Ratisejiwa Meraba hati mensejahterakan jiwa Abu Syauqi
1 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 1 – SYU’ARA’ Sirnanya Cahaya ‐ Cahayamu Kemanakah larinya, semua cahaya yang dulu berkeliling di sudut rumah hatiku ?. Cahaya yang selalu menerobos masuk kedalam ruang hatiku. Cahaya yang terang benderang bersama lagu. Apakah adanya ia ada saat tiadaku ?. Sehingga tatkala aku benar‐benar wujud di hadapannya, ia sirna dari pandanganku. Seakan kehadirannya, adalah bukan untuk diriku. Seakan ia mencari sesuatu dari diriku, Dan ku sadar aku terus menutup pintu hatiku. Sehingga sinarannya menerangi luar ruang hatiku. Menari‐nari di halaman hatiku. Ardimdang … Aku mendengarkan lagu‐lagu yang terlantun dari kumpulan cahaya yang berkeliling di rumahku. Yang mengetuk‐ngetuk pintu rumahku. Setiap waktu aku duduk di sudut ruang hatiku. Mendengarkan syair lagu yang terpancar dari celah pintu hatiku. Setiap saat hampir selalu ruh ku terenggut, Masuk ke dalam lautan cahaya lagu. Aku diingatkan Tuhan, bahwa aku harus menutup pintu hatiku. Sebelum cinta‐Nya tiba, maka aku tak boleh membukakan bagi siapapun. Aku bagaikan seorang perempuan, yang menunggu di dalam rumah suaminya. Yang tak boleh membukakan pintu, kecuali dengan izin suaminya. Namun lantunan lagu membuat aku gelisah. Seakan ada kebersalahan karena ku menutup pintu darinya. Namun ku tahu Ia lebih mengerti. sinar‐Nya pasti mengurusinya. Ardimdang … Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
2 Meraba hati mensejahterakan jiwa Aku yang terkunci di dalam ruang hatiku selalu bertanya kepada Tuhan, “Apakah aku akan terus berada di dalam kurungan ?.” Sehingga tak ada kesempatan untuk memberikan hidangan, Dan menari di dalam lautan lagu wanita pembawa lentera. Tapi ku sadar bahwa aku seorang tawanan. Yang jiwaku hancur pabila keluar dari penjara‐Nya. Sinaran lentera akan memusnahkanku. Lagunya akan menguapkanku. Lentera itu bisa membuat aku luluh lantak. Musnah sebelum aku bertemu cahaya‐Nya. Oleh sebab itu, Ia kunci rapat ruang hatiku. Agar aku tak keluar dan musnah oleh sinaran cahaya lentera. Ardimdang .. Ku cinta ketulusan yang telahir, dari lagu dan cahaya lentera. Karena tulusnya cinta Tuhan terhadap cahaya Muhammad, dan cinta‐Nya terhadap lagu Daud sang penyayi. Namun ternyata cintaku, telah membuat pembawa lentera berputar. Cahayanya berkilat‐kilat di lubang pintu, Seperti serangga bercahaya di malam gelap. Lantunan lagunya menarik‐narik ruhku dari jasad. Memaksaku untuk keluar dan menari bersamanya. Membuat hatiku tergerak, Untuk membukakan pintu dan berputar‐putar bersamanya. Ku berdiri di balik pintu, Lantunan lagunya telah membuat tariannya nampak dipelupuk mata. Tangisan dan do’anya kepada Tuhan terdengar di dalam telinga. Membuat hatiku terhanyut dan menangis karenanya. Ku bertanya kepada Tuhan, Apa yang bisa ku lakukan, Tatkala hamba‐Nya menangisiku Karena keterpenjaraanku di dalam ruang hatiku. Tatkala aku mengintip dirinya di balik pintu. Suara dari hatiku memusnahkan daya tariknya. Ia menghardik diriku dan mengancam, “Awaslah keputusan Ku.” Ku berkata kepada hatiku,
3 Meraba hati mensejahterakan jiwa “Hasratku untuk menanti cinta‐Nya telah begitu kuat.” Maka terbukalah perlahan pintu hatiku. Dan tersinarilah aku dengan cahaya yang berkeliling di sekitar ruang hatiku. Kupancarkan cahaya dari hatiku. Sehingga cahayaku bersatu dengan cahayanya. Tatkala rahasiaku terpancar dari hatiku, Maka reduplah cahayanya. Seakan lagu kesedihan mulai terlahir dari sinarannya. Namun Cahayanya berupaya menutupi lantunannya dari diriku. Mataku yang silau terhadapnya, Membuat aku hanya berdiri bersama cahayaku sendiri. Saat ku rasakan bahwa ia pergi dari rumah hatiku. Ia telah menghentikan semua lantunan lagunya. Ia telah menelantarkan apinya. Ia berlalu tanpa mendapatkan hidangan apapun dari diriku. Ku pikir ia masih berada di sekitarku, Tetapi rupanya ia hanya meninggalkan lentera bagiku. Ia telah berlalu bersama lagu. Yang dilantunkan buat dirinya sendiri. Hingga tatkala lentera itu padam karena kehilangan lagu, Ku tersadar akan ketiadaannya dari sisiku. Ku terduduk di sisi taman bunga mawarku. Ku petik salah satu, dan ku hirup baunya seraya berkata: Oh Tuhan, ia beserta Mu dan aku beserta diri Mu jua. Dalam diri‐Mu aku bersua dengannya, walau tanpa lagu dan tanpa sinarannya. Walau yang ku tatap hanya diri‐Mu. Ku pikir datangnya lentera‐lentera itu untuk menghibur kesepianku. Tatkala aku terkunci sendiri di dalam ruang hatiku. Menunggu berita cinta‐Nya yang terkenal. Menanti raihan cinta‐Nya yang menakjubkan. Tapi tatkala kesepianku belum berakhir, Ternyata ia telah meninggalkanku. Tak ku dengar lagi lantunan lagu, Tak ku lihat lagi cahaya menembus celah pintuku. Kuharap segera Ia datang, Mengisi kesepianku, Mengobati sakitku, Dengan memandang cahaya‐Nya dan mendengarkan lagu‐Nya. Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
4 Meraba hati mensejahterakan jiwa Kembali aku ke dalam ruang hatiku. Mengunci diriku Dan duduk di sudut ruang hatiku. Dalam kegelapan bersama pelita di dalam lubuk hatiku. Ardimdang … Saat Tuhan mencintainya. Maka tak terelak, si tawanan mesti mengungkapkannya. Bila ia memasuki cahaya‐Nya, pasti ia terperanjat. Karena yang berucap bukan si tawanan, tetapi diri‐Nya. Cinta yang satu ini tak menghadirkan diriku, Karena diriku dalam tawanan‐Nya. Selama kegelapan meliputi hatiku, Maka tiada aku beroleh kewujudan dalam sinaran cinta‐Nya. Bila Cinta‐Nya telah tiba, maka aku akan diwujudkan‐Nya. Bersama cinta‐Nya aku berlayar memasuki lautan lagu cinta. Dengan tentram aku memasuki tarian cinta. Menenggelamkan diri dan memuja cinta‐Nya bersama teman sejati. Ku hanya bisa hidup bersama cahaya‐Nya. Seakan wujudku tak ku biarkan ada tanpa cahaya‐Nya. Bila semua orang mengharap wujudku, Maka aku menangis tatkala ku tak temukan cahaya‐Nya. Ardimdang … Pergilah engkau semua jauhi aku, Aku tak bisa memberi apapun tanpa cahaya‐Nya. Tak usah kau tunggu diriku. Karena mungkin kematian melepaskan ikatan, Sebelum cahaya‐Nya bersinar di lubuk hati. Semua orang berlayar bersama arus‐Nya. Menikmati berbagai cerita yang terukir di pinggiran sungai‐Nya. Kala waktu telah tiba tuk mendapatkan kedekatan, Maka kesedihan memuncak tatkala tiada sinaran. Ardimdang .. Bila setiap orang bertanya kenapa terjadi masa lalu, Kenapa dirinya berada di masa lalu ?. Bila setiap orang telah merelakan dirinya diterangi sebuah lentera. Kenapa ia meragukan sinarannya bila ia telah rela ?. Berhentilah bertanya,
5 Meraba hati mensejahterakan jiwa Lihatlah ke dalam hati, apakah Tuhan tetap menanti ?. Karena bila Ia pergi, Tak ada keindahan yang bisa engkau datangi. Kejarlah Tuhan selagi engkau mampu. Karena di sisi‐Nya semua jawaban. Semua kepastian mengandung rahasia. Dan semua rahasia, kan menumbuhkan bunga mawar di taman‐taman hati. Jika kau tengadahkan tanganmu kepada sungai‐Nya, Ia hanya bisa memberimu air madu yang mengalir di dalamnya. Padahal madu itu membuat engkau selalu dahaga Oleh pertanyaan, dimanakan sumber kebahagiaan ?. Ardimdang … Ku tatap di wajah‐Nya, Ada banyak rahasia yang tak terlukiskan. Semua rahasia digenggam‐Nya Semua tuntutan baik pasti dipenuhi‐Nya. Untuk ini semua orang berlayar, Menghadapi badai besar yang menghadang. Untuk ini orang bersabar. Menyendiri di dalam ruang tahanan. Ardimdang, telah dipastikan. Keluhan takkan menghadirkan keindahan. Keindahan adalah diri‐Nya. Dirinya beserta laskar‐laskar yang indah dengan kesabaran. Ardimdang, akankah terlupakan … ?
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
6 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Daun Cinta Aku berkata, “Ini adalah lagu kebenaran” Daun cinta menjawab, “Berlalulah dengan perintah yang nyata” Aku berkata, “Wahai daun cinta, Tatkala aku hidup di atas jalan hidupku, aku melihat dirimu.” Daun cinta menjawab, “Sungguh betapa baiknya, kalau kamu pergi ke dalam hati kamu dan melihat siapa dirimu.” Aku berkata, “Lihatlah aku dan engkau akan menangis.” Daun cinta berkata, “Karena aku tak melihat agama pada dirimu. Maka mana tangisanmu ?”
Cinta Dan Kematian Duhai cinta yang mendatangkan kematian, kematian cinta, cinta kematian, mati karena cinta, cinta dan kematian, atau salah satu dari keduanya. Bila cinta pada‐Nya telah merasuki hati, Nafsupun akan dikendalikan cinta, Dan cinta di dalam hati akan menjadi pelita. Bila cinta telah membuat nafsu terkendali, Di manapun keindahan cinta akan dikejar. Sekalipun kematian menjelang, Dan sungguh cinta membawa kematian Yang ia akan terbawa hingga mati menjelang. Karena cinta matipun tak terasa, Namun bila cinta menemui kematiannya, Maka nafsupun kembali berjaya. Dan tiadalah sembarang cinta Hanya cinta kepada‐Nya yang bisa membakar jiwa, Yang meringankan derita sakarat Dan yang mematikan kematian Hingga keabadian menjelang. Dalam cinta‐Nya tiada kematian Karena cinta‐Nya telah mematikan kematian Cinta‐Nya telah menidurkan rasa sakit Sementara tanpa cinta‐Nya Cinta kepada selainnya adalah derita dan kematian
7 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Keheninganku Dalam Keheninganmu Wahai keheningan Kenapa kau tak berkata‐kata tentang hatiku, Padahal keheningan hatiku telah membuat aku pilu Kurasakan bebasnya aku di dalam nuansa gelapmu, tetapi di dalam hatiku aku terbelenggu gelapku. Seakan aku tak pernah bisa meninggalkan segala perkara, yang menghimpit hatiku. Rupanya malam tak sama dengan gelapnya hatiku. Kehadiran Ia padanya tak terjadi di hatiku. Tatkala mata terjatuhkan dan hati terhijabi Maka bayangan‐Nya tak kurasakan Sejelas saat Ia kurasakan di hatiku. Keruntuhan yang kurasa, Bukan akhir yang boleh dicinta. Selama nafas bergerak Perjalanan harus terus ditapaki Hingga mata terpejam di tangga yang dikehendaki‐Nya
Ia Antara Aku Dan Engkau Kita tak akan lepas dari‐Nya Aku melihat engkau melalui Ia Ia melihat aku tanpa engkau Engkau melihat Ia tanpa aku. Tak tersembunyi … Garis tangan telah jelas Ada hukum‐Nya di antara kita Tiada guna aku ada Kalau tiadanya aku, aku lebih berada. Karena ku ingin hanya Ia Karena Ia pada segalanya Sementara engkau … Segala engkau pada Ia Segala aku pada Ia Aku atau engkau, Bukan segala‐galanya buat kita. Dimanakah aku ? Saat aku menemukan engkau. Dimanakah engkau ? Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
8 Meraba hati mensejahterakan jiwa Saat engkau temukan aku. Aku tak melihat karena aku tiada. Namun aku ada dalam ketiadaan. Aku memang tiada untuk engkau Engkau ada untuk aku Kita bertemu Ia Yang mana engkau dan aku tiada Saat aku mengeluh tentang aku Ku tersadar aku memang untuk Ia Engkau ada untuk Ia Ia ada sekalipun kita tiada Ada dan tiada, saudariku … Ia tetap ada. Di manapun kita, ada dan tiada, Engkau tetap engkau Dan aku tetap aku Sementara pada‐Nya, engkau adalah aku. Maka bersama‐Nya, aku bersamamu. Sebesar apapun engkau pada ku Aku menutupi dirimu Aku melihat engkau pada diriku Karena kau nampak pada diriku Aku tak tahu perlukah kau pada diriku Karena engkau ada tanpaku Namun aku perlu engkau untuk Ia Sekalipun aku tiada Dan engkaupun tiada Bila ku tanya tentang engkau Aku tak tahu tentang engkau Engkau tak tahu tentang aku Ia tahu tentang kita Kita tahu siapa Ia Dimana Ia ? Dimana kita tatkala Ia ada ? Dimana aku tatkala engkau tiada ? Dan dimana engkau tatkala Ia ada ? Selamanya kita tak akan pernah bersua Jika kita tak bersua dengan‐Nya Sekalipun engkau lihat aku Tanpa‐Nya, yang kau lihat hanya sesuatu pada hatimu
9 Meraba hati mensejahterakan jiwa Bukan diriku … Ada dan tiadanya aku padamu Tergantung seberapa dalam engkau tempatkan Ia di hatimu Aku tak bisa ada jika kau tanpa Ia Sementara Ia ada Dan tak mengapa tanpa engkau Asal aku dengan Ia Kalaupun aku dengan engkau bersatu Aku kan ingin bila Ia terbit Dan engkau tenggelam Sementara akupun tenggelam Hingga yang ada Cuma Ia Maka berapakah harganya kita ?
Kenikmatan Sungguh keselamatan adalah kehidupan Dan cinta adalah kenikmatan Ia berhimpun dalam jiwa yang menghuni mahligai‐mahligai firdausi Yang bertatap dengan Alloh Yang pada‐Nya ada Rahasia Kesejahteraan Dalam cinta dan keamanan Yang berarti cinta yang abadi Dan jika nikmat lestari Siapa orang yang tak suka berketetapan pada apa yang Ia sukai sementara Alloh tak beri ia kenyang sedikitpun, maka tak diangkat ia dari menikmatinya
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
10 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 2 ‐ MUHASABAH Bangun Saat engkau tenggelam dalam alam hayalan atau lamunan, seharusnya engkau menemukan sebuah suara yang berkata, “Bangunlah engkau dari lamunanmu. Belumkan tiba saat buat dirimu untuk hidup di alam kenyataan, membangun segala realitas yang bisa kau buat, dan melakukan sesuatu yang maslahat bagi dirimu dan sesamamu dengan potensi cinta yang ada di dalam hatimu ?.” Dengan suara itu engkau bisa kembali ke dalam hatimu, lalu mencari kegelisahan yang berkeliaran di hatimu. Kegelisahan yang disebabkan karena ketidakpuasan hatimu dalam menikmati potensi kesanggupanmu. Fahamilah olehmu, bahwa segala perkara yang membawa pengetahuan yang ada di dalam benakmu, tak akan pernah bisa memberikan arti yang sangat besar terhadap rasa bahagiamu, selama engkau belum dapat merealisasikannya dalm bentuk konkrit yang terasa manfaatnya secara dzahir maupun bathin. Kemudian engkau terbangun, dan kau berjalan di alam realitas, bergumul tidak dengan dirimu sendiri, tetapi jua dengan orang di sekitarmu. Kau menemukan berbagai halang rintang dan dorongan, yang membuat kebahagiaanmu timbul tenggelam. Hingga engkau bisa merasakan kerinduanmu silih berganti antara kerinduan untuk menyendiri dan bersua dengan sesama. Engkau akan terbaring kelelahan, karena akal‐pikiran mu terkuras untuk kepentingan usahamu. Kau akan mengalami pasang surut kehidupan, yang akan memperjelas karakter dirimu dan tingkat pengabdian kepada Tuhan yang kau miliki. Kau akan terpana, melihat segala yang kau lewati berlalu meninggalkan dirimu. Sementara engkau tak punya kesanggupan untuk merubahnya, selain engkau bisa menangis dan bahagia. Tatkala engkau tenggelam dalam kelemahan. Di saat mentari kekuatan untuk memegang ideologimu tidak bersinar, engkau terseret‐seret menuju alam yang kau tentang. Engkau yang tak sudi bersua dan bergumul dengan kehinaan, dengan terpaksa memasukinya. Karena engkau tak punya kekuatan dan engkau harus mencarinya. Tatkala engkau dilupa hingga kemudian disadarkan oleh secerca sinar pengetahuan yang terbenam di lubuk hati, engkau terperanjat lalu dengan segera menyimak suara tersebut. Suara tersebut berkata, “Bangunlah engkau dari kesedihanmu. Kenapa engkau rela membiarkan dirimu menderita semata untuk mempertahankan kehinaan. Keluarlah dan raihlah perjuangan. Sirnakan segala pendanganmu terhadap segala arah hina. Balikan tubuhmu dan masuki alam mulia. Berkurbanlah dengan menderita demi kemuliaan dan menyingkir dari kehinaan. Tatkala kau meyakini ideologi dan menghasratinya di hati, maka sejak saat itu engkau tak akan pernah bisa bahagia selama hasratmu belum kesampaian. Selama hatimu bergumul dengan perkara yang kontradiktif dengan ideologimu, maka kau akan sengsara, hingga binasa. Bangunlah, sebelum kau binasa” Lalu engkaupun terduduk, mengambil nafas yang dalam. Kemudian memusatkan pikiran dan hatimu untuk membangun kekuatan ideologis. Kau kemudian berazam untuk keluar dari kehinaan dan menyirnakan semua ketertarikanmu kepada kehinaan dan melawannya dengan keimananmu. Kau kemudian berlari kepada Tuhan, yang kau tahu bahwa hanya Ia yang bisa menolong dirimu dan memberimu kekuatan. Kau kemudian menjadi orang yang sangat keras untuk kembali kepada Alloh. Semakin keras kerinduanmu terhadap kemuliaan, maka semakin keras perjuanganmu di jalan kemuliaan.
11 Meraba hati mensejahterakan jiwa Kemudian ada suara yang berkata, “Masukilah alam ideologis, dimana engkau tak melihat sesuatu yang bertentangan di dalamnya selain hanya bayangan yang bisa kau singkirkan. Alam yang dibangun dengan kekuatan cintamu kepada ideologis dan kebencianmu kepada selainnya. Dengan kekuatan cinta dan bencimu, yang kau tatap hanya ideologimu. Sementara sesuatu selainnya, sirna dalam pandanganmu. Hingga tiada dalam pandanganmu sesuatu itu. Engkau hanya melihat apa yang ada di alam ideologis dan tiada yang selainnya. Segala sesuatu selainnya berlalu tanpa membawa cinta dan perhatianmu. Kau jadilah kemudian sebagai abdi ideologismu.” Tatkala engkau telah patuh kepada ideologimu, maka ada suara yang berkata, “bilamana engkau telah menunjukkan keterpautanmu kepada ideologi Tuhan, maka engkau telah mengabdi kepada‐Nya. Engkau telah menjejaki jalan‐Nya dan telah menerima santunan‐Nya. Maka terimalah karunia selanjutnya. Kau akan melihat segala sesuatunya adalah Ia. Karena keterpautan hatimu kepada‐Nya telah membuat dirimu merasa tentram mengingat‐Nya. Dan rasa hatimu yang menjelaskan ketidakmampuanmu hidup tanpa Alloh telah membuat dirimu terdorong ke syurga‐Nya. Membuat dirimu terikat dengan‐Nya dan tak lepas dari‐Nya. Wajahmu melihat‐Nya dan Ia telah menempatkan wajah‐Nya selalu pada wajahmu. Hingga segala seuatunya membawa dirimu kepada‐Nya. Kau melihat pada segalanya ada Ia.” Jika kau telah tersadar akan Ia, maka ada suara kemudian yang memperkuat cintamu kepada‐Nya, “Janganlah kamu menjadi orang yang menyirnakan semuanya agar engkau bisa melihat‐Nya. Jangan kau menjadi terlupa bahwa engkau tiada beda dengan mereka. Engkau tak boleh menghinakan mereka dengan menganggap bahwa mereka layak sirna sementara engkau tak layak untuk sirna. Jika semua yang sirna itu adalah mahluk‐Nya, maka kenapa engkau belum sirna. Adakah dua pemilik kewujudan. Jika engkau menganggap dirimu layak ada sementara yang lain sirna, maka malulah engkau kepada Tuhanmu. Selama engkau belum sirna, maka tak sampai engkau pada jati dirimu.” Maka setelah itu, kemudian engkau benar‐benar melihat dirimu sirna. Tak ada selain Alloh selain semuanya sirna. Pada dirimu dan selain Alloh kau melihat‐Nya. Hingga kau tersadar bahwa segalanya tiada selain Ia saja. Tak kau temukan rasa selain kesadaranmu bahwa Ialah segalanya, yang maujud dan menyirnakan. Hingga kau temukan betapa dalamnya ruang Ketuhanan, dan terlupalah engkau dari segalanya.
Membuka Cinta Untuk mendapatkan arti dari cinta yang sejati, maka engkau harus memperhatikan dan mengejar kerinduanmu hingga kerinduan itu mencapai titik puncaknya, hingga engkau mabuk oleh sebab kerinduanmu itu. Tetapi mabukmu karena cinta kepada Alloh adalah lebih baik dari pada mabukmu karena mencintai barang yang tak kekal dan tak mendatangkan sesuatu selain kemadharatan. Sebab Alloh adalah Tuhanmu yang tak ada seorangpun yang menyamai dan menandingi kekuasaan dan kebesaran cinta‐ Nya. Setelah engkau melewati waktu dengan menjaga keinginanmu untuk mendapatkan cinta Alloh, terus berusaha agar diri tetap menuju cinta‐Nya, dan memperhatikan agar hatimu tetap melakukan hal itu semua, maka engkau akan menyaksikan bahwa sesungguhnya di dalam hati mahluk ada rahasia cinta
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
12 Meraba hati mensejahterakan jiwa Tuhan. Dan setelah engkau rasakan beratnya menjaga hati, maka engkau sadari bahwa untuk cinta‐Nya, engkau butuh pengurbanan yang tinggi. Sesungguhnya dirimu itu lemah dan kelemahan itu merupakan ciri utama hamba Alloh. Dengan kelemahanmu itu, engkau berusaha mencari jalan menuju cinta‐Nya dan mendapatkannya. Tetapi engkau tak akan pernah bisa mencintai jalan‐jalan menuju cinta‐Nya kecuali engkau mendapatkan kekuatan dari Alloh dan mendapatkan kedekatan yang sangat kepada Alloh. Terlebih untuk mencintai‐ Nya dengan penuh kesadaran, kemantapan, dan hati yang suci dari keberpihakan kepada apa yang dibenci‐Nya karena kuatnya keberpihakan kepada apa yang dicintai‐Nya, maka engkau membutuhkan pengetahuan, keyakinan, kesungguhan, dan jelasnya arah tujuan perjalanan hidup serta tugas kehambaan. Engkau membutuhkan kedekatan kepada‐Nya dan ungkapan yang ikhlas atas kelemahan diri kepada Alloh, sebagai bentuk pertawakalan diri dan permohonan akan pertolongan Alloh SWT. Namun apalah artinya ungkapanmu bila hanya sebatas lisan. Ungkapan ikhlas yang dituntut oleh setiap pecinta adalah ungkapan yang terlahir karena kesadaran dan rasa butuh yang sangat. Dan tak akan pernah bisa ia mendapatkan rasa butuh seperti itu jika ia belum mengetahui bahwa tanpa cinta‐Nya dan mencinta‐ Nya, ia tak bisa hidup dan bahagia.
Pengurbanan Derita yang kau rasakan adalah ungkapan perasaanmu yang harus kau tanggapi dengan sikap sabar. Jangan kau mengeluhkan atas apa yang Alloh timpakan kepada dirimu. Alloh telah membentangkan jalan agama agar engkau mendapatkan keberuntungan dari derita yang menderamu. Bersabarlah dan berdirilah engkau di atas jalan‐Nya. Sungguh engkau tak akan sanggup berdiri dengan tabah dan penuh pengharapan kepada‐Nya bila engkau tak punya cinta yang kuat kepada‐Nya. Lahirkanlah cintamu kepada‐Nya, karena cinta kepada‐Nya merupakan kekuatan bagi dirimu untuk hidup atau mati dengan membawa dan menikmati cinta‐Nya. Dan tiadalah cinta‐Nya itu selain kenikmatan yang abadi tan tak terkira. Bila engkau telah disanggupkan Alloh untuk menanggalkan segala perkara yang dibenci‐Nya, maka engkau akan medapatkan tekanan‐tekanan rasa yang akan membawa dirimu bisa menikmati keindahan cinta‐Nya, sampai tak ada penolakan hatimu akan rasa butuhmu kepada cinta‐Nya.
Penyesalan Bila engkau ingin bertaubat maka lakukanlah selagi ada waktu dan ada keinginan. Ketidakberdayaanmu untuk bertaubat menunjukkan bahwa engkau lemah dan membutuhkan penolong. Sekalipun engkau penuh dosa dan banyak dicela‐Nya, Ialah satu‐satunya penolong yang tepat bagimu. Jika engkau malu kepada‐Nya, maka tunjukanlah rasa malumu dengan menyesali dosa‐dosamu. Menghadaplah kepada‐ Nya sekalipun engkau takut mendekati‐Nya. Bersungguhlah dalam bertaubat, nisacaya engkau akan dihibur‐Nya dengan dibukakan pintu maaf.
13 Meraba hati mensejahterakan jiwa Bila masa belum mempertemukanmu dengan taubat yang benar, maka teruslah berusaha agar taubatmu bisa sempurna. Kesungguhanmu dalam bertaubat tak akan disia‐siakan Alloh. Setiap diri menuju apa yang dihasratinya. Semua hasrat di hatinya akan melapangkan jalan sehingga ia dengan mudah bergerak kepada yang dihasratinya. Berjuanglah melawan segala halang rintang. Karena perjuangan itu merupakan indikator ada tidaknya kesungguhan di hatimu untuk mendapatkan apa yang engkau perjuangkan.
Lemah Engkau boleh‐boleh saja memutuskan niatmu. Tetapi jika niatmu itu adalah sesuatu yang ada kaitannya dengan ibadah kepada Alloh, maka memutuskannya karena engkau tak tahan akan desakan hawa nafsu yang ingin agar engkau memutuskannya adalah kehinaan yang akan menjauhkan dirimu dari pada Tuhan. Alloh menghendaki dengan penahanan dorongan nafsu itu agar engkau naik derajat. Namun engkau tidak menghendakinya dan hanya diam saja tatkala dirimu tenggelam dalam ketidaksanggupan. Berharap dan bersedihlah untuk mendapatkan kebebasan darinya wahai diriku, karena keadaan tersebut tidak baik bagi dirimu. Sadarlah, bahwa engkau itu lemah dan butuh pertolongan Alloh untuk bisa menaiki tangga kedekatan kepada‐Nya dengan ibadah. Tancabkanlah keyakinanmu di dalam hati, lalu bersegeralah menunju Alloh. Renungilah kekalahan dan kelemahanmu, serta kembalilah membina jiwamu hingga ia menjadi jiwa pejuang yang soleh. Bila engkau menyesal karena engkau tak dapat menaiki tangga kedekatan dengan kekalahanmu itu, maka ketahuilah olehmu bahwa nuranimu sudah mengetahui bahwa kedekatan itu merupakan hal yang benar‐benar dibutuhkan oleh dirimu. Tatkala nuranimu mulai bosan dengan segala keresahan dan dorongan kejahatan, maka iapun merindukan ketenangan dan kebaikan akhlak. Dengan ketenangan dan kebaikan akhlak, maka engkau bisa dengan leluasa bertaqorub kepada Alloh. Jika jiwamu lemah dalam menghasrati kebaikan, lemah dalam meluruskan nafsu dengan aturan Tuhan, maka bagaimana engkau bisa bergerak menaiki tangga kedekatan dengan amal ibadah ?. bagi seorang hamba yang lemah, yang di dalam hatinya menghasrati kedekatan dengan‐Nya, maka ia tak akan pernah mudah beroleh kebahagiaan di dalam hidupnya. Hanya cinta‐Nya kepadamu saja yang bisa membuat kehidupanmu berubah. Maka carilah cinta‐Nya dengan mengikuti kekasih‐Nya. Rubahlah dirimu dengan mengikuti manhaj cinta‐Nya. Carilah cinta‐Nya yang mengalir di dalam kehidupanmu. Rasakanlah kecintaan Alloh kepadamu, maka engkau akan menemukan segala cermin yang akan membuat dirimu bisa mengenali kedudukanmu di sisi‐Nya dan rasa butuhmu kepada Tuhan. Pandanganmu kepada cinta‐Nya tak akan bertahan lama, karena ia segera menguap karena kekalahanmu dalam menghadapi hawa nafsu. Namun ia segera terbentuk kembali tatkala engkau dilanda sedih dan diliputi kerinduan kepada‐Nya.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
14 Meraba hati mensejahterakan jiwa Alloh mendengar wahai diriku, segala rintihanmu dan keinginanmu untuk melihat cinta‐Nya dan menemukan manisnya cinta Tuhan. Maka hujanpun segera diturunkan‐Nya untuk membasahi dinding‐ dinding hatimu yang telah kekeringan karena dilanda kekalahan iman. Kotoran hatimu terbawa air hujan‐Nya (hidayah) hingga yang tersisa adalah kotoran‐kotoran keras akhlak yang telah menjadi tabi’at. Ia harus dicuci dengan melakukan perjuangan yang keras. Engkau harus bersabar mencucinya setiap saat, dengan melakukan perkara yang bertentangan dengan tabi’at buruknya. Bagaimanapun keadaanmu di sisi‐Nya, istiqomahlah kamu dalam berbakti dan mengharapkan diri‐Nya. Berjuanglah untuk meluruskan hawa nafsumu dengan agamamu, hingga engkau menjadi seorang yang hanif (lurus) di dalam agamamu. Hingga engkau menemukan kekuatan cinta di hatimu kepada‐Nya, yang akan membawa dirimu terus menyebut‐Nya dan menerbitkan nuansa ketenangan yang akan melahirkan jiwa muthmainnah di khalbumu. Hadapilah segalanya dengan ketenangan, karena itulah sikap hamba yang sejati. Tenang, damai, kuasai segalanya … dengan Dzikir dan Tafakur !.
