yang ikut andil dalam membangun masjid atas perintah Sultan Haji pada 1629 juga membangun menara yang unik di sebelah timur masjid. Menara ini berbentuk segi delapan setinggi 24 m diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter.

Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.

Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km. Menara ini dulu digunakan untuk mengawasi aktivitas di sekitar pelabuhan dan memantau kedatangan kapal-kapal asing.

Keunikan lainnya, berbagai bangunan inti serta pelengkapnya yang dirancang di dalam serta di luar masjid seperti ornamen pada pintu, jumlah dan tinggi pintu, serta jumlah tiang penyangga atap.

Misalnya, saja 24 tiang penyangga atap dalam bangunan inti masjid merupakan simbol waktu dalam sehari.

Sumber Informasi Terpercaya Home Daerah Cerita Pagi Cerita Pagi Keistimewaan Masjid Agung Banten, Padukan Tiga Gaya Arsitektur Sarat Filosofi Wasis Wibowo Senin 13 Maret 2017 - 05:03 WIB

Sedangkan setiap tiang yang berbentuk segi delapan menandakan tiga pembagian waktu dari 24 jam, yaitu untuk ibadah, untuk bekerja dan mencari penghidupan, serta untuk istirahat. Begitu pula dengan umpak batu andesit berbentuk labu ukuran besar yang terdapat pada tiap dasar tiang masjid dan pendopo digambarkan sebagai simbol pertanian untuk mengingatkan serta menunjukkan kemakmuran kesultanan Banten lama pada masanya. Sedangkan di sisi depan dan samping dibatasi dengan pintu yang berjumlah 5 buah. Jumlah ini mengikuti rukun islam sebagai sumber acuan. Selain itu, di bagian depan masjid juga terdapat istimewa, yaitu alat pengukur waktu salat tradisional berbentuk kubah yang menggunakan bantuan sinar matahari untuk mengetahui ketepatan waktu salat.

Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya

Sampai sekarang, Masjid Agung Banten tidak pernah sepi pengunjung. Selain ramai oleh para peziarah, masjid ini juga menjadi objek multiwisata yang memberikan nilai luhur dari peninggalan kejayaan kesultanan Banten di masa lampau.

Sumber:

https://www.indonesiakaya.com https://wisatabanten.com https://id.wikipedia.org

Saraaaaannnnnnnnnsssss Salah satu tempat wisata ziarah utk wilayah banten, sangat ramai dan populer sejak dahulu, tapi sayang akses masuk dan keluar yg sangat sempit dan semrawut, dengan pedagang kakilima yg memenuhi semua jalan. Mungkin penataan tempat yg rapi dari pemda dan pengelola bisa membuat lokasi menjadi lebih baik Banyak yang berjualan dan memaksa pengunjung. Tempat wudhu juga kurang pembatas antara laki2 dengan perempuan. Sejujurnya tidak nyaman ketika berada di sini. Untuk naik ke atas menara saja ditarik pungli Monumen sejarah Islam di tanah banten.sayang sekali minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga area mesjid seperti coretan cat di tembok benteng dan sampah yg berserakan.lapak pedagang yg tak beraturan sehingga merusak pemandangan asri mesjid dan pedagang asongan yg mengganggu kenyamanan saat berziarah karena ikut masuk ke area mesjid dan kadang menawarkan dagangannya secara paksa untuk ingin berziarah diharapkan tidak lengah terkadang pedagang menyodorkan dagangannya ke kantong atau tangan kita padahal kita tidak niat membeli. Saya harap untuk pengurus mesjid agung Banten bisa mengelola dengan lebih baik lagi agar pengunjung bisa berziarah dengan nyaman dan tenang. Masjid agung banten terlalu banyak kekurangan, pertama akses jalan jelek dan ga ada petunjuk jalan yang jelas, kedua terlalu banyak pungli (mau masuk ke makam harus infaq, sesudah baca do'a di arahkan ke luar dan pasti sudah banyak kotak amal, setiap kotak amal ada orang yang nunggu), ketiga tempat wudhu wanita hanya di batasi dengan pembatas kayu yang pendek yang bisa terlihat laki-laki, ke empat terlalu banyak anak anak minta minta, kelima tidak tertata rapih para PKL yang terlihat berantakan. Seharusny pemerintah setempat mengambil alih pengelolaan masjid, karna sayang sekali, masjid yang bersejarah terbengkalai. Masjid bersejarah peninggalan Kesultanan Banten dengan menaranya yang ikonik. Menaranya sendiri bisa dinaiki pengunjung, tetapi saya tidak sempat nyobain karena ramai banget. Sayangnya kompleks masjid ini agak kurang tertata. Di sekeliling masjid penuh dengan pedagang yang menggelar lapaknya di mana saja, suka-suka. Kesannya jadi sumpek. Dan di dalam masjid sendiri agak kurang terjaga kebersihannya. Jadi kurang terasa khusuk ketika beribadah di sini. Masjid agung banten merupakan salah satu tempat wisata religi, disekitar masjid inilah sultan maulana hasanudin dimakamkan. Bagi para pengunjung tidak usah khawatir menyimpan kendaraanya karena

