Pengantar
PSIKOLOGI AL-QURAN Dimensi keilmuan di balik Mushaf Utsmani DR Lukman Saksono, MSc Drs Anharudin
2
Pengantar Psikologi Al-Quran
PENGANTAR
PSIKOLOGI AL QURAN
DR Lukman Saksono, MSc Drs Anharudin PENGANTAR PSIKOLOGI AL QURAN Dimensi Keilmuan di Balik Mushal Utsmani Oleh: DR Lukman Saksono. MSc Drs Anharudin Disain kulit: Tim Pustaka Cetakan pertama: Januari 1992 Hak pengarang dilindungi undang-undang Penerbit: PT ISBN 979-494-060-7
1992
Jakarta Pengantar Psikologi Al-Quran
3
4
Pengantar Psikologi Al-Quran
Juz 27 Juz 26 Juz 25 Juz 24 Juz 23 Juz 22 Juz 21 Juz 20 Juz 19 Juz 18 Juz 17 Juz 16 Juz 15 Juz 14 Juz 13 Juz 12 Juz 11 Juz 10 Juz 9 Juz 8 Juz 7 Juz 6 Juz 5 Juz 4 Juz 3 Juz 2 Juz 1
ISI Pengantar BAB I Pendahuluan : Reinterpretasi kandungan Al Quran Metode Alternatif Reinterpretasi Simbolik Relevansi Metodologi
5 9 10 16 20
BAB II Dasar teori, Persamaan, dan Perbedaan manusia Perbedaan Manusia Universalites dan Kesamaan Manusia Al Quran tentang persamaan dan perbedaan
22 25 29 31
BAB III Kunci untuk memahami Psikologi al-Quran Struktur Abjad Makna Huruf dan Angka Struktur dan Tanda ’Ain Aspek Pragmatik Bacaan Juz Skema Sistem Sebelas
35 35 39 43 51 52
BAB IV Karakter Juz: Memperkenalkan Psikologi Utsmani Dasar Analisis dan Interpretasi Ciri Mushaf Utsmani Juz 30 Juz 29 Juz 28
54 54 56 58 69 79
Pengantar Psikologi Al-Quran
5
88 96 103 109 114 121 126 133 139 145 151 158 165 170 177 182 188 193 198 202 206 210 216 221 225 229 233
BAB V Penutup : Sebuah Renungan dan Kesimpulan Ilmu Mengenai Manusia Al Quran : Sumber Filsafat Modern
240 240 245
Lampiran 6
Pengantar Psikologi Al-Quran
PENGANTAR lhamdulillah buku “Pengantar Psikologi Al Quran” ini selesai sebagai seri ke-2 Ulumul Quran setelah buku pertama yang berjudul “Pengantar Fenomenologi Al Quran”. Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada Bapak Letjen TNI (Purn) Soesilo Soedarman (Menparpostel), Bapak Letjen TNI (Purn) Wiyogo Atmodarminto (Gubernur KDKI Jakarta), Letjen TNI (Purn) Bambang Triantoro (Sekjen Depdikbud), Mayjen TNI Darwanto (Sekjen Depnaker), Mayjen TNI Soetopo (Aspers Kasad), Mayjen TNI ZA Maulani (Sekjen Deptrans), Mayjen TNI Basofi Sudirman (Wakgub bidang Pemerintahan DKI Jakarta), Brigjen TNI Nuhadi Purwosaputro, MSc (Kapuspen ABRI), Brigjen TNI Utomo (Kapusbintal ABRI), Brigjen TNI Noerasril Noerdin (Anggota DPR RI Fraksi ABRI), Kolonel Inf Moerwanto Soeprapto (Dirbinsosbud Dirjen Rohbin Deptrans), Kolonel Inf Agum Gumilar (Asintel Kasdam Jaya), Kolonel Jaf Syahrir Muhammad Syakwi(Asops Kopassus) dan Kolonel Juf E. Sukarya AG. Atas dukungan moril material dalam proses kreatif pengembaraan intelektual menggali dimensi keilmuan al-Quran Mushal Utsmani ini. Last but not least, kepada Bapak Drs Ras Siregar perlu acungan jempol dan penghargaan tidak terkira atas prakarsanya sehingga kehadiran buku ini mendapat prioritas utama. ***
pertama mendapat sambutan hangat dari umat. Kehadirannya sangat membantu memudahkan transfer keilmuan dalam rangka memasyarakatkan budaya baca tepat al-Quran (Tadarus). Sambutan hangat umat inilah yang memacu kehadiran buku Ulumul-Quran seri ke-2. Dalam buku ini dapat diterima informasi karakter manusia yang jumlahnya 30 jenis sesuai dengan jumlah juz al-Quran itu. Diharapkan dengan mengenal 30 jenis karakter manusia menurut pendekatan dimensi keilmuan Mushal Utsmani ini menjadikan kita semakin ”arif” dalam mengimplementasikan ”lita’arofu” antar sesama manusia sebagai hamba Allah ini. Di mana terkandung filsafat manusia yang dalam, sekaligus gambaran tentang protret diri dan jatidiri setiap insan yang mendambakan kedamaian, kesejahtraan dan ketenangan hidup di muka bumi yang fana ini, tempat dimana status sebagai ”kholifah” difungsikan dan dilestarikan sepanjang sejarah peradaban masih bergema di alam semesta yang luas dan dasyat ini. Darinya akan ditemukan konsep perbedaan dan persamaan manusia, sekaligus menjawab pertanyaan mengapa manusia merupakan umat yang satu, yang butuh kedamaian namun juga gemar berperang antar sesama. Diharapkan konsep kehidupan yang Islami dalam kesemestaan dunia ini menggugah naluri untuk hidup rukun antar sesama makhluk Tuhan dan sesama pengemban amanat ”Taabud” di muka bumi ini, seiring semakin taatnya kepada aturan main dan sistem kehidupan yang Allah perlihatkan melalui al-Quran dengan berbagai pemahaman esensial, formal, dan obyektif-empiriknya. Semoga kehadiran buku ini membawa gairah dan menggugah dari keterlenaan dalam mengkaji dan mengamalkan al-Quran. Wassalamualaikum wr wb Jakarta, 1-1-1992
Lukman Saksono, MSc.PhD.
ernyata hal yang tak diduga telah terjadi. Buku Pengantar Psikologi Al-Quran
7
8
Pengantar Psikologi Al-Quran
terakhir, berkaitan erat dengan persoalan sejauh mana hasil studi ini bisa diterima dan dibenarkan secata teologi, berdasarkan persepsi teologi umat Islam yang kini telah mapan. Namun demikian, diperlukan suatu sikap yang arif dalam melakukan kritik, dan tidak terburu-buru dengan cara yang a-priori. Hasil sebuah riset, yang dilakukan melalui pergulatan panjang, baik intelektual maupun spiritual, cukup layak untuk dikritik atau dikounter dengan hasil riset juga. Dengan kritik semacam itu, maka akan tercipta suatu keterbukaan intelektual dan proses doalogis secara arif.
BAB I
PENDAHULUAN Reinterpretasi Kandungan Al-Quran udul sub-bab di atas nampaknya bernada provokatif, sebab seolah-olah buku ini akan menawarkan sebuah pemikiran yang benar-benar baru dan kontroversial. Padahal tidak semuanya demikian. Materi yang hendak disajikan dalam buku ini hanya semata-mata berupa hasil riset mendalam tentang susunan al-Quran --- yang dikenal sebagai Mushaf Utsmani --- yang telah dilakukan selama beberapa tahun. Kenapa mesti format atau ”mushaf al-Quran” yang menjadi pusat perhatian dalam studi ini?. Jawabannya, karena studi tentang ”ayat-ayat” al-Quran melalui pendekatan ”tafsir ayat”, telah dapat kita jumpai di mana-mana. Karenanya, untuk memberikan sebuah konstribusi keilmuan alQuran yang benar-benar ”baru”, maka studi ini menyoroti dimensi lain dari al-Quran, yaitu dimensi Mushaf atau ”struktur” susunan al-Quran, suatu dimensi yang selama ini luput dari perhatian umat Islam. Tentu saja, hasil studi ini memerlukan suatu evaluasi atau kritik. Apapun bentuk kritik, dan dari kalangan manapun, sangat diharapkan. Terutama dari mereka yang benar-benar tertarik akan kebenaran dan kehebatan al-Quran. Kritik terhadap hasil studi ini, tentu saja, diharapkan tidak hanya menyangkut persoalan metodologi dan epistemologi, tetapi juga menyangkut segi teologi. Kritik Pengantar Psikologi Al-Quran
9
Metode Alternatif Metodologi yang dikembangkan dalam melakukan studi al-Quran ini, didasarkan atas beberapa asumsi dasar, Dan asumsi dasar inilah yang harus dijadikan landasan dalam melakukan kritik metodologis selanjutnya. Asumsi pertama, al-Quran sebuah kitab yang berisi susunan sandi (lambang) dan simbol. Dengan kata lain, al-Quran berisi bahasa sandi, dan bukan hanya semata-mata bahasa bunyi. Memang, jika asumsi yang dipakai bahwa al-Quran berisi ”bahasa bunyi” sebagaimana terdapat pada susunan kata (yang dikenal sebagai ayat), yang dapat diucapkan secara lisan, maka studi al-Quran --sebagaimana yang telah umum dilakukan --- hanya akan terpaku pada studi ”ayat”. Tetapi, apa yang dikenal sebagai bahasa sandi dalam konteks ini, tidak lain bahasa tertulis atau ”aksara” yang di dalamnya terkandung suatu pesan sekaligus karakteristik, yang mengacu pada realitas obyektif. Dengan asumsi diatas maka kita akan berkenalan dengan berbagai macam sandi dalam al-Quran. Pada unit terkecil, yang berada pada instansi pertama, sandi atau simbol yang ada dalam al-Quran adalah huruf atau abjad, dan angka yang ada di dalamnya. Huruf atau abjad yang dipakai untuk menulis bahasa al-Quran, disamping memiliki padanan angka, juga memiliki makna simbolik, atau katakanlah, memiliki dimensi obyektif, baik yang mengacu 10
Pengantar Psikologi Al-Quran
pada benda-benda kosmik (semestawi), maupun struktur tubuh manusia. Unit selanjutnya, yang berada pada instansi kedua, terletak pada susunan huruf, yang kemudian menjadi kata, dan kata itu menjadi nama surat. Nama surat, di samping sebagai susunan huruf , juga mencerminkan suatu bahasa atau kata, yang menjadi simbol dari benda tertentu, baik yang ada di dalam semesta maupun dalam tubuh manusia. Unit ketiga, susunan huruf yang kemudian menjadi kata dan atau kalimat, yang dalam hal ini biasanya disebut sebagai ”ayat”. Setiap ayat memiliki angka (nomor urut) pada setiap surat, sebagaimana setiap huuruf ataupun nama surat juga memiliki angka (nomor urut). Setiap ayat, sesuai dengan nomor urut dan posisinya dalam surat dan juz, jika dibaca akan berpengaruh langsung terhadap kondisi fisik dan psikologis si pembacanya. Pada instansi terakhir, terletak pada susunan atau unit ayat yang disebut sebagai juz. Setiap juz menggambarkan karakter manusia. Karena itu setiap manusia, apapun agama dan asal-usul bangsa serta etnisnya, memiliki juz dalam al-Quran. Percaya atau tidak terhadap al-Quran, siapapun membaca ayat dalam juz-nya, akan mendapatkan pengaruh langsung dari bacaannya. Dengan demikian, pada instansi pertama, terdapat setidaknya 28, 30 atau bahkan 45 macam sandi huruf (abjad) yang dipakai untuk menulis al-Quran. Pada instansi kedua, terdapat 114 sandi nama surat yang berbeda-beda dalam al-Quran , yaitu dari surat pertama (al-Fatihah) sampai dengan surat ke-114 (an-Naas). Pada instansi ketiga, terdapat 6236 sandi ayat, yang dikelompokkan ke dalam 114 surat, dan atau 30 bagian (juz). Pada instansi terakhir, terdapat 30 macam bagian, yang masing-masing bagian memiliki tema tersendiri. Asumsi kedua, semua surat dalam al-Quran dari surat ke-1 (alFatihah) sampai ke-114 (an-Naas) merupakan gambaran tentang perjalanan hidup atau eksistensi manusia. Baik surat yang menga-
cu pada benda-benda kosmik maupun merujuk pada sifat manusiawi, semua merupakan gambaran realitas kedirian dan eksistensi manusia. Jika diamati secara teliti, akan tampak bahwa 114 surat yang ada dalam al-Quran mencerminkan gambaran yang tidak semuanya bersifat konstruktif, tetapi sekaligus yang bersifat destruktif juga. Misalnya, ada sifat kemunafikan (al-Munafiquun), kecurangan (al-Muthaffifin) atau kekafiran (al-Kafiruun), tetapi sekaligus ada juga kearifan atau kebijakan (al-A’raaf dan Lukman). Ada kehancuran (al-Qari’ah, al-Waqi’ah, dan al-Haaqah), tetapi sekaligus ada juga “bangun-kembali” (al-Qiyamah). Ada hasrat dan nafsu kebinatangan (al-An’aam), tetapi sekaligus ada juga nafsu spiritualitas (al-Ma’arij, al-A’laa) dan sebagainya. Dengan demikian, sifat semacam kemunafikan (al-Munafiquun), kekafiran (al-Kafirun), ketenangan (al-Mukmin), kecurangan (al-Muthaffifin), keimanan (al-Mukminun) dan kepatuhan (alJatsiah), semua itu milik setiap manusia, sebagai mahluk Tuhan yang absurd, dan penuh kontradiktif di dalamnya. Melalui asumsi semacam ini, maka kita akan bersikap adil, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun terhadap eksistensi seluruh umat manusia. Manusia makhluk yang satu. Betapapun berbeda warna kulit, ras, agama dan kepercayaannya, tetapi ia fenomena Qurani. Bukankah dalam al-Quran itu sendiri, terdapat nama surat al-insan (manusia) (surat ke-76) sebagai bagian dari eksistensi kosmis. Oleh karena itu, nama surat seperti al-Kaafiruun, al-Muthaffifin, al-Munafiquun, al-Mukminun, al-Mukmin, dan sebagainya itu, pada dasarnya juga merupakan gambaran tentang kondisi psikologis dan sifat kedirian atau kepribadian setiap manusia, dan bukanlah merupakan gejala sosiologis. Hal ini berarti bahwa, dalam diri setiap manusia terdapat sifat kemunafikan, kekafiran, kelicikan, kerakusan, keimanan, dan sebagainya. Tak ada manusia yang sepenuhnya mukmin, dan tak ada manusia yang sepenuhnya kafir atau munafik. Setiap manusia memiliki berbagai sifat, baik yang “konstruktif” maupun yang “destruktif”, baik yang “humanis”
Pengantar Psikologi Al-Quran
12
11
Pengantar Psikologi Al-Quran
maupun yang “dehumanis”, baik yang “moralis” maupun yang “demoralis”. Dan, manusia sendiri tidak “mampu” untuk menghilangkan sama sekali sifat-sifat yang ada dalam dirinya, betapapun sifat yang dianggap “negatif”. Sebab pada dasarnya manusia selalu berada pada tarik-menarik antara berbagai kutu yang saling berlawanan. Untuk lebih memperjelas asumsi diatas, berikut diajukan beberapa nama surat yang secara eksplisit dapat dijelaskan sebagai gambaran mengenai sifat-sifat manusia. 1. Surat ke-6 ( ) atau Binatang Ternak. Ini dapat juga berarti bahwa dalam diri setiap manusia terdapat nafsu atau pun instink kebinatangan. 2. Surat ke-7 ( ) atau Puncak atau Kearifan. Ini dapat berarti bahwa, selain terdapat nafsu kebinatangan (hedonistik) juga terdapat kecenderungan “spiritualitas” dan moralitas, yang berada pada instansi tertinggi dalam proses perjalanan hidup dan kejiwaannya. 3. Surat ke-63 ( ) atau Orang Munafiq. Ini dapat berarti bahwa dalam diri setiap orang terdapat sifat kemunafikan dan sekaligus kecurangan. 4. Surat ke-23 ( ) atau Orang Beriman. Ini dapat berarti bahwa dalam diri manusia terdapat instink untuk mempercayai pada yang supra-natural. 5. Surat ke-40 ( ) atau Ketenangan. Ini berarti bahwa kondisi batin yang tenang merupakan kecenderungan hakiki setiap orang. Kecenderungan untuk mencapai rasa aman dan tenteram merupakan sifat dasar manusia. 6. Surat ke-109 ( ) atau Orang Kafir. Ini berarti, dalam diri setiap manusia terdapat kekafiran atau kejumudan. Jelaslah bahwa 114 surat yang ada dalam al-Quran gambaran tentang diri setiap manusia, baik segi fisis, biologis, psikologis, maupun mentalitas kulturalnya. Oleh karena itulah, nama surat Pengantar Psikologi Al-Quran
13
dalam al-Quran mencerminkan suatu struktur yang kompleks, sebagaimana kompleksitasnya struktur alam semesta, tubuh dan kondisi kejiwaan manusia itu sendiri. Asumsi ketiga, manusia dan alam semesta dua variasi dalam satu eksistensi. Alam semesta ada dalam diri manusia, dan sebaliknya manusia merupakan bagian dari unsur kosmik. Oleh karena itu, 114 surat dalam al-Quran, disamping merupakan gambaran tentang manusia sebagai mikro-kosmik, sekaligus merupakan gambaran tentang alam semesta sebagai makro-kosmik. Sebagai suatu contoh, kita dapat memilah-milah berbagai tema dalam surat yang ada dalam al-Quran, baik yang mencerminkan sandi tentang benda semestawi, maupun fenomena ”manusiawi”. a. Tema Kebinatangan - Al-Baqarah - Al-An’am
( (
-
( ( ( (
An-Naml An-Nahl Al-`Ankabut Al-Fiil
) )
Sapi Betina Binatang Ternak
) ) ) )
Semut Lebah Laba-laba Gajah
b. Tema Kehancuran -
Al-Waqi’ah Al-Haaqah Al-Qiyamah Al-Qariah
( ( ( (
) ) ) )
Hari Kehancuran Hari Kehancuran Hari Kiamat Hari Kehancuran
c. Tema Wanita Atau Manusia Perempuan - An-Nisaa - Maryam - Al-Mujadalah 14
( ( (
) ) )
Wanita Kehamilan Wanita Wanita Menggugat Pengantar Psikologi Al-Quran
- Al-Mumtahanah (
)
Wanita Diuji
)
Keluarga Imran Nabi Huud Nabi Yuunus
- An-Najm ( ) Binatang - Asy-Syam ( ) Matahari - Al-Qomar ( ) Rembulan Melalui pendekatan dan asumsi dasar di atas, maka kita akan melakukan studi al-Quran secara holistik, sistemik dan menyeluruh. Sebab perhatian kita tidak hanya semata-mata tertuju pada bunyi (bahasa) pada setiap kata yang biasa disebut sebagai ayat, tetapi pada seluruh aspek simbolik yang ada dalam al-Quran. Ayat itu bagian, atau sub-sistem simbol (sandi) yang terkandung dalam alQuran. Selain ayat, masih banyak simbol (sandi) lain yang tidak kalah penting, yaitu nama surat, huruf dan angka juz dan lain-lain. Pada seri Ulumul-Quran buku pertama, telah diuraikan mengenai dasar rasionalitas yang melatar-belakangi studi ini. Dan, juga dibahas mengenai makna sandi huuruf dan angka, dan makna simbol di balik nama surat dalam al-Quran. Dalam buku ini, akan dibahas makna simbolik dan obyektif di balik pembagian juz. Namun demikian, untuk membantu memahami buku ini, akan dilakukan penelaahan ulang mengenai makna simbol-huruf dan angka dan juga apa makna simbolik nama surat yang terkandung dalam al-Quran. Materi ini akan dibahas pada bab III. Perlu disampaikan dalam bab ini bahwa metode pemahaman ini ditemukan oleh seorang Ustadz Lukman Abdul Qohar (65 tahun), yang kini tinggal di Jakarta. Namun demikian, metode ini telah berkembang dan dikembangkan melalui berbagai kelompok studi dan diskusi di berbagai tempat, sebagai studi alternatif tentang kebenaran al-Quran. Namun demikian, studi ini sama sekali bukan merupakan kritik atau kounter terhadap metode pemahaman alQuran atau Ilmu Tafsir (ayat) yang kini telah berkembang dalam masyarakat. Metode ini justru lebih bersifat komplementer terhadap studi al-Quran yang telah ada, dan jika dapat diterima secara wajar, dapat menjadi sumbangan bagi hasanah perkembangan ilmu-ilmu al-Quran.
d. Tema Laki-laki Kebapakan - Ali Imran - Huud - Yuunus
( ( (
-
( ( ( ( (
Yuusuf Ibrahiim Luqman Muhammad Nuuh
) ) )
Nabi Yuusuf Nabi Ibrahiim Luqman Muhammad Nuuh
) ) ) )
e. Tema Sifat-Sifat Kedirian - Al-Mukmin
(
-
( ( ( ( ( ( ( (
Al-Mukminuun Al-Muthaffifiin Al-Munafiquun Al-Kafiruun Ar-Rahman Al-Humazah Al-Ikhlash Al-Jatsiyah
)
Orang Mukmin ) ) )
) ) ) ) )
Orang Iman Orang Curang Orang Munafik Orang Kafir Kasih Sayang Pengumpat Keikhlasan Orang Patuh
f. Tema Kosmis -
Al-Hijr Al-Kahfi Al-Hadiid Al-Ahqaaf At-Thuur
( ( ( ( (
Pengantar Psikologi Al-Quran
) ) ) ) )
Batu Gua Besi Bukit Pasir Bukit 15
16
Pengantar Psikologi Al-Quran
Reinterpretasi Simbolik Reinterpretasi dan pembaharuan yang ditawarkan dalam metode ini terletak pada aspek pemahaman mengenai ”makna esensial” tentang al-Quran itu sendiri. Pertama, al-Quran yang kita kenal, sebagai sebuah buku atau kitab yang berisi sandi tertulis itu, di pahami sebagai ”gambaran” tentang ”fenomena tunggal” kehidupan (peradaban) manusia dan alam semesta. Ini berarti bahwa al-Quran hanyalah ide, gambaran, sandi, yang realitas obyektifnya adalah apa-apa yang riil dan terbentang di hadapan mata kita. Dengan demikian, al-Quran bukan merupakan gambaran mengenai ”fenomena” yang ”baik-baik” saja, tetapi sekaligus menyangkut berbagai fenomena. Dengan demikian maka studi al-Quran berarti mencari kaitan simbolik (makna) antara yang tertulis dalam sandi atau simbolik dalam kertas (kitab al-Quran) itu, dengan realitas bendawi yang nyata dan empirik. Baik realitas itu bersifat konstruktif-humanis seperti keadilan dan ketentraman, tetapi sekaligus realitas yang destruktifhumanis semacam peperangan, kerakusan dan kehancuran. Dengan kata lain, studi al-Quran berarti mendeduksikan secara langsung sandi atau simbolik ke dalam pengertian dan pemahaman mendalam tentang fenomena oyektif-empiriknya, yaitu manusia, kehidupan (peradaban) dan alam semesta. Kedua, apabila pemahaman pertama dapat diterima, maka pemahaman kedua akan berarti bahwa studi sandi yang tertulis dalam sebuah kitab, yang disebut al-Quran itu, akan sama nilainya dengan mempelajari manusia, alam semesta dan kehidupan (peradaban atau kebudayaan). Dengan kata lain juga, studi al-Quran secara ”esensial” tidak harus berarti studi tentang ayat-ayat yang tertulis dalam lembaran kitab suci itu, tetapi juga studi mengenai fenomena materil yang tampak di hadapan kita. Bukankah alam semesta, manusia dan peradaban (sejarah) itulah al-Quran yang sebenarnya. Al-Quran dalam pengertian kitab atau buku, hanyalah tulisan atau bahkan barang cetakan, yang tidak lain juga merupakan produk manusia, bagian dari sejarah peradaban manusia itu sendiri. Pengantar Psikologi Al-Quran
17
Karena itu, al-Quran yang sebenarnya adalah manusia, alam semesta dan peradaban (kehidupan) itu sendiri. Dalam hal ini maka orang Barat justru telah “berhasil” melakukan studi al-Quran dalam pengertian yang riil. Mereka telah mempelajari dimensi objektif al-Quran itu sendiri, atau ayat yang bukan berbentuk huruf atau tulisan, melainkan benda kosmik, dan manusia beserta peradabannya yang terbentang luas dihadapan mata. Karena itulah, maka dari sanalah berbagai ilmu al-Quran muncul; seperti geologi, fisika-kimiawi, elektronika, antropologi, psikologi, sosiologi, arkeologi, dan beraneka ragam ilmu teknik (teknologi) dan benda-benda teknologisnya. Ketiga, jika pemahaman kedua dapat diterima, maka pemahaman ketiga akan berarti bahwa semua ilmu itu ilmu al-Quran. Apa yang disebut Ilmu al-Quran, dengan demikian, akan berarti segala bentuk (produk) ilmu yang telah diketemukan oleh manusia, baik yang menyangkut segi natural ; fisika-kimiawi, biologi, astronomi, geologi, dan sebagainya, ataupun ilmu yang menyangkut segi kurtural dan peradaban manusia ; Antropologi, Psikologi, Arkeologi, Sosiologi, Polotik dan sebagainya. Pemahaman diatas, jelas dapat menghilang sikap ”bias” kultural, atau semacam pandangan yang sektarianistis, etnosentrik dan religiosentrik terhadap segala bentuk penemuan ilmiah, dan segala macam eksistensi budaya manusia. Pemahaman diatas juga menempatkan al-Quran sebagai suatu konsep atau “pandangan-dunia” yang melampaui batas-batas kebangsaan, peradaban dan kebudayaan; Timur-Barat, Modern-Tradisional, dan sebagainya. Keempat, jika pemahaman ketiga dapat diterima, maka pemahaman berikutnya berarti bahwa apa yang disebut sebagai ”Islam”, atau ”Pandangan Dunia Qurani”, tidak lain pandangan yang menempatkan berbagai aspek kehidupan manusia atau alam semesta sebagai satu ”kesatuan” fenomenal. Ini berarti, bahwa kehidupan umat manusia, alam semesta, perdaban dan kebudayaanya satu, dan sekaligus merupakan ”satu-kebenaran-tunggal”. Pandangan kesatuan dan ”universal” ini yang dalam satu kata lebih tepat, barangkali ialah ”tauhid”. 18
Pengantar Psikologi Al-Quran
Pandangan ”tauhid” akan berimplikasi bahwa manusia yang beraneka ragam dalam penampilan fisik, sebagaimana tampak pada perbedaan ras dan suku bangsa, adat istiadat dan tata-cara ritualagam, tradisi dan kepercayaan upacara dan kebiasaan, adalah manusia yang sama dan satu, yang berada pada satu agama Tuhan yang disebut sebagai ”Islam”. Dengan kata lain, apa yang disebut sebagai ”Islam”, satu-satunya ”agama” manusia, yang berarti ”kesatuan” dalam keaneka-ragaman. Demikian juga alam semesta yang begitu luas dimensinya, yang menampakkan berbagai ragam bentukan fisika-kimiawi, juga kesatuan, yang berada dalam satu ”agama” yang disebut sebagai ”Islam”, atau ”sunnatullah”. Begitu juga dalam diri setiap manusia, yang merupakan kesatuan jaringan sel-sel dan organ tubuh, juga berada dalam satu kesatuan ”kausalitas” yang disebut sebagai ”sunnatullah” atau ”Islam”. Dalam setiap tubuh manusia hidup, terdapat darah yang selalu mengalir, denyut jantung yang selalu berdetak, dan berbagai macam gerak serta mekanisme syaraf yang selalu konsisten, semua itu berada dalam satu kesatuan ”agama” yang disebut sebagai ”sunnatullah” atau ”Islam”. Dengan pandangan seperti di atas, maka istilah ”Islam” benarbenar akan menjadi suatu konsep yang ”membebaskan” manusia dari segala macam ”prasangka” ideologi dan agama, stereotip etnis dan segala macam sikap ”monopoli kebenaran” . Semua fenomena, fenomena Qurani dan Islami atau fenomena tunggal kebenaran. Baik manusia dengan segala macam eksistensi kultural dan agamanya, maupun alam semesta dengan segala macam kenampakkan luar dan dimensi kausalitasnya, semua Islam, dan berada dalam satu ”frame” kebenaran. Karena itu, di sini tidaklah relevan untuk menggunakan istilah ”Islami” dan ”tidak Islami” dalam menatap segala persoalan. Dengan beberapa pandangan di atas, maka apa yang dikenal sebagai ”kebenaran”, tidak lain fenomena yang sangat riil, yang terbentang luas di hadapan mata. Karena itu manusia perlu setiap saat membaca fenomena kebenaran yang riil itu. Al Quran itu kebenaran, dan al-Quran itu sendiri secara esensial tidak lain alam
semesta, manusia dan kehidupan riil yang ada di depan mata. Karena itu, kebenaran itu sesuatu yang “given”, dan inheren dalam diri manusia, mutlak adanya sehingga tak dapat dinaifkan. Namun demikian, orang tak akan dapat membaca “kebenaran” tanpa melalui suatu proses berpikir. Dengan kata lain, apabila seseorang (manusia) mau berpikir sedikit saja, maka di hadapannya telah terbentang “fenomena kebenaran” yang dapat dijadikan pelajaran atau bahan bacaan.
Pengantar Psikologi Al-Quran
20
19
Dengan pandangan di atas, maka proses berpikir manusia pada dasarnya “belajar dari kebenaran” untuk menemukan “kebenaran baru” yang lebih kualitatif. Sebab, kebenaran itu sendiri tidak hanya berdimensi luas dan banyak, tetapi juga berdimensi kualitas dan intensitas. Di bawah kaki ada kebenaran yang telah tercapai dan dapat diinjak, tetapi di depan mata terdapat horison kebenaran baru yang terbentang luas antara ada dan tiada. Dengan pandangan ini, maka apa yang disebut sebagai “kesalahan” tidak lain “kebenaran dalam bentuk lain”, atau “kebenaran” dalam intensitas dan kualitas yang berbeda. Relevansi Metodologi Kerangka Metodologi dan asumsi dasar atau “paradigma” yang telah dibahas di atas, berkaitan erat dengan pembahasan buku ini, yang akan menyoroti aspek susunan al-Quran yang disebut juz. Fenomena juz dalam al-Quran, dipandang sebagai simbol-simbol yang menjelaskan perbedaan karakter dasar manusia. Dengan pendekatan ini, kita akan memberi makna keilmuan (ilmiah) pada fenomena juz. Artinya, mustahil jika susunan pembagian juz yang begitu konsisten dan kompleks itu tidak mengandung pesan keilmuan. Dengan pendekatan ini pula, kita tidak lagi menganggap remeh atau menganggap tak ada gunanya pada juz itu. Melainkan, kita akan memberkan perhatian dan sekaligus mengambil makna secara proposional, sebagai sumber keilmuan. Pengantar Psikologi Al-Quran
Aspek keilmuan antropologi dan psikologi, yang terkandung dalam kitab al-Quran, nampaknya terletak pada susunan al-Quran itu sendiri, yaitu pada pembagian juz. Memang, studi manusia dan berbagai aspek kebudayaannya, tidak harus mengacu pada kitab alQuran. Sebab, di barat telah tersedia berbagai teori antropologi dan psikologi yang cukup jelas, dan bahkan dapat dipertanggung-jawabkan secara akademik. Namun, kita juga dapat memahami kompleksitas kesamaan dan perbedaan manusia dengan cara mendeduksikan simbol-simbol tertulis dalam al-Quran itu, ke dalam realitas obyektif manusiawi. Memang, studi ini tidak akan memberikan ”perubahan sosial” secara berarti , apalagi ”perubahan akademis”. Sebab, apalah artinya ”berkutik dengan simbol huruf dan angka”, selain hanya sekedar ”intellectual exercises”. Berbeda dengan hasil studi orang Barat tentang manusia dan kondisi psikologisnya, yang di samping telah didukung sarana teknologis, juga ditopang dengan sarana institusional, perangkat lunak dan perangkat keras. Studi ini, di samping belum sepenuhnya bersifat ”ilmiah”, juga masih belum sepenuhnya dapat ”diterima” atau bahkan dikenal oleh khalayak masyarakat luas. Namun demikian, setidaknya melalui studi ini, pembaca dapat memperoleh ”gambaran baru” tentang apa itu al-Quran. Dan, apa makna lembaran kertas yang tertulis, yang disebut al-Quran itu, bagi kehidupan manusia.