Dzat Pencipta Wahai diriku, ketahuilah bahwa sebelum kamu ada dan semua mahluk ada, Alloh itu telah ada. Alloh Yang Maha Awal Dan Yang Maha Akhir tak terbatas oleh waktu, sehingga batallah pertanyaan kepan Alloh ada atau kapan Alloh tiada ?. Sebab Alloh akan selalu ada dan tak pernah tiada. Tak ada selain Alloh yang bisa melakukan apapun, sebab selain Alloh mampu melakukan apapun adalah karena dimampukan oleh Alloh. Maka mustahil selain Alloh mampu meniadakan Alloh. Sesungguhnya Alloh Maujud tanpa Pewujud. Sementara kita dan mahluk lainnya, maujud oleh sebab diwujudkan Alloh. Dan sadarlah wahai diriku, bahwa pewujud kita itu adalah Alloh yang tak ada selain‐ Nya yang mewujudkan diri‐Nya. Maha Suci Alloh, tiada Tuhan selain Ia. Dzat Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa. Aloh Yang Maha Sempurna tersebut, tak kenal istilah kemahlukan. Oleh sebab itu, jika engkau bertanya tentang Alloh yang berkaitan dengan sesuatu yang menyebabkan Alloh nampak membutuhkan selain‐ Nya, maka engkau telah bertanya bukan tentang Alloh Tuhan kita. Jika engkau ingin mengenal Alloh dengan jalan mengajukan pertanyaan, maka sucikan Alloh dari sifat‐sifat kemahlukan. Karena tak berfaidah usahamu mencari Alloh, apabila engkau menjejaki jalan menuju mahluk‐Nya dan bukan jalan menuju Alloh. Bagaimana engkau akan sampai kalau engkau hendak menemui‐Nya dengan menggunakan jalan bukan kepada‐Nya. Sesungguhnya Alloh memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki‐Nya dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki‐Nya. Jika engkau benar‐benar ingin kenal siapa Tuhanmu, maka tanyakanlah kepada Alloh dengan cara yang benar. Penuhi adab kepada‐Nya, dan jangan engkau menyekutukan‐Nya dengan selain‐Nya. Besarkan Ia dengan mengagungkan‐Nya di dalam hati melalui dzikir dan do’amu. Bukalah pintu kepada‐Nya dengan pensucian niat serta hasratmu kepada‐Nya. Tak ada yang sampai kepada‐Nya selain mereka yang pergi menuju‐Nya tanpa memandang selain‐Nya mampu memberikan apa‐apa yang hanya mampu diberikan Alloh SWT kepada dirinya. Siapa yang telah benar‐benar yakin dan pasrah sehingga tak menganggap
15 Meraba hati mensejahterakan jiwa sesuatu lebih kuasa selain Alloh, maka ia akan disambut oleh mahluk‐mahluk‐Nya dan akan dibawa dirinya menuju mahligai‐Nya, untuk berkenalan dengan‐Nya melalui ayat keagungan dan cinta‐Nya.
Sifat Qiyamuhu Binafsihi Wahai diriku, fahamilah bahwa Alloh itu mandiri. Alloh tak membutuhkan hamba‐Nya untuk melakukan apapun. Alloh Yang Maha Adil tak membutuhkan pertimbangan selain‐Nya. Karena tak ada selain‐Nya yang mampu memberikan pertimbangan yang lain dari pertimbangan‐Nya. Sesungguhnya semua selain Alloh adalah mahluk, dan semua pertimbangan yang terlahir dari akal dan hatinya adalah pertimbangan yang diciptakan oleh Alloh. Alloh mengetahui semua bentuk pertimbangan mahluk yang diciptakan‐Nya. Maka bagaimana Alloh butuh kepada selain‐Nya dalam memutuskan suatu keputusan. Jangan engkau menyombongkan dirimu kepada Alloh. Karena Alloh tak merasa rugi jika kehilangan kamu. Sadarlah, bahwa kamu akan merasa rugi kalau Alloh jauh dari dirimu. Sebab kamu tak beroleh perlindungan yang kokoh dari kejahatan yang diciptakan Alloh sebagai ujian bagi keimananmu. Sesungguhnya Alloh, sebaik‐baiknya tempat perlindungan. Kepada‐Nya semua mu’min berlindung dan bertawakal. Sesungguhnya Alloh Maha Kuasa Dan Kasih kepada hamba‐hamba‐Nya. Wahai diriku, jika engkau menganggap bahwa selain Alloh masih mendatangkan maslahat dan mampu menyingkirkan madharat, sesungguhnya kamu berada dalam kebodohan yang nyata. Allohlah yang kuasa memberikan kemaslahatan kepada hamba‐hamba‐Nya dan menjauhkan kemadharatan dari hamba‐hamba‐Nya. Jadi janganlah engkau termasuk orang‐orang yang rugi. Berusahalah untuk keluar dari kerugian dengan mengharap pertolongan‐Nya. Dan jadilah kamu sebagai orang yang berdiri hanya dengan Alloh saja, tidak dengan lainnya. Cukuplah engkau menghadapkan wajahmu kepada Alloh, niscaya semua selain‐Nya menghadap kepadamu. Dan apa yang kau butuhkan selain darimu, Alloh pilihkan dan datangkan dengan penuh cinta dan keridlaan. Janganlah kamu bergantung dan mengharapkan selain‐Nya. Bergantunglah kepada Alloh. Ketahuilah bahwa hanya Alloh yang faham benar keperluan kita. Oleh sebab itu, serahkan semuanya kepada Alloh. Kebaikan atau keburukan yang kita lihat di hadapan, maka mintalah bimbingan Alloh agar engkau bisa menghadapi semuanya dengan benar dan selamat. Hanya Allohlah sebaik‐baiknya pembimbing. Alloh adalah penolong mu’min, yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Sementara penolong kafirin adalah thoghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Naudzubillah. Larilah kamu menuju Alloh, karena Alloh tak membutuhkanmu dan engkau membutuhkan‐Nya. Jikalau engkau menghadapkan wajah kepada‐Nya, niscaya Ia akan memberikan yang lebih baik dari apa yang bisa kita hadapkan kepada‐Nya. Selemah apapun kita dalam menghadap‐Nya, sesungguhnya Ia menyediakan lebih dari sekedar menghadapkan wajah‐Nya kepada kita. Ia akan mengaruniai kita kekuatan tambahan untuk bisa menghadap‐Nya lebih baik lagi. Maka sadarlah hamba Alloh, sesungguhnya keberuntungan tengah menyelusup kepada dirimu, tatkala engkau diberikan hasrat di hati untuk pergi menuju atau kembali kepada‐Nya. Barangsiapa yang pandai menjaganya hingga ia bertambah dan membuat keadaan dan perhubungan kita dengan Alloh lebih baik dari hari kemarin, sesungguhnya kita mendapat keberuntungan yang nyata. Maka manakah yang baik, dekat dengan Alloh atau jauh dari Alloh ?. Sebab Kita Tercipta Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
16 Meraba hati mensejahterakan jiwa Wahai hamba Alloh, fahamilah bahwa engkau tercipta untuk Alloh. Engkau ditetapkan‐Nya sebagai hamba Alloh yang harus menyembah‐Nya dan memenuhi seruan‐Nya. Alloh telah menurunkan agama‐ Nya yang dengannya kamu harus menjalani hidupmu di dunia. Bila engkau melihat kepahitan dan keterkekangan saat engkau menetapkan diri di dalam aturan‐Nya, fahamilah bahwa itu merupakan isyarat jalan yang benar. Karena Alloh telah menjadikan perjalanan manusia sebagai perjuangan yang berat. Alloh telah menjadikan manusia selaku hamba yang harus menjaga dirinya agar tidak terbawa hanyut kepada kehinaan, sementara dalam dirinya ada nafsu yang selalu membawanya hanyut kepada kehinaan. Maka sadarilah, bahwa beratnya hidup merupakan jalan manusia. Jika manusia memimpikan kelapangan jalan, maka mereka sama saja menghasrati ketiadaan dirinya di dunia. Sementara hal itu mustahil. Dan manusia banyak yang berhayal lalu menyia‐nyiakan waktunya untuk mewujudkan kebebasan. Sementara semakin bebas, maka semakin jauhlah manusia dari kemuliaan dan sifat kemanusiaannya. Mereka menjadi hewan yang lebih buas, yang menganiaya dan tersiksa dalam kebebasannya. Tak menemukan mereka akan kebebasan sesungguhnya, selain mereka menutup diri dari akibat buruk yang terlahir akibat kebebasannya. Sehingga dalam kebutaannya, mereka memandang bahwa mereka bebas dan lepas dari masalah. Padahal tatkala mereka membukakan matanya, maka masalah terus menumpuk membebani pundaknya. Lalu kenapa engkau tak tutup matamu dari beratnya kekangan agama Alloh, sehingga engkau pandang beratnya perjuangan itu sebagai suatu keni’matan ?. Karena tak ada yang terjadi tatkala engkau menutup mata dalam keadaan seperti itu selain bertumpuk kebaikan di dalam hatimu. Sementara keburukan‐keburukan menyingkir dari pundakmu. Wahai hamba Alloh, bukankah membuat hati ridla terhadap beratnya perjuangan di jalan‐Nya lebih baik dari pada ridlanya dirimu terhadap kebebasan yang membawa dirimu kepada neraka ?. Bilamana neraka Alloh diperlihatkan‐Nya kepadamu, niscaya engkau memahami dengan yakin apa‐apa yang diutarakan sekarang. Dan sungguh kita akan melihatnya dengan keyakinan yang tersaksikan.
Dibalik Corak Mahluk Lihatlah, bagaimana Alloh menciptakan mahluk‐Nya dengan berbagai bentuk dan rupa. Semuanya adalah hidangan yang dihamparkan‐Nya untuk dirimu. Engkau dihadapkannya pada aturan yang menerangi, bahwa engkau harus memilih apa yang Alloh ridlai dan menjauhi apa yang Alloh benci. Engkau harus menggauli hidangan‐Nya dengan cara yang ma’ruf menurut aturan‐Nya. Oleh sebab itu, maka perlulah engkau memahami aturan‐Nya yang telah diamalkan secara jelas oleh Rasulullah SAW. Maka ikutikah jalan beliau SAW, karena tiada jalan yang jelas, benar lagi selamat dalam mencicipi hidangan‐Nya selain cara beliau. Alloh telah menjadikan beliau sebagai tauladan. Maka kenapa kita mencari jalan yang sulit dan tak jelas dengan menggunakan cara selain yang dicontohkan beliau SAW?. Berubah‐rubahnya rupa mahluk atau silih bergantinya mahluk yang lalu lalang di dalam hidupmu menunjukan bahwa kamu berada di antara mereka. Kamu diuji oleh Alloh dengan mereka. Buktinya, kamu merasakan berbagai perubahan hati saat berdekatan dengannya dan memilikinya atau kehilangannya. Lalu engkau memilih untuk tidak berubah, padahal Alloh menyuruh engkau supaya meluruskan perubahan hatimu dengan aturan‐Nya ?. Kamu tak disuruh selain mengarahkan perasaanmu kepada aturan Alloh. Kamu bebas mengungkapkan perasaanmu, asalkan sesuai dengan aturan‐Nya. Bahkan bilamana Alloh mencintai atau membenci
17 Meraba hati mensejahterakan jiwa sesuatu, maka engkau wajib bersikap selaras dengan kesukaan Alloh. Bila engkau diam, maka engkau terusir. Dusta semua pengakuan imanmu. Alloh Maha Mengetahui apa yang Dzahir dan apa yang Bathin. Nun dibalik corak mahluk, terdapat uji yang mengupas kepribadian hamba Alloh dan kedudukannnya di sisi Alloh. Gerakan mahluk akan menggesek hatimu. Lalu hatimu bergerak dan engkau menemukan perubahan hatimu. Lalu terlihat berbagai rasa yang keluar dari hatimu, menuntut untuk ditampakkan dalam amal dzahir. Maka jangan tergesa‐gesa, karena tak sebebas hewan kamu dalam menjawab keinginan hatimu. Kamu harus mencermati keinginan hatimu. Bilamana ia diridloi Alloh sebab bersesuaian dengan kecintaan‐Nya yang telah Ia terangkan secara tegas di dalam Al‐Qur’an dan As‐ Sunnah, maka berusahalah agar ungkapan hati itu menjelma menjadi sebuah amal dzahir dan amal bathin. Siapa yang terseret oleh kekuatan hatinya yang membawa dirinya pada kesukaan nafsu, atau ia menyengajakan memilih kesukaan nafsu yang dibenci Alloh, maka ia benar‐benar telah mengotori hatinya dengan kejahatan. Sementara mereka kelak akan tunduk di akhirat lantaran hatinya pernah terkotori oleh kejahatan. Maka bagaimana dengan mereka yang datang kepada Alloh dengan membawa kotoran di hatinya ?. Beruntunglah orang yang datang kepada Alloh dengan membawa hati yang tenang.
Qadha Alloh Atas Mahluk‐Nya Wahai hamba Alloh, sesungguhnya kamu itu bergerak di atas tali takdir‐Nya. Kamu tak bisa lepas dari takdir‐Nya. Oleh sebab itu berharaplah kepada Alloh agar kamu diselamatkan‐Nya dari ketentuan yang mendatangkan beban berat yang tak sanggup engkau pikul, yakni siksa neraka yang keras. Semoga kamu dengannya mendapat apa yang kau hasrati. Dan hasratmu itu merupakan pertanda telah ditetapkannya apa‐apa yang kamu hasrati sebelum engkau tercipta. Bersyukurlah kepada Alloh, tatkala Alloh menjadikan dirimu ikhlas berdo’a untuk kebaikan dirimu. Karena dengannya Alloh telah berbuat baik kepada dirimu. Sebab mungkin saja apa yang engkau kehendaki telah Alloh tetapkan di masa lalu. Dan Alloh hendak mengisyaratkan kedatangan karunia‐Nya itu dengan menjadikan engkau berdo’a akan hal tersebut kepada diri‐Nya. Sebaliknya menangislah kamu apabila kamu tak menemukan dirimu berdo’a kepada‐Nya. Sebab do’a itu isyarat datangnya karunia‐karunia kepada dirimu. Bila engkau tak menemukan khabar datangnya karunia, maka bagaimana engkau akan mendapatkan hiburan di dalam perjuanganmu. Sesungguhnya pemberian Alloh itu merupakan hadiah yang menghibur di kala kita berkecimpung dalam perjuangan hidup. Sesungguhnya, hadirnya karunia Alloh merupakan kebahagiaan hidup. Dan isyarat kedatangannya merupakan penyemangat hidup dan ikatan kasih. Maha Suci Alloh, tak ada cinta yang lebih indah selain cinta hamba kepada Tuhannya.
Mengenal Alloh Dengan Diri Sendiri Kenalilah Alloh melalui dirimu sendiri, dengan jalan mencintai dirimu sendiri. Janganlah engkau mendzalimi dirimu dengan melakukan tindakan dosa dan menyimpang dari jalan agama. Sesungguhnya kecintaan diri kepada dirimu akan membuat engkau menjaga dirimu dari api neraka. Lalu tekadmu dan cintamu akan membawa dirimu memahami betapa berharganya keselamatan dirimu di akhirat dan di
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
18 Meraba hati mensejahterakan jiwa dunia. Pemahaman dirimu akan membuat dirimu mencurahkan cinta kasih kepada sesamamu. Engkau akan menjaga mereka, keluargamu, sebagaimana engkau menjaga dirimu dari api neraka. Tatkala engkau mendapatkan kemudahan dalam mencintai dan beroleh cinta, fahamilah bahwa itu semua karunia Alloh. Engkau tak mampu mendatangkan amalan cinta tersebut tanpa ijin‐Nya. Allohlah yang menghendaki kamu mencurahkan bentuk cinta‐Nya kepada mahluk melalui dirimu dan mahluk‐ Nya yang lain. Alloh menyayangi mahluk‐Nya dengan mahluk‐Nya. Mahluknya merasakan pemeliharaan Alloh dengan merasakan kasih sayang yang menghampirinya dari berbagai penjuru. Setiap mahluk yang menghampirinya dengan membawa hidangan cinta, menghantarkan hamba yang melihat kepada‐Nya untuk menyaksikan bahwa Alloh telah mendatangkan mereka kepada dirinya untuk menyerahkan hidangan cinta‐Nya kepada dirinya. Maka betapa besar rasa kesyukuran hamba Alloh yang melihat kepada‐Nya tatkala hamba‐hamba‐Nya datang kepada dirinya. Terlebih karena datangnya mereka dan melihatnya kita kepada Alloh, membuat bertambah kesadaran kita bahwa Alloh mencintai kita dan mengurusi kita. Sesungguhnya tiada menutupi mahluk‐mahluk Alloh dari Alloh pada diri hamba‐hamba yang mengetahui‐Nya. Dan lihatlah Alloh di saat engkau tertimpa musibah. Jika engkau tak tahu bagaimana Alloh tatkala menghadapi berbagai macam rupa manusia seperti yang tersebut di dalam Al‐Qur’an, maka bagaimana engkau akan mengetahui bagaimana Alloh tatkala engkau ditimpa musibah ?. Kajilah Al‐Qur’an dan As‐ Sunnah. Temukan sikap Alloh di sana. Lalu perhatikan dirimu. Dan dimanakah dirimu tatkala keadaanmu seperti kaum atau orang yang diceritakan Alloh di dalam Al‐Qur’an atau hadits ?. Apakah engkau sekarang seperti orang munafik yang mengambil sebagian dan melempar sebagian dari hukum‐hukum Alloh ?. Maka bagaimana sikap Alloh terhadap mereka ?. Jika engkau seperti mereka, Alloh pasti sama sikap‐Nya seperti kepada mereka. Maka takutlah kamu kepada azab Alloh yang besar. Sesungguhnya Rasulullah SAW takut kepada siksa Alloh. Oleh karenannya beliau tidak berdusta, tidak menyembunyikan apa‐apa yang Alloh terangkan, dan tidak takut menerangkan sesuatu dari sisi Alloh yang mengancam jiwanya. Sungguh tiada takut orang‐orang mu’min itu dicela oleh musuh‐musuh Alloh. Beradablah kamu kepada Alloh tatkala kamu mendapatkan keni’matan atau musibah dari Alloh. Sebab tak ada alasan buat engkau untuk menutup mata dari Alloh. Alloh tak pernah terhijab oleh mahluk‐Nya. Sekalipun engkau tak melihat‐Nya, sesungguhnya Ia melihat kamu. Sekalipun Ia ghaib dalam pandangan engkau, tetapi engkau tak ghaib dalam pandangan‐Nya. Sesungguhnya Alloh itu ada dan dekat dengan kita, lebih dekat dari urat leher kita. Maka tak ada alasan buat dirimu untuk menganggap Alloh tiada lalu tidak beradab saat engkau menghadapi hidangan‐Nya yang manis maupun yang pahit. Oleh sebab itu, ingatlah kamu kepada ajaran Alloh. Lalu bersikaplah dengan ajaran‐Nya dan dengan adab yang diajarkan Rasul‐Nya. Dan tela’ahlah di dalam Al‐Qur’an, bagaimana sikap Alloh terhadap hamba‐Nya yang beradab. Niscaya Alloh bersikap seperti itu pula kepadamu. Wahai hamba Alloh, sesungguhnya semua urusan hidup diterangkan‐Nya kepadamu. Dan tiada Al‐Qur’an itu selain menjadi jalan buat hamba‐Nya untuk merasakan atau melihat Alloh dengan selamat. Maka jauhkanlah olehmu keinginan untuk melihat wajah Alloh seperti kamu melihat hamba‐hamba‐Nya. Alloh menampakkan wajah‐Nya dengan cara‐Nya sendiri, maka serahkan itu semua kepada Alloh. Cukuplah engkau merasakan keberadaan‐Nya dan melihat sikap‐Nya di balik tabir. Merasa puaslah engkau dengan Al‐Qur’an dan Hadits, yang memberitakan kepadamu bagaimana sikap Alloh kepadamu. Karena apabila engkau berada di balik tabir, Alloh tetap ada dan tak akan pernah meninggalkanmu. Alloh selalu melihat kepadamu.
19 Meraba hati mensejahterakan jiwa Gapailah kerinduan kepada Alloh, yakni kerinduan untuk mengetahui siapa sebenarnya Alloh itu. Dengan bermodalkan kesadaran atas ni’mat cinta kasih yang telah Ia berikan kepada kita. Bawalah kesadaranmu itu kedalam samudera kerinduan, karena hamba yang jatuh hati kepada Alloh akan merindukan bertemu dengan Tuhan yang telah memberinya banyak kebaikan. Sungguh tak akan pernah hamba Alloh itu melihat kebaikan Alloh, apabila ia tak memandang apa yang Alloh lakukan kepada dirinya sebagai kebaikan dan tak pernah ia melakukan usaha agar dirinya tetap berada dalam kebaikan. Telah dibuat terheran‐heran orang kafir kepada mu’minin, karena mu’minin selalu mendapatkan jalan kesyukuran dan keni’matan sekalipun kemadharatan menimpa diri mereka. Sungguh tak ada yang menghalangi mu’min dari beroleh kemanfa’atan dari apa yang Alloh tetapkan buat dirinya. Jika saja kaum kafir mau inabah kepada Alloh, niscaya mereka mendapatkan keuntungan yang serupa. Sebab Alloh telah memberikan keuntungan itu buat mahluk‐Nya semua. Tiada yang menghijabi kafirin dari keuntungan itu selain mereka tak pernah mengarahkan dirinya kepada kebaikan dan mereka tak pernah mengingkari keburukan. Sementara mu’minin, keburukan yang menimpa mereka menjadi pembuka kesadaran akan kelemahan dirinya, akan rasa butuhnya kepada Alloh, dan rasa butuhnya kepada ampunan Alloh. Sungguh mu’min takut kepada azab Alloh. Dan tiada yang menghijabi kebenaran sekalipun hati munafik dan kafirin terhijab dari melihatnya (buta). Tiada yang bisa menghilangkan matahari, sekalipun di dunia ada orang yang tidak bisa melihat cahayanya.
