Pura Ulun Danu Batur.docx

  • Uploaded by: Yan Boy
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pura Ulun Danu Batur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,600
  • Pages: 2
PURA ULUN DANU BATUR Om Swastyastu, Sekapur Sirih, Karya Agung Danu Kertih, Tawur Labuh Gentuh, Meras Danu Lan Gunung, Bhakti Pakelem ring Segara Lan Pucak Gunung Batur, RING DANU Mapeselangan lan Mepadanan 07 November 2018 Tilem Kelima, Buda Umanis Kulantir ring Segara Pura Jati. ( Ika Bhakti Dwi Dharma ) Desa Pekraman Batur

PLURALISME YANG BAIK

DAN

PAGAR

( Hindu di Antara Agama – agama ) Robert Frost, Penyair yang di kagumi oleh mendiang F. Kennedy mantan Presiden Amerika Serikat, menulis dalam satu sajaknya : “Pagar Yang Baik, Menciptakan Tetangga Yang Baik” . “Pagar yang baik berfungsi ganda. Pertama melindungi hak milik kita dari gangguan orang lain. Kedua mencegah kita menyalahgunakan hak milik tetangga kita. Dalam Lontar Usana Bali di Bali Gunung Agung tertinggi kerap disebut sebagai potongan puncak Mahameru bersama Gunung Batur. Gunung Mahameru Adalah Gunung Mitologi yang dipercaya sebagai titik pertemuan antara bumi dengan sogra dan neraka. Puncak Gunung Mahameru di pindahkan ke Bali, sehingga Bali yang dulunya disebut pulau yang mengapung di lautan menjadi tenang dan tidak bergoyang – gonyang lagi menurut Sugilanus Gunung Agung dengan Gunung Batur , Juga dijelaskan sebagai pusat Mandara dari Prahyangan di Bali menjadi semacam pusat satelit Purusa dan Pradana dari Gunung Sekitarnya. Secara kosmologi Gunung Agung dikelilingi: Gunung Lempuyang, Gunung Batukaru, Gunung Mangu, dan Gunung Andakasa. Inilah yang kemudian menjadi pokok-pokok pengembangan prahyangan di Bali, terbukti “Hampir semua Pura Puseh, Bale Agung, serta Sanggah Merajan terdapat pemujaan Gunung Agung dan Gunung Batur dengan beberapa menyebutkan lokalnya” imbuhnya. Disisi lain lanjut Sugilanus ada beberapa naskah seperti Babad Gumi, Babad Tusan, Babad Batur Kewalasan dan Babad Batur yang memuat peristiwa bencana alam terkait dengan letusan Gunung Agung. Yhang Putra Jaya Adiknya Dewi Danuh Disambut dengan kehormatan oleh Sangkul Putih Suami Istri. Hyang Putra Jaya, Bersemayam di Gunung Agung, Hyang Dewi Danu Bersemayam di Gunung Batur. Beliau lalu menjadi pujaan Masyarakat Bali. Berkat Beliau Masyarakat Bali sangat sejahtera (Warna 1986 : 65-72) Gunung Raja, Giri Indra Parwata, Gunung Udaya Parwata, Gunung Toh Langkir menjadi Gunung Agung pernah meletus 1002, 1615, 1616, 1665, 1683, 1705, 1711, 1908, 1917, 1963, 2017. Gunung Lingga Acala, Gunung Tampuryang, Gunung Sinarta, Gunung Silagiri, Gunung Idrakila, Gunung Ederan, Gunung Lekeh, Gunung Lebah, Gunung Sari, Gunung Catur, Gunung Kembar Menjadi Gunung Batur meletus 110 Saka, 1612 M, 1700 M, 1784 M, 1804 M, 1821 M, 1849 M, 1854 M, 1897 M, 1902 M, 1964 M, 1905 M, 1906 M, 1915 M, 1917 M (Gejor), 1921 M, 1922 M, 1923 M, 1924 M, 1926 M, 1963 M, 1965 M, 1966 M, 1968 M, 1970 M, 1971 M, 1974 M, 1994 M, 1995 M, 1997 M, 2000 M, 2009 M. Disangga G. Penulisan, G. Agang, G. Tuluk Biyu, dan G. Tangked, Panenjoan, Panelokan (sisa Gunung Batur Purba). Gunung Batur Ulining Danu Batur.