Pengantar Psikologi Al-Quran
21
BAB II
DASAR TEORI PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MANUSIA alam khasanah perkembangan ilmu pengetahuan moderen, manusia telah menjadi ”obyek” studi yang semakin menarik. Berbagai sub-disiplin ilmu sosial dan humanika telah muncul lengkap dengan spesialisasinya. Memasuki abad ke-20 ini, antropologi, psikologi, sosiologi, sejarah dan berbagai ilmu sosial-kemanusian lainnya telah lahir sebagai disiplin ilmu yang ”mandiri”. Dengan kerangka metodologinya yang semakin empiris-positivistik, ilmu terseut melepaskan diri dari induk pengetahuannya, yakni filsafat sosial (manusia). Tetapi, pernahkan manusia selesai dipelajari? Ternyata tidak. Manusia tidak selesai dan tidak akan pernah selesai dipelajari dengan pendekatan ilmu apapun. Bahkan ilmu tentang manusia kini justru berkembang semakin ”involutif” dengan kecenderungan spesialisasinya. Filsafat manusia misalnya, telah tumbuh dan berkembang dengan munculnya berbagai aliran (madzhab), bersamaan dengan perjalanan waktu. Bahkan semakin ”mendalam” manusia diteropong melalui berbagai aliran filsafat, semakin tampak tampaklah absurditasnya. Demikian juga, semakin jauh manusia dipahami dan ”dipereteli” dengan metodologi sain sosial moderen, yang berkecenderungan posivitas, semakin banyaklah dimensi manusia yang hilang dari perspektifnya. Paradigma positivisme-empiristik dalam metodologi sains sosial moderen, kini telah sampai pada puncak ’materialisme-sejati’, yang 22
Pengantar Psikologi Al-Quran
menempatkan manusia sepadan dengan benda materiil (kosmik) atau bagian dari alam semesta (natural). Pernyataan ini bukanlah refleksi dari sikap yang pesimistis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Melainkan hanya semacam ungkapan ”iri” terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang justru muncul dan dikuasai di Barat. Sementara, kita sendiri hanya berperan sebagai konsumen atau sebagai bangsa yang selalu mengkonsumsi produk Barat. Perkembangan ilmu pengetahuan, bagaimanapun bentuk dan arah nya tetap menjadi bagian dari ”sunnatullah”. Sejarah umat manusia terus berjalan, dan perkembangan cara berpikir manusia beserta hasil olah-pikirnya, tidaklah dapat dibendung. Ia merupakan bagian dari ”hukum kausalitas” abadi. Karena itu, naif jika seseorang mencoba menentang hukum sejarah atau mengecam perkembangan ilmu pengetahuan. Bukankah manusia secara eksistensial itu ”Tuhan” di atas bumi. Karena itulah, maka ia pun ”bebas” untuk beruat apa saja, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan semestawi. Manusia memiliki kebebasan ”mutlak” untuk mengeksploitasi dan mengolah alam semesta dalam rangka tujuan pemenuhan hajat hidupnya, bahkan manusia pun bebas untuk mengeksploitasi sesama, kalau memang mampu dan perlu. Hasil perbuatan ”bebas” manusia itulah yang mendorong dan menciptakan perubahan dalam sejarah dan peradaban. Ilmu pengetahuan bagian terkecil dari peradaban manusia. Hasil rekayasa manusia ”jenius” yang memiliki kehausan intelektual untuk mengetahui banyak tentang berbagai persoalan. Memang hanya manusia, satu-satunya makhluk yang selalu ”gelisah”, ingin mengerti siapa dirinya dan bagaimana alam semesta sekelilingnya, termasuk manusia. Pergulatan pemikiran manusia dalam memahami bentuk ”rasionalitas” alam semesta, telah melahir kan berbagai disiplin ilmu fisika-kimiawi. Rasionalitas dan logika alam semesta itulah yang tampak dalam berbagai aksiomatika, teori dan berbagai rumus fisika-kimiawi. Rumus dan perhitungan teori tentang alam fisika-kimiawi terus berkembang dan selalu berubah mencapai titik ”kesempurnaan”. Ini berarti bahwa rasionalitas alam semesta ini suatu horison kebenaran yang amat luas. Demikian juga,
pergulatan filsafat sosial dan ilmu humanika telah melahirkan berbagai aliran, teori dan paradigma. Dalam konteks ini, kita akan mencoba memahami manusia dengan cara pandang yang ”baru”, yaitu manusia dalam perspektif kitab al-Quran. Pemahaman ini bukan dimaksudkan untuk melakukan ”kritik” terhadap ilmu sosial (manusia) yang datang dari Barat. Dan, juga bukan sebagai pernyataan apologis, yang secara a-priori menganggap segala sesuatu telah tercantum dalam kitab al-Quran. Untuk tetap bersikap konsisten dengan metodologi dan asumsi dasar dalam studi ini, ilmu sosial Barat tetap dipandang sebagai ilmu al-Quran. Dengan demikian, kitab al-Quran bukan satu-satunya kerangka acuan yang ”harus” dipakai untuk memahami realitas dan kompleksitas keberadaan manusia. Sebab, untuk mempelajari alam semesta dan manusia, orang tidak harus membuka kitab alQuran, berpacu dengan ayat dan sandi. Ini sama artinya bahwa orang dapat mempelajari ” al-Quran” langsung pada sumbernya, yaitu realitas obyektif manusia dan alam semesta, serta kehidupan itu sendiri. Dengan memasuki sebuah lingkungan akademis dan bergulir dengan teori Barat tentang manusia, seseorang telah sah dikatakan atau dianggap sebagai mempelajari ” al-Quran”. Dengan memasuki sebuah laboratorium, dan bergulat dengan eksperimen melalui rumus biologi dan fisika-kimia, seseorang telah sah untuk dianggap sebagai memahami ” al-Quran”. Tak ada prasyarat apapun bagi setiaporang untuk dapat dijuluki sebagai ”Ulil-Albab” atau ahli ilmu al-Quran. Dengan demikian, maka semua ilmuwan adalah ulama. Dan setiap intelektual, apapun pengakuan ”agama fomulanya”, UlilAlbab. Konsep al-Insaan (surat ke-76), dan an-Naas (surat ke-114) dalam kitab al-Quran, jelas melampaui batas keagamaan dan kepercayaan formal setiap manusia. Sebab mustahil kitab al-Quran itu berisi konsep diskriminatif. Karena itulah, maka melalui studi ini akan dikembangkan sebuah “paradigma” atau teori tentang kesamaan dan perbedaan manusia. Sebab, saat ini diperlukan suatu teori
Pengantar Psikologi Al-Quran
24
23
Pengantar Psikologi Al-Quran
atau penjelasan tentang kata ”Islam”, sebagai konsep yang mengacu pada universalitas manusia dan alam. Perbedaan Manusia Istilah perbedaan manusia di sini, bukanlah suatu fenomena ketidak-samaan yang diskriminatif, yang bersifat evaluatif sehingga memandang lebih (positif) terhadap yang satu, dan memandang kurang (negatif) terhadap yang lain. Manusia sama dan satu, tetapi ia berada dalam kenampakan yang berbeda-beda, baik secara psikis maupun fisis. Secara fisis dan kultural, manusia menampakkan ciri yang berbeda-beda. Antropolgi salah satu disiplin yang paling dini dalam menangkap perbedaan ini. Perbedaan kenampakan fisis manusia pertama-tama dapat dilihat pada warna kulit, sebagaimana tercermin dalam perbedaan ras. Dalam salah satu teorinya, antroplogi membagi empat (4) besar ras manusia yang ada di dunia, yaitu Kaukasid (bangsa kulit putih Eropa), Mongoloid (rumpun bangsa Asia Timur dan Tenggara), Negroid (bangsa kulit hitam negro) dan AustralMelanesoid (bangsa selatan kulit sawo-matang). Dalam setiap ras besar, terdapat sub-ras yang menampakkan ciriciri spesifik, semisal bentuk kepala, pelupuk mata dan gelombang rambut. Di bawah sub-ras, terdapat juga variasi kenampakan manusia, terutama yang berkaitan dengan asal-usul keturunan dan sejarah yang umumnyadisebut sebagai etnik atau suku bangsa. Manusia terbagi ke dalam berbagai suku bangsa, yang hampir tak terhitung jumlahnya. Dari segi sosiologis dan ekonomi-politik, manusia menampakkan kondisi kuantitatif yang berbeda, meskipun perbedaan ini tidak subs –tansial sifatnya. Namun, perbedaan kondisi kuantitatif, yang nampak dalam perbedaan asset penguasaan sumber produksi dan ekonomi dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis. Misalnya, dengan kehidupannya yang miskin secara materiil, seseorang jadi tidak mampu menyalurkan potensi dan bakatnya secara optimal, sehingga kemudian ia menjadi manusia yang cenderung minder dan ”infePengantar Psikologi Al-Quran
25
rior” berhadapan dengan orang lain. Dari segi akses penguasaan sumber materiil, manusia tampak berbeda antara yang miskin dan yang kaya. Dari segi kapasitas intelektual, meskipun ini lebih merupakan produk dari kemampuan struktur masyarakat dan sejarahnya, secara individual manusia juga menampakkan perbedaannya. Sekelompok orang mampu mengangkat dirinya atau menyalurkan dirinya sebagai pemikir yang produktif dan mampu mengekspresikan buah pikirannya ke dalam berbagai karya. Tetapi, sekelompok lain justru benar-benar ”miskin” informasi, sehingga sama sekali tidak memiliki referensi dan tidak mampu mengekspresikan kemampuan intelektualnya ke dalam karya-karya kreatif. Dari segi kebudayaan dan kepercayaan religius, manusia juga menampakkan perbedaan. Sosilogi dan antropologi juga telah berhasil membedakan variasi (perbedaan) kenampakkan peradaban manusia yang muncul di permukaan bumi ini. Misalnya manusia hidup dalam lingkaran ”kosmis peradaban” yang berbeda-beda, ada agama-agama besar yang muncul sebelum Masehi. Setiap ”agama dan peradaban”, telah memberikan suplemen hidup bagi manusia pemeluknya. Manusia selalu hidup dalam lingkaran kosmis, yang disebut sebagai ”agama” atau ”peradaban”, dan merasa aman di dalamnya. Dengan demikian, tak ada seorang manusia yang hidup tanpa ”agama”, meskipun dunia moderen telah memunculkan sebuah ”agama” baru, yang disebut dengan ”humanisme”. Setiap lingkaran kosmis kebudayaan dan agama, mencerminkan sesuatu bentuk ”syariat” bagi pemeluknya. Penjumlahan dari semua ”lingkaran kosmis” manusia dalam hidupnya dari sejak jaman kuno, sebelum dan setelah Masehi, itulah yang dalam konteks ini hendak disebut dengan satu kata :”Islam”. Dengan demikian, apa yang disebut sebagai ”syariat-Islam” itu fenomena universal, yaitu fenomena manusia dan berbagai lingkaran kosmis agama dan peradabannya. Semua perbedaan di atas mengacu pada aspek fisis dan sosiologis (kultural), yaitu bagaimana manusia menampakkan diri dalam perbedaan warna kulit, ekspresi tingkah laku, kepemilikan sumber 26
Pengantar Psikologi Al-Quran
materiil, dalam konteks lingkaran kosmis yang disebut sebagai ”agama” atau ”kebudayaan”, termasuk di dalamnya kondisi ekonomi. Persoalan kemudian, apakah ada perbedaan mendasar yang ada pada individu setiap manusia, terutama di tingkat psikis atau aspek kejiwaan. Ternyata ada. Psikologi merupakan disiplin yang telah lama bergulat dengan perbedaan aspek kejiwaan dan kondisi ”dalam” setiap manusia. Dalam perspektif psikologis, kondisi ”dalam” atau kejiwaan manusia tidak lain merupakan ”produk” dari sejarah hidup atau perjalanan individual setiap orang sejak kecil. Meskipun manusia menampakkan kondisi dasar yang relatif sama, misalnya hasrat untuk bertahan hidup, hasrat akan kehancuran, dan segala macam pembawaan yang sifatnya instinktif, namun manusia memiliki tipe yang berbeda, yang relatif dapat dipolakan. Seorang Jung, misalnya, secara psikologis membedakan manusia ke dalam dua varianbesar, yaitu tipe ”introvert” dan tipe ”extrovert”. Tipe pertama, manusia yang cenderung tertutup atau eksklusif terhadap lingkungan (sosial) sekitar. Sedangkat tipe kedua, manusia yang cenderung terbuka dan inklusif terhadap lingkungan (sosial) sekitar. Ini suatu sinyalemen bahwa, betapapun dalam kenyataan riil manusia hidup dalam ”lingkaran kosmis” yang sama, tetapi secara individual ia memiliki perbedaan kondisi psikologis. Pernyataan ini dapat juga berarti, meskipun manusia hidup dalam lingkaran kosmis (peradaban) yang berbeda, bisa saja secara individual ia memiliki kondisi psikologis yang relatif sama, misalnya dalam kasus seorang yang introvert. Jika kedua pernyataan ini digambar maka akan tampak sebagai berikut:
Pengantar Psikologi Al-Quran
27
g
@ @@
Lingkaran Budaya (agama) A
Lingkaran kosmis Budaya (agama) B
@@@ @@@ @@@ @@@ @@@ @@@@ @@@@ @@@@
@@@ @@@ @@@ @@@ @@@ @@@@ @@@@ @@@ @@@@ @@@@ @@@@
= individu dengan kondisi psikologis ”introvert”
= individu dengan kondisi psikologis ”ekstrovert”
Dalam salah satu teori psikologi, manusia lahir dalam keadaan suci dan bersih, bagaikan selembar kertas putih yang belum tergores oleh tinta, atau semacam wadah kosong yang belum terisi. Dalam menjadi dirinya, manusia dibentuk dan dipengaruhi oleh kondisi alam dan lingkungan sosialnya. Dalam pandangan ini, manusia dianggap semata-mata sebagai produk lingkungan dan sejarah. Penjelasan teori psikologi yang ”deterministik” ini, akan sulit untuk menjelaskan fenomena perbedaan kondisi psikologis setiap manusia. Misalnya, kenapa lingkungan yang sama dapat melahirkan manusia yang berbeda-beda, baik dalam kecenderungan berperilaku maupun dalam cara berpikir dan menyelesaikan masalah. Dengan demikian, diperlukan pandangan yang tidak sepihak dalam memahami fnomena psikologis manusia, atau pandangan yang tidak mengacu pada ”determinisme” lingkungan. Namun, jika determinisme lingkungan akan ditempatkan pada satu pihak, maka di pihak lain diandaikan ada pandangan yang ”psychological determinism”. Artinya, dalam diri setiap manusia terdapat ”sesuatu” yang relatif tetap, yang merupakan pembawaan asal atau dibawa sejak dari dalam kandungan, sekaligus terdapat ”sesuatu” 28
Pengantar Psikologi Al-Quran
yang dapat berubah dan amat tergantung terhadao dunia luarnya. Sesuatu itulah yang akan disebut sebagai ”karakter dasar”. Dengan demikian, manusia lahir tidak dalam keadaan kosong sama sekali, meskipun dirinya membawa kemungkinan untuk dibentuk oleh alam dan lingkungan sosialnya. Universalitas dan Kesamaan Manusia Meskipun manusia satu sama lain menampakkan ciri yang berbeda, sebagaimana telah ditunjukkan di atas, namun semua perbedaan itu hanyalah berada pada tingkat aksidensi, dan bukan pada esensi (hakiki). Hakekat manusia adalah makhluk yang satu dan sama. Manusia adalah makhluk Tuhan yang berada dalam satu ordo yang sama. Dari segi kenampakan struktur tubuh, secara umum manusia adalah sama, sebagai makhluk yang memiliki dua tangan dan dua kaki, melahirkan dan menyusui, dua mata, kepala, serta berjalan tegak, dan tidak merangkak sebagaimana binatang berkaki empat. Secara anatomis, makhluk manusia memiliki kesamaan. Denyut jantung, struktur sel darah, jaringan urat syaraf, struktur tulang dan paru-paru (pernapasan) dan keseluruhan ”bahan baku” yang ada di dalamnya, sama. Meskipun terdapat variasi, misalnya dalam golongan darah, tetapi variasi itu tidaklah substansial, sebab secara materiil, manusia berasal dari segumpal darah (nuthfah) yang berisi zat dan unsur fisika kimiawi yang merupakan bagian dari alam semesta. Dengan demikian, manusia berasal-usul dari Tuhan Pencipta yang sama, Tuhan yang hanya satu itu, dan karenanya ia merupakan produk dari satu pabrik. Fenomena ajaran yang diikuti, dan kepercayaan agama yang dihayati setiap individu dalam kehidupannya, dimensi psikologis yang aksidental sifatnya. Seorang yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan kosmis agama (kebudayaan) Hindu, misalnya, akan lebih mungkin apabila ia kemudian menjadi seorang Hindu, dan dia akan merasa lebih aman dan tenteram ketika berada dalam Pengantar Psikologi Al-Quran
29
lingkungan kosmisnya itu. Demikian juga misalnya, seorang yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan kosmis kebudayaan Islam. Tapi, kepercayaan terhadap Tuhan dan ajarannya, tidak dengan sendirinya kemudian mempengaruhi ”karakter-dasar” yang ia bawa sejak dalam kandungan. Dengan kata lain, pengakuan formal terhadap suatu bentuk keperyaaan dan agama, tidak akan ”merubah” karakter individual setiap manusia. Ini berarti bahwa bisa saja terjadi, dua orang yang ”agama” formalnya berbeda, tetapi memiliki karakter yang relatif sama. Itulah mengapa, konsep ”manusia” (human being) sebenarnya mengacu pada universalitas dan kesamaan derajat manusia, yang melampaui batas etnis, ras, agama dan peradaban. Orang dapat saja berasumsi bahwa semua manusia sama di hadapan Tuhan. Tetapi juga dapat dikembangkan suatu asumsi, jangankan di hadapan Tuhan, di hadapan ”orang arif” manusia pun sama. Kemudia ada lagi ungkapan bahwa yang paling mulia, dan yang membedakan ”kelas” manusia di sisi Tuhan adalah ketakwaannya. Dengan kata lain, orang yang bertakwa itulah yang paling mulia di hadapan-Nya. Pernyataan ini memang bernada diskriminatif. Tetapi dapat dinetralisir, dengan asumsi bahwa semua manusia pada dasarnya telah bertakwa kepada Tuhan, karena itu semua manusia akan samasama mulianya di hadapan Tuhan. Dengan pandangan ini, maka tidak ada orang yang lebih bertanggung-jawab di hadapan Tuhan, dan tidak ada orang yang dapat ”dikambing-hitamkan” di hadapan Tuhan. Manusia samasama memiliki tanggung-jawab, baik terhadap dirinya sendiri, masyarakat maupun Tuhannya sejalan dengan kapasitasnya masingmasing. Sebab, dalam diri setiap manusia sama-sama terdapat sebuah predikat, yaitu sebagai ”wakil” Tuhan di atas bumi. Ini berarti bahwa manusia dan segala hasil macam karyanya (peradaban atau man-made), serta alam semesta, merupakan ”pengejawantahan” dari firman-Nya yang Agung. Itulah mengapa, dalam surat ke-41 (al-Fushilat) ayat 53, disebutkan bahwa ayat-ayat (firman) Tuhan itu berada di mana-mana, baik di angkasa (alam semesta) maupun dalam tubuh manusia. 30
Pengantar Psikologi Al-Quran
Penjelasan di atas akan memperjelas kedudukan ayat dalam surat al-Hujrat ayat 13:
Al-Quran tentang Persamaan dan Perbedaan Di sini mulailah kita memasuki penjelasan yang relatif ”kontroversial”. Untuk sejenak kembali pada asumsi dasar --- bahwa alQuran sebuah kitab, berisi sandi yang tertulis secara sistematik, dan mengacu pada realitas empirik manusia dan alam semesta --- maka fenomena perbedaan dan kesamaan manusia juga dapat dijelaskan melalui interpretasi simbolik susunan kitab al-Quran. Perbedaaan karakter dasar manusia, dapat dijelaskan pertamatama dengan perbedaan karakter sandi yang terkecil yaitu huruf. Huruf atau abjad Hijaiyah, yang ada dalam kitab al-Quran, masingmasing merupakan sandi tentang perbedaan individual setiap manusia. Dari abjad pertama ( ) hingga abjad ke-30 ( ), masingmasing menampakkan bentuk dan karakternya yang berbeda-beda pula, sebagaimana perbedaan karakter setiap manusia. Dengan demikian, ada 30 jenis karakter-dasar manusia, yang membedakannya satu sama lain. Kedua, perbedaan manusia dapat dijelaskan dengan perbedaan kandungan (isi) juz dalam susunan kitab al-Quran. Setiap juz adalah sandi tentang sebuah ”pribadi” yang memiliki karakter dasar tertentu. Dengan demikian, terdapat 30 jenis manusia, sebagaimana 30 macam juz dalam susunan kitab al-Quran. Dengan demikian, sesuatu yang ”tetap” dalam diri manusia, yang ada sejak dalam kandungan adalah ”juz”. Karena itu, tak ada juz yang lebih baik dari yang lain, Setiap huruf dalam al-Quran, mengacu pada padanan juz, sesuai dengan urutan abjadnya, dan mengacu pada realitas manusia tertentu secara kongkrit. Demikian misalnya, seorang yang berjuz 19 akan memiliki karakter yang berbeda dengan seorang berjuz 25, karena masing-masing memiliki kandungan surat (suratan) yang berbeda. Juz adalah cetak-tebal (blue-print) bagi setiap manusia, dan juz itulah yang membedakan seseorang dengan orang lain. Karena itu, dalam setiap juz terdapat huruf cetak-tebal yang membedakan satu juz dengan lainnya. Pengantar Psikologi Al-Quran
31
Wahai manusia, Kami ciptakan Anda (dalam perbedaan seks) laki-laki dan perempuan, dan membuatmu bersuku-suku bangsa dan berkabilah-kabilah, agar Anda dapat saling bersikap arif. Sesungguh nya yang paling mulia di antara Anda di hadapan Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tuhan maha mengetahui dan maha bijaksana. Pesan moral ayat di atas, agar setiap manusia dapat mengembangkan sikap yang arif, yang dapat menerima berbagai fenomena keaneka-ragaman manusia, tanpa bersikap diskriminatif. Perbedaan individual setiap manusia terletak pada perbedaan juznya. Secara teoritik, dua orang yang juznya sama memiliki kecenderungan dan karakter-dasar yang sama. Namun demikian, apa yang muncul dipermukaan, sebagaimana tercermin dalam kebiasaan dan cara mengekspresikan ”suratan”-nya bisa berbeda. Dan, inilah segi yang dapat ”berubah” dalam diri manusia, yang dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan sekitar. Teori ”kertas putih”, akan sangat sulit untuk menjelaskan, misalnya, kenapa dua orang anak yang lahir kembar, dibesarkan dalam satu ibu dan lingkungan keluarga, dan mendapat pelayanan lingkungan yang sama, tetapi kemudian masing-masing menampilkan karakter yang berlainan. Ini berarti bahwa ada ”sesuatu” dalam diri setiap manusia yang relatif dasariah dan tetap, yang dibawa sejak dalam kandungan. Sesuatu itulah juz, dan juz seseorang telah ada dalam diri manusia sejak dalam kandungan, bersaman dengan ditiupkannya tanda ”kehidupan”(ruh) dalam dirinya. Munculnya (pemberian) ruh dan juz pada momentum tertentu dalam diri seorang manusia di kandungan, sekitar usia janin empat bulan dua hari, bisa jadi merupakan bagian dari peristiwa kosmis, 32
Pengantar Psikologi Al-Quran
atau rangkaian peristiwa dalam kerangka ”sunnatullah”. Sebuah peristiwa yang belum sempat menjadi bahan penyelidikan ilmiah bagi umat manusia. Namun demikian, juz dalam diri setiap manusia itu kongkrit, ia merupakan sebuah cap, kodrat, atau takdir yang tak dapat ditolak, sebagaimana setiap orang tidak dapat menolak jenis kelaminnya secara normal. Juga tidak dapat menolak eksistensi dan kelahirannya sebagai manusia yang ber-etnik atau ras tertentu. Kitab al-Quran berisi suatu paradigma yang bersifat ganda. Dilihat dari struktur susunan suratnya, 114 surat gambaran tentang sifat jati diri manusia. Tetapi dilihat pada susunan juznya yang berisi 30, ia merupakan gambaran tentang perbedaan karakter dasar manusia. Ini menunjukkan bahwa betapapun manusia itu berbedabeda kondisi psikologisnya, yang tercermin dalam 30 macam perbedaan karakter individual setiap manusia, tetapi manusia pada dasarnya sama, yaitu suatu makhluk yang di dalamnya terdapat terdapat 114 unsur-unsur, baik rohaniah maupun jasmaniah. Dilihat dari strukturnya, susunan al-Quran terdiri atas 114 surat. Surat ke-114 ialah an-Naas (Manusia). Karena itu, 114 angka eksistensi manusia. Angka 114, jika dimampatkan (1 + 1 + 4), akan sama dengan angka 6. Dan surat an-Naas, juga terdiri atas 6 ayat. Surat ke-76 adalah al-Insan (manusia). Angka 76, dimampatkan menjadi 13. Angka 13 adalah mengacu pada titik anatomis atau sub-struktur tubuh manusia fisis. Secara teoritik, manusia terdiri atas 30 macam, sebagaimana terdapat 30 juz dalam al-Quran. Tetapi kenapa surat al-Insan terdiri atas 31 ayat. Angka 31 sama dengan 30 + 1. Ini berarti bahwa meskipun manusia dibedakan ke dalam 30 macam jenis, tetapi ia tetap satu dan sama. Sebagaimana 30 juz sendiri rangkaian dari 114 surat, yang secara keseluruhan mencerminkan satu kepribadian manusia. Di sinilah konsep al-Quran tentang persamaan esensial dan eksistensial manusia. Sebuah konsep yang diberikan oleh Nabi Muhammad. Seorang Muhammad, di samping sebagai Nabi, juga manusia biasa, yang pernah hidup pada abad ke-6 Masehi. Sebagai manusia, ia telah meninggal. Tetapi, ia telah mewariskan sandi tertulis yang terdapat dalam sebuah kitab, yang dikenal dengan al-
Quran. Dan di dalam kitab tersebut terdapat salah satu surat, yang juga bernama Muhammad (surat ke-47). Bukankah secara esensial, yang disebut Muhammad manusia itu sendiri, sejak awal mula kemunculannya hingga sekarang ini. Dengan kata lain, Muhammad itu al-Quran itu sendiri, dan al-Quran secara esensial ialah manusia dan alam semesta. Dengan demikian, dapat dipahami jika kaum sufi kemudian merindukan nurMuhammad, yaitu sinar kehidupan itu sendiri, yang begitu luas dan abadi. Muhammad lambang kesatuan dan universalitas manusia dan alam semesta. Muhammad makhluk, yang membedakannya dengan khaliq. Karena itu, sebagai seorang nabi. Muhammad bukanlah hanya nabinya umat Islam dalam pengertian sosiologis, tetapi nabinya umat manusia. Bahkan ia sendiri rahmat alam semesta, yang berarti kehidupan dan peradaban umat manusia itu sendiri. Dengan pengertian semacam ini, maka semakin dalam dan jelas makna ”syahadat” bagi setiap manusia. Syahadat memiliki makna yang begitu luas dan dalam. Syahadat sebuah kesaksian pada diri manusia sendiri bahwa di dalam diri setiap manusia (Muhammad) terdapat misi (rasul), yaitu misi sebagai wakil Allah di atas bumi. Tak ada Tuhan kecuali Allah dan tak ada manusia kecuali umat manusia yang satu itu, yang merupakan utusan atau ”misi”-Nya di atas Bumi.