Muhasabah Pendahuluan Taubat Kamu hanyalah mahluk yang apabila Alloh kehendaki untuk celaka, pasti tak akan sanggup kamu menolak‐Nya. Kamu melakukan maksiat kepada‐Nya, maka bukankah kamu pantas untuk dimurkai oleh‐ Nya?. Apabila ada orang yang menyukai segala apa yang Alloh benci, bukankah layak kalau Alloh membencinya?. Maksiatmu adalah kebencian‐Nya, maka kamu pasti dibenci‐Nya pula. Dan jika dengan ancaman‐Nya kamu tidak takut, kamu akan berhadapan dengan azab‐Nya sehingga kamu termasuk orang‐orang yang merugi oleh sebab apa yang kamu perbuat. Ketidaksanggupanmu untuk menyesal atas sekalian maksiat yang kamu lakukan menandakan matinya hatimu. Maka bagaimana hati yang mati akan beroleh keselamatan dari perbuatan maksiat?. Kamu yang hatinya pekat oleh sebab maksiat akan berhadapan dengan kejauhan dari Alloh dan murka‐ Nya. Jika kamu dijauhi‐Nya, kamu akan lupa kepada‐Nya dan kamu akan menyukai segala apa yang Alloh benci dengan lapang hati. Maka semakin sekaratlah ruhanimu dan busuklah hatimu. Kamu akan lebih hina dari pada hewan ternak. Kamu yang lebih suka dimuliakan dan merasa terhina bila orang tak sengaja menghinakanmu, lebih layak untuk disebut sebagai bangkai. Hai kamu bangkai, siapa yang bisa menghalangi Alloh untuk melihat ketakutanmu bila orang‐orang menghinakanmu atas segala kehinaan yang kamu miliki. Kalau Alloh mau, niscaya akan terbongkar kebusukanmu sehingga orang‐orang menghinakanmu. Kamu berharap agar kehinaanmu tersembunyi padahal kamu tak meminta ampunan kepada Alloh. Kamu meminta ampunan‐Nya hanya karena takut dicemooh orang dan takut bila kehilangan kemuliaanmu dihadapan orang, maka bagaimana kamu dapat dikatakan sebagai orang yang kembali kepada‐Nya. Sementara dengan rusaknya hatimu, kamu cenderung kepada kemaksiatan. Kamu lebih suka melihat cela orang lain untuk menghinakannya. Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
20 Meraba hati mensejahterakan jiwa Kamu yang cenderung kepada maksiat adalah orang munafik yang tak benar dalam kehendaknya. Kamu berhasrat untuk membenci apa yang Alloh benci semata karena pengakuan saja bukan karena kehendak hati, atau karena dengan melakukan usaha taat itu kamu akan memperoleh kemuliaan dari Alloh yang akan menjadikan kamu bangga dengan dirimu dan orang‐orang kamu pandang seakan terkagum‐kagum kepada dirimu. Kamu mabuk, kamu belum bangun dan keluar dari dosamu. Kamu menganggap dengan perilaku taat kamu sudah bertaubat, padahal hatimu dalam ketaatanmu mengharapkan perhatian mahluk‐Nya bukan menghendaki kedekatan dengan‐Nya. Kamu ingin mendekati‐Nya oleh karena kedekatan kepada‐Nya akan membawa kebanggaan bagimu?. Kamu kira bila berhadapan dengan Yang Maha Agung , wujudmu akan tetap ada?. Kamu terpedaya, disangkanya kamu telah dekat padahal kamu masih jauh. Disangkanya kamu sudah mulia padahal kamu hina. Orang yang dekat adalah orang yang mendekatkan dirinya dengan amalan taat, hatinya mengharap keikhlasan kepada Alloh, dan tiada ia menghargai dirinya barang sekecil debu sekalipun. Ia memuja Alloh dan tak memuja yang lainnya. Kamu ingin menuju keikhlasan dengan mata yang selalu melirik kepada orang dengan harapan mereka memujimu dan membutuhkanmu?. Kamu tertutup dari pintu keikhlasan. Kamu menyebut‐nyebut‐Nya, padahal hatimu menyebut‐nyebut apa yang disukai syetan. Kamu setan, sebab kamu memiliki tabiatnya. Kamu tahu bahwa taat adalah kewajibanmu, tapi kamu menyimpangkan taat oleh sebab kecintaanmu pada selain‐Nya. Kamu syetan, dan jikalau kamu tak mau dikatakan seperti itu ... keluarlah dari perilakunya. Masukilah perilaku Ilahiyah. Kamu itu mahluk mulia, namun kamu memilih berperilaku secara hina. Maka kamu termasuk orang yang sudah gila sebab kamu memiliki hati yang tak mampu melapangkan jalan bagi dirimu kepada kemuliaan. Mana tetesan air matamu, dan mana keperdulian kepada taubatmu?. Kamu lebih suka merendahkan orang lain dan kamu lebih suka dipuja oleh orang lain. Kamu Fir’aun yang suka disembah oleh orang lain. Kamu kira dengan mengharapnya kamu akan kesenanganmu kepada mahluk‐ Nya adalah bukan perilaku Fir’aun. Kamu buta kepada Alloh, maka bagaimana kamu dikatakan melihat kepada dirmu sendiri. Kecenderunganmu kepada kehinaan menandakan lemahnya pengabdianmu kepada Alloh. Padahal sebentar lagi kamu akan mati, tapi kamu berlagak seolah tak akan mati. Silahkan pilih, mempercayai bahwa kamu akan mati atau kamu tak perduli pada kematian oleh sebab kecintaanmu pada kehinaan?. Jika kamu tak perduli maka pergilah kamu kepada kehinaanmu, kamu tak perlu diselamatkan, sebab dengan tak perdulinya kamu kepada kematian menandakan kamu dicampakkan oleh Alloh. Tak akan ada yang menanggung dosa selain dirinya sendiri. Kamu kira aku bicara kepada orang yang tak perduli pada masalah keakhiratan?. Apakah kamu termasuk orang yang percaya akan hari akhir?. Maka alangkah gilanya kamu jika tak ada kesadaran untuk bertaubat dari segala dosa demi untuk sebuah penyelamatan diri dari segala bencana dan fitnah yang akan menimpa tiap manusia di hari Yang Besar. Kamu pandai mengungkapkan dosamu, tapi tak pandai untuk bertaubat kepada Tuhanmu. Lihatlah, bila kamu termasuk orang yang cenderung kepada Alloh, maka kamu termasuk orang yang baik. Tapi kalau kamu cenderung kepada selain‐Nya dan kecenderunganmu itu bukan karena dan menurut aturan‐Nya, maka kamu “Gila”. kamu hanya sampai pada penyaksiaan kepada apa yang ku katakan, tapi tak sampai kepada apa yang kumaksud. Kematian akan datang menyambarmu, dan jiwamu menuntut pensucian. Bagaimana kalau Alloh putuskan hidupmu disaat kamu jauh dari‐Nya, bergelimbang dosa, dan bergelut dengan kemunafikan
21 Meraba hati mensejahterakan jiwa dalam menyembah‐Nya?. Hanya orang yang sholeh saja yang akan ringan sakaratul mautnya. Kamu yang sama sekali tak pernah memperdulikan masalah siksa kubur dan azab neraka menghendaki kemudahan dalam sakaratul maut?. Tiap insan mati sesuai dengan apa yang dicintainya. Kalau ia tak sanggup keluar dari kehinaan disisi Tuhannya selama di dunia, maka saat akan mati di klimakskanlah kehinaannya dengan gelora siksa sakaratul maut yang pedih. Dan siapapun yang masih tersimpan dalam hatinya kecenderungan yang bertentangan dengan perilaku sholeh, maka ia tak akan lepas dari siksa Alloh. Tahukah kamu apa itu siksa Alloh ?. Yaitu penderitaan yang menyebabkan hilangnya sebagian besar kebahagiaan dan kemuliaanmu. Kamu mengharap mati dalam keadaan tenang, namun kamu tak beroleh kedekatan kepada Alloh. Dan bagaimana akan dekat dengan‐Nya, bila kamu senantiasa melakukan hal yang menjauhkan kamu dari pada‐Nya. Saat sakaratul maut, maka hilanglah segala keinginanmu untuk beroleh perhatian dari mahluk oleh sebab kerasnya ujian saat itu. Dalam hal kematianmu kamu lebih mengutamakan anganmu tentang bagaimana orang‐orang akan merasa berat karena ditinggalkanmu, sehingga selama ini kamu berusaha untuk mengikatkan hatimu dengan metreka. Kamu lupa bahwa kamu akan bercerai, dan kamu hanya akan menemukan Allohlah teman yang tak pernah bercerai. Kamu kira merasa beratnya saudaramu berpisah denganmu akan menghilangkan rasa was‐was yang menerpamu (oleh sebab kamu merasakan akan datangnya kejadian yang luar biasa di depan sana). Bukankah dengan beroleh kedekatan dengan Alloh itu lebih selamat dari pada beroleh kedekatan dengan mahluk saja. Karena Alloh mampu menyelamatkan hambanya yang qorib, dan untuk alasan apa Alloh menyiksa hamba yang telah dekat dengan‐Nya tanpa dosa yang tak dimaafkan oleh Alloh Tiada ia dekat kepada‐Nya melainkan berkat pertolongan Alloh pada dirinya sehingga ia mampu mendekatkan dirinya dengan amalan sholeh. Tak ada yang membuat tenangnya ruh setelah kematiannya selain kedekatan kepada‐Nya dan kesholehannya. Maka kamu yang mati dengan hina tak akan tenang dari ancaman siksa kubur. Ingatlah, kalau sekiranya kita tahu apa yang diketahui Rasul, pastilah kita akan merasa belum menjadi hamba yg baik.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
22 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 3 ‐ QASHASH Ini Adalah Lagu Kebenaran Suatu ketika, seorang hamba Alloh tengah berada di dekat jembatan kecil di bawah rimbunnya pohon besar yang berdiri tegar di pinggiran jembatan kecil tersebut. Kemudian ia memandang ke arah seberang jembatan, sebuah sungai terbentang. Di bawah rindangnya pohon ia menikmati keindahan alam yang ia rasakan. Ia kemudian berkata, “Inilah nyanyian kebenaran.” Berkata diriku kepadanya, “Wahai saudaraku, kenapa engkau katakan bahwa keindahan alam yang kau saksikan adalah lagu kebenaran ?.” Berkatalah ia kepadaku, “Fahamliah olehmu, bahwa mereka itu tidak pernah berdusta tentang Alloh. Mereka tidak pernah kufur kepada Alloh. Mereka tidak pernah menyanggah ketuhanan Alloh. Jika engkau tanya kepada mereka tentang Alloh, maka mereka akan mengungkapkan rahasia mereka kepadamu dengan jujur. Mereka tak menyimpan suatu kepentingan kepada dirimu. Mereka mengatakan apa adanya tanpa menyimpan rasa keberatan sama sekali.” “Wahai saudaraku, bagaimana mereka bisa mengatakan tentang Tuhan?.” tanya ku kepadanya. “Ketahuilah, bahwa ia hanya akan bicara kepada mereka yang mendambakan Tuhannya dan tenggelam dalam kenikmatan mengingat dan mengagungkan‐Nya.” Jawabnya. “Wahai saudaraku, kemukakanlah kepadaku, apa yang kau dengar dari mereka tentang Alloh ?.” pintaku kepadanya. Iapun berkata, “Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Alloh telah menciptakan alam ini semata untuk jadi penolong dan jua jadi ujian buat manusia. Sekali waktu, kita akan melihat alam berbentuk seorang penolong yang memberikan dirinya untuk kepentingan ibadah kita kepada Alloh. Dan suatu ketika ia datang dalam rupa perompak, yang menyeret kesadaran beribadah kita kepada Alloh. Itulah dirinya wahai saudaraku. Mereka tak durhaka tatkala mereka jadi penguji kita. Mereka tetap mensucikan Alloh sekalipun mereka menghalangi kita dari mengingat Alloh.” “Bila kita berkata kepadanya : wahai alam, kenapa engkau menjadi penghalangku saat aku berupaya mengingat Alloh ?. Maka ia akan menjawab : wahai manusia, kerjakanlah amal yang terbaik di sisi Alloh dan jangan kau inginkan aku begini dan begitu sementara kamu tak melakukan apapun untuk merubah diriku. Jangan engkau menolak kehadiranku kecuali karena engkau menolak apa yang Alloh benci. Jika engkau menolakku karena engkau tak suka aku menghampirimu, sesungguhnya engkau tidak memahami urusan hidupmu.” Lanjutnya. Selanjutnya ia berkata, “Kemudian alam menjadi layar bagi diri kita untuk melihat rahasia yang tersimpan di dalam hati kita. Ia tunjuki lentera iman yang menyala di lubuk hati kita, lalu ia bertanya : Tahukah kamu apa yang akan ditanggung oleh mereka yang telah mengaku punya api di dalam lenteranya ?. Ketahuilah bahwa jangan kamu terpedaya dengan prasangkamu bahwa kamu dicintai oleh Alloh sementara kamu belum menunjukkan apa yang kamu sangkakan kepada Alloh dengan seluruh
23 Meraba hati mensejahterakan jiwa jiwa ragamu. Kamu boleh menghasrati Alloh, tetapi ingatlah bahwa untuk meraih cinta‐Nya, maka kamu harus menunjukkan kesungguhanmu dalam mencintai‐Nya. Dan kini aku datang kepada engkau menjadi penghalang buat engkau dari Alloh.” “Kemudian kita akan bertanya : Kalau demikian engkau sama sekali tak merugikan aku. Karena kehadiranmu adalah jalan buat diriku untuk menunjukkan besar kesungguhanku dalam menghasrati‐ Nya. Dan tatkala ku lihat keindahanmu dan kerusakanmu bisa melalaikan manusia dari Alloh, maka aku tak pernah tertarik lagi dengan keindahan atau kerusakanmu. Aku akan tertarik kepada perjuanganku untuk menyikapi keadaanmu dengan jalan yang telah Alloh ajarkan melalui Nabi‐Nya, agar aku bisa menghadapimu dan mengupas hikmah yang berpahala rahmat‐Nya. “ “Alam itu kemudian berkata : Cobalah fikirkanlah tentang aku dan Tuhan kita. Maka kitapun memikirkannya hingga kita sampai pada satu kesadaran yang sangat membahagiakan kita. Sehingga seketika kita berteriak : Ya Alloh, itu adalah Engkau !. “ Aku berkata, “Subhanalloh, bukankah terasa kesirnaan alam dari pandangan kita dan kemudian kita rasakan kehadiran Alloh di hati kita. ?” Ia berkata, “Benar wahai saudaraku, tatkala kita menyadari bahwa Allohlah yang telah menyuruh alam untuk menguji kita, kita kemudian merasakan kehadiran Alloh dengan kesadaran tersebut. Alam telah mengingatkan kita kepada Alloh. Alam telah memberitahukan kepada kita bahwa ia merupakan perbuatan‐Nya. Alam membukakan kesadaran kita bahwa Alloh tengah menguji kita dengan menggunakan dirinya. Alloh memberi kita kenikmatan dan ujian dengan alam ini. Dan kita merasakan kehadiran‐Nya dengan nampaknya perbuatan Alloh dalam pandangan kita.“ Aku berkata, “Inilah bukti bahwa alam selalu mensucikan‐Nya dan tak pernah mendustakan‐Nya.” Ia berkata, “Tak ada yang terwujud dari perbuatan‐Nya selain menunjukkan kesucian diri‐Nya. Setiap orang yang sampai kepada‐Nya akan melihat bahwa perbuatan‐Nya membawa kita untuk mengenal Alloh yang suci dari keserupaan dengan mahluk‐Nya. Jika engkau mengatakan Alloh itu seperti ini dan seperti itu, maka ketahuilah bahwa perbuatan‐Nya boleh dijadikan Alloh menyangka Alloh seperti ini atau itu, tetapi Sang Pemilik Perbuatan, tidak pernah berubah, tetap sebagaimana diri‐Nya.” Kemudian alam berkata kepada kami, “Dengarlah, suatu ketika Alloh membuat mahluk‐Nya berkata : Alloh seperti ini dan seperti itu. Dan Alloh itu tidak seperti apapun selain diri‐Nya. Maka tersesatlah siapa yang dikehendaki‐Nya dan diberi petunjuk siapa yang dikehendaki‐Nya. Penyimpangan dan kelurusan mahluk‐Nya tidak akan merubah Alloh.” Akupun terhentak. Kulihat orang tersebut, maka ia tersenyum kepadaku, menguatkan kesadaranku bahwa ia mendengar apa yang ku dengar. Aku bertanya kepadanya, “Saudaraku, bagaimana kita mendengar sesuatu yang sama.” Ia menjawab, “Wahai saudaraku, tidak selamanya yang terputar dalam hati kita adalah hayalan. Tak selamanya kita melihat dari hati kita apa‐apa yang kita punyai saja. Sesungguhnya alam itu luas. Dan sebagaimana engkau melihat aku, maka engkaupun bisa melihat apa yang aku lihat, di alam lahir maupun alam bathin. Jadi, sebenarnya antara engkau dan aku tak pernah tertutupi. Aku mengetahui apa yang kau rasakan dan engkaupun demikian adanya, selama kita se hati, dan hati kita tidak punya penghalang untuk melihat ke sana.” Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
24 Meraba hati mensejahterakan jiwa Aku berkata, “Demi Alloh, kini aku bisa mendengar sendiri orang yang ingin aku dengar suaranya, yakni alam. Dan engkau telah menghantarkan aku untuk mendengarkan suara kebenaran.” Ia berkata, “Wahai hamba Alloh, tahukah engkau bahwa suara kebenaran itu ada di mana‐mana ?.” Aku jawab, “Aku tak tahu, hanya aku yakin dengan sandaran apa yang ku dengar.” Ia berkata, “Maka jelaslah bahwa engkau tak tahu apa‐apa tentang kebenaran. Ketahuilah bahwa kebenaran itu adalah sesuatu yang berasal dari Alloh. Maka yang jelas‐jelas berasal dari Alloh adalah Al‐ Qur’an dan sunnah Rasululloh. Tak ada yang jelas lebih dari keduanya. Oleh sebab itu, kita tak butuh alat pengenal selain keduanya. Dengan keduanya engkau bisa menentukan apakah suara alam itu dari Alloh atau bukan. Berapa banyak suara‐suara alam yang kau dengar namun hanya yang sesuai dengan keduanya saja yang merupakan seruan Alloh. Selainnya hanyalah ujian dari Alloh. Seruan Allohlah yang harus engkau yakini dan jalani. Sementara selainnya harus kau hadapi dengan sekuat hati, agar engkau tak tersesat dan lepas dari keberuntungan.” Aku berkata, “Tambahilah penjelasanmu.” “Ku rasa cukuplah demikian dariku. Aku berkata kepadamu tanpa engkau minta, bukan karena aku ingin bicara denganmu. Maka akupun akan mengakhiri pertemuan ini tanpa engkau minta. Ingatlah bahwa setiap hasil usaha itu tergantung niat. Apa yang kau usahakan akan menentukan hasil usahamu. Berbaiklah dengan hatimu, dan jangan kau sia‐siakan waktumu. Kelak kita akan bertemu, di tempat ini. Lalu engkau akan melihat aku berbeda dengan dulu. Dan kini engkau harus memikirkan banyak tentang perubahanmu. “ Katanya. Ia menambahi lagi, “Sungguh kita beranjak menuju maut, maka jangan sia‐siakan waktu. Jika engkau berharap bertemu dengan ku lebih dari harapanmu bertemu dengan Tuhan kita, maka aku tak bisa menolong orang yang tak beruntung dari kelemahannya tanpa pertolongan Alloh. Sungguh aku ingatkan kamu agar kamu tidak seperti air yang mengalir begitu saja mengikuti alur sungai. Kau adalah hamba Alloh yang harus menentukan ke arah mana langkah hidupmu. Jika kau pergi ke arah yang berlawanan dengan petunjuk yang Alloh berikan, maka engkau tidak akan selamat. Maka janganlah engkau ingin bertemu denganku karena engkau ingin bertemu denganku. Hasratilah Alloh, niscaya engkau akan bertemu dengan Ia. Aku tak lebih baik dari Ia. Maka seharusnya engkau menghasrati Ia. Dan jangan kau sekutukan Ia dengan aku. Takutlah engkau ditinggalkan‐Nya. Karena penderitaanmu karena ditinggalkan‐Nya lebih dari penderitaanmu karena ditinggal orang yang kamu sayangi di antara sesamamu.” Kemudian setelah ia mengucapkan salam, iapun pergi menuju sungai. Aku tak bisa melihatnya lagi karena ia pergi ke dalam sungai. Kemudian aku berdiri di pinggiran sungai tersebut. Tiba‐tiba ia menyapaku dari belakang. “Bukankah aku tidak seperti yang kamu duga ?. Aku tidak pernah seperti apa yang kamu lihat. Maka janganlah engkau larut dalam imajinasimu. Keluarlah dan hiduplah secara benar. Pandangilah segalanya secara apa adanya. Dan jika engkau membutuhkan semangat untuk mendekati Alloh, maka ingat dan cintailah Ia. Hanya itulah jalan menuju kepada‐Nya. Sesungguhnya, pengalaman rahasia itu tidak menambah kepada dirimu kecuali hanya menambah dekatnya dirimu kepada kemadharatan. Sebab engkau tidak mendapatkan rahasia dari sesuatu yang nyata. Kamu mendapatkannya dari
25 Meraba hati mensejahterakan jiwa imajinasi dan tekanan kerinduanmu saja. Dapatkanlah rahasia itu dari usaha nyatamu, niscaya ia memberimu kebaikan.” Katanya. Aku bertanya, “Hendak kemana engkau akan pergi. Maka ajaklah aku kemana yang kau sukai. Dan ajari aku sesuatu yang bermanfaat.” “Kau lemah dari mengikutiku dan tak boleh ikut denganku sebelum engkau menghadap Tuhan kita dengan baik. Fahamilah bahwa Ia cemburu jika engkau menduakan hati. Maka menghadaplah kepada‐ Nya dan ungkapkanlah dengan sejujurnya keinginanmu kepada‐Nya. Sesungguhnya aku tak merasa betah dekat dengamu selama engkau tak menghasrati Alloh dan mengagungkan diri‐Nya. Berusahalah agar engkau mengagungkan‐Nya sehingga aku tak kau lihat karena agungnya kebesaran Alloh.” Katanya. “Haruskan aku selalu ditinggal oleh orang yang mendekatkan aku kepada Alloh.” tanyaku kepada diri sendiri. “Tidak harus seperti itu. Sesungguhnya, tiadalah yang dapat kita peroleh selain sesuai dengan kedudukan kita. Jika kau berdiri di atas bukit tinggi, maka kau akan lihat bukit lainnya. Maka jangan kau terlena dan merasa puas dengan keadaanmu. Masih banyak bukit yang harus kau daki. Selama engkau mengira bahwa kelemahan merupakan sesuatu yang wajar dan tak perlu engkau perangi, maka kau tak pernah akan mendapatkan pandangan yang luas kepada alam raya yang telah Ia bentangkan. Janganlah berhenti, dan kembalilah ke rumahmu lalu ambil peralatanmu.” “Mulailah dengan mendaki pohon cintamu, lalu pangkaslah semua daun cinta yang tumbuh karena cintamu kepada apa yang Alloh benci. Jika pohonmu telah bersih, maka kau akan mendapatkan buah yang bersih pula. Dan janganlah kamu menjadi orang yang menganggap apa‐apa yang tak bisa terjadi sebagai sesuatu yang tak pernah akan bisa terjadi. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa‐apa yang tidak engkau ketahui.” “Pergilah jika engkau ingin pergi. Dan nikmati apa yang engkau nikmati. Namun jelasnya semua telah engkau ketahui. Kau tak akan bisa mengambil sesuatu selain sesuai dengan kedudukanmu. Maka selamat tinggal dan bertemu dalam lain waktu. Jika kau menginginkan ku, sesungguhnya aku ada di lubuk hatimu. Maka jangan kau pikir aku meninggalkanmu. Karena aku akan selalu mengingatkanmu.”
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
26 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Cinta‐Nya Cinta Kita Dikisahkan hamba Alloh diuji oleh Alloh di atas muka bumi. Diperlihatkan oleh Alloh kepada dirinya keindahan‐Nya (ayat‐ayat‐Nya) pada mahluk‐mahluk ciptaan Nya. Namun Alloh menjadikan mata hamba‐Nya buta, sehingga ia tak pernah mampu menyadari bahwa keindahan yang ia saksikan adalah keindahan pesona‐Nya. Dalam keadaan buta, maka hamba Alloh terpesona. Lalu ia mengira selain‐Nya yang memiliki keindahan cinta‐Nya. Lalu ia mendekat dan mendendangkan lagu cinta kepada yang dicinta. Sementara itu Alloh tetap bersabar atas kedunguan hamba‐hamba‐Nya. Ia pandai menyimpan kecemburuan. Hingga bila hamba‐Nya keterlaluan dalam memuji cinta selain‐Nya, maka ditampakkan‐Nyalah kecemburuan‐Nya kepada hamba‐Nya. Alloh kemudian membuat yang dicinta berkata : Jika engkau meminta cintaku, sesungguhnya aku tak punya cinta. Cintaku tertuju pada‐Nya, dan tiadalah yang tersisa selain cinta‐Nya kepada diriku dan orang‐orang yang dicintai‐Nya. Bila hatiku merindukan cinta yang selama ini telah menghibur dirinya, maka apakah aku harus menghadapkan ia kepada sesuatu yang bukan penghibur dirinya?. Sejak ku tahu bahwa Ialah penghibur bagi hatiku, maka tak ada yang ku lihat dari cinta hamba‐Nya kepada diriku selain cinta‐Nya. Aku tak punya cinta dan aku tak kuasa melahirkan cinta. Cintaku adalah cinta‐Nya. Rasa cintaku kepadamu dan cintamu kepada diriku adalah cinta‐Nya kepada kita. Maka bagaimana kita saling menuntut cinta, bila ternyata cinta kita hanya karena adanya cinta‐Nya ?. Tanpa cinta kita sengsara, dan dengan adanya cinta‐Nya kita bahagia. Kita bisa saling berkasih mesra dan menjalin cinta karena cinta‐Nya. Tanpa cinta‐Nya maka tiada pula cinta pada kita. Maka dengarlah, cinta kita adalah cinta‐Nya. Aku telah membawa engkau kepada cinta‐Nya, maka apakah engkau masih buta?. Kenapa engkau tarik aku untuk mencintai dirimu dan kau tuntut aku agar memberikan cinta kepada dirimu ?. Adakah cinta Tuhan pada dirimu ?. Bila ada maka kau akan mendapatkan cinta‐Nya pada diriku kepadamu. Bila tidak, maka bagaimana aku akan melihat cinta‐Nya disuguhkan kepada dirimu ?. Jika engkau terpesona akan keindahan yang Alloh semayamkan pada diriku maka lihatlah dengan seksama, bahwa ia adalah pesona‐Nya buka pesonaku. Semua yang nampak ini adalah buah cipta‐Nya. Maka sadarlah engkau bahwa sesungguhnya hatimu itu bukan mencintai diriku, tetapi mencintai pesona‐Nya. Hatimu cinta kepada pesona‐Nya. Sementara aku di dalam pesona‐Nya tiada. Bila kau benar‐benar melihat‐Nya, maka kau tak akan pernah melihat diriku, hingga kau bisa mencintaiku karena rasa cintamu kepada diri‐Nya. Bila kau telah menemukan pesona‐Nya pada diriku, maka tak akan pernah ada tutupan di antara kita. Kita bertemu di dalam pesona‐Nya. Kau dan aku berkasih mesra. Kau kucinta karena cintaku pada‐Nya dan kau cinta padaku karena cintamu pada‐Nya. Kau menghadapi aku sebagai perbuatan‐Nya. Lalu kau cintai aku sebagai adabmu kepada diri‐Nya. Maka kau bersikap dengan panduan‐Nya terhadap mahluk ciptaan‐Nya.
27 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Tiada Cinta Pada Ku Jika dikau meminta cintaku, sesungguhnya aku tak punya cinta yang dapat kuberikan kepada mahluk‐ Nya, sebab cinta ini memiliki kerinduan kepada Pemilinya. Apakah aku harus menipunya dengan mempertemukannya dengan cintamu yang sama‐sama merindukan cinta‐Nya ?. Aku tak punya cinta dan aku tak kuasa untuk mengasihi, sebab cintaku terbatas dan kasihku akan terputus tanpa kehadiran cinta‐ Nya di hatiku. Marilah aku perkenalkan dikau pada satu cinta yang tidak mau diduakan di dalam tempatnya. Itulah cinta‐Nya yang tak dapat disatukan dengan cinta selain‐Nya. Jika dikau menarik aku untuk mencintaimu maka aku tak mampu mencegah kematian yang akan menceraikan cinta kita. Jika dikau merasa tertarik kepada diriku oleh sebab apa yang menarik dari padaku, maka itu semua adalah karena cinta‐Nya padaku. Tetapi aku tak mampu untuk menjawab cinta‐Nya oleh sebab kelemahanku. Lalu kenapa dikau harus bermain cinta denganku sementara hasrat cintamupun adalah pada cinta‐Nya, dan hasrat cintaku pada‐Nya pula?. Aku ajak dikau bertemu pada cinta‐Nya yang tak pernah habis walau banyak mahluk yang menaruh cinta kepada‐Nya. Disanalah kita bisa berkasih‐kasihan dengan limpahan cinta‐Nya, dimana dikau rasakan sari pati cinta‐Nya dan demikian pula dengan aku. Masing‐masing dari kita tak pernah kehabisan beroleh cinta oleh sebab luasnya cinta Tuhan. Bila Alloh pertemukan kita apakah dikau akan memungkiri cinta‐Nya, padahal karena cinta‐Nyalah kita beroleh apa yang kita butuhkan?. Andai dikau memberikan cintamu kepadaku dan berharap akan cintaku, apakah dikau menganggap aku sebagai gudangnya cinta?. Padahal cintaku adalah bias cinta‐ Nya. Janganlah dikau tertipu, Allohlah yang mencintai dirimu agar kamu mencintai‐Nya. Aku ini hanyalah ujian bagimu. Dan dikau tak boleh menuntut apabila aku kehabisan cinta, karena cintaku datang dan pergi sebesar cintaku pada‐Nya. Bila ingin kau rasakan cinta itu abadi, maka abadikanlah dukunganmu kepadaku untuk beroleh cinta‐Nya. Selama ini dikau bercinta dengan cinta‐Nya, lalu dikau berkata di dekat Tuhan bahwa akulah yang telah memberi kamu cinta dan dikau menerima cintaku segenap hati. Hingga bila cinta itu sirna, dikau menyalahkan daku yang tak sanggup memberi cinta kepadamu. Jika dikau merasakan cintaku di saat aku mencintai‐Nya, itulah sebab kenapa diri‐Nya mengajak kita untuk mencintai‐Nya, sebab dengan cinta‐Nya kita memilki kasih yang dirasakan mahluk lainnya. Pergilah dan cari cinta itu, lalu kembalilah dikau dengan membawa cinta‐Nya. Alloh itu paling cemburu bila kita mengutamakan cinta selain‐Nya. Maka belajarlah cinta kepada‐Nya, dikau akan mengetahui rahasia cintaku.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
28 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Campuran Warna Dalam Pusaran Gelora Tangisan Jiwa Dikisahkan seorang hamba sahaya, duduk termenung di telaga kasih‐Nya, yang setiap detik mencurahkan air sejuknya ke mulut hamba tersebut yang membisu. Ia mencerminkan wajahnya ke permukaan air dan mengambil perkataan dari bayangan wajahnya yang tercermin di permukaan air tersebut. Ia berkata: “Dengan lemahnya diri untuk mencurahkan segenap hati dalam memuji‐Nya, maka terhinalah aku dengan apa yang membebani diri ini. Ku sadari, bahwa semuanya dikarenakan aku terlambat mengayuh jiwa di atas samudera penyembahan kepada‐Nya. Tetapi Ia selalu mengatakan, “Engkau belum terlambat untuk kembali …” Aku kagumi kesabaran‐Nya dalam menghadapi diriku yang sehina hewan ternak yang kehilangan penggembalanya. Pujian bagi Tuhanku yang menghiasiku dengan angin lembah, gukit yang hijau, dan dataran yang landai. Naturalku terwujud pada setetes embun dingin yang merasuki sukma ketenangan, yang menghempaskan segala belenggu, hingga aku bisa merasakan cita rasa cinta‐Nya yang telah bersatu dengan ku, bersama sejuknya udara pagi hari yang bersih dan berkabut. Rasanya kekotoran hati ini sudah menutupi kewujudanku di sisi pintu Penerimaan‐Nya, sehingga aku harus tergopoh‐gopoh menghadapi kemelut cinta yang merasuki sukma dan jiwa. Ku hadapkan lagi wajah ini pada indahnya cinta Tuhan. Ku maklumi lagi besarnya rasa cemburu‐Nya, saat aku menbodohi diri dengan sejuta fantasi yang tidak realistis dan tidak logis bagi jiwa kehambaanku. Jiwa ini terasa ingin berlari mencari celah‐celah bahagia di antara pekatnya kedunguan dan lemahnya iman. Andai saja aku bisa membayangkan negeri akhirat, pastilah kebodohanku bisa sirna dengan ketakutan dan kekurangan diri ku selaku hamba‐Nya yang akan menghadapi hisab‐Nya. Siapapun selain‐Nya tak memberiku kekuatan. Tapi demi kelembutan‐Nya, halus sekali tipuan itu menutup penyaksianku dari kebodohan yang tengah merasukiku, hingga berlarianlah segala ilmuku oleh sebab keadaanku yang seolah menentangannya. Andai ada satu sosok yang nilai kasih dan binaannya lebih dari lembutnya sutra, pastilah beliau Rasulullah SAW. Andai ada sosok yang mendampingi orang yang mencintainya hingga kematian menjemput‐Nya, pastilah Alloh SWT. Andai saja terkuak cintaku padanya, sudilah kiranya Alloh mempertemukan aku dengannya. Di permukaan air ini ku saksikan jiwaku yang basah kuyup oleh kesalahan‐kesalahanku. Sementara Ia terus memberiku air cinta yang tak kunjung menjadi pelipur bagi kesakitanku. Itu semua oleh sebab kenakalanku yang tak mau mendengar apa nasihat dan petunjuk cinta‐Nya. Dibalik hati ini terikat setangkai bunga persahabatan, yang kadang bisa ditanggalkan‐Nya oleh sebab kebodohanku atau karena cinta‐Nya. Persahabatanku dengan nilai kebenaran yang Ia pancarkan dari lubuk ilmu di dalam hatiku, telah menjadi perekat bagi cintaku pada Keindahan‐Nya.
29 Meraba hati mensejahterakan jiwa Dunia ini dalam penyaksianku telah menutupi kebenaran. Dan kebenaran itu terletak di balik sisi buruk diriku, di dalam hati yang bercahaya, di dalam wujud insan yang mengerti kewujudannya sebagai seorang hamba. Air pemahaman itu tak bisa ditimba dari sumur petunjuk, bila tali yang digunakan bukan tali agama. Dan Ia menyeruku supaya menggenggam tali‐Nya. Ia berkali‐kali memperingatkan diriku, namun belum jua aku mengerti, hingga belum sampai aku kepada pelepasan dari selain tali‐Nya. Aku diberi tahu‐Nya bahwa sunnah adalah jalan menuju ta’jub itu. Maka semoga dengan kelemahan ini, Alloh bukakan pintu penerimaan‐Nya, sehingga aku tak perlu keluar dari dalam telaga cinta ini. Sebab di atas permukaan air ini, tak ada wujudku selain keindahan‐Nya. Di atas sana, wujudku telah menutupi keindahan‐Nya. Dan ku pilih Islam sebagai jalanku, oleh sebab jalannya yang membawa setiap insan tenggelam di dalam pengesaan wujud‐Nya. Dan dalam tauhid‐Nya, aku bisa berlari‐lari melakukan segala hal yang harus dilakukan hamba sahaya‐Nya.” Kemudian ia tertidur di pinggir telaga itu, air matanya mengalir melalui pipinya dan menyentuh permukaan telaga. Seketika telaga itu membiru, membuat angin mendendangkan lagu cinta‐Nya, yang mengiringi perjalanan ruhnya di dalam kematian sementaranya.