“… Bhatara Hyang pasupati Angupak tungtungin Gunung Mahameru, Pinaruh Sowang, keni karyan banten, inawa maring Bali, Hana Gunung Tampuryang ring Bali, Gunung Agung Ika Kadaton nira Bhatara Mahadewa, Gunung Tampuryang Ika kadaton nira Bhatara Dewi Danuh pada Gunung Sakti Bhatara, Sira sang kulputih minakadi Mangku ring Besakih, kasiwi Ratu dening Bali, kerta-kerta wihikang Bali, annuli tedun sira Empu Kuturan ring Majapahit magawe pradesa ring Bali, mekarya kang gegaduhan, sakeng pradesa, Sang Ratu Bali ne munggah ring Raja Purana…” CATUR DANU SESUAI DENGAN ULU DAN PANCA NAMA Gambaran alam dalam wujud Segara Giri atau lautan dan gunung terlihat konsisten dinyatakan dalam KKDPB (kutara, Kanda, Dewa, Purana Bangsul) TERDAPAT DATA DI MUSIUM GUNUNG API BATUR 1. Danau Batur (Bhatari Uma) sangat erat hubungannya deang Gunung Batur, Desa Batur, Pura Ulundanu Batur, dan Pasek Batur tidak boleh dipisahkan-pisahkan seperti Pancasila, Panca Srada dan Panca Yadnya. 2. Danau Beratan (Dewi Laksmi) mungkinkah? ada hubunganya dengan Gunung Beratan, Desa Beratan, Pura Ulundanu Beratan dan Pande Beratan. 3. Danau Buyan (Bhatari Gangga) Mungkinkah ? ada hubungan dengan Gunung Bunyan, Desa Buyan, Pura Ulundanu Buyan dan Pasek Buyan (Bulian) 4. Danau Tamblingan (Bhatari Gori) Mungkinkah ? ada hubunganya dengan Gunung Tamblingan, Desa Tamblingan, Pura Ulundanu Tamblingan dan Pande Tamblingan Penguasa Danu CATUR DEWI. PUSAT PENGHULUN SUBAK DI BALI DWIPA Danau Batur yang ketinggianya 1031 M dari permukaan laut yang merupakan danau terbesar di Bali Dwipa. Maka dari itu pura Ulun Danu Batur berkedudukan di utara. Setatus Sad Kahyangan, fungsi menjadi pusat Penghulun Subak di Bali Dwipa. Terbukti dengan adanya Pura Masceti Pura Ulun Suwi, Pura Sibak, Pura Bedugul, dan Pura Ulundanu (Ngurah Oka Supatra) di puncak kanginan G. Batur terdapat Goa Jalan Lingga: tempat Jejaringan Tirta Ida Bhatari 11 Pancoran untuk dialirkan ke tukad-tukad, kelebutan, danau untuk subak di Bali Dwipa. SAPTA KAYANGAN JAGAT BALI DWIPA (PUTRA BHATARA PASUPATI) RING MAHAMERU: 