Pengantar Psikologi Al-Quran
34
33
Pengantar Psikologi Al-Quran
BAB III
KUNCI UNTUK MEMAHAMI PSIKOLOGI AL-QURAN alam bab ini, pembaca akan dipacu untuk memahami kunci yang dapat dipakai untuk membedah kedalaman keilmuan al-Quran. Setidak-tidaknya, dalam konteks ini ada beberapa kunci yang perlu dikuasai terlebih dahulu sebelum seorang memasuki apa yang disebut: ”Psikologi Utsmani” yang merupakan salah satu aspek keilmuan di balik susunan kitab al-Quran. Pertama, kenalilah bahwa setiap huruf dalam al-Quran itu memiliki posisi angka dan makna. Kedua, huruf-huruf dapat disusun ke dalam suatu struktur yang mencerminkan struktur tubuh dan jaringan anatomis manusia. Struktur abjad dapat dipakai untuk memahami kelemahan dan kelebihan anatomis (fisis) setiap orang (juz). Ketiga, setiap tanda ’ain dalam halaman al-Quran, memiliki makna simbolik yang mengacu pada titik anatomis manusia. Keempat, dari susunan anatomis atau sub-struktur tubuh manusia, yang tercermin pada susunan ’ain, dapat disusun suatu rumus yang dapat dipakai untuk mendeteksi kelemahan dan kelebihan setiap orang (juz).
telah dikatakan sebelumnya, huruf al-Quran memiliki bentuk dan karakter khusus. Perlu dikemukakan di sini bahwa al-Quran Mushaf Utsmani) yang berisi 114 surat, dengan 6236 ayat, terbagi atas 30 juz dengan 558/559 tanda ’ain, dan dituliskan dalam 484 halaman itu, menggunakan setidaknya sebanyak 45 bentuk huruf. Meskipun, orang pada umumnya hanya menganggap hanya ada 28 bentuk huruf murni yang berfungsi sebagai tanda pengenalan konsonan. Dilihat dari dasar bentukannya, ada tiga bentuk dasar dalam alfabetik Hijaiyah yang kita kenal, yaitu (a) Huruf Tunggal, (b) Huruf Kembar Tiga, (c) Huruf Kembar Dua. Apabila variasi dasar bentukan huruf digambar secara sistematik, maka akan tampak sebagai berikut: 1
Huruf tunggal
32
23
2
Huruf kembar tiga
33
24
3
Huruf kembar tiga
25
4
Huruf kembar dua
26
5
27
6
28
7
29
8
30
9
31
10 11
Struktur Abjad
12
Sebelum mengenal makna huruf dan angka dalam al-Quran, terlebih dahulu diperkenalkan huruf-huruf al-Quran yang merupakan kunci untuk memahami al-Quran selanjutnya. Sebagaimana
13
Pengantar Psikologi Al-Quran
35
14 36
Pengantar Psikologi Al-Quran
15
OTAK
16 17
12
MATA
13
MULUT
18 19 27
20
5
14
26
21
4 3
25 24
22
2 23
1 15
Masing-masing huruf di atas, memiliki padanan makna. Dan, apabila setiap huruf dan padanan makna disusun ke dalam struktur tubuh manusia, maka akan tampak gambar sebagaimana pada halaman berikut ini :
16 17
KIRI
TENGGOROKAN PARU-PARU DARAH/JANTUNG
KANAN
18
LIVER/HATI
31 32 33
Pengantar Psikologi Al-Quran
37
38
19
PERUT
28
20
6
29
21
7
30
22
8 9 10 11
Pengantar Psikologi Al-Quran
Melalui gambar tersebut, setiap orang (juz) akan dapat dilihat di mana letak kelemahannya. Setiap huruf menunjukkan juz dan setiap posisi merujuk pada bagian anatomis (sub-struktur) tubuh yang menjadi kelemahan dan atau kelebihan. Dan, angka dibawah huruf, juga menunjukkan juz yang relatif lebih dekat karakternya, di samping juz pemampatan. Makna Huruf dan Angka Sampai di sini jelaslah bahwa peranan huruf dalam al-Quran sebenarnya sangat sentral, karena itu ia merupakan kunci untuk membedah keilmuan al-Quran. Dengan demikian, mengurai kedalaman keilmuan al-Quran semestinya dimulai dari pemahaman atas makna-makna huruf yang ada di dalam al-Quran. Dengan memulai pemahaman terhadap huruf, maka kita akan dapat menjaring kedalaman keilmuan al-Quran sampai akar-akarnya. Kenapa fenomena huruf itu pentung?. Sebab, apabila dilihat dari segi susunan simbol, maka simbol huruflah yang paling dominan. Perhatikanlah, misalnya banyak fenomena simbolik yang berupa huruf, yang menyolok dalam al-Quran, yaitu : a. Terdapat nama surat yang terdiri dari satu huruf, yaitu surat ke-38 ( ) dan surat ke-50 ( ). b. Terdapat nama surat yang hanya terdiri atas dari dua huruf, yaitu surat ke-36 ( ) dan surat ke-20 ( ). c. Terdapat ayat-ayat yang terdiri atas rangkaian huruf, yang merupakan ”kata”, seperti dalam surat ke-19 ( ), surat ke-27 ( ) dan sebagainya. d. Terdapat ayat yang diawali huruf terpisah, seperti ( ) dan ( ) Pertanyaan kemudian, apakah bukan mustahil jika huruf itu sendiri merupakan sandi atau simbol dari suatu realitas obyektif tertentu yang ada di dalam semesta ini, baik itu benda, unsur fisikaPengantar Psikologi Al-Quran
39
kimiawi, ataupun tatanan kosmos lainnya. Jika setiap huruf memiliki makna simbolik, lantas bagaimana makna itu dapat ditemukan. Pemaknaan abjad atau huruf, pertama-tama dilakukan melalui pendekatan mistik. Artinya, makna setiap huruf dalam al-Quran itu ”ditemukan” melalui semacam ”pengalaman batin”. Pada tahap awal, bisa jadi setiap makna hanya bersifat hipotetis. Tetapi kemudian, setelah penemuan yang diperoleh melalui jalan mistik, intuitif dan inspiratif itu diuji-cobakan ke dalam realitas obyektif selama bertahun-tahun, khususnya terhadap manusia, hasilnya menunjukkan semacam kepastian. Dengan kata lain, apabila makna-makna yang telah ditemukan itu itu dideduksikan ke dalam realitas empirik, maka akan jelas bahwa makna-makna tersebut memiliki dasar obyektifitas. Berikut ini adalah daftar uruf-huruf al-Quran atau alfabetik Hijaiyah beserta padanan angka, dan makna simbolik di baliknya. Inilah kunci pokok untuk memahami makna simbolik di balik susunan al-Quran. Setiap huruf memiliki makna simbolik dan setiap huruf juga merupakan sandi dari sebuah juz. Demikian misalnya huruf ( ) huruf ke-13, dan merupakan sandi dari juz 13. Secara simbolik, huruf tersebut bermakna kaki atau pendirian. Dengan demikian, dapat ”dipastikan” nanti bahwa seorang juz 13 memiliki kelemahan fisis yang bersifat laten pada bagian kakinya. Demikian seterusnya, bahwa setiap huruf menggambarkan titik anatomis/psikis setiap orang, sekaligus menggambarkan kelemahan atau kelebihan orang itu. Perhatikan daftar makna huruf pada daftar berikut:
40
Pengantar Psikologi Al-Quran
Ang -ka
Padanan Huruf (abjad)
Makna simbolik (aspek obyektif)
22
Target / Tujuan
Otak / Pribadi
23
Manusia / Tubuh
2
Mata
24
Mata Rantai / Kaitan
3
THT, termasuk mulut
25
Lingkungan
4
Tulang atau Rangka
26
Modal / Potensi / Waktu
5
Tangan / Penanganan
27
6
Sendi/Syaraf/Hukum/Kausalitas
28
7
Paru-paru / Udara
8
Darah / Jantung
29
Usaha Pembentukan Manusia Manajemen/Pemberian Ruh dan Juz Gejolak / Strategi
9
Hati Nurani
30
Inti / Sifat / Kandungan
10
Perut/Pencernaan/Getaran
11
Tali rasa/Perasaan/Pusar
12
Ambisi/Motivasi/Alat Vital
13
15
Kaki /Pendirian Rencana/Langkah Awal/Perhitungan Langkah Nyata
16
Intisari / Inti / Dasar
17
Estimasi
18
Pertimbangan / Kesehatan Masalah / Pemusatan masalah / Pemecahan Batas Pandang Manusia / Aturan Main Kepala / Pemikiran Ulang
1
14
19 20 21 Pengantar Psikologi Al-Quran
Sampai di sini, jelaslah bahwa bukan hanya ayat (susunan huruf yang menjadi kata) yang memiliki makna dan arti simbolik, akan tetapi huruf al-Quran pun memiliki makna dan arti. Pembuktian makna-makna huruf tersebut di atas harus dilakukan dengan cara mendedukasikan asumsi-asumsi dasar ke dalam dunia empiriknya, yaitu manusia. Struktur dan Tanda ’Ain Dalam Mushaf Utsmani, di kanan kiri halaman al-Quran terdapat huruf atau tanda ’ain, yang disertai angka-angka di dalamnya. Apa sebenarnya tanda ’ain dalam al-Quran itu? Pada dasarnya, tanda ’ain hanyalah semacam catatan-kaki, yang dipakai untuk mengisyaratkan adanya posisi atau titik penting dalam susunan ayat dalam halaman al-Quran. Namun pada umumnya, tanda ’ain ini dianggap sebagai tanda berhenti membaca atau ruku’. Dalam pengertian awam, ada suatu pesan ”Berhentilah” membaca pada ruku’ tertentu. Meskipun, apa yang dimaksud denganberhenti tidak pernah jelas: berenti untuk apa; untuk istirahat atau untuk mengamati bahwa ada sesuatu yang penting dan perlu diperhatikan
41
42
Pengantar Psikologi Al-Quran
pada posisi tanda berhenti itu. Itulah kelatahan yang tidak mengerti dasar keilmuannya. Tanda ’ain, abjad ke-18. Angka ini nampaknya memiliki hubungan simbolik dengan baris pada halaman al-Quran Mushaf Utsmani, yang jumlahnya juga 18. Itulah mengapa, tanda ”berhenti” membaca atau (ruku’) menggunakan huruf (abjad) ke-18 ( ), bukan huruf lainnya. Huruf ( ) , apabila dibunyikan akan menjadi ( ) yang berarti mata. Dengan demikian, kenapa pada posisi ayat tertentu, kita mesti dianjurkan untuk mengamati dengan mata, dan bila perlu berhenti sejenak, untuk memperhatikan pada ’ain berapa dan bagian yang menunjukkan apa, pembacaan al-Quran itu dilakukan. Hasil riset yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa tanda ’ain merupakan suatu simbol yang mencerminkan titik anatomis dan sekaligus kondisi batin manusia. Mushaf Utsmani memberikan gambaran, dan sekaligus rumus tentang struktur tubuh manusia, dan titik anatomis pada setiap orang (juz). Angka pada tanda ’ain itulah yang menunjukkan titik penting dalam tubuh manusia. Setiap orang (juz) pada dasarnya memiliki kelemahan fisis yang berbeda, dan perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan menganalisa simbol-simbol ’ain yang ada pada juznya. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang struktur simbolik ’ain dalam mushaf al-Quran, dapat dipakai untuk menjelaskan titik anatomis atau substruktur tubuh setiap orang. Jumlah tanda ’ain dalam setiap juz berbeda-beda, tetapi yang paling sedikit adalah 14 (Juz 14 dan Juz 6). Sedangkan tanda ’ain yang paling lengkap terdapat pada juz 30, sebanyak 39 ’ain. Dari tanda ’ain yang paling lengkap, dapat disusun menjadi suatu bentuk gambar yang mencerminkan filsafat manusia. Dari hasil rekayasa intelektual yang telah dilakukan, tentu saja melalui suatu ”proses kreatif” yang amat panjang, telah dapat disusun suatu skema yang berbentuk salib terbalik. Kenapa gambar salib terbalik?. Secara filosofis, karena semua bentuk keilmuan para Nabi dan Rasul kini telah terbenam. Misalnya , keilmuan hidrologi dari Nabi Yuunus, keilmuan agronomi dari
Nabi Yuusuf, keilmuan geologi dari Nabi Huud, keilmuan dari Nabi Isa, semuanya telah lenyap dimakan sejarah. Ketika pada jaman para nabi, semua keilmuan dapat langsung ditanyakan kepada Nabi bersangkutan. Tetapi pada saat ini, orang harus menggali dahulu, baru menemukan ilmu. Berikut ini adalah gambar salib yang mencerminkan filsafat manusia dalam versi Utsmani:
Pengantar Psikologi Al-Quran
44
43
Pengantar Psikologi Al-Quran
Pada sayap ke atas gambar salib, digambarkan bahwa manusia masa kini secara eksistensial (fisis) terdiri atas 13 titik anatomis. Pada sayap atau tangkai inilah posisi Isa disalib dengan telanjang, hingga hampir seluruh bagian tubuh kelihatan. Di sinilah kita dapat memahami titik anatomis atau sub-struktur tubuh manusia. Dalam sandi kultural, dapat dilihat penyaliban ”Isa” menampakkan titik anatomisnya, sehingga secara jelas ”Isa” sering digambarkan sebagai ahli anatomi dan penyembuhan penyakit. Pemahaman atas titik tersebut, dapat dipakai untuk mendeteksi kelemahan dan kelebihan setiap orang (juz). Manusia fisik terdiri atas 13 titik. Angka 13 inilah angka eksistensi dan misteri manusia. Sandi-sandi yang mencerminkan angka 13 misteri manusia banyak sekali. Dapat disebutkan antara lain.
STRUKTUR ’AIN 2 1 3 4 7 8 6 9 11 10 12 5 13
31
30
29
28
27
26
25
24
14
23
15
16
17
18
19
20
32 33 34
21
22
1. Surat ke-76 al-Insan, yang artinya Manusia. Angka 76 apabila dimampatkan akan menjadi 13. 2. Angka 13 sering dianggap angka sial. 3. Huruf ( ) sampai dengan ( ), jumlah titiknya adalah 13. 4. Halaman terakhir pada juz 13 (halaman 16 juz 13) jumlah ayatnya 13. 5. Surat ke-1 (al-Fatihah) hingga surat ke-13 (ar-Ra’du) jumlah ayatnya 1750, sama dengan 13 (dimampatkan). 6. Pada saat tahalul (ibadah haji) dilakukan pemotongan 3 helai rambut dan 10 kuku jari. Ini berarti bahwa dari ujung rambut hingga ujung kuku terdapat 13 titik. 7. Masih banyak sandi lain yang mencerminkan 13 jumlah titik dalam tubuh manusia.
35
Oleh karena manusia terdiri atas 13 titik anatomi, maka jumlah tanda ’ain dalam juz (juz sebagai gambar jati diri manusia) paling sedikit adalah 13, yaitu pada juz 4 dan juz 6. Ini menggambarkan bahwa eksistensi manusia setidaknya terdiri atas 13 titik anatomis (fisis), plus titik ke-14-nya, yaitu kejiwaan atau rencana hidupnya.
36 37 38 39
Pengantar Psikologi Al-Quran
45
46
Pengantar Psikologi Al-Quran
Tidak ada manusia yang hanya berujud fisis, melainkan dalam diri manusia terdapat aspek kejiwaan. Pada sayap kanan gambar salib, terdapat sandi tentang masa depan manusia. Dari abjad ke-14 ( ) hingga abjad ke-22 ( ) tergambar di dalamnya masa depan manusia. Dalam realitas dan pengalaman hidup sehari-hari, manusia selalu berurusan dengan problema perencanaan dan perhitungan ( ), langkah nyata atau praktis ( ), pemahaman dasar atau esensi ( ), estimasi atau prakiraan ( ), pertimbangan dan problema kesehatan ( ), pemusatan dan pemecahan masalah ( ), keterbatasan, aturan main dan kemujudan ( ), analisis dan pemikiran ulang ( ). Keseluruhan problematik tersebut bukanlah merupakan gradasi dan tahapan, tetapi lebih merupakan satu kesatuan yang inheren dalam aktualitas kedirian, dan dalam kerangka mencapai tujuan atau target ( ). Pada sayap kanan Salib, tergambar bagaimana masa depan manusia, suatu perspektif mengenai usaha dan jangkauan manusia dalam hidup keseharian. Dalam jangkaunnya ke depan, manusia selalu berhadapan dengan berbagai problema, yaitu : 1. Perencanaan dan perhitungan tentang langkah ( ) 2. Aktualisasi diri dan atau realisasi rencana dalam suatu bentuk tindakan atau langkah nyata ( ). 3. Mengenali inti dasar dan esensi permasalahan ( ) 4. Prakiraan dan estimasi ( ) 5. Pertimbangan dan atau problema kesehatan ( ) 6. Pemusatan dan pemecahan masalah ( ) 7. Batas pandang, aturan main ataupun kejumudan ( ) 8. Pemikiran dan analisis ulang ( ) 9. Target ( ) Baik titik ke-31 ( ) maupun titik ke-22 ( ) sama-sama berada di luar kemampuan manusia untuk dapat menjangkaunya secara optimal, Target itu sendiri selalu berada antara ada dan tiada, sebab
ia hanyalah merupakan terminal kecil dalam hidup ini. Surat ke-31 adalah Luqman, lambang kearifan seseorang, dan kearifan itu sendiri bukanlah sesuatu yang final, tetapi selalu berada dalam intensitas, dan lebih merupakan suatu proses pencapaian. Surat ke-22 alHajj, dan haji sendiri oleh kebanyakan orang sering dianggap sebagai target kesempurnaan, yang mestinya hanyalah suatu terminal. Pada sayap kiri salib terdapat 9 titik, yang merupakan gambaran tentang masa lampau manusia. Masa lampau, berawal dari faktor-X ( ) atau ketiadaan yang harus dicerna begitu saja. Proses perjalanan janin juga berawal dari inti (nuthfah) dalam kandungan yang berproses hingga titik ke-23, yaitu manusia (kelahiran). Apabila masa lampau manusia dipahami dalam konteks asal-usul eksistensinya, maka manusia berawal dari suatu ”ketiadaan”. Huruf ke-31 ( ) sandi dari faktor-X, yang merupakan asal-usul eksistensi manusia. Kemudian, pada suatu tahapan waktu tertentu manusia berada pada tahapan inti (nutfah) atau ”sifat” dalam kandungan sperma ( ). Kemudian, inti dan kandungan sperma menjadi segumpal darah yang mengalami gejolak ( ). Kemudian datanglah suatu momentum tertiupnya ruh dan juz, sehingga terjadi manajemen dalam dirinya ( ). Setelah itu maka terjadilah ”usaha” pembentukan dan penyempurnaan ( ), yang telah berada dalam dimensi potensi, energi dan waktu ( ). Dan pada saat itu pula janin telah menjadi bagian dari lingkungan ”humanis”, minimal dengan ibunya ( ), sekaligus ia sudah menjadi bagian dari kaitan peristiwa atau mata rantai dari struktur kosmik ini ( ). Kemudian, terjadilah kelahiran manusia utuh atau bayi ( ), yang secara eksistensial terdiri atas titik anatomis. Apabila masa lampau dipahami sebagai dimensi yang melatarbelakangi kondisi ”kekinian” manusia maka ia bukan bentuk gradasi (tahapan), melainkan lebih merupakan proses historik atau penjumlahan dari berbagai dimensi dan kondisi ”kosmik” yang menyelimuti hidup manusia. Ini berarti bahwa manusia dalam hidupnya selalu bergumul dengan berbagai problema, yaitu :
Pengantar Psikologi Al-Quran
48
47
Pengantar Psikologi Al-Quran
39. 1. Faktor X ( ) yang biasanya hanya diambil hikmahnya. 2. Pemahaman atas inti dan sifat atau kandungan unsur dalam kehidupan ini ( ). 3. Strategi dan gejolak hidup ( ) baik dalam konteks pemecahan masalah maupun dalam proses pencarian kebenaran. 4. Manajemen dan pengaturan diri ( ) 5. Usaha dan penyempurnaan ( ) 6. Potensi diri, baik waktu maupun modal ( ) 7. Lingkungan sosial di mana ia berada ( ) 8. Berbagai peristiwa yang saling terkait ( ) 9. Kondisi tubuh dan fisis yang labil ( ) Pada sayap bawah salib, terdapat 8 titik, yaitu ’ain ke-32 sampai ’ain ke-39, Ini menggambarkan keilmuan yang dapat dicapai oleh manusia. Titik-titik tersebut juga bukan merupakan suatu gradasi, tetapi lebih merupakan rangkaian atau ”hukum” berpikir manusia dalam upaya memahami dan mencari penjelasan atas diri dan alam sekitarnya, dan dalam usaha teknis-strategis pendayagunaan alam serta pemecahan masalah yang dihadapi, tetap berkisar pada problema berikut: 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Pembentukan/penempatan diri pada posisi tepat guna (pragmatisme) Penggarisan jalur urutan prioritas masalah yang dihadapi (klasifikasi dan katagorisasi) Kebijakan dalam pengambilan keputusan atau langkah yang diambil Pengenalan lingkungan secara lebih mendalam Pembilahan dengan memberlakukan sistem kausal (sebab dan akibat) yang terjadi pada masa itu Analisis lanjutan dan penerapan hasil analisis Penyusunan analisis dan rencana dengan segala kemungkinan pengembangannya
Pengantar Psikologi Al-Quran
49
Pusat dan minat yang terjangkau oleh alam fikir, sesuai dengan rumus yang berlaku pada saat itu.
Dari titik (’ain) ke-32 hingga titik (’ain) ke-39, merupakan gambaran mengenai proses dialektis antara dunia luar, atau lingkungan semestawi dan manusia, dengan kondisi intelektual dan batin individual manusia. Ini berarti bahwa proses intelektual manusia dalam rangka mencari kebenaran ”sejati”, pemaknaan, pemahaman dan penjelasan mengenai siapa diriya, kondisi lingkungan dan alam semesta selalu berada pada kerangka 8 titik, yang merupakan sandi dari horison keilmuan al-Quran itu sendiri. Dengan perkataan lain, proses dialektis antara ide dan realitas yang telah melahirkan berbagai macam ilmu dan pemikiran filosofis apapun, tidak pernah lepas dari al-Quran itu sendiri. Dengan demikian, semua ilmu-ilmu al-Quran dan hasil olah pikir umat manusia dalam bentuk pemikiran apapun, selalu memiliki dimensi ”kebenaran” kontekstualitas. Oleh karena itu, setiap ilmu berhak dan sah untuk hidup dan berkembang sebagai suatu alternatif bagi manusia, Oleh karena alam semesta, manusia dan realitas budayanya fenomena tungga, yang secara esensial merupakan representasi realitas obyektif–empirik al-Quran maka tak ada fenomena obyektif –empirik lain selain fenomena Qurani. Bukankah al-Quran itu sendiri hanyalah tulisan, atau sandi tertulis, yang dimensi obyektifnya adalah kehidupan manusia dan alam semesta ini. Inilah suatu bentuk kearifan intelektual. Dengan pemahaman semacam ini maka kita akan terbebaskan dari sikap ”religiosentrik”, yang memandang bahwa ”agama” kitalah yang paling benar. Apabila al-Quran merupakan ”world-view” Islam, maka pengertian Islam pun tidak dapat direduksi menjadi gejala sosiologis. Islam juga bukan merupakan fenomena kultural sekelompok orang yang secara eksklusif mengaku dirinya ”beragama” Islam. Akan tetapi, Islam adalah kehidupan manusia di atas dunia ini dan juga alam semesta, sebagaimana Kitab al-Quran merupakan gambaran kehidupan manusia dan alam semesta. 50
Pengantar Psikologi Al-Quran
Kehidupan itu fenomena kompleks, penjumlahan dari berbagai dimensi unsur dan sifat, baik yang ”negatif” maupun ”positif”, konstruktif maupun destruktif, humanis ataupun dehumanis, moralis dan demoralis, spiritualis dan hedonis, dan masih banyak lagi. Hakekat kehidupan manusia ”kebebasan” untuk memilih berbagai pilihan, dengan resiko untuk dirinya bukan untuk Tuhannya. Berbuat baik (moralis) pun dilakukan dalam konteks kebebasan untuk memilih, yang hasil kebaikannya pun akan kembali pada dirinya sendiri, bukan pada Tuhannya. Dengan demikian, fenomena Qurani dan Islam bukanlah yang baik-baik saja, tetapi keduanya. Di sinilah dimensi antroposentrik sandi dalam al-Quran. Aspek Pragmatik Bacaan Juz Terlepas apakah kita percaya atau tidak terhadap ”penyaliban” seorang Isa, tetapi gambar salib telah menjadi fenomena peradaban manusia yang tidak dapat ditolak adanya. Gambar salib bahkan telah menjadi bagian dari peradaban manusia yang begitu besar dan universal. Oleh karena al-Quran juga potret atau cermin kehidupan dan peradaban manusia, maka penguasaan keilmuan al-Quran dengan sendirinya tidak akan menolak dan menaifkan seluruh eksistensi budaya manusia, apapun bentuknya. Apabila kita percaya pada proposisi bahwa al-Quran merupakan penyempurnaan dari kitab-kitab yang turun sebelumnya, maka kita ditantang untuk menemukan di mana aspek Injil, Taurat dan Zabur di dalam al-Quran. Secara teoritik hal itu dapat dibuktikan adanya. Oleh karena itulah, dalam hubungan ini ada asumsi kuat bahwa aspek ke-Injilan al-Quran terletak pada susunan tanda ’ain yang apabila disusun, akan menjadi gambaran mengenai struktur anatomis dan tubuh manusia. Di samping menggambarkan segi-segi filsafat manusia, tanda ’ain memang dipakai dan dipahami dalam konteks membaca alQuran. Artinya, pada saat kita membaca satu halaman penuh alQuran dimana terdapat tanda ’ain tertentu, maka dengan sendirinya Pengantar Psikologi Al-Quran
51
kita telah mengakomodasi titik tertentu dalam tubuh kita. Misalnya, ketika seseorang membaca juznya, jika pada saat itu ia membaca halaman pertama juz dimana terdapat tanda ’ain 1, secara ”spiritual” dan energetik ia telah mengakomodasi bagian otaknya. Demikian seterusnya, membaca halaman ’ain ke-2 berarti mengakomodasi bagian mata. Di sinilah, aspek pragmatik membaca juz bahwa membaca alQuran berarti memberikan akomodasi pada titik tubuh kita. Jelas di sini, membaca al-Quran berarti menghidupkan dan mengaktifkan struktur dan jaringan sel-sel darah dalam tubuh kita sehingga terjadi lah pembenahan secara konstruktif dalam tubuh. Di sinilah pentingnya kita membaca al-Quran secara ”tepat”, karena membaca al-Quran berpengaruh langsung baik pada aspek psikologi juga pada tubuh. Dengan demikian tidaklah tepat apabila kita hanya membaca surat tertentu saja secara berulangkali, tanpa membaca surat yang lain. Mengingat susunan al-Quran merupakan suatu sistem, maka betapa pentingnya kita mengenal sistem bacanya. Mestinya, al-Quran haruslah dibaca secara keseluruhan, tanpa memilih surat tertentu. Atau paling tidak al-Quran dibaca dalam rangkaian sub-sistemnya, yaitu per juz. Skema Sistem Sebelas (11) Titik keseimbangan dalam diri manusia adalah titik ke-11, yaitu perasaan atau tali rasa. Apabila manajemen perasaan seorang terganggu, maka akan terjadilah peningkatan beban atau sakit pada kelemahan orang itu. Sedangkan kelemahan seseorang dapat dideteksi dengan sistem 11. Apabila tangkai salib ke atas dibesarkan, maka akan tampak sebagai berikut:
52
Pengantar Psikologi Al-Quran
2
Mata
1
Otak
3
THT
4
Tulang/Rangka
7
Paru-paru
8
Darah/Jantung
6
Syaraf/Sendi
9
Nurani/Liver
11
Tali rasa/perasaan
10
Perut/Pencernaan
12
Ambisi/Alat Vital
5
Tangan/Penanganan
13
Kaki/Pendirian
BAB IV
KARAKTER JUZ Mengenal Psikologi Utsmani
Dengan bagan ini maka kita dapat mendeteksi kelemahan atau kelebihan seseorang.Misalnya, seorang juz 28, memiliki kelemahan atau kelebihan pada perut atau kepala. Demikian misalnya juz 19, juz 1 atau juz 10. Dalam hal ini, rumus pemampatan harus selalu dipakai untuk memahami angka.
Pengantar Psikologi Al-Quran
53
ab ini akan berisi penjelasan mengenai karakter juz, dari juz 1 hingga juz 30. Karena itu, muatan bab ini begitu banyak dan panjang. Sebelum memasuki penjelasan mengenai karakter dan profil setiap juz, terlebih dahulu akan disampaikan metoda interpretasi yang dipakai dalam memahami karakter dan isi juz. Kenapa digunakan istilah Psikologi Utsmani, sebab penjelasan keseluruhan kondisi psikologi di sini didasarkan atas susunan atau Mushaf al-Quran, yang dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani. Barangkali, ada kitab al-Quran lain, yang isinya berbeda dengan yang disusun oleh Khalifah Utsman. Jika memang ada, maka keilmuan di balik susunannya barangkali akan berbeda dengan keilmuan yang ditawarkan oleh Utsmani. Dalam buku pertama (Fenomenologi al-Quran) telah dipaparkan kritik arkeologis Mushaf Utsmani dan problema studi sejarah penyusunan al-Quran. Dasar Analisis dan Interpretasi Dasar yang dipakai untuk memahami kondisi psikologi juz pertama-tama adalah nama surat yang ada dalam juz. Dalam hal ini, terdapat problem penafsiran. Persoalannya, apakah ada metoda yang baku, yang dapat dijadikan patokan metodologis. Jawabannya, tidak. Karena pada dasarnya nama surat itu sandi, maka ia akan bersifat terbuka terhadap segala bentuk pemaknaan. Namun demikian, apabila setiap sandi dikembalikan pada daftar ”makna huruf” 54
Pengantar Psikologi Al-Quran
dan angka, maka hasilnya akan relatif sama. Sebagai misal, di sini akan diajukan contoh nama beberapa surat, yaitu : Surat ke-15 (Al-Hijr, jumlah ayat 99 Surat tersebut merupakan satu-satunya surat yang berisi 99 ayat. Surat tersebut berada pada juz 15. Secara kebahasaan (arti bahasa) kata al-Hijr berarti batu. Dalam realitas obyektif, batu memiliki berbagai makna dan sifat, misalnya keras, mengkristal, sulit dipecahkan tanpa teknik dan sebagainya. Walau bagaimanapun al-Hijr itu batu dan batu tetap batu. Tetapi, apabila batu kemudian dijadikan atau menjadi sifat manusia (seorang juz 15), maka kita dapat melakukan interpretasi sebanyak mungkin. Misalnya, seorang juz 14 memiliki karakter yang keras dan sebagainya. Ayat pertama surat al-Hijr, dimiliki oleh juz 13, lantas bagaimana pengaruh satu ayat dari al-Hijr itu bagi seorang juz 13. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan mengenai karakter juz. Di sini tak ada standar yang baku untuk melakukan interpretasi terha-dap nama surat, yang merupakan bahan dasar (karakter) setiap ma-nusia (juz). Setiap nama surat bebas dan dapat diinterpretasikan oleh siapapun, sejalan dengan kapasitas intelektualnya. Namun demikian, sejauh yang telah dilakukan pengamatan dan interpretasi, maka di sini telah dapat diajukan beberapa model interpretasi, yang ternyata cukup cocok dan ”tepat” untuk menjelaskan karakter orang-orang tertentu sesuai dengan juznya. Dasar interpretasi kedua, fenomena cetak-tebal-huruf pada ayat awal juz. Orang tek pernah peduli, kenapa pada setiap awal juz terdapat huruf atau rangkaian huruf yang dicetak-tebal. Padahal secara simbolik ia merupakan sandi tentang cara berpikir seseorang (juz). Karena itu, terdapat 30 macam bentuk cetak-tebal dalam alQuran, yang masing-masing juz berbeda, baik rangkaian maupun jumlah hurufnya. Dalam melakukan interpretasi fenomena ini, dapat digunakan daftar makna huruf dan angka. Dasar selanjutnya, tanda ’ain yang ada di kanan kiri halaman alQuran. Setiap juz memiliki jumlah ’ain dan angka yang ada pada Pengantar Psikologi Al-Quran
55
tanda ’ain, yang berbeda-beda pula. Setiap tanda ’ain, di samping merujuk pada titik anatomis setiap orang (juz), juga sekaligus sandi tentang bagaimana setiap orang memandang dan memecahkan masalah. Oleh karena tanda ’ain sangat vital, sebagai dasar keilmuan, maka pada setiap juz dicantumkan daftar posisi dan jumlah tanda ’ainnya. Meskipun tidak semua daftar tersebut secara praktis digunakan sebagai sumber analisis psikologis. Pencantuman tanda ’ain pada setiap juz, dimaksudkan untuk melakukan usaha konservasi terhadap susunan al-Quran yang dikenal dengan Mushaf Utsmani. Karena itu, daftar tanda ’ain pada setiap juz hanya dapat dipahami dalam konteks susunan al-Quran yang dikenal sebagai Mushaf Utsmani. Ciri Mushaf Utsmani Sekedar untuk melakukan rujukan, ada baiknya di sini dijelaskan kembali ciri al-Quran Mushaf Utsmani, yang diandaikan memiliki kadar orisinalitas. Barangkali, ada banyak pihak yang berkenaan mencoba melakukan pembuktian pada yang dibahas dalam buku ini, maka perlu ditemukan terlebih dahulun al-Quran yang dimaksud. Ciri spesifik Mushaf Utsmani yang diasumsikan masih memiliki kadar orisinalitas, dapat dijelaskan berikut ini : 1. Dalam al-Quran Mushaf Utsmani, setiap fenomena simbol menampakkan keteraturan dan konsistensi. Tetapi setiap kosistensi dan keteraturan, di dalamnya selalu diikuti oleh ketidakkonsistensian. Meskipun, fenomena ketidak-konsistensian tersebut hanya menjadi bagian yang sangat kecil, semacam deviasi yang tingkat signifikasi-nya sangat rendah. Sebagai misal, pada butir berikut akan dijelaskan. 2. Setiap halaman al-Quran berisi 18 baris, tetapi pada halaman 2 dan 3, masing-masing hanya berisi 6 baris. Inilah deviasi yang terjadi dalam susunan baris setiap halaman. Di kanan atau kiri halaman al-Quran terdapat tanda ’ain (alfabetik Arab ke 18), yang disertai angka, baik di atas, di tengah, maupun di bawah. 56
Pengantar Psikologi Al-Quran
3.
4.
5.
6.
Tanda ’ain inilah yang oleh umat Islam biasa dikenal sebagai ruku’, atau tanda berhenti membaca. Posisi tanda ’ain bersifat baku, berada pada posisi tertentu yang tak dapat dirubah. Pembagian ayat ke dalam unit-unit juz, tampak begitu konsisten dan ketat, dengan kepastian jumlah ayat pada setiap halaman. Pengaturan format juz juga begitu konsisten ke dalam 16 halaman. Tetapi ketidak-konsistenan terletak pada juz 1 dan juz 30 di mana masing-amsing terdiri dari 15 dan 21 halaman. Masing-masing halaman dalam Mushaf Utsmani diisi oleh ayat utuh, sehingga awal halaman menjadi awal ayat dan akhir halaman akhir ayat. Dalam keteraturan ini juga terdapat deviasi atau fenomena ketidak-teraturan, yaitu terdapat satu halaman al-Quran di mana ada satu ayat yang terpotong oleh pergantian halaman, yaitu pada halaman 484. Tetapi secara umum, keteraturan setiap halaman terdiri ayat utuh, menunjukkan adanya hubungan antara jumlah ayat dengan halaman al-Quran. Di atas setiap surat terdapat tulisan Basmalah sebagai kop surat, terkecuali surat ke-9 (at-Taubah). Surat inilah yang menjadi deviasi konsistensi pencantuman basmalah. Setiap kop surat ditulis dalam dua baris, tapi terdapat dua surat yang kop-nya hanya ditulis dalam satu baris, yaitu pada surat al-Hijr dan an-Naml. Kop surat dalam al-Quran Mushaf Utsmani, baris yang berisi keterangan surat dan potongan ayat ”basmalah”. Setiap awal juz dimulai pada halaman sebelah kiri, kecuali juz 1. Setiap awal juz ditandai oleh cetak tebal pada beberapa huruf di ayat awal juz, kecuali juz 1 di mana cetak tebalnya surat alFatihah (7 ayat) dan surat al-Baqarah (4 ayat). Fenomena cetak tebal dalam permulaan juz berbeda satu sama lain. Ada yang terdiri hanya dua huruf seperti ( ) dalam juz 25 dan ( ) pada juz 30. Tetapi ada juga yang cetak tebalnya terdiri atas beberapa huruf, seperti ( ) pada juz 17, ( ) pada juz 27, dan lain-lainnya.