Di Malam Kemuliaan Sementara itu, detik‐detik tibanya taman riyadhoh (Ramadhan) semakin dekat, seyogyanya bagi seorang hamba bisa menyingsingkan lengan baju dan menyingikirkan pekerjaan lain selain hal yang menyangkut persiapan memasuki taman riyadhoh. Di dalam taman itu, segala buah (amal) dapat dengan mudahnya dipetik, bazar murah diselenggarakan‐Nya sebagai wujud cinta‐Nya pada ummat Muhammad SAW1. Tiap‐tiap sesuatu murahnya berlipat kali, jika dibandingkan dengan taman lainnya (bulan selain Ramadhan). Bekerja di dalamnya mendapatkan upah ratusan kali, puluhan, ribuan, bahkan sampai tak terhingga (seperti pahala puasa, yang hanya Alloh saja yang mengetahui berapa besar pahala yang akan Alloh berikan kepada hamba‐Nya, melebihi upah‐upah di lain taman. Semua yang memasuki taman riyadhoh (dari kalangan yang merindukan hadirnya Ramadhan), dijamu‐Nya dengan aneka ragam hawa ketakwaan. Semua pelarian (pengingkar hukum Alloh) yang kembali (taubat) dan menyerah kan diri (taslim) di bawah tahta Illahy (dalam sikap Tawadhu/merendahkan diri dan tadhdharu/menghinakan diri) dimaafkan dan diampuni‐Nya, bahkan semuanya digiring‐Nya ke pemandian (ampunan) tanpa membeda‐bedakan, kecuali kesigapan (hasrat untuk beramal) hamba itulah yang menentukan posisinya dalam jamaah itu. Semuanya (Mereka yang kembali, memperbaiki diri, dan beramal shaleh) dicuci habis segala kotorannya dan kesalahannya dengan sempurna (pada awal Ramadhan). Muncullah satu‐persatu hamba kudus dari dalam air dengan kemilau menembus kemilau (Keyakinan akan berartinya pertaubatan serta luapan rasa butuhnya pada amal ibadah), memecahkan kesejukan dan keindahan kabut (nilai kepuasan iman yang tidak bisa di samakan dengan kenikmatan dunia) yang menghijab hamba dari dunia, karena keasyikan mereka yang tengah tenggelam dalam samudera taqorubnya, kenikmatan cinta kasih, dan keMahaLuhuran Alloh. Beberapa diantaranya muncul dalam buaian keranjang mungil nan cantik (Dosanya dihapuskan oleh Alloh), diayun‐ayun oleh desiran angin syurga yang menangkan (tatkala berdiri diwaktu malam, bermunajat untuk bertaubat dengan khusyu dan kedekatan hati pada Illahy). Jiwa hamba kini menjadi bayi mungil dan jelita (oleh sebab adanya
1
Seperti: pahala suatu amal yang dilipatkan dan dibukanya pintu taubat, rahmat, dan hidayah
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
30 Meraba hati mensejahterakan jiwa bekas‐bekas penyesalan atas sekalian dosa serta ketawadhuan pada dirinya). Beberapa diantarannya, tubuhnya berubah menjadi hamba dewasa yang cantik dan tampan (yang bertambah kearifan, keshalehan, dan ketakwaan), memandang hidup dan keadaannya dengan penuh kepastian (sebab telah mengetahui esensi hidup dari pengabdiannya kepada Alloh). Ya ... semuanya mendapatkan perubahan dalam kubangan air tanzih itu (ubudiah), semuanya tenggelam dalam samudera cinta (khusyu lagi syahdu). Terangkat dirinya dari samudera tanzih tak merubah perasaan diri yang seakan mabuk kepayang (tak terputus hatinya dari mengingat‐ingat kesan indah yang ia dapatkan disaat Tuhan memberi isyarat kedekatan‐Nya dengan ketenangan yang muncul dalam kehusyuannya pada shalatnya), berenang‐ renang dan menyelam di dalam samudera cinta (menikmati kelapangan hati dan keindahan hikmah yang terpancar dari hati). Beberapa diantaranya ada yang menangis, karena kerinduannya untuk membenamkan diri di dalam samudera cinta (Ladang penghambaan diri secara ikhlas kepada Alloh SWT), yaitu jiwa‐jiwa penuh dosa yang ditampakkan dosa serta imannya sekaligus (imannya memberikan reaksi positif/penyesalan/kehendak untuk bertaubat setelah menyaksikan dosa), berkat keridhaan Alloh untuk diingat oleh hamba tersebut. Air matanya mengalir menganak sungai, bertemu dengan air rahmat (keridhaan Alloh atas tangisannya), lalu menyisi (merasuk ke dalam hati) memberi bekas tersendiri, mengukir dinding‐dinding hati (kesan), membawa kotoran hati (kesan tersebut memberi kekuatan untuk membenci apa yang Alloh benci dan mencinta apa yang Alloh cinta), tercurah dalam samudera cinta (samapai kepada tujuan, yaitu suasana cinta dan mencintai). Air tangisnya menambah harum dan syahdu penenggelaman jiwanya ke dalam samudera cinta (ubudiah). Dan cahaya terang‐benderang menutupi cakrawala mata (Cahaya Keyakinan akan apa yang disampaikan Alloh), mengalahkan kabut (Kecintaan pada dunia) dan hilanglah panorama fana (penyaksian kepada mahluk) menuju penomena baqa (kesadaran diri bahwa atas sekalian mahluk berdiri Tuhan sebagai pengendali/ kesadaran akan hari akhir). Yaa .. hampir semua (yang melaksanakan ibadah dengan sungguh‐sungguh) merasakan penomena ini ... menekan khalbu dan meneriakkan air mata penyesalan dan melemparkan jiwa ke angan‐angan (hasrat yang besar yang dihalang‐halangi nafsu diri) untuk memuji Alloh, menggetarkan seluruh badan (sebagai manifestasi keimamanan), dan membekas dalam akal (perasaannya menghantarkan hati kepada hikmah dan akal kepada pemahaman) sehingga bersemayam dalam hati sebagai buah taubat (ilmul yakin itu, memudahkan hamba merengkuh derajat pengabdi sejati). Sementara itu Al‐Qur’an bergema syahdu (17 Ramadhan), mengalun di antara keheningan suasana, di antara ketakjuban hamba memandang cahaya hijau (jiwa yang tengah mabuk oleh nikmat Illah) yang mengundang ketenangan dan kelupaan pada yang lain. Cahaya itu bermain di lubuk hati, menenggelamkan jiwa dalam keagungan Zat Tuhannya. Cahaya itu menari bersama alunan suara merdu Al‐Qur’an, melayang ke kanan dan ke kiri, berputar‐putar dan terbang menembus 7 lapis langit, lalu meluncur kebawah dan terbenam ke dalam 7 lapis bumi, yang kemudian tersujudkan tubuhnya dalam keadaan khusyu (di dalam perut bumi itu). Air matanya mengalir (perasaan hatinya diungkapkan oleh lisan dan perbuatannya), bercampur dengan air‐air tanah (ungkapannya selaras dengan keadaan alam yang berada disekelilingnya) dan terminum oleh mahluk bumi (mahluk bumi menyaksikan dan mendengarkan ungkapannya). Setiap mahluk yang meminumnya (menyimaknya) akan keluar air matanya, lalu tersegak dadanya, menimbulkan suasana kesedihan dan tawadhu yang mendalam. Bagi setiap mahluk yang suci, setelah merasakan air itu, dirinya tenggelam dalam alam ubudiyah (ungkapan
31 Meraba hati mensejahterakan jiwa yang didengarnya, membuka kesadaran akan Ta’abudnya kepada Alloh), yang oleh sebab keikhlasannya dalam mengagungkan Alloh (saat mengalami kesadaran itu ia menjadi sadar akan kebesaran Alloh), ia berubah menjadi air (tenggelam dalam suasana hatinya), merembes masuk dan bersatu dalam kepungan air mata di dalam perut bumi (ia mengetahui dan merasakan apa yang dialami orang yang melayang jiwanya tersebut). Seandainya bumi menangis (ummat mengetahui hakikat penyembahannya kepada Alloh), maka terjadilah banjir Nuh yang teramat hebat (tegaknya suara‐suara kebenaran dan penentangan kepada yang bathil). Al‐Qur’an itu menarik pecintanya ke dalam kereta kemuliaan (hidayah/pahala), memberi keindahan mulut dan lidah dalam mengiringi lantunan kalamullah (sebagaimana yang Alloh janjikan, bahwa Ia akan lejatkan jiwa saat melantunkan Al‐Qur’an di malam hari). Telinga‐telinga yang asyik mendengarkan Al‐ Qur’an terbuai di dalam tidur yang lelap (tenggelam dalam alam penyaksian akan makna yang ia temukan dalam lantunan ayat‐ayatnya) dan bermimpi bertemu dengan Tuhannya (Apa yang tersaksikan olehnya, membukakan pintu hati sehingga bisa berdekat‐dekatan serta merasakan nuansa cinta yang Alloh hembuskan). Tiap‐tiap insan menari‐nari (bahagia disaat menikmati nuansa cinta‐Nya), berlarian tak menentu arah (merasakan kerinduan dan ketakjuban), gundah (ketidak‐sabaran untuk menemukan bukti kebenarannya dan janji‐janji Alloh), dan memuncakkan kekhawatirannya (kalau‐kalau tidak tergolong orang yang mewarisi janji‐janji dan kenikmatan dari Alloh). Sebagian di antaranya bersimpuh, sujud syukur (kepuasan setelah menemukan apa yang dirindukan). Ya..taman riyadhoh ini seperti syurga, dan inilah memang syurga dunia. Siapapun yang ingin buah amalnya, terwujudlah dengan segera dihadapan arifin. ............................... (suasananya menjadi hening). Tiba‐tiba suasananya terdiam, hening dan menciutkan tiap‐tiap jiwa (takut kalau yang hadir adalah kebencian Alloh atas segala cela yang tak dapat dilihat tatkala sedang beribadah kepada‐Nya). Semuanya bertanya‐tanya, “Apakah gerangan ini sebabnya ?”. Datanglah angin menderu‐deru dari sisi pengikut Rasulullah Muhammad SAW. Bergetarlah bumi hingga terasa ke lubuk hati, menumpahkan air mata Ulama dan membuat pingsan Arifin. Tiap‐tiap hamba menjerit dan berlari mencari berita, di antaranya ada yang mendekap Ulama dan ada pula yang menangisi Arifin. Para ulama membeku menjadi es (ketakutan akan kiamat, sementara ia merasa amal perbuatannya belum cukup), dan Arifin mati suri (Tersentak bahagia karena bila kiamat benar terjadi ia akan segera bertemu dengan Alloh pujaan hatinya). Hati hamba yang terpanggil (orang yang banyak mengingat Alloh) menjerit keras, “Ada apa ini .. siapa gerangan yang datang?”. Maka timbunan es dan jenajah itu menggemakan suatu kalimat, “Subhanallah (Maha suci Tuhan kami), subhanallah, subhanallah, …..”. Maka cahayapun terpijar (haqnya ilmu yang mereka sampaikan) dalam keheningan itu dari tiap‐tiap bongkah es. Dan kesucian (keikhlasan dan kebenaran dalam menyembah Alloh) jenajah menimbulkan harum (hikmah) yang menghadirkan kerinduan (keinginan untuk mensucikan jiwa). Dari cahaya hijau terang berkumpul seperti awan melingkari dan bergerak cepat meliuk‐liuk di antara pinggang, punggung dan dada Mukmin, ada suara yang berkata, “Telah Ku sempurnakan agama‐Ku untuk mu” . Maka hancurlah kepingan‐kepingan es (hilanglah ketakutan akan kecelakaan dalam Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
32 Meraba hati mensejahterakan jiwa menjalankan syariat) yang melingkupi tubuh ulama (yang meliputi hati ulama). Sebelum kepingan itu hendak membentur tiap‐tiap hamba Alloh (kelegaan ulama dirasakan ummat), berubahlah bongkahan es itu menjadi cair (berubah kelegaan itu menjadi bias‐bias hikmah) dan membasahi hamba sehingga menyebabkan ia bertanya lebih dalam ke lubuk hatinya (perihal ilmu yang menyebabkan ulama lapang dada, agar ummat tidak taqlid kepada mereka). Bongkahan yang terpental ke atas, berubah menjadi hujan salju, menyejukkan dan menenangkan hamba‐hamba Alloh. Sementara itu, rona merah membara (mahabbatullah) keluar dari jasad arifin, menggemakan suara yang bersahutan bak riak air, “Alloh ... Alloh ... Alloh ...” Cahaya itu membentuk gelombang cahaya yang nampak, menarik perhatian hati‐hati yang mati (jiwa yang jauh dari Alloh), membenamkan ulama ke dalam kuburnya masing‐masing (menjadikan ulama semakin giat menelaah kitab dan mengolah ruhani dalam ibadah mereka), dan membuat ummat terperanjah (terkesima dengan penomena kesejatian penghambaan arifin kepada Alloh). Sekonyong‐konyong, muncullah angin yang menderu‐deru. Dari langit sana terbuka pintu‐pintu rahmat dan ampunan Alloh ... “Laa illaaha illallah, laa illaha illallah, laa illaha illallah ...” , angin itu bersahutan. Angin itu bercampur dengan cahaya hijau dan berkumpul dengan cahaya kuning dan tengah‐tengahnya terang benderang bak galaksi. Di tengahnya ada suara, “Adakah orang yang berdo’a? pasti Ku kabulkan do’anya. Adakah orang yang memohon ampunan? Pasti Ku ampuni ia. Adakah orang yang meminta? Pasti Ku beri ia!”. Kepada beberapa orang yang tidur dengan lelapnya suara itu melengking, “Dusta!, orang yang mengaku mencintai‐Ku, tetapi ketika malam tiba, dia selalu tidur melupakan‐Ku. Bukankah setiap orang yang mencintai itu pasti dia senang berkhalwat bersama kekasihnya?” Dan hanya pengikut sunnah Nabi sajalah yang tetap berdiri (sholat Malam) menegakkan tubuhnya. Kepada orang yang sholat itu, cahaya itu bergetar lalu dari getarannya terhimpun suara, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu tapi engkau pasti mati; berbuatlah sesukamu tapi engkau pasti dibalas menurut perbuatanmu itu; cintailah siapa saja yang engkau kehendaki tapi engkau pasti akan berpisah dengannya. Ketahuilah bahwa kemuliaan seorang Mu’min itu ialah shalat waktu malam dan kebesarannya ialah ketiadabutuhannya kepada manusia (sebab ia yakin, tanpa Tuhan mereka tak memberikan maslahat maupun mudharat sedikitpun)” Itulah dia hebatnya lailatul qodar, yang muncul beserta rombongan malaikat yang diberikan tugas oleh Alloh kepadanya untuk memberikan salam dan rahmat kepada orang yang menjalankan puasa dan orang yang menegakkan sholat di malam Lailatul Qodar. Dalam hati orang yang tegajk berdiri dalam menyaksikannya, Lailatul Qodar muncul bagaikan kereta kencana yang gemerlap ... menjemput hamba‐ hamba Alloh yang bersungguh‐sungguh ibadah dan niatnya untuk memasuki Mahligai Kebesaran Maha Raja. Suasananya sangat hebat di atas sana. Semuanya menari‐nari kegirangan sambil bercucuran air matanya. Para malaikat bertasbih, memohonkan ampunan untuk ummat Muhammad SAW, mengelus‐ elus jiwa yang sedang susah dan membelai kasih kepada orang‐orang yang berdosa seraya menyampaikan wasiat Alloh (kedalam hatinya), “Wahai orang‐orang yang menganiaya dirinya, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh”. Tetes air mata berubah menjadi permata syorga (tetes air mata dipahalai dengan kedudukan di syorga) dan buah delima (perasaan yang berkesan) sepanjang masa. Masing‐masing (dari undangan Alloh itu) membeku (khusyu) dan membisu (menerawang menuju alam hikmah), menyaksikan mahluk bersujud dengan kehendak‐Nya. Keadaan tersebut berlangsung hingga fajar tiba.
33 Meraba hati mensejahterakan jiwa Dalam kelelahan jiwa akibat tangisan dan ketakjuban semalaman, turunlah tiap‐tiap insan yang diundang Alloh (pada Fajar itu) ke bumi (Alam sadar/bangun dari kesyahduan dan kekhusuan). Alunan puji‐pujian kepada Alloh dan sholawat untuk hamba Alloh, mengiringi kepergian insan. Bidadari‐bidadari berbisik‐bisik sambil bergelik tawa, mengisyaratkan kepada insan rasa cinta yang mendalam... bermain dalam gejolak asmara (insan merasakan cintanya sehingga menambah hasratnya untuk meraih bidadari itu dengan amal di dunia). Para bidadari itu menyanyi, Kami adalah wanita‐wanita cantik yang menarik2, istri orang‐orang yang mulia. Kami adalah wanita‐wanita yang hidup abadi dan tidak mati, kami dapat dipercaya dan tidak membuat ketakutan, kami berdekatan dan tidak berjauhan. Sesungguhnya insan ingin tetap tinggal di sana, namun Alloh tak menghendakinya. Kakinya terpimpin menuruni tangga‐tangga langit. Insan bersedih melihat sudara‐saudaranya di bumi, takjub kepada dirinya (karena melihat bekas‐bekas kemuliaannya)3. Hatinya mengkerut sedih dan menjerit kepada Tuhannya. Sesungguhnya Alloh sangat kasih kepada dirinya, sehingga dalam ucapan‐Nya, “Kun fayakun!” jadilah berbagai tambahan nikmat mengalir bersama rangkaian bunga rahmat. Para Malaikat bertasbih dan berseru, “Maha Suci Engkau. Tiadalah kami mengetahui melainkan sebatas apa yang telah Alloh ajarkan kepada kami”. Hilanglah diri insan dari pandangan mahluk. Beserta itu, melajulah jiwa mahluk ke alam hakikat sehingga ia saksikan esensi Tuhan dan ia tentram dalam dzikirnya kepada Tuhan dalam penyaksiaan akan keberadaan‐Nya itu. Laa wujuda Illallah (Tiada wujud selain Alloh) ..., maka terlemparlah segala wujud mahluk ke arah kebinasaan di saat terbitnya mentari kebaqaan dan ke‐Esaan Alloh di dalam hatinya. Bergemuruhlah hatinya, lalu terdengarlah suara,”Segalanya adalah fana (rusak), dan tetap kekallah wajah Tuhan Dzuljalali Wal Ikram”. Saat ia menghentakkan kakinya di muka bumi, dari hentakannya terpancarlah cahaya. Dari getaran hentakkan itu, tumbuhlah bunga‐bunga cinta menyebarkan aroma. Lebah bergembira mendapatkan makanannya berlimpah. Insan memuji‐muji Tuhannya. Tak ada keindahan (yang pernah insan saksikan) selain keindahan ini. Tiap‐tiap nyiur merendahkan tubuhnya untuk memberikan perlindungan kepada insan dari teriknya mentari yang sinarnya begitu syahdu dan tak menggangu sejuknya angin kebahagiaan. Pohon yang rindang ikut melindungi insan bersama nyiur itu. Burung‐burung cantik jelita bermain‐main di atas kepalanya, harimau menjadi jinak, mengelus‐eluskan tubuhnya kepada insan. Semua mahluk cemburu bila ada yang mendekatinya, semuanya berlalu dalam suka citanya masing‐masing. Sejenak alam terdiam saat hadirnya suatu suara yang mengalun beserta angin, “Dan, apapun ni’mat yang ada pada kalian, maka itu datangnya dari Alloh.” 2
Seorang laki-laki di syurga akan benar-benar didatangi seorang wanita yang menepuk pundaknya, hingga laki-laki tersebut bisa melihat wajahnya di pipi wanita tersebut, yang lebih bening dari pada cermin, dan sesungguhnya butir mutiara terkecil yang ada padanya dapat menyinari timur serta barat. Wanita itu mengucapkan salam kepadanya dan ia menjawab salamnya, seraya bertanya, “Siapakah engkau?.” Wanita itu menjawab, “Saya adalah tambahan.” Wanita itu mengenakan 70 lembar pakaian, yang paling luar seperti darah. Dia mengarahkan pandangan ke wanita itu sehingga bisa melihat sum-sum betisnya yang tembus pandang. Dia mengenakan mahkota, dan mutiara paling kecil padanya dapat menyinari timur dan barat.” 3 Sesungguhnya jika Alloh mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril seraya berfirman, “Sesungguhnya Aku mencintai Fulan, maka cintailah ia!”. Rasulullah bersabda, “Maka Jibril mencintai hamba itu, kemudian berseru di langit, dengan berkata: Sesungguhnya Alloh mencintai Fulan, maka cintailah ia!.” Lalu para penghuni langit mencintainya. Rasulullah bersabda, “Kemudian dijadikanlah orang-orang menyambutnya di bumi.”
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
34 Meraba hati mensejahterakan jiwa Inilah insan sadar yang merasakan kebahagiaan di dalam taman riyadhoh yang begitu indah, mewangi baunya dalam lubuk hati. Berjuta‐juta manusia terangkat dari neraka karena permohonan mahluk berjubah hijau kemilau (Ramadhan). Hampir 70000 ummat Islam yang berdosa terangkat dari neraka oleh sebab syafa’atnya. Maka segala pujian bagi Alloh, selama hasrat masih bangkit dan angan dapat disingkirkan.... (insan menghadapi kenikmatan disanan dengan tekad hendak menggapainya sungguh‐ sungguh, bukannya angan belaka). Tiada yang lebih berkuasa selain dari pada Alloh, sehingga berlarianlah ke‐Akuan hamba (kesombongan pergi) yang menentang titah Maha Raja (setelah menyaksikan kebesaran‐Nya dengan keyakinan) .... Ar‐Rofiqul A’la ….. Ar‐Rofiqul A’la ……………….. Ar‐Rofiqul A’la ……………….. Saat mendengar kalimat Ar‐Rofiqul A’la, teringatlah insan pada kematian syidina Muhammad SAW.... Tak ada seorangpun yang menyaksiakan kepergiannya. Beliau diurus malaikat Jibril sahabatnya yang dimuliakan Alloh di kerajaan langit sana. Sungguh, ketulusan jiwa (Rasul) begitu berbekas dalam jiwa sahabat‐sahabatnya. Berderailah air mata (cinta kasih) sahabat‐Nya saat kematian beliau SAW. Seakan tak percaya ... mungkinkah mahluk mulia juga diwafatkan Alloh SWT, dalam kesendirian tanpa penyaksian para sahabat dan keluarganya?. Inilah insan mulia yang dunia tercipta karenanya. Alloh sendirilah yang telah menciptakan dzatnya yang suci. Dalam kesendirian, beliau menemukan (kebenaran ajaran) Tuhannya (di Gua Hira). Sayidina Muhammad buah hati Awliya, meninggalkan isak tangis sahabat yang menyendiri dalam kesedihan diri... meninggalkan terlampau banyak lukisan indah di lubuk hati. Betapa dalam rasa cinta shohabat, sehingga ada yang berteriak di muka peratap, “Barangsiapa yang menyembah Muhammad, sesungguhnya beliau itu fana. Barangsiapa yang tetap menyembah Alloh (dengan tanpa mensyarikatkan‐Nya dengan apapun), sesungguhnya Alloh itu kekal abadi...” Menderu‐derulah semesta berkhidmat pada kesedihan yang tersimpan di lubuk hati, Nabi Khidir melayat beliau dari alam bathin, membisikkan kepada Jema’ah akan adanya tipu daya Iblis. Semua jagat bersemayam penuh kepasrahan pada Sang Pencipta. Pujaan semesta harus meninggalkan alam fana untuk selamanya. Sementara itu, para bidadari berjejer di sepanjang tangga perjalanan ruh Rasulullah, dan para malaikat begitu bahagianya menyambut kedatangan kekasih Alloh4. Dari mulut jasadnya terpatri kalimat, “Ummatku”, begitu mendalam kekhawatiran beliau pada ummatnya. Tak ada tangis sendu oleh sebab kerinduan kepada beliau melainkan beliau tarik tangan sang perindu. Menggenggam jemarinya terasa halus, membuat hati damai ... halus nian perangai suci sang utusan Rabby. Saat mata bertemu mata, hasrat diri ingin mengungkapkan kata cinta, namun kehinaan menghalangi diri, kehinaan yang tak pantas untuk berdiri di hadapan kekasih Maha Suci. Sungguh Rasulullah berjiwa tampan... insan memilih diam lalu tertunduk malu... selama hidup lalai, menyusahkan. “Sayyidku kasih akan daku, tetapi daku tak kuasa menaruh rindu”, demikianlah insan berkata dalam hatinya, di dalam kehinaannya. Cinta yang harus sampai kepada Alloh, ternyata tak sampai oleh sebab laku maksiat yang selalu terjamah jiwa insan, malu yang mendalam membuat jiwa 4
“Seseorang itu beserta yang dicintainya dan mendapatkan apa yang diupayakannya.”
35 Meraba hati mensejahterakan jiwa hendak bersembunyi dan menutupi wajah dari beliau, namun dimanakah tempat persembunyian yang tepat di saat jiwa berhasrat untuk tetap tegak berdiri di hadapan kekasih Alloh?. Selain bersimpuh mendekap jiwa Habiballah, seraya memohon syafaatnya. Lalu beliau ungkapkan, “bantulah aku dengan mendirikan sholat”. Beliau memapah insan menghadap Alloh kekasih dan pengasihnya(dengan sunnah dan ajarannya). Dikenalkan insan akan sifat‐Nya yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang akan ummat Muhammad khususnya. Hingga bila insan telah larut dalam makrifatnya, Rasulullah tak dilanda api cemburu ... bahkan beliau berbahagia melihat ummatnya tidur terlelap di dalam ayunan mungil. Dielus‐elus raganya oleh Sayyid, kata‐katanya jauh menembus bathin hingga kehidupan dunia semakin menjauh dari hatinya. Lalu beliau berwasiat, “Cintailah Alloh, Rasulullah, dan kedua orang tuamu”. Maka insanpun menangis menahan malu, tak ada hasrat untuk memalingkan wajah dan tak ada sepatah katapun yang terucap. Beliau mengerti dan mencium mesra kening sang insan... lalu berlalulah jiwanya menembus kabut yang biru. Dalam kabut itu beliau mengucap salam bagi ummatnya, lalu berkata, “Tetaplah dalam memegang keyakinan, Alloh akan mengangkat semua ummatku dari kehinaan.” Akhir dari mimpi adalah bangunnya kesadaran bahwa betapa banyak insan menyakiti dan membuat risau beliau. Insan yang seperti inilah yang sering membuat resah Sayyid. tetes air mata Rasulullah menimbulkan keridhaan Alloh, sehingga Alloh angkat ummat beliau dari kehinaannya. Menyelusup diri ke dalam khalbu, memendamkan jiwa dalam kehampaan. Semoga sholawat serta salam tercurah kepada Rasulullah semesta Alam, beserta keluarga dan para sahabatnya dan pengikutnya, yang semoga Alloh ridha kepada sekalian. Di manapun dan kapanpun, semoga tetap tercurah. Hingga tiap curahannya, membasahi kami semua, menyadarkan kami yang tengah dirundung kepahitan (hidup) dan kekalahan (dalam menyembah‐Nya). Kehinaan yang berkecambuk dalam kebodohan, kelemahan cinta kepada Alloh, dan pengabdian kepada‐Nya; semoga Alloh berkenan memberikan pertolongan kepada insan yang tak memiliki kekuatan dan selalu mendzalimi diri. Setelah sekianlama diri terombang‐ambing oleh kebodohan dan kejauhan, kiranya Alloh sudi memperkenalkan (hakikat kehidupan), yang dapat membuat diri mampu terbebas dari keterpedayaan. Sungguh malang jiwa yang lemah, hidup bersemai kefanaan namun hati rapuh tak mengenal kehambaannya kepada Alloh. Jiwa mencuri amal dan hilanglah kebaikan... mudharat kehidupan seakan tak dirasakan. Hidup diri bagai pagar alam, tak berdaya diri dari kecamuk alam, lupa daratan berlimang kemaksiatan. Mengangkat badan sungguh berat dirasakan. Maka tahulah diri akan kejahilan yang tiada terlihat selama dalam buaian kesedapan jahili. Ilmu berlimpah kasih bertambah, namun taufik dan hidayah tiada, hatipun gundah. Inilah uraian diri dalam kehinaan. Andai diri hilang (dari keAkuan) adalah suatu kebahagiaan. Karena keberadaan diri hanyalah menambah kedukaan yang terlampau banyak menyukakan syetan. Alloh berada dibalik kefanaan, itulah yang tertangkap dari lubuk rasa yang tak bermakrifat, padahal Alloh hadirkan segala. Sungguh Alloh berhak untuk mengadakan. Di antara kesalahan ada pelajaran, namun kehinaan diri takutlah dirasakan. Bila Alloh jauh karena diri tak berkeyakinan, hilanglah arti dibalik kelupaan. Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
36 Meraba hati mensejahterakan jiwa Hilang diri lebih baik dari pada hilang Kemakrifatan, Musyahadah seakan hanyalah hayalan. Fantasi indah, Tuhan hamba Yang Maha Pemurah. Semoga rahmat‐Nya tercurah, pada hamba‐Nya yang berendah, Sungguh teramat cinta Tuhan, maka beliau kirim Al‐Qur’an. Beliau hadir dalam segalanya, menguji insan menambah kecintaan. Duhai elok kiranya melihat Tuhan, hilang diri karena satu Kebesaran. Kiranya kesadaran tak kunjung hadir tanpa kasih dan hidayah Rabbul Malikul Haq. Inilah buah tangan Tuhan yang menguji insan, melepas diri dari sifat keinsyanan. Uluhiyah dan Ubudiyah... menggapai insan pengikut Muhammad yang mulia. Menemukan kata hina dan menyetujuinya pada diri, namun tak tahu rasa dan maknanya pada diri. Duhai, semoga berkah ampunan menyertai lukisan, karena insan hina tak berperikehambaan, kepada Tuhan insan berserah akan segala rasa dan keyakinan. Bila Engkau kirim hujan dibalik penderitaan, sungguh damailah jiwa insan. Bergemuruh malaikat bertasbih, menggelegar di antara awan. Hasrat sekiranya insan senafas dengan malaikat, serta berdzikir memuji Engkau yang sejati, menambah harum bunga sejati, melepas segala hasrat dan keinginan. Duhai Tuhan tujuan insan, kapan insan bertandang pulang, membawa bekal yang Engkau sisakan dari sekian banyak cinta kasih yang Engkau beri. Alloh Rabbul ‘Izzaty ampuni kami, ummat Muhammad yang selalu meresahkan kekasih sejati di sisi‐Mu. Wahai Al Haq, inilah keadaan insan, yang sedang berdengdang dalam kehinaan, tak menyadari akan segala keputusan, wahai diri Tuhan insan Yang Maha Lapang. Tiada hidup insan melainkan dihidupkan, tiada daya insan melepaskan bisikan. Engkau Tuhan lebih tahu kemanfaatan, lepaskan kami dari kehinaan. Duhai Alloh, jadikan kami hamba sejati yang membuat cerah wajah Sayyid kami, baginda Muhammad dekatkanlah untuk memimpin perjuangan kami. Wahai Alloh Raja sejati, pimpinan‐Mu meliputi segala pimpinan, tak kuasa kami menggapaimu, melalui kekasih‐Mu kami dicurahkan. Inilah insan yang tak tahu diri, memuji Engkau tanpa sebuah arti. Andai kehinaan diri disadari, ketulusan hati tiada terkira. Maafkan insan yang selalu lupa, sungguh berat uji yang Engkau beri. Diantara lubuk hati dan jiwa, Engkau berada menampakkan jati diri dan kepalsuan kami. Duhai, kiranya kami banyak mengingat‐Mu. Namun apalah daya, jiwaku tak kuasa sebab ilmu belum tiba. Insan tunduk dalam keputusan‐Mu. Insan diberi kesadaran akan ketertipuan, maka cukuplah kiranya kepada Engkau insan diserahkan (dalam menuju pertaubatan). Tanpa Engkau wajah kami kusam, tanpa beliau hidup kami tak tentram.