1. Gunung Lempuyang Pura Lempyang Luhur Aghni Jaya Memberikan sinar 2. Gunung Sgung Pura Besakih Putra Jaya memegang Atma manusia 3. Gunung Batur Pura Ulun Danu Batur Dewi Danu Micayang Amerta 4. Gunung Andakasa Pura Andakasa Hyang Tugu Sarwa Mina 5. Gunung Batukaru Pura Batukaru Hyang Tumuwuh Warna Kertih 6. Gunung Mangu Pura Puncak Mangu Hyang Manik Gumawang Who-wohan 7. Ring Pejeng Pura Manik Corong Manik Galang Neropong semeton di Gunung. PRAKATANING USANA SIWA SESANA Nyan Pratekaning Usaha Siwa tingkahe pengacingaci ring Baline ring Tampuryang makemuah anggawa sesana mapulekerti, angeleng ngelengin bhetara ring sinarta, anangun Kahyangan Anggapati Bhatara Tri Guna Hyang paraksi ring Bhatara Ayuluwih panembahan wong Bali, iling wong Baline abecik, mangkanaa titi sira siwa sesana. Terjemahan : Pratakaning siwa pelaksana pengaci aci Bali di Tampuryang serta kewajiban (sesana) mapulapakerti tetap memperhatikan Lingga pada Ida Bhetara Sinarta, Membangun Kahyangan memohon Bhatra Tri Guna nama-Nya. Itu petunjuk Bhetara Pura Puseh (Kentel Gumi) , Di Pura Dalaem (Besakih), di Kahyangan (Pura Ulun Danu Batur) Ida Bhetara Ayu Luwih (Dewi Danu), Junjungan manuasia Bali, ingat manusia Bali pada kebenaran demikian aturan Siwa Sesana. PURA, DESA GUNUNG DANU TAK TERPISAHKAN Pelaksanaan Bakti Pekelem untuk pertama kalinya oleh Pemerintah Raja Bali, Sri Ugasena Warmadewa 912 masehisebagaimana terdapat pada prasasti Batur Sakti, Bkati Pakelem tidak dapat digelar sembarangan waktu, oleh sembarangan orang dan sembarangan tempat. Jika tidak tepat waktu pelasanaanya, bukan kerahayuan yang kita peroleh melainkan kekacauan yang akan timbul. Jika mengadakan Bakti Pakelem ring danau Batur maka harus melaksanakan Pakelem ring Puncak Gunung Batur, Karena Puncak Gunung Batur Merupakan Lingga dan Danau Batur merupakan Yoni menuju keseimbangan Bhuana Agung, Bhuana Alit dan Bhuana sarira yang nantinya menuju Ajeg Bali (seperti Desa Pekraman Batur Pakelem ring Gunung dan Danu) Ida Pandita Dukuh Acharya dan Cokorda Rai Sudarta menyampaikan:

