Rc-blok-3-2.pdf

  • Uploaded by: Fredy Gunawan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rc-blok-3-2.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 10,246
  • Pages: 32
a s a

R

mbil isa dia

n

di Ibsi

B

ya Freea,n infaq seikhlasn Silahk

g n Rasah a

C C h

1

angkeman Blok 3.2

n a m

RANGKUMAN SOAL DAN PEMBAHASAN CATATAN ANAG KEDOKTERAN BERIMAN

e k

rasahcangkeman.wordpress.com

CP: 081 704 00 316

Chest Complaint Week 1-6

follow me! @rasah_cangkeman

add me! [email protected]

RC blok 3.2 (chest complain) Pendidikan Dokter 2010 Modul: - Cough and Dyspnea - Chest Pain - Palpitation - Vascular Disease

Sumber: - Block exam 3.2 batch 2009 - Health Study Club - UKDI

-mu untuk meraih apa saja yg bermanfaat, dan minta bantuanlah (berdo'a) kepada Allah, dan jangan engkau bersikap lemah (HR.Muslim) 1. Kasus bronkitis kronik, perubahan yang terjadi pada dinding jaringan bronkialnya adalah a. penurunan sel goblet c. peningkatan sel mukus silia e. penurunan sel pelapis mukosa b. penebalan submukosa. d. peningkatan pembuluh darah kapiler di bronkus Hipertrofi kelenjar, bronkitis kronis, hipersekresi mukus dari asinar meningkat secara signifikan, ekspansi cairan berhubungan dengan pengurangan dari kelenjar non mukus dan beberapa kelenjar hampir seluruhnya digantikan oleh kelenjar mukus. Hiperplasia sel goblet juga tampak jelas, bronkitis kronis Reid index (rasio ketebalan kelenjar dan ketebalan dinding bronkus) meningkat menjadi lebih dari 0,55 ~ 0,79 (normal di bawah 0,4), Reid indeks lebih besar, menunjukkan peradangan lebih parah, hipertrofi kelenjar lebih parah dan lumen bronkial lumen lebih sempit. Hipertrofi dari sekresi kelenjar hiperaktif, peningkatan sekresi lendir dan volume dahak pasien sehari-hari. Perubahan dalam sel epitel sebagai serangan berulang dari peradangan, menyebabkan nekrosis epitel skuamosa dan metaplasia fokal, sel-sel epitel bersilia yang mengalami kerusakan bervariasi mulai dari memendek, tidak rata hingga jarang. Pemeriksaan mikroskop elektron kasus bronkitis kronis alveolar dapat dilihat perubahan berikut: ①penebalan pembengkakan sel epitel alveolar tipe I, pembengkakan mitokondria, vacuola retikulum endoplasma, proliferasi sel epitel alveolar II②penebalan kapiler basement membran, kerusakan sel endotel, trombosis dan fibrosis luminal, oklusi. ③ dinding alveolar difus proliferasi jaringan fibrosa. 2. Karakteristik asma episodikjarang adalah a. harus diobati dengan MDI b. terjadi gejala diantara dua periode serangan c.merupakan asma yang paling sering terjadi pada anak. d. hasil fungsi tes paru di antara dua periode serangan sedikit abnormal e. hasil pemeriksaan fisik di antara dua periode serangan sedikit abnormal Asma berdasarkan tingkat episode serangannya dibagi menjadi 3 a. Asma episodik jarang (Infrequent Episodic Asthma) - 75% dari anak-anak dengan asma - Tidak ada gejala antara episode serangan - Episode <1 kali per minggu 4-6 - Fungsi Paru-paru normal diantara serangan - Mengi setelah aktivitas berat - Tidak perlu profilaksis b. Asma Episodik sering (Frequent Episodic Asthma) - 20% dari anak-anak dengan asma -agonis

- Lebih sering serangan - Gejala <1 kali / minggu - butuh kontroler - Fungsi paru normal di antara serangan - Mengi setelah aktivitas sedang c. Asma Persisten (Persistent Asthma) - ± 5% dari anak-anak dengan asma - Mengi setelah aktivitas ringan - Sering akut episode - butuh kontroler - Kebutuhan -agonis antara serangan,> 3 kali / minggu, baik karena arousals malam atau dada berat di pagi hari 3. Pasien 70 tahun, punya riwayat perokok berat, didiagnosis menderita PPOK. Tanda pemeriksaan fisik yang didapat adalah sebagai berikut a. perkusi didapatkan sonor d. pada inspeksi, SIC menyempit b. pada palpasi, fremitus taktil meningkat e. pada auskutasi, suara vesikuler menurun. c. pada auskultasi, suara amorfik Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan penyakit yang dapat dicegah dan diobati ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Keterbatasan aliran udara biasanya progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi abnormal dari paru-paru akibat partikel atau gas berbahaya, terutama disebabkan oleh merokok.  Chronic Bronchitis. Bronchitis kronis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya batuk produktif selama minimal 3 bulan setidaknya dalam 2 tahun berturut-turut setelah penyebab batuk kronis yang lain diexclude. Sebenernya merupakan mekanisme pertahanan terhadap iritassi mucosa tracheobronchial mucosa karena rokok atau polutan lain lah. Bentuknya bisa jadi : - Simple chronic bronchitis : jalan napas belum ada penghambat ni - Chronic mucopurulent bronchitis - Chronic asthmatic bronchitis - Chronic obstructive bronchitis  Emphysema. kondisi paru2 yang ditandai dengan pembesaran permanen yang abnormal dari airspace distal sampai terminal bronchiole, dan itu terjadi karena dinding2nya itu rusak. Bilangnya c ditemukan di 50% kasus Berikut Anamnesis yang dapat memperkuat kemungkinan diagnosis PPOK (faktor risiko PPOK), seperti:  Merokok.  Riwayat keluarga emfisema.  Kerja terkait bahaya.  Sering menderita pernapasan penyakit parah.  Batuk Jangka panjang (kronis) dengan atau tanpa lendir.  Sesak napas Progresif Pemeriksaan fisik yang dapat memperkuat kemungkinan diagnosis PPOK (emfisema) meliputi: Inspeksi  peningkat diameter anterior-posterior dada, atau "dada barel"  penggunaan otot aksesori untuk membantu pernapasan  posisi tripod  sesak napas, terutama saat aktivitas  tachypnea Palpasi  fremitus taktil menurun  ekspansi dada menurun.

Perkusi  hypersonor auskultasi  napas vesikuler menurun suara  mungkin memiliki waktu ekspirasi memanjang  suara jantung teredam karena overdistention paru-paru  mengi sesekali Beberapa temuan pemeriksaan fisik akan membantu menilai keparahan kondisi pasien Ini termasuk:  Penggunaan otot bantu pernafasan, seperti otot leher, saat bernafas tenang.  Bernapas melalui mengerutkan bibir.  Ketidakmampuan untuk menyelesaikan kalimat penuh tanpa berhenti untuk mengambil napas.  perubahan warna kebiruan pada jari atau nailbeds (sianosis).  Pembengkakan di kaki atau perut. 4. Perbedaan antara kapasitas total paru (TLC) dengan forced vital capacity (FVC) disebut a. volume tidal c. ruang mati fisiologi e. volume reserve ekspirasi b. volume residu. d. ruang mati anatomi  Volume tidal (Tidal Volume/TV) Rata-rata normal :500 mL Definisi: volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernafas normal  Volume Cadangan Inspirasi (inspiratory reserved volume (IRV) Rata-rata normal : 3000mL Definisi : Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat.  Volume Cadangan Ekspirasi (expiratory reserved volume/ERV) Rata-rata normal :1100mL Definisi: Volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal  Volume Residu (resiudal Volume/RV) Rata-rata normal:1200mL Definisi : Volume udara yang tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat.  Kapasitas paru a. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity/IC) IC = TV + IRV (rata-rata normal 3500mL) b. Kapasitas Residu fungsional (Functional residual capacity/FRC) FRC =ERV + RV (rata-rata normal 2300mL) c. Kapasitas vital (vital capacity/VC) VC = TV + IRV + ERV (rata-rata normal 4600mL) d. Kapasitas Paru Total (total lung capacity/TLC) TLC = VC + RV (rata-rata normal 5800mL)  Ruang Mati Anatomi. Tidak semua udara pada setiap kali bernafas masuk ke alveoli dan oleh karena itu, tidak semuanya udara yang kita hirup terlibat dalam pertukaran gas. Jadi udara segar yang dapat masuk ke alveoli dinamakan ventilasi alveoli. Sedangkan udara yang tetap berada dalam lintasan pernafasan (hidung, mulut, faring, laring, trakea, bronchi, bronchioli) dan tidak ikut dalam pertukaran gas dinamakan ruang mati anatomis.  Ruang Mati Fisiologi. Volume dari beberapa bagian alveolus yang tidak terjadi penyerapan O2yang disebut ruang mati fisiologik atau ruang mati alveolus.