37 Meraba hati mensejahterakan jiwa Jangan salah wahai insan, tiada maksud diri menggurui, karena guru sejati berdiri menanti, dan Guru Abadi tak dapat dipungkiri. Anggap saja cerita tak berarti, karena keberartiannya ada dilubuk hati. Cerita dalam kertas ini bolehlah hidup, namun apalah arti sebuah kertas jika ia mengotori peng‐Esaan Tuhan atas sejumlah insan yang tak mengerti. Sampai di sini insanpun berserah diri, melepaskan kepemilikan atas diri. Alloh berhak menuntut perbuatan‐Nya sendiri dan dengan‐Nya insan mendapatkan ampunan serta keselamatan. Rahasia apalah yang mengangkat pendosa dari neraka melainkan rahasia rahmat dan keadilan Tuhan. Tiada daya insan melainkan dengan Alloh, dan tiada daya upaya insan melainkan dengan Alloh saja, tak perlu insan dihadirkan (dalam sebuah karya ini). Karena kehadiran insan menimbulkan bala serta fitnah, sementara kehadiran Alloh melegakan. Terbangkan saja hamba yang kecil ini, campakkan ia dalam kedekatan, karena hamba hanyalah debu dari sebongkah jarah yang menyusahkan dirinya sendiri. Duhai dengan apa lagi hamba melupakan diri, melainkan dengan kesempurnaan Al‐Ubudiyyah. Ingat!, bukan ilmunya (hamba) tetapi Ilmu‐Nya. Yaqin mengajak untuk tidak berharap. Tidak terlalu berharap mengajak kepada zuhud (Bersikap dingin terhadap apa yang dibenci Alloh dan menggebu‐gebu kepada apa yang dicintai oleh Alloh) Zuhud menghasilkan hikmah, dan hikmah mendorong untuk melihat akibat di kemudian hari. Tiga tanda yaqin: Tidak terlalu banyak bergaul dengan manusia (kecuali ulama yang arif), tidak memuji mereka jika mendapat pemberian, dan tidak mencela mereka jika tidak mendapat pemberian mereka. Sementara tanda lainnya: Memandang kepada Alloh dalam segala sesuatu, kembali kepada‐Nya dalam segala sesuatu, dan memohon pertolongan kepada‐Nya dalam keadaan bagaimanapun jua. (Dzun Nun Al‐Mishry)
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
38 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 4 ‐ TADDABUR Jalan Menuju Pengetahuan “Tidaklah segolongan orang berdzikir kepada Alloh melainkan para malaikat mengelilingi mereka, menyelubungi mereka dengan rahmat, menurunkan kepada mereka ketenangan, dan Alloh menyebut mereka diantara orang‐orang yang ada di sisi‐Nya” (Shahih Muslim, dari Abu Hurairah RA dan Abu Sa’id Al‐Khurdy RA) SENTUHAN PERTAMA Alloh mengabarkan kepada kita semua, bahwa tiada Alloh menciptakan diri kita melainkan agar kita menyembah‐Nya. “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah‐Ku” [Adz‐ Dzariyat 56]. Tetapi dengan pernyataan Maha Raja tersebut, tidak mengartikan bahwa setiap dari kita dijamin akan dapat menyembah‐Nya. “Lalu Alloh mengampuni orang‐orang yang dikehendaki‐Nya dan mengazabkan orang‐orang yang dikehendaki‐Nya dan Alloh maha berkuasa atas segala sesuatu”. [Al‐ Baqoroh 285]. Alloh menguji kepada siapa yang di kehendaki‐Nya, agar setiap dari kita mengetahui siapa dirinya dalam Ujian Kehidupan ini, apakah kita seorang pecundang atau seorang kesatria dalam medan pertempuran menuju keridhoan‐Nya. Bagi orang yang mengetahui, maka kita akan menyadari betapa lemahnya diri kita dalam menghindari kehinaan serta menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan. Padahal Tuhan setiap saat memberi kita kehidupan. Kita yang buta kepada kasih sayang‐Nya oleh karena banyak menyukai kebencian‐Nya, akan selalu merana sebab setiap kali nafsu kita di beri makanan ia akan terus meminta tambahan dan kita tak pernah mau mengekangnya dengan aturan Alloh sehingga jatuhlah kita pada kehinaan. Namun di antara kita ada yang selalu berprasangka baik kepada dirinya sendiri, merasa dirinya paling cukup dan merasakan kekuranglezatan disaat menghadap‐Nya, sehingga Alloh balikkan hatinya sampai ia tidak dapat menemukan cela yang dideritanya. Abu Ustman berkata, “Selama orang melihat sesuatu baik dalam jiwanya, ia tidak akan mampu melihat kelemahan‐kelemahannya. Hanya orang yang berani mendakwa dirinya terus‐menerus selalu berbuat salahlah yang akan sanggup melihat kesalahannya itu.” Padahal menemukan cela adalah sebuah keutamaan. “Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya.” [Al‐Hasyr 18]. Dari adanya cela itu kita akan menyadari bahwa kita menghadapi dua pilihan, apakah kita harus hidup mulia dalam kehinaan atau mulia dalam menghinakan diri di hadapan Alloh. Kalau kita memilih hidup mulia dalam kehinaan maka tentu akal kita akan tidak sehat, sebab ia tak dapat menyaksikan kebenaran sebagai akibat kesombongannya yang menjadikan hatinya keras membatu. “Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (kepada jalan yang benar).” [Al‐Baqoroh 18]. Mereka yang tidak memiliki rasa takut di saat dirinya melakukan pelanggaran kepada Alloh SWT, maka hatinya diliputi kotoran dosa yang lama tidak di taubati. “Alloh mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” [Al‐Baqoroh 8]. Kehinaan memang layak bagi kita yang membiarkan jiwa menyukai apa yang Alloh benci. Kita larut dalam perdaya syetan di saat kita berada diantara dua kesukaan yang seimbang, yaitu suka kepada taat
39 Meraba hati mensejahterakan jiwa dan maksiat. Kita merasa tidak bersalah dengan maksiat yang tak sanggup kita halangi hanya karena merasakan adanya setitik kebencian kepada maksiat yang kita lakukan. Padahal menurut Imam Al‐Jauzi dalam Kitab Shaidul Khotir bahwa setiap kejahatan yang muncul pada diri kita sementara kita tak menerima kejahatan tersebut tanpa sanggup menahan kejahatan itu agar tidak kita lakukan, maka dosa kejahatan itu tetap ditanggungnya. Demikianlah, Alloh yang Rahiim menghendaki kita supaya hidup bersih sepenuhnya. Seperti seruan‐Nya kepada istri Nabi SAW, “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri‐istri nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” [Al‐ Ahzab 53]. Alloh Yang Rahim menghamparkan kebahagiaan kepada kita yang mau bertaubat dan mengikuti lagu cinta‐Nya. Alloh telah lama mengalunkan senandung cinta‐Nya melalui lisan para Nabi dan Rasul, tapi mengapa kita tidak sanggup merasakan getaran cinta suci yang menyentuh lubuk sanubari. Atau barang kali hati kita sudah terlampau kotor dengan aib dan dosa, sehingga kita kaku dan tidak sanggup mencurahkan rasa kagum kita kepada Sang Pecinta. Atau barang kali karena memang kita tidak pernah mengetahui kehadiran cinta kasih‐Nya di dalam kehidupan kita, sehingga kita masih senang terpuruk bermain dengan cinta nafsu yang cenderung kepada kehinaan. Kenapa kita tidak berfikir untuk menjadi orang yang utama disisi‐Nya. Apakah hanya karena kita mengetahui bahwa jiwa kita telah berputus asa sebelum melangkah menuju kepada‐Nya?. Yang jelas kita belum dekat kepada Alloh, kalau kita dekat kepada‐Nya dengan melakukan amalan yang Ia cintai pastilah kita akan tahu bahwa perjalanan ini hanya akan sukses dan indah bila Alloh bukakan hati ini untuk menyaksikan perbuatan Alloh yang penuh pengertian dan kesabaran dalam menghadapi kebodohan serta kehinaan kita. Haruskah kita selalu terpuruk dalam kehinaan yang selalu menjauhkan kita dari kebenaran dan kebahagiaan. Sementara kita sangatlah jauh dari memikirkan hari akhir yang lebih berat dari hari sekarang. Mari kita ingatkan jiwa kita, bahwa kesejahteraan hidup di dunia ini memang bisa digapai dengan jalan taat atau maksiat. Namun di Akhirat kelak, hanya amal kebaikan kita di dunia saja yang menentukan kesejahteraan hidup kita. Mari kita saksikan hati kita, apakah kita menemukan ketulusannya dalam menyatakan kesediaannya untuk menapaki jalan yang Alloh ridhoi. Karena kelemahan kita dalam berlaku sabar dan awas terhadap tipu daya syetan telah menyebabkan kita terus terjelembab ke dalam jurang kehinaan. Kita ingin berlaku sabar, tetapi tak mau meninggalkan sifat tamak dan meninggalkan sikap berkurban demi Cinta Tuhan. Kita ingin awas terhadap gangguan syetan tetapi kita enggan mengambil ilmu‐ilmu keagamaan. Maka kebahagiaan yang diharapkan oleh kita dalam benak ini hanya akan menjadi buah kesengsaraan oleh sebab ketidakjujuran kita dalam menyatakan penyerahan diri serta pertaubatan kepada‐Nya. Sudah banyak kita mengalami cobaan hidup, maka seharusnya kita belajar untuk menimbang‐nimbang kebahagiaan yang kita peroleh dengan jalan kedekatan dengan‐Nya atau jalan penjauhan. Apakah dunia ini sanggup menenangkan hidupmu. Lalu coba kita rasakan bagaimana kemanisan yang diperoleh dengan jalan pengabdian kepada‐Nya dengan jalan pengabdian kepada nafsu birahi?. Hanya orang yang berakal yang dapat menyatakan kenikmatan di sisi‐Nya secara tulus murni. Sementara orang yang buta hanya akan sengsara dengan kebencian Alloh kepada dirinya. Sengaja Alloh susahkan orang yang Alloh benci untuk kembali kepada‐Nya dan berhimpun setiap waktu dengan kehampaan ruhani, agar ia memilih untuk kembali kepada‐Nya bukan karena hilangnya kesempatan ia untuk melakukan maksiat, tapi oleh karena ia tahu bahwa dalam kejauhan dengan‐Nya hidup ini sengsara. Kita memang harus bisa membedakan mana lezatnya hidup dalam kemuliaan dan Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
40 Meraba hati mensejahterakan jiwa kesucian hati serta mana lezatnya hidup dalam kehinaan serta kerusakan hati oleh tabiat‐tabiat buruk. Seandainya kita mau mendengarkan keterangan Alloh, pastilah kita menyadari bahwa hati yang menerbitkan keburaman pada wajah dan mewujudkan pekerti buruk adalah oleh sebab endapan dosa dalam hati yang tak pernah kita taubati. PENGKAJIAN ILMU MENUJU KESADARAN. Sesungguhnya masa itu berjalan sangat cepat. Kita masih saja terduduk di tepian keyakinan kita kepada Alloh. “Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi.". Betapa yang demikian itu telah menyebabkan kita terhalang untuk memasuki dunia kelezatan dari sungai kemuliaan Alloh, yang Alloh berikan hanya kepada orang yang mau keluar dari kenistaan dan kerendahan ahlak menuju martabat pengabdi Alloh yang berjuang mencari kedudukan di sisi Alloh SWT. “Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Alloh maka Alloh akan memperbaiki hubungannya dengan manusia. Barangsiapa memperbaiki apa yang dirahasiakannya (perilaku buruknya), maka Alloh akan memperbaiki apa yang dilahirkannya (amal kebaikannya).” [HR Al‐Hakim] Bagaimanapun juga kita harus menyadari bahwa kematian itu lama kelamaan akan mencegah kita dari menikmati segala apa yang kita sukai di dunia ini. Bukannya dengan khabar datangnya kematian, Alloh ingin agar hamba‐Nya tak menikmati segala keindahan duniawi; tetapi Alloh menghendaki agar dengan bayang‐bayang kematian yang akan segera memenggal kepala hidup, kita termasuk orang yang bersegera dalam kembali kepada‐Nya dan mempersiapkan bekal untuk mendapatkan kedudukan di sisi‐ Nya. “Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati, maka Alloh akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian.” [Hadist]. Alloh ciptakan dunia ini untuk dinikmati hamba‐hamba‐Nya dan Alloh lebih percaya kepada hamba‐Nya yang mau menjadikan dunia ini sebagai tempat pengabdian kepada‐Nya. Apapun yang dilakukan di dunia menentukan apa yang akan kita peroleh di akhirat. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” [AZ‐Zalzalah 7‐8]. Kita harus tahu bahwa senikmat‐nikmatnya kenikmatan yang diperoleh orang yang dibenci Alloh, yaitu orang yang ingkar; tak samalah artinya dengan kenikmatan yang diperoleh orang yang taat kepada‐Nya, yaitu orang yang hidupnya digunakan untuk meraih kedudukan di sisi Tuhannya. Kenikmatan yang diperoleh di saat kita berjauhan dengan Alloh, oleh sebab keengganan kita melakukan apa yang dicintai‐ Nya, hanya disebabkan bertentangan dengan kesukaan kita secara nafsiah adalah kenikmatan yang berada didalam bayang‐bayang azab Alloh. Bila Alloh sudah membenci kita sebab kita tak mau mengikuti seruan‐Nya menuju kesejahteraan hidup yang Alloh tawarkan, maka kita akan senantiasa berhadapan dengan halang dan rintang yang pahit rasanya, sebab harus meninggalkan apa yang kita cintai dengan perasaan berat dan tidak ridha. Apalagi jikalau kita benar‐benar sudah menyukai apa yang Alloh benci dengan sukarela, maka Alloh butakan hatinya dari menghasrati jalan kehidupan yang mulia. “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu‐Nya dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.” [Al Jaatsiyah 23]. Sehingga dalam pandangannya dunia ini bagaikan sesembahan selain dari Alloh, betapa loyal dirinya dengan apa yang dibenci Alloh sehingga Alloh cemburu dan meninggalkan hamba tersebut dan mencampakkan
41 Meraba hati mensejahterakan jiwa kemanisan disaat bermunajat kepada‐Nya. “Sesungguhnya Alloh itu cemburu dan Mukmin itu cemburu. Kecemburuan Alloh ialah jika Mukmin melakukan apa yang diharamkan atasnya.” [Diriwayatkan Asy‐ Syaikhany, Ahmad, dan Turmudzi]. Bila apa yang dicinta meninggalkan dirinya, iapun serasa akan mati sebab tak punya pegangan untuk mencurahkan perasaan kekecewaan dan tak memiliki pandangan yang benar dalam masalah terrenggutnya apa yang dicintainya oleh sebab kematian hatinya dari menyaksikan hikmah kebijaksanaan Tuhan. Padahal samudera keindahan dari setiap perpisahan itu hanya dapat direngkuh oleh kita yang hatinya selalu bersua dengan‐Nya dalam pujian kepada‐Nya dan dalam perendahan hati kepada‐Nya. Di dalam Ash‐Shahihain disebutkan dari hadist Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, Tidak ada sesuatu yang lebih cemburu selain dari Alloh. Untuk itu Dia mengharamkan berbagai kekejian, yang nampak maupun yang tersembunyi. Dan tak seseorang yang lebih mencintai pujian selain dari Alloh. Untuk itu Dia memuji Diri‐Nya sendiri. Dan tak ada seseorangpun yang lebih mencintai alasan selain daripada Alloh. Untuk itu Dia mengutus para Rasul.” Samudera itu hanya akan dapat direngkuh kalau kita mengetahui jalan menuju kebahagiaan hidup di sisi Tuhan yang di ajarkan oleh Rasulullah dan Nabiyullah, yang sekarang telah maujud sebagai agama pegangan kita yaitu Islam. Kelezatan yang diperoleh dari kemuliaan hidup adalah kelezatan yang terpancar dari pengekangan jiwa raga untuk tidak berpaling kepada kehinaan yang Alloh benci. Muhammad bin Fadhl mengatakan, “Istirahat total adalah kebebasan dari keinginan Hawa Nafsu.” Keindahan hidup ini sebenarnya oleh sebab penyaksian mata kepada keindahan dunia disempurnakan oleh penyaksian hati kepada hakikatnya atau hikmah kejadiannya dalam keadaan tenang tentram, damai sejahtera.. Hati yang tertutup tak akan menyaksikan hikmah tersebut, yaitu hati yang dimiliki oleh orang yang mengarahkan keinginannya untuk menikmati keindahan yang dilarang oleh Alloh. Hati itu bagaikan lentera yang akan bertambah terangnya dengan dzikir, dan bila dzikir menghiasinya maka akan tenang hidupnya. “Bukankah dengan mengingat Alloh hati menjadi tenang?.” [Ar‐Ra’ad 28] Dengan dzikir tersebut, hati akan memandang jelas kepada kenikmatan yang sebenarnya dan kesengsaraan yang sebenarnya. Kenikmatan yang sebenarnya yaitu kenikmatan yang akan direngkuh di akhirat kelak yaitu berupa kedudukan terhormat di sisi Alloh dan berhimpun beserta kekasih Alloh. Maka segala penderitaan yang diperoleh dalam rangka mencapai kepada kedudukan itu di dunia ini adalah merupakan telaga tempat keluarnya kelezatan disaat kita kelelahan dalam menghadapi perjuangan menjauhi keingkaran lalu kita tersungkur diatas bumi dan meratap kepada Alloh, sementara Alloh mengasihinya lebih besar dari hasrat keinginannya untuk mengabdi kepada Alloh. Sesungguhnya kenikmatan yang diperoleh dari susahnya berjuang dijalan Alloh adalah disaat kita mendapatkan sentuhan kasih sayang dari Alloh lalu kita menyaksikan tanda hadirnya kasih sayang Alloh tersebut sehingga kita terpesona dan mengagungkan Kebesaran Cinta‐Nya di atas segala cinta yang kita miliki atas sekalian mahluk‐Nya. Menyaksikan perkara yang demikian itu hanya akan menjadi buah penderitaan hati bagi mereka yang berpaling dari jeritan ketulusan hati untuk mengikuti jalan kemuliaan. Kesengsaraan yang sebenarnya adalah kesengsaraan dilembah kesengsaraan, yaitu neraka dan segala perbuatan di dunia yang menyebabkan kita masuk ke dalamnya. Bagaimanapun apabila kita mengetahui bahwa sesuatu hal yang paling kita cintai akan segera sirna maka apapun yang menyebabkan kesirnaannya akan kita benci. Dan nampaknya penyebab kesirnaan apa yang kita cintai di pelupuk mata hanya akan membuat tumpukan beban penderitaan yang benar‐benar akan membuat perasaan kita menggelembung lalu pecah akibat beban derita yang kita tanggung. Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
42 Meraba hati mensejahterakan jiwa MENGETUK KHALBU. Karenanya kita akan semakin bingung, apakah kita akan senantiasa melupakan urusan yang teramat penting di akhirat kelak dari pada segala kenikmatan yang dirindukan oleh nafsu syahwat kita di dunia ini ?. Bukankah segala macam dosa yang tidak ditaubati hanya akan menambah investasi kejahatan iblis di hati kita sehingga makin terjerumus kita kedalam perangkapnya. Kelak kalau kita bersama iblis masuk neraka mereka akan berkata kepada Alloh bahwa mereka berlepas tangan dari apa yang menimpa kita, mereka bahkan akan menyalahkan kita sebab kita telah mengikuti mereka. Mereka tidak mau dituduh sebagai pokok kejahatan yang menyebabkan kita masuk ke neraka. Mereka berkata bahwa pekerjaan mereka di dunia hanya membisikan kejahatan saja kepada manusia dan manusia itu yang menuruti ajakannya yang sesat. Kemudian manusia ahli neraka mengadukannya kepada Alloh kesalahan teman yang menjerumuskannya kepada kejahatan dengan harapan Alloh akan memberikan peluang kepadanya untuk terangkat dari kesengsaraan yang menghampakan hati dan mengiris‐iris jiwa di neraka. Tapi apa yang Alloh firmankan kepada mereka?. Dengan keadilan‐Nya, Alloh berfirman untuk menyuruh mereka menghentikan pertengkarannya, lalu Alloh berfirman kepada mereka semua untuk merasakan saja segala apa yang diperoleh dari ketidakbenaran dan ketidaktulusan mereka di sisi Alloh selama di dunia. Tak ada penolong sedikitpun di neraka itu. Bahkan seorang ahli ibadah saja akan merasa tak sanggup menahan kerinduannya untuk memperoleh pertolongan Alloh agar terhindar dari kesalahannya yang tidak Alloh maafkan. Sesungguhnya kemilau indah dari berlian pengabdian kepada‐Nya hanya dapat dinikmati hamba‐Nya setelah hamba tersebut dapat membuktikan ketangguhannya dalam berlaku sabar di setiap ujian yang dibebankan kepadanya. Sesungguhnya bagi setiap orang yang beriman, hijrah, dan yang berjuang dijalan Alloh dengan segala pengurbanan dan amal sholeh maka segala ujian yang ia terima hanya akan membuat keimanannya bertambah dan hatinya semakin dekat kepada Alloh dan jauh dari segala hasrat yang bejad dalam hatinya.
Jalan Pemikiran (Sebuah Ideologi) KEAZALIAN ALLOH Alloh bersifat qidam5, karenanya Ia dikenal dengan kesendirian dalam menciptakan mahluk. Alloh ciptakan mahluk berdasarkan kepada Ilmu yang Maha Tinggi yang Ia miliki sendiri yang sifatnya qodim dan menetap pada Dzat‐Nya, sehingga segala yang tercipta bertujuan jelas serta berhikmah. “Dan, Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah.” (QS Shad 27). Alloh jadikan mahluk bukan karena Ia kesepian, tapi Alloh menghendaki agar ada yang mengenal dan menyembah‐Nya, serta agar ada yang membutuhkan‐Nya6. Sebagaiman Firman‐Nya: “Tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu” (QS Adz Dzariyat 56). Alloh mengetahui 5
Qidam artinya dahuli dari sekalian wujud yang diciptakan-Nya, dalilnya adalah: Jika Alloh tak Qidam maka Ia Hadist [Baru]. Kalau Ia baru maka perlu kepada yang mengadakannya. Mustahil Alloh itu di Adakan sebab selai Alloh tiada Tuhan lainnya. Maka Alloh Qidam. [Jauharotut Tauhiid, Syekh Ibrahim Al Laqqoni] 6
kata agar disana bukan mengartikan bahwa Alloh membutuhkan mahluk demi untuk tercapainya kehendak. Karena mahluk melakukan amal semata oleh sebab perbuatan Alloh. Bahkan mahluk membutuhkan Alloh agar ia butuh kepada-Nya. Kehendak Alloh tanpa rasa butuh kepada selain diri-Nya sendiri. Alloh tak dikatakan membutuhkan diri-Nya sendiri, sebab Alloh menyendiri dalam keserupaan dengan mahluk.
43 Meraba hati mensejahterakan jiwa segala apa yang akan menimpa mahluk‐Nya sebelum mahluk itu terwujud, oleh sebab mahluk itu berada dalam Pengetahuan‐Nya. Sebagaimana Firman‐Nya, “Dialah Alloh yang tiada Illah selain Dia, yang mengetahui akan yang ghoib dan yang nyata.” (QS Khowatim Al Hasr). Hanya dengan kehendak‐Nya mahluk itu ada. Firman Alloh SWT, “Sesungguhnya keadaan‐Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepada‐Nya: Jadilah ! maka jadilah ia.” (QS Yaasiin 82). Alloh ciptakan mahluk dengan sifat membutuhkan‐Nya, walau saat Alloh memberi kepadanya, mahluk tak dapat melihat Sang Pemberi melainkan dengan keimanan dalam hati yang bening lagi suci. Firman Alloh yang menggambarkan sifat lemahnya mahluk dan melihatnya ia akan Alloh selaku pemberi segala kebutuhan hidupnya, “Hanya kepada‐Nya aku menyembah dan hanya kepada‐Nya aku memohon pertolongan” (QS Al Fatihah 5). Alloh adalah penopang hidup mahluk7. Bila Alloh tak mau mengurus mahluk atau telah datang masa kehancuran bagi mahluk, maka akan musnahlah mahluk tersebut. Firman‐Nya, “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekalah Dzat Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.” (QS Ar Rahmaan 27). Ke‐Esa‐an Alloh tak berubah walau telah ada wujud dzat yang lain selain Ia, sebab selama‐Nya tak ada Dzat Tuhan yang lain selain Alloh. Firman‐Nya, “Katakanlah, Dia Alloh itu Ahad!” (QS Al Ikhlas 1). Adanya Alloh tak sama dengan mahluk, sebab Ia bukan mahluk. Firman‐Nya, “Berbeda Ia dengan segala sesuatu dan Ia Maha mendengar lagi Maha Melihat.” Alloh yang awwalu tak dapat disentuh oleh waktu, karenanya tak boleh ada pertanyaan kapan Alloh sendiri tanpa mahluk. Firman‐Nya, “Dialah Yang Awwal dan Yang Akhir, Yang Dzohir dan Yang Bathin.” . Sebab mahluk pernah mengalami ketiadaan dan Tuhan selalu ada. Adanya mahluk dalam ruang waktu, sementara adanya Alloh di atas sekalian waktu. Tanpa Alloh tak akan ada waktu dan ruang. SEPENGGAL HIDUP MANUSIA Illah ciptakan akal nurani bagi manusia yang mampu menyatu dengan raganya. Akal membawa rahasia Ketuhanan‐Nya, sebagaimana firman‐Nya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak‐anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu ?. Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang‐orang yang lengah terhadap ini (Ke‐Esa‐an Tuhan).” Setelah persaksiaannya, maka jadilah ia sebagai pengobar kerinduan jiwa insan untuk mencari Tuhan yang ia butuhkan. Dan hanya yang telah kembali pada keridhoan‐Nya [mendirikan ibadah menurut agama‐Nya] dan yang ikhlas kepada‐Nya saja yang akan melihat dan menggantungkan kebutuhannya hanya kepada Alloh SWT. Kebutuhan insan diciptakan Alloh agar insan mendapat manfaat dari‐Nya. Alloh yang menopang hidup insan, maka dari‐Nyalah segala kebutuhannya. Firman‐Nya, “... Alloh mengatur urusan (mahluk‐Nya),...” (QS Ar Ra’d 2). Tanpa memintapun Alloh akan memberi, sebab dengan memberi menandakan Aloh selaku Pencipta. Namun dengan meminta, maka insan akan memasuki bagian kecintaan‐Nya8, keluar dari kebutaan menuju penyaksian kepada kehambaannya pada Alloh. Alloh jadikan hukum ibadah agar nampak oleh tiap insan kedudukannya disisi Alloh dan kedekatannya dengan Pusat Kenikmatan Maha Tinggi yang ia 7
Yang mencukupi segala kebutuhannya, termasuk kebutuhannya untuk tetap terwujud dalam alam wujud.
8
Sabda Rasulullah, “Tiada yang lebih utama (mulia/yang dicintai-Nya) disisi Alloh daripada do’a.” (Kitab Qobasun min nuri Muhammad SAW, Muhammad Faiz AlmathHR. Ahmad).
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
44 Meraba hati mensejahterakan jiwa butuhkan. Firman‐Nya, “... supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya.” (QS Al Mulk 2). Maka insan yang memenuhi seruan Tuhan, Illah jamin akan menemui‐Nya dengan kebahagiaan di negeri Kesentausaan. Firman‐Nya, “Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) Syurga dan (pakaian) sutera.” (QS Al Insan 12). Siapa yang menjauhi‐Nya, maka diberinya dia akan Keadilan oleh Tuhan di Yaumil Mizan. Insan hidup dengan ketetapan‐Nya yang tiada dapat dirubah oleh diri insan, melainkan perubahan itu ada pada ketetapan‐Nya. Firman‐Nya, “Apapun musibah yang menimpa (manusia) melainkan dengan seidzin Alloh, dan barang siapa beriman kepada Alloh, maka Alloh akan membimbing hati orang tersebut”. (QS AT Taghobun 11). Firman‐Nya, “Apapun musibah yang menimpa di bumi ini dan yang menimpa diri‐diri kamu, melainkan tersebut dalam kitab (Lauhil Mahfudh) sebelum kami menciptakannya, sesungguhnya yang demikian itu sangatlah mudah bagi Alloh supaya kamu tidak berputus asa terhadap apa yang luput begimu, dan supaya kamu tidak sombong atas apa yang Alloh berikan kepadamu Dan Alloh tidak suka kepada yang congkak lagi sombong” (QS Al Hadid 22‐23). Maka insan karim [mulia] hidup dengan belas kasih‐Nya. Illah berhak bersikap bagaimanapun terhadap mahluk‐Nya [mau dicintai‐Nya ataupun dibenci‐Nya]. Bila insan diberi kenikmatan dan keselamatan oleh Alloh; maka terasalah karunia‐Nya itu. Dan tiada beruntung insan yang Illah benci sehingga ia terhina dibawah kerajaan‐Nya. Dengan Illah saja insan mampu mencapai keselamatan, sebab insan tak mampu merubah ketetapan Alloh atas dirinya yang Alloh buat sebelum insan terwujud dan hanya Alloh yang mampu menjadikan suratan taqdirnya menghantarkan kepada Karunia‐Nya Yang Maha Besar [Wajah‐Nya]. Maka dengan mengikuti seruan‐ Nya serta mempercayai pertolongan Alloh, insan berharap semoga apa yang telah Alloh berikan kepadanya berupa perbuatan taat merupakan isyarat keselamatan yang Alloh berikan sebagaimana Ketetapan yang telah Ia buat9. Insan taat yang berharap Syurga dengan mengitikadkan bahwa Alloh akan memberinya Syurga berkat amal ibadahnya dikatakan berangan‐angan, sebab Syurga diberikan‐Nya bukan berdasarkan amal insan, tapi sesuai dengan kemauan Alloh untuk bertemu dengan insan tersebut. Sabda beliau SAW, “Seorang masuk Syurga bukan karena amalna tetapi karena rahmat Alloh Ta’ala. Karena itu bertindaklah yang lurus.” (HR. Muslim). Jika Alloh menghendaki agar insan bertemu dengan‐Nya, maka dijadikanlah insan melakukan penyerahan dirinya untuk memenuhi seruan‐Nya sampai bertemu insan dengan Illah di lapang Syurga yang luas dengan sekalian insan mulia lainnya. Hisyam bin Ammar berkata: Kami diberitahu Muhammad bin Sa’id bin Sabur, kami diberitahu Abdurrahman bin Sulaiman, kami diberitahu Sa’id bin Abdullah Al Jarsyi Al Qodhy, bahwa dia mendengar Abu Ishaq Al Hamdany menyampaikan hadist dari Harist Al A’war, dari Ali bin Abu Tholib KW, dengan memparfu’kannya, dia berkata, “Sesungguhnya jika Alloh telah menempatkan penghuni Syurga di dalam Syurga dan menempatkan penghuni Neraka di dalam Neraka, maka Dia mengutus Ar Ruhul Amien (Jibril) kepada para penghuni Syurga untuk berkata, ‘Wahai penghuni Syurga, sesungguhnya Rabb kalian menyampaikan salam kepada kalian dan memerintahkan kepada kalian agar mengunjungi‐Nya di halaman Syurga, (yang) debunya berupa minyak Kesturi dan kerikilnya berupa butiran Mutiara dan Yaqut, pepohonannya dari Emas yang halus dan daunnya adalah permata Zamrud. Para penghuni Syurga keluar dalam keadaan gembira dan suka ria. Disana mereka dikumpulkan dan disana ada kemuliaan Alloh serta memandang Wajah‐Nya. Itulah janji Alloh yang dipenuhi‐Nya bagi mereka. Lalu 9
Alloh menetapkan keselamatan sebagai akhir hidupnya dan insan menghibur dirinya dengan penyerahan diri setelah ketaatannya sehingga ia berangan-angan memperoleh Syurga-Nya
45 Meraba hati mensejahterakan jiwa Alloh mengizinkan mereka untuk mendengarkan (suara merdu), makan dan minum. Mereka dikenakan perhiasan kemuliaan, kemudian ada penyeru yang berseru, ‘Wahai Wali‐Wali Alloh, adakah sesuatu yang masih menyisa dari janji Alloh kepada kalian?’. Mereka menjawab, ‘Tak ada. Dia telah memenuhi apa yang pernah dijanjikan kepada kami. Tiadapun yang menyisa selain dari memandang Wajah‐Nya’. Maka Rabb menampakkan diri kepada mereka di balik sebuah tabir. Dia berfirman, ‘Wahai Jibril, singkirkan tabir‐Ku ini untuk hamba‐hamba‐Ku, agar mereka bisa memandang wajah‐Ku’. Dia berkata, ‘Maka Jibril menyingkirkan tabir yang pertama, hingga mereka bisa memandang cahaya dari cahaya Rabb. Seketika itu mereka merunduk kepada‐Nya untuk sujud. Rabb beseru kepada mereka, ‘Wahai hamba‐hamba‐Ku, angkatlah kepala kalian, karena ini bukan tempat tinggal untuk melakukan amalan, tetapi ini adalah tempat tinggal untuk menerima balasan’. Lalu Jibril menyingkirkan tabir kedua, hingga mereka memandang suatu urusan yang paling agung dan besar. Seketika itu mereka merunduk kepada Alloh untuk memuji dan bersujud. Rabb menyeru kepada mereka, ‘Angkatlah kepala kalian, karena ini bukan tempat tinggal untuk melakukan amalan, tetapi ini adalah tempat tinggal untuk menerima balasan dan kenikamatan abadi’. Lalu Jibril menyingkirkan tabir yang ketiga, hingga pada saat itulah mereka bisa memandang Wajah Rabbul‐alamin. Tatkala memandang Wajah‐Nya itulah mereka berkata, ‘Maha Suci Engkau. Kami belum beribadah kepada‐Mu dengan sebenar‐benarnya ibadah’. Alloh berfirman, ‘Karena kemulian dari‐Kulah yang memungkinkan kalian bisa memandang Wajah‐Ku dan menempatkan kalian di Tempat Tinggal‐Ku’. Lalu Alloh mengizinkan bagi Syurga untuk berkata, ‘Kebahagiaan bagi orang yang menempatiku dan kebahagiaan bagi mereka yang hidup abadi di dalamku dan kebahagiaan bagi orang yang kupersiapkan baginya’. Itulah makna firman Alloh, ‘Wajah (orang‐orang Mukmin) pada hari itu berseri‐seri. Kepada Rabbnya mereka melihat “ (QS Ar Ra’d 29, Al Qiyamah 22‐23).10 ALAM HATI MANUSIA Al Halim jadikan insan memiliki segala kelangkapan untuk menerima isyarat‐Nya. Hati Ilahiah‐Ruhaniah merupakan gerbang penyaksian insan kepada Isyarat Tuhan11. Segala yang disaksikan insan dari mata lahirnya dan akal rasionya tak akan mencapai penyaksian kepada keberadaan‐Nya tanpa memasuki wilayah hati. Alloh berfirman, “Dan tidak adalah bagi manusia itu perkataan Alloh kepadanya, kecuali berupa wahyu atau dari balik dinding atau Alloh mengutus seorang Rasul, maka Alloh memberi wahyu dengan izin‐Nya kepada siapa yang dikehendaki‐Nya.” (QS Asy Syura 51). Ruh insan bersemayam di dalamnya. Insan adalah ruh, sehingga di dalam hati itu insan menegakkan kepemimpinannya untuk mencapai kehidupan [yang sesuai dengan kwalitas diri yang didambakannya], baik kehidupan jasmani maupun ruhani. Ruh insan menghadapi dua kekuatan besar di dalam hati, yang keduanya sangat mempengaruhi kwalitas dirinya dalam kehidupan ini. Alloh SWT berfirman, “Maka Alloh ilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan,” (QS Asy Syams 8). Kekuatan itu disaksikan secara naluriah oleh akal nurani sebagai kebenaran dan kesalahan. Dengan mendalami sukmanya, ia yang ridho Alloh sebagai Tuhannya akan mengetahui bahwa ruhnya akan bahagia dengan kebenaran, dan yang bathil itu dipandang olehnya sebagai penghancur kebahagiaannya. Dalam agama‐Nya, insan mengetahui secara pasti kepada kebenaran dan kesalahan oleh sebab keyakinannya pada Petunjuk Alloh yang menjelaskan akan sumber kekuatan keduanya. Alloh berfirman, “Alif laam raa. (Ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia 10
Kitab Raudhoh Al Muhibbin wa Nuzhoh Al Musytaqin, Bab XXVI , Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.