1.

Upacara Pakelem di laksanakan di Dua tempat: Laut, Danau, Sungai dan Kepada Gunung 2. Pakelem tidak dilaksanakan berdiri sendiri melainkan dilakukan dalam rangka ngenteg linggih atau piodalan bias juga Mendak toya bagi organisasi pertanian subak di Bali. 3. Srana yang dipakai dalam pakelem baik di Gunung maupun di danau, sunga dan segara pada prinsipnya sama tergantung besar kecilnya tingkat upacara dan yang menyertai upacara pakelem tersebut termasuk dalam upacara Bhuta Yadnya. 4. Lontar – lontar yang menjadi landasan sastra dalam pakelem antara lain: Prasasti Batur Sakti, Siwa Tatwa Purana, Dharma Kerthi, Tutur Aji Kunang – Kunang, Kala Purana Sang Hara Bumi, dan Raja Purana Ulun Danu Batur. 5. Untuk Pakelem di Laut, danau dan Sungai dipersembahkan kepada Sang Hyang Kala Sunia (Ida Pedanda Gede Kekeran Pemaron) 6. Sedangkan untuk pakelem di puncak gunung di haturakan kepada Sang Hyang Kala Mertayu dua personofikasi energy ini sesungguhnya berhakekat tunggal yaitu sebagai Siwa Kala sang maha energy yang tak terjangkau. ARCAPADA di Maandara Giri (Gunung Semeru) Pasanakan Hyang Dhanatapa dating di Bali Dwipa Sekita abad ke 14 pada zaman pemerintahan Sri Masula Masuli antara Sri Gajah Wahana, serombongan Pasanakan Hyang Danatapa dengan pengiring 1718 jiwa besar kecil tua muda, rombongan menuju Bali tengah yaitu di lembah yang dikitari oleh munduk yaitu antara tahun 1328 – 1369 M dan bermukim disekitar Gung Indarkila kini disebut gunung Batur, terdapat golongan Waisnawa yang sudah tentunya memuja Wisnu, maka dibangunlah tempat pemujaan secara sederhana pada zaman itu berupa bebaturan, seluruh pengiring yang disebut Pasek Semeru, bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Yadnya. Pada zaman dahulu terdapat pengertian bahwa gunung dijadikan Ulu sebagai tempat pemujaan terhadap Wisnu, sehingga warga pengemponmempunyai pengertian pemujaan Ulun Danu sebagai pemujaan Wisnu dan sampai saat ini disebut Pura Ulun Danu Batur, Lama kelamaan warga pengempon yang tadinya disebut Pasek Semeru lalu disebut Pasek Batur. “ Giri sor dhanu hiringanya, lorin panarjwan giritahhutarwiyem giri raktenah batur Griya Gnhimurttate” (Purana Taman Bali). Gunung Batur, karena mengeluarkan api saan Sasih Kedasa, bagaikan Guntur suaranya, tersembur api dari lubang kepundanya, bagaikan kobaran api berdiri tegak, keduanya disertai dengan gempa bumi, demikian keutamaan gunung itu. Tiap Gunung Batur meletus, Desa Pekraman Batur melaksanakan Bakti Pemendak duaning Ida Bhatara Rauh, kalau ada orang meninggal melaksanakan Balik Sumpah, dan setiap lima tahun sekali, subak – subak dan umat Hindu melasanakan Sedarma melasanakan Bhakti Pakelem di Gunung dan Danau (jagi kemargiang karya Danu Kertih, 7 Nopember 2018) . kepada Sanghyang Kala Mertiyu ring Dan Sang Hyang Kala Sunia. Di Kaki Gunung Batur terbangun Pura Ulun Danu menghadap ke Gunung Batur dan Danau Batur sebagai Luan tenten ngeluanin Gunung Batur. Sebagaimana halnya komunitas masyarakat gunung maka pendirian sejumlah pura di kaki gunung selalu menghadap ke gunung sebagai pusat pengintegrasian social komunitas gunung dan juga pura – pura yang ada di pantai komunitas social pantai. Ibarat manusia bercium mesra dan berpeluk erat demikian pula adanya antara Gunung Batur (Lingga Acala) dengan Danau Batur (Yoni) ngeniang genah sane mawasta MANDALA BATUR ngemetuang kesuburan kemakmuarn dan kesejahteraan bagi Bali Dwipa oleh adanya aliran Danau Batur yang tingginya 1031 meter dari permukaan laut dan merupakan Danau terbesar di Bali. (Pusat Subak Bali Dwipa) Pengertian mandala dalam hukum Rwa Bhineda yakni adanya kekaburan batin menuju penyempurnaan pikayun ngemargiang catur dresta kegalangan manah yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Bercermin dari alam lingkungan gunung dan Danau Batur maka para tetua Desa Pekraman Batur mekarya Pura Jati (Rumah Sejati) yakni genah utama sesana jangkepang anggen titi pengancan Tri Hita Karana mekanten ngaturang sembah subakti ring kalih: apisan ring Gunung Batur , apisan ring Danu Batur. Ida Bujangga Luwih. (Hyang Rsi Wisnu Sunia Murti) MANUT PURANA SRI TATWA BAKHA BUMI Maturan ring Gunung Agung Beras Acatu, daksina Kekalih, bebek kekalih, pada putih, jinah keaturan ring Gunung Agung satak ulung dase besik, ring acatu, raka – raka agenep, lawe kelakih, jinah kaaturang satak dua likur, metu tirta suci di