 Forced Vital Capacity (FVC). Jumlah udara yang dihembuskandengan secepat-cepatnya dan sedalam-dalamnya setelah inspirasi maksimum.Dari definisi tersebut maka FVC = TV + IRV + ERV atau dapat ditulis bahwa Forced Vital Capacity (FVC) sama dengan Kapasitas Vital (VC) FVC = VC hanya saja terdapat dimensi waktu pada FVC. Kembali ke soal: Perbedaan antara kapasitas total paru (TLC) dengan forced vital capacity (FVC) Dari rumus diatas didapat TLC FVC = (VC + RV) VC = RC (residual Volume) 5. Menurut rekomendasi IDAI, dasar penegakkan diagnosis T anak adalah a. sputum BTA c. uji tuberkulin e. pemeriksaan darah rutin b. rontgen dada d. sistem skoring. Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan diagnosis TB anak dengan menggunakan system scoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai, seperti terlihat pada table berikut ini : PARAMETER

0

Kontak dengan pasien TB

Tidak jelas

Uji Tuberkulin

Negatif

Berat badan / Keadaan gizi (dengan KMS / table) Demam tanpa sebab yang jelas Batuk Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal Pembengkakan tulang / sendi panggul, lutut, falang Foto dada

1

2 Laporan keluarga, kontak dengan pasien BTA negative atau tidak tahu, atau BTA tidak jelas

3 Kontak dengan pasien BTA positif

pada keadaan imunosupresi) Gizi kurang: atau

Atau

Tidak nyeri Ada pembengk akan Normal / tidak jelas

Sugestif TB JUMLAH SKOR

Referensi : Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit WHO. 6. Untuk mendiagnosis PPOK, dasar pemeriksaan yang dipakai adalah a. pemeriksaan sputum c. uji latih kardiorespirasi e. pemeriksaan rontgen toraks b. pemeriksaan gas darah d. pemeriksaan spirometri. Spirometri adalah cara terbaik untuk mendeteksi adanya obstruksi jalan napas dan membuat definitif

diagnosis asma dan PPOK. Kegunaan utama pada PPOK adalah untuk:

mberikan indeks keparahan penyakit

terlepas dari adanya gejala pernapasan adap terapi

normal Referensi : http://www.goldcopd.org/uploads/users/files/GOLD_Spirometry_2010.pdf 7. Posisi foto dada dengan pasien kondisi lemah adalah a. PA erect c. top lordotik e. lateral sinar horisontal b. AP supine. d. decubitus kanan Posisi AP. Posisi ini dilakukan biasanya untuk pasien yang tidak dapat berdiri atau dalam keadaan darurat. Pasien berdiri dengan posisi true AP dengan bagian punggung menempel kaset (pasien tidur diatas meja pemeriksaan atau berada di tempat tidur). Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak. Tangan diletakkan di pinggang dengan posisi Os Manus PA kemudian siku diarahkan ke depan agar Os Scapula terlempar keluar. Batas luas lapangan penyinaran atas pada Vert. Cervicalis dan samping pinggir dada kanan dan kiri. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi. Referensi : http://id.pdfcoke.com/doc/28124513/prosedur-pemeriksaan-radiologi-3 8. Pernyataan berikut benar mengenai tuberkulin skin test a. baku emas pemeriksaan TB d. hasilnya dapat dibaca setelah 24 jam b. diberikan scara injeksi intrakutan. e. hasilnya akan terpengaruh oleh vaksinasi BCG c. hasil positif tes TST mengidentifikasikan penyakit TB Uji tuberculin :  anergi :  dilakukan 48-72 jam pasca injeksi  infeksi virus : morbili, varisela  dituliskan dalam mm (  gizi buruk (bukan gizi kurang)  sakit TB berat : TB milier,  < 5 mm : negatif meningitis TB  5 9 mm : meragukan  infeksi bakteri berat : tifoid,  > 10 mm : positif pertusis, difteria Uji tuberkulin positif :  malignansi  infeksi TB alamiah  imunokompromais : terapi  BCG (infeksi TB buatan) steroid, sitostatik, HIV  infeksi M. atipik Referensi :  positif palsu http://www.slideshare.net/tikabanget/s Uji tuberkulin negative : imposium-online-idai-tuberkolosis tidak ada infeksi TB anak  dalam masa inkubasi (2-12 minggu)

9. Lesi infeksi prime a. Stellate abscess c. Fokus dari Ghon e. Kompleks dari Kohn b. Porus dari Kohn d. Kompleks dari Ghon - Stellate abscess adalah nekrosis berbentuk bintang yang dikelilingi oleh sel epitheloid, seperti pada lymph node inguinal yang bengkak pada lymphogranuloma vereneum. - Porus dari Khon adalah pori-pori antar alveoli yang berdekatan. Mereka berfungsi sebagai sarana ventilasi. Ketika paru-paru mengempis, ventilasi dapat terjadi. Porus dari Kohn juga memungkinkan perpindahan materi lainnya, seperti cairan dan bakteri. - Fokus dari Ghon adalah lesi primer parenkim paru pada anak-anak dengan infeksi tuberkulosis pulmonar primer. Ketika berkaitan dengan fokus kelenjar getah bening dikenal sebagai kompleks dari Ghon. - Kompleks dari Ghon merupakan kombinasi dari granuloma, kalsifikasi, atau jaringan parut pada lobus media paru-paru dengan granuloma lymph node hilus. Kompleks dari Ghon merupakan bukti bahwa kasus tuberkulosis primer, terutama pada anak-anak, telah sembuh. Refer 10. a. lobus kiri atas c. lobus kanan atas e. lobus kanan tengah b. lobus kiri bawah d. lobus kanan bawah Pneumonia aspirasi adalah inflamasi paru-paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh inhalasi isi lambung atau pun oropharyngeal ke dalam saluran pernapasan. Lokasi aspirasi biasanya bergantung pada gravitasi dan posisi pasien. Lokasi yang paling sering terjadi adalah pada lobus bawah, terutama di paru-paru kanan, karena memiliki kaliber yang lebih besar dan lebih vertikal dari bronkus primer kanan.

Gambar di atas merupakan foto X-ray dada pada pasien dengan pneumonia aspirasi paru-paru kiri setelah overdosis benzodiazepine. Posisi pasien saat terjadinya aspirasi kemungkinan sedang condong ke kiri. Referensi: emedicine.medscape.com

11. Seorang pasien mengeluh badannya kaku secara tiba-tiba, demam, kesulitan bernafas, nyeri pleuritik dada kanan bawah, batuk, sputum purulen berwarna kekuningan. Pada rontgen diketahui ada konsolidasi pada lobus kanan bawah. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, a. Klebsiella pneumonia c. Legionella pneumophylla e. Strepococcus pneumoniae b. Staphylococcus aureus d. Mycoplasma pneumoniae Berikut ini adalah tanda dan gejala pneumonia:  Demam (suhu tubuh >38°C)  Leukopenia (<4000 WBC/mm³) atau leukositosis ( 12.000 WBC/mm³)  Purulensi sputum  Batuk  Dyspnea (sesak napas) atau tachypnea (napas terengah-engah)  Bunyi napas bronchial atau crackles  Buruknya pertukaran gas (e.g. desaturasi oksigen, peningkatan kebutuhan oksigen, peningkatan kebutuhan ventilasi)  Nyeri dada bagaikan ditusuk, terutama ketika mengambil napas dalam atau batuk Selain itu, pada radiologi akan ditemukan setidaknya salah satu di antara berikut:  Infiltrasi persisten  Konsolidasi  Kavitasi  Pneumatoceles (pada anak 1 tahun) Pneumonia paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae. Referensi: CDC Criteria for Defining Nosocomial Pneumonia 12. Pasien demam, memiliki riwayat batuk kronis produktif, terkadang disertai darah terutama pada pagi hari. a. pneumonia c. kanker paru e. bronkiektasis terinfeksi b. asma kronik d. bronkitis akut Demam biasa disebabkan oleh infeksi. Batuk kronis produktif bisa ditemukan pada orang dengan COPD (emfisema atau bronkitis kronis), merokok, dan bronkiektasis. Batuk berdarah pada pagi hari dapat ditemukan pada orang dengan pendarahan di saluran pernapasan, bronkiektasis, bronkitis, kanker paru, fibrosis sistik, pneumonia, dan tuberculosis. Dilihat dari anamnesis singkat di atas, dapat ditentukan salah satu differential diagnosisnya adalah bronkiektasis terinfeksi. Referensi: ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth 13. Alat terapi asma untuk anak kurang dari 5 tahun yang direkomendasikan adalah a. nebulizer c. rotahaler e. pMDI + spacer with mouthpiece. b. diskhaler d. pMDI + spacer with mask face Nebulizer Nebulizer biasanya digunakan untuk cystic fibrosis, asthma, COPD dan respiratory diseases lainnya. Nebulizers use oxygen, compressed air or ultrasonic power to break up medical solutions and suspensions into small aerosol droplets that can be directly inhaled from the mouthpiece of the device.

Metered-dose inhaler ( MDI ) MDI terbuat dari metal canister yang dimasukkan ke dalam tempat plastik. Metal canister mengandung obat asma. Saat canister ditekan ke bawah, obat akan keluar. MDI harus digunakan dengan spacer dengan tujuan untuk mendapatkan dosis obat yang sesuai ke dalam paru-paru. Anakanak di bawah 9 tahun tidak bisa menggunakan MDI sendirian, harus dibantu. Spacer dapat mengeluarkan obat secara perlahan. Obat dapat tertahan sementara pada spacer sehingga memberi kesempatan anak-anak untuk bernafas. Tanpa spacer, obat menyemprot langsung ke dalam mulut dan tenggorokan dan tidak banyak yang sampai ke paru-paru. Spacer ini biasa disebut aerosol-holding chamber. Spacer harus selalu digunakan jika anak-anak menggunakan inhaler corticosteroid. Karena obat kortikosteroid yang tersemprot ke dalam mulut, akan terdeposisi di mulut dan tenggorokan. Hal ini akan menyebabkan iritasi dan kadang-kadang terjadi infeksi pada mulut. Tiap anak harus mempunyai spacernya sendiri, jangan digunakan bergantian dengan orang lain. Spacer dapat digunakan dengan mouthpiece atau mask. Anak di bawah 5 tahun memerlukan spacer dengan mask karena anak-anak terkadang tidak mengikuti instruksi untuk menutup bibir saat menggunakan mouthpiece. Saat anak-anak berusia cukup untuk menggunakan spacer dngan mouthpiece, maka sebaiknya alatnya diganti dengan mputhpiece. Spacer dengan mouthpiece dapat menghantarkan obat lebih efektif. Obat dapat terdeposit pada hidung saat anak-anak menggunakan spacer dengan mask. 14. Obat yang berfungsi sebagai controller pada pasien asma adalah a. salbutamol c. paracetamol e. steroid sistemik. b. teofilin d. steroid topical  Reliever: untuk meredakan gejala dan serangan asma, yaitu menggunakan bronkodilator - 2 agonist : inhaler, nebulized, oral - Epinephrine : subkutan - Teophyllin/aminophyllin : oral, I.V. - Anticolinergic (ipratropium bromide) : inhaler - Steroid : oral, I.M. Reliever beraksi hanya pada otot polos jalan nafas, Efek samping yang timbul dari obat ini adalah batuk dan bersin. Obat ini hanya digunakan jika dibutuhkan, Take when necessary!  Controller : untuk mengontrol atau mencegah gejala dan serangan, digunakan jangka panjang, yaitu anti-inflamator - Steroid : inhaler - LABA (long acting beta 2 agonist) : inhaler, oral - Antileukotrien (ALTR) : oral Efek samping yang timbul yaitu mucosal swelling, secretions, irritability of smooth muscle. Obat ini digunakan secara rutin untuk semua asma kecuali mild intermitent