11
Ihya Ulumuddin, Bab Rahasia Hati, Imam Abdul Hamid Al Ghozali.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
46 Meraba hati mensejahterakan jiwa dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha terpuji.” (QS Ibrahim 1). Kecenderungan insan kepada yang hak, dibantu oleh malaikat melalui bisikannya yang menjelaskan antara yang hak dan yang bathin secara jelas. Firman Alloh SWT, “Dan (Malaikat‐malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas‐jelasnya.” (QS Al Mursalat 3). Kecenderungan insan kepada yang bathil didorong oleh Iblis yang telah merelakan dirinya untuk dilaknat oleh Alloh SWT. Alloh berfirman, “Dan, syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh‐jauhnya.” (QS An Nisa 60). Alloh tak bersemayam di alam semesta, Ia bersemayam di hati insyan yang sholeh. Dalam riwayat Ibnu Umar ia berkata, Pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW; “Ya Rasulullah! Dimana Alloh berada? Di bumi atau di langit? jawab Nabi SAW, Di hati orang‐orang mu’min.” Dalam sebuah Hadist Qudsi tertulis, “Alloh berfirman: Tak dapat memuat Zat‐Ku, bumi dan langit‐Ku. Yang dapat memuat Aku ialah hati hamba‐Ku yang Mu’min, lunak, dan tenang.”12 . Oleh karenanya, hati dapat menyaksikan isyarat Alloh perihal kejadian dimasa mendatang secara rahasia, hingga terbitlah keyakinan insan padanya setelah menyaksikannya melalui isyarat tersebut. Diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al Khudry, bahwa Rasulullah SAW, bersabda, “Waspadalah terhadap firasat Mukmin, sebab ia melihat dengan Nur Alloh SWT” (HR. Bukhori dan Tirmidzi). Adanya Alloh dalam hati, menandakan keberhasilan dalam mensucikan hati oleh sebab kasih‐Nya. Dalam Kitab Minhajul ‘Abidin, Imam Al Ghozali mengatakan bahwa Alloh membisikan amalan‐amalan dan pengetahuan yang bathin kepada setiap insan. Kesucian berhasil dicapai, berkat dukungan malaikat. Para malaikat menunjukkan amalan‐amalan serta pengetahuan lahir bagi insan. Ketinggian derajat disisi Alloh dan keselamatan seorang hamba, terdapat pada hamba yang bertaubat, beriman, beramal sholeh, lalu meluruskan amalnya dengan keridhoan Alloh, dan membeningkan hatinya dengan kekuatan penyucian yang ia peroleh dari ketinggian ilmu serta keawasaannya pada isyarat‐ isyarat Tuhan13 dalam hatinya. BELAIAN KASIH TUHAN Bila hamba yang beriman melakukan pelanggaran, maka Alloh akan membawa hamba tersebut kepada ujian yang berisikan petunjuk kebenaran, dan ilmu kekuatan untuk mencapai derajat perbaikan14. “Barang siapa diuji lalu bersabar, didzalimi lalu memaafkan dan mendzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka termasuk orang‐orang yang beroleh hidayah”. (HR. Al Baihaqi). Penyaksian kepada cela adalah anak kunci untuk mengetuk pintu penerimaan Alloh; perbaikan diri dengan mengikuti syariat‐Nya adalah penerimaan‐Nya. Sementara naiknya derajat hamba setelah perbaikan [berkat ilmu yang ia peroleh dalam kurun ujian Alloh kepada dirinya] adalah pendekatan kepada‐Nya. Dan tiada berpalingnya hati hamba setelah hamba menjadikan dirinya menyembah Alloh
12
Diambil dari Ihya Ulumuddien Bab Keajaiban Hati, Imam Al Ghazali.
13
Isyarat itu merupakan jalan insyan untuk meneruskan penyaksian hamba kepada wujud lahir menuju wujud bathin hingga sampai [wusul] kepada diri-Nya. 14
berbuat dosa.
Ilmu tersebut diperolehnya setelah Alloh menjadikannya mampu untuk menyaksikan segala cela yang mendorong dirinya untuk
47 Meraba hati mensejahterakan jiwa [sebagai nilai kenikmatan yang digandrungi dimana kenikmatannya membuat hamba ketagihan] merupakan tanda hadirnya kedekatan pada Cinta‐Nya. Menyembah Alloh tak akan disukai jika hamba tak mengenal‐Nya, menganggap remeh segala ketergantungan kepada selain‐Nya, dan membenci dirinya saat ia berpaling dari‐Nya. Artinya, hamba harus memiliki kesungguhan dalam taat kepada‐Nya, merengkuh segala kenikmatan yang terdapat padanya, menetapkan dalam hati sebagai kenikmatan yang diunggulkan dari sekalian kenikmatan hingga terbitnya ketergantungan, lalu menjadikan kedekatan sebagai kebiasaan, dan menjadikan hidupnya bergantung kepada Alloh. Alloh menjadikan hidup indah dan lapang bagi hamba yang merindukan kehadiran hati kepada‐Nya, maka bagaimana pula bila hamba memikirkan kelezatan yang akan ia peroleh saat penyaksian kepada‐ Nya ?. Dalam Ash Shahih dan As Sunan serta Al Masanid, disebutkan dari hadist Tsabit Al Bunany, dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Shuhaib r.a. , dari Nabi SAW, beliau bersabda, “... Lalu Dia menyibak tabir dan merekapun memandang‐Nya. Demi Alloh, Alloh tidak memberikan sesuatu yang lebih mereka cintai dari memandang‐Nya serta tidak ada yang lebih menyenangkan hati mereka (selain dari itu)” . Nikmat bertaubat disempurnakan oleh nikmat penerimaan‐Nya. Setiap hamba bergerak menaiki derajat kedekatan kepada‐Nya, maka semakin tinggi derajat kemuliaannya semakin lezatlah rasanya. Ketinggian derajat lezat itu bergantung kepada hati. “Tidak bohong hati tentang apa yang dilihatnya” (QS An Najm 11). Mahluk dan Tuhan dapat ditempatkan dalam hati manusia, tapi hanya satu diantaranya yang harus bersemayam di dalam bathin. “Alloh sekali‐kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya” (QS Al Ahzab 4). Bila insan menempatkan mahluk, maka Tuhan tak nampak. Bila ingin Tuhan yang hadir, maka kecintaan pada mahluk harus disirnakan dengan mencintai‐Nya atau mencintai mahluk atas dasar kecintaan pada‐Nya. Imam Junaid r.m. berkata, “Apabila Alloh itu tiada, maka menyebut sesuatu yang tiada adalah suatu tanda ketiadaan (akal). Apabila Alloh itu ada, maka menyebut nama‐ Nya sambil merenungi‐Nya sebagai ada (meyakinkan apa yang ia rasa dan saksikan dalam hatinya sebagai Tuhan) adalah suatu pertanda tidak menghargai (KeMahaSucian Alloh)15 “. Alloh menyeru kepada sekalian yang mengimani‐Nya untuk bersyukur, maka hamba harus membalas perhatian yang telah Alloh berikan melalu keimanan mereka. Belai kasih‐Nya hanya dapat dipandang oleh hati yang ikhlas dalam mengabdi kepada‐Nya, dan hanya dapat dibalas oleh orang yang awas akan rasa butuhnya kepada Alloh. Insan membutuhkan Alloh, sebab insan merasa bosan selalu dikejar oleh kebutuhan yang tak berujung. Insan yang arif mengetahui bahwa unjung kebutuhannya adalah Alloh, maka insan butuh bertemu dengan Alloh agar ia menemui ujung kenikmatan hingga tiada kenikmatan yang insan butuhkan lagi selain Diri‐Nya. MENGEJAR PENERIMAAN AL‐WALIY Al‐Waliy telah menggelar tawaran yang khusus kepada mereka yang mau beribadah secara ikhlas, berupa sinar perlindungan dan tali kasih [berupa petunjuk] Seorang Tuhan Yang Kwalitas Tanggung Jawabnya melebihi siapapun dari sekalian mahluk‐Nya. Dengan syarat, insyan mau membawa dirinya kepada kebahagiaan yang Alloh berikan kepadanya. Tentunya karena Alloh memiliki martabat yang Maha Mulia, Ia hanya layak bersanding dengan Kemuliaan‐Nya sendiri. 15
Warisan Awliya, Al Junaid, karya Fariduddin Al Attar.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
48 Meraba hati mensejahterakan jiwa Insan yang dimuliakan‐Nya dengan ketaatan kepada‐Nya adalah Kemuliaan‐Nya. Karena insan memiliki sifat yang lemah dan alfa, maka ia akan mudah diperdaya oleh syetan, kecuali kalau insan dilengkapi dengan ilmu dan kedekatan kepada‐Nya. Ilmu dan kedekatan kepada‐Nya akan membawa rahmat dan ampunan‐Nya. Kelengkapan tersebut adalah penawar kelemahan dan alfanya, sebab lemah dan alfa tak akan memberatkan hati bila Alloh memaafkannya. “Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa” (HR. Tabrani). Keduanya akan menjadi neraka dunia bila Alloh tak memaafkannya, dan bagaimana ia akan dimaafkan bila insyan tak mau kembali kepada‐Nya dan memperbaiki diri. “Tidak menjadi dosa besar sebuah dosa bila disertai dengan istighfar dan bukan dosa kecil lagi suatu perbuatan bila dilakukan terus menerus” (HR. Tabrani). Dan tak disebut sebagai alfa bila ia sadar melakukannya. Insan harus mencintai‐Nya dengan menjalankan sekalian yang fardhu, serta mengundang kecintaan‐Nya dengan amalan sunah. Dari Abu Hurairah, Rasul SAW bersabda, “Bahwasanya Alloh berfirman: Barangsiapa menentang seorang kekasih‐Ku, sungguh Aku akan memeranginya. Tiada seorang manusia berusaha mendekatkan dirinya kepada‐Ku dengan amal ibadah sunah yang Aku senangi sesudah menyempurnakan amal ibadah yang Ku wajibkan atasnya, sehingga Aku mencintainya, ... “ (HR. Bukhori). Hati yang mencintai‐Nya adalah hati yang bergegas memenuhi panggilan‐Nya oleh sebab kebutuhan dirinya yang harus ia ambil dari hasil ibadah kepada Tuhannya.. Dan hati yang dicintai‐Nya adalah hati yang terus mengingat‐Nya disepanjang waktu, serta mampu ia menunggalkan cinta untuk Alloh saja [segala cinta hanyalah untuk cinta‐Nya]. Abu Abdullah Al Qurasyi mengatakan, “Hakikat cinta berarti bahwa engkau memberikan segenp dirimu kepada Dia yang kau cinta, hingga tak satupun yang tersisa”16. Dari sini insan menyadari bahwa Al‐Waliy hanya akan menerima insan yang selalu bersama‐Nya sehingga, Tuhan seakan‐akan menjadi teman akrab yang senantiasa memberinya kasih sayang [selama insan membalas kasih‐Nya dengan mendengar lalu taat]. Dengan demikian kelayakan untuk bersanding dengan‐Nya adalah bila Alloh memberikan Cinta‐Nya, lalu hamba menerima Cinta‐Nya dengan sempurna [Tak ada penentangan kepada‐Nya]. Hamba yang menempatkan cinta kepada mahluk di atas mencintai‐Nya, tak akan dapat menerima cinta‐Nya secara penuh sebab ia tak memiliki kecintaan yang pasti kepada‐Nya. WILAYAH RASULULLAH ADALAH WILAYAH CINTA Alloh mencintai dengan cinta yang khusus kepada satu orang, sehingga seluruhnya diseru untuk mencintai‐Nya [hingga Alloh seru leluhurnya untuk menghormatinya]. Alloh berfirman, “Sesungguhnya Alloh dan malaikat‐Nya mengucapkan sholawat ke atas Nabi (Muhammad SAW). Wahai orang‐orang ynag beriman bacalah sholawat atas Nabi dan ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya” (QS Al Ahzab). Beliau adalah Ahmad atau Muhammad SAAW, seorang insan yang mampu mewujudkan kwalitas kemanusiaannya secara paripurna. Kemanusiaannya menjadi suri tauladan bagi sekalian manusia [termasuk manusia yang sudah berada dalam perut bumi]. Sabda beliau SAAW, “Aku kesayangan Alloh.
16
Risalah Qusyairiyah, Bab Cinta, Imam Abul Qosim Al Qusyairy.
49 Meraba hati mensejahterakan jiwa Aku membawa panji pujian pada hari kiamat, dibawahnya Adam dan yang sesudahnya, ... Dan akulah yang paling mulia dari kalangan terdahulu dan terbelakang di sisi Alloh” (HR. Tirmidzi). Beliau SAW memiliki kwalitas dalam mencintai‐Nya, sehingga segala perbuatannya selalu berbiaskan Mahabbatullah. Beliau SAW loyal dalam mencintai‐Nya, sehingga wilayah dakwahnya bernuansakan cinta suci. Islam [agama yang beliau tegakkan] merupakan Peradaban Cinta. Umatnya sejahtera karena hidup bersama ruh cinta suci [yang terbit dari kecintaan Illah], yang bergerak‐gerak diantara mereka. Illah berfirman dengan rasa Cinta, untuk menyeru sekalian mahluk kepada Cinta‐Nya.. Aturan yang Illah buat, dimaksudkan untuk menguakkan wujud Cinta‐Nya kepada setiap mahluk. Kalam yang berlimpah Cinta itu diturunkan hanya kepada hamba yang Ia Cintai dari sekalian hamba yang Ia Cintai. Setelah beliau SAW mendapat perintah untuk menyebarkan Kalam Cinta‐Nya kepada sekalian mahluk‐ Nya, mulailah beliau melepaskan segala Cintanya [yang beliau peroleh dari Tuhannya] beserta Kalam Illah yang beliau serukan kepada sekalian mahluk Alloh SWT. Akal yang merindukan hadirnya nuansa Mahabbatullah bergemuruh meronta‐ronta ingin mendengarkan Perwujudan Cinta Alloh itu [Muhammad SAAW]. Sementara nafsu bergejolak, resah, dan menutupi mata akal dengan mengerahkan segala dayanya untuk menjerumuskan insan kepada kebencian Tuhan. Iblis dengan sekutunya nafsu, menghempaskan kerinduan akal dengan gelora cinta kepada dunia. Maka insan yang telah tertutup akalnya [oleh sebab mengikuti kesesatan], tak dapat menikmati anggur Cinta‐Nya [pahala taat] hanya dikarenakan perbuatannya yang memuas‐muaskan dirinya dengan racun kehidupan [maksiat]. “Maukah kalian mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? “ (QS. Al‐Baqoroh: 61). Insan dapat merasakan lezatnya anggur kehidupan [kehidupan hatinya] oleh sebab mengikuti beliau SAAW dengan kecintaan dan ketundukan [penghornatan kepada beliau dan pengagungan kepada Alloh], mencintainya SAAW dengan paksaan yang sangat kepada dirinya demi untuk membalas cinta beliau SAAW. Alloh telah memberinya petunjuk melalui beliau SAAW, dengan demikian beliau adalah Wujud Cinta‐ Nya. Bila insan mencintainya berarti mencintai Alloh SWT, seperti meyakinkan akan adanya Ia dalam keadaan tak melihat kepada Dzat‐Nya adalah sama dengan menyaksikan Dzat‐Nya17. Insan tak dapat membalas cinta beliau dengan balasan yang setimbang, tapi dengan mengikuti beliau SAAW adalah sama dengan membalas cinta beliau, wallohua’lam. Beliau tak merasa punya bagian dalam kepujian mahluk, sebab Segala Pujian bagi Alloh. “Segala Puji bagi Alloh Rabbul ‘alamiin” (QS Al Fatihah 2). Jika bukan karena Alloh, beliau tak akan menyampaikan Cinta Alloh kepada sekalian mahluk. Keutamaan beliau disisi Alloh tidak dikarenakan berbondong‐ bondongnya sekalian mahluk mengikuti seruannya, tapi karena Alloh mengutamakannya dalam Cinta‐ Nya. Beliau memiliki kewajiban untuk menyampaikan Risalah Cinta‐Nya., maka beliau bahagia bila mahluk memahami ajaran Cinta‐Nya sehingga mereka mencintai‐Nya. Yang terpenting bagi beliau adalah ummatnya dapat berhimpun dengannya di Syurga untuk menyaksikan Wajah‐Nya bersama‐ sama. Beliau sangat sayang kepada ummatnya. Firman Allohj SWT, “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang‐orang 17
Hal tersebut terjadi sebab kemampuan manusia untuk melihat-Nya didunia hanya sampai pada perasaan akan hadirnya Ia.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
50 Meraba hati mensejahterakan jiwa mu’min.” (QS At Taubah 129). Saat wafat dan bangkit kelak, yang dipikirkan oleh beliau [Dalam Samudera Taqorubnya kepada Alloh] adalah ummatnya. Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata kepada Jibril AS menjelang wafatnya, “Siapa yang mengurusi umatku setelah aku?” Maka Alloh SWT mewahyukan kepada Jibril, “Beritakan kepada kekasihku, bahwa Aku tak akan menelantarkan umatnya dan beritahukan kepadanya bahwa ia adalah orang yang paling cepat keluar dari perut bumi ketika mereka dibangkitkan dan pemimpin mereka ketika mereka dikumpulkan, sedangkan syurga diharamkan atas umat‐umat hingga dimasuki oleh umatnya.” Maka Nabi SAW berkata, “Sekarang senanglah hatiku”. Kalau kita ummat beliau, maka cobalah untuk memikirkan sifat belas kasih beliau kepada kita. Beliau tak menghendaki kesusahan menimpa ummatnya, sehingga bersungguh‐sungguhlah beliau memperingatkan kita akan suatu jalan yang menghantarkan kita menuju kebahagiaan. Namun banyak diantara kita yang karena tidak menganal beliau, apa yang diajarkan, dan apa yang dituju oleh beliau, menyakiti hati dan membuat resah hatinya. Bukankah yang menyebakan beliau bertanya kepada Tuhan perihal kondisi ummatnya adalah karena beliau tahu bahwa ummatnya sepeninggal beliau akan disergap penyebab kegagalan dalam mencapai cita‐cita yang diajarkannya. Secara khusus dapat dikatakan bahwa munculnya kekhawatiran beliau adalah karena ummatnya ada yang berbuat maksiat. Maka demi Keagungan Alloh yang telah menjadikan sosok Pemimpin sebagus beliau, sekali‐kali lemahlah kita semua di mata Alloh kalau tak sampai bersholawat kepadanya, dan lemahlah kita di hadapan beliau jika tak bisa menjaga agar diri tak termasuk orang yang menyebabkan hati beliau bersedih [mati dalam keadaan maksiat yang tidak ditaubati]. Salam kesejahteraan bagimu wahai Al‐Musthofa Ahmad SAAW. RUH CINTA DARI OBOR CINTA Alloh tegakkan obor cinta [agama yang membawa manusia kepada kecintaan‐Nya] dan menyalakan api cintanya [kemuliaan dan kejayaan peradaban islam] pada sumbu agama yang berminyakkan keimanan dan penyerahan diri kepada‐Nya. Bila kita semua mau memenuhi seruan‐Nya, maka akan Alloh berikan selalu petunjuk kepada kita akan jalan kejayaan dan kesejahteraan. “Dan mereka yang berjuang (berjihad) dijalan Kami, akan Kami tunjukan mereka itu kepada jalan‐jalan kami” (QS Al‐Ankabut: 69). Bila kita semua mau melakukan segalanya dengan berdasarkan aturan atau cinta kepada‐Nya, maka Alloh akan lapangkan kaki kita kearah kemuliaan. “... Barang siapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS Ath‐Thalaq: 2). Dan Tidaklah agama kita mengajarkan sesuatu yang bersifat menghancurkan jasmani atau ruhani mahluk. Bahkan agama kita mengajarkan cara yang membawa kita kepada perbaikan semesta raya. Bagaimana Tuhan yang Agung dengan Ilmu‐ Nya, hendak menyembunyikan petunjuk kepada sekalian hamba‐Nya yang hendak Ia jadikan sebagai bagian dari rahmat atas sekalian alam. Dengan rahmat‐Nya alam ini tegak berdiri, segala kebutuhan dipenuhi, segala kelengkapan di lengkapi, dan segala kelebihan di kurangi. Maka yang menjadi rahmatullah akan menjadi faktor penyebab atau penikmat yang demikian itu (Rahmatan Lil ‘Alamin). Agama yang didirikan Alloh atas dasar cinta, akan menguakkan potensi cinta insan yang mendalami dan mengikutinya. “Muhammad itu utusan Alloh, orang‐orang yang bersamanya (orang Mu’min) sangt keras terhadap orang‐orang Kafir, mereka saling mengasihi dan menyayangi” (QS. Al‐Fath: 29). Dan bentuk cinta yang terkuak, tak akan beroleh kesempurnaan kalau bukan merupakan perwujudan Mahabbatullah [dasar semua cintanya kepada selain Alloh adalah Cinta kepada Alloh]. “Ada 3 golongan, barang siapa berada di dalamnya, akan mendapatkan manisnya iman, yaitu: 1) Barang siapa yang menjadikan Alloh dan Rasul‐Nya lebih dicintai dari pada lainnya, 2) Barang siapa yang mencintai
51 Meraba hati mensejahterakan jiwa seseorang karena Alloh, dan 3) Barangsiapa yang tidak suka kembali kepada kekufuran setelah diselamatkan oleh Alloh dari kekufuran tersebut, sebagaimana tidak sukanya ia dilempar ke dalam api neraka.” (HR. Bukhori Muslim dari Anas bin Malik). Bila insan mencintai mahluk sementara ia tak mencintai Alloh, maka bagaimana ia akan menemukan kecintaan hati kepada pimpinannya. Bagaimana akan tercetak kwalitas ahlak tinggi bila iman membencinya. Ahlak tinggi itu menuntut terwujudnya kesatuan kehendak ruh kita dengan kehendak akal nurani. Kehendak kita belum tentu benar kalau tidak sesuai dengan akal nurani yang qur’ani yang lebih tahu siapa Tuhannya, dan akal nuranilah yang memiliki kemampuan membedakan yang hak dan yang bathil dengan bantuan Petunjuk Alloh yang menyinarinya (Petunjuk Al Qur’an). Akal nurani hanya merasa senang bila dirinya berada dalam jiwa yang mencintai Alloh. DERAJAT CINTA Mencintai mahluk yang dicintai Alloh adalah suatu kewajiban. Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda, “Ketika Alloh cinta kepada seorang manusia, maka disuruhlah Jibril memberitahukan kepadanya bahwa Alloh cinta‐kasih kepada si‐anu, oleh sebab itu cintailah dia.” (HR. Bukhori‐Muslim). Sementara menyatukan cinta dengan persatuan ikatan [pernikahan] adalah sunnah. Dalam hadist Tirmidzi dari Abu Ayyub, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Empat perkara yang merupakan sunnah para Nabi; celak, wangi‐wangian, siwak, dan kawin.” Dalam suatu hadist dikatakan bahwa, “Rasulullah SAW melarang laki‐laki yang menolak kawin untuk beribadah melulu”. (HR. Bukhori). Mencintai apa yang dibenci Alloh adalah kebinasaan dan tidak perduli [mengingatkannya atau menetapkan kebencian atasnya] kepada mahluk yang melakukan maksiat menurut Imam Al‐Qusyairy berarti merelakan diri menjadi syetan bisu. Insan yang memiliki cinta akan memiliki juga kecemburuan kepada yang dicinta bila yang dicinta melakukan hal yang tidak disukainya. “Alloh itu pecemburu dan orang mu’min juga pecemburu. Cemburu Alloh SWT adalah sifat yang muncul bilamana seorang hamba yang beriman melakukan apa yang telah dilarang‐Nya.” (HR. Bukhory‐Muslim‐Tirmidzi). Bila kesukaannya itu adalah kesukaan Alloh, maka kecemburuannya membuahkan berkah banyak yang Alloh siramkan kepada pecinta dan yang dicinta. Cinta adalah akibat tabiat, dan tabiat boleh dipengaruhi ilmu atau kebodohan setelah ia dipengaruhi akal nuraninya. Cinta yang berdasarkan nurani akan benar jika tidak menentang kecintaan‐Nya. Kebodohan dalam bercinta disebabkan oleh sebab pengagungan nafsu syahwat diatas kebenaran Tuhan. “... Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Alloh sedikitpun? ...” (QS. Al‐Qoshosh 50). Insan yang mencintai mahluk saat ia belum memiliki cinta kepada Tuhan [belum memiliki kekuatan untuk mengarahkan perbuatannya kepada apa yang Alloh cintai demi kecintaan‐Nya] akan dibayangi oleh dosa; sebab ia disargap oleh iblis setelah Alloh mencampakkannya akibat ia tak mau menjadikan‐ Nya sebagai dasar segala cintanya kepada selain‐Nya. Alloh tak memberikan perhatian kepada insan yang tak memperhatikan arah jalan Tuhan, lalu Alloh palingkan Wajah‐Nya saat hamba memalingkan dirinya kepada kebencian Tuhan. “Ada tiga perkara yang membinasakan yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri” (HR Athabrani dan Anas). Dan kecintaan kepada mahluk itu merupakan fitnah, kalau tidak dibarengi dengan komitmen dan loyalitas kepada mahabbatullah, akan terjebaklah ia di dalam pengusiran Alloh oleh sebab hatinya yang dipenuhi oleh cinta kepada dunia. Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
52 Meraba hati mensejahterakan jiwa Mencintai sesama harus berlandaskan kecintaan kepada‐Nya, artinya bahwa kita harus menimbang‐ nimbang apakan penyebab, kehendak, niat, dan cara menyambung tali kasihnya berdasarkan apa yang dicintai oleh Alloh. Bila telah sesuai, apakan kita sanggup untuk tidak lalai dalam meraih cinta‐Nya setelah mengikatkan cinta kepada selainnya dengan menggunakan aturan‐Nya. Sedangkan Alloh telah memperingatkan dengan firman‐Nya: “Katakanlah! Jika ... lebih kamu cintai daripada kecintaanmu kepada Alloh dan Rasul serta berjuang di jalan Alloh, maka nantikanlah keputusan‐Nya” (QS. At‐Taubah: 24). Bila kita lalai maka Alloh cemburu, lalu memecahkan ruh cinta yang tengah menyergap cintanya kepada sesamanya untuk mengembalikannya pada wujud kecintaan Illah. Dalam sebuah atsar Illah disebutkan, “Wahai anak adam, Aku menciptakanmu untuk Diri‐Ku dan Aku menciptakan segala sesuatu untukmu. Dengan Hak‐Ku atas dirimu, maka janganlah engkau menyibukkan diri dengan apa‐apa yang Ku ciptakan bagimu dan mengabaikan tujuan Ku ciptakan dirimu”18. Kita ditiba berbagai kesulitan saat mencintai mahluk‐Nya, agar kita tidak lupa dan terus memperjuangkan cinta‐Nya. Bila Alloh memaafkan dan menyatukan lagi ruh cinta kita, maka kita harus bertekad untuk mengejar cinta‐Nya bersama. “Seorang yang kurang amalan‐amalannya maka Alloh menimpanya dengan kegelisahan dan kesedihan.” (HR. Ahmad). Perjuangan untuk mencari cinta‐Nya terkadang harus berhadapan dengan kesulitan yang menghampakan hati dari kebahagiaan [sebab insan berpaling dari pada‐Nya]. Saat kehampaan itu maka insan termenung dan hampa dari segala hasrat selain hasrat untuk merasakan kesulitan dalam hatinya tanpa mampu mengingat Alloh dan memohon pertolongan‐Nya. Ia butuh seorang yang mengingatkan, yang paling dekat dengannya [yang memperhatikan keadaannya]. Dan bila orang tersebut adalah Alloh, maka ia harus memiliki perhatian yang besar kepada Alloh hingga setiap kebutuhannya dicukupi dengan cepat [sehingga nampak seakan tiada saat padanya kesulitan dalam menghadapi segala sesuatu sebab disaat ia menghadapi masalah Alloh memberikan jawabannya dan menguatkan ia untuk mengejarnya]. Al‐Imam Ahmad berkata, Kami diberitahu Hasan dalam Tafsir Syaibah, dari Qotadah, dia berkata, Kami diberitahu bahwa Harim bin Hayyan pernah berkata, “Tidaklah seorang hamba menghadap kepada Alloh dengan hatinya meliankan Alloh menghadapkan hati orang‐orang mu’min kepadanya, hingga Dia menganugerahkan cinta dan kasih sayang mereka kepadanya.” Hal ini diriwayatkan secara marfu’ dengan lafadz, “Tidaklah seorang hamba menghadap kepada Alloh dengan hatinya melainkan Alloh menghadap kepadanya dengan hati hamba‐hamba‐Nya dan menjadikan hati mereka menghampiri dengan membawa kasih sayang, dan Alloh dengan segala kebaikan yang diberikan kepadanya lebih cepat lagi.”. Bagaimana orang yang mendapat kehampaan seperti itu dikatakan dekat kepada Alloh, padahal dengan hampa seperti itu menandakan lepasnya ia dari mengingat Alloh. Sementara teman akan meminta petunjuk kepada Temannya disaat menemui masalah, dan ia tak melakukannya. “Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar‐benar orang beriman.” (QS. Al‐Maidah: 23). Sehingga ia dianggap tak mempercayai Temannya. Maka bagaimana yang tak dipercayai dan dilupakan akan membantunya. Namun Alloh pasti akan membantunya walau harus membiarkannya dahulu pada kehampaan agar ia sadar bahwa ia telah melalaikan Tuhan sumber kelapangan hatinya. Alloh akan sentuh hatinya dengan bisikan yang menyeru kepada perbaikan diri. Adapun kelanjutannya tergantung kepada letak cintanya, bila ia lebih besar kecintaannya kepada selainnya dan melupakan‐Nya 18
Kitab Raudhoh Muhibbin, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah.