Batur muang ring Pengubengan, Pengenteg ring ulun suwi ikane katiru ring Majapahit, katur ring Semeru Bhatara Pasupati, kramane ring Bali Katur ring Gunung Agung ring Batur (di Pura Ulun Danu Batur). Di Pelinggih Ida Bhatara ring Gunung Agung Meru tumpang sia, wali wali ring purname kapat unuan Bawi merempah mebangun urup di empong oleh Kabupaten Buleleng, tirta ring Madyaning Gunung Agung, Tirta Toya Mas Kusuma, ring Pura Ulun Danu Batur, Tirta Toya Mas Mampeh untuk para subak di Bali. PURA ULUN DANU BATUR Desa Pekraman Batur , Kecamatan Kintamani, Kab. Bangli, Prov, Bali Pura Ulun Danu Batur adalah sebuah Pura yang merupakan Parhyangan utama dari Bhatari Hyang Danu, yang dimuliakan dan di puja sebagai Dewatanya dewa kemakmuran. Yang merupakan emansa dari Prabawa Tuhan Yang Maha Esa sebagai Dewanya kesejahteraan alam semesta, gemah ripah loh jinawi, yang termanifikasikan pada Bhatara Hyang Tirta Mas mampeh yang merupakan inti dari kehidupan tiga dunia. Tersebutlah pada masa lalu, Pura Ulun Danu Batur terletak di kaki Gunung Batur, menghadap gunung dan danau Batur yang dikenal dengan Sinarata. Keyika pada suatu waktu zaman kali Sangara dan Dua Para Yuga, terjadilah marabahaya yang sangat dasyat dengan meletusnya Gunung Batur tahun 1926 masehi (isaka 1848), yang menghancurkan sluruh wilayah Batur seperti Tampurhyang, Cempaga, Sinarata, dan yang lainya, hal tersebut menyebabkan masyarakat Batur sangat kebingungan dan tidak tahua apa yang harus diperbuat. Mereka lari meninggalkan tempat itu untuk menyelamatkan diri. Dalam hal ini juga tidak ketinggalan masyarakat Sinarata mengungsi ketempat – tempat aman membawa semua Pretima dan Pejenengan dan sebagainya. Akhirnya mereka samapai di Desa Bayung Gede, disanalah Pretima dan Pejenengan disimpat dan diselamatkan di Pura Bayung Gede selanjutnya masyarakat Batur ingin membangun kembali Pura Ulun Danu Batur seperti sedia kala, penguasa saat itu memberikan tempat di daerah Kalanganyar. Disanalah lalu mereka membangun Prahyangan Pura Ulun Danu Batur. Setelah masa kekacauan berlalu akhirnya keadaan bias pulih seperti semula. Pada tahun 1935 Masehi (isaka 1857), Pura Ulun Danu Batur Selsai dibangun, dilanjutkan segala upacara dan upakala selayaknya pembangunan sebuah prahyangan untuk meuja Yang Maha Kuasa. Pelaksanaan upacara dilaksankan di pulan Purnama dibulan April , tahun 1935 (isaka 1857) dan mulai saat itulah ditetapkan sebagai pujawali di Prahyangan Pura Ulun Danu Batur sebagai hari Ngusaba Kedasa berlanjut sampai hari ini. Mulai saat itu daerah Kalanganyar di sebut esa Pekraman Batur demikianlah kisah dimasa lalu. Manut Upadesa Pura Batur Ulun Danu, manut Mangku Subundi Pura Batur Ulun Danu. Pakelem di gunung dan Di Danau Batur bukan sembarangan waktu, bukan sembarangan tempat dan bukan sembarangan orang. Kalau tidak tempat Anumana Praman (Prasasti Batur Sakti). Ring Gunung Lampuyang Ida Bhatara Geni Jaya, Ring Gunung Agung Bhatara Putra Jaya, Bhetari Hyang Dewi Danu Alingga Aprahyangan ring Ulun Danu Gunung Lebah Batur (Ida Pandita Empu Siwa Buda Dhaksa Darmita April 2006) Pura Ulun Danu Batur lan Danau Batur dan Juga Geopark Batur dapat pengakuan Unisco. Dalam buku Usana Bali bahwa ada seorang Sang Atapa dari Jawa membangun pertapaan di Gunung Andakasa, disana bertapa Beliau tidak berhasil. Pindah ke Gunung Lampuyang, tujuh bulan Beliau berhasil mendapatkan anugrah Dewata danmenjadi panutan rakyat Bali. Pindah ke Besakih Membangun Pura dan menjadi Pemangku di besakih bernam Sangkul Putih. Pada saat Beliau menjadi Pemangku datanglah Hyang Putra Jaya bersama adiknya Dewi Danuh dari Jambudwipa (India) (Warna 1986:65-72) MANDALA Juga berarti Manca Dharma Laksana BATUR : Pemargi Yadnya manut Sastra BATUR : B = Bebaturan, Bebataran, Bebatuan A = Awal, Asal, Aturan T = Tata Krama, Tata Sesana, Tata Laksana U = Uger-uger, Undang-undang, Upacara, upakara R = Raja, Raja Pandita, Raja Purana 1. Pasek Kayu Putih, Cempaka Menjaga Pura Batur 2. Pasek Kayu Selem, Menjaga Pura Ulun Danu Batur 3. Pasek Cemeng, Menjaga Pura Penulisan 4. Pasek Jaye Maireng, Menjaga Pura Jati 5. Pasek Celagi Manis menjaga Pura Taman Sari inilah disebut Pasek Gunung Batur sahabat Dalem Bali DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI (THN 2009) Purana Pura Hulun Danu Batur Songan