Controllers Efek yang mendukung Efek anti-inflamasi bronkodilator namun memiliki untuk mencegah efek lemah pada efek anti serangan asma inflamasi Kortikosteroid inhalasi Long-acting beta-agonist 1. Beclomethasone 1. Salmoterol 2. Budesonide 2. Formoterol 3. Fluticasone 4. Ciclesonide Leukotriene modifiers 1. mntelukast 2. zafirikast Sustained-release theophylline Kortikosteroid oral preparations 1. Prednisone 2. Prednisolone 3. Methylprednisone 4. Methylprednisolone

Relievers Untuk meredakan gejala dengan cepat. Dan digunakan saat serangan akut dengan dosis PRN. Short-acting beta agonist 1. salbutamol 2. fenoterol 3. terbutaline

Anto-chollinergenics 1. Ipratropium bromide

Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit. Asma dikatakan terkontrol bila : 1. Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam 2. Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise 3. 4. Variasi harian APE kurang dari 20 % 5. Nilai APE normal atau mendekati normal 6. Efek samping obat minimal (tidak ada) 7. Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat 15. Pada pemakaian teofilin berulang, sering kali muncul efek samping. Hal itu terjadi karena a. aktivasi PDE-4 c. rentang terapi lebar e. terakumulasi dalam tubuh b. terikat protein plasma. d. rentang terapi sempit. Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif kronik. Teofilin dapat meningkatkan risiko efek samping jika digunakan bersamaan dengan agonis reseptor beta, seperti munculnya hipokalemia. Teofilin dimetabolisme oleh hati. Penggunaan teofilin harus lah berhati-hati karena batas keamanan dosis yang cukup sempit. Dosis terapi dapat dicapai pada kadar 10-20 mg/lt, namun efek samping sudah muncul pada kadar tersebut dan lebih berat lagi pada kadar diatas 20 mg/lt. - Indikasi : obstruksi saluran nafas yang reversibel, serangan asma berat. - Kontraindikasi : hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakti jantung, hipertensi, hipertiroid, ulkus lambung, epilepsi, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan dan menyusui - Mekanisme aksi : Menghambat enzim fosfodiesterase, antagonis adenosine, menghambat pelepasan mediator dan meningkatkan aktivitas simpatetik Selain teofilin, obat lain yang mempunyai index terapi sempit, adalah digoksin, fenitoin. .

16. Pasien wanita 64 tahun mengalami batuk dan sesak nafas. Dokter mendiagnosis bronkhitis kronis eksaserbasi akut. Dokter tersebut memberikan untuk mengatasi sesak nafasnya. Preparat yang sesuai adalah a. fenoterol c. salmoterol. e. ipatropium bromide b. terbutalin d. salbutamol  Bronkhitis kronis : Hyperplasia of bronchial sub-mucosal gland  Sputum  Bronchitis asthmatis - Bronchial inflammation with a productive cough occurring during at least 3 conscutive moths over at least 2 consecutive years - Peak incidence 40 65 year old - Typically characterized by hypersecretion of mucus due to marked hyperplasia of mucus-secreting submucosal glands - May lead to CPC (Cor Pulmonale Chronicum) - As defense mechanism to the iritation of tracheobronchial mucosa by smoke or other pollution Long-Acting Beta-2 Agonists  Salmeterol  Formoterol  Combined with steroid dengan obat antiinflamasi, untuk kontrol jangka panjang terhadap gejala yang timbul pada malam hari. Obat golongan ini juga dipergunakan untuk mencegah bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan fisik. -acting (seperti albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin) adalah terapi pilihan untuk menghilangkan gejala akut dan bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan fisik. [untuk 2 nomor berikut] Pasien batuk lebih dari 3 minggu, demam subfebril, dan terjadi penurunan berat badan. Terdapat suara amorfik pada apeks paru kanan 17. Diagnosisnya adalah a. pneumonia c. efusi pleura e. tuberkulosis paru. b. tumor paru d. bronkiektasis - Pneumoni bisa disebabkan oleh : > Typical (causa bakteri gram positif dan negatif) SS : Demam tiba- tiba, batuk dengan sputum purulen, konsolidasi pulmo(dullnes, peningkatan fremitus, peningkatan suara bronkial, dan rales), leukositosis, kadang pleuritic chest pain. > Atypical (tidak berdi SS : Batuk kering,gejala ekstrapulmonar ( headache, myalgia, mual, diare)leukosit bisa normal atau meningkat sedang. Kadang timbul komplikasi erythema multiforme, anemia hemolitik, encephalitis, abnormalitas ginjal dan hepar. - Tumor paru : Biasanya sering pada orang yang merokok dan atau mantan perokok. SS: dispnea, kolaps lobus atau efusi pleura, hemoptisis, mengi karena penyempitan saluran nafas. - Efusi pleura : terjadi penumpukan cairan dicavitas pleura. Dikarenakan adanya proses inflamasi dan infeksi atau akibat adaya gangguan resopsi cairan vasa darah

akibat dekompensasi cordis ataupun trauma. Dapat disebabkan oleh tuberkulosis, neoplasma atau karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan infeksi virus maupun bakteri. - Bronkiektasis : penyakit yang ditandai oleh dilatasi dinding bronkus, yang disertai dengan infeksi paru.Menurut etiologinya ada bronkiektasis lokal (causa infeksi pneumoni severe), bronkiektasis generalisata ( causa fibrosis kistik, sindrom young, diskinesia silier, defek imun). SS: Batuk kronis dengan produksi mukopurulen dalam jumlah banyak, bau nafas tak sedap ( fetor), hemoptisi 50% pasien, sinusitis kronis 40% pasien. - TB paru : Batuk persisten, hemoptisis, nyeri dada, kelelahan, kesehatan buruk yang berlangsung kronis, penurunan berat badan, demam yang tidak diketahui sebabnya, keringat dimalam har. Pada pemeriksaan foto toraks biasanya terdapat infiltrasi dan kavitasi pada bagian apex pulmo. Referensi : lecture dan AT A GLANCE MEDICINE. 18. Saat melakukan rontgen thoraks, posisi yang mendukung diagnosis pasien tersebut adalah a. erect c. AP supine e. lateral decubitus b. lateral d. top lordotik. Standar pemeriksaan x- ray dada umumnya adalah posteroanterior (PA) dan left lateral view. Posisi tambahan seperti: APICAL/ TOP LORDOTIK : dipakai untuk melihat adanya Tuberculosis pada paru yang minimal, karena pada posisi ini bagian apeks paru akan terviasualisasi sangat baik. LATERAL DECUBITUS : Ada 2, yang pertama lateral decubitus kiri (LLD) pasien berbaring pada sisi kiri dengan sisi kanan diatas. Dan yang kedua RLD posisi sebaliknya. Posisi ini efektif untuk melihat adanya efusi pleura yang sedikit atau minimal. Referensi : lecture 19. Berikut yang bukan komponen dari strategi DOTS a. akuntabilitas c. pengawasan minum obat e. persediaan obat yang adekuat. b. komitmen politis d. diagnosis berdasar kultur KOMPONEN DOTS:  Diagnosis by microscopy : Menyediakan pemeriksaan penunjang utama untuk TB.  Directly observed treatment :treatment yang terawasi secara langsung oleh pengawas minum obat  Adequate supply of short course chemotherapy: menyediakan obat- obat yang adekuat  Accountability: melakukan pencatatan dan pelaporan tentang pasien dengan akurat.  Political commitment: dibutuhkan komitmen politik jangka panjang agar obat tersebut tetap gratis. Referensi : Lecture 20. Target pengendalian TB berdasarkan MDGs adalah a. eliminasi penyebab TB d. tidak ada kematian akibat TB b. penemuan kasus 100% e. menurunkan insidensi hingga separuh c. menurunkan prevalensi hingga separuh. Target perantara kita harus bisa menemukan setidaknya 70% kasus yang ada diseluruh masyarakat diseluruh wilayah kemudian dari jumlah itu, 85% harus bisa diobati sampai

sembuh. Untuk lebih http://www.who.int/tb/publications/2006/istc_report.pdf. Referensi : lecture, ISTC.

jelasnya

download

21. Pasien laki-laki 50 tahun, hipertensi, tidak terlihat tanda-tanda gagal jantung. Melalui EKG diketahui bahwa terdapat hipertropi ventrikel kiri. Sesuai dengan ACC/AHA, penderita tersebut telah mengalami gagal jantung pada stadium apa? a. stadium A b. Stadium B. c. stadium C d. Stadium D e. stadium E pasien ini memiliki faktor resiko gagal jantung yaitu hipertensi serta sudah mengalami perubahan struktur pada jantungnya berupa hipertrofi ventrikel kiri. Namun, belum muncul tanda-tanda/gejala gagal jantung. Berdasarkan AHA ( American Heart Association ), stadium A : pasien dengan faktor resiko gagal jantung, tetapi tidak ada perubahan struktur pada jantungnya dan tidak ada tanda-tanda gagal jantung stadium B : pasien dengan faktor resiko gagal jantung dan sudah ada perubahan struktur pada jantungnya, namun tidak ada tanda-tanda gagal jantung Stadium C : pasien dengan faktor resiko gagal jantung, sudah ada perubahan struktur pada jantungnya dan sudah muncul tanda-tanda gagal jantung Stadium D : gejala gagal jantung tetap muncul walaupun sudah mendapatkan treatment maksimal. Pasien yang masuk stage ini perlu mendapatkan intervensi. 22. Pusat pembentuk rangsang jantung disebut a. purkinje c. pacemaker. e. depolarisasi b. berkas His d. repolarisasi pusat pembentuk rangsang jantung yang memicu terjadinya kontraksi disebut pacemaker. Pacemaker utama jantung adalah nodus sinoatrial (SA Node). Dari SA Node akan diteruskan menuju ke Atrioventrikular Node (AV node). Kemudian berlanjut ke fasiculus atrioventrikular (berkas HIS), crus dexter-sinister, dan berakhir di serabut purkinje. - Purkinje : Jaringan serat yang menyebarkan impuls secara cepat melalui dinding ventrikel, terletak pada terminal cabang berkas (bundle branch). Denyut intrinsiknya 20-40x permenit. - Berkas His : mengirimkan impuls kepada cabang-cabang, terletak di bawah Nodus AV. - Pacemaker : Pusat pembentuk rangsang jantung - Repolarisasi : pemulihan potensial listrik dari sel miokard, sehingga mengembalikan kondisi listrik sel-sel jantung ke kondisi istrirahat. - Depolarisasi : aktivasi elektrik dari myocardium, dimana terjadi perubahan listrik sel jantung, akibat dari pergeseran elektrolit pada membran sel sehingga menstimulasi serat otot jantung untuk berkontraksi. 23. Batas jantung normal yang tampak tegak pada foto PA-tegak di cavum thorax kanan adalah a. atrium kiri c. atrium kanan. e. aorta descendens b. ventrikel kiri d. ventrikel kanan pada foto postero-anterior (PA)  batas kanan = atrium kanan  batas kiri = Arcus aorta, sebagian atrium kiri, ventricle kiri posisi lainnya Batas anterior Batas posterior - arteri pulmonalis - atrium kiri Foto lateral kiri - ventricle kanan - ventricle kiri Foto Right Ventricle kanan Atrium kiri