53 Meraba hati mensejahterakan jiwa maka akan putuslah tali ikatan‐Nya. Dan bila putus tali kedekatan dengan‐Nya, lalu bagaimana ia akan meminta pertolongan‐Nya. Keputusasaan ditandai dengan hilangnya pertolongan. Karenanya waliyullah disebut sebagai orang yang tak kesusahan, resah, dan berputus asa sebab mereka memiliki kecintaan kepada‐Nya yang membuat petunjuk‐Nya selalu lancar mengalir kepada hatinya. “Ingatlah, sesungguhnya wali‐wali Alloh itu, tiada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62). Jelaslah, bahwa dalam mencapai kepada Cinta‐Nya kita perlu ditemani seorang sahabat yang mengingatkan kita di kala kesulitan. Kalau Beliau SAAW menikahi Aisyah RA, berarti Ummi Aisyah RA tak memberatkan beliau dalam mencapai kepada cinta‐Nya, bahkan Ummi menjadi pemanis yang menghibur Beliau SAAW saat Beliau menghadapi kesulitan. “Sesungguhnya dunia seluruhnya benda dan sebaik‐baik benda ialah wanita (istri) yang sholeh” (HR. Muslim). Pengarahan seorang manusia yang sedang menuju cinta‐Nya secara jujur dan ikhlas kepada manusia lainnya kepada cinta‐Nya, akan memudahkan ia mendapatkan cinta‐Nya. “Seseorang itu beserta orang yang dicintainya dan dia mendapatkan apa yang diupayakannya.” (HR. Tirmidzi, dari Anas). Pahala orang yang diberi petunjuk akan diberikan pula kepada yang memberi petunjuk. Bila pahalanya adalah kekuatan untuk mendekati‐Nya, maka insan yang sudah hampir dekat kepada‐Nya akan tambah dekat kepada‐Nya. Insan memiliki cinta yang khusus dari pada cinta yang lazim [cinta kepada sesama]. Cinta yang khusus ini berkaitan erat dengan kecenderungannya kepada lawan jenisnya. Kecenderungan ini memegang kunci pembuka cinta. Kunci pembuka cinta adalah saat yang dicinta memenuhi segala apa yang dibutuhkannya. Yang dibutuhkan insan meliputi jasmani dan ruhani. Alloh memberikan kebutuhannya melalui diri insan sendiri atau melalui sesama insan. Bila Cinta karena‐Nya tumbuh, maka tingkat pahala yang Alloh berikan salah satunya diukur berdasarkan: 1) kekuatan ia untuk tidak meninggalkan kecintaan‐Nya oleh karena kecintaan kepada selain‐Nya, 2) kekuatan ia untuk membawa yang dicintainya [dari sesamanya] kepada Cinta‐Nya. Yang jelas, orang yang tak sanggup menghadapi ujian Alloh berupa penentangan kepada syahwat oleh sebab ia menghendaki kenikmatan syahwat, lalu menghindar dari faktor yang mendatangkan ujian‐Nya untuk menghadapi ujian lainnya yang syahwatnya merasa nikmat padanya adalah orang yang lemah. Penghindarannya dari ujian untuk mengihadapi syahwat berarti menafikan pemberian Alloh berupa jalan menuju kesempurnaan hidupnya. Sebab adanya ujian berarti adanya sesuatu yang harus ditambah dan dikurangi dari dirinya19. Dengan demikian orang yang menikah memiliki beberapa keutamaan, diantaranya adalah: 1) Ia memperbesar amal oleh sebab perjuangannya terbagi kepada dua bagian yaitu: untuk menjaga diri dan istrinya agar tidak berpaling dari Alloh. “Barangsiapa menikah maka dia telah melindungi sebagian agamanya, karena itu hendaklah dia bertakwa kepada Alloh dalam memelihara sebagiannya lagi.” (HR. Al‐Hakim‐Ath‐Thahawi). 2) Ia menjaga dirinya dari ketergelinciran dari jalan kecintaan‐Nya oleh sebab perbuatannya kepada lain mahromnya yang dibenci Alloh [yang secara tidak langsung / samar membawa dirinya kepada dosa] saat ia hendak menyeru mereka kepada kebenaran. “Atas manusia 19 Itulah sebabnya kenapa Alloh tak diuji, sebab yang pertama adalah karena Tak ada yang menguji Alloh dan yang kedua adalah karena Alloh telah sempurna dan tak perlu penyempurnaan. Sifat ketidak sempurnaan hanya milik mahluk. Mahluk yang tidak memenuhi seruanNya bukan ujian bagi-Nya, tapi kebutuhan yang menghindari mahluk adalah ujian bagi mahluk itu.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
54 Meraba hati mensejahterakan jiwa ditulis bagian zina yang pasti menjumpainya ialah: ‘Kedua mata, dengan tatapannya, kedua telinganya dengan mendengarkannya, mulut dengan bicaranya, kedua tangan dengan menyentuhnya, kaki dengan berjalannya, dan hati dengan hawa menginginkannya, sedangkan yang membuktikan semuanya adalah alat fital, jadi atau tidaknya berbuat Zina” (HR. Bukhori‐Muslim). Maka setelah ia menikah, urusan lain mahromnya diserahkan kepada istrinya sehingga semakin terjagalah hatinya [semakin suci] dari maksiat syahwat. TANGGUNGAN DOSA Setiap dosa yang dilakukan, bisa saja dihapuskan catatan dosanya dari malaikat atau diampuni oleh Alloh kelak di Hari Pembalasan. “Dan agar Alloh membersihkan orang‐orang yang beriman (dari dosa mereka) ...” (QS. Ali‐Imran 141). Tapi yang tidak bisa dihapuskan adalah rasa malu saat kehinaan itu dihadapkan kepada Dzat yang Maha Mulia di maqom yang mana kehinaan menjadi siksaan oleh sebab kemuliaan maqom tersebut. “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban?.” (QS Al‐Qiyamah 36). Insan yang berdosa akan tetap tersiksa walau dosanya telah dimaafkan Alloh, karena penyebab dosanya yang bersemayam dalam hati belum Alloh hapuskan. Untuk keluar dari maksiat itu maka perlu menjauhinya dan menetapkannya untuk tidak kembali kepadanya lagi. Ia harus bertaubat dan taubatnya dilakukan sepanjang masa oleh sebab pengakuan akan kelemahannya yang memungkinkan tergelincir kepada dosa. Yang menjamin tidak kembali kepada dosa adalah kekuatan ilmu yang menghalangi diri dari melakukan maksiat itu. Ilmu tak akan sekuat itu bila ia tidak disepakati dan disukai oleh kita [Artinya, kita tidak mudah mengikuti kehendak berdasarkan Ilmu tersebut]. Yang melapangkan kita untuk menyukainya adalah hasrat yang besar untuk kembali kepada keridhoan‐Nya. Hasrat itu tak akan sukses dalam perjuangannya hingga Alloh berhasil ia Cintai [Artinya: ia akan sulit menentang Alloh sehingga tak ada jalan untuk bermaksiat]. Kekuatan untuk menghindar dari cela adalah Cinta kepada‐ Nya. Dan tak ada kesanggupan untuk mencintai Alloh, takut dan harap melainkan dengan pertolongan Alloh semata, bukannya dengan kekuatan diri ataupun mahluk lainnya. Hati perlu pengganti apa yang dicintainya dengan kecintaan kepada sesuatu yang kwalitasnya lebih baik dari padanya. Sementara kwalitas itu ditentukan oleh dirinya sendiri, bisa oleh nafsu atau akal yang sehat. Maka kwalitas rendah dapat menggulingkan yang tinggi [sebab akal tak mampu memberi kekuatan saat nafsu membelenggu] dan yang tinggi dapat meruntuhkan yang rendah. Dosa tak akan memberi kita jalan menuju kelapangan, maka bagaimana kita akan mencapai kebutuhan yang prinsipil dengan dosa. Membiarkan faktor penyebab dosa berarti menghambat pencapaian menuju bahagia. Terhambat diperjalannan berarti akan mengurangi saat perjuangan untuk merengkuh kecintaan‐Nya. Karena, bagaimana akan memasuki wilayah Cinta‐Nya kalau ia memiliki dalam hatinya akan segala hal yang menyebabkan Alloh benci kepadanya. Maka kita harus berusaha hingga yang menimpa diri kita hanyalah dosa yang tak disengaja, sebab Alloh memaafkan dosa yang tak disengaja. Setiap kecenderungan kepada apa yang dibenci‐Nya akan menghambat perjalanan memasuki wilayah Cinta‐Nya [tempat kebahagiaan prinsipil didapatkan]. Orang yang sudah membenci sesuatu, maka sulit bagi yang dibencinya untuk hadir dalam benaknya. Maka kemudahan Iblis untuk masuk kedalam hati dan menyerunya kepada apa yang dibencinya merupakan tanda bahwa ia belum membencinya dengan sempurna dan belum ia mengikatkan dirinya kepada Dzikrullah. “Bahwasanya orang yang takwa itu apabila diganggu oleh syetan lantas mereka ingat kepada Alloh, maka jika begitu mereka akan dapat
55 Meraba hati mensejahterakan jiwa melihat.” (Al‐A’raf 201). Sebab Dzikir yang disertai kecintaan kepada‐Nya, akan menyebabkan Iblis tak mampu untuk mendekatinya [apalagi membisikinya pada hal‐hal yang buruk, sebab ia tahu bahwa itu akan sia‐sia bagi mereka yang secara mutlak membencinya]. “Sesungguhnya hamba‐hamba‐Ku itu tidak ada kekuasaan bagimu (syetan) atas mereka.” (QS. Bani Israil 65). Maka Iblis akan menipunya dengan menyimpangkan cara penempuhan kepada Tuhannya dengan bid’ah dan keterpedayaan oleh amal perbuatannya. “Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh‐ jauhnya” (QS. An‐Nisa’ 60). Yang akan selamat adalah orang yang mengetahui jalan Sunnah dan berketetapan padanya, meninggalkan yang syubhat, dan mengetahui bahwa hanya karena‐Nya ia bisa demikian. ”Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik‐baiknya jalan hidup adalah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk‐buruknya urusan agama ialah yang diada‐adakan. Tiap‐tiap yang diada‐adakan adalah bid’ah, dan tiap‐tiap bid’ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke Neraka.” (HR. Muslim). Ia akan diberatkan oleh Iblis dengan duniawi, maka Alloh akan mendidiknya sehingga ia zuhud dengan tidak berlebihan dalam mencicipi yang halal dan tidak menaruh kecenderungan yang bertolak belakang dengan kecenderungannya kepada Alloh SWT. Oleh karenanya, insan sebelum bertaubat harus menjadikan dirinya membutuhkan Alloh, takut akan azab‐ Nya sebab ia tak dapat ditanggung olehnya, dan menyaksikan segala celanya lalu menyesalinya hingga muncul kehinaan diri dihadapan Alloh saat menghadap‐Nya untuk meminta ampunan dan pertolongan bagi taubatnya. Itu semua dirintis dengan kehendak untuk mensucikan diri dari segala yang menghambat Penerimaan Alloh kepadanya. Dan jalan menuju taubat itu ditopang oleh pengetahuan akan hak Tuhan dan kewajiban hamba kepada‐Nya dengan mempelajari agamanya. Dan meyakinkan pegetahuan itu dengan amal perbuatannya yang ikhlas sehingga terbitlah sinar taufiq yang mengokohkan kebenciannya kepada penentangan kepada‐Nya dan menguatkan kecintaan kepada‐Nya. Sinar tersebut tak akan ada tanpa merasakan kenikmatan saat melakukan amal taat kepada‐Nya. Maka keyakinan itu diperoleh saat diri menemukan kelezatan saat mengikutinya. Hal yang menghambat diri untuk menikmati amal adalah adanya kecintaan pada duniawi yang memicu penyakit hati untuk menjamur di dalam hati, seperti riya [ingin dipuji] dan ujub [tak mau memuji Alloh sebab merasa dirinya layak untuk mendapat pujian dari mahluk] atau jahil [memuji Alloh sambil mengharap pujian dari Alloh]. Dan tidak dikatakan benar, insan yang mengaku menghendaki apa yang Alloh cintai padahal hasratnya untuk mengikuti apa yang dibenci‐Nya masih ada. Selamanya ia tak akan menemukan kelapangan dalam perjalanannya, tak akan ada kemajuan dalam perjuangannya selama ia tak memperjuangkan agar hatinya mau secara mutlak membenci dan meninggalkan apa yang dibenci Alloh. Ia tak akan membencinya bila nafsunya tak tunduk kepada akal nuraninya. Nafsu akan tunduk bila kita tak mengikuti segala hasrat buruknya dan meluruskan segala hasratnya pada jalan yang Alloh Cintai. “Adapun orang yang takut kepada Tuhannya dan menahan nafsu dari keinginannya, maka sesungguhnya syorgalah tempat tinggalnya.” (QS. An‐Nazi’at 40‐41). Dan tak ada kekuatan untuk menentangnya kalau kita tak memiliki ilmu yang akan membela kita dari sanggahannya atas ajakan kita.20. Tak akan ada gunanya segala yang kita miliki untuk melawan nafsu kalau Alloh tak menolong. Bagaimana Alloh akan menolong kalau sekiranya kita menolak untuk menggantungkan hidup kepada‐ Nya , mengingat‐Nya serta menyembah‐Nya.
20
karenanya dalam menyanggah kita harus meletakkan sanggahan itu pada dalil ilmu yang kuat dan benar.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
56 Meraba hati mensejahterakan jiwa MENAPAKI PERJALANAN Perjalanan di dunia ini tidaklah seberapa lama21, namun orang yang awas akan kelemaahan diri serta derajat ibadah yang harus dicapai akan melihat waktu sedemikian singkat itu tak akan mampu membawa dirinya kepada prestasi ibadah di sisi Alloh. Belum ia harus melengkapi perjalannya dengan mencari Ilmu, belum ia harus membersihkan hatinya untuk mengikhlaskan diri dalam beramal kepadanya, belum menjadikan diri tak bergantung kepada Alloh, dan masih banyak lagi. Padahal semua itu harus di tempuh di tiap derajat hidupnya. Waktu yang kita perlukan untuk menempuh semuanya adalah kelipatan dari waktu kita mencari kelengkapan tadi dengan waktu kita dalam menaiki derajat yang lebih tinggi setelah lengkap semua persyaratan menuju kenaikan derajatnya. Persyaratan untuk menaiki derajat kemuliaan [ahlak dalam ibadah] diantaranya adalah: Menguasai dan memahami dzohir syariatnya, mendalami bathinnya [hakikatnya] sampai hati mengerti dan mencintainya, mengkondisikan jiwa‐raga agar mau melaksanakan Ilmunya secara Ikhlas, dan membawa hati agar tidak berpaling dari Ibadah tersebut [Istiqomah]. Insan yang dalam dirinya ada kekuatan yang menghalangi dirinya untuk melaksanakan amal ibadah dengan Jujur dan Ikhlas, maka ia dihadang oleh dirinya sendiri sehingga ia terhalangi untuk memasuki kemuliaan ibadah karena kehinaan yang Alloh timpakan kepadanya. Kehinaan itu ditimpakan karena ia masih mencintai apa yang dibenci Alloh atau ia setengah hati dalam mencintai Alloh. Hatinya akan sempit dan penghidupan dunia akhiratnya tak akan layak [tiada memiliki berkah]. Ia akan keluar dari kehinaannya bila ia mau bertaubat, yang pendahuluannya diantaranya adalah: introspeksi diri sehingga mau menyadari dan mengakui kehinaan serta kekurangannya dalam menyembah Alloh. Yang terpenting adalah insan tersebut harus berkeinginan untuk dijadikan oleh Alloh bersungguh‐sungguh dan benar dalam meneyembah‐Nya. Adapun orang yang di hatinya telah terbit kerinduan kepada‐Nya, maka tak sedikitpun di hatinya hasrat untuk menyembah selain Alloh dan ia memicu dirinya untuk beramal dengan wara’ oleh sebab keimanannya pada hari akhir, walau hanya sebatas gerakan‐gerakan bathin yang tanpa pengendalian dari akal kita. Ia kuat dalam menegakkan sunnah Rasulullah dan tegak di jalan Nabawiah. Ia memicu dirinya untuk mengenal Yang Disembahnya. Hingga terbitlah mentari keyakinan untuk tetap lurus pada kecintaan‐Nya setelah ia saksikan Alloh dengan Persaksian Yang Jelas22. “Sewaktu orang‐orang mu’min melihat sekutu musuh, mereka berkata, Inilah yang dijanjikan Alloh dan Rasul‐Nya. Hal itu tiada menambah mereka kecuali meningkatnya keimanan dan kepatuhan kepada Alloh.” (QS. Al‐Ahzab 22). Rasa takut dalam hati harus ditopang oleh pengetahuan kepada Yang Ditakuti. Anas RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya kamu semua tahu apa yang ku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhory‐Tirmidzi). Ilmu diperlukan untuk menimbulkan perasaan takut sebab dengan ilmulah akan terwujud penggambaran yang akan menghadirkan sekalian reaksi atas apa yang digambarkan dalam benak. Tingkat reaksi akan bergantung kepada kejelasan gambar. Dan kejelasan itu diperoleh sesuai dengan volume ilmu yang dimilikinya. Bila pemahaman akan ilmu tersebut telah tercapai, maka gambarannya melekat di hati dan selalu dilihat 21 Bila kita telah ada di akhirat, maka 1 hari di dunia hanyalah 0.001 hari di akhirat. Kalau usia kita 60 Tahun, maka saat di akhirat kita akan merasa hidup di dunia itu hanya sekitar 219 hari saja, atau 1/2 tahun lebih.
22
Dengan ilmunya, ia menjadi seorang yang selalu merasakan keberadaan Alloh di setiap jejak langkahnya sehingga takutlah ia kepada Alloh. Ketakutannya memicu kesungguhan dan kebenaran dalam beribadah sehingga jadilah ia seorang ulama.
57 Meraba hati mensejahterakan jiwa oleh hati. Oleh karenanya maka hati akan selalu menjaga agar diri tak kontradiktif dengan kehendak ilmu. Sabda Nabi SAW, “Sebenarnya dalam umatku ada segolongan orang yang diberi tahu (oleh hatinya) dan Umar itu termasuk salah seorang dari mereka.” Dalam sebuah atsar, bahwasanya Alloh berfirman, “Mana seorang hamba yang Ku ketahui hatinya, maka Aku lihat, hatinya banyak bergantung untuk mengingat‐Ku, maka Akulah yang mengendalikan siasatnya, Akulah teman duduknya. Aku orang yang memberitahunya dan Akulah yang menggembirakannya.” 23. Adapun syarat keyakinan adalah apabila hati sudah menyetujui dan mencintai kebenarannya Dikatakan dalam Risalah Qusyairiyah, “Keyakinan adalah musnahnya tindak‐tindak perlawanan”. Dari padanya kita mengetahui bahwa tak akan menjadi ulama orang yang tak berilmu sempurna [ilmu lahir dan bathin]. Bila ia alim kepada fisik, maka ia akan memiliki pengetahuan kepada wujud, sifat, dan af’alnya. Demikian pula bila ia alim kepada metafisik24. Wajiblah tiap muslim untuk mencari ilmu hinga datang keyakinan kepadanya. “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim” (HR. Ibnu Majah). Sebab dengan ilmu ia akan tahu siapa dirinya dan apa yang harus ia lakukan kepada selain dirinya [secara benar dan jujur]. Wajib pula bagi yang menghendaki keselamatan untuk mengikatkan tali (bukan taklid buta) ilmu dan pemahaman kepadanya dengan tali dan pemahaman para Ulama yang berujung kepada Rasulullah SAAW. Sabda beliau SAW, “Ulama itu pewaris para nabi”. Wajib untuk menggantungkan diri kepada Alloh dalam mendalami pemahaman ulama, agar Alloh menunjuki kita kepada jalan pemahaman yang menyampaikan kita kepada samudera pemahaman Rasulullah [Al Qur’an]. Di dalam samudera itu kita bergerak‐gerak mempelajari sinar‐sinar Kalamullah. Untuk menyingkap Ilmu Al‐Qur’an, maka harus rujuk kepada Ilmu yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAAW yang diwariskan beliau kepada ulama. Mereka yang melepaskan diri dari tali pengajarannya, maka tak akan memperoleh warisan dari beliau SAAW, maka bagaimana ia akan beroleh Cinta‐Nya dengan melepaskan diri dari tali yang kuat itu. Firman Alloh SWT, “Katakanlah, Jika kamu (benar‐benar) mencintai Alloh, maka ikutilah aku (muhammad), niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa‐dosamu. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali‐Imran 31). Tiap manusia membutuhkan ilmu untuk membuka kecerdasan hati. Hanya Rasulullah saja yang memperoleh penyaksian secara jelas kepada Kalam‐Nya (saat beliau menerimanya), oleh sebab Alloh telah mensucikan hatinya. Maka setiap penjelasan beliau atas Kalam‐Nya adalah ilmu yang menerangi akal sehingga dengannya ada kekuatan untuk merengkuh kesucian hidup. Keberhasilan manusia membawa diri pada jalan yang suci telah mensucikan hatinya pula. Bagi hati yang suci terbuka tirai cahaya‐Nya yang mengajarkan hakikat kebenaran. Tapi syariat ibadah tidaklah Alloh tentukan selain kepada Rasul‐Nya. Selainnya, hanya beroleh keyakinan kepada syariat yang beliau ajarkan dari Tuhannya. Sinar keyakinan dan kenikmatan pada syariat‐Nya, hanya bagi insan yang beroleh gambaran kebutuhannya pada syariat itu dalam hatinya yang ia pandang berkat kesucian dan ketajaman mata hatinya (kedekatan kepada‐Nya). Al‐Qur’an akan memberi tafsiran bagi mereka yang berilmu. Dan tafsiran itu bukanlah prasangka bila ilmunya tidak bertentangan dengan Rasulullah SAW. Dari Ulamalah kita beroleh pola pikir dan ajaran 23
Diambil dari Kitab Keajaiban hati; Imam Al Ghozali.
24
[Termasuk Alloh didalamnya menurut sebagian ahli tauhid, dan sebagian lagi mengatakan bahwa Alloh tidaklah ghoib dan tidak hidup dalam alam ghoib maka tak layak Alloh termasuk kepadanya. Alloh penguasa segala Alam. Maksud pertama adalah oleh sebab Alloh ghoib, maka Ia dipandang Metafisik tanpa pengitikadan bahwa Ia hidup pada Alam Metafisik. Maksud kedua berisi peringatan akan kedudukan Alloh di segala Ruang Kemahlukan.]
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
58 Meraba hati mensejahterakan jiwa Rasulullah SAW. Merengkuh ilmu dari beliau semua yang berasal dari Rasulullah, berarti menegakkan kehati‐hatian dan lampu penerang agar tidak terpelanting dari keselamatan. Urusan syariat hanya beliau SAW yang tahu, maka syariat yang datang dari selainnya adalah bid’ah yang menjurus kepada siksa neraka. Setiap syariat mengandung urusan yang berkaitan dengan kemudahan dan keselamatan dalam menjalankannya hingga sampai kepada keridhoan Tuhan. Bagaimana selainya SAW, bisa membuat syariat dan merintis jalan keselamatan tanpa beliau SAW?. Padahal Alloh tidak menurunkan wahyu selain kepada Rasul‐Nya. Ilmu diperlukan untuk membukakan mata hati agar beroleh kekuatan untuk berjalan diatas jalan kebenaran menju keselamatan. Wahyu adalah petunjuk kepada keselamatan dan Rasul membuka jalan keselamatan dengan wahyu tersebut. Wahyu tersebut merupakan pelita bagi segala ilmu, agar ia menjadi ilmu yang bermanfaat. Pada diri Rasul terdapat hati yang mampu menyingkap segala rahasia yang tak dapat disingkap oleh selainnya. Maka kwalitas kebijaksanaannya melebihi selainnya SAW. Untuk menentukan sesuatu butuh kepada pertimbangan baik dan buruknya. Rasul saja yang tingkat penguasaan kepada wahyu paling hebat. Segenap pertimbangannya bersih dari penyimpangan kepada wahyu oleh sebab ikatan cintanya kepada Alloh. Maka petunjuk beliau, adalah petunjuk yang paling selamat sebab pertimbangannya menggunakan pengetahuan kepada wahyu yang paling kompleks dan mendalam. Bagaimana selain beliau akan sanggup membuka jalan yang beda darinya dan selamat, padahal ilmunya tidak seperti Rasulullah?. Berada dalam sunahnya, berarti berada dalam jalan selamat. Yang diluar berarti berdiri pada jalan manusia yang tidak sempurna. Samakah keamanan diantara keduanya?.