Bhatara Putra Jaya yang di ikuti oleh Bhatari Dewi Danuh dan Bhatara Gni Jaya yang kesemuanya merupakan Putra Putri Bhatara Pasupati. Bhatara Pasupati kemudian menitahkan ketiga putra-putrinya yang disebut Sang Hyang Tri Purusa pergi ke Pulau Bali agar kelak di puja oleh masyarakat Bali serta mengayomi dan menguasi Pulau Bali. Walaupun pada saat itu Beliau masih anak – anak. Namun berkat kemahakuasaan Bhatara Pasupati akhirnya Sang Hyang Tri Purusa tiba di Pulau Bali dengan perjalanan di bawah laut, pada waktu nelung merik, pawana, budara, swanitagana bumi, sirsa, jadma, naga wulan, witangsu, wudaning jagatdita, druwe bumi Th. 380 Sk. Pada saat itu Bhatara Putra Jaya dinobatkan, sedangkan adiknya Bhatari Dewi Danuh berstana di Ulun danu di Tampurhyang dan Bhatara Gni Jaya berstana di Lempuyang. Selain Sang Hyang Tri Purusa, turun juga empat Bhatara yang merupakan Putra Bhatara Hyang Pasupati, yaitu Bhatara Tumuwuh Berstana di Gunung Watukaru, Bhatara Manik Gumawang berstana di Gunung Beratan, Bhatara Manik Galang berstana di Pejeng dan Bhatara Tugu Berstana di Gunung Andakasa. Itulah ketujuh Putra-putri Bhatara Hyang Pasupati yang berstana di Gunung Semeru. Selain itu pula di muat tentang turunya kembali Bhatara Hyang Pasupati ke Pulau Bali diiringi oleh para Dewa Rsi, Surya, Candra, Yama, Baruna, Bhayu, Bhajra, Erawan, juga itu juga Catur Lokapala (penjaga empat penjuru mata angin), Bhagaawan Parasu, Janaka, Kanwa, Nyang Narada, dan Gandrawwareja. Pada saat itu Bhatara Hyang Pasupati bersabda dalam menawarkan kepada semua Bhatara yang mengiringnya ke Bali. Barang siapa yang berstana di Hulundanu beliaulah yang berhak mengatur kehidupan dan sumber penghidupan di Bali. Tawaran itu akhirnya diterima oleh Sang Hyang Bhayu, lantas Bhatara Hyang Pasupati kembali pulang ke Bharatawarsa di Jambu Dwipa. Sedangkan Bhatra Bhayu menuju Gua Song. Setelah tiba disana ada gumbukan gua menghadap keselatan disana juga ada pohon beringin yang sangat lebat. Sebelah timur Goa Song itulah lokasi Pura Hulundanu, disebut pula bahwa Goa Song berkembang menjadi Desa Songan Wilayah daerah Bangli. MANUT PRASASTI KAYU SELEM Saka 310 m 388 unsur dunia pada waktu itu kembali pada Gunung Tohlangkir meletus. Keluarlah Bhatara Putra Jaya serta Bhatari Dewi Danuh yang bersemayam di Ulu Danu Ring Tampurhyang (Gunung Batur) UMAT HINDU DHARMA MANGDA PAWIKAN Suatu kenyataan yang berdekatan dengan Danau Batur ada dua buah Pura yng bernama Pura Ulun Danu Batur. Ini sering menimbulkan kebingungan bagi masyarakat yang memohon Tirta Ulun Danu Batur, penulis yang berkebetulan tertarik untuk menekuni pelaksanaan Upacara-upacara Agama Khususnya Agama Hindu di Bali, sering pula dihadapakan dengan masalah senada. Kedaan yang demikian menjadi dorongan untuk mengetahui sejauhmana peranan masing-masing pura tersebut bagi umat Hindu. Untuk mewujudkan keinginan iru telah mencoba untuk mengadakan penelitian terhadap Pura Ulun Danu Batur yang ada di Desa Batur, yang ada di Desa Songan serta meninjau terhadap Desa-desa Bintang Danu Batur lainya. Demikian pula diadakan wawancara dengan beberapa sulinggih, orang-orang tua/sesepuh serta para mangku dari keua pura tersebut. Walaupun belum dijumpai data-data tertulis mengenai pura Ulun Danu Batur yang berlokasi Di Desa Songan, tetapi uraian mengenai pura tersebut berdasarkan INFORMASI beberapa sulinggih, tukang Banten, beberapa pemangku, orang tua dan tradisi masih berlaku sampai sekarang. Sebaliknya di Pura Ulun Danu yang sekarang berlokasi di Desa Batur banyak di jumpai data-data tertulis berupa Raja Purana serta Lontar-lontar lainya yang mengurai hubungan para penguasa (raja-raja) di Bali, para subak, serta masyarakat dengan Pura Ulun Danu Batur. (Ny.IGA Mas Muterini Putra). Danau ini juga terbentuk karena adanya aliran sungai dan sumber-sumber mata air yang tersebar disekitar danau. Gunung besar seperti Gunung Batur, Mangu dan bukit kecil lainya yanga mengapit Danau ini menyebabkan pemandangan dikawasan ini, Kintamani, Bedugul, semakin indah dan sekaligus menjadi objek kunjungan wisatawan. Pernyataan ysng sering muncul dikalangan masyarakat awam maupun para intelek mengapa danau disebut dengan Bhatri atau Dewi? Pertanyaan in bias di jawab dari sudut pandang rasional maupun dari sudut spiritual. Dari sudut rasional, bahwa bahwa danu adalah sumber air kehidupan bagi manusia, dari system daur air yang sangat jelas kelihatan bahwa danu telah menampung aliran air dar gunung , sumber-sumber aair yang ada disekitar danu, menampung air hujan yang kemudian dialirkan kemabli