Pengantar Psikologi Al-Quran
57
Al-Quran sebagaimana tergambar di atas, dapat diperoleh atau dijumpai di beberapa toko buku, meskipun dalam batas tertentu telah mengalami distorsi. Mushaf jenis ini bahkan semakin lama semangkin langka, sehingga banyak al-Quran yang kini dicetak dan diterbitkan secara ”keriting” di mana beberapa cataran kaki yang amat penting telah dihilangkan. Lantas, bagaimanakah karakter setiap juz dapat dijelaskan dan dipahami. Lembaran berikut akan berisi analisis dan interpretasi setiap orang dalam konteks juznya, lengkap dengan kelemahan dan kelebihan yang diderita atau dialaminya.
JUZ 30 1. Profil Juz 30 atau lebih dikenal dengan sebutan JUZ AMMA, terdiri atas 37 surat yaitu dari surat ke-78 (an-Naba) hingga surat ke-114 (an-Naas). Berikut adalah daftar isi surat Juz 30. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
58
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
An Nabaa’ An Naazi’at ’Abasa At Takwiir Al Infithaar Al Muthafifin Al Insyiqaaq Al Buruuj Ath Thaariq Al A’laa Al Ghasyiyah Al Fajr
(40) (46) (42) (29) (16) (39) (25) (22) (17) (19) (26) (30)
1 - 40 1 - 46 1 - 42 1 - 29 1 - 16 1 - 39 1 - 25 1 - 22 1 - 17 1 - 19 1 - 26 1 - 30
Berita besar Pencabut Nyawa Bermuka masam Menggulung Terbelah Orang Curang Terbelah Gugusan Bintang Bintang Paling tinggi Pembalasan Fajar
Pengantar Psikologi Al-Quran
13. 14. 15. 16. 17. 18.
90 91 92 93 94 95
Al Balaad Asy Syams Al Lail Adh Dhuhaa Alam Nasyrah At Tiin
(20) (15) (21) (11) (8) (8)
1 - 20 1 - 15 1 - 21 1 - 11 1-8 1-8
Negeri Matahari Malam Waktu Dhuha Yg melapangkan Buah Tiin
19.
96
Al ’Alaq
(19)
1 - 19
Segumpal Darah
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108
Al Qadar Al Bayyinah Al Zilzilah Al ’Aadiyaat Al Qari’ah At Takaatsur Al ’Ashr Al Humazah Al Fiil Al Quraisy Al Maa’uun Al Kautsar
(5) (8) (8) (11) (11) (8) (3) (9) (5) (4) (7) (3)
1–5 1–8 1–8 1 - 11 1 - 11 1–8 1–3 1–9 1–5 1–4 1–7 1–3
32. 33. 34. 35. 36. 37.
109 110 111 112 113 114
Al Kaafirun An Nashr Al Lahaab Al Ikhlaash AL Falaq An Naas
(6) (3) (5) (4) (5) (6)
1–6 1–3 1–5 1–4 1–5 1–6
Kemuliaan Bukti Kegoncangan Kuda Perang Hari Kehancuran Berlebih-lebihan Masa/Waktu Pengumpat Gajah Bangsa Quraisy Yang berguna Nikmat berlimpah Orang Kafir Pertolongan Gejolak Api Tulus/Ikhlash Waktu Subuh Manusia
20.
Jumlah ayat
Pengantar Psikologi Al-Quran
Pada daftar, surat ke-96 (al-’Alaq) merupakan titik tengah dari jumlah surat yang ada pada juz Amma, yaitu 37 surat dibagi dua. Jumlah keseluruhan ayat dalam juz ini 564, dengan jumlah tanda ’ain 39, dan jumlah halaman sebanyak 21. Dengan demikian, juz 30 merupakan satu-satunya juz yang paling banyak isinya, baik jumlah ayat, surat, halaman maupun tanda ’ain. Juz 30 juz terakhir dan apabila setiap juz digambarkan sebagai suatu bagian atau bab, maka juz 30 merupakan bagian atau bab yang berisi kesimpulan atau intisari (ikhtisar) bab sebelumnya. Itulah mengapa juz 30 ini berisi surat yang pada umumnya pendek. Huruf ke-30 ( ). Huruf tersebut merupakan sandi atau lambang juz 30, yang secara simbolik berarti inti, kandungan ataupun sifat. Memang, apabila dilihat dari struktur dan kandungannya, juz 30 merupakan inti atau semacam kesimpulan dari 19 juz sebelumnya. Oleh karena itu, juz ini sering dipisah dari al-Quran sebagai alQuran kecil. Apabila setiap juz diasumsikan sebagai cerminan karakter dasar manusia, maka juz 30 merupakan rangkuman dari sifat yang terkandung dari juz-juz sebelumnya, yaitu juz 1 sampai juz 29. Dengan demikian, kata kunci untuk memahami juz ini: Inti, kandungan, atau sifat manusia Apabila struktur susunan al-Quran, secara keseluruhan digambarkan, maka akan tampak bahwa juz 30 merupakan sub-sistem kedua dari keseluruhan kandungan al-Quran. Itulah alasan kenapa juz 30 (Juz Amma) sering dipisahkan dari al-Quran, dan sering dijadikan sebagai sarana belajar bagi orang yang pertama kali belajar membaca al-Quran.
( 564 )
59
60
Pengantar Psikologi Al-Quran
Posisi Tanda ’Ain pada Juz 30 Juz 1 s/d juz 29 77 surat
’Ain Juz (angka bawah)
Juz 30 37 surat 114
96
78 77
39
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1
Juz 30 (Amma) 37 surat 114. An-Naas 96. Al ‘Alaq – Titik Tengah 78. An-Nabaa’ 77. Al-Mursalat 39. Az-Zumar – Titik Tengah 1. Al-Fatihah
Halaman Juz
Baris ke
Angka Tengah
’Ain Surat
(jarak)
(angka di atas)
1 2 2 3 4 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 17
15 4 16 8 8 6 18 4 1 18 12 5 18 18 13 6 18 9 14 4 15 2 15 4 11 18
30 10 26 20 42 29 9 36 25 22 17 19 26 30 20 15 21 11 8 8 19 5 8 8 11 11
1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Juz 1 s/d 29 (77 surat) Pengantar Psikologi Al-Quran
61
62
Pengantar Psikologi Al-Quran
Pada ayat pertama juz ini, yaitu ayat 1 surat ke-78 (an-Naba) terdapat dua huruf yang dicetak tebal, yaitu ( ). Dua huruf itulah yang kemudian menjadi nama terkenal juz ini. Seperti diketahui, setiap juz diawali oleh cetak-tebal pada ayat pertama. Tetapi jumlah huruf yang dicetak tebal tidak sama antara satu juz dengan lainnya. Secara simbolik, ( ) berarti ilmu (ngelmu) mengenai peristiwa. Huruf ( ) berarti keilmuan, pertimbangan atau kearifan pemikiran,
sedangkan huruf ( ) berarti peristiwa atau mata rantai (kaitan) kejadian. Kaitan peristiwa (kejadian) dalam kaitan ini berbeda dengan ( ), sebagaimana pada juz 26, yang berarti peristiwa yang terjadi dalam kerangka kausalitas (sebab-akibat). Melainkan, peristiwa yang tidak dapat dijelaskan dengan pendekatan kausalitas. Misalnya peristiwa mistis atau keajaiban, kekuatan batin, getaran non-fisis dan sebagainya, yang sifatnya irasional dan menyimpang dari kaidah formal. Oleh karena itu, seorang juz 30 juga bisa berpikir mistis. Ia bisa saja bersifat rasional dan logis, tetapi juga tidak keberatan untuk menerima penjelasan mistis. Huruf ( ) berarti sifat atau kandungan. Ini berarti bahwa seorang juz 30 juga pada umumnya memiliki kecenderungan psikologis yang cukup tinggi. Ia begitu percaya pada kekuatan sugesti dirinya. Sehingga, dalam menghadapi segala realitas dan tantangan, sering bersikap terlalu optimis. Surat pertama dalam juz ini adalah surat ke-78 (an-Naba) yang berarti ”berita besar”, atau lambang dari optimisme yang begitu besar. Cermin surat ke-78 (an-Naba) adalah surat ke-87 (al-’Alaa) yang berarti puncak tertinggi. Surat ini biasanya muncul dalam suatu sikap percaya diri yang begitu kuat. Artinya, ia merasa dirinya seolah dalam situasi puncak, yang melebihi orang lain. Karena itu secara tidak disadari, rasa kebanggaan atas dirinya sering muncul pada seorang juz 30. Kadang-kadang, seorang juz 30 merasa dirinya besar, dan mampu menangani berbagai masalah. Ini sesuai dengan jumlah suratnya yang begitu banyak. Ia memang memiliki kekayaan untuk menangkap realitas kehidupan ini dengan berbagai sudut pandang, terutama apabila ia memang mampu menghidupkan keseluruhan surat yang ada dalam dirinya. Kalau tidak, ia akan menjadi seorang yang selalu bermuka masam (’Abasa), dan terlalu pesimistik. Karena sifatnya yang psikologis dan sangat percaya pada kekuatan psikologinya, maka ia tidak terlalu sulit untuk menerima persoalan ataupun penjelasan yang bersifat mistis. Ia sangat percaya bahwa dalam diri manusia terdapat getaran-getaran non-fisis yang pada
Pengantar Psikologi Al-Quran
64
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
18 18 18 19 19 19 20 20 20 21 21 21 21
6 11 18 6 11 18 4 9 14 1 5 10 15
8 3 9 5 4 7 3 6 3 5 4 5 6
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tanda ’Ain di kanan kiri halaman al-Quran, sandi tentang titik anatomis manusia dan sekaligus sandi tentang aspek psikologis yang ada pada setiap manusia dalam konteks juznya. Sedangkan angka yang terkandung di dalam tanda ’ain menunjukkan sistem kerja dan kaitan fisiologis maupun fisis yang ada pada juz (orang) yang bersangkutan. Tanda ’ain juga merupakan sandi tentang keilmuan atau filsafat manusia. Apabila 39 ’ain yang ada dalam inti atau kandungan al-Quran (juz 30) itu disusun ke dalam suatu struktur, maka akan tampak gambar salib terbalik sebagaimana dapat dilihat pada bab III. 2. Karakteristik Dasar Seorang Juz 30
63
Pengantar Psikologi Al-Quran
saatnya dapat dipakai untuk keperluan tertentu yang bersifat pragmatis. Oleh karena itu, seorang juz 30 pada umumnya memiliki kegemaran atau obsesi untuk mengolah batin. Ia percaya dirinya dapat mempengaruhi orang lain dengan kekuatan batinnya, atau kekuatan keyakinan (psikologis) dirinya. Percaya atau tidak, dalam kenyataan kehidupan banyak orang yang terbiasa mendaya-gunakan kekuatan batinnya. Misalnya, dengan kekuatan batinnya, seseorang mampu melakukan komunikasi jarak jauh dengan orang lain. Maka jangan heran, apabila seorang juz 30 kemudian berkecimpung dalam pengembangan telepatis atau hal yang sifatnya olah-batin dan olah energis. Memang siapapun boleh saja dan sah, untuk melakukan olah-batin atau melatih kondisi psikologisnya guna melengkapi usaha yang sifatnya rasional, tetapi seorang juz 30 akan lebih percaya atau cocok untuk hal semacam ini. Bahkan, jika kecenderungan ini terhambat oleh situasi kultural sekelilingnya, ia merasa dirinya kurang lengkap. Ada semacam kegelisahan spritual yang muncul dalam dirinya dan kegelisahan itu hanya dapat terpecahkan apabila kecenderungan psikologisnya itu mendapat tempat secara proposional dalam hidupnya. Seorang juz 30 memiliki bakat alami untuk mengenal perbedaan sifat dan karakter setiap orang. Hal ini disebabkan oleh karena profil juz 30 itu sendiri yang merupakan rangkuman dari sifat dan karakter 29 juz sebelumnya. Namun demikian, seorang juz 30 memiliki sifat yang kompleks, sesuai dengan jumlah suratnya yang begitu banyak (37 surat). Apabila setiap surat dapat berfungsi sebagai alternatif untuk mengungkapkan sikap dalam dirinya, maka seorang berjuz 30 memiliki 37 macam cara mengekspresikan karakter dirinya. Karena itu, ia benar-benar bersifat kompleks. Karena pada dasarnya ia adalah seorang psikolog, atau konsultan psikologi, yang mampu memahami perbedaan kondisi psikologi setiap orang lain, maka ia sendiri memiliki karakter dan kondisi psikologi yang kompleks. Dari segi kapasitas intelektual, ia memiliki kemampuan untuk cepat menangkap inti permasalahan. Dalam suatu perbincangan
(diskusi misalnya) seorang juz 30 sangat cepat mengambil inti permasalahan. Di samping itu, ia juga mampu berpikir masalahmasalah besar yang menyangkut kehidupan orang banyak. Ini dapat dilihat misalnya, ’ain satu pada halaman pertama, berisi 30 ayat. Angka 1 sama dengan ( ), yang berarti otak, dan angka 30 sama dengan ( ), yang berarti inti atau kandungan. Ini dapat berarti juga bahwa apa yang ia pikirkan selalu menyangkut 30 macam manusia atau umat. Oleh karena itu seorang juz 30 memiliki kepedulian terhadap perbaikan orang banyak (umat). Ia cenderung untuk berpikir tentang perbaikan orang banyak. Setiap gagasan yang muncul darinya ataupun gagasan yang ia terima dari orang lain, selalu ditarik relevansinya dengan perbaikan umat. Tanda ’ain pada juz 30 adalah 39. Tetapi batas kepemilikan tanda ’ain oleh orang juz 30 sebenarnya hanya 21. Oleh karena itu, pada tanda ’ain ke-21 tertulis kata as-Sajadah yang berarti batas kepemilikan. Sedangka ’ain ke-22 hingga ke-39 milik umat. Angka 21 ( ) berarti Analisis Ulang. Oleh karena itu, seorang juz 30 juga memiliki kecakapan analitik yang cukup tinggi. Di samping itu, karena juz ini merupakan inti dan kandungan seluruh juz, maka ia memiliki bakat alami untuk menjadi seorang pemain peran, atau juga sebagai sutradara (dalang) yang baik, yang memahami karakter setiap peran (wayang). Orang juz 30 sebenarnya merupakan sosok seorang konsultan masyarakat. Ia memiliki kelebihan tanda ’ain dan halaman yang mestinya diperuntukkan buat masyarakat. Oleh karena itu, orang juz 30 sejak kecil sudah memiliki kecenderungan untuk menjadi penasehat, konsultan atau membantu memecahkan dan juga memikirkan problema orang lain. Demikian juga, orang di sekelilingnya pun secara apriori sering dapat menerima kehadiran dirinya sebagai seorang konsultan atau seorang yang pantas dimintai nasehat. Pada umumnya seorang juz 30, apabila ia laki-laki, memiliki sifat ”kebapakan”, yang selalu berkepentingan melindungi orang lain sebagai anak. Jika ia seorang wanita, ia juga memiliki kemampuan tinggi untuk ”ngemong” dan menerima perbedaan orang lain
Pengantar Psikologi Al-Quran
66
65
Pengantar Psikologi Al-Quran
sebagaimana terhadap anak-anaknya. Dengan kata lain, seorang juz 30, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kecenderungan untuk ”mengayomi” semua orang. Dan karena itu biasanya ia merasa pantang untuk membeda-bedakan atau bersikap diskriminatif terhadap orang di sekelilingnya. Bakat potensial seorang juz 30, dalam hal profesi yang bersifat ”melayani” orang banyak secara psikologis. Dengan demikian, sebaiknya anak berjuz 30 dididik untuk menjadi konsultan atau psikolog. Namun karena ia memiliki komplesitas dan kekayaan kandungan surat dalam dirinya, ia pun sebenarnya cocok untuk memasuki segala bidang. Meski demikian, apapun keilmuan dan keakhlian yang ia miliki, akan lebih bermakna dan memberikan kepuasan bagi dirinya apabila ia telah dapat mempersembahkan sebagian hasil karya dan kemampuannya itu kepada orang lain. Ia pejuang umat. Sebab, secara kodrati ia memiliki kelebihan, baik surat, halaman maupun tanda ’ain, yang secara kodrati pula kelebihan tersebut harus dikembalikan kepada orang lain, apabila ia ingin mencapai suatu bentuk ”penemuan” dirinya secara utuh. 3. Kelemahan dan Kelebihan Potensi sakit yang dialami oleh seorang juz 30, apabila dilihat dari sistem 11 pada struktur ’ain (anatomis), adalah pada darah (jantung) dan THT. Potensi tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini. 30 = 3 ( ) : THT
Titik 11 ( ) titik keseimbangan
8
= (
):
Jumlah 11 (Perasaan)
Darah/Jantung
Pengantar Psikologi Al-Quran
67
Apabila titik 11 (perasaan) pada dirinya terganggu, atau mengalami kegoncangan (mismanajemen), maka salah satu dari kedua organ di atas akan berbicara sebagai kelemahan. Bisa jadi, dan sering terjadi bahwa juz 30 cenderung emosional apabila ternyata darahnya menjadi kelemahan dan berada pada kondisi buruk (misalnya darah tinggi). Di sinilah letak ironik dan kontradiktif yang dialami seorang juz 30. Di satu pihak ia dituntut untuk bersikap sabar dan tabah karena harus menyediakan dirinya sebagai seorang konsultan dan ”pengayoman” setiap orang (masyarakat), tetapi di lain pihak ternyata dia harus mengidap potensi sakit pada darah yang cenderung mengganggu kesabaran (ketabahan). Apabila potensi sakit pada darah tidak begitu menonjol, maka kemungkinan lain ia akan menderita gangguan pada salah satu organ THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan termasuk rongga mulut dan gigi). Apabila organ ini menjadi kelemahan laten, kemungkinan nya, gangguan sakit pada gusi, gampang terkena flu (pilek), atau batuk, atau rasa gatal-gatal pada telinga, bahkan dapat juga terganggu kepekaan pendengarannya. Banyak juga kasus orang juz 30 yang menderita sakit pada pernapasan (paru-paru). Ini dapat dilihat misalnya bahwa ’ain 7 (paruparu) pada juz 30 berada pada satu halaman dengan ’ain 8 (darah atau jantung). Kasus banyaknya orang juz 30 yang terkena sakit pada paru-paru, dapat dipahami dengan cara menganalisis tanda ’ain 7 dan 8 tersebut. Apabila potensi sakit itu tidak berada pada darah, maka kemungkinan besar yang akan terkena justru paru-patunya, atau apabila terjadi komplikasi, maka yang akan terkena terlebih dahulu adalah paru-paru. Apabila dianalisa dengan struktur susunan abjad, maka kelemahan juz 30 juga berada pada perut. Abjad ke-30 ( ) berada persis pada bagian perut dan kandungan, sebagaimana juz 19 juga memiliki kelemahan yang sama dengan juz 30. Catatan lain, juz 30 terdiri atas 37 surat dan pada setiap surat terdapat kop surat yang tertulis dalam dua baris; satu baris untuk nama surat dan satu baris lagi 68
Pengantar Psikologi Al-Quran
untuk tulisan ”basmalah”. Dengan demikian, apabila diamati secara teliti, maka setidaknya terdapat 74 baris dalam juz 30 yang tidak terisi oleh ayat, karena berisi tulisan nama surat dan ”basmalah”. Apabila kop surat menggambarkan suatu kelebihan, maka seorang juz 30 memiliki kelebihan untuk menghadapi setiap orang. Ia memiliki 37 pintu pemecahan masalah sama dengan 36 pintu Masjidil Haram dan 1 pintu Ka’bah. Ia memiliki kapasitas untuk menampung segala macam keluhan dan problematik orang lain, sesuai dengan kondratnya sebagai seorang konsultan psikologi. Tetapi apabila 74 baris tersebut menjadi gambaran tentang kelemahan, maka seorang juz 30 memiliki banyak blank dalam dirinya. Dengan kata lain, ia sendiri adalah orang yang paling rapuh kondisi psikologinya, ia sangat mudah terpengaruh oleh orang lain. Namun demikian, kelebihannya adalah bahwa ia tidak mudah mengalami putus asa atau frustasi dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
JUZ 29
9. 10. 11.
75 76 77
Al Qiyaamah Al Insaan Al Mursalaat
(40) (31) (50)
Jumlah ayat
1 - 40 1 - 31 1 - 50
Hari Kebangkitan Manusia Yang diutus
( 431 )
Juz 29 salah satu juz yang memiliki 22 tanda ’ain. Juz yang memiliki tanda ’ain sebanyak 22, hanya ada dua, yaitu juz 14 dan juz 29. Angka 22 adalah ( ) yang artinya target. Target, gambaran sesuatu yang ingin dicapai oleh manusia dalam hidupnya. Ia merupakan terminal-terminal kecil yang hendak dilalui dalam proses kehidupan. Ketika suatu target telah tercapai dalam rangkaian peristiwa usaha manusia, maka seketika itu pula telah tergambar target lainnya. Orang selalu hidup dalam rencana dan target. Namun demikian, target selalu berada pada daerah yang bukan milik manusia. Ia adalah faktor X yang selalu dikejar oleh manusia. Tetapi kenapa juz 29 memiliki 22 tanda ’ain. Apa pengaruh 22 tanda ’ain bagi seorang juz 29. Tetapi, sebaiknya dilihat dulu daftar tanda ’ain dan posisinya dalam lembaran juz 29. Posisi Tanda ’Ain pada Juz 29
1. Profil Juz 29 berisi 11 surat, dari surat ke-67 (al-Mulk) sampai dengan surat ke-77 (al-Mursalat). Jumlah ayat dalam juz ini 431, sedangkan jumlah ’ainnya 22. Berikut ini daftar nama surat dalam juz 29. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
67 68 69 70 71 72 73 74
Al Mulk Al Qalam Al Haqqah Al Ma’arij An Nuuh Al Jin Al Muzammil Al Mudatsir
Pengantar Psikologi Al-Quran
(30) (52) (52) (44) (28) (28) (20) (56)
1 - 30 1 - 52 1 - 52 1 - 44 1 - 28 1 - 28 1 - 20 1 - 56
’Ain Juz (angka bawah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kerajaan Pena Hari Kehancuran Tempat Tinggi Nabi Nuuh Jin Berselimut Berselimut 69
70
Halaman Juz
Baris ke
Angka Tengah
’Ain Surat
(jarak)
(angka di atas)
1 2 3 4 5 6 7 7 8 8
17 15 16 12 15 4 7 14 11 18
14 16 33 19 37 15 25 9 20 8
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Pengantar Psikologi Al-Quran
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
10 10 11 11 12 13 14 14 15 15 16 16
1 10 8 15 13 4 1 6 8 15 14 18
19 9 19 1 31 25 30 10 22 9 40 10
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Cetak tebal juz 29 berada pada ayat pertama surat al-Mulk, yaitu ( ). Huruf pertama yang ditebalkan dalam juz 29 adalah ( ), yang artinya adalah THT. Organ tubuh inilah yang menentukan apakah ia bersifat peduli ataupun tidak peduli terhadap orang di sekelilingnya. Dengan demikian, hanya ada dua kemungkinan yang menjadi pembawaan sikap seorang juz 29 dalam menghadapi orang di sekelilingnya, yaitu sangat peduli dan pemerhati atau sebaliknya bahwa ia akan menjadi orang yang sangat acuh atau ”cuek”. Pada umumnya, seorang juz 29 lebih menampakkan sikap acuh atau ”cueknya” daripada kepeduliannya. Menghadapi seorang juz 29, jangan terlalu berharap ia akan bersikap begitu perhatian. Bahkan juz 29 lebih sering bersikap diam, ia tidak terlalu banyak bicara kalau tidak benar-benar sedang berkepentingan. Seorang juz 29, dalam dirinya memiliki karakter sebagai seorang raja atau panglima (al-Mulk). Sebagai seorang raja, maka ia selalu berhasrat untuk melindungi dan menguasai orang lain. Namun demikian, ia tidak terlalu berhasrat untuk banyak bicara yang tidak perlu, melainkan lebih cenderung berpikir strategis. Dan untuk halhal yang bersifat teknis, seorang juz 29 tidak terlalu peduli untuk memikirkannya. Jumlah ’ain pada juz 29 ialah 22. Angka 22 ( )
secara simbolik berarti target. Dari 30 juz yang ada dalam al-Quran , hanya ada dua juz yang jumlah ’ainnya 22, yaitu juz 29 dan juz 14. Ini berarti, karena ia seorang raja atau akhli strategi, maka apa yang ia pikirkan harus segera menjadi kenyataan. Di samping sebagai seorang akhli strategi, juz 29 juga memiliki wawasan ke depan dan keilmuan. Ia memiliki kuriositas atau hasrat keingin-tahuan yang begitu tinggi terhadap berbagai masalah. Ini surat al-Qolam yang berperan dalam dirinya. Dari surat yang ada dalam juz 29, terdapat tiga nama surat yang sama-sama menggunakan huruf ( ), yaitu al-Qolam ( ), al-Haaqah dan al-Qiyamah. Huruf ( ) secara simbolik berarti kepala. Dan, organ kepala terdiri atas Mata, Otak dan THT. Ini artinya bahwa kapasitas intelektual seorang juz 29 begitu tinggi, sehingga informasi apapun dapat diserap dalam kepalanya. Tetapi sampai di manakah sebenarnya kuriositas seorang juz 29, itu dapat terakomodasi secara memuaskan? Dengan kata lain, apa sebenarnya yang dicari oleh seorang juz 29 melalui kegelisahan intelektualnya itu? Tidak lain adalah pada huruf ( ) di akhir huruf cetak tebal, yang berarti ”jati-diri”, ataupun ”sangkan-paran”, manusia tanpa pretensi, atau semacam pengetahuan mengenai hakekat hidup dan kehidupan, yang tidak lain spiritualitas. Apabila ini belum tercapai, maka rasa keingin-tahuan akan menjadi kegelisahan. Kuriositas seorang juz 29 bisa saja tidak muncul, apabila surat alMuzammil dan al-Mudatsir berperan secara negatif. Kedua surat tersebut sama-sama berarti berselubung atau berselimut. Apabila surat tersebut berperan secara ”negatif” akan menghambat kuriositas seorang juz 29, sebab ia menjadi berselimut dan berselubung dengan kemapanan pemikiran dan pemahamanannya. Ia menjadi sangat anti-dialog, karena merasa mapan dengan informasi dan keilmuan yang telah ia miliki. Surat al-Muzammil adalah surat ke-73. Angka 73 dimampatkan menjadi 10 atau 1 ( ), yang artinya dengan otak. Surat ini berisi 20 ayat. Angka 20 sama dengan ( ), yang artinya batas pandang manusia atau aturan main. Jika surat ini berperan dominan dalam
Pengantar Psikologi Al-Quran
72
2. Karakter Orang Juz 29
71
Pengantar Psikologi Al-Quran
diri seorang juz 29, maka ia akan menjadi seorang yang sangat formalistik dan legalistik dan terjebak pada aturan main atau persepsi yang sudah mapan. Jangan harapkan kita dapat mengajukan pemikiran yang bernada esensial kepada seorang juz 29, terutama mereka yang sudah terlalu bersikap formalistik sehingga antidialog. Baik al-Muzammil maupun al-Mudatsir, sama-sama menggambarkan pribadi seorang Muhammad. Artinya, yang berselubung dan yang berselimut adalah Muhammad itu sendiri, yang secara metafor juga diperingatkan. Ini dapat berarti bahwa sebaiknya manusia tidak usah selalu berselimut dan berselubung dengan persepsinya yang telah mapan, sebab kehidupan ini terus berubah dan berjalan. Maka singkaplah selimut dan kabut kemapanan pemikiran yang cenderung menutupi pikiran (otak) dan jati-diri, dan kemudian berdialoglah dengan realitas yang selalu berubah. Bagi seorang juz 29, apabila kedua selubung atau selimut itu telah tersingkap, ia akan menjadi seorang yang sangat dialogis. Dengan demikian, kuriositas dan semangat keilmuannya (al-Qolam) mendapat tempat secara proposional. Seorang juz 29 secara tidak sadar sering menceritakan tentang kehebatan dirinya dan pada batas tertentu bahkan ia ingin mencoba mengangkat dirinya melalui pembicaraan (al Ma’arif). Tetapi itupun sah dengan suatu ekspresi karakteristik dirinya. Bisa jadi ia pun diangkat oleh masyarakat sekelilingnya sebagai seorang tokoh. Betapapun ia tidak memiliki keilmuan yang cukup, tetapi masyarakat sering menokohkan atau mengangkatnya sebagai seorang yang patut dihormati, bahkan banyak orang yang kemudian menganggapnya sebagai orang yang ”ngerti”. Surat Nuuh dalam juz 29 dapat juga berarti ”penyelamat”. Dalam kisahnya, Nabi Nuuh seorang penyelamat generasi dari banjir yang memusnahkan. Makna empirik bagi seorang juz 29 bahwa ia sering merasa ”trenyuh” melihat penderitaan orang lain, sekaligus ingin sekali menyelamatkan dan menolongnya. Dengan kata lain, seorang juz 29 memiliki hasrat yang laten untuk menolong dan menyelamat-
kan orang atau sesama. Sebagai seorang jenderal, meski dalam peperangan ia selalu memikirkan keselamatan para anak buahnya. Tetapi ia pun memiliki sifat yang labil. Semangar dan keinginannya selalu datang dan pergi begitu saja. Dengan kata lain, seorang juz 29 cenderung bersifat ”angin-anginan”. Pada saat ia sedang dalam keadaan semangat untuk suatu masalah, maka seluruh perhatian dan energi tercurahkan. Tetapi tanpa suatu alasan dan sebabsebab yang jelas, sering semangat itu hilang begitu saja, dan bergantilah pada topik dan semangat lain. Inilah surat al-Jin yang sedang bekerja. Artinya, karena esensi Jin itu sendiri makhluk (energi) yang kadang muncul dan kadang tidak, maka makna surat al-Jin bagi seorang juz 29 bahwa ia sering mengidap sikap yang ”angin-anginan”. Apabila diperhatikan, lambang atau sandi juz 29 adalah hamzah ( ), yang artinya strategi atau gejolak. Huruf tersebut menyerupai sandi tentang gelombang energi listrik ( ). Karakter gelombang atau energi adalah bahwa ia selalu bergejolak atau semacam pendulum. Karena itu, seorang juz 29 juga memiliki perasaan atau semangat yang tidak konstan (labil). Tetapi disinilah kekuatan seorang juz 29, Baik surat al-Haaqah maupun al-Qiyamah, secara harfiah berarti hari kehancuran atau kiamat. Ini berarti bahwa seorang juz 29 memiliki kecenderungan berfikir ”reflektif” dan ”revolutif”. Dia mampu berpikir cepat, dan berputar ke kiri berlawanan dengan jalur jam. Untuk berpikir yang kontraversial pun ia bisa, bahkan untuk persoalan yang aneh, yang orang lain tidak sempat memikirkannya, ia dapat menggali dan menemukannya. Masih berkaitan dengan surat Nuuh yang membuatnya menjadi seorang yang suka menolong, juz 29 juga dilengkapi oleh surat alInsan, yang berarti manusia. Surat ini dapat berarti ”humanisme”. Artinya, seorang juz 29 cenderung memiliki kepekaan humanisme yang begitu tinggi dan kepeduliannya terhadap masalah kemanusian cukup besar. Dialah seorang yang dilahirkan berbekal rasa humanis begitu tinggi. Orang lain bisa saja memiliki sikap humanisme, tetapi
Pengantar Psikologi Al-Quran
74
73
Pengantar Psikologi Al-Quran
seorang juz 29 memiliki lebih. Dan ia diperlengkapi dengan surat Nuuh, yang selalu berkeinginan menolong, dan al-Jin, kekuatan energi (Jin) yang dapat dipakai untuk menolong orang lain dari penderitaan sakit. Dengan demikian, humanisme seorang juz 29 sebenar nya tidak verbal, tetapi dapat diaktualisasikan dalam tindakan sehari hari. Minimal dengan cara menyembuhkan orang sakit. Di samping rasa humanismenya yang begitu tinggi seorang juz 29 juga memiliki perangkat lain yang membuat dirinya menjadi seorang pejuang kemanusiaan sejati yaitu surat ke-77 (al-Mursalat). Surat ini berarti orang yang membawa misi, atau orang yang diutus untuk tugas suci. Orang juz 29 dilahirkan sebagai seorang yang membawa amanat atau misi, baik misi perdamaian, kemanusiaan, maupun misi kesehatan. Dengan energi al-Jin yang ia miliki, ia mampu ”menyembuhkan” orang sakit dengan sentuhan tangannya dan itulah yang sapat dilakukan secara minimal sebagai aktualisasi pertolongan (Nuuh) terhadap orang lain, jika pertolongan yang bersifat materil tidak mampu. Surat al-Mursalat dalam dirinya membuat ia menjadi seorang yang sangat ”cekatan”. Dipanggil atau disuruh (diutus) untuk kemanapun, selagi untuk keperluan menolong atau demi perjuangan kemanusiaan (humanisme), ia tidak merasa ada keberatan. Asalkan ia dapat mengaktualisasi diri sebagai seorang yang membawa misi kemanusiaan, misi pertolongan dan penyembuhan, ia dapat merasa puas dengan kehidupannya yang sederhana. Artinya , target yang diburu oleh seorang juz 29 dalam kehidupannya bukan semata-mata berupa materiil, tetapi juga aktualisasi diri sebagai seorang yang membawa misi, dan dapat melaksanakan misinya dengan baik. Seorang juz 29 memang unik.Gaya hidupnya tidak perlu bersifat formal dan seremonial. Menghadapi orang juz29 pun sebaiknya tidak usah terlalu formal atau basa-basi. Apalagi ketika ia telah benar-benar menjadi seorang yang bersifat dialogis dan inklusif, ia dapat diajak berdialog dan berdiskusi tentang berbagai persoalan. Dia sendiri, terkadang merasa kesepian jika tidak melakukan dialog. Bahkan, apabila suatu saat ia sedang ”tidak enak badan”, penyem-
buhan dapat dilakukan dengan cara berdiskusi atau berdialog yang membangkitkan gairah (energi) hidupnya. Sebagaimana disebutkan di atas, jumlah tanda ’ain dalam juz 29 adalah 22 Angka 22 sama dengan ( ) sama dengan target. Ini artinya, dalam segi keilmuaan, sering seorang juz 29 merasa mampu, atau dapat mengerti segala hal. Sebenarnya, keilmuaan apapun telah ada pada otaknya. Persoalannya, apakah ia mau memperdalam atau menggalinya atau tidak. Oleh karena itu, tidak heran jika seorang juz 29 kemudian mendapat suatu ilmu tanpa ia harus belajar dimanapun. Ia mendapat ilmu langsung dari dalam, atau dari proses perenungan dan berpikirnya sendiri. Orang dapat mengatakan itu sebagai ”Ilmu Laduni”. Setiap orang pada dasarnya boleh dan bisa saja menemukan atau memperoleh ilmu semacam itu, tapi seorang juz 29 akan lebih mungkin, terutama bila ia memang memiliki ”kepekaan spiritual” yang tinggi dalam dirinya.