Anterior Oblique (RAO) - aorta ascenden Foto Left Anterior - Sebagian atrium Oblique (LAO) kanan - ventricle kanan

- atrium kiri - ventricle kiri

24. Penderita oedema pulmonum dan riwayat hipertensi yang lama. Apeks jantung bergeser ke kiri. Gambaran radiololgis yang tampak pada foto toraks tersebut adalah a. CTR = 0,5 c. corakan vesikuler berkurang e. gambaran hilus batasnya tegas b. gambaran kerley B lines d. batas corakan vesikuler tegas 25. Saat ini Indonesia menempati urutan ke berapa untuk kasus TB dunia? a. 1 b. 2 c. 3 d. 4. e. 5 Indonesia penyumbang kasus Tb no.4 setelah India, China dan Afrika selatan (2012). Dalam menurunkan setengah dari prevalensi Tb 2015, Indonesia harus menemukan 70% kasus Tb dan mengobati 85% dari kasus yg ditemukan 26. Dengan Omniserum, kita dapat membedakan tipe bakteri berikut a. Staphylococcus aureus c. Streptococcus pyogenes e. Streptococcus pneumoniae. b. Staphylococcus warneri d. Streptococcus agalactiae Omniserum adalah Pneumococcal diagnostic antisera yang digunakan untuk identifikasi dan typing pneumococci dengan rekasi tes capsular Omniserum atau Pneumococcal diagnostic antisera dapat digunakan untuk : 1. Identification of Streptococcus pneumoniae. 2. Complete typing of all known pneumococci. 3. Typing of only the most dominant or important types (e.g. one of the 23 vaccine types). 4. Partial typing of one or several pneumococci 27. Ketahanan Mycobacterium tuberculosis dalam sputum adalah selama . . . a. 10-20 jam c. 40-50 jam e. 3-7 hari b. 20-30 jam. d. 2-3 hari M. Tb dapat hidup selam 2-8 bulan, namun bisa langsung mati dalam 2 jam jika terkena sinar matahari. Dalam sputum M.Tb dapat bertahan 20-30jam. Dalam sputum kering M.Tb dapat bertahan 6-8bulan. 28. Haemophilus influenzae yang memiliki patogenitas tertinggi adalah tipe a. tipe A. b. Tipe B c. tipe D d. tipe E e. tipe F infuenza, disebabkan oleh Haemophilus influenza Ada 3 tipe dari flu virus:  Type A (the most common) :causes most epidemics, H3N2, H1N1, H2N2  Type B : moderate, local outbreaks  Type C : mild disease Flu berbeda dari common cold, influenza ini SS : tiba2, acute onset with fever, fatigue and aching pains in the body  Dapat menyebabkan viral pneumonia  Dapat berkomplikasi menjadi secondary problems like bacterial pneumonia

 Prevensi: vaksinasi Source : microbial causing Resp. Tract Infection . 2012. lecture

29. Pernyataan yang mendukung diagnosis emfisema pulmonum adalah a. cyanosis pada lidah c. sputum berwarna tiap pagi e. dischar sputum pada pagi hari b. batuk akut pada pagi hari d. dispnea kronik dan hipersonor. Untuk penjelasan lebih lanjut tetep belajar ya! Emfisema itu merupakan kondisi yang patologis dimana terjadi pembesaran rongga dada yang abnormal dan sayangnya permanen juga. Etiologinya kebanyakan karena rokok, dimana rokok itu akan merusak elastisitas rongga dada. Ayo dibayangin kira-kira apa yang terjadi kalo rongga dada membesar? Bahu akan naik, clavicula akan menonjol, musculus SCM juga menonjol, dada juga menonjol patologis (barrel-shaped), kosta menonjol dan hampir horizontal. Nah jadi pada pemeriksaan fisik, jelas kalo dinding dada diperkusi akan hipersonor, kan rongga dada membesar dan isinya udara. Malah jantung susah untuk ditemukan karena ketutupan sama paru yang membesar itu. Cyanosis jelas engga. Apalagi keluar sputum itu jelas engga, kan bukan ngomongin tb. Batuk juga ngga. Jadi jelas ya guys :D 30. Asma disebabkan oleh proses berikut a. inflamasi kronis c. bronkokonstriksi reversible e. edema pada dinding jalan nafas b. bronkokonstriksi d. hiperresponsivitas bronchial. Pada asma terjadi: 1. Obstruksi aliran udara pernapasan, dimana pertama terjadi early ashmatic response (exposure aeroalergen menyebabkan releasing IgE lalu bronkokostriksi akut) lalu late ashmatic response (airway edema), kemudian terbentuk mucous plug (oleh eksudasi protein serum dan debris2). Kalo terus berlanjut akan menimbulkan airway remodelling yang reversible. 2. Inflamasi saluran napas, bisa akut, subakut, atau kronik. Ini juga berperan dalam bronkokonstriksi akut dan airway remodelling. 3. Hyperresponsiveness bronkus, dimana terjadi peningkatan sensitivitas airway terhadap faktor pencetus sehingga terjadilah bronkokonstriksi. Kalo aku cenderung jawab yg hyperresponsiveness bronkus. Kalo bronkokonstriksi reversible sama airway edema itu kan yang terjadi pada asma, bukan menyebabkan patofis asma. Kalo inflamasi ga selalu kronis. 31. Faktor yang memicu timbulnya asma adalah a. hypoxia c. young age e. persistent asthma b. aspiration d. weather changes. Ini sebenernya udah jelas ya. Aku tambahin aja faktor pemicu asma: binatang berbulu, aerosol kimia, perubahan suhu, kutu rumahan (dust mites), excercise, pollen, virus, rokok, stress fisiologis yg berkepanjangan. 32. Temuan histopatologis pada pasien asma adalah a. aktivasi sel mast c. aktivasi kelenjar mukosa e. hipertrofi epitel jalan nafas b. edema jalan nafas d. deposisi kolagen pada membran basalis. Pada airway remodelling asma, yang terjadi ada fibrosis subepithel, deposisi kolagen, lapisan otot menebal, hiperplasi sel goblet, aktivasi glandular submukosa, juga hipersekresi

mukus. Sebenernya ini pertanyaannya agak ngga bermakna karena sejak kapan diagnosis asma dengan pemeriksaan histopatologis? Tapi kalo mau diperiksa di histopatologis, yang pasti kelihatan adalah deposisi kolagen ini. Aktivasi glandula submukosa gimana ngeliat di histopatologis? Sedangkan kalo hipertrofi epitel, pada airway remodelling asma ini awalnya aja terjadi penggundulan epitel. Edema airway juga terjadi pada pasien asma tapi itu dilihat dengan mata biasa juga bisa. Untuk aktivasi sel mast juga kayanya ngga. Karena yang diaktivasi itu awalnya adalah IgE, nah IgE yang aktif itu akan menyebabkan degranulasi sel mast sehingga keluarlah histamin, tryptase, prostaglandin, dan mediator2 lain yang males banget lah ngapalinnya :p 33. Pasien anak-anak batuk kronis kambuh-kambuhan yang muncul 3 kali dalam sebulan. Pada pemeriksaan fisik didapati wheezing. Klasifikasi asma pasien tersebut adalah a. infrequent episodic asthma c. frequent episodic asthma. e. persistent asthma b. mild persistent asthma d. moderate persistent asthma Dua hal utama penyebab asma adalah lingkungan dan genetic! Klasifikasi asma:  Asma akut : serangan ringan, serangan sedang, serangan berat.  Asma Kronis : asma episodic jarang, asma episodic sering, asma persisten. Dx asma menurut PNAA : Mengi berulang dan atau batuk persisten dengan karakterisitik: timbul secara episodic dan atau kronis, cenderung pada malam / dini hari (nocturnal), musiman ada faktor pencetus. Dua poin penting adanya mengi berulang dan atau batuk kronis berulang. Klasifikasi Penyakit Asma Infrequent Frequent episodic Parameter Klinis episodic Persistent asthma asthma asthma Frekuensi <1x/bulan >1x/bulan Setiap hari serangan Durasi serangan > 1minggu setiap hari Episode antara tidak ada Ada gejala Frequent nocturnal gejala symptomp Aktivitas Normal Mungkin Terganggu terganggu Pemeriksaan fisik Normal Mungkin Abnormal terganggu Controller Tidak perlu Steroid/kombinasi Steroid/kombinasi Fungsi paru PEF/FEV1 PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 <60% >80% Variabilitas >20% >30% >50% serangan REFERENSI SLIDE ASTHMA IN CHILDREN 34. Pada pasien anak-anak, manajemen awal serangan asma yaitu dengan . . . a. nebulasi oksigen 3 kali dengan interval 20 menit b. nebulasi inhaled corticosteroid 3 kali dengan interval 30 menit c. nebulasi anticholinergic 2 kali dengan interval 30 menit d. nebulasi leukotriene modifiers 3 kali dengan interval 20 menit

-agonist 3 kali dengan interval 20 menit.

REFERENSI SLIDE ASTHMA INCHILDREN 35. Terapi first line serangan asma kronik pada anak adalah a. Ipratropium bromida. -agonist e. oral steroid b. Inhaled steroid d. antileukotriene Farmakoterapi yang digunakan untuk serangan asma ada 2 jenis, yaitu reliever dan controller Yang termasuk jenis reliever adalah : inhaler, nebulized, oral - Epinefrin : subkutan - Teofilin / aminofilin : oral, intravena - Antikolinergik (ipratropium br) : inhaler - steroid : oral, intramuscular Sedangkan yang termasuk controller adalah - steroid : inhaler - LABA: inhaler, oral - antileukotrien : oral

Jika serangan asma datang atau gejala mulai muncul, maka first line therapy yang panjang, firstline yang digunakan adalah inhaled steroid dan LABA. REFERENSI SLIDE KULIAH ASTHMA IN CHILDREN 36. Pernyataan berikut yang benar mengenai suara jantung stenosis mitral adalah a. S1 mengeras. c. S2 mengeras e. murmur sistolik b. S2 meredup d. terdengar S4 STENOSIS MITRAL  Stenosis mitral adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran darah dari atrium kiri melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada katup mitral, sehingga menyebabkan ganguan pengisian ventrikel kiri pada saat diastole.  Etiologi : penyebab tersering adalah endocarditis reumatika, akibat reaksi yang progresif dari demam reumatik yang disebabkan oleh infeksi streptococcus.  daerah mitral. Terdengar suara S1 mengeras oleh karena pengisian yang lama membuat tekanan di ventrikel kiri meningkat dan menutup katup sebelum katup itu kembali pada posisinya. Pada katup trikuspid akan terdengar suara sistolik murmur.  Px fototoraks: pembesaran atrium kiri dan arteri pulmonalis  Elekardiografi Doppler: evaluasi struktur katup, ukuran dari area katup dengan planimetri (mitral valve area), struktur apparatus subvalvular, fungsi ventrikel.  Kateterisasi: untuk menegakkan dx stenosis mitral (berat/ringan) dapat dilakukan sebelum atau sesudah elektrokardigrafi. MITRAL INSUFISIENSI/ REGURGITASI  Pemeriksaan fisik: cardiomegaly, mumur pansistolik, congesti pulmoner. STENOSIS AORTA  Pemeriksaan fisik: mumur sistolik ejeksi, S2 Splitting. INSUFISIENSI AORTA  Pemeriksaan fisik: Kardiomegali, mumur diastolic coarse diastolic murmur, systolic ejectin click. INSUFISIENSI TRIKUSPID  Murmur sistolik REFERENSI IPD JILID II EDISI V, skills lab heart exam. 37. Anak mempunyai riwayat kontak dengan TB, hasil uji tuberkulin positif, namun tidak terdapat gejala TB. Maka, penanganan yang dilakukan yaitu a. Isoniazid 5mg/kg/hariselama 6 bulan. d. kombinasi RHZ selama 6 bulan b. Rifampicin 10mg/kg/selama 6 bulan e. kombinasi RHZ selama 2 bulan c. pasien diminta kembali jika gejala muncul MX OF CHILDHOOD CONTACT. Sign & No TST Treatment Symptoms 1 Negatif Tidak ada Preventif INH 5 mg/kg/hari selama 6 bulan 2 Positif Tidak ada Preventif INH 5 mg/kg/hari selama 6 bulan 3 Negatif Positif Preventif Melakukan TST ulang 2 minggu kemudian 4 positif Positif Terapi spesifik 2RHZ 4RH REFERENSI SLIDE TB IN CHILDREN.

38. Gambaran mikroskopis diagnosis Buerger Disease adalah a. fibrosis dan penebalan dinding c. trombus dengan mikroabses. e. peradangan seluruh dinding b. fokus nekrosis transmural d. nekrosis fibrinoid segmental BUERGER DISEASE - Definisi : occlusive disease yang mengenai arteri kecil-medium. Thrombophlebitis dari kebiasaan merokok berat dan di bawah 30 tahun. - Histology : Inflamasi lokal terjadi pada dinding arteri dan vena sehingga menyebabkan trombosis. - Clinical picture : Muncul gangrene pada jari kaki dan tangan yang progressive. 39. Laki-laki34 tahunperokokberat, ujungjari kaki pucat, terdapatulkus yang terasanyeriuntukberjalan. Lesitersebutkemungkinanbesarterjadikarena a. Buerger disease. c. Allergic granulomatosis e. takayasu arteritis b. Waegenergranulomatosis d. poliarteritisnodosa Buerger disease adalah penyakit vaskuler non-atherosklerotik, biasa disebut juga Thromboangiitis Obliterans (TAO). Penyakit ini dicirikan dengan tidak adanya atau atheroma, segmental vascular inflamation, fenomena vasooklusif, dan keterlibatan arteri dan vena yang berukuran kecil-medium pada ekstremitas atas dan bawah. Kondisi ini dihubungkan kuat dengan penggunaan tembakau yang berat, dan progress penyakit ini semakin cepat pada pemakai tembakau yang kontinyu. Penampakan tipikalnya yaitu adanya rest pain, unremitting ischemic ulceration, dan gangrene pada jari tangan dan kaki. Perkembangan penyakit ini bisa menyebabkan pasien membutuhkan bedah amputasi. Kasus kematian dari Buerger disease sangat jarang. Pasien dengan penyakit ini yang melanjutkan merokok, 43% diantaranya harus diamputasi. Takayasu arteritis adalah inflamasi pada aorta. Penyebabnya tidak diketahui. Penyakit ini lebih banyak muncul pada anak-anak dan perempuan di bawah 30 tahun, terutama pada keturunan Asia atau Afrika. Patofisiologinya yaitu karena autoimun. Sign Symptompnya yaitu kelemahan pada lengan serta rasa sakit jika digunakan, chestpain, dizziness, fatigue, fever, muscle and joint pain, skin rash, night swats, serta terjadi perubahan pada kemampuan penglihatan serte penurunan berat badan. Clasic Polyarteritis Nodosa (PAN atau c-PAN) adalah vaskulitis sistemik yang dicirikan dengan lesi inflamasi dan nekrosis yang mengenai otot arteri kecil-medium. Jika terjadi pada pembuluh bifurkasio, menyebabkan pembentukan mikroaneurisma, ruptur aneurisma dengan perdarahan, trombosis, bahkan sampai dengan iskemia dan infark organ. PAN diderita lebih banyak pada pria dibandingkan wanita (rasio 1,6-2 : 1). PAN dapat terdiagnosis pada orang di segala usia, namun paling banyak terjadi pada usia 45-65 tahun. Wegener Granulomatosis (WG) adalah penyakit autoimun multisistem yang jarang dan tidak diketahui etiologinya. Dicirikan dengan inflamasi dan nekrosis granulomatois dan vaskulitis pauci-immune pada pembuluh darah berukuran kecil-medium. Onset WG dapat terjadi pada berbagai usia, paling banyak terjadi pada usia 35-55 tahun. REFERENSI PUBMED HEALTH, SLIDE LECTURE ARTERIAL DESEASE.

[untuk 3 nomor berikut] Pasien wanita 30 tahun, keluhan sesak nafas yang dirasakan 1 bulan. Awalnya terasa jika bekerja berat, sekarang sesak nafas juga dirasakan waktu istirahat. Terdapat kenaikan tekanan vena jugularis, hepatomegali, dan edema tungkai. Auskultasi jantung bising diastolik derajat 3/6 di apeks jantung, nada paru-paru ronkhi basah pada basal. 40. Diagnosis yang paling mungkin adalah a. stenosis aorta c. insufisiensi aorta e. insufisiensi mitral b. stenosis mitral. d. stenosis pulmonal Pertama yang kita pikirkan adalah penyakit jantung, karena ada hubungan dengan istirahat/aktivitas. (Padahal pilihannya adalah penyakit jantung semua). Ronkhi basah pada basal mengindikasikan adanya kongesti pulmo. Kongesti pulmo bisa disebabkan oleh LHF, stenosis aorta, atau stenosis mitral. Bisingnya ada di apeks, maka yang paling mungkin adalah stenosis mitral. 41. Untuk memperkuat diagnosis, pemeriksaan fisik yang harus dicari adalah a. suara gallop d. suara S1 yang mengeras dan opening snap. b. split S2 yang menetap e. ejection click (late systolic click) di apeks jantung c. bising kontinyu di spatium interkostal 2 linea parasternal kiri Karena diagnosisnya adalah stenosis mitral, maka yang bisa dicari adalah suara S1 yang mengeras dengan opening snap. 42. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk kombinasi dengan digoxin pada pasien tersebut, KECUALI a. prazosine c. losartan e. klorotiazida b. captopril d. nifedipine. Based on Katzung, digitalis (digoxin) tidak boleh diberikan bersamaan dengan Ca-channel blocker. 43. Pasien laki-laki 57 tahun mengeluh sesak nafas jika beraktivitas dalam intensitas sedang. Kedua kaki bengkak, terdapat pitting edema, tekanan darah 150/95 mmHg, kardiomegali ke kiri lateral bawah, paru-paru ronkhi basah basal. Terapi yang paling tepat untuk pasien tersebut adalah a. digoxin c. lisinopril. e. nitroglycerine b. nifedipine d. dobutamine First line kasus ini adalah menurunkan edema pulmo, yaitu dengan menurunkan cairan tubuh sehingga edemanya bisa berkurang. Salah satunya adalah dengan konsumsi obat ACEinhibitor. Salah satunya adalah lisinopril. 44. Pemeriksaan fisik seorang pasien menunjukkan paru kanan asimetri, ketinggalan gerak, SIC cembung, fremitus taktil menurun, perkusi redup, auskultasi vesikuler menurun, didapatkan egophoni. Kelainan yang paling mungkin adalah a. oedem paru kanan c. atelektasis paru kanan e. pneumonia lobus inferior kanan b. efusi pleura kanan. d. pneumothoraks paru kanan Atelektasis Atelektasis Efusi Pleura (with patent (with blocked Pneumothorax airway) airway) Asimetri + + Fremitus taktil turun meningkat turun turun Perkusi redup redup redup hyperresonant Suaravesikuler turun Suara bronchial turun turun transmisisuara turun bronchophony turun turun Egophoni adalah peningkatan suara paru (high-pitched) saat melakukan auskultasi, biasanya karena konsolidasi paru atau fibrosis. Egofoni (egobronkofoni) dikatakan ada bila kata-kata yang diucapkan yang terdengar melalui paru-paru intensitasnya meningkat dan

mempunyai sifat nasal atau mengembik. Pasien diminta untuk mengatakan "iiii", sementara pemeriksa mendengarkan di daerah dimana dicurigai terjadi konsolidasi. Jika ada egofoni, bunyi "iiii" akan terdengar sebagai "eeee". Perubahan "i" menjadi "e" ini dijumpai pada konsolidasi paru. Daerah paru-paru yang tertekan yang berada di atas efusi pleura sering menimbulkan egofoni. 45. Ibu penderita TB paru mempunyai anak berumur 4 tahun. Anak tersebut tidak ada tanda dan gejala untuk TB. TST 13 mm. Rontgen thoraks normal. Diagnosis yang tepat untuk anak tersebut adalah a. sehat c. infeksiaktif TB e. terjangkitpenyakit TB b. contact child d. tidakadapenyakit TB Diagnosis TB (pada anak) itu ditegakkan berdasarkan: 1. Clinical sign & symptoms (unspecific): penurunan BB, penurunan nafsu makan, malnutrisi, recurrent mild fever, batuk kronis, cervical lymphadenophaty 2. Tuberkulin Skin Test yang mempunyai hasil positive bila indurasinya: > 15 mm (got BCG within 5 years) >10 mm (got BCG within 10 years) > 5mm in a child at risk of TB, and no BCG vaccination 3. Chest Xray: Bisa ditemukan struktur abnormal seperti hilar lymphadenopathy (pembesaran lnn di hilum), ghon focus (konsolidasi biasanya di inferior), complicated ghon focus (konsolidasi udah sampe apex), milliary (sebaran tubercle, biasanya mucul setelah 6 bln terinfeksi bisa dicegah dengan vaksin BCG pada anak HIV negatif,tubercle bisa berada di organ lain), efusi pleura (tidak biasa pada anak <6thn, danjarang pada anak2thn). Jadi, karena anak tersebut tampak sehat dan hampir pasti melakukan kontak langsung dengan ibunya, diagnosis yang tepatadalahcontact child. 46. Obat anti TB yang digunakansebagaiprofilaksis primer padaanakadalah a. INH c. ethambutol e. pyrazinamid b. rifampisin d. streptomisin Management anakdengan contact dengan penderita TB itu ditentukan dari hasil TST dan ada/tidaknya gejala pada anak itu. Dan managementnya itu kaya gini: HASIL TST SIGN&SYMPTOMS TREATMENT Negative Tidakada Preventif INH 5mg/kg/hariselama 6 bulan Positive Tidakada Preventif INH 5mg/kg/hariselama 6 bulan Negative Ada Preventif Ulangi TST setelah 2 minggu Positive Ada Terapispesifik 2RHZ + 4RH Jadi, profilaksis primer padaanak yang close contact denganpenderita TB itu INH (Isoniazid). 47. Fixed Dose Combination obat anti tuberkulosis pada anak adalah a. RHZ (50/50/150mg) c. RHZ (75/50/150mg) e. RHZ (50/100/150mg) b. RHZ (50/75/150mg) d. RHZ (75/75/150mg)

Treatment TB pada anak 2RHZ [duabulanpertama (intensive phase) semuanya given daily: Rifampicin (10-20mg/kg/dose), Isoniazid (10-20mg/kg/dose), Pyrazinamide (1530mg/kg/dose)] dan 4RH [empat bulan berikutnya (advance phase) semuanya given daily juga: Rifampicin (10-20mg/kg/dose), Isoniazid (10-20mg/kg/dose)]. Nah sekarang biar ga ribet, udah ada obat dengan fixed dose combination yang isinya: RHZ (75/50/150) atau RH (75/50) 48. Pemeriksaan EKG menunjukkan elevasi ST pada lead II, III, dan aVF. Kemungkinan disebabkan karena oklusi arteri koroner di bagian mana? a. arteri coronaria dextra. c. interventrikularis anterior e. circumflexa sinistra b. arteri coronaria sinistra d. interventrikularis posterior. Gambaran berdasarkan lokasi oklusi arteri A. Interventrikularis Anterior : ST elevasi V1-V6  lead anterior A. Circumflexa sinistra : ST elevasi lead I, aVL, V5, V6. A. Coronaria dextra r. marginalis : ST elevasi lead II, III, aVF  lead inferior A. Interventrikularis posterior : ST depresi dan peninggian R di lead anterior, terutama lead I. 49. Gelombang P dengan cekungan di tengah (notch) terjadi pada kasus a. Left Ventricular Hypertrophy c. myocard infark inferior e. hipertrofi atrium sinsitra. b. hipertrofi atrium dekstra d. Right Bundle Branch Block Pembahasan no 2, 3 dan 4 Ciri hipertrofi : - Atrium kanan : ada P yang tinggi dan lancip - Atrium kiri : ada P dengan cekungan di tengah (notch)  seperti punuk unta. - Ventrikel kanan : ada peninggian R di V1 - Ventrikel kiri : ada peninggian R di V5-V6 hingga >37 kotak kecil (3,7 mm) Myocardiac infark ditandai dengan ada Q patologis* di area yg terkait STEMI ada ST elevasi di area terkait** - UAP dan NSTEMI ada ST depresi di area terkait** **Area terkait : - Inferior : lead II, III, aVF - High lateral : lead I, aVL - Anteroseptal : V1-V4 - Anteroapical : V3-V5 - Anterolateral : V4-V6 *Q patologis didefinisikan sebagai berikut : - Q dengan lebar > 0,04 s - Q dengan tinggi > 1/3 tinggi R 50. Pemeriksaan EKG menujukkan adanya gelombang P yang tinggi dan ujungnya lancip di lead II, III, dan aVF. Hal itu bisa terjadi karena a. Left Ventricular Hypertrophy c. myocard infark inferior e. hipertrofi atrium sinsitra b. hipertrofi atrium dekstra. d. Right Bundle Branch Block

51. Pada pemeriksaan EKG, peninggian gelombang R di lead V5, V6 sampai dengan 4 cm. Kemungkinannya yaitu a. sindroma WPW c. Levt Ventricular Hypertrophy. e. myocard infark lateral b. Right Ventricular Hypertrophy d. Left Bundle Branch Block Sindroma WPW : ada pemendekan PR interval (<0,12 s), ada delta wave, dan inverse T wave. RVH, LVH, LBBB, MI lihat jawaban di atas. 52. Kondisi apakah yang menyebabkan adanya peninggian QRS complex pada lead I dan inversi QRS pada lead II dan III? a. Right Bundle Branch Block c. LAHB/LAFB. e. AV block b. Left Bundle Branch Block d. LPHB/LPFB Blok di penjalaran listrik jantuk dapat dibagi 3, yaitu : AV block (derajad I, II-1, II-2, III), His block (RBBB dan LBBB), fasiculus his block (Left anterior fasiculus block dan left posterior fasiculus block). ciri khas dari masing-masing blok adalah : - AV block : > Derajat I : terdapat pemanjangan PR interval (>0,20 s) > Derajat II : mobitz I (wenkebach) : PR interval makin lama makin panjang kemudian diikuti drop beat, lalu siklus berulang. > Derajat II : mobitz II : tidak ada pemanjangan PR, tp tiba2 ada drop beat. > Derajat III : tidak ada hubungan atrium dan ventrikel sehingga, atrium dan ventrikel memiliki irama masing2 - His block > RBBB > LBBB : terdapat pelebaran QRS, di V5-V6 ada gambaran seperti huruf M. - Fasikulus block : > LAFB : terjadi peninggian QRS di lead I dan aVL,inverse QRS di lead II, III, dan aVF > LPFB : terjadi peninggian QRS di lead II, III, aVF, inverse QRS di lead I dan aVF 53. Kejadian Torsade de Pointes terjadi pada a. atrial flutter c. ventrikular tachycardi. e. extrasystole ventrikel b. atrial fibrillation d. ventrikular fibrillation Torsade pointes merupakan salah satu bentuk takikardi ventrikel yang irregular. Torsade de pointes sering terjadi pada long QT syndrome. Tapi pada long QT syndrome, torsade pointes tidak akan terjadi apabila tidak ada extrasistol, dimana ketika ada R extrasistole ventrikel yang menumpuk di T (R on T phenomenon) maka akan terjadi torsade pointes. Akan tetapi berbeda dengan ventricular vibrilasi yang aksisnya sama terus, torsade pointes menunjukkan aksis yang berubah-ubah. (lihat gambar) 54. Siklus jantung manakah yang ditunjukkan oleh segmen ST pada EKG? a. 0 b. 1 c. 2. d. 3 e. 4 Siklus potensial aksi dari jantung memiliki 5 fase : (0-1: kompleks QRS, 2=segmen ST, 3=gelombang T, 4 fase istirahat) Penjelasan tiap fase adalah seperti berikut : Fase 0 : pembukaan fast Na channels dan depolarisasi secara cepat.

Fase 1 : penutupan fast Na channel dan repolarisasi cepat. Kompleks QRS ditunjukkan fase 0 dan 1 Fase 2 : fase plateu (kesetimbangan antara Ca yang masuk dan K yang keluar) Fase 3 : fase repolarisasi (kanal Ca tertutup, kanal K masih terbuka sehingga K terus keluar dari sel menyebabkan repolarisasi) Fase 4 : fase istirahat (terjadi saat diastole, merupakan fase dimana seljantung tidak dapat distimulasi) 55. Apa interpretasi dari gambaran EKG berikut?

a. MAT. c. atrial flutter e. tachycardia junctional b. PSVT d. atrial fibrilation Intepretasi : pada gambar diatas dapat dilihat tiap P selalu QRS, dengan morfologi P yang bervariasi yang merupakan ciri dari Multifocal Atrial Tachycardia. Gambaran umum dari tachycardia supraventricular (SVT) adalah QRS sempit. adapun ciri khas dari tachycardia yg lain adalah : - Atrial flutter : ada tampakan sawtooth paling jelas di L II dan V1, tiap P tidak diikuti QRS - Atrial fibrilasi : tampak gelombang P yang banyak dan tidak teratur, tiap P tidak diikuti QRS - Tachyc. juctional : QRS sempit, tanpa adanya gelombang P. - Paroksisimal SVT : SVT yg terjadi secara tiba2, biasanya berirama junctional. Jadi gambaranya sama dengan Tachycardia Junctional 56. Hasil EKG seorang penderita bradikardia menunjukkan tidak adanya gelombang P pada beberapa hantaran. Kondisi ini disebabkan oleh adanya hambatan (blockade) pada a. nodus SA. c. serat purkinje e. otot ventrikel b. berkas HIS d. left bundle branch gelombang P adalah gambaran depolarisasi atrium yang sebelumnya diinisiasi oleh adanya aktivitas di nodus SA

57. Lama perlambatan impuls di nodus AV dapat diamati dengan mengukur a. interval P-R. c. segmen QRS e. interval Q-T b. segmen P-R d. segmen ST Aktivitas listrik Gelombang yang dibentuk Depolarisasi atrium Gelombang P Perlambatan di nodus Segmen PR AV Depolarisasi ventrikel Kompleks QRS Repolarisasi ventrikel Gelombang T Referensi : Kasper et al. ,dan Harris 58. Seorang pedagang menderita tuberculosis, dokter meresepkan obat 2 bulan pertama menurut system DOTS. Untuk memastikan apakah istri dan anak-anaknya juga harus mendapatkan pengobatan TB atau tidak, maka yang harus dilakukan adalah a. pemeriksaan sputum sesaat-pagi-sesaat. c. tes manthoux e. pemberian profilaksis b. pemeriksaan rontgen thoraks d. pemberian vaksin BCG Pemeriksaan sputum sangat penting, karena dengan ditemukannya BTA, maka diagnosis tuberculosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 BTA pada sau sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 mL sputum. 59. Seorang pria 24 tahun dirujuk ke UGD setelah tertusuk benda tajam di toraks anterior pada sisi medial papilla mammae sinistra. Pada saat tiba ke UGD, diketahui tekanan darahnya 70/50 mmHg. Vena-vena leher tampak melebar. Suara pernapasan vesicular normal pada kedua paru. Tindakan berikutnya yang paling tepat adalah a. foto rontgen toraks c. EKG e. perikardiosentesis. b. intubasi endotrakeal d. insersi tabung pada kavum toraks kiri Diagnosis kasus ini adalah efusi pericardial atau tamponade kordis. Hal ini menyebabkan low input failurekarena jantung pada saat diastolic tidak dapat mengembang secara maksimal. Tindakan pertama yang diperlukan adalah perikardiosentesis. Referensi : ACLS 60. Seorang pria 38 tahun selama 2 minggu terakhir merasakan kaki kirinya sangat nyeri saat tidur. Sebenarnya sakitnya sudah 1 tahun namun hanya saat berjalan. Ia mengeluh jarak tempuh semakin lama semakin pendek dan sering berhenti karena nyeri. Bila istirahat maka nyerinya hilang. Penderita adalah seorang perokok berat. Px normal. Paa ekstremitas inferior sinistra tidak teraba pulsasi a.dorsalis pedis dan tibialis posterior. Pemeriksaan laboratorium normal. Diagnosis yang paling mungkin adalah a. acute arterial occlusion c. diabetic arteropathy e. chronic arterial thrombosis b. thromboangiitis obliterans. d. atherosclerotic peripheral arterial occlusive disease Kata kuncinya adalah perokok. Pada perokok berat bias mengalami penyakit oklusi inflamasi vascular, misalnya penyakit Buerger atau tromboangiitis obliterans, yang mengenai arteri berukuran sedang dan kecil, serta vena bagian distal pada keempat ekstremitas.

61. Seorang wanita postmenopause yang berusia 65 tahun mengalami sumbatan pembuluh darah koroner. Ia mengidap dislipidemia, kolesterol meningkat, LDL dan trigliserida tinggi, serta diabetes mellitus. Yang menjadi factor resiko tertinggi terjadinya penyakit jantung koroner adalah a. menopause c. LDL. e. DM b. kolesterol total d. trigliserida Semua factor resiko yang ada pada kasus ini berperan terhadap penyakit jantung koroner. Faktor resiko tertinggi adalah LDL. 62. Pria 32 tahun mengalami kecelakaan mobil. Stir mobil bengkok. Anda kebetulan ada di tempat kejadian dan langsung memeriksa keadaannya. Selama pemeriksaan awal, anda mencatat nadinya cepat dan lemah, dan nadi radialisnya menghilang bila pasien inspirasi. Masalah yang dialami pria ini adalah a. kontusio jantung c. flail chest e. hemotoraks masif b. tamponade jantung. d. tension pnemumothorax Pada kasus ini, pasien mengalami trauma tumpul toraks (terkena stir mobil). Pada pemeriksaan awal nadi cepat dan lemah menunjukkan tanda-tanda syok. Nadi radialis menghilang saat inspirasi menunjukkan tamponade jantung. Pada tamponade jantung ditemukan trias Beck, yaitu 1) Peningkatan JVP, 2) Penurunan tekanan arteri, 3) Suara jantung menjauh. Selain itu, juga ditemukan pulsus paradoksus, yaitu penurunan tekanan darah sistolik selama inspirasi spontan. 63. Seorang pria mengalami trauma dada, napas sesak dan ngorok. Perkusi dada kiri hipersonor, napas dada kiri tertinggal, nadi tidak teraba, dan akral dingin. Pertolongan yang dilakukan di UGD adalah a. beri oksigen sungkup, napas spontan, dan dekompresi jarum b. beri oksigen sungkup, napas bantu, dan dekompresi jarum c. intubasi, oksigen sungkup, napas spontan, dan dekompresi jarum d. intubasi, oksigen sungkup, napas bantu, dan dekompresi jarum e. langsung dekompresi jarum. Gejala pada kasus menunjukkan tension pneumothorax. Sehingga membutuhkan dekompresi segera dan menanggulangan awal dengan cepat berupa insersi jarum yang berukuran besar pada sel dua garis midklavikularis pada hemithorax yang terkena. Tindakan ini akan mengubah tension pneumothorax menjadi simple pneumothorax. Selanjutnya diberi chest tube. 64. Guna tes tuberculin adalah a. mendiagnosis TB d. mengetahui kepekaan kuman terhadap kuman TB b. follow-up pasien TB e. menyingkirkan diagnosis banding TB c. mendeteksi antibody tubuh terhadap kuman TB. Tes tuberculin banyak dipakai untuk membantu penegakan diagnosis TB pada anak. Tes ini hanya menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, atau BCG. Dasar tes ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Infeksi kuman TB akan menyebabkan reaksi imunologi dengan dibentuknya antibody seluler, yang diikuti pembentukan antibody humoral. Bila pembentukan antibody seluler cukup (infeksi oleh kuman yang sangat virulen, atau jumlah kuman yang sangat besar), maka akan mudah terjadi penyakit setelah penularan.

Setelah 48-72 jam disuntikkan tuberculin, maka akan timbul reaksi indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrate limfosit (reaksi antara antibody seluler dengan antigen tuberculin). Hasil test mantoux adalah sebagai berikut: - Diameter 0-5 cm  negative. - Diameter 10-15 cm  positif - Diameter 6-9 cm  meragukan. - Diameter >15 cm  positif kuat Referensi : Buku ajar penyakit dalam, Bagian Pulmonologi, FK UI 65. Laki-laki 20 tahun dibawa ke rumah sakit karena jatuh dari sepeda motor. Keadaan sianotik. Terdapat jejas pada dinding dada dengan pengembangan dada yang tidak simetris disertai suara nafas hilang pada satu sisi. Diagnosis kerja yang mungkin adalah a. kontusio muskulorum thorakal c. kontusio pulmonum e. tension pneumotoraks. b. hemotoraks. d. pneumotoraks disertai fraktur kosta Ciri-ciri tersebut kemungkinannya adalah hemotoraks dan tension pneumotoraks, karena gejalanya sama. Kecuali jika dada diperkusi, maka tension pneumothorax akan hipersonor, sedangkan hemothorax akan redup. 66. Bayi perempuan berusia 6 bulan berat badan 6,5 kg, dibawa ke UGD karena sesak napas. Tiga hari sebelumnya menderita demam tidak tinggi, batuk berdahak, pilek, sesak yang makin berat. Tidak ada riwayat sesak napas sebelumnya. Px paru didapatkan hipersonor, ekspirasi memanjang, mengi, dan ronkhi basah nyaring. Foto polos menunjukkan hiperaerasi, diameter AP memanjang pada foto lateral. Terdapat infiltrate peribronkial dan patchy infiltrate. Diagnosisnya adalah a. bronkopneumonia c. asma bronchial e. pneumothoraks b. bronkiolitis. d. pertusis Pada anak usia <2 tahun, sering dijumpai menderita bronkiolitis karena infeksi virus RSV yang meyerang bronkiolus. Penyakit ini ditandai dengan adanya obstruksi jalan nafas dan mengi. Px akan menunjukkan mengi ekspiratoar, ekspirium memanjang, toraks dengan perkusi hipersonor, pada auskultasi ditemukan fine crackles. Untuk membedakannya dengan asma, yaitu pada bronkiolitis mengi ekspiratoar tidak bereaksi terhadap pemberian adrenalin. Referensi : IDAI 67. Anak usia 6 tahun mengeluh stridor inspiratoar. Tindakan yang diperlukan adalah a. injeksi kortikosteroid. c. pemberian adrenalin e. pemberian dekongestan b. pemberian antihistamin d. pemberian antibiotik Keluhan pasien ngorok dan didapatkan stridor inspiratoar merupakan tanda adanya penyempitan saluran napas atas. Penyebab utama pada anak adalah viral croup, corpal, abses retrofaringeal, difteri, dan trauma laring. Yang paling sering adalah viral croup. Terapinya yaitu - steroid oral atau injeksi IM, deksametason 0,6 mg/kg - epinefrin nebulasi (1:1000) - antibiotic tidak perlu diberikan. 68. Anak usia 4 tahun punya riwayat asma bronchial. Di UGD, anak ini bias jalan-jalan dan bicara. Pada pemeriksaan diketahui nadi 90x/menit, frekunsi nafas 40x/menit, suhu badan 37,2 oC, terdengar mengi pada kedua paru. Diagnosisnya adalah a. asma bronchial berat c. asma bronchial ringan. e. asma persisten berat b. asma bronchial sedang d. asma episodic jarang

