Radang.docx

  • Uploaded by: Chindy Oktavia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Radang.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,632
  • Pages: 11
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

DOSEN PEMBIMBING : TINTIN SUMARNI, M.Kep

KELOMPOK 6, LOKAL 2.B : 1.

CHINDY OKTAVIA JEFRI

2. 3.

GERRY PINTO

INDAH NOVIA PUTRI

4.

NISA HAYANA

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG PRODI D-III KEPERAWATAN SOLOK 1

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya sehingga makalah penelitian ilmiah yang berjudul “KONSEP RADANG”. Dengan terselesainya penulisan makalah ini, pastinya tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari semua pihak baik moril ataupun materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan edukasi kepada penulis dan para mahasiswa. Semoga makalah ini memberikan manfaat serta inspirasi bagi pembacanya. Penyusun menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

SOLOK, 25 JANUARI 2019

3

DAFTAR ISI

4

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Radang adalah reaksi local jaringan terhadap infeksi atau cidera dan melibatkan lebih banyak mediator disbanding respon imun yang didapat. Inflamasi dapat terjadi secara local, sistemik, akut, dan kronik yang pada akhirnya menimbulkan kelainan patologis. Respon inflamasi terjadi dengan perantara sel sistem imun tubuh. Sel tersebut merespon invasi benda asing yang masuk dalam tubuh dalam beberapa mekanisme yang diawali dengan kontraksi, yaitu pergerkan sel imun menuju tempat terjadinya infeksi. Peristiwa kemitaksisi ini diiringi dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah serta perubahan tekanan osmotic di dalam darah , sehingga mempermudah migrasi sel leukosit menuju tempat infeksi. Perubahan tekanan osmotic selain menyebabkan leukosit keluar dari pembuluh darah , juga menyebabkan cairan mudah keluar dari pembuluh darah, sehingga cairan menumpuk pada area tertentu dan menyebabkan udema. Perkembangan respon inflamasi berperan penting dalam pertahanan tubuh sebab respon inflamasi yang terjadi dapat menimbulkan kerusakann. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu Definisi radang? 2. Apa Tanda tanda radang? 3. Apa Jenis jenis radang? 4. Bagaimana Proses terjadinya radang? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui apa itu Definisi radang 2. Untuk mengetahui Apa Tanda tanda radang 3. Untuk mengetahui Apa Jenis jenis radang 4. Untuk mengetahui Bagaimana Proses terjadinya radang

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI RADANG Radang atau inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditunjukkan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh kerusakan asal (mitchel & cotran, 2003). Inflamasi melaksanakan tugas pertahanannya dengan mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya ( misalnya mikroba atau toksin ). Inflamasi kemudian menggerakkan berbagaai kejadian yang akhirnya menyembuhkan dan menyusun kembali tempat terjadinya jejas. Dengan demikian, inflamasi juga terkait erat dengan proses perbaikan, yang mengganti jaringan yang rusak dengan regenerasi sel parenkim, dan atau dengan pengisian setiap defek yang tersisa dengan jaringan parut fibrosa. Pada saat respon radang meliputi suatu perangkat komplek berbagai kejadian yang sangat harmonis, garis besar suatu inflamasi adalah sebagai berikut. Stimulus awal radang memicu pelepasan mediator kimia dari plasma atau dari jaringan ikat. Mediator terlarut itu, bekerja bersama atau berurutan, memperkuat respon awal radang dan mempengaruhi perubahannya dengan mengatur respon vascular dan selular berikutnya. Respon radang diakhiri ketika respon stimulus yang membahayakan menghilang dan mediator radang telah hilang, dikatabolisme atau dinhibisi. Pada bentuk akutnya ditandai oleh tanda klasik : nyeri ( dolor ), anas (kolor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor), dan hilangnya fungsi (fungsiolesa). Secara histologist , menyangkut rangkaian kejadia yang rumit, mencakup dilatasi anteriol, kapiler, dan venula, disertai peningkatan permeabilitas dan aliran darah, eksudasi cairan, termasuk protein plasma, dan migrasi leukositik ke dalam focus peradangan. B. TANDA TANDA RADANG 1. Rubor Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami radang. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran anteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Dengan demikian, lebih banyak darah mengalir kemikrosirkulasi local dan kapiler merenggang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah local arena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia, melallui pengeluaran zat seperti histamine.

6

2. Kalor Kalor atau panas terjadi secara bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37 derjat celcius yaitu suhu dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih banyak ari pada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas local ini tidak terlihat pada daerah daerah yang terkena yang terkena radang jauh didalam tubuh, karena jaringan jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37 derjat celcius, hyperemia local tidak menimbulkan perubahan. 3. Dolor Dolor atau rasa sakit dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH local atau konsentrasi local ion ion tertentu dapat merangsang ujung ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamine atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang. Pembengkakan jaringan yang meradangmengakibatkan peningkatan tekanan local yang tanpa diragukan dapat menimbulkan rasa sakit. 4. Tumor Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel sel dari sirkulasi darah ke jaringan jaringan intertisial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun didaerah peradangan disebut eksudat meradang. Pada keadaan dini reaksi peradangan eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat. 5. Functio laesa Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang. C. KLASIFIKASI RADANG 1. Radang akut (mendadak) Yaitu reaksi jaringan yang terjadi segera dan hanya dalam waktu tidak lama (beberapa jam sampai beberapa hari). Tanda radang akut :

7

a. Warna kemerahan (kalor) Jaringan yang mengalami radang akut tampak merah, karena adanya pelebaran pembuluh darah kecil yang mengalami kerusakan. b. Panas (kalor) Peningkatan suhu tampak pada bagian tepi / perifer tubuh, seperti kulit, oleh karena meningkatnya aliran darah (hyperemia) melalui daerah tersebut. c. Bengkak ( tumor) Pembengkakan sebagai akibat adanya edema (timbunan cairan didalam ruang ekstravaskular) d. Rasa sakit (dolor) Rasa sakit disebabkan oleh regangan jaringan akibat edema maupu karena penekanan nanah dalam suatu rongga abses. e. Hilangnya fungsi (fungsiolesa) Gerakan yang terjadi pada daerah radang akan mengalami hambatan oleh rasa sakit, atau oleh karena pembengkakan sehingga mengakibatkan berkurangnya gerak. 2. Radang kronik (menahun) Radang kronik dapat terjadi dari radang akut yang tidak mengalami perbaikan secara sempurna sehingga berkembang menjadi bentuk kronik, atau sejak semula memang bersifat menahun, disebabkan oleh rangsang menahun / kuman yang virulensinya rendah dengan rangsangan menahun. Radang kronik berjalan berminggu minggu sampai bertahun tahun. 3. Radang sub akut Sebenarnya merupakan tahapan dari radang akut yang akan menjadi menahun. Radang kronik dapat pula berkembang menjadi akut yang dikenal sebagai radang kronik eksaserbasi akut. Pemberian nama suatu radang biasanya berdasarkan jenis organ yang terkena, ditambah akhiran it is seperti dermatitis (radang pada kulit), tonsillitis (radang pada tonsil), appendicitis (radang pada apendik). Tetapi ada pula pemberian nama diluar konsep tersebut, seperti pneumonia(radang paru). (Jan Tambayong, 2000) D. PROSES TERJADINYA RADANG Bila sel sel atau jaringan tubuh mengalami cidera atau mati, selama hospes tetap hidup ada respon yang mencolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap

8

cidera ini dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan merupakan reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat zat terlarut dan sel sel sirkulasi darah ke jaringan jaringan intersititial pada daerah cidera atau nekrosis. Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Proses terjadinya peradangan yakni pada setiap luka jaringan yang akan timbul reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler. Mula mula terjadi dilatasi local dari arteriole dan kapiler sehinhha plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, sturtur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganismme dapat dibatasi. Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel, hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease seluler yang akan me nyebabkan lisis leukosit. Setelah itu magkrofag mononuclear besar akan tiba dilokasi infeksi untuk membungkus sisa sisa leukosit. Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi local. Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat dari reaksi radang disebut eksudat. Perbedaan antara eksudat dan transudat yaitu, eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya pembesaran hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran local yang meningkat pula serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Sedangkan transudat adalah cairan dalam ruang interstisial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan peradangan / inflamasi). (Jan Tambayong, 2000)

9

BAB III PENUTUP A.

KESIMPULAN Radang atau inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditunjukkan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh kerusakan asal (mitchel & cotran, 2003). Inflamasi melaksanakan tugas pertahanannya dengan mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya ( misalnya mikroba atau toksin ). Inflamasi kemudian menggerakkan berbagaai kejadian yang akhirnya menyembuhkan dan menyusun kembali tempat terjadinya jejas. Dengan demikian, inflamasi juga terkait erat dengan proses perbaikan, yang mengganti jaringan yang rusak dengan regenerasi sel parenkim, dan atau dengan pengisian setiap defek yang tersisa dengan jaringan parut fibrosa. Perubahan tekanan osmotic selain menyebabkan leukosit keluar dari pembuluh darah , juga menyebabkan cairan mudah keluar dari pembuluh darah, sehingga cairan menumpuk pada area tertentu dan menyebabkan udema. Perkembangan respon inflamasi berperan penting dalam pertahanan tubuh sebab respon inflamasi yang terjadi dapat menimbulkan kerusakann.

10

DAFTAR PUSTAKA Dr. Jon Tambayong. 2000 . patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Abrams, G. D. (1995). Respon Tubuh Terhadap Cidera. Jakarta : EGC. Robbins, S. L. & Kumar, V. 1995. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

11

More Documents from "Chindy Oktavia"

Askep Kmb Gagal Ginjal.docx
November 2019 40
Radang.docx
November 2019 27
Tugas Klipping.docx
June 2020 32
Kerangka Tubuh.docx
November 2019 51