Pengantar Psikologi Al-Quran
76
75
3. Keilmuan Dalam juz 29 tersirat beberapa keilmuan, terutama ilmu tentang strategi perang. Juz 29 merupakan gambaran atau falsafah mengenai suatu bentuk kerajaan ideal, atau sebuah mahligai kehidupan suatu pemerintahan demokratis yang membawa misi kemanusiaan dan penyelamatan umat manusia. Seorang anak berjuz 29 sebaiknya dikondisikan sedemikian rupa dalam kehidupan yang demokratis, dialogis dan semangat menyerap infomasi keilmuan. Betapapun juz 29 lebih cocok untuk berpikir rasional, srategis, logos dan empiris, tetapi pada saatnya iapun mengalami kegelisahan laten, yang jawabannya terletak pada pengalaman mistis. Memang, tidak setiap orang juz 29 memiliki kegemaran dalam hal mistik. Ini dapag dijelaskan karena kecenderungan kepala ( ), positivisme dan empirisme, dan seorang juz 29 memiliki tiga huruf ( ) pada suratsuratnya. Tetapi ingat bahwa di belakang rangkaian huruf cetaktebal pada ayat awal juz terdapat huruf ( ) yang berarti ”sangkanparan”, atau ”jatining-urip”. Apabila ini tersentuh, maka seorang juz Pengantar Psikologi Al-Quran
29, kemudian akan larut dalam mistisisme. Apabila pada saatnya ia kemudian mampu menyembuhkan seorang sakit dengan sentuhan tangannya, maka sifat rasional dan positivis yang ada dalam dirinya akan mendapat tantangan. Apabila mata hatinya suatu saat tersentuh oleh kejadian absurd yang tak mampu dijelaskan melalui pendekatan rasional dan logis, maka seorang juz 29 kemudian menjadi haus akan penjelasan mistis. Ketika mata kepalanya kemudian melihat peristiwa ataupun bayangan absurd, pada saat ia sadar bahwa itu bukan mimpi, barulah seorang juz 29 mulai mencari penjelasan mistis. Abjad ke-29 ( ) satu-satunya abjad yang tidak bisa berdiri sendiri. Ia harus ikut pada huruf lain, yaitu huruf ( ) dan ( ). Dengan kata lain, huruf ( ) harus selalu dipangku, apabila ia ingin memfungsikan dirinya dalam khalayak huruf lainnya, baik di atas maupun di bawah. Ia bersedia diinjak oleh seorang pribadi lain ( ), ( ), tetapi juga sering diangkat oleh orang lain ( ) dan ( ). Secara kodrati, seorang juz 29 harus menempatkan dirinya sebagai seorang ”suhu” atau ”begawan” (resi), yang selalu berpikir tentang kebaikan dan keselamatan orang banyak. Apabila peran dan posisi itu tercapai barulah ia menemukan dirinya secara utuh. Seorang juz 29, dalam kenampakan luarnya memang berperilaku seperti orang yang berdarah dingin. Oleh karena itu, kemungkinan lain yang sangat buruk bagi seorang juz 29 adalah bahw ia dapat menjadi seorang ”pembunuh berdarah dingin”. Ini terjadi apabila lingkungan dan proses hidupnya sangat keras sehingga membentuk dirinya menjadi seorang yang sangat kejam. 4. Kelemahan dan Kelebihan Dalam struktur ’ain, titik 11 (perasaan) merupakan titik keseimbangan dalam tubuh manusia. Angka 29, jika dimampatkan menjadi 11, dan angka 11 ( ) berarti tali rasa atau perasaan. Titik 11 adalah titik kesetimbangan manusia. Apabila titik tersebut mengalami gangguan, maka apa yang menjadi potensi sakit (kelemahan) Pengantar Psikologi Al-Quran
77
seseorang akan menjadi sakit. Dan apapun sakit ”parah” yang dialami seseorang, bermula dari kelemahan laten yang dideritanya. Oleh karena itu, seorang juz 29 jarang sekali mengalami sakit, karena ia berada pada titikkesetimbangan. Betapapun ia memiliki perasaan dan semangat yang labil, tetapi kondisi fisiknya, relatif konstan, sehingga jarang sakit. Namun demikian, bila manajemen perasaan sudah sampai pada titik yang tak dapat dikendalikan, seorang juz 29 akan mengalami sakit yang begitu parah. Dengan kata lain, orang ini jarang sakit, tetapi sekali sakit ”ambruk” dan bisa sangat parah. Dan bila ia sampai mengalami sakit, berarti ia memang sedang tidak mampu mengendalikan keacuhan (”kecuekannya”) terhadap lingkungan. Gejala sakit parah bisa saja dialami oleh seorang juz 29, dan hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam juz 29 terdapat dua surat yang bertema kehancuran, yaitu al-Haaqah dan al-Qiyamah, yang artinya sama-sama hari kiamat. Seorang juz 29 dapat saja bertahun-tahun tidak mengalami sakit yang cukup berarti, tetapi sekali ia sakit, apapun sebabnya, kedua surat tersebut akan berbicara dalam bentuk pesakitan yang amat serius. Seorang juz 29 memang dapat dikatakan kebal dari penyakit, tetapi organ tubuh yang paling renta ialah THT. Tingkat resistensis seorang juz 29, pada umumnya dikompensasikan dalam bentuk sakit flu atau pilek yang laten. Kecuali itu, oleh karena angka 11 jika dimampatkan dapat juga berarti 2 ( ) yang berarti mata, maka tidak heran jika seorang juz 29 kemudian harus memakai kacamata tebal sebagai sambungannya. Kelebihan seorang juz 29 adalah pada kapasitas intelektualnya yang begitu tinggi dalam menyerap informasi keilmuan. Juz ini memang juz ilmuwan yang selalu haus informasi keilmuan dengan semangat dialogisnya yang tak pernah putus. Tetapi kelemahan orang ini sekaligus juga pada otaknya. Ia sering dihinggapi semacam kesulitan untuk berkonsentrasi, terutama untuk membaca atau menyerap informasi. Suatu saat, apabila kelemahan ini sedang muncul, dipaksa-paksapun akan sulit untuk dapat membaca dan 78
Pengantar Psikologi Al-Quran
menyerap informasi dengan baik. Ilmuwan disini bukanlah dalam pengertian formal, yaitu seorang akademikus lulusan perguruan tinggi tertentu. Memang tidak setiap orang juz 29 kemudian menjadi ilmuwan dalam pengertian formal. Tetapi setidaknya, jika seorang juz 29 dikondisikan sedemikian rupa sejak kecil untuk menjadi seorang ilmuwan akademik, ia telah memiliki bekal perangkat lunak dalam dirinya, berupa surat-surat yang secara potensial dan kodrati mencerminkan dirinya sebagai seorang yang cinta ilmu dan kemanusiaan. Jika toh terjadi deviasi, pasti tidak terlalu jauh. Dengan kata lain, apabila secara sosial dan kultural seorang juz 29 mendapat kesempatan untuk menggunakan perangkat, bakat dan potensi alami nya, ia jelas memiliki kans yang lebih besar. Persoalannya, apakah kondisi lingkungan dan keluarga mampu menyalurkan minat dan bakatnya. Di sinilah pentinganya, orang tua mengenal karakteristik anaknya melalui al-Quran, sehingga ia dapat menyalurkan bakat anaknya secara tepat.
7. 8. 9.
Pengantar Psikologi Al-Quran
(22) (24) (13) (14) (11) (11)
1 - 22 1 - 24 1 - 13 1 - 14 1 - 11 1 - 11
’Ain Juz (angka bawah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Wanita menggugat Pengusiran Wanita diuji Barisan Hari Jumat Orang Munafik
79
1 - 18 1 - 12 1 - 12
Tampak kesalahan Talak Yang diharamkan
( 137 )
Posisi Tanda ’Ain pada Juz 28
Juz 28 berisi 9 surat, yaitu dari surat ke-58 (al-Mujadalah) hingga surat ke-66 (at-Tahrim). Berikut adalah daftar surat dan jumlah ayat pada juz 28. Al Mujadalah Al Hasyr Al Mumtahanah Ash Shaaf Al Jumu’ah Al Munafiqun
(18) (12) (12)
Juz ini berisi 137 ayat dan 20 tanda ’ain. Posisi tanda ’ain pada juz 28 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
1. Profil
58 59 60 61 62 63
At Taghaabun Ath Thalaq At Tahrim
Jumlah ayat
JUZ 28
1. 2. 3. 4. 5. 6.
64 65 66
80
Halaman Juz
Baris ke
Angka Tengah
’Ain Surat
(jarak)
(angka di atas)
1 2 3 4 5 6 7 8 8 9 10 10 11 11 12 13 14 15 16 16
15 14 11 18 12 4 3 2 18 9 5 10 8 12 13 7 14 7 6 18
6 7 9 10 7 7 6 7 9 5 8 3 8 3 10 8 7 5 7 5
1 2 3 1 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Pengantar Psikologi Al-Quran
Apabila diperhatikan, juz 28 merupakan juz di mana isi suratnya pendek-pendek. Dalam juz 30, yang nampaknya terdiri atas suratsurat pendek, tetapi terdapat surat yang jumlah ayatnya lebih dari 40. Sedangkan surat terpanjang pada juz 28 hanya terdiri atas 24 ayat, yaitu surat ke-59 (al-Hasyr).
Huruf tebal pada ayat pertama juz ini ( ). Huruf pertama ( ), yang berarti kepala. Cara berpikir seorang juz 28 pada awalnya bersikap rasional da cenderung berpikir logis. Tetapi, pada saat yang sama seorang juz 28 sering terlalu berharap pada fakror X dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, ia terkadang menjadi terlalu bersikap mistis dan yatalis. Ini terjadi karena huruf cetak tebal yang terakhir ( ), yang berarti penyerahan total kepada faktor X ketika ia menghadapi problematik. Cara berpikir seorang juz 28 memang sering bersifat kontradiktif. Ada kecenderungan dalam dirinya untuk mencampur antara rasionalitas dan irasionalitas sekaligus. Kepercayaan dirinya dalam mengatasi masalah cukup tinggi. Tetapi begitu ia menghadapi kesulitan, ia menjadi sangat ”cengeng” dan menumpahkan harapannya pada kekuatan mistis. Dengan demikian, pengharapan terhadap faktor X sering berlebihan. Menghadapi kesulitan sedikit mengeluh, dan kemudian memanggil Tuhan. Isi surat pada juz 28 pada umumnya relatif pendek, sehingga seorang juz 28 pada umumnya memiliki perasaan yang agak tipis dan ”cengeng”. Ia sulit sekali untuk bersikap agak ”cuek”, atau sedikit mengulur dan ”memanjangkan” perasaannya terhadap lingkungan. Ada kecenderungan dalam dirinya untuk memikirkan masalah yang sebenarnya sepele, sehingga menjadi beban pikiran bagi dirinya, bahkan sampai berlarut-larut. Tetapi orang juz 28 dapat dikatakan tahan banting, untuk menerima cobaan seberat apapun dalam hidupnya. Terkadang ia merasa mampu untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi, tanpa harus
meminta pertimbangan orang lain. Inilah surat al-Mumtahanah dalam juz 28, yang berarti ’wanita yang diuji”. Memang, pada umumnya ia sosok orang yang tahan uji. Dalam hidup sehari-hari, ia pun secara laten selalu diuji oleh pikiran dan perasaannya sendiri. Bayangan buruk dan kekhawatiran sering muncul dalam pikirannya sehingga hidupnya selalu dalam kondisi gundah. Terhadap waktu, ia sangat perhitungan, bahkan dalam batas tertentu ia bisa menjadi orang yang sangat disiplin. Ia selalu diliputi kekhawatiran, misalnya takut terlambat, takut ketinggalan, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang juz 28 selalu dalam keadaan ”kemrungsung” atau tergesa-gesa, dan sangat takut kehilangan momentum yang telah ia perhitungan. Sandi atau lambang juz 28 adalah ( ), yang berarti ”momentum pemberian ruh dan juz”, atau ”manajemen”. Dalam juz 28, tersirat suatu Ilmu Manajemen, atau suatu ilmu bagaimana mengatur sumberdaya, terutama sumberdaya manusia. Surat al-Mujadalah yang jumlah ayatnya 22 ( ), dapat digambarkan sebagai target dalam suatu proses manajemen. Dalam suatu organisasi usaha misal nya, target atau terminal-terminal kecil yang harus dicapai haruslah terumuskan secara jelas. Surat al-Hasyr (Pengusiran) merupakan gambaran mengenai kontrol tenaga kerja oleh seorang manajer. Ia tidak segan-segan untuk memecat atau mengusir tenaga kerja yang tidak disiplin. Surat al-Mumtahanah, juga gambaran mengenai seorang pemimpin atau manajer yang selalu diuji oleh anak buahnya dalam menjalankan mekanisme manajerialnya. Namun demikian, ia memiliki kecakapan untuk menata dan mengatur orang di sekelilingnya (ashShaf), sehingga dapat membuat mekanisme organisasi atau asosiasi tidak mengalami ”chaos”. Surat al-Jumah merupakan gambaran kebersamaan yang mutlak diperlukan dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, seorang juz 28 biasanya juga memiliki sikap yang tidak terlalu perhitungan terhadap kekayaan pribadinya yang terkadang harus dikorbankan demi kepentingan orang banyak (jamaahnya). Surat al-Munafiqun, juga
Pengantar Psikologi Al-Quran
82
2. Karakter Orang Juz 28
81
Pengantar Psikologi Al-Quran
merupakan perangkat yang dibutuhkan oleh seorang manajer (dalam proses manajemen) yang memungkinkan ia memanipulasi data demi memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Dalam proses bisnis, suatu saat seorang manajer juga menggunakan senjata menipulatif untuk menyelamatkan perusahaan. Oleh karena itu, seorang juz 28 sebenarnya memiliki bakat alami untuk menjadi seorang pemimpin (manajer). Ia mampu mengatur, berani mengambil keputusan, menata dan mengorganisir sumber daya manusia yang ada di sekelilingnya untuk keperluan tertentu. Dalam kehidupan keluarga misalnya, seorang anak juz 28 sejak kecil sudah mulai menampakkan karakter aslinya sebagai seorang direktur, misalnya mengatur atau menyuruh orang lain (saudarasaudaranya) untuk kepentingan dirinya. Dan sebaliknya, ia akan mengalami stress apabila hidupnya selalu diatur, atau disuruh ke sana ke mari. Ia memilih untuk berontak atau tidak mau, apabila selalu diatur atau disuruh-suruh. Dari segi bentuknya, huruf ke-28 memiliki tiga variasi, yaitu ( ) , ( ), dan ( ). Pertama, huruf alifnya miring dan tidak bersinggungan dengan huruf ( ). Dalam kondisi ini, ia telah mengalami kegundahan total, dan hidup dalam kondisi ”kemrungsung”. Ia dibayangbayangi oleh pikiran ”miring”. Pada kondisi kedua, ia bisa saja bertindak seenak ”pantatnya” sendiri, terutama dalam menyuruhnyuruh orang lain. Sering ia menjadi orang yang sewenang-wenang terhadap anak buah atau orang disekelilingnya. Tetapi pada saat ia berada kondisi ketiga, ia berada pada posisi setimbang, atau pada puncak kearifan. Dia dapat berpikir pemikiran secara jernih, dialogis dan cinta kebijakan atau keilmuan. Meskipun ia memiliki bakat alami menjadi seorang manajer, tetapi terhadap kekayaan pribadinya, ia tidak mampu memanaj dengan baik. Sangat sulit baginya untuk bersikap hemat, sebab ia memiliki kecenderungan kolektivisme. Pada saat ia sedang dalam kondisi longgar, ia terlalu mudah untuk memiliki sesuatu, karena itu ia begitu boros terhadap uang. Inilah surat al-Mujadalah yang selalu aktif dalam dirinya. Ia selalu menggugat pada masalah yang bersifat
kepastian, atau lebih tepatnya bersifat materiil. Jangan heran, jika seorang juz 28 kemudian agak berpandangan ”materialistik”. Misalnya, ia berpandangan bahwa waktuadalah uang. Menghadapi seorang juz 28, jangan hawatir bahwa ia akan bersikap ”pelit” terhadap insentif yang telah ia janjikan, terutama menyangkut soal materi. Sebab ia memiliki surat al-Jum’ah, yang menggambarkan suatu bentuk kehidupan bersama dan kolektivisme. Karena itulah, seorang juz 28 tidak terlalu peduli terhadap kepemilikan. Untuk keperluan yang bagi dirinya logis, ia bersedia berkorban materi, dan tidak terlalu ”perhitungan”. Tetapi hendaklah berhati-hati terhadap apa yang diungkapkan seorang juz 28. Dalam usahanya agar kemauan dan pikirannya dapat diterima orang lain, ia bisa saja membuat salih dan alasan, atau bahkan cerita palsu. Untuk menutupi”kesalahan” yang telah ia perbuat, ia bisa saja membuat alasan yang canggih, sehingga tampak seolah tidak lagi menjadi salah (al-Munafiquun). Meskipun, pada suatu saat yang lain, alasan-alasan ”palsu” yang pernah ia ajukan itu akhirnya ketahuan juga (at-Taghabun). Surat at-Taghabun juga dapat berarti bahwa seorang juz 28 sering ”keprucut” untuk mengungkapkan hal-hal yang mestinya harus dirahasiakan, minimal untuk dirinya. Termasuk ungkapan yang apabila muncul membuat orang lain menjadi tersinggung. Dan, apabila ini terjadi, maka akan tampaklah ”kecerobohan” laten yang sering dilakukan oleh dirinya. Juz 28 bukan gambaran mengenai pribadi seorang ilmuwan, berbeda dengan juz 29. Tetapi dibandingkan dengan seorang juz 29, ia lebih memiliki kecakapan dalam segi psikomotoriknya, yaitu dalam hal ketrampilan manajerial dalam mengatur orang. Namun demikian, ia juga memiliki kelebihan pada otak. Untuk berpikir yang agak reflektif dan esensial, iapun mampu. Sebab, ia juga memiliki ( ) yang diangkat, pada salah satu suratnya, yaitu surat ( ). Di samping itu, surat al-Mujadalah yang jumlah ayatnya 22, juga berarti bahwa seorang juz 28 memiliki kecakapan dalam logika. Namun demikian, karena ia hanya berbakat sebagai seorang
Pengantar Psikologi Al-Quran
84
83
Pengantar Psikologi Al-Quran
manajer, maka kapasitas intelektual dan kecintaan terhadap ilmu (kuriositas), tidaklah terlalu berlebihan. Seorang juz 28 sering menampakkan sifat egoismenya. Dan ketika egoismenya itu muncul, maka ia takkan lagi dapat berpikir jernih. Tetapi sebaliknya, ketika ia mampu menekan rasa keakuannya sedemikian rupa, ia mampu berpikir jernih. Bahkan untuk berpikir yang reflektif mendalam, ia pun bisa. Ini dapat dilihat pada huruf cetak tebal ( ), yang berarti bahwa darah (ego) harus dimati kan untuk dapat mengfungsikan kepala atau pemikirannya secara jernih. Namun ketika egoisme dan ambisi serta “kesombongan” seorang juz 28 muncul secara berlebihan, ia bisa saja punya pemikiran memandang rendah orang lain. Surat at-Tahriim, bagi seorang juz 28 berarti bahwa ia tidak mudah begitu saja berintegrasi dalam lingkungan yang baru. Bahkan ada kecenderungan ia merasa “minder” berhadapan lingkungan yang baru. Dalam suatu lingkungan sosial yang baru, dibuutuhkan waktu yang agak lama baginya untuk berinteraksi dan berintegrasi. Di samping itu, huruf ke-28 ( ) juga merupakan salah satu huruf yang tidak dapat digandeng pada posisi depan dan tengah. Ia hanya bisa digandeng pada posisi belakang (akhir). Ini berarti bahwa seorang juz 28 biasanya sulit untuk memulai dan cenderung berorientasi masa lampau. Ia tidak sabar dalam menjalankan proses, sehingga selalu menginginkan segala sesuatu lekas tercapai. Dan kalau berkarya, ia ingin agar karyanya cepat selesai. Kesan pertama terhadap seorang juz 28, pada umumnya seperti seorang yang tertutup dan angkuh. Tetapi sebenarnya ia sangat terbuka dalam berteman. Apalagi dengan orang yang telah lama ia kenal. Meskipun demikian, ia bukan tipe yang mudah bergaul dan mampu masuk ke lingkungan manapun dibandingkan dengan juz lain yang sandinya bersifat simetrik. Keterlibatan seorang juz 28 dalam suatu masalah yang baginya sedang “trendi” biasanya tidak setengah-setengah. Ia cukup serius dalam bergulat menangani masalah. Tetapi, begitu ia mengalami kekecewaan dalam masalah yang sedang ia gulati, segera ia dapat
lari dan menghindar. Surat ath-Thalaq, bagi seorang juz 28 justru membuat dirinya menjadi seorang yang terlalu moderat. Bahkan terkadang ia tidak mampu “menolak” tawaran orang lain, meskipun tawaran tersebut bakal merugikan dirinya. Perasaannya kadang terlalu tipis dan peka, sehingga ia sering tidak bisa bilang “tidak” pada orang lain, meskipun ia sadar bahwa dirinya akan dirugikan. Karena itu, ia bukanlah tipe seorang yang pemberani, malah sering bersifat anti-konflik. Namun demikian, kondisi psikologis di atas muncul apabila seorang juz 28 hidup dan dibesarkan dalam situasi kultural yang wajar. Dalam suatu lingkungan yang “keras”, yang memungkinkan ia menjadi seorang yang keras dan “demokratis”, sebaliknya seorang juz 28 bisa menjadi seorang “pencoleng” yang ulung. Ia mampu menjadi seorang “kepala bandit” yang begitu lincah dan canggih dalam melakukan operasinya. Surat al-Hasyr dalam dirinya, memungkinkan ia dapat “mancala-putra” dan “mancala-putri”, berpindah-pindah tempat dengan “berganti-wajah”.