Parameter klinis Ringan Sesak nafas timbul berjalan saat Bicara kalimat

Sedang bicara

BErat Istirahat

Penggalan Kata-kata kalimat Posisi Bias berbaring Lebih suka Duduk bertopang duduk lengan Kesadaran Mungkin irritable Biasanya Biasanya irritable irritable Sianosis + Mengi Pada akhir Nyaring, Sangat nyaring, ekspirasi sepanjang terdengar tanpa ekspirasi stetoskop Sesak nafas minimal sedang berat Otot bantu nafas + + Retraksi dangkal Sedang + Berat + napas cuping retraksi hidung suprasternal Frekuensi napas meningkat meningkat Meningkat Nadi normal takikardia takikardia Dari tabel tersebut disimpulkan bahwa anak pada kasus mengalami serangan asma ringan Referensi : IDAI 69. Pria 45 tahun dating dengan keluhan sesak nafas, demam, kadang-kadang batuk. Pada foto toraks PA didapatkan gambaran kavitas di lapangan tengah kanan, berdinding agak tebal, dinding dalam rata, diameter 6 cm, disertai air-fluid level di dalamnya. Diagnosis radiologis yang mungkin adalah a. abses paru. c. Koch pulmonum e. kista pulmonum b. karsinoma bronkogenik d. fungus ball Gejala klinis sesak napas, batuk, dan disertai demam menunjukkan peradangan di saluran napas, yang sering diakibatkan oleh proses infeksi. Gambaran radiologisnya yaitu adanya kavitas di dinding agak tebal, dinding dalam rata, dan ada air-fluid level. Perbedaannya dengan kista paru adalah dindingnya biasanya tipis. Khas abses pada paru anaerob (primer) yaitu kavitasnya tunggal (soliter), sedangkan pada abses paru sekunder (aerob, nosokomial, hematogen), lesi biasanya multipel Referensi : Buku ajar penyakit dalam, Bagian Pulmonologi, FK UI 70. Salah satu penyebab asbestosis adalah a. beban kerja utama c. toksin yang termakan e. toksin yang terhirup. b. beban kerja tambahan d. toksin yang termakan Bekerja pada perusahaan asbes merupakan factor resiko mengalami asbestosis yang diakibatkan inhalasi debu asbestos. Inhalasi asbestos ini akan menyebabkan respon paru berupa fibrosis interstitial paru. Selain itu bias juga terjai efusi pleura, plak pleural, mesotelioma, kanker paru, dan kanker laring. Manifestasi klinisnya yaitu sesak napas saat beraktivitas, batuk non-produktif, dan jika berlanjut kronis akan muncul ronki basah basal. Gambaran radiologis awal berupa gambaran opak di basis paru dan dapat meluas ke pleura. Asbestosis menyebabkan kelainan faal paru tipe restriktif pada uji spirometri.

71. Pria 60 tahun perokok berat, masuk rumah sakit karena keluhan sesak bertambah, batuk berdahak, yang sidah dirasakan beberapa bulan terakhir ini. Kemungkinan diagnosisnya adalah a. alkalosis respiratorik c. asidosis metabolic e. mixed b. asidosis respiratorik. d. alkalosis metabolik Kemungkinan pasien menderita penyakit paru obstruktif (PPOK). Pada PPOK, rangsangan iritatif akan menyebabkan reaksi peradangan yang menumbulkan reaksi progresif, menimbulkan obstruksi jalan napas bawah. Obstruksi yang ditandai dengan ekspirasi memanjang menyebabkan akumulasi CO2 dalam paru, kemudian terjadi reaksi CO2 + H2O  H2CO3  H+ + HCO3-, sehingga terjadi perubahan kesetimbangan asam-basa berupa peningkatan H+. Kesetimbangannya dapat diperoleh dengan rumus H+= 24 x pCO2/HCO3-. 72. Pria 70 tahun datang ke puskesmas dengan batuk-batuk. Tekanan darah 140/80 mmHg, denyut nadi 80x/menit, frekuensi nafas 30x/menit, dan didiagnosis TB. Untuk pencegahan tersier, pasien ini memerlukan a. pengobatan teratur c. pemeriksaan sputum e. memakai masker b. imunisasi BCG d. nutrisi yang baik. Tujuan dari pencegahan tersier adalah disability limitation dan rehabilitation. Dissability limitation meliput kegiatan penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan untuk mencegah komplikasi. Pencegahan terhadap komplikasi, dan kecacatan setelah sembuh, maupun perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang. Pada kasus TB, pencegahan tersier adalah nutrisi yang baik, yang dapat mendukung proses penyembuhan dan mencegah komplikasi. Pengobatan tepat permulaan kasus dan teratur termasuk dalam pencegahan sekunder, yaitu mencegah proses penyakit yang lebih luas. 73. Seorang korban trauma dibawa ke UGD, ditemukan kesulitan bernapas, nadi lemah, penurunan suara napas pada sisi kiri, perkusi redup pada bagian kiri. Jenis cedera yang dialami yaitu a. tamponade jantung c. tension pneumothorax e. kontusio jantung b. flail chest d. hemotoraks massif. Pada kasus ini, terdapat tanda-tanda hemotoraks massif, yaitu nadi lemah dan cepat (syok hipovolemia), vena leher kolaps, suara nafas menghilang, dan perkusi redup pada dada yang mengalami trauma. Hemotoraks massif yaitu terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc di dalam rongga pleura. Hal ini disebabkan karena luka tembus yang merusak pembuluh daraj sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Terapi awalnya yaitu dengan resusitasi carian bersamaan dengan dekompresi rongga pleura (chest tube) 74. Pria 17 tahun mengalami kecelakaan mobil. Didapatkan trauma dada, napas sesak 60x/menit, suara napas sisi kanan menghilang. Yang dilakukan di UGD adalah a. rontgen toraks d. dekompresi ruang pleura bagian kanan. b. ambil darah arteri untuk analisis d. perikardiosentesis c. diberi cairan intravena Diagnosisnya adalah adanya udara dalam kavum pleura (pneumothoraks). Karena pada kasus tidak disebutkan adanya luka terbuka pada dinding dada, maka kita dapat menyingkirkan kemungkinan open pneumothoraks. Yang terjadi adalah tension pneumothoraks, sehingga harus dilakukan dekompresi dengan insersi jarum besar sehingga tekanan pleura menurun.

Kunci Jawaban 1. B 2. C 3. E 4. B 5. D 6. D 7. B 8. B/E 9. C 10. D

11. E 12. E 13. A/D 14. B 15. D 16. C 17. E 18. D 19. E 20. C

21. B 22. C 23. C 24. B 25. D 26. E 27. B 28. A 29. D 30. D

31. D 32. D 33. C 34. E 35. A 36. A 37. A 38. C 39. A 40. B

41. D 42. D 43. C 44. B 45. B 46. A 47. C 48. A 49. E 50. B

51. C 52. C 53. C 54. C 55. A 56. A 57. A 58. A 59. E 60. B

61. C 62. B 63. E 64. C 65. B/E 66. B 67. A 68. C 69. A 70. E

71. B 72. D 73. D 74. D

Tak ada manusia yang terlahir sempurna, kita menjadi terlihat sempurna karena ALLAH menutupi aib aib kita . . . Ketika saya berbuat kesalahan dan tak ada satupun orang yang tahu saya salah, itu karena ALLAH menutupi aib saya, ketika saya mengambil satu bungkus coklat di supermarket untuk saya bawa pulang tanpa diketahui oleh penjaga toko dan gak diteriakin maling itu karena ALLAH menutupi aib saya, hidung saya tidak memanjang ketika saya berbohong kaya pinokio itu karena ALLAH menutupi aib saya. Subhanallah, begitu maha kasih sayangnya ALLAH yang telah menutupi aib aib saya hingga saya tak nampak retak. Manusia itu tempat salah dan aib. Apabila ada orang memuji saya, itu bukanlah karena kehormatan yang ada pada diri saya jadi jangan keGRan, akan tetapi karena Allah menutupi aib saya dengan menampakkan kebaikan saya. Itu semua berkat penutup yang sangat indah dari ALLAH, penutup yang tak tembus pandang, penutup yang terbuat dari pahala pahala dan rajutan dzikir, dan cara mendapatkan penutup aib saya adalah dengan menutupi aib hamba hamba ALLAH yang lain. Jadi heran kalo ada orang yang justru bangga cerita-cerita kejelekan temennya, misalnya nih . . .

agah gitu, ternyata takut sama ayam hah, kok bisa?

kecil . . . hehe, kita kerjain yuk..

Lebih parah lagi kita malah menceritakan kejelekan kita sendiri. Misal nih deadline ngumpul laporan praktikum udah mepet, mau ngerjain gak punya materinya, alhasil deh bermodal ctrl-C & ctrlngerjain c .. Coba kita liat Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

kesalahannya kecuali orang-orang yang berbuat maksiat dengan terang-terangan. Masuk dalam kategori berbuat maksiat terang-terangan adalah bila seorang berbuat dosa di malam hari kemudian Allah telah menutupi dosanya, lalu dia berkata (kepada temannya): Hai Fulan! Tadi malam aku telah berbuat ini dan itu. Allah telah menutupi dosanya ketika di malam hari sehingga ia bermalam dalam keadaan ditutupi dosanya, kemudian di pagi hari ia sendiri (Shahih Muslim No.5306) Iya, simple kan ketika saya menutupi aib aib hamba yang lain maka ALLAH akan menutupi aib saya :) sungguh islam mengajarkan bagaimana hukum sebab akibat itu terjadi. Dan jangan juga ketika ALLAH sudah menutupi aib aib saya kemarin gue pergi berduaan sama gebetan gue, dia mau aja sih gue ajak ke mana-mana, untung gak ketahuan bapaknya, hahahaha, asik gak..? Asik..! Asiik? LOH !! bukannya bersyukur ALLAH menutupi aib aibnya eh malah dianya yang sibuk mengumbar.. tzzz.. ya udah deh, intinya dapat kita simpulkan dua hal: [1] ketika kita terlihat indah, terlihat keren, itu karena ALLAH menutupi aib aib kita sehingga kita nampak seperti gading yang tak retak :D [2] ALLAH tidak pernah ingkar janji, ketika kita mampu menutupi aib saudara kita, maka ALLAH akan menutup aib aib kita juga, dan ketika ALLAH sudah menutupi aib kita jangan pula malah kita banget deh kalo sampai ada yang gini :)

More Documents from "Fredy Gunawan"

Rc-blok-3-2.pdf
June 2020 8
Difinisi Warteg
October 2019 58
5 Resume.docx
October 2019 61