59 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 5 ‐ TADZKIRAH Untukmu Nissa’ Wahai Nissa’, seakan apa yang kamu miliki dari setiap lekuk tubuh dan suara halus itu dapat diperjualbelikan dengan murahnya. Telah banyak kamu jadikan lelaki yang sedang naik syahwatnya gila karena menikmati sesuatu yang terlarang dari apa yang kamu pertontonkan. Kamu merasa puas jika lelaki itu gila lalu melepaskan seruan Tuhannya. Kamupun sebenarnya telah melepaskan diri dari aturan Tuhan, agar kamu hidup dalam syurga hayalanmu di dunia ini. Kamu ingin menikmati kebebasan syurgawi di dunia ini, ingin merasakan mabuk kenikmatan surgawi dengan pembebasan kehendak dalam segala hal. Kamu adalah sosok yang seharusnya dimuliakan dengan pandangan yang baik, bukannya dengan pandangan yang penuh syahwat menjijikan. Namun memang karena kamu telah menghinakan diri kamu sendiri, sehingga kamu mengesampingkan urusan kemuliaan hidup demi untuk sebuah sensasi setan yang diaktualisasikan oleh dajal‐dajal Eropa, Barat, dan pengekornya. Kamu memandang bahwa merasakan getaran emosi saat menerima pandangan lelaki yang tergetar syahwatnya adalah tingkat kenikmatan yang lebih hebat dari kenikmatan yang di peroleh wanita yang menjaga dirinya sehingga Alloh memberinya kedudukan di Syurga. Kebanyakan dari kamu melupakan urusan akhirat. Kamu menganggap Tuhan itu bodoh, sebab kamu tak menerima kalau sebagian besar tubuh yang kamu pertontonkan itu aurat. Kamu hendak menunjukkan pada Tuhan bahwa konsepsi kamulah yang lebih hebat dari pada konsepsi Tuhan. Kamu menantang datangnya azab dari Tuhan dengan melepaskan keraguanmu dalam menjelas‐jelaskan bagian auratmu di hadapan lelaki. Tatkala Alloh jatuhkan kamu di dalam perzinahan atau perceraian yang diakibatkan telah terpenuhinya urusan sex dengan yang kamu nikahi, lalu hatimu menyesali dan merasakan sempitnya hidup. Namun azabpun tiba, hati kamu dipalingkan sehingga kamu tak merasakan lagi getaran penyesalan yang merupakan modal taubatmu di hadapan Tuhan. Sehingga dengan azab‐Nya kamu semakin jauh dari Syurga Tuhan. Wahai Nissa’, betapa kamu memiliki hati yang membeku sebab kamu tak merasakan lagi getar‐getar harga diri dan kehormatan serta kemuliaan. Kamu dipandang sebagai bagian pengorbanan yang dipersembahkan untuk tuhan setan yang disembah‐sembah pengekor Eropa, Barat, dan Atheisme dimanapun adanya. Kamu dijadikan bulan‐bulanan penyikasaan kehormatan, kemuliaan dirimu diinjak‐ injak. Harga dirimu di sembunyikan dari pengetahuanmu,, lalu dengan leluasa, lelaki penyembah setan itu menjadikan kamu sebagai bagian dari pengorbanan sucinya untuk setan.Mereka membuat dirimu sedemikian rupa menarik dalam pandangan mereka, membuat syahwatnya menggelegar, dan membuat jiwanya semakin rapuh tak memiliki visi yang benar dalam menghadapi hari kiamat. Kamu Nissa’, menari‐nari dan berbahagia dibawa mereka ke dalam api neraka. Kamu pertontonkan tubuhmu yang indah lalu kamu serukan, “Wahai para lelaki, datanglah kamu dengan diundang atau tanpa diundang, lalu nikmati diriku secara bersamaan atau bergantian sehingga kamu mabuk dalam cintamu dan kamu menjadi berhasrat menzinahi aku atau siapapun selain diriku. Kemarilah dan kejarlah anggur yang ditawarkan syetan ini,, anggur yang menjadikan jiwamu mudah melepaskan aturan Tuhan yang menghalangi kebebasan dirimu dalam menikmati dunia ini. Akulah yang engkau puja, lalu lupakanlah Tuhan. Kamu tanpa wanita tak berdaya, sebab telah kau saksikan aku, lalu kau tergila‐gila.”. Lihatlah, konsepsi setan yang merasuk telah menggerogoti dasar keimanan kaum wanita. Mereka tak merasakan bahwa dirinya dijadikan tuhan‐tuhan selain Alloh. Mereka merasa puas apabila penyembahnya menyanjung‐nyanjung dan mau melayaninya dengan memperhambakan syahwatnya Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
60 Meraba hati mensejahterakan jiwa kepada dirinya. Lihatlah para lelaki penyembahnya, merelakan imannya demi untuk menikmati kepuasan dari tuhannya. Tuhan yang Maha Besar akan membinasakan semuanya dengan berbagai kehinaan yang ditebarkan dimuka bumi. Mereka bangsa yang menghalalkan perzinahan dan pembebasan sex akan menjadi bangsa rendahan yang dikutuki penduduk langit dan bumi. Peradaban rendahan itu telah mencampakkan eksistensi kemanusiaan yang dimuliakan Alloh di Syurga dahulu. Mereka lebih rela menjadi ahli neraka dari pada syurga, dan mereka tak perduli neraka sebab ia tak mereka lihat. Mereka tanggalkan urusan akhirat dan mereka hidup bersenang‐senang dengan gemerlapnya tipuan dunia. Mereka pikir kalau mereka menghendaki urusan akhirat mereka mudah, maka kemudahan itu akan datang begitu saja,, padahal mereka tak mau bertaubat dari menuhankan dirinya dan memperhamba lelaki yang tergila‐gila oleh dirinya. Mereka seakan hendak menjadi Tuhan yang menyatakan, “Jadilah !, maka jadilah ia.” Mereka pikir, kehidupan ini diwujudkan dengan fantasi mereka. Kamu Nissa’ yang bodoh,, hendak menampakkan kebodohan kamu dihadapan wanita‐wanita yang dimuliakan Tuhan. Berapa tingginya harga dirimu dibandingkan dengan wanita yang tahu harga dirinya?. Kamu pikir bahwa kedirianmu yang mengumbar syahwat sebebasnya adalah sama dengan mereka yang mau menahan dirinya demi Tuhan semata?. Kamu memperolok‐olokan mereka yang rela mengikuti aturan Tuhan dengan panggilan wanita terisolir, wanita ketinggalan jaman, wanita kesepian, atau wanita yang tak akan gampang mencari jodoh. Kamu semua telah menyindir Tuhan dengan menghinakan suruhan‐Nya untuk menutup auratmu. Kamu pikir, dunia ini adalah tempat bersenang‐senang, menikmati syahwat, dan merasakan kelezatan yang terpancar dari rahim kamu?. Lihatlah, bahwa wanita yang mengulurkan kerudung ke kepala dan dada, mereka telah mengurbankan dirinya demi Tuhannya. Lihatlah, mereka yang dimuliakan Tuhan, yang menyembunyikan perhiasannya (warna kulit, lekuk tubuh dan suaranya yang manja) adalah mereka yang beroleh kemuliaan di dunia dan di akhirat, bebas dari kehinaan. Martabatnya diangkat Tuhan, sebab mereka telah mengetahui bahwa apa yang diseru Tuhan untuk ditutupi adalah maslahat baginya. Kamu pikir mereka hendak berjodoh dengan lelaki yang hina?. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik dan dilarang lelaki yang baik menikahi wanita penzina atau musyrik. Khoerun‐Nissa’ mengutamakan seruan Alloh, sehingga mereka oleh Alloh dijodohkan dengan lelaki sejati yang mengerti urusannya dengan Tuhan dan hari akhir. Sehingga keluarga yang mereka bina diletakkan di atas pondasi ibadah, bukannya atas syahwat. Pandangan mereka jauh menuju hari akhir, sementara sasaran mereka adalah Syurga yang Tinggi dimana mereka bisa bertemu dengan Tuhan yang mereka sembah. Hidup mereka bahagia, sebab Tuhan meridhai dan memberikan dunia kepada mereka. Yaitu dunia yang halal lagi barokah, bukannya dunia yang membuat mereka terjerumus ke dalam neraka yang panas. Sementara mereka yang bertindak sebebas‐bebasnya dalam menikmati dunia ini sedang diperbudak dunia, jiwanya kesulitan dan diterpa bencana dengan mencari dunia. Bagaimana hal ini dapat diserupakan dengan mereka yang dunia itu datang sendiri kepada mereka?. Hanya orang yang takwa dan bertawakal kepada Allohlah, yang mewarisi segala dunia yang menjadikan mereka semakin mulia di akhirat. Sesungguhnya, hidup mereka disinari rahmat kemuliaan sebab penyerahan diri mereka kepada Alloh yang benar akan hak KeTuhanan‐Nya. Sampai kapanpun, kamu yang mencampakkan aturan Tuhan tak akan menemukan kepuasan dari apa yang kamu cari di dunia ini. Dan berapa payahnya dirimu dalam mencari dunia, kamu hanya akan menanggung malu di akhirat. Sesungguhnya orang‐orang yang menerima Alloh sebagai Tuhannya, ridha akan aturan‐Nya, memandang baik akan perbuatan‐Nya, akan menemukan puncak kenikmatan hidup ini dengan sikap menerima apa adanya. Bagi orang yang beriman, tak ada istilah hidup apes. Segala yang menimpa dirinya adalah maslahat, sebagai jalan bagi orang yang berfikir untuk menemukan kedudukannya di sisi Alloh. Kalau seorang Mukmin, tertimpa musibah lalu bersabar, maka ia
61 Meraba hati mensejahterakan jiwa menyaksikan Alloh mendudukkan dirinya di sisi keridhaan‐Nya. Tatkala ia menjadi bangga dengan kedudukan jiwa dalam kesabaran yang ia miliki,, maka menyesallah dan bertaubatlah ia, sebab apa yang menimpa dirinya itu merupakan tanda jatuhnya ia dari kedudukan terhormat. Orang arif akan memahami, bahwa tak ada kepujian dan kesempurnaan atas dirinya. Segalanya berkat Alloh, Alloh yang menilai dirinya dan membelinya dengan harga yang Ia tentukan sendiri. Ia memilih dari hamba‐ hambanya, siapa yang dikehendaki‐Nya untuk duduk di sisi keridhaan‐Nya. Hanya orang yang mengikuti‐ Nya sajalah yang telah dipilih‐Nya di azali lalu. Merekalah yang mewarisi Syurga. Lihatlah perilaku munafik dari mereka itu, mereka memakai rok mini tapi masih mengharapkan orang memandang baik dirinya. Mereka seakan ingin kalau rok mininya bisa menutupi pahanya, tatkala duduk di hadapan lelaki. Tangannya menarik kebawah rok mininya, duduknya tak tenang, sementara banyak lelaki yang mulai berdiri syahwatnya. Gila, rupanya wanita ini ingin menyiksa dirinya sendiri. Ia ingin hidup di dunia ini dengan keresahan dan ketidaktenangan. Kalau mereka terus memaksakan diri mengikuti aturan jahiliah seperti itu, pastilah tingkah mereka semakin menjijikan. Ada lagi, wanita yang menjijikkan, yang jiwanya telah dirasuki syahwatnya. Di saat banyak lelaki berkerumun di sisinya, ia tampakkan auratnya, lalu ia buat suaranya membuat lelaki semakin senang duduk dengannya. Mereka senang kalau mata lelaki itu berbinar‐binar, tatkala mereka menikmati keindahan dirinya. Terkadang mereka menarik lelaki dengan sengaja ataupun tidak untuk merasakan sentuhan langsung dirinya dengan si wanita itu. Wanita apaan ini?, mereka menjajakan dirinya untuk dijadikan buah kepuasan lelaki yang bukan suaminya. Mereka itu golongan pelacur yang tak menghargakan perbuatannya selain dengan ditraktir belanja oleh lelaki yang menikmatinya, atau melaui getaran‐getaran kepuasan disaat adanya reaksi dari lelaki yang tergila‐gila oleh keindahan aurat wanita itu. Mereka para pemuja syahwat, menjadikan tuhan selain Alloh. Tak ada wanita pelacur yang meminta balas jasa pelacurannya dengan keimanan. Bahkan telah dicabut keimanan di dalam hatinya sehingga telinganya tuli dari mendengarkan kebenaran dari Tuhan, dan matanya enggan melihat kebenaran yang tak dikehendaki mereka. Mereka tak menerima kalau akibat perbuatannya itu akan menjerumuskan mereka ke dalam neraka, mereka ingin kalau segalanya sesuai dengan keinginannya. Maka inilah hujjah (Argumen) kebodohan mereka akan hakikat diri mereka dalam kehidupan ini. Mereka tak tahu kenapa mereka ada di dunia ini, dan mereka tak tahu kenapa manusia harus taat kepada Tuhan. Nyatalah alasan, kenapa kebanyakan dari mereka tak memperdulikan urusan akhirat. Sebab mereka tak tahu agama dan mereka tak kenal kepada dirinya. Dengan demikian, pantas saja mereka tak sayang pada dirinya, membiarkan dirinya dikotori oleh dosa, dicampakkan Tuhan, dan dijadikan suluh neraka. Mereka para wanita tak tahu diri itu membuat jalannya sedemikian rupa sehingga dapat membantu terlaksananya tujuan ia memakai pakaian dan celana yang ketat. Para lelaki memandangnya dengan penuh kepuasan dan ada pula yang penuh dengan kebencian. Wanita itu tersenyum dalam hatinya, lalu ia pertahankan keadaannya hingga berlalulah lelaki itu dari pandangannya. Terlaknatlah wanita yang memakai pakaian, tetapi pakaiannya itu masih menampakkan aurat, dengan laknatan Alloh melalui Rasul‐Nya. Mereka seakan bertelanjang, menawarkan dirinya agar orang‐orang lebih nikmat jikalau duduk di samping dirinya, dan agar para lelaki murahan itu dapat memberikan jasa kepada mereka berupa pemuasan birahi, sebagai bayaran kenikmatan yang diperoleh dari si wanita itu. Apakah ini kemanusiaan itu?. Kalau memang ini sifat manusia, apakah ini yang disebut sebagai cara suci untuk meraih kedudukan suci di sisi Tuhan?. Kalau mereka katakan Tuhan tak marah dan tak menganggap perbuatannya sebagai dosa (karena dimatanya hal itu adalah wajar) , sebenarnya Tuhan yang dimaksud adalah Tuhan yang mana?. Kalau Alloh tampakkan diri setan, akan nampaklah di pelupuk matanya bahwa tuhan mereka adalah setan itu, yang menjerumuskan manusia sehingga manusia memandang yang haram sebagai halal dan mereka memandang baik akan perbuatannya. Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
62 Meraba hati mensejahterakan jiwa Wahai Nissa’, sampai kapan lagi kamu tipu dirimu sendiri. Kamu berlari dari kemuliaan yang Alloh tawarkan dengan menolak aturan‐Nya untuk menutupi auratmu dan menjaga kehormatanmu. Kamu jadikan penampilanmu untuk manusia, sementara hatimu tak baik kepada Tuhan. Maka segeralah kamu tutupi auratmu, lalu berkacalah. Apakah penampilanmu akan membuat lelaki mengumbar syahwat?. Barulah kalau kamu seperti itu, kamu sayang kepada jiwamu sendiri. Kamu menjadi wanita terhormat, sebab jiwa ragamu, kamu jaga dari kenistaan. Kamu dimuliakan oleh Alloh, sebab keindahan jiwa‐ ragamu tak kamu berikan kepada selain suamimu.Kamulah wanita yang benar‐benar mewarisi kemuliaan, yang ditinggikan Alloh di atas langit, dan dipohonkan ampunan oleh para malaikat. Bagaimana kamu dikatakan wanita berbakti, padahal telah kamu biarkan selain suamimu menikmati keindahan dirimu sendiri?. Bagaimana kamu disebut wanita mulia, kalau kamu sebelum mendapatkan suami, telah membiarkan semua lelaki menikmati apa yang seharusnya dinikmati suamimu semata. Karena Alloh telah haramkan semua auratmu selain kepada suamimu. Maka sebelum kamu bertemu dengan suamimu, kamu tak layak menunjukkan perhiasanmu kepada setiap lelaki. Setelah kamu bertemu suamimu, maka auratmu hanya bagi suamimu dan tak boleh lelaki lain menikmatinya. Kalau kamu biarkan auratmu dinikmati selain suamimu, maka terhinalah kamu bersama kehinaan dunia ini. Sesungguhnya, lelaki yang mengerti itu adalah lelaki yang tertarik kepada wanita oleh sebab kesholehannya. Sebab lelaki itu tahu, bahwa keluarga adalah fitnah yang menghijab ia dari Tuhan. Kalau ia tidak memiliki istri yang sholeh, bagaimana ia akan sukses menyingkirkan fitnah tersebut. Sebab wanita yang sholeh tak akan menuntut banyak dunia dari suaminya, yang banyak ia tuntut adalah nafkah yang dapat membuat keluarganya selamat di akhirat. Sementara istri yang hanya memikirkan kekayaan dan sibuk mendengki tetangga oleh sebab kekayaannya, adalah fitnah yang harus segera dijauhi dengan perceraian (kalau sekiranya dunia lebih ia cintai dari pada apa yang di sisi Tuhan). Dan keluarga yang tak mau menegakkan sholat adalah keluarga yang harus diputuskan dari ikatan nasab dan ahli waris. Sebab ia telah memilih murtad dengan meninggalkan sholat itu.Tak akan amalannya diterima oleh Alloh sebelum ia bersahadat lagi. Dan tunggulah azab dari Alloh bagi mereka yang mempermainkan sahadat. Kalau mereka kesulitan meninggalkan kekafiran, kenapa mereka tak berjuang untuk menegakkan ubudiah kepada Alloh. Mereka ingin dikatakan bertaubat tanpa melakukan amal sholeh?. Betapa tak berharganya dan rendah martabatnya manusia yang demikian. Mereka seperti hewan yang tak dikenai urusan di ayumil mizan. Urusan birahi itu bukan urusan segala‐galanya. Walaupun ia dikatakan sebagai puncak kenikmatan di dunia, sesunguhnya kenikmatan seperti itu merupakan bagian kecil kenikmatan di Syurga. Puncak kenikmatan di Syurga itu tak dapat dibayangkan. Untuk menikmatinya, orang harus melakukan segala aturan Alloh, termasuk dalam menikmati birahinya, ia harus mengikuti aturan Alloh. Kalau tidak, maka ia akan menikmati sebagian kenikmatan di dunia, sementara di akhirat ia tak akan menemukan apa‐apa selain penyesalan. Sebagian kenikmatan di dunia ini adalah kedudukan di sisi Alloh, dan kesempurnaan nikmat itu adalah dunia yang dinikmati dengan limpahan keridhaan Tuhan. Dan orang Mukmin di syurga beroleh semua kenikmatan itu sebab mereka mendapatkan bukti kedudukan mulia mereka di sisi Alloh, dan mendapatkan berbagai kepuasan jiwa‐raganya. Di dunia, kedudukan kita di sisi Alloh belum bisa dipastikan, selain manusia harus tetap berpegang erat kepada Alloh dalam menjalankan persyaratan memasuki syurga. Karena itu sadarlah Nissa’, karena urusanmu adalah semua yang menyangkut fitnah dirimu dan hubunganmu dengan Tuhan. Tuhan jadikan kamu fitnah supaya dengannya kamu bisa melihat kemuliaan dan kehormatan yang Alloh berikan bagimu di dunia. Yaitu pada saat kamu menutupi dan menjaga auratmu, serta berlaku setia
63 Meraba hati mensejahterakan jiwa kepada suamimu. Dan kamu tak menjadikan dirimu seperti pelacur yang mengumbar nafsu. Jadilah kamu wanita yang bersabar dalam meninggalkan kebiasaan jahiliah dengan meninggikan kebanggaanmu atas konsepsi‐konsepsi Islam. Islam telah mengangkat harkat derajatmu dengan cara Alloh. Banyak orang yang aneh melihat cara Alloh mengangkat martabat kamu semua. Tapi apakah penyaksian mereka merupakan hujjah ketidak sempurnaan Ilmu Alloh dalam menetapkan cara pengangkatan martabatmu?. Alloh jadikan kamu seolah mutiara yang tersembunyi, agar kamu tambah bersinar dengan ahlak yang mulia. Sehingga tatkala suamimu membuka mutiaranya dari peti hijabnya, maka ia akan terpesona melihat kilauannya. Kilauan yang merupakan paduan antara kerinduan suami untuk melihat diri istrinya sepenuhnya dengan kepuasan suami, sebab penjagaan kamu atas kehormatanmu telah menciptakan rasa sayang yang melimpah. Jadilah kamu seperti mutiara yang tersembunyi dibalik peti Al‐Hijab. Yang menutupi kemilaumu dari penglihatan pencari harta karun. Jadilah kamu harta yang bernilai, dengan mengikuti aturan Tuhan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Rawatlah dirimu dari kekotoran najis dan hadast dengan selalu berwudhu, dan melakukan perawatan yang benar, sehingga semakin indahlah tubuhmu. Rawatlah kamu dari kotoran dosa dengan melajimkan dzikir, sehingga hatimu bersinar. Kalau hatimu bersinar, tak mudah kejahatan membelenggu kamu dan mudahlah bagi akhlak mulia untuk terbit dari kamu. Perilaku baik dan mulia kamu yang terbit dari mardhotillah (mencari keridhaan Alloh) merupakan panji kemuliaanmu yang membuat lelaki sholeh memburumu tanpa perlu kamu memintanya untuk diburu. Sementara kemuliaan itu merupakan pemberian dari Alloh sebagai balasan sikap baikmu dihadapan Tuhan dalam Ta’abud kepada‐Nya. Kamu tak menyengajakan untuk berbuat baik selain karena‐Nya, maka Tuhan urus kepentinganmu dalam menemukan jodoh dengan cara‐Nya sendiri tanpa perlu kamu menjual dirimu dengan membuat Tuhan murka. Kamu dijodohkan Tuhan dengan sebab baktimu kepada Alloh, bukan dengan sebab perbuatan ingkarmu kepada Alloh. Sesungguhnya tiap‐tiap manusia akan bertemu dengan niatnya, dan Alloh akan membantu agar niatnya kesampaian. Nissa’ yang berharap keridhaan Tuhannya akan dibantu Alloh asalkan ia benar‐benar dalam mengusahakan jalan menuju keridhaan‐Nya. Alloh akan mendatangkan perlengkapan yang menjadi jalan baginya untuk menuju kepadanya. Lelaki yang menjadi jodohnya adalah alat tersebut. Ia akan memberikan berbagai jalan untuk sampai kepada‐Nya. Suami dan Istri yang berharap keridhaan‐Nya akan mencari ilmu dan mendiskusikan perjuangannya dalam mencari jalan menuju keridhaan Alloh.
Bahtera Kita Sekarang kita sedang berdiri di atas sebuah bahtera yang dikemudikan oleh nahkoda yang tak jelas kediriannya. Boleh jadi ruh kepemimpinananya berasaskan hukum langit, tteapi apabila tiada bukti kongkrit keseriusan dia dalam memperhatikan pembangunan watak berdasarkan aturan langit maka kita takut sikap dan sifat yang muncul darinya hanya kamuflase alam wilayah hukum langit. Dan sebenarnya dalam hatinya ia lebih suka mengikuti aturan nurani yang bersumber dari sebuah jiwa yang rapuh, yang apabila ombak menerpanya jiwa tersebut akan cepat tenggelam, sekarat dan pingsan .. dan bodohnya kenapa ia pertahankan prinsip aturan nurani yang tidak bisa dibandingkan dengan prinsip aturan langit. Mari kita mendarahdagingkan aturan langit dalam nurani kita, sehingga nurani kita dalam menjalankan bahtera bangsa ini dapat memandang lebih jelas, mana yang menghantarkan bahtera pada dermaga keselamatan dan mana yang tidak. Bagaimana sebuah nahkoda yang berlayar di atas samudera tak memilih bahtera yang besar lagi kokoh, malahan memilih perahu kecil yang tahan diterpa ombak yang besar. Kita mahasiswa adalah manusia yang akan berhadapan dengan ombak yang besar dalam kehidupannya , yaitu ombak yang membawa Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
64 Meraba hati mensejahterakan jiwa insan tenggelam dalam kehidupan duniawi dan ombak yang membawa insan tenggelam dalam samudera kehinaan yang bertahtakan buruknya prinsip hidup dan akhlak. Arifkah seorang nahkoda yang hendak menenggelamkan seluruh penumpangnya ke dalam jurang kehinaan hidup dalam samudera kehidupan ini ?. Tiadalah bahtera yang kokoh lagi tangguh selain bahtera yang dibangun atas landasan ajaran langit. Kita telah sering melihat nahkoda‐nahkoda organisasi kesusahan dalam menghadapi masalah, lalau dia menganggap dirinya mampu sehingga tak sanggup membawa jiwanya untuk mengetuk pintu pertolongan Sang Raja. Barangkali Sang Raja telah sangat cemburu, sebab nahkoda yang memegang amanah kepemimpinan dari‐Nya tak membangun bahteranya dengan pondasi, aturan‐Nya.
65 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 6 ‐ DZAUQ Kilatan Rasa Saat rasa sirna tenggelam dalam keasyikan. Hasrat hidup bergerak‐gerak, detak jantung berhenti sekejap dan lubang udara tertutup. Mulailah akal berfikir : Dua yang awal menentukan kilatan rasa yang terbekas dalam lubuk rasa. Kilatan tersebut terbentuk dari hasrat‐hasrat hidup dengan tambahan‐tambahan lainnya. Dengan sirnanya hasrat hidup apakah kilatan rasa juga sirna ? Ya !, sebab hasrat hidup merupakan perhubungan jiwa dengan rasa. Apakah dengan sirnanya jasad berarti sirna pula rasa ? Tidak !, karena rasa itu ruhi. Melibatkan jasad dalam kilatan rasa berarti kwalitas rasanya adalah kwalitas nafsiah, jasadiah atau syahwatiah. Sementara tanpanya, maka kwalitas ruhiyah menjadi kwalitas termulia dengan konsekuensi perhubungan dengan Yang Maha Suci. Kita tahu kedamaian saat dzikrulloh adalah keadaan karena pengaruh‐pengaruh kilatan‐kilatan rasa, dimana padanya kita temukan debar jantung yang stabil dan nafas yang teratur. Tak ada urusan jasadiyah terhadap pembentukan atau dukungan atas terbentuknya kilatan rasa. Kilatan rasalah yang membentuk kondisi jasadiyah. Kilatan rasa yang terbit dari keterbukaan hubungan dengan Alloh. Kilatan rasa yang melahirkan keadaan damai ini lebih tinggi kwalitasnya dari segala sesuatu yang sifatnya jasadiyah. Sebab ia tak tersentuh oleh penyimpangan. Tak akan ada penyimpangan tatkala pintu hubungan dengan Alloh terbuka, karena setiap kali kita menyimpang pintunya akan tertutup. Tak ada kesanggupan dari mahluk‐Nya untuk menyimpangkan jiwa yang tegak, khusyu terselubung nuansa cinta‐Nya yang digandrunginya. Jelaslah bahwa jasadiyah kalah oleh ruhiyah. Tetapi sebagai hiburan bagi jasad, Alloh menghalalkan beberapa kenikmatan jasadiyah. Dengan penghalalan tersebut terbukti bahwa jasadiyah tidak untuk ditafikan, tetapi diluruskan dab disatukan dengan ruhiyah. Jelaslah bahwa urusan dan perhatian pokok kita adalah ruhiyah.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
66 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Luapan Rasa Cahaya rasa yang memenuhi ruang hati yang tertutup pintu keghaibannya, membuat hati sesak, menekan pintu lisan untuk berkata, pintu mata untuk mencari penampung cahaya. Hati berdetak cepat, resah dan bertanya tentang sebab rasa yang meluap memenuhi hati. Oleh sebab sentuhan sinar ke dasar hati, menyebabkan tercurahnya cahaya dari tempat dimana sentuhan tersebut diberikan, sebagai mata air cahaya hati (perasaan). Setelah sinar itu menyentuh, ia meninggalkan apa yang disentuh tanpa mau menjelaskan kediriannya. Ia kembali menuju sumbernya dengan meninggalkan luapan cahaya yang terpancar dari dasar hati yang tersentuh. Sinar itu pergi melalui pintu yang terbuka dari slaah satu pintu‐pintu lahir maupun yang ghaib, atau menerobos masuk melalui celah‐celahnya untuk menemui hati lainnya, atau kembali menunggu titah Tuhan. Seandainya ia diberikan sebagai tanda kecintaan‐Nya, ia akan menetap … berputar‐putar dan membuat pancaran‐pancaran cahaya. Besarnya tekanan cahaya membuat pintu‐pintu hati terbuka … jadilah ia pintu bagi manusia ke alam keghaiban, melalui lisannya, sifat, atau sikapnya. Dan pesona itu muncul pada jiwa yang menyaksikan, tatkala hatinya terbuka untuk mengenali cahaya‐ cahaya dari alam keghaiban yang membukakan rahasia Alloh kepadanya. Tatkala aku bertanya tentang alasan yang menetapkan kebolehan kata untuk menyempurnakan kalimat‐ kalimat hikmah, maka berhamburanlah keajaiban‐keajaiban. Tatkala kesadaran telah masuk ke alam bawah sadar, tetapi telinga tertinggal, maka ia akan merasa asing dengan apa yang didengar. Dikiranya suara itu dari alam bawah sadar. Suara dari telinga itu lebih lambat masuk ke alam bawah sadar daripada gambaran yang meluncur dari kelopak mata.
67 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 7 ‐ MUNADDAH Pelarianmu Di manakah sesungguhnya diriku, di saat aku kehilangan semua yang ku harapkan adanya pada diriku. Aku melihat betapa lemah dan miskinnya aku di tengah kehidupan yang selalu menuntut eksistensiku. Aku terlentang tak berdaya, tatkala roda dunia menggilas tubuhku. Hancur luluh semua tulang‐ belulangku. Ku lihat seberkas cahaya di sudut mataku, menari‐nari indah dan mengangingatkan aku kepada kenyataan manis yang pernah aku rasakan. Sebuah kehidupan, yang dulu ku nikmati sebagai bagian kasih‐Nya. Yang karenanya aku tumbuh menjadi manusia dengan hati yang lapang, dan kebahagiaan yang berlimpah. Hanya karena kelemahan jiwaku, ku tinggalkan kehidupan itu, yang pada akhirnya ku ratapi kini karena ku rindui ia kembali. Ku cerca diriku yang telah tega meninggalkan kehidupan manis yang tiada duanya. Ku hina ia karena meninggalkan kebersamaan jiwa dengan diri‐Nya. Ku maki ia karena telah membuat aku diusir dari kemesraan‐Nya. Ku pukul jiwaku karena ia telah membuat aku terrenggut dari semua kelejatan.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana http://rindacahyana.blogspot.com
68 Meraba hati mensejahterakan jiwa Aku telah berputus asa dari jiwaku. Ku harap ini adalah jalan terbaik bagi aku untuk meraih perhatian‐ Nya. Ku tatap berulang‐ulang lafadz Mu yang tiada duanya. Selalu ku pikir, kenapa aku begitu lemah untuk kembali kepada hadirat‐Mu. Selalu ku renungi kenapa aku selalu terhalang untuk bisa merasakan kehadiran‐Mu, meneteskan air mataku, dan tidak kembali pada kehidupan lalu yang menghijabi aku dari Kamu. Ku sebut Engkau dengan penuh kesusahan. Tali‐temali yang mengikat tubuhku, dan belenggu‐belenggu telah membuat perjalanku kepada‐Mu menjadi berat. Inikah siksa, ataukah memang beginilah perjalanan kembali kepada‐Mu ?. Sebuah perjalanan yang belum aku kenal karena ketidaklayakanku dulu. Aku selalu melihat kepada‐Mu, namun tirai‐tirai itu selalu mengganggu penglihatanku. Aku melihat Engkau menutup‐nutupkan tirai itu, agar aku bertanya kenapa Engkau melakukannya ?. Agar aku melihat betapa Ia tidak suka dilihat ku apabila aku belum menghasrati diri‐Nya. Aku menarik tirai itu dan merobeknya. Lalu Engkau buat tirai baru yang sama‐sama menjengkelkan diriku. Tirai yang kadang membuat aku mabuk karena bau harumnya, dan menjerumuskan aku pada ketidakberuntungan karena aku kehilangan‐Mu. Aku melihat Engkau dan kecemburuan Engkau menghantui hidupku. Selalu mengingat‐ingatkan aku pada pelarianku. Selalu mengingat‐ingatkan aku kepada rindunya jiwaku mendapat sentuhan indah jemari‐Mu. Engkau yang berada di balik tirai adalah keindahan yang ku rasakan. Yang wajah‐Nya tidak pernah dapat terlupakan, walau ruhku Ia musnahkan. Engkau yang telah memperlihatkan betapa eloknya diri‐Mu di balik tirai itu, membuat aku bersedih akan kepergianku dulu. Aku yang bodoh kembali pada‐Mu … terima aku, sebagai pelarian‐Mu yang tidak memiliki kaki lagi untuk melangkah karena kutukan‐Mu. Raih aku, karena ku tahu hanya Engkau yang bisa memberi aku malu dan menerima keadaanku. Karena ku tahu bahwa Engkau itu Maha Sabar terhadap kebodohan hamba‐hamba‐Nya. Karena hanya Engkaulah yang telah memberi aku kesadaran akan kefakiranku kepada Mu. Maka kepada Engkau saja aku meminta kelanjutan dari kesadaraku.