Pengantar Psikologi Al-Quran
86
85
3. Kelemahan dan Kelebihan Dalam struktur ’ain, atau sistem 11, ia memiliki kelemahan atau kelebihan pada perut dan atau kepala. Ketika titik 11 (perasaan) mengalami gangguan yang serius, maka dengan segera perut akan terasa kembung, tidak ada nafsu makan, mual dan sebagainya. Kalau tidak kepala terasa sakit. Ini dapat dilihat pada diagram berikut : 28 = 10 = 1 = ( ):
Otak
Titik 11 ( ) titik keseimbangan
10
= (
Jumlah 11 (Perasaan)
) : Perut/Pencernaan Pengantar Psikologi Al-Quran
Kelemahan atau kelebihan seorang juz 28 bisa jadi berada pada salah satu di antara kedua titik tersebut, atau bisa jadi berada pada salah satu di antara kedua titik tersebut, atau bisa jadi pada keduanya. Pada saat perut lapar misalnya, bisa jadi kemudian ia merasa pening kepala. Pada saat kepala pening, biasanya ia minum obat. Tetapi setelah ia minum obat, meskipun sakit kepala hilang, perut menjadi terasa tidak enak. Bagi seorang juz 28, sakit kepala biasanya bersifat laten dan biasanya terjadi secara siklus. Bagaikan seorang wanita yang harus mengalami menstruasi setiap bulan, seorang juz 28 juga harus mengalami sakit kepala pada siklus tertentu. Dab sakit kepala sebaiknya jangan diantisipasi dengan obat –obat keras, melainkan cukup dengan membaca juznya. Perlu diingat, bahwa kedua organ tubuh tersebut (kepala dan perut) blank. Kekosongan yang harus disadari, tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Setiap orang memiliki titik kelemahan (potensi sakit) yang berbeda, sesuai dengan perbedaan juznya. Dan titik kelemahan tersebut bukti bahwa tak ada manusia sempurna. Apabila dianalisis dengan struktur abjad, maka kelemahan seorang juz 28 berada pada darah dan jantung. Untuk mengantisipasi kelemahan ini, sebaiknya melakukan berbagai kegiatan yang dapat memperlancar aliran darah, semacam olah raga, meditasi atau shalat. Jika itu pun berat, maka salah satu cara yang paling mudah, membaca juz seminggu sekali, atau sesempatnya. Kecakapan mengatur sumberdaya manusia, sebagai bakat alami yang ada pada diri seorang juz 28, juga dapat disalurkan pada mengatur benda-benda interior. Surat as-Shaf, yang berarti barisan atau kerapihan, membuat seorang juz 28 memiliki kecenderungan hidup dalam suasana rapih dan teratur. Dalam memilih tempat, ia sangat selektif. Untuk dapat berpikir dan berkreasi secara jernih diperlukan tempat yang benar-benar nyaman. Kalau tidak, ia tidak akan lama betah tinggal di tempat yang tidak cocok baginya. Dalam kehidupan rumah tangga, seorang juz 28 pada umumnya diuji oleh anak, istri (wanita) dan kekayaan (materi), terutama dalam hal manajemen. Karena itu, jalan terbaik mengerem rasa ”nekad”-nya (alif miringnya) yang sewaktu-waktu dapat muncul, Pengantar Psikologi Al-Quran
87
JUZ 27 1. Profil Juz 27 terdiri atas 7 macam surat, yaitu dari surat ke-51 (ayat ke31) sampai dengan surat ke-57 (al-Hadiid). Awal juz 27 bukanlah awal surat, melainkan pertengahan surat. Sedangkan akhir juz ini akhir surat (al-Hadiid). Berikut ini daftar nama surat juz 27. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
51 52 53 54 55 56 57
Adz-Dzariyat Ath-Thuur An-Najm Al-Qamar Al-Rahman Al-Waqi’ah Al-Hadiid
Jumlah ayat
(30) (49) (62) (95) (78) (96) (29)
31 - 60 1 – 49 1 – 62 1 – 95 1 – 78 1 – 96 1 – 29
Angin Topan Bukit Bintang Rembulan Penyayang Hari Kehancuran Besi
( 399 )
Pada daftar di atas terlihat bahwa jumlah ayat pada surat ke-51 (adz-Dzariyat) 60, jumlah ini dibagi dua, separuh (ayat 1 – 30) ikut juz 26, sedangkan separuhnya lagi (ayat 31- 60) ikut juz 27. Ayat pada juz 27 sebanyak 399 dan jumlah ’ainnya 20. Juz 27 memiliki keunikan tersendiri. Misalnya, nama surat dalam juz 27 bertemakan benda atau fenomena kosmik, seperti besi, angin kencang, rembulan, bintang dan bukit. Tetapi, dalam juz 27 juga sekaligus terkandung sebuah nama surat yang bertemakan ”spiritual” yaitu ”kasih” (ar-Rahman), dan juga sebuah surat yang bertema kehancuran (al-Waqiah). Kehancuran itu sendiri pada hakekatnya perubahan bentuk, yaitu bentuk fisis dari fenomena. Sedangkan aspek batin, seperti batin, seperti halnya spiritualitas, ”kasih” dan atau energi sesuatu yang tetap. Sebagaimana juz 28, jumlah tanda ’ain pada juz 27 juga 20. Angka 20 sama dengan ( ) yang artinya batas pandang manusia atau 88
Pengantar Psikologi Al-Quran
aturan main. Implikasi dari jumlah tanda ’ain ini bahwa seorang juz 27 terkadang juga bersikap anti-dialog, dan terjebak pada cara berpikir yang formalistik, sesuai dengan pemahaman yang telah mapan. Berikut daftar posisi tanda ’ain pada lembaran juz 27. ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Halaman Juz 1 2 3 4 5 5 6 7 8 8 9 10 11 12 13 13 14 15 16 16
Baris ke 11 4 7 6 4 15 10 11 6 15 11 5 2 2 3 14 15 15 9 18
Angka Tengah
Angka atas
23 14 28 21 25 7 30 8 18 5 25 20 33 38 36 22 10 9 6 4
2 3 1 2 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4
Posisi tanda ’ain di atas hanya dapat dipahami dalam konteks lembaran (Mushaf) Utsmani yang diandaikan masih orisinil. Pendataan tanda ’ain dalam setiap juz dalam buku ini, telah dijelaskan sebelum nya, dimaksudkan sebagai upaya melakukan konservasi terhadap apa yang disebut sebagai Mushaf Utsmani. Pengantar Psikologi Al-Quran
89
Dengan upaya ini, maka dapat ditunjukkan betapa mushaf atau format bagian yang sangat penting dari al-Quran, yang mengandung pesan simbolik dan keilmuan. 2. Karakter Orang Juz 27 Huruf cetak-tebal pada ayat pertama juz ini terdiri atas beberapa huruf, yaitu ( ). Huruf ( ) pada awal cetak-tebal, mencerminkan bahwa seorang juz 27 juga tipe seorang analis. Namun demikian, keakuan dirinya selalu muncul dalam pikirannya. Dengan kata lain, dalam melihat segala permasalah, sering kali terpikir olehnya apakah sesuatu itu memiliki umpan balik bagi dirinya. Dia selalu berpikir dalam kerangka target atau output-input. Atau, sejauh mana relevansi setiap permasalahan yang ia hadapi itu dengan kepentingan usahanya, atau keuntungan bagi dirinya. Juz 27 gambaran sosok seorang pengusaha dalam arti luas. Ialah orang yang cocok bergerak dalam bidang usaha, dalam arti mengusahakan sebuah ide menjadi kenyataan. Ia bersifat mandiri dan ulet. Untuk merealisir sebuah gagasan, ia berani melakukan kerja keras. Dengan mobilitasnya yang tinggi, ia berani melakukan segala sesuatu sendirian, tanpa bantuan atau kawan lain. Perbedaannya dengan juz 28, jika seorang juz 28 menemukan keutuhan eksistensi dirinya ketika ia dapat memfungsikan diri sebagai orang yang mengatur orang lain dalam bentuk kelompok atau organisasi, maka juz 27 seorang yang mengusahakan ide menjadi kenyataan. Ia berani mengusahakan tercapainya apa yang ia rencanakan dan pikirkan secara ”single fighter”, sementara seorang juz 28 menjalankan idenya harus melalui perpanjangan tangan orang lain. Sebagai seorang pengusaha, maka dalam hidupnya pun ia tidak suka diperintah atau diatur. Menghadapi seorang juz 27, sebaiknya jangan menampakkan kesan memerintah atau mengatur. Bila ini terjadi, maka ia akan melawan dengan keangkuhannya. Jika ada kepentingan dengannya, cukuplah ia diberi ide atau deskripsi gagasan. Setelah itu, maka ia akan tahu apa yang harus ia kerjakan dalam rangka merealisasi gagasan yang telah ia terima. Setelah ia menda90
Pengantar Psikologi Al-Quran
patkan suatu gagasan, maka ia akan mencoba memikirkan bagaimana taktik dan strategi mencapai keberhasilan usahanya. Jika pemikiran atau gagasan taktisnya belum ia dapatkan, maka ia benarbenar menjadi manusia yang susah sekali untuk tidur. Surat adz-Dzariyaat (Angin yang menggoncangkan) dalam juz 27, menggambarkan bahwa seorang juz 27 meskipun telah porak poranda dilanda kebangkrutan, ia dengan cepat dapat berdiri lagi, dan bangkit lagi membangun usahanya. Ia pantang putus asa, karena ia memang benar-benar berdarah usahawan. Dalam suatu forum diskusi misalnya, seorang juz 27 mampu ”mengobrak-abrik” forum dengan gagasan-gagasan revolusioner. Tetapi jangan tersinggung bergaul dengan seorang juz 27, apabila ia ternyata gampang sekali meremehkan orang lain. Terkadang ia merasa dirinya ”lebih hebat” dari orang lain, sehingga cenderung menganggap orang lain kecil. Seringkali ia menampakkan keangkuhannya terhadap orang lain. Hal ini dapat dipahami, terutama apabila kondisi psikologisnya sedang didominasi oleh surat ke-52 (at-Thuur) atau bukit. Bayangkan saja, ketika ia berada di atas bukit, ia melihat orang lain di bawahnya tampak kecil. Di samping itu, ketika ia berada di atas bukit, ia juga mampu melihat jauh melintasi batas pandang orang di bawahnya. Karena itu, ia memiliki kepekaan melakukan forcasting dengan baik. Dia memiliki kemampuan dan daya ramal yang begitu tinggi, baik daya ramal untuk mengantisipasi jalannya usaha bisnisnya, maupun daya ramal terhadap peristiwa yang bakal terjadi di depannya. Kemampuan daya ramal inilah yang terkandung dalam surat ke-53 (an-Najm), yang berarti Bintang. Dengan kata lain, ia orang yang memiliki bakat alami sebagai orang yang ahli nujum. Jika ia memang cermat, dalam dirinya sebenarnya terpendam bakat alami sebagai seorang ahli Nujum, atau ahli perbintangan yang mampu meramal berbagai peristiwa yang bakal terjadi. Termasuk dalam hal ini ia mampu meramal dan menebak karakteristik orang yang punya hubungan dengannya. Ia mampu membaca gelagat seseorang , termasuk memprediksi rentetan peristiwa yang bakal terjadi. Bisa jadi, seorang juz 27 mampu menterjemahkan peristiwa
mimpi dan meramalkan yang bakal terjadi dengan peristiwa mimpi tersebut, baik yang dialami sendiri ataupun orang lain. Dalam mengusahakan idenya, seorang pengusaha tentu tidak hanya menggunakan pertimbangan pemikiran rasional, tetapi sekaligus juga dengan kepekaan instink bisnisnya atau kepekaan mata hati untuk meramal berdasarkan situasi atau tanda-tanda jaman. Dan hal semacam ini secara alami dimiliki oleh seorang juz 27. Persoalannya, memang tidak setiap orang juz 27 benar-benar menyadari potensi alami yang ada dalam dirinya. Sehingga ia tidak pernah melatih dirinya untuk memiliki kepekaan tesebut. Hakekat rembulan (al-Qomar) bahwa ia menerangi kegelapan malam. Pada kegelapan malam yang begitu pekat, seseorang terkadang merindukan rembulan. Ini berarti bahwa seorang juz 27 sering merindukan orang lain, meskipun tidak pernah jelas siapa yang ia rindukan. Tetapi, seorang yang selalu ia rindukan pertama-tama ibunya. Sebab, dia seorang yang sangat dekat dengan ibunya. Ia memiliki getaran non-fisis yang tak pernah putus dengan ibunya. Dengan kata lain, hubungan tali pusar antara seorang juz 27 dengan ibunya hampir tak pernah ”putus”, bahkan secara esensial tak pernah putus. Sehingga, getaran perasaan antara sang ibu dengan sang anak, terutama juz 27, selalu sambung. Inilah segi irasionalitas, yang tak dapat dijelaskan oleh seorang juz 27 sendiri betapapun dalam hidupnya ia seringkali bersifat rasional. Dialah seorang yang sungguh-sungguh penyayang terhadap sesama, sehingga sering dirinya menjadi tidak ”tega” melihat orang lain menderita atau merengek-rengek di depannya. Surat ar-Rahman dalam juz 27 akan dapat bermakna ganda. Dengan surat tersebut, seorang juz 27 benar-benar menjadi seorang penyayang. Karena itu, jangan coba-coba menyakiti seorang juz 27. Sebab, di samping ia seorang penyayang, bila dalam proses pergaulan ia mendapat perlakuan buruk, atau disakiti (dikecewakan) oleh orang lain hingga di luar batas kemampuan toleransi dirinya, ia akan bersikap begitu tega untuk mengakatakan ”tak ada maaf bagimu”. Dalam surat ar-Rahman, terdapat satu ayat yang diulang-ulang hingga 31 kali, yaitu Fabiayyi ala irabbikuma tukadzibaan. Seorang
Pengantar Psikologi Al-Quran
92
91
Pengantar Psikologi Al-Quran
juz 27 terkadang berpikiran ”mbulet”, dan selalu berpikir dalam tema yang itu-itu saja. Apabila ia memasuki suatu lingkaran sosial dengan corak pemikiran yang tertentu, maka sulit baginya keluar dan mengambil distansi. Dan surat inilah yang membuat seorang juz 27 sering dihinggapi kegelisahan, sehingga merindukan pengalaman spiritual sebagai jawaban. Jangan heran, jika seorang berjuz 27 kemudian mencari kedamaian dengan mistik. Ia mengaktualisasikan surat ar-Rahman ini dalam bentuk selau dekat dengan al-Quran. Ia selalu ingin membaca al-Quran untuk menjawab kegelisahan spiritual yang ia alami. Huruf ke-27 ( ) yang artinya Usaha Pembentukan Manusia. Kata kunci untuk memahami juz 27, USAHA. Karena itu, seorang juz 27 sejak kecil sudah ada tanda-tanda mandiri dan ulet dan suka bekerja keras. Meskipun kecenderungannya sangat dekat dengan ibu, tetapi kedekatan tersebut biasanya lebih bersifat psikologis, bukan dalam pengertian ketergantungan materiil. Dalam masyarakat kita, sering kita dengar pesan kebudayaan Islam, yang menyatakan bahwa jika Anda ingin kaya maka seringseringlah membaca surat al-Waqi’ah. Lantas, apa hubungannya antara ”kekayaan” dengan sebuah surat yang berarti ”kiamat”. Pesan yang terkandung dalam kebudayaan tersebut, sebaiknya jangan ditelan mentah-mentah, melainkan harus dipahami dalam konteks struktur susunan al-Quran. Surat al-Waqi’ah berada pada juz 27, sedangkan seorang juz 27 memiliki karakter yang ulet, mandiri dan selalu giat berusaha meraih sukses dalam bisnisnya. Dengan demikian, pelajaran yang dapat diambil dari pesan kultural tersebut. Pertama, bukan membaca surat al-Waqi’ahnya tetapi contohlah atau berperilakulah seperti seorang juz 27 agar orang dapat menjadi kaya. Atau kemungkinan kedua, bacalah juz 27 secara rutin sebagai sarana spiritual, sehingga ia dapat ”mengadopsi” semangat berusaha sebagaimana seorang juz 27. Lantas apa makna surat al-Waqi’ah (Kehancuran) bagi seorang juz 27. Makna surat tersebut bagi seorang juz 27 bahwa ia memiliki kemampuan berpikir ke kiri, atau berpikir yang revolusioner.
Apabila surat tersebut berperan aktif, maka seorang juz 27 memiliki bakat untuk berpikir cepat dan reflektif dan sekaligus revolusioner. Idenya cukup cemerlang, bahkan sering bersifat revolusioner. Di sini juga tersirat kelemahan seorang juz 27. Apabila dalam rangka melakukan usaha, ada ide yang belum dapat terpecahkan, maka ia akan sulit tidur. Dalam juz 27 terdapat surat ke-57 (al-Hadiid) yang berarti besi atau fero. Ini berarti bahwa seorang juz 27 sering bersifat keras dan tahan banting. Untuk merealisasikan gagasannya, ia mampu berpergian ke sana ke mari sendirian, tanpa bantuan orang lain. Suatu saat, ketika ia telah mantap dengan langkah yang dipilihnya, tak ada peluang bagi dirinya untuk menerima saran atau nasehat orang lain.
Pengantar Psikologi Al-Quran
94
93
3. Kelemahan dan Kelebihan Apabila ditinjau dengan sistem 11, maka kelemahan seorang juz 27 terletak pada mata atau hati. Tetapi, apabila dianalisis dengan struktur huruf, maka kelemahan seorang juz 27 terletak pada bagian paru-paru atau pernafasan. Pada umumnya, seorang juz 27 memiliki kelemahan pada mata. 2(
)
Mata
Titik 11 ( ) Perasaan
27 = 9 = (
)
Titik Keseimbangan
Hati Nurani/Liver
Mata kepala dan mata hati dua organ tubuh yang saling berkaitan. Apabila mata melihat sesuatu yang tidak enak dipandang, maka langsung hati ikut merasakan tidak enak pula. Seorang juz 27, dapat merasakan rasa nyeri pada bagian livernya, atau kalau tidak mata kepalanya akan peka terhadap sinar. Karena itu, tidak heran jika Pengantar Psikologi Al-Quran
seorang juz 27 kemudian terpaksa harus menggunakan kaca mata sambung. Atau kalau tidak, ia sering terkena bengkak-bengkak pada pelupuk matanya. Kelemahan pada hati juga dapat berarti bahwa seorang juz 27 sering diliputi rasa tak tegaan, sehingga sulit untuk mengambil keputusan. Hatinya selalu diliputi keraguan, sehingga untuk mengambil keputusan dibutuhkan waktu yang agak lama. Apabila ini terjadi secara berlarut-larut, maka seorang juz 27 akan menjadi orang yang ”lamban” dalam mengerjakan berbagai masalah. Bisa jadi, kelemahan hati terjadi benar-benar secara fisis. Artinya ia memiliki potensi sakit pada bagian livernya. Apabila ditinjau dari struktur abjad, maka juz 27 memiliki potensi sakit pada paru-paru. Artinya, di samping potensi sakit pada hati (liver) dan mata, seorang juz 27 besar kemungkinan mengalami gangguan pada pernafasan. Apabila pernafasan terkena sakit maka umumnya kemudian merambat ke bagian tenggorokan. Tetapi kelemahan pada bagian ini tidak terlalu berbahaya, jika mau meminimalisir dengan cara membaca juznya secara rutin. Kelebihan seorang juz 27 terletak pada keberanian melakukan spekulasi. Ia memiliki bakat alami sebagai pengusaha atau usahawan. Oleh karena itu, seorang juz 27 sebaiknya disalurkan untuk banyak belajar masalah yang berkaitan dengan ekonomi perusahaan atau organisasi usaha. Setiap orang (juz) bisa saja menjadi seorang pedagang atau usahawan. Tetapi, jika saja seorang usahawan kebetulan berjuz 27, atau sebaliknya seorang juz 27 kemudian menjadi pedagang atau usahawan, maka ini peristiwa yang ”kebetulan” tapi tepat. Ia jelas menyalurkan bakat alaminya pada bidang yang tepat. Oleh karena itu, sejak kecil anak juz 27 sebaiknya diarahkan menjadi seorang pengusaha (wiraswasta).
Pengantar Psikologi Al-Quran
95
JUZ 26 1. Profil Juz ini terdiri atas 6 surat, yaitu dari surat ke46 (Al-Ahqaaf) hingga surat ke-51 (Adz-Dzariyaat) ayat 30. Surat Adz-Dzariyaat jumlah ayatnya 60, tetapi yang menjadi milik juz 26 hanya 30, sedangkan 30 ayat lainnya ikut juz 27. Berikut ini daftar nama surat pada juz 26. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
46 47 48 49 50 51
Al-Ahqaaf Muhammad Al-Fath Al-Hujuraat Qaaf Adz-Dzariyat
Jumlah ayat
(35) (38) (29) (18) (45) (30)
1 - 35 1 – 38 1 – 29 1 – 18 1 – 45 1 – 30
Bukit PAsir Nabi Muhammad Kemenangan Berbilik-bilik Qaaf Angin Topan
( 195 )
Apabila diperhatikan secara cermat, juz 26 dan 27 sebenarnya berada pada satu rumpun surat yang jumlahnya 12, yaitu dari surat ke-46 (Al-Ahqaaf) hingga surat ke-57 (Al-Hadiid). Ayat pada juz 26 berjumlah 195, dan jumlah ’ainnya 18. Juz ini juga memiliki keunikan tersendiri. Seolah antara satu surat dengan lainnya dalam juz ini sama sekali tidak memiliki kaitan simbolik. Misalnya, surat Muhammad ditempatkan dalam satu juz dengan surat Al_Ahqaaf yang artinya bukit pasir. Juga terdapat nama surat yang hanya terdiri atas satu huruf, yaitu ( ). Sudah ada surat al-Fatihah sebagai surat pertama (pembukaan), pada juz 26 ini terdapat surat al-Fath, yang berada pada juz yang sama dengan surat al-Hujuraat (bilik-bilik). Apa sebenarnya makna simbolik dari nama surat tersebut di atas. Tetapi, sebelum sampai pada analisis makna surat, terlebih dahulu disajikan data tentang ’ain juz 26. Berikut ini daftar posisi tanda ’ain pada lembaran juz 26. 96
Pengantar Psikologi Al-Quran
’Ain Juz
Halaman Juz
Baris ke
Angka Tengah
Angka atas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 3 3 4 5 6 7 7 8 9 10 11 12 13 14 14 15 16
18 3 15 15 14 11 14 18 18 16 16 7 10 9 7 18 15 12
10 10 6 9 11 8 9 10 10 7 9 3 10 8 15 14 16 23
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 2 3 1
Modal, Potensi atau Putaran Waktu
2. Karakteristik Juz 26 Juz ini diawali dengan cetak-tebal dua huruf, yaitu ( ), ayat 1 surat ke-46 (al-Ahqaaf). Ini adalah sandi tentang mengenai cara berpikir seorang juz 26. Kedua huruf tersebut juga merupakan lambang dari rasionalitas dan empirisme. Huruf ( ) berarti kausalitas atau hukum sunatullah, sedangkan huruf ( ) berarti peristiwa, kaitan peristiwa, atau mata-rantai kejadian. Seorang juz 26, memandang peristiwa selalu dikaitkan berbagai variabel pendukung atau sebab-musabab yang bersifat rasional dan logis. Baginya, suatu peristiwa terjadi karena rangkaian kausalitas dan sebab-sebab yang rasional sifatnya. Oleh karena itu, Pengantar Psikologi Al-Quran
seorang juz 26 tidak dengan mudah percaya pada cerita atau gagasan yang disampaikan orang lain. Sejauh menurut pandangannya logis dan rasional, baru ia percaya pada yang disampaikan orang. Diperlukan waktu yang cukup untuk meyakinkan seorang juz 26. Surat pertama dalam juz ini adalah al-Ahqaaf, yang artinya bukit pasir. Bukit pasir merupakan dataran tinggi yang mudah pindah, atau berubah bentuk apabila terkena angin kencang atau badai. Orang yang tidak pernah mantap terhadap alternatif yang dipilihnya adalah seorang juz 26. Dengan kata lain, seorang juz 26 pada umum nya sangat rentan atau mudah goyah. Hari ini ia sangat mantap pada tekad dan gagasannya, tetapi suatu saat ia mudah sekali berpikir ulang, goyah dan bahkan berbalik sehingga rencana dan tekad yang matang bisa jadi dibatalkan. Dalam juz 26 terkandung keilmuan atau teori tentang ekonomi uang. Huruf (abjad) ke-26 ( ), dan secara simbolik berarti
97
Itulah kata kunci untuk memahami karakteristik seorang juz 26. Di sini akan tampak universalitas al-Quran bahwa al-Quran gambaran mengenai manusia dan peradabannya. Jika juz 14 merupakan gambaran mengenai ilmu bangunan, dan dapat dipakai untuk menjelaskan susunan peradaban kuno atau batu candi, maka juz 26 dapat dipakai untuk menjelaskan peradaban bangsa Cina yang menggunakan ”pasir” sebagai benda kebudayaan yang dianggap memiliki nilai sakral. Angka 26 juga merupakan sandi tentang bangsa Cina yang secara kultural ahli tentang ekonomi uang. Di setiap rumah orang Cina, sering kita melihat ada kantong kecil dari kain yang digantung di atas pintu atau tembok. Kantong kain itulah yang dipakai untuk tempat pasir. Bagi bangsa Cina, pasir dalam kantong itulah lambang tentang uang. Secara esensial, uang memiliki karakter bagaikan pasir, selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dan pada awal juz 26, ternyata terdapat surat yang artinya bukit pasir (al-Ahqaaf). 98
Pengantar Psikologi Al-Quran
Dengan demikian, kebudayaan Cina sebagai bangsa yang ahli dalam memutarkan modal, dapat dijelaskan dengan juz 26 dalam al-Quran. Di balik lembaran kertas atau logam yang disebut uang, juga tersirat unsur kepercayaan masyarakat. Artinya, uang akan berlaku sebagai alat tukar apabila masing-masing subyek yang melakukan transaksi tukar-menukar atau jual-beli percaya pada uang atau alat tukar yang digunakannya itu. Misalnya, jangan membawa uang dolar ke atas bukit terpencil, di sana uang dolar tidak akan laku, karena pedagang di sana tidak mengenal uang dolar. Inilah surat Muhammad, yang berarti kepercayaan atau al-Amin. Dengan uang segala macam dapat dibeli. Uang juga membawa orang pada keberanian, kegagahan dan bahkan kemerdekaan. Dengan kata lain jika seseorang menguasai sumber uang , maka ia dapat mengalami pencerahan dalam hidupnya. Apa yang dicari dalam aktivitas hidup sehari-hari umat manusia, sebagian besar juga uang. Uang adalah modal yang dapat berkembang. Itulah gambaran surat al-Fath (kemenangan) dalam juz 26. Modal atau uang dapat berkembang karena perputarannya bersifat rasional. Dengan kata lain, di balik perputaran uang terdapat logika dan rasionalitas tersendiri. Misalnya, uang berputar dan berkembang. Dari perputaran itulah terjadi akumulasi. Proses akumulasi atau penumpukan uang itulah yang membuat peradaban manusia selalu berubah dan berkembang. Inilah gambaran surat ke-50 ( ) dalam juz 26, yang berarti kepala atau rasionalitas. Dan karenanya, dapat dipahami kenapa seorang juz 26 dapat dipastikan memiliki kemampuan untuk mengatur penggunaan uang secara efisien. Meskipun seorang juz 26 cenderung berpikiran goyah bagaikan bukit pasir, tetapi terhadap persoalan yang menyangkut prinsip atau keyakinan ideologis. seorang juz 26 cukup terpercaya. Artinya, dalam berpegang pada prinsip dan moralitas, seorang juz 26 pada umumnya cukup kuat. Ini adalah cerminan dari surat Muhammad, sebagai seorang yang dalam sejarah hidupnya pernah dijuluki alAmin (terpercaya). Surat ini pula yang membuat seorang juz 26 cenderung berpikir legalistis, normatif dan formal. Surat ini juga
yang membuat dirinya selalu memiliki kepatuhan menjalankan apapun bentuk seremonial atau ritual yang dianggap sebagai jalan spiritualitas. Betapapun ia mampu berpikir esensial dan filosofismistis, tetapi jangan harapkan ia mampu sepenuhnya meninggalkan formalisme dalam berpikir. Ia lebih cenderung berpikir dalam kerangka aturan main yang berlaku secara umum. Sedangkan surat al-Fath, bagi seorang juz 26 membuat dirinya tidak terlalu ambisius dalam menghadapi segala persoalan. Sebab, ia percaya dirinya selalu dalam pencerahan dan kemenangan. Ia bukan tipe orang yang ambisius, tetapi juga bukan tipe orang yang yang lamban. Dengan uang, segala sesuatu dapat dibeli. Uang lambang kemenangan. Oleh karena itu, seorang juz 26 meskipun tidak bersifat ambisius cenderung memiliki optimisme dan percaya diri yang begitu kuat. Logika keungan adalah bahwa uang haruslah dipakai pada kegiatan bisnis yang mendatangkan profit, sehingga uang yang keluar dari tangan dapat berputar dan terakumulasi Dengan kata lain , penggunaan uang haruslah bersifat rasional dan logis. Oleh karena itu, seorang juz 26 memiliki kecakapan alami untuk mengatur penggunaan uang. Dalam mengalokasikan uang, ia sangat berhati-hati dan logis. Bagi seorang yang tidak mengenal cara berpikirnya, maka dengan mudah menuduh seorang juz 26 sebagai orang yang terlalu ”perhitungan” terhadap uang atau katakanlah ”pelit”. Tetapi sebenar nya, ia bukanlah pelit, melainkan sangat logis dalam mengalokasikan uang. Ia memiliki logika tersendiri dalam mengatur keuangan, yang hampir bersifat eksklusif dan tidak dimiliki oleh orang lain, kecuali juz 19 surat ke-26 (asy-Syu’araa). Logika keuangan yang rasional, salah satunya didukung oleh surat ( ) yang artinya kepala. Seorang juz 26 memiliki surat yang melulu berarti kepala atau analisis ulang, yaitu surat ( ). Implikasi psikologis surat ini bagi seorang juz 26 adalah bahwa ia memiliki kecakapan analitik, sebagaimana juz 21. Huruf tersebut juga merupakan lambang rasionalitas. Artinya, peristiwa semestawi terjadi
Pengantar Psikologi Al-Quran
100
99
Pengantar Psikologi Al-Quran
karena sebab yang relatif konstan, yang dikenal sebagai sunnatullah. Berpikir rasional, berpikir dalam kerangka kaitan berbagai variabel yang memungkinkan terjadinya sebuah peristiwa. Berbagai variabel yang beruntun juga haruslah bersifat empirik, dan dapat digambarkan pola, struktur serta mekanismenya. Surat ( ) bagi seorang juz 26 sangat berpengaruh bagi cara berpikirnya yang sangat rasional dan legalistis (berdasarkan kaidah logika formal). Oleh karena itu, seorang juz 26 juga memiliki kecakapan untuk bermain logika. Dalam suatu proses diskusi, berhati-hatilah berbicara dengan seorang juz 26. Jangan sampai terjadi kerancuan logika. Bagi seorang juz 26, kerancuan logika lawan bicara merupakan senjata tajam meng-counter pembicaraan. Surat al-Hujraat (berbilik-bilik) juga merupakan elemen karakter juz 26 yang membuat ia sangat mahir dalam memilah-milah persoalan. Ia memiliki kecanggihan dalam Ilmu Kategoris. Di samping logikanya jalan, ia juga mampu menatap permasalahan secara kategoris, sehingga menjadi sangat jelas dan deskriptif. Ia memang menjadi seorang manusia yang cenderung berpenampilan ”kalem”, pendiam dan pendengar (pencerna) yang baik. Jangan diharapkan, seorang juz 26 berpenampilan agak agresif. Huruf ke-26 atau ( ) adalah huruf yang tidak dapat digandeng pada posisi depan dan tengah dan ia hanya bisa digandeng pada posisi akhir, sebagaimana huruf ( ). Oleh karena itu, seorang juz 26 mengalami kesulitan untuk memulai. Dia lebih cenderung untuk berorientasi ke masa lampau. Pada langkah pertama, ia cenderung untuk memilih jalan low-profile. Setelah ia mengalami proses, baru ia mampu berperan secara optimal. Di balik penampilannya yang diam dan mencerna, seorang juz 26 memiliki kapasitas intelektual untuk mengolah data dan informasi. Dalam suatu proses diskusi, ia mampu mengungkapkan persoalan yang membuat orang lain (lawan bicara) jungkir balik. Betapapun ia menyampaikan gagasan sederhana, tetapi lantaran diolahnya secara logis-kategoris, maka gagasan tersebut menjadi tampak segar dan menarik. Pengantar Psikologi Al-Quran
101
3. Kelemahan dan Kelebihan Seorang juz 26 memiliki kelemahan pada THT (Tenggorokan termasuk rongga mulut dan gigi, Hidung, dan Telinga) dan atau darah (jantung). Kelemahan seorang juz 26 bisa jadi pada kedua sub-struktur tubuh atau titik anatomis tersebut, atau pada salah satu dari keduanya. Apabila dilihat dalam sistem 11, maka kelemahan juz 26 tampak sebagai berikut : 3(
)
THT
Titik 11 ( ) Perasaan 26 = 8 = (
)
Titik Keseimbangan Darah/Jantung
Namun demikian, pada umumnya seorang juz 26 sejak kecil sudah tampak kelemahannya yang dideritanya, terutama pada THT. Misalnya, banyak anak kecil yang menderita sulit bicara atau ”gagu” atau juga ”celad”. Bahkan sakit semacam ini tidak dapat disembuhkan hingga besar. Kemungkinan lain, yang banyak diderita seorang juz 26 sakit gula, atau juga darah tinggi. Oleh karena itu, berhati-hatilah apabila kita memiliki anak juz 26. Untuk menghindari kemungkinan yang amat buruk, maka sejak kecil (bayi) sebaiknya orang tuanya rajin membacakan juznya. Minimal sebulan sekali. Oleh karena seorang juz 26 memiliki kelebihan cara berpikir kategoris dan rasional, dan memiliki bakat untuk menjadi seorang bisnisman yang mahir dalam mengalokasikan atau memutarkan uang, seorang juz 26 sebaiknya dimasukkan ke pendidikan ilmu ekonomi. Ia sebenarnya memiliki bakat alami untuk menjadi seorang ahli dalam bidang ekonomi. Termasuk juga ia berbakat untuk menjadi seorang wiraswastawan. Namun demikian, apabila ia di102
Pengantar Psikologi Al-Quran
kondisikan menjadi seorang akademikus, meski kecakapan retoriknya lemah tetapi ia memiliki kecakapan di bidang logika.
JUZ 25 1. Profil Juz ini dimulai surat ke-41 Al-Fushilat (Haa-miim As-Sajdah) ayat 47-54 (8 ayat), hingga surat ke-45 (Al-Jaatsiyah). Juz ini berisi 246 ayat dengan 20 tanda ’ain. Berikut ini daftar surat juz 25. 1. 2. 3. 4. 5.