sudah dipersiapkan area parkirnya yang cukup luas sekali serta ada lokasi khusus untuk makan makan maupun cemilan dan aneka minuman lainya seperti kopi es dan masih banyak lagi. Selain itu ada lokasi penjualan buah buahan dan souvenir seperti tasbih dsb. Dibalik keindahan pesona lokasi ini yang sangat disayangkan yaitu adanya dan banyak sekali anak kecil minta minta yang secara fisik sehat sehingga mengganggu kegiatan wisata religi ini ramai pengunjung, berziarah, berdoa, jangan lupa sholat berjamaah.. sudah ada himbauan jangan berjualan di lingkungan masjid, masih tetap saja.. ... Asalam mualaikum Wr Wb... Senang rasanya dapat mengunjungi Masjid bersejarah di tanah Jawa , khusus nya Banten , dan saya merasa pemerintah daerah wajib membantu permeliharaan tempat bersejarah ini , dan pengurus Masjid Agung sebaiknya membuat aturan yang kuat demi kelestarian cagar budaya Banten...

Temuan yang sepertinya harus di benah: 1.Jamaah tidak di benarkan tidur dan berbaring dalam masjid. (supaya tidak menganggu khusuk nya ibadah orang lain , dan menjaga kebersihan karpet dan Sajadah Masjid bersejarah ini) 2.Pedagang tidak benarkan masuk dalam halaman pagar Masjid. (supaya dapat mengurangi kesan kumuh) 3.Menambah jumlah tempat sampah. 4.Pengunjung yang buang sampah sembarangan di denda. 5.Dilarang merokok di Area Masjid dan di Menara Masjid. 6.Pengunjung Menara di periksa bawaan nya utamanya benda benda untuk coret coret (banyak coretan di dinding dalam menara) 7.Di Siapkan tempat penitipan Sepatu/Sandal. 8.Menanam pohon-pohon sesuai dengan Masjid bersejarah ini. (menghadirkan suasana teduh)

Mohon maaf bila saya banyak permintaan nya , ini karena rasa prihatin dengan kondisi Masjid yang sangat bersejarah ini , uatamanya Sejarah kerajaan Islam di Indonesia.

Catatan:Dapat mencontoh masjid Agung Lama Kota Ambon - Ambon - Maluku , Masjid berseharah yang sangat terawat.

Semoga dapat menjadi perhatian pemerintah Daerah - Provinsi Banten.

Terimakasih.... ...

More Documents from "Ade Amalia Hidayati"

Upaya Kesehatan.doc
October 2019 22
Rotary Vane Pump Fix
October 2019 17
Resume Uas Stuban
October 2019 15
Referensi.doc
October 2019 12
Ekologi Penduduk.docx
May 2020 51