menjadi aliran sungai , aliran bawah tanah, terus mengalir sampai kelaut dan samudra (air dalam kehidupan Ibu Pertiwi). Dalam stage a long the life cicle , keterlibatan manusia dengan aair sebenarya sudah dimulai sejak manusia berada dalam kandungan ibunya, sampai manusia mati memerlikan tirta pengentas. Dalam ajaran dualitas (Rwa Bhineda) dan konsep Purusa – Predana , Akasa-pertiwi, Pasir-wukir, Langit-bumi, Gunungdanu, Dewa-dewi, samapai uyah-lengis. Dewi adalah sebutan untuk menunjukan rasa hormat, rasa bakti atas dasar eksistensinya “itu”, karena air itu mempunyai rasa sejuk, menyehatkan, membersihkan dan menyucikan. Suamba (2014) dalam tulisanya yang berjudul “Air (Apah) di dalam kesusastraan Weda” menyebeutkan bahwa dalam kitab Atharwa Weda di mulai dengan pemujaan kepada Dewi Air yang tidak hanya sebagai aliran air untuk bias diminum tetapi juga untuk kesejahteraan umat manusia. Kata “Apah” selalu digunakan dalam bentuk jamak dan di dalam jenis kelamin perempuan. Itulah barangkali penyebab nama danau di Bali di sebut dalam istilah feminism, Dewi Danu, Dewi Gangga, Dewi Saraswati. Pancoran Solas : Rembesan dari Danau Batur utamanya rembesan ke gunung Agung bernama Tirtha Telaga Waja, Tirtha Danu Gadang, Tirtha Danu Kuning, Tirtha Bantang Anyud, Tirtha Pelisan, Tirtha Mengening, Tirtha Pura Jati, Tirtha Rejeng Anyar, Tirtha Toya Mas Bungkah, Tirtha Toya Mas Mampeh, Tirtha Sampain Wani (prapen). Desa Cempaga, Desa Tampurhyang, Desa Sapura, Desa Dunsun, Desah, Desa Sinarta, Desa Cemara, Desa Tapayasa (Petapan), Desa Alas Kenyeri (Desa Alas Arum), Desa Setimahan, Desa Batur disebut Desa Lebak, Pesanakan (pengider-ider Pura Ulun Danu Batur) : Pura Pelisan, Pura Jati, Pura Pasar Agung, Pura Toya Mas Bungkah, Pura Taman Sari, Pura Toya Mas Mampeh, Pura Batu Sepit, Pura Jaba Kuta, Pura Kodo Gunalali, Pura Puseh, Pura Bale Agung, Pura Padang Sila, Pura Sampain Wani, Pura Nambang, Pura Dalem Agung, Pura Dalem Surabaya (Dalem Pemokasan), Pura Dalem Labaan. Seperti tempat-tempat yang terdapat dipegunungan Kintamani berdasarkan situs-situs Daerah atau Desa-desa Kuno yang merupakan filsafat yang diangkat dari kearipan local, dimana ada hal-hal yang lain yang perlu mendapatkan perhatian pemaknaanya secara mendalam pada Gebog Domas Pura Penulisan (G. Desa Bantang 200 KK, G.Desa Sukawan 200 KK, G. Desa Kintamani 200 KK, G. Desa Selulung 200 KK) Gebog Satak Pura Dalem Balingkang (Desa pinggan, Desa Siakin, Desa Gretek, Desa Tembok, dan Desa Sami Renteng) Gebog Bintang Danu Pura Ulun Danu Batur, Purana Batur (Desa Batur, Desa Kedisan, Desa Buahan, Desa Abang, Desa Trunyan) Tribudaya Tiga Mas upacara saaling mengisi pengempon soang-soang. Ulu apad Budaya Bali Mula dan Majapahit. PALINGGIH RATU SUBANDAR (Perekonomian antar Pulau dan Bangsa) 1. Ratu Ayu Subandar (Perekonomian antar Pulau dan Negara) Ring Dalem Balingkang 2. Ratu Gede Ngurah Subandar di Pura Ulun Danu Batur (Perekonomian antar Pulau dan Negara Rt. Mekah, Rt.Mattura, Rt. Gurun, Rt. Siem) 3. Ratu Subandar Ring Pura Besakih (Adanya Patra Cina, patra Mesir, dan Patra Olanda) KAHYANGAN RWA BINNEDA PURUSA PRADANA (BESAKIH-BATUR) Pelinggih Gedong Kembar, Bukit Tengen, Gunung Agung, Ida Bhatara Putra Jaya menyebar ajaran Siwa Pasupata. Bukit Kiwa Gunung Batur Ida Bhatari dewi Danu Penyebar Ajaran Sakti (Dewi) . ring Pura Ulun Danu Batur Ida Bhatari Dewi Danu Meru tumpang 11, Ida Bhatara Putra Jaya Meru Tumpang 9. Bhagavadgita BAB XVI sloka 24: Tasmac Chastram pramanam te karyakarya-vyavaasthiam, jinatva satra vidhanoktam karmakartum iharhasi: Karena itulah biarkan kitab-kitab suci menjadi petunjukmu untuk menentukan kebenaran, untuk menentukan baik buruknya perbuatan supaya diketahui dari pernyataan aturan dalam ajaran-ajaran kitab suci engkau dikerjakan disini (M.K Gandhi,1925:494) Menurut Purana Kayu Selem : Bebaturan Tri Purusa: Brahma, Wisnu, iswara, tempat pemujaan Sang Hyang Akasa pada waktu bertemu dengan Sang Hyang Ibu Pertiwi yang juga disebut Ibu Bapa waktu mengeluarkan air suci dan air restu yang juga disebut Dwiphala. Om Shantih, Shantih, Shantih, Om Pengemong Pura Ulundanu Batur

Pemipil

Jro Gede Batur

I Wayan Sukadia

Related Documents

Danu
October 2019 3
Danu
May 2020 4
Danu 114_2009
May 2020 1
Pura Filosofia
July 2020 9
Pura Konsep.pdf2
December 2019 19

More Documents from ""