41 42 43 44 45
Hm-As-Sajdah Asy-Syuuraa Az-Zukhruuf Ad-Dukhaan Al-Jaatsiyah
Jumlah ayat
(8) (53) (89) (59) (37)
47- 54 1 – 53 1 – 89 1 – 59 1 – 37
Hm-As-Sajdah Musyawarah Perhiasan Kabut Bertekuk Lutut
( 246 )
Surat ke-41 bisa disebut sebagai al-Fushilat, yang berarti penjelasan, dan juga dapat disebut sebagai surat ( ). Kenapa huruf ( ) kemudian diikuti ( ). Apabila kita perhatikan, apa yang disebut sajadah secara sederhana berarti tempat sujud. Pada saat seorang sujud di atas sajadah, maka ada 7 titik tumpu atau organ tubuh yang menempel pada tanah (tempat sujud). Itulah mengapa, surat yang diawali ( ) juga ada tujuh, yaitu surat ke-40 (alMu’min) hingga surat ke-46 (al-Ahqaaf). Angka 7 apabila ditulis dengan huruf, maka akan menjadi ( ), dan apabila ketiga huruf tersebut dijumlahkan ( )+ ( ) + ( ) akan ketemu angka (12) + (2) + (18) = 32. Surat ke-32 juga bernama as-Sajdah. Huruf ( ) sandi tentang segala peristiwa yang terjadi dalam rangkaian kausalitas atau sunnatullah. Ia penjelasan empirisme dan positivisme, suatu cara pandang yang dibutuhkan umat manusia dalam memahami karakteristik dan gerak alam semesta yang bersiPengantar Psikologi Al-Quran
103
fat empirik. Oleh karena itu, surat ( ) dengan sendirinya ia bernama surat ( ) yang berarti penjelasan atau penguraian. Berikut, posisi tanda ’Ain pada juz 25. ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 8 9 10 10 11 13 13 14 14 15 16 16
Baris ke 14 10 13 13 12 15 13 6 18 11 4 16 18 4 13 4 18 15 5 18
Angka Tengah 10 9 10 10 14 10 15 10 10 10 11 11 22 29 13 17 11 10 5 11
Angka atas 6 1 2 3 4 5 1 2 4 5 5 6 7 1 2 3 1 2 3 4
2. Karakteristik Orang Juz 25 Delapan ayat terakhir dari surat ke-41 (al-Fushilat) berada pada juz 25. Surat ini akan berimplikasi bahwa seorang juz 25 memiliki kecenderungan berpikir yang positivistik. Ia tidak mudah percaya terhadap cerita atau omongan orang, kecuali kemudian ia telah melihat dan membuktikannya sendiri. Berbicara dengan seorang juz 25 juga harus jelas, Kalau tidak, ia akan mengejar dengan berbagai pernyataan agar pembicaraan menjadi detail dan jelas. Demikian ju104
Pengantar Psikologi Al-Quran
ga, jika ia berbicara pada orang lain juga berusaha sejelas mungkin, atau hal-hal yang yang sifatnya jelas atau nyata (positivis). Karena kecenderungan berpikirnya yang empiris dan positivistis, maka seorang juz 25 dalam batas tertentu sangat tidak suka atau bisa jadi tidak percaya, pada penjelasan atau hal bersifat mistis. Dalam suatu perbincangan atau diskusi, seorang juz 25 selalu menuntut adanya fakta atau pembuktian. Fakta atau pembuktian empirik itulah sesuatu yang selalu akan dikejar, atau dibutuhkan seorang juz 25 untuk dapat memahami berbagai kasus atau peristiwa. Kebenaran suatu peristiwa baginya baru menjadi sah, bila tidak menyimpang dengan ukuran dan cara berpikirnya. Namun, seorang juz 25 memiliki daya cerna otak yang cukup tinggi. Ketika ia berhadapan dengan orang lain, dalam suatu perbincangan, misalnya, pada tahap ia seorang pencerna pembicaraan yang sangat jeli. Ia memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap tema pembicaraan orang lain. Dan pada saat ia mendengar dan mencerna pembicaraan, ia selalu menilai dan mengukur rasionalitas pembicara itu dengan cara berpikirnya sendiri. Pada tahap selanjutnya, bisa jadi ia tidak dapat menerima penjelasan orang lain karena menurutnya tidak masuk akal, atau tidak cocok dengan cara berpikirnya. Tetapi ia dapat menerima perbedaan cara berpikir orang lain. Sepertinya ia percaya dan dapat menerima, tetapi belum tentu, sebab ia memiliki cara berpikir sendiri yang sangat rasional. Dalam batas tertentu, seorang juz 25 juga bersifat egois. Hal ini dapat dipahami, sebab huruf pertama yang dicetak-tebal pada awal juz huruf Alif ( ). Ia memang bersifat egois, tetapi ia cukup mampu mengendalikan dan memendam egoismenya di hadapan orang lain, Egoisme seorang juz 25 muncul ketika ia berada pada suatu kondisi di mana ia membutuhkan penjelasan logis-empirik. Artinya, ketika surat al-Fushilat begitu dominan pada dirinya. Pada saat ia berada pada kondisi lain, bisa jadi ia menjadi seorang yang sangat kompromistik, dialogis, dan anti-konflik. Surat ke-42 (asySyuuraa) itulah yang membuatnya menjadi orang yang anti-konflik. Dalam menyelesaikan perbedaan pandangan, ia cenderung untuk
memilih jalan damai. Segala sesuatu mesti dibicarakan atau dimusyawarahkan secara bersama. Seorang juz 25 pada umumnya apresiatif terhadap seni berhias, termasuk hal-hal yang sifatnya seremonial dan ”gebyar”. Bahkan terhadap benda-benda perhiasan ia sangat gemar untuk memakai atau mengoleksinya. Ini cerminan dari surat ke-43 (az-Zukhruuf), yang berarti perhiasan. Jika ini tidak muncul, maka bisa jadi disalurkan pada aktivitas ”kreatif” yang berbau seni. Dengan kata lain, secara kondrati seorang juz 25 memang memiliki kepekaan estetis, terutama estetika merias diri atau melukis. Atau setidaknya, ia memiliki kepekaan untuk menilai mana yang pantas dan yang tidak, sesuai dengan ukuran estetika (keindahan). Dalam kehidupan sehari-hari, seorang juz 25 orang yang sangat mudah bergaul. Ia bisa masuk ke lingkungan manapun tanpa hambatan psikologis, misalnya inferior atau minder. Namun demikian, dalam pergaulan hidup bersama kawan, ia cenderung menutup diri dan tidak bisa bersikap terlalu terbuka terutama hal yang menyangkut persoalan pribadi. Dia orang yang sangat iran atau jiwanya. Pada suatu saat ia mengalami semacam kekalutan yang sifatnya laten. Ada semacam kabut yang menutupi kejernihan otak atau jiwanya, sehingga sangat sulit berpikir jernih. Jika kondisi ini muncul, maka seketika ia menjadi seorang yang penurut atau tunduk terhadap kemauan orang lain. Pada saat ia mampu berpikir ideal, sesuai dengan ukuran estetisnya (azZukhruuf), ia sangat kuat dalam mempertahakan idenya. Tetapi kemudian, ketika ia mengalami ”menthog” , maka jalan ia tempuh adalah menyerah. Inilah surat al-Jatsiyah (bertekuk lutut) yang suatu saat berperan dalam diri seorang juz 25. Surat al-Jatsiyah juga dapat berarti sadar diri. Dalam konteks ini, seorang juz 25 memiliki kesadaran etis yang begitu tinggi, sehingga mampu menerima dan menghargai perbedaan orang lain. Huruf atau abjad ke-25 ( ), yang berarti lingkungan. Juz 25 adalah gambaran manusia lingkungan, atau seorang yang memiliki kepedulian begitu tinggi. Ia bagaikan titik (pribadi) yang dikelilingi
Pengantar Psikologi Al-Quran
106
105
Pengantar Psikologi Al-Quran
oleh suatu lingkungan humanis. Memang, pengertian lingkungan di sini lebih mengacu pada lingkungan sosial atau manusia. Oleh karena itu, manusia lain bagi seorang juz 25 memiliki makna humanis yang begitu tinggi. Juka seorang juz 29 memiliki kuriositas dan kehausan akan informasi keilmuan, maka seorang juz 25 memiliki kehausan laten untuk bergaul dan berkenalan dengan banyak orang. Artinya, betapa besar ambisi seorang juz 25 untuk mengenal atau berkenalan dan berteman dengan setiap orang. Ia menemukan jati-diri yang utuh ketika ia dapat bergaul dan berkenalan dengan banyak kawan atau mitra. Karena itu, dalam diri seorang juz 25 terdapat file khusus yang berisi daftar nama kawan yang ia kenal di mana-mana. Namun demikian, seorang kawan baginya tidak hanya bermakna mitra, tetapi kalau bisa ia mampu mengangkat dirinya lebih tinggi di hadapan kawan atau lingkungan sekeliling. Dengan kata lain, di tengah-tengah lingkungan sosialnya, seorang juz 25 memiliki hasrat untuk dapat meraih posisi dan peran aktif, sehingga ia patut mendapat perhatian dari lingkungannya. Atau kalau tidak, setidaknya ia memiliki obsesi untuk memperbaiki lingkungannya. Dialah orang yang selalu terobsesi tentang perbaikan lingkungan, baik itu lingkungan keluarga ataupun kawan. Ia selalu menginginkan kawankawannya hidup dengan kondisi lebih baik. Karena ia adalah orang lingkungan, atau seorang yang selalu peduli terhadap kondisi lingkungannya, maka ia memiliki sentimen humanisme yang begitu tinggi. Ia memiliki kesadaran etis, sekaligus perasaan yang halus dan peka. Dialah yang pertama kali sadar, jika kita dipukul terasa sakit, maka jangan memukul orang. Seorang juz 25 memiliki bakat alami sebagai seorang sastrawan. Kepekaan etis dan kecenderungan humanistiknya membuat ia menjadi seorang yang cukup romantik, terutama pada saat ia berhubungan dengan orang lain, melalui surat misalnya. Ia memiliki kosa-kata yang cukup untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Jika ia memang mampu mengungkapkan sentimen dan pikiran humanistiknya ke dalam kata atau karya tulis, maka akan menjadi karya sastra yang cukup estetik. Persoalan kemudian, tidak setiap orang
juz 25 mampu menulis. Tetapi setidaknya ia telah dikaruniai Tuhan sebagai manusia lingkungan, yang secara kodrati sangat mencintai sesama manusia, dan selalu ingin bergaul dan berkawan lebih banyak dengan sesama manusia.
Pengantar Psikologi Al-Quran
108
107
3. Kelemahan dan Kelebihan Kelemahan seorang juz 25 terletak pada paru-paru atau tulang, apabila dilihat dengan sistem 11 (struktur ’ain). 25 = 7 = (
)
Titik 11 ( ) Perasaan 4(
)
Paru-paru Titik Keseimbangan Tulang/Rangka
Kedua organ atau titik di atas tidak selalu menjadi kelemahan. Bisa jadi paru-paru (pernafasan) menjadi kelemahan, sedangkan tulang menjadi kekuatan atau sebaliknya. Bila rangka atau tulang menjadi kelemahan, maka ia menjadi cepat merasa lelah. Potensi sakit lain yang mungkin dialami pada bagian otak. Ketika kelemahan ini dialami, maka ia bisa sering terkena pening-pening kepala. Tetapi ia tidaklah terlalu berbahaya.
JUZ 24 1. Profil Juz ini dimulai dengan surat ke-39 (az-Zumar) ayat 32 hingga surat ke-41 (al-Fushilat) atau Haa-Miim As-Sajdah ayat 46. Juz ini berisi 175 ayat dan 19 tanda ’ain. Berikut ini daftar nama surat pada juz 24. Pengantar Psikologi Al-Quran
Cetak tebal juz ini beberapa huruf, yaitu ( ). Huruf pertama cetak-tebal ( ) yang berarti batas pandang atau aturan main.
Ini berarti bahwa seorang juz 24 sering terlambat dalam suatu pesan kala u pesan itu tidak benar-benar jelas baginya. Oleh karena itu, berbicara dengan seorang juz 24 sebaiknya harus dengan bahasa atau ungkapan yang jelas. Namun demikian, ia orang yang mampu menganalisis kaitankaitan antara satu persoalan dengan persoalan lain. Ia memiliki daya estimasi yang cukup tinggi dalam menelaah kaitan antara berbagai persoalan. Rasa kecurigaan dan kewaspadaan muncul terhadap setiap peristiwa. Demikian juga, dalam lingkungan pergaulan, ialah orang yang memiliki banyak relasi. Sebab, ia juga tipe orang yang mudah bergaul dan berkawan banyak. Bahkan, ia merasa selalu ada tuntutan untuk berkenalan dengan banyak orang, betapapun tidak ada motif apapun di balik perkenalan itu. Terhadap orang di sekelilingnya, ia hanya ingin kenal saja, tidak lebih dari itu. Seorang juz 24 terkadang bersikap terlalu ”romantik”. Ia sering mendramatisir persoalan, sehingga persoalan yang sebenarnya ”kecil” atau sepele, dianggap sebagai persoalan besar. Dengan kata lain, jangan heran jika seorang juz 24 suka menganggap besar persoalan yang kecil. Ini dapat dipahami, huruf akhir pada cetak-tebal ( ), yang berarti kaitan peristiwa yang diperbesar, diangkat atau ditinggikan. Di tengah-tengah rangkaian huruf cetak-tebal, terdapat huruf ( ) yang terpisah. Ini artinya bahwa pada tahap awal seorang juz 24 cenderung menyembunyikan identitas dirinya ketika ia berhadapan dengan orang lain. Dia tidak tergesa-gesa atau berambisi untuk menonjolkan dirinya. Sebab, dalam diri seorang juz 24 terdapat bakat alami untuk menjadi seorang diplomat, atau seorang detektif (penyelidik). Seorang detektif atau diplomat, tidak buru-buru menampakkan identitasnya di hadapan orang lain, apalagi pada orang yang belum benar-benar ia kenal. Demikian juga, ia seorang yang paling kuat memegang rahasia. Seorang juz 24 juga memiliki karakter yang benar-benar lowprofile. Ia menjadi seorang yang ”menyembunyikan” keakuan dirinya. Namun demikian, ia bukanlah tipe orang yang tertutup (intro-
Pengantar Psikologi Al-Quran
110
1. 2. 3.
39 40 41
Az-Zumar Al Mu’min Hm-As-Sajdah
Jumlah ayat
(44) (85) (46)
32 - 75 Rombongan 1 – 85 Orang Beriman 1 – 46 Hm-As-Sajdah
( 175 )
Juz ini tidak diawali oleh awal surat, juga tidak dengan akhir surat. Sebab, surat az-Zumar dan al-Fushilat tidak dimiliki juz 24 secara utuh. Berikut posisi tanda ’ain pada lembaran juz 24. ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Halaman 1 2 3 4 4 5 6 7 8 9 10 11 11 12 13 14 14 15 16
Baris ke 6 6 13 6 18 17 15 9 11 13 9 11 18 12 4 5 17 10 15
Angka Tengah 10 11 11 7 5 9 11 7 10 13 10 8 10 7 8 10 7 7 12
Angka atas 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5
2. Karakteristik Orang Juz 24
109
Pengantar Psikologi Al-Quran
vert), sebab ketika ia kenal benar siapa lawan bicara, ia bisa bersikap terbuka. Bahkan ia merasa dirinya ”eksistensial” ketika berada bersama dengan kawan-kawannya yang telah akrab. Menghadapi seorang juz 24, jangan terburu-buru mengklaim ia seorang yang ”telat-mikir”. Sebab, pertama kali ia menerima pesan dari orang lain, sering tampak seperti orang yang terlambat berpikir. Berkomunikasi dengan seorang juz 24, seringkali memang terjadi semacam perbedaan frekuensi. Sebab seorang juz 24 tidak terlalu cepat menangkap esensi atau pesan dari lawan bicaranya. Tetapi begitu ia telah paham, ia memiliki daya cerna otak yang cukup tinggi. Ia sendiri tipe orang yang suka berpikir dan merenung sendirian, Jika saja ia penulis, maka karya tulisnya dapat dipastikan begitu sarat dengan gagasan yang melambung tinggi. Makna surat ke-39 (az-Zumar), yang berarti rombongan, bagi seorang juz 24 bahwa ia memiliki ambisi untuk berkawan. Seorang juz 24 memang unik. Di satu pihak ia berambisi untuk berkawan sebanyak mungkin. Artinya, ia dapat menemukan dirinya ketika hidup dan bergaul di tengah-tengah kawan lain. Namun di lain pihak, ia juga dapat hidup sendiri kauh dari keramaian atau kawanan orang. Kecenderungan pertama refleksi dari surat az-Zumar, seorang yang merasa aman bila berada bersama-sama kawan lain. Sedangkan kecenderungan kedua merupakan aktualisasi dari surat ke-40 (alMu’min), yang berarti ketenangan. Seorang juz 24 memang suka berkawan dan bersahabat. Ia tipe yang terbuka dan mudah bergaul. Dalam dirinya ada keinginan laten untuk berkenalan dengan orang lain yang ada di sekelilingnya. Tetapi terhadap kawan, ia bersikap low-profile. Ia berbeda dengan seorang juz 21 yang menganggap kawan sebagai lawan bertanding, atau seorang juz 25 yang berambisi menjadi tokoh di tengah lingkungan kawan-kawannya. seorang juz 24 menganggap kawan tidak lebih dari sesama mata-rantai yang tidak lebih besar dari yang lain. Ia tidak terbiasa menokohkan orang lain, sebaliknya ia sendiri juga tidak suka ditokohkan oleh orang lain.
Huruf ke-24 ( ), yang artinya Mata-Rantai atau kaitan peristiwa (kejadian). Apabila kita melihat sebuah mata-rantai, maka antara satu mata-rantai dengan yang lainnya tak ada yang lebih besar. Bahkan satu mata-rantai, apabila ia lepas dari lainnya tidak akan berfungsi. Sebuah mata-rantai akan bermakna atau berfungsi apabila ia berada pada kaitan dengan mata-rantai lainnya. Tetapi huruf ( ), di samping merupakan salah satu di antara 11 huruf simetrik, yang dapat digandeng dari segala arah, ternyata bisa berdiri sendiri, misalnya kata ( ). Ini berarti bahwa suatu saat mata-rantai pun harus terputus dari lingkarannya. Gambaran di atas menunjukkan bahwa ( ), suatu saat merasa eksistensial, atau dirinya bermakna ketika ia berada di tengahtengah orang lain. Namun demikian, ia sendiri seorang yang memiliki kepekaan perasaan yang begitu tinggi. Bahkan, jika is tidak menjadi seorang yang ”cuek”, maka dapat dipastikan bahwa ia menjadi orang yang sangat mudah tersinggung. Bahkan persoalan kecil yang ia hadapi, begitu dipikir-pikir hingga menjadi beban dalam hidupnya. Dengan kata lain, seorang juz 24 memiliki perasaan yang amat peka. Apa yang ia lihat dan dengar, selau berpengaruh pada perasaannya. Meskipun ia dapat berpenampilan diam, tetapi perasaannya cukup peka atau cengeng. Seorang juz 24, ketika ia bergabung dan berhura-hura bersama banyak kawan, ia merasa menemukan dirinya yang benar-benar utuh. Tetapi ketika suatu saat ia harus lepas dari lingkaran pergaulan nya, ia pun bisa saja berasyik-masuk dengan dirinya sendiri. Berbaul dengan dirinya sendiri pun ia bisa merasa tenang dan aman. Inilah refleksi dari surat al-Mu’min yang ada pada dirinya. Ketika kondisi ini terjadi, ia benar-benar menjadi seorang yang amat mandiri. Ia mampu menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain. Seorang juz 24 sejak kecil bisa jadi sudah mulai menampakkan karakternya sebagai seorang detektif. Ia mudah bergaul dan berkawan, dan menjalin relasi (hubungan) sebanyak-banyaknya dengan kawan, tetapi sekaligus ia tidak berani atau tidak mau merasa lebih
Pengantar Psikologi Al-Quran
112
111
Pengantar Psikologi Al-Quran
tinggi dengan kawannya. Meski demikian, seorang juz 24 bukanlah tipe orang yang ”minderan” berhadapan dengan kawan. Oleh karena itu, seorang anak juz 24 sebaiknya dikondisikan untuk menjadi seorang detektif, penyelidik. Dia bersikap sangat teliti dan berhatihati dalam mengamati dan meneliti masalah. 3. Kelemahan dan Kelebihan Apabila dilihat dengan sistem 11, maka kelemahan atau kelebihan seorang juz 24 terletak pada Sendi/Syarf dan atau tangan. Angka 24 dimampatkan sama dengan 6 ( ), yang berarti syaraf atau sendi. Untuk mencapai angka 11, maka angka 6 akan berpasangan dengan angka ( ), yang berarti tangan. 24 = 6 = (
)
Titik 11 ( ) Perasaan 5(
)
1. Profil Juz ini berisi 363 ayat dan 17 tanda ’ain. Juz ini berisi surat ke-36 (Yaa-siin) ayat-22, hingga surat ke-39 (az-Zumar) ayat 31. Berikut ini daftar nama surat pada juz 23. 1. 2. 3. 4.
36 37 38 39
Yaasiin Ash-Shaafaat Shaad Az-Zumar
Jumlah ayat
Sendi/Syaraf
(62) (182) (88) (31)
22 - 83 1 – 182 1 – 88 1 - 31
Yaa-siin Barisan-Barisan Shaad Rombongan
( 363 )
Juz ini juga sakah satu di antara banyak juz yang tidak diawali oleh awal surat dan tidak diakhiri oleh akhir surat. Dengan kata lain, juz ini berada oada satu rumpun surat yang jumlahnya 23, dari surat ke-23 hingga surat ke-45 al-Jatsyiah, yang merupakan milik juz 18 hingga juz 25. Berikut daftar Posisi Tanda ’Ain pada lembaran juz 23.
Titik Keseimbangan Tangan/Penanganan
Apabila perasaan (titik 11) seorang juz 24 terganggu, maka kelemahan pada tangan akan muncul. Misalnya, ia seketika menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Kelemahan pada tangan juga dapat berupa mudah sakit-sakit pada lengan atau jari-jari tangan. Tetapi apabila tangan menjadi kelebihan, maka seorang juz 24 seorang yang sangat perfeksionis dalam mengerjakan sesuatu. Ia dapat bekerja secara rapih. Kelemahan lain pada bagian syaraf atau sendi (persendian). Tidak heran jika ia sering mengeluh merasa sakit pada bagian persendian. Jika ini tidak terjadi, seorang juz 24 memiliki kelemahan pada bagian mata. Kelemahan ini dapat dipahami dengan struktur abjad. Dimana huruf ke-24 ( ) berada persis pada bagian kepala. Pengantar Psikologi Al-Quran
JUZ 23
113
’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 114
Halaman 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10
Baris ke 10 8 4 11 16 9 13 8 12 9
Angka Tengah 20 18 17 6 21 53 39 25 44 14
Angka atas 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1
Pengantar Psikologi Al-Quran
11 12 13 14 15 16 17
11 12 13 14 15 16 16
7 3 3 1 6 3 18
12 14 24 24 9 12 10
Syaraf, Hati, Alat Vital, Perut, Pusar, Tangan dan Kaki. Jadi apabila digambarkan, struktur tubuh manusia akan tampak sebagai berikut :
2 3 4 5 1 2 3
2 > Mata 1 > Otak 3 > THT 4 > Tulang 7 > Paru-Paru 8 > Darah/Jantung 6 > Sendi/Syaraf 9 > Hati 11 > Perasaan 10 > Perut 12 > Alat Vital/Ambisi 5 > Tangan 13 > Kaki
2. Karakter Orang Juz 23
( )
( )
Cetak-tebal awal ayat ada beberapa huruf, yaitu ( ). Huruf ( ) pada awal cetak-tebal berarti potensi atau modal. Seorang juz 23, melihat orang lain cenderung pada aspek potensi atau modal yang dimilikinya. Orang lain tidak dinilai pertama-tama pada aspek psikologis atau moralitasnya, tetapi lebih pada modal atau kemampuan yang dimiliki. Dan kemudian, sejauh mana modal atau potensi orang lain itu dapat memiliki umpan balik bagi dirinya. Ini dapat dimengerti, karena seorang juz 23satu-satunya pribadi yang amat labil, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa ”bantuan” orang lain. Ia berharap semua orang di sekelilingnya bersedia melindunginya, baik secara materiil, psikologis maupun pengetahuan. Ia merasa harus dekat dengan seseorang atau beberapa orang. Tanpa kehadiran orang lain di sisinya, ia benar-benar kehilangan eksistensi dirinya. Kehadiran seseorang di sisinya bagi seorang juz 23 dapat berarti luas. Jika ia seorang wanita, orang lain dapat juga berarti teman akrab yang bersedia mendampingi dan melindungi, atau juga teman lawan jenisnya yang bersedia memberikan ”belaian” kasih sayang dan perlindungan psikologis. Huruf ke-23 ( ), yang berarti tubuh, manusia yang baru lahi atau bayi. Struktur tubuh manusia dapat disederhanakan dengan sua sandi, yaitu ( ) dan ( ), atau ( ). Huruf ( ) berarti kepala, yang terdiri dari organ Mata, Otak dan THT. Sedangkan huruf ( ) berarti tubuh, yang berisi organ Tulang, Paru-Paru, Darah/Jantung, Sendi/
Seorang juz 23 bagaikan seorang yang baru lahir atau bayi. Oleh karena itu, ia secara kodrati memiliki kemanjaan psikologis, sehingga hidupnya selalu memerlukan kehadiran orang lain, yang bersedia membantu atau melindunginya. Seorang bayi tak dapat hidup tanpa seorang Ibu atau pengasuh. Oleh karena itu, seorang juz 23 baru dapat menemukan dirinya secara utuh ketika ia berada di ”pangkuan” atau belaian orang lain. Melihat perilaku seorang juz 23, apabila ia laki-laki, jangan heran jika ia selalu berhasrat ingin memburu lawan jenis. Kerinduan akan orang lain untuk hadir di sisinya lebih diaktualisasikan dalam rangka menemukan perlindungan ”seksual” dalam arti yang luas, termasuk perlindungan psikologis oleh lawan jenis. Dengan kata lain, motif yang paling kodrati bagi seorang juz 23 dalam mencari pasangan sebenarnya perlindungan psikologis, atau lebih tepatnya ”perlindungan seksual” dari lawan jenis. Oleh karenanya, lawan jenis yang diharapkan biasanya orang yang lebih dewasa atau ”matang”, sehingga mau memberikan perlindungan psikologis, bagaikan seorang ibu yang bersedia membimbing dan mengasuhnya.
Pengantar Psikologi Al-Quran
116
115
Pengantar Psikologi Al-Quran
Seorang juz 23, apabila ia seorang wanita, pada umumnya selalu bersikap baik kepada setiap laki-laki. Sikapnya yang ”atraktif” itu seolah mengundang seseorang, terutama laki-laki, untuk mendekat dan mendampinginya. Dengan sikapnya itu, maka jangan heran jika seorang juz 23 wanita sering membuat laki-laki menjadi ”GR”. Sebaliknya, lelaki pada umumnya kemudian juga tertarik pada perilaku seorang juz 23, yang pada umumnya manja bagaikan seorang anak. Memang, seorang juz 23 hakekatnya manusia tanpa kepala atau bayi, siapa orang yang tidak suka kepada bayi. Setiap orang hampir dapat dipastikan menyayangi anak kecil atau bayi. Juz 23 diawali dari surat ke-36 (Yaa-sin) ayat 22. Sebanyak 21 ayat sebelumnya dari surat Yaa-sin milik juz 22. Angka 21 juga sama dengan ( ) yang artinya kepala. Ini berarti bahwa pada bagian kepala surat Yaa-sin dimiliki juz 22, sedangkan juz 23 memiliki surat Yaa-siin pada bagian tubuhnya. Huruf ( ) itu sendiri berarti manusia plus ambisi atau alat vital. Lihat daftar makna huruf dan angka. Huruf ( ) berarti inti, kandungan, atau sifat manusia, sedangkan huruf ( ) berarti alat vital atau ambisi. Ini berarti bahwa seorang juz 23 benar-benar memiliki ”libido-seksualitas” yang begi-tu tinggi Seksualitas di sini kecenderungan untuk dilindungi oeh lawan jenis. Ia orang yang selalu ingin dilindungi oleh lawan jenisnya. Apabila ada seorang yang mengalami kecenderungan ”Odipus Kompleks”, yang selalu menyayangi orang yang lebih tua, atau lebih gagah bagaikan ayahnya, bisa jadi kecenderungan ini dimiliki oleh seorang juz 23. Seorang juz 23 lelaki, terkadang juga memiliki obsesi untuk memiliki pasangan seorang wanita yang lebih tua, yang dapat berperan sebagai kekasih sekaligus sebagai seorang ibu. Dan pada umumnya, seorang juz 23 laki-laki selalu berobsesi untuk memiliki lebih dari satu pasangan. Kalau itu tidak terjadi, maka yang ia lakukan berganti-ganti pasangan. Dengan bahasa yang lebih populer, ”play-boy”. Dengan demikian, maka ia dapat menemukan ketenangan dan eksistensi dirinya. Ambisi atau alat vital titik pusat dari tubuh manusia. Hal ini dilihat pada struktur susunan surat dalam al-Quran. Apabila Juz
AMMA (Surat ke-78 hingga surat ke-114) digambarkan sebagai huruf ( ), maka pusatnya surat ke-96 (al-’Alaq). Kemudian apabila surat pertama (al-Fatihah) hingga surat ke-77 (al-Mursalat) digambarkan sebagai huruf ( ), maka pusatnya surat ke-39 (az-Zumar). Angka 39 dimampatkan menjadi 12, sama dengan ( ) yang berarti ambisi atau alat vital. Surat az-Zumar (ayat 1-31) juga berada pada juz 23 ( ). Makna surat ash-Shaffat (Barisan-Barisan) bagi seorang juz 23 bisa jadi bahwa ia yang memiliki kecenderungan untuk hidup secara rapih dan teratur. Ia memiliki sentimen estetika untuk mengatur kondisi interior. Oleh karena itu, ia secara alami berbakat untuk menciptakan suatu desain arsitektural dan ruang dalam (interior). Oleh karenanya, seorang juz 23 akan lebih tersalurkan bakat alaminya bila ia mendalami seni arsitektur atau desain interior. Kepekaan tangannya cukup tinggi. Dan, kalau ia menyalurkan bakatnya dalam hal melukis atau menggambar, hasil goresan tangannya dapat dipastikan cukup halus dan rapih. Tetapi seorang juz 23 memiliki kondisi psikologis yang labil. Ia sering mengalami kegelisahan yang tak tahu apa sebabnya. Apalagi jika ia kehilangan sahabat akrab atau orang yang melindunginya, kegelisahan semakin menjadi-jadi. Ini refleksi dari surat ke-38 (Shaad) yang ada dalam dirinya. Huruf ( ) berarti jiwa, pintu hati, rencana, atau kunci kehidupan. Apabila ia kehilangan fungsi dari surat ( ), yang berarti kunci hidup atau rencana, maka dapat dibayangkan betapa akan terjadi kegelisahan dalam diri seorang juz 23. Oleh karena itu, dalam mengantisipasi kegelisahan dan kelabilan dalam dirinya, orang juz 23 kemudian banyak yang lari ke pendekatan sufisme, membaca al-Quran ataupun kegiatan spiritual lainnya. Meskipun, kegiatan semacam itu tidak juga berhasil dapat memecahkan problematik psikologisnya. Ia belum juga menemukan kuncinya. Tetapi di mana sebenarnya kunci kehidupan itu harus ditemukan oleh seorang juz 23, sehingga ia dapat mencapai ketenangan dan kestabilan psikologisnya. Sebenarnya, ia dapat mengantisipasi
Pengantar Psikologi Al-Quran
118
117
Pengantar Psikologi Al-Quran
kelabilan dirinya dengan cara mengaktifkan surat yang ada dalam dirinya. Misalnya, surat az-Zumar (Rombongan) harus difungsikan dengan cara ia harus berkawan sebanyak mungkin. Ia harus berada dalm suatu rombongan, atau lingkaran pergaulan yang inklusif, kalau tidak ingin gelisah. Sebab, surat az-Zumar menuntut dirinya untuk hidup di tengah-tengah keramaian (kerumunan) orang banyak. Setidaknya, ia harus memiliki seorang teman akrab yang dapat dijadikan tempat untuk menumpahkan prolematik psikologisnya. Demikian juga, ia harus mengaktualisasikan surat Yaa-siin, dengan cara ia harus selalu dekat dengan lawan jenisnya, atau ia harus selalu dalam perlindungan psikologis orang lain. Tentu saja, ini jangan diinterpretasikan sebagai ”kehidupan bebas”. Itulah kunci hidup ( ) yang apabila ia temukan, akan dapat membuatnya hidup tenang. Di samping tentu saja membaca juznya dalam al-Quran. Menghadapi seorang juz 23, kalau ia wanita, jangan tersinggung apabila ia sedang emosi. Sebab, apabila ia sedang marah kepada seseorang, semua orang yang ada di sekelilingnya dapat saja ”kecipratan” marah. Dan, apabila ia sedang emosi atau ”mangkel”, atau terganggung sedikit perasaannya, maka ia tak lagi dapat berbuat apa-apa. Lemaslah seluruh tubuh dan ia menjadi seorang yang paling malas. 3. Kelemahan dan Kelebihan Jika dianalisis dengan sistem 11, maka juz 23 memiliki kelemahan atau kelebihan pada Tangan dan Syaraf atau Sendi. Perhatikan sistem 11 di bawah ini. 6(
)
Ini berarti bahwa, apabila seorang juz 23 mengalami gangguan pada titik sebelas (perasaan), misalnya mangkel atau stress, maka salah satu dari kedua titik tersebut di atas menjadi kelemahan. Bisa jadi, ia akan merasa sakit atau bengkak-bengkak pada bagian syaraf atau persendiannya. Atau kalau tidak, ia akan mengalami bengkakbengkak pada bagian jari-jari tangan. Tangan juga dapat berarti penanganan. Apabila ini menjadi kelebihan, maka seorang juz 23 memiliki kecakapan psikomotorik untuk menangani masalah yang bersifat teknis dan manajerial. Apabila tangan menjadi kelemahan, maka “mangkel” sedikit ia akan merasa malas untuk mengerjakan sesuatu. Bisa juga bagian kulit tangannya sangat peka atau rentan terhadap gesekan benda keras. Kelebihan tangan seorang juz 23 juga dalam bentuk kehalusan untuk menata dan mengatur barang-barang atau tempat yang bersifat estetis. Sebab, juz 23 juga memiliki kepekaan rasa estetika dan pemikiran yang romantik. Perasaannya cukup halus, sekaligus pikirannya romantik. Seorang juz 23, karena ia pada dasarnya seorang arsitektur atau desainer, ia sangat tergantung sekali sama orang lain. Dan itu kelemahannya. Dia berambisi untuk selalu perfeksionis dalam mengerjakan segala sesuatu, dan pada akhirnya ia harus meminta bantuan orang lain. Secara teknis, dalam upaya merealisir gagasannya, seorang juz 23 pada umumnya sangat lemah dan tergantung pada orang lain.
JUZ 22
Syaraf/Sendi 1. Profil
Titik 11 ( ) Perasaan 23 = 5 = ( ) Pengantar Psikologi Al-Quran
Titik Keseimbangan
Juz ini berisi 163 ayat dan 18 tanda ’Ain. Di mulai dari surat ke33 (al-Ahzaab) ayat ke-31, hingga surat ke-36 (Yaa-siin) ayat 21. Berikut ini daftar nama-nama surat dalam juz 22.
Tangan/Penanganan 119
120
Pengantar Psikologi Al-Quran
2. Karakter Orang Juz 22 1. 2. 3. 4.
33 34 35 36
Al-Ahzaab As-Sabaa Al-Faathir Yaa-siin
(43) (54) (45) (21)
Jumlah ayat
31 - 73 1 – 54 1 – 45 1 - 21
Berkawan/Bersekutu Kaum Saba/Petualang Pencipta Yaa-siin
( 163 )
Surat ke-33 (al-Ahzaab) berisi 73 ayat, tetapi ayat 1 sampai 30 milik juz 21. Demikian juga, surat ke-36 (Yaa-siin) berisi 86 ayat, tetapi yang menjadi milik juzz 22 hanya 21 ayat, ayat 1 sampai 21. Posisi Tanda ’Ain pada Juz 22 ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Halaman 1 2 3 4 5 5 6 7 8 9 10 10 11 12 13 14 15 16
Baris ke 10 10 12 9 4 12 14 16 10 4 2 13 11 13 7 9 12 8
Pengantar Psikologi Al-Quran
Angka Tengah 7 6 12 6 10 5 9 12 9 6 9 9 7 7 12 11 8 12
Angka atas 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1
121
Awal juz 22 bukanlah awal surat, dan akhir juz juga bukan akhir surat. Juz yang tidak diawali oleh surat, dan tidak diakhiri oleh akhir surat, pada umumnya mencerminkan pribadi yang di dalam dirinya terdapat sesuatu yang sifatnya labil. Ada sesuatu dalam dirinya yang tidak konstan, dan mudah goyah. Dalam kasus seorang juz 22 misalnya, pada umumnya ia memiliki perasaan yang labil, terutama perasaan terhadap orang lain. Ia akan bersedia membantu orang lain kalau benar-benar ia dalam kondisi ”senang”. Demikian juga, ia baru bersedia membantu pada orang yang benar-benar ia suka. Dengan demikian, jangan harapkan dapat memperoleh sedikit kebaikan dari seorang juz 22 pada saat ia sedang tidak senang. Cetak-tebal pada ayat pertama juz terdiri atas beberapa huruf, yaitu ( ). Terhadap orang lain, pertama kali apa yang ia lihat potensinya. Terhadap lingkungan sekitar, ia kadang-kadang begitu peduli dan perhatian, tetapi di saat yang lain dia benar-benar acuh. Di sinilah letak kelabilan seorang juz 22. Perhatiannya terhadap orang lain, ia terkadang tidak tetap atau angin-anginan. Namun demikian, ketika seorang juz 22 juga memiliki kepeduian tinggi terhadap orang lain, ia suka membantu dan berkawan. Tetapi ketika kepedulian itu tidak muncul, maka ia menjadi seorang yang pendiam dan ”ketus”. Tetapi berbeda dengan seorang juz 21, yang memandang orang lain atau kawan sebagai ”partner-bertanding”, juga berbeda dengan seorang juz 25 yang menganggap kawan sebagai mitra, tetapi kalau bisa ia mampu mengangkat dirinya lebih tinggi di hadapan kawan atau lingkungan sekeliling. Dengan kata lain, teman-teman yang ia kenal akan dijadikan pusat analisis, terutama soal gerak, perangai dan karakteristiknya. Dialah orang yang sangat jeli membaca orang lain. Surat as-Sabaa, yang berarti kaum Sabaa, membuat seorang juz 22 benar-benar menjadi seorang avonturis (petualang) sejati. Ia sangat jeli dalam melakukan eksplorasi membeda-bedakan orang. Pengembaraan perasaan dan intelektualitasnya cukup luas dalam memahami perbedaan orang di sekelilingnya. Dalam kisahnya, 122
Pengantar Psikologi Al-Quran
kaum Sabaa sekelompok orang atau bangsa, yang memiliki kegemaran mengembara. Mereka kelompok nomadik, yang berpindahpindah dari satu tempat ke tempat lain mencari kehidupan. Namun demikian, pengembaraan kaum Sabaa, bukan berarti bahwa mereka tidak memiliki tanah air atau negeri. Mereka mengembara karena didasari oleh motif dan jiwa petualang (avonturisme). Pengembaraan mereka sebagai upaya untuk memahami perbedaan antar bangsa. Dengan kata lain, kaum Sabaa sekelompok orang yang memiliki kegemaran observasi dan memahami perbedaan berbagai masyarakat dan suku bangsa. Merekalah antropolog sejati. Oleh karena itu, seorang juz 22 juga memiliki kejelian melihat karakter dan sifat-sifat setiap orang atau teman yang ia kenal. Dia begitu cermat dalam membaca dan membedakan masing-masing orang atau teman. Mengamati serta membedakan karakteristik setiap orang (teman) justru menjadi kegemarannya yang hampir tak ia sadari. Terhadap kawan, sikap seorang juz 22 pada awalnya ia cenderung mengajak berbincang. Sebab ia pada dasarnya juga suka cerita atau berbincang. Dari perbincangan itulah kemudian seorang juz 22 kemudian mengambil kesimpulan, stereotipe, dan kesan yang merupakan bahan untuk menilai dan membaca seorang kawan. Seorang juz 22 memang memiliki kecakapan dalam hal logika. Ia seorang yang memiliki bakat alami untuk menjadi ahli bahasa dan logika. Hendaknya berhati-hati berbicara dengan seorang juz 22. Berbicara dengan seorang juz 22 sebaiknya menggunakan bahasa dan logika yang tepat. Sebab, seorang juz 22 memiliki kecakapan dalam hal logika. Ia memiliki logika ganda. Ia dapat menatap permasalahan dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, bakat alami seorang juz 22 sebagai seorang jaksa atau penuntut tindakan kejahatan. Kecakapan logika dan bahasa yang ia miliki dapat dipakai untuk memutar-balikan fakta. Sehingga, ia dapat membuat orang ”salah” menjadi seolah-olah ”benar”, dan begitu sebaliknya. Surat al-Faathir dalam dirinya juga dapat berarti bahwa ia orang yang ”kreatif”. Ketika is merenung, bisa saja menemukan ide-ide baru yang segar, yang orang lain belum menemukannya, betapapun
masalah (gagasan) yang ia temukan gagasan yang bersifat sederhana. Dengan kecakapan logikanya, ia pun mampu untuk berpikir mendalam (reflektif). Namun demikian, ia memiliki kecenderungan berpikir yang positivistik. Sebab angka 22 ( ) yang berarti target, juga menuntut adanya kepastian. Dengan kata lain, seorang juz 22 cenderung untuk hidup dalam kondisi yang pasti. Ia tidak dapat menerima penjelasan atau jawaban yang terkandung di dalamnya nada-nada ”ketidakpastian”. Surat Yaa-siin dalam juz 22 hanya 21 ayat. Angka 21 ( ) artinya kepala atau ”pemikiran” ulang. Makna surat ini bagi seorang juz 22 bahwa ia sangat ambisius untuk memikirkan berbagai hal. Dia tipe pemikir. Dan pada saat ia berpikir mengenai banyak persoalan, ia hampir lupa akan ambisi atau hasrat seksualitasnya. Dia tipe manusia karir, yang mencintai apa yang ia gulati sebagai seorang peneliti di bidang Antropologi atau Psikologi. Bakat dan potensi seorang juz 22 terletak pada kecakapan bahasa dan logika. Dia lebih cocok apabila disalurkan pada profesi sebagai jaksa, termasuk juga pembela. Segala sesuatu yang berhubungan dengan permainan logika dan bersilat lidah, seorang juz 22 ahlinya. Orang lain bisa saja memiliki dan mendalami bidang logika dan bahasa, tetapi apabila seorang juz 22 mendalaminya, dapat dipastikan ia akan memiliki prestasi lebih. Bakat keilmuan yang dimiliki juz 22 Antropologi atau Etnologi, yaitu ilmu tentang perbedaan karakter bangsa atau masyarakat. Sebaiknya, seorang anak juz 22 disalurkan bakat alaminya untuk mendalami ilmu-ilmu tersebut. Jika ia memasuki Ilmu Hukum, maka ambillah spesialis hukum adat. Dan jika ia memilih profesi, maka sebaiknya profesi jaksa atau pembela.
Pengantar Psikologi Al-Quran
124
123
3. Kelemahan dan Kelebihan Jika dilihat dengan sistem 11, maka kelemahan dan atau kelebihan seorang juz 22 terletak pada bagian tulang atau paru-paru. Pengantar Psikologi Al-Quran
22 = 4 = ( )
1. 2. 3. 4. 5.
Tulang/Rangka
Titik 11 ( ) Perasaan
Titik Keseimbangan
29 30 31 32 33
Al-Ankabut Ar-Ruum Luqman As-Sajdah Al-Ahzaab
Jumlah ayat 7 (
)
Paru-paru
Kelemahan pada tulang bisa jadi ia merasa sakit (pegal-pegal) pada bagian punggung sebelah bawah. Jika ini tidak terjadi atau tidak dialami, maka dapat dipastikan ia mengalami sakit pada bagian paru-paru atau sesak napas. Apabila perasaan seorang juz 22 sedang terganggu, maka salah satu dari kedua organ tubuh tersebut akan ”kambuh” dan meningkat beban sakitnya. Atau bisa jadi, jika seorang juz 22 sedang disibukkan dengan kegiatan olah pikir yang berat dan berlarut-larut, maka yang akan terserang bagian tulang belakangnya, atau sekaligus bersamaan dengan rasa sesak pada pernapasannya. Kelemahan lain yang sering dialami seorang juz 22 pada bagian kemaluannya. Apabila titik ini sering mengalami ”down”, atau hilang kegairahannya, maka jalan yang ditempuh sebaiknya tidak usah dengan cara bantuan obat-obatan sebagai perangsang, sebab tidak akan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, lebih baik dengan cara membaca juznya secara rutin.
JUZ 21 1. Profil Juz ini berisi 179 ayat, dan 19 tanda ’Ain. Dimulai dari Surat ke29 (al-Ankabut) ayat 45 hingga surat ke-33 (al-Ahzaab) ayat 30. Berikut ini daftar surat pada juz 21. Pengantar Psikologi Al-Quran
125
(25) (60) (34) (30) (30)
45 - 69 1 – 60 1 – 34 1 – 30 1 – 30
Laba-laba Bangsa Rumawi Lukman Sajadah Berkawan/Bersekutu
( 179 )
Juz ini tidak diawali oleh awal surat, dan tidak diakhiri oleh akhir surat. Sebab, baik surat al-Ankabut maupun surat al-Ahzaab tidak dimiliki secara utuh oleh juz 21. Berikut ini daftar posisi tanda ’ain pada Juz 21. Posisi Tanda ’Ain pada Juz 21 ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
126
Halaman 1 2 3 3 4 5 6 7 8 8 9 10 11 12 13 13 14 15 16
Baris ke 14 11 1 17 8 3 7 10 2 18 16 16 9 7 5 15 14 18 13
Angka Tengah 7 12 6 10 9 8 13 13 7 11 8 11 4 11 11 8 8 12 7
Angka atas 5 6 7 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Pengantar Psikologi Al-Quran
2. Karakter Orang Juz 21 Cetak-tebal pada ayat awal juz ini terdiri atas beberapa huruf, yaitu ( ). Dengan cetak-tebal tersebut, kita dapat membaca bagaimana pengaruh huruf ( ) pada pribadi seorang juz 21. Jika huruf tersebut muncul ke permukaan, maka dapat diduga betapa tinggi egoisme seorang juz 21. Kemudian, huruf selanjutnya ( ), jika ini muncul maka seorang juz 21 lebih mendahulukan berbicara ketimbang berpikir. Pembicaraan seorang juz 21 pada umumnya muncul sebagai aktualisasi rasa keakuannya. Tetapi sebaliknya, ketika huruf ( ) pada akhir cetak tebal muncul, maka ia akan bersikap sebaliknya, ia bisa bersikap begitu rendah hati di hadapan orang lain. Huruf ( ) lambang dari inti dan kandungan manusia, atau katakanlah manusia tanpa pretensi dan ambisi. Ia lambang dari puncak jati diri dan ”sangkan paran”. Karena itu, seorang juz 21 pada saatnya akan menjadi orang yang merindukan jati diri, atau penjelasan dan pemikiran tentang ”sangkan paran” atau dunia sejati; siapa sesungguhnya hakekat diri kita ini. Berhadapan dengan seorang juz 21, sebaiknya yang didahulukan rasa ”hormat” dan ”andap-asor”-nya. Artinya, sebaiknya yang disentuh terlebih dahulu jangan egonya, melainkan jati dirinya, sehingga ia akan tersentuh dirinya sebagai seorang yang dapat menghargai batas dan harkat orang lain. Jika tidak demikian, maka bisa jadi ia akan menampakkan rasa keakuannya sehingga dapat mengganggu proses komunikasi. Juz 21 diawali oleh surat ke-29 (al-Ankabut) ayat 25, yang artinya laba-laba. Seekor laba-laba biasanya menggunakan rumah atau hasil karyanya sebagai alat untuk menjaring binatang lain sebagai mangsa. Ini berarti bahwa seorang juz 21 memiliki kemampuan untuk menjaring teman sebanyak mungkin. Orang lain dianggap memiliki potensi untuk dijadikan sebagai ”kawan bertanding” (sparring partner). Dengan kata lain, makna seorang kawan baginya ”lawan-bertanding”. Pengantar Psikologi Al-Quran
127
Namun demikian, dia sangat mudah bergaul (friendly) dan cepat berintegrasi di lingkungan manapun. Ia bukan tipe inferior taua introvert (tertutup), melainkan tipe orang yang terbuka (extrovert). Surat al-Ahzaab (bersekutu), bagi dirinya juga berarti kecenderungan untuk memiliki kawan sebanyak mungkin. Tetapi kalau bisa, betapapun hebatnya seorang kawan, jangan sampai ia mampu ”mengangkangi” dirinya. Malah sebaliknya, dialah yang merasa mampu menundukkan kawan bergaulnya. Ia harus merasa lebih dalam segala hal dari kawan lain. Dialah seorang yang paling tidak senang diungguli oleh orang lain. Paling tidak, ia harus merasa sama dengan orang lain. Surat al-Ahzaab dalam juz 21 hanya 30 ayat. Ini juga merupakan sandi, bahwa betapapun banyaknya kawan yang dapat diraih oleh seseorang, tetap hanya akan mencapai 30 macam jenis orang, yaitu 30 juz (juz 1 sampai juz 30). Sebaliknya, seorang juz 21 jangan didekati dengan pendekatan ”hantam-kromo” atau bernada merendahkan. Sebab, ketika ia tahu dirinya ”direndahkan” atau ”diliciki”, maka ia akan dapat berbuat lebih licik. Ia dapat membalas dua kali lebih dasyat dari yang ia terima. Pendek kata, ia tidak mau kalah atau dikalahkan. Dalam pergaulan hidup sehari-hari, yang baginya merupakan ajang sparring partner, tersembunyi suatu sikap ”saya datang dan saya menang”. Tetapi ini terjadi bila surat ar-Ruum berperan sangat aktif dan dominan dalam dirinya. Seperti dalam kisah, bangsa Romawi merupakan bangsa yang selalu intervensi dan tidak mau kalah dalam berperang. Seorang juz 21 pun secara psikologis mewarisi karakter surat ar-Ruum, yang selalu merasa gagah dan mampu bertanding. Ia memiliki seribu satu cara untuk memenangkan dirinya dalam bertanding dengan orang lain. Dialah sosok seorang yang memiliki ”kecerdikan” dan sekaligus ”kelicikan” luar biasa, bagaikan seorang Abu Nawas dari Bagdad. Atau, jika ia bermain politik, bisa jadi seperti seorang Machiavelis dari Perancis, yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan politiknya. 128
Pengantar Psikologi Al-Quran
Memang tidak setiap saat egoisme seorang juz 21 muncul. Rasa keakuan diri yang begitu mudah terangkat, akan muncul apabila tiba-tiba ia mendapatkan serangan atau celaan dari orang lain. Tetapi, egoisme seorang juz 21 tidak akan muncul apabila ia didekati dengan pendekatan yang low-profil. Ia pasti akan luluh hati dan pikirannya, apabila didekati secara rendah hati. Ketika surat ar-Ruum tidak lagi dominan dalam dirinya, maka bisa jadi surat as-Sajdah akan berperan aktif. Bila ini terjadi, maka ia akan menjadi seorang yang bersikap sangat demokratis, menghargsi batas-batas dirinya serta hak-hak orang lain. As-Sajdah berarti tempat bersujud, atau sajadah. Betapapun luasnya lantai masjid, sajadah hanya selembar kain yang hanya cukup untuk bersujud. Sajadah berarti batas, hak kepemilikan atau penggunaan. Implikasi surat as-Sajdah bagi seorang juz 21 bahwa ia menjadi seorang yang amat menghargai perbedaan orang lain. Ia menyadari betul haknya, sehingga ia benar-benar merasa tulus untuk memegang haknya, atau ketika ia harus membantu orang lain. Bahkan apabila ia merasa bersalah, tidak segan-segan untuk segera meminta maaf. Surat as-Sajdah yang berarti batas kepemilikan dan hak kedirian, didukung oleh surat sebelumnya, yaitu surat Luqman. Makna surat ini bagi seorang juz 21 kearifan. Kearifan seorang juz 21 suatu saat pun muncul, yang biasanya diekspresikan dalam bentuk sumbangan pemikiran atau nasehat secara tulus kepada orang lain. Dalam alQuran, Lukman bukanlah seorang Nabi melainkan seorang arif, yang memberikan fatwa dan nasehat moral kepada anak-anaknya. Seorang juz 21, apabila surat Luqman begitu menonjol, secara tulus akan memberikan semangat atau nasehat serta dorongan mori; kepada partnernya. Angka 21, apabila dimampatkan akan menjadi 3, dan angka tiga sama dengan abjad ( ) yang berarti THT. Karena itulah, seorang juz 21 pada umumnya memiliki kekuatan dan kecakapan verbal yang begitu tinggi. Ia tidak akan merasa capai untuk berbicara atau ”ngobrol” hingga berjam-jam lamanya. Bahkan ia mampu untuk melayani segala macam tema pembicaraan. Dan jangan heran, jika
ia kemudian selalu berambisi menguasai (mendominasi) pembicaraan dalam suatu forum. Angka 21 ama dengan ( ), yang artinya Kepala atau Analisis Ulang. Seorang juz 21 memiliki kecakapan untuk melakukan analisis ulang. Ia memiliki kemampuan berpikir logis dan rasional, tetapi sekaligus pemikirannya dapat cepat berubah. Hari ini dia bilang atau berpikir A, bisa saja besok hari ia bilang atau berpikir B, dan tak ada beban baginya. Ia memang memiliki keceptan logika, tetapi sewaktu-waktu pikirannya dapat berubah. Dalam juz 21 jumlah ’ain 19. Karena itu, ia mampu berpikir problematik. Sesuatu yang oleh orang lain tidak menjadi masalah, baginya bisa dianalisis sehingga menjadi permasalahan. Tetapi ada kecenderungan yang begitu kuat, bahwa dirinya merasa tahu banyak hal. Dengan bahasa lain, untuk menkonter pendapat orang lain, ia terkadang bersikap ”sok tahu”, meskipun informasi yang ia miliki hanya sedikit. Hanya kecakapan analitik dan retorika (verbal) yang ia miliki, membuat seolah ia menjadi seorang yang tahu banyak masalah. Sifat kontradiktif dalam diri seorang juz 21 terletak pada tarikmenarik antara surat ar-Ruum di satu pihak, yang cenderung egois dan ”maunya menang”, dengan surat as-Sajdah dan Luqman di lain pihak yang cenderung ”merendah-diri”. Oleh karena itu, seorang juz 21 pada umumnya bersifat labil, mudah berubah. Hal ini juga sesuai dengan huruh ( ) itu sendiri, yang berarti analisis ulang. Di samping itu, awal juz 21 bukanlah awal surat, dan akhir juz juga bukan akhir surat. Profil juz semacam ini cenderung mencerminkan seorang pribadi yang relatif tidak konstan. Jadi inti dari karakteristik juz 21 bahwa betapapun orang ini pada umumnya memiliki egoisme yang mudah terangkat, tetapi ia sebenarnya seorang yang selalu mencari jati-diri. Pada suatu saat, ke-akuan diri memuncak, tetapi ketika ia kemudian bersentuhan dengan penjelasan atau pemikiran mengenai ”sangkan paran” dan hakekat dirinya, maka seketika ia akan jatuh tersungkur dan luluh.
Pengantar Psikologi Al-Quran
130
129
Pengantar Psikologi Al-Quran
3. Kelemahan dan Kelebihan Seorang juz 21 memiliki kelemahan pada THT dan atau darah. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada struktur ’ain sebagai berikut. 21 = 3 = ( ) Titik 11 ( ) Perasaan 8 = (
)
THT Titik Keseimbangan Darah/Jantung
Berbagai kemungkinan kelemahan yang dialami seorang juz 21, terjadi gangguan pada salah satu organ THT. Misalnya rasa gatalgatal yang bersifat laten pada telinga, gampang terkena pilek (flu), gatal-gatal pada bagian tenggorokan atau mulut, termasuk mudah terkena sariawan. Jika ini tidak terjadi, maka dapat dipastikan bahwa ia mengidap penyakit pada darah, darah tinggi ataupun rendah. Angka 21 ( ) yang artinya kepala. Sedangkan organ tubuh pada bagian kepala mata, otak dan THT. Seorang juz 21 juga memiliki kelamahan laten pada bagian kepala. Banyak kasus seorang juz 21 mengalami gangguan gangguan sakit kepala yang bersifat laten, dan hampir tak dapat disembuhkan melalui obat apapun. Bisa jadi seorang juz 21 mengalami kelemahan pada mata. Dengan kata lain, oleh karena 21 kepala, maka kelemahan ataupun kelebihan seorang juz 21 terletak pada bagian kepala. Sedangkan organ kepala terdiri atas Mata, Otak dan THT. Dengan demikian, semua organ pada bagian kepala menjadi potensi sakit atau kelemahan bagi seorang juz 21. Namun demikian, jika ia rjin melakukan kegiatan ritual, seperti semedi, meditasi ataupun shalat, dan tentu saja membaca juz, potensi sakit pada darahnya dapat diminimalisir. Tetapi, jika bagian kepala ini menjadi kekuatan, dan ia tak pernah mengeluh atau Pengantar Psikologi Al-Quran
131
mengalami gangguan sakit pada bagian kepala, dapat dipastikan kelemahannya berada pada darah. Ia menjadi orang sangat emosional, apabila ternyata kelemahan muncul pada darahnya. Seorang juz 21 memiliki kelebihan dalam mengalasis berbagai persoalan. Banyak seorang juz 21 yang benar-benar cerdas sebagai seorang analis. Oleh karena itu, setiap juz yang memiliki unsur 21, baik itu jumlah ’ainnya (seperti juz 30), nomor surat seperti juz 17, atau huruf ( ) pada awal juz atau nama surat seperti juz 29, 27, dan juz 17, pada umumnya mewarisi kecakapan analisis seorang juz 21. Seorang juz 21 cukup punya ambisi untuk meraih keilmuan. Jika saja sejak kecil seorang anak juz 21 dikondisikan untuk belajar menganalisis masalah, maka potensi intelektualnya akan tersalurkan. Ia memiliki potensi alami untuk menjadi seorang pengamat sosial ataupun seorang jurnalis. Kecakapan retoriknya , membuat sangat lincah untuk menjadi seorang PR (public relation). Kelincahannya untuk bergaul dan masuk ke segala lapisan sosial membuat ia cocok untuk menjadi seorang yang ditugaskan dalam bidang Humas (hubungan masyarakat).
JUZ 20 1. Profil Juz ini berisi 166 ayat dan 16 tanda ’ain. Dimulai dari surat ke-27 (an-Naml) ayat 60 hingga surat ke-29 (al-Ankabut) ayat ke-44. Berikut daftar nama surat dalam juz 20. 1. 2. 3.
27 An-Naml 28 Al-Qashash 29 Al-Ankabut Jumlah ayat
132
(34) (88) (44)
60 - 93 1 – 88 1 – 44
Semut Cerita Laba-laba
( 166 )
Pengantar Psikologi Al-Quran
Juz ini tidak berawal pada awal surat, juga tidak berakhir pada akhir surat. Surat al-Ankabut yang jumlah ayatnya 69, hanya dimiliki juz ini sebanyak 44 ayat, sedangkan 25 ayat sisanya milik juz 21. Jumlah ayat pada juz ini 166, yang dikelompokkan ke dalam 16 tanda ’ain. Posisi tanda ’ainpada lembaran juz 29 dapat dilihat pada daftar berikut. Posisi Tanda ’Ain pada Juz 20 ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Halaman 1 2 3 4 5 6 8 9 9 11 12 12 13 14 15 15
Baris ke 15 15 14 18 17 13 4 3 18 5 4 15 18 15 11 18
Angka Tengah 8 16 11 13 8 7 14 8 10 15 7 6 13 9 8 14
Angka atas 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4
2. Karakter Orang Juz 20 Cetak-tebal pada ayat awal juz ini (
). Dapat dipastikan,
seorang juz 20 ingin selalu menjadi pusat perhatian. Huruf ( ) di depan pada cetak-tebal, menunjukkan bahwa egoisme dan keakuan seorang juz 20 benar-benar begitu kentara. Biasanya ia merasa dirinya lebih tahu dari orang lain. Dengan kata lain, dia kadangkadang bahkan sering bersikap ”keminter”, padahal dialah orang Pengantar Psikologi Al-Quran
133
yang sama sekali tidak dapat melakukan sesuatu secara perfeksionis. Orang yang memiliki kepedulian lingkungan begitu banyak, tetapi seorang juz 20 memiliki kebih dari yang lain. Dan kepeduliannya terhadap lingkungann (orang lain) bukan untuk tujuan perubahan lingkungan, melainkan hanya sekedar untuk agenda bercermin diri. Ia selalu bercermin dan mengambil pelajaran dari orang lain, dan berusaha jangan sampai hal yang buruk, yang terjadi pada orang lain itu menimpa dirinya. Dengan demikian, apa yang ia lihat terutama orang lain, selalu ia pikir dan kemudian dicari umpan-balik (feed-back) bagi dirinya sendiri. Karena itu ia sangat jeli alam mencari berbagai kaitan peristiwa yang terjadi, baik dalam dirinya sendiri maupun pada orang lain. Dengan kata lain ia sangat peka dalam membaca dan menilai orang lain, sebagai suatu pelajaran bagi dirinya, atau bagi orang lain yang berada pada ”penguasaannya” Surat al-Qashash (cerita), dalam juz 20 mebuat seorang juz 20 begitu pandai membanding-bandingkan seseorang dengan orang lain, dan juga dengan dirinya sendiri. Di sini berarti bahwa, makna sebuah kisah atau cerita (al-Qashash) bagi setiap orang ”pelajaran” yang dapat dipetik. Surat al-Qashash, yang jumlah ayatnya 88, secara penuh dimiliki oleh juz 20. Oleh karena itu, tidak heran jika seorang juz 20 menempatkan apa yang dialami oleh orang lain sebabagai pelajaran. Ia suka membanding-bandingkan antara dirinya dengan orang lain. Surat al-Qashash bagi seorang juz 20 juga berarti bahwa dia memiliki kegemaran menasehati orang, berdasarkan pengalaman dan cerita yang ia peroleh dari orang lain. Maka tidaklah heran, jika seorang juz 20 kemudian suka sekali bercerita, dan cerita itu kemudian dijadikan nasehat untuk orang lain. Jika ia selalu ingin ”menasehati” atau bahkan menggurui kawannya, maka itulah aktualisasi surat al-Qashash dalam dirinya. Huruf ke-20 ( ), yang berarti batas pandang manusia atau aturan main. Apabila seorang terjebak pada aturan main, maka ia cende134
Pengantar Psikologi Al-Quran
rung bersikap formalisme, normatif, dan hanyut pada kemapanan pemikiran. Seorang juz 20 pada umumnya bersikap anti-dialog. Ia sangat kuat berpegang pada aturan main atau pemahaman yang telah mapan. Ia tidak dapat menerima pemikiran atau pemahaman yang ”revolusioner” atau kontroversial, yang lain sama sekali dengan ”mainstream” pemikiran. Dari segi intelektual, dia nampak begitu tegar dalam mempertahankan kemapanan pikirannya. Dia juga tipe orang yang gemar berpikir. Tetapi dalam segi mentalitas dan perasaannya, seorang juz 20 biasanya lemah. Ia sangat perasa dan mudah tersinggung. Apa yang ia dengar dari kata-kata orang, langsung masuk ke perasaaannya. Sehingga ia tak bisa bersikap acuh, atau kebal dari omongan dan kritikan dari orang lain. Di samping memiliki kepekaan perasaan yang begitu besar, ia juga punya pemikiran yang cengeng. Ia selalu berpikir-pikir pada masalah-masalah yang sebenarnya sepele, mudah tersinggung, sehingga menjadi beban mental baginya. Ia selalu mudah berpretensi atau prasangka terhadap orang lain, padahal orang lain bisa jadi sama sekali tidak memikirkan apa yang ia pikirkan. Laba-laba (al-’Ankabut) seekor binatang yang tidak pernah berputus asa dalam membuat karya (rumah), betapapun hasil karyanya itu sangat rapuh. Dirusak seribu kali, ia tetap membuat rumah atau berkarya. Tetapi hanya 44 ayat yang menjadi miliknya. Memang, seorang juz 20 selalu bergerak dan berkarya dan hampir tak kenal putus asa. Selalu ada saja yang ia kerjakan. Namun demikian, hasil karyanya biasanya sangat rapuh, tidak perfeksionis sehingga mudah ”dileceh” orang. Apa makna angka 44 ayat baginya. Jika gagasan idealismenya ternyata ”kandas”, ia kemudian hidup dalam suasana yang ”gundah” atau bahkan gaduh, sehingga ia menjadi sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Ia benar-benar tidak bisa bersikap tenang. Sebaliknya, juz 20 memang tidak dihadapkan pada persoalan yang membuat ia panik. Memang, sudah jatuh ketimpa tangga. Dia seorang yang ”cengeng”, mudah tersinggung. Sementara hasil karyanya, hasil apa
yang ia perbuat biasanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan orang (rapuh). Ia memang sering dikecewakan oleh hasil karyanya sendiri. Ia telah bersusah-payah bekerja atau berkarya, dan menurutnya sudah dilakukan dengan sangat canggih, tapi ada saja orang lain yang ”melecehkan” hasil jerih-payahnya itu, sehingga ia tersinggung. Namun demikian, ia cukup tabah. Tak ada kata frustasi baginya. Ada mekanisme kejiwaan dalam dirinya yang membuat dirinya tabah, meskipun ia mudah tersinggung dan sering ”dileceh” orang. Mekanisme ini biasanya muncul dalam kegiatan tidur. Seorang juz 20 memang gemar tidur. Hal ini dapat dipahami, karena seekor laba-laba biasanya hanya tidur dan menunggu mangsa, setelah ia bergerak melakukan kegiatan atau berkarya. Bagi seorang juz 20, kegiatan tidur dapat ia lakukan berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Selama berhari-hari, ia bisa saja hanya melakukan kegiatan makan dan tidur. Dan kegiatan tidur baginya, juga dapat dijadikan sebagai suatu bentuk kompenasi dari kekecewaan. Surat an-Naml dalam dirinya juga memberikan resistensi terhadap ”lecehan” dan terpaan orang lain. Sebab, semut juga merupakan binatang yang ”bandel”. Ia selalu muncul betapapun sudah disapu bersih. Seorang juz 20 juga sering menampakkan ”bandelnya”. Bahkan ia bisa saja melakukan kesalahan yang berulang dalam kasus yang sama, betapapun ia telah dinasehati dan diberikan petunjuk. Secara fisik, seorang juz 20 pada umumnya kuat, dan tahan banting. Ia bisa saja bekerja atau melakukan pekerjaan fisik tanpa kenal lelah. Ia memang memiliki semacam kekebalan dari gangguan fisik, apalagi apabila ia memasuki dunia ”silat” atau hal-hal yang sifatnya olah badan. Untuk olah batin, ia dapat membuatnya ”kasyaf” dan memiliki kepekaan spiritual, pada umumnya agak sulit, sebab sesuai dengan bahan bakunya, yang terdiri unsur ( ) atau yaitu batas pandang, ia menjadi orang yang agak ”bebal” dalam menangkap getaran spiritual (non-fisis),
Pengantar Psikologi Al-Quran
136
135
Pengantar Psikologi Al-Quran
3. Kelemahan dan Kelebihan Jika dilihat dengan sistem 11, maka kelemahan juz 20 terletak pada bagian mata dan atau lever (hati). Tetapi, kelemahan yang umum dialami seorang juz 20 pada bagian dada, sesak napas, atau sakit pada bagian limpa. Di samping itu, ia juga mengalami gangguan pada bagian THT. Bisa jadi, ia mudah terkena pilek, atau gangguan pada kepekaan pendengaran. Kelemahan lain, yang diderita seorang juz 20 terletak pada bagian betis atau seputar lulut kaki kanan. Apabila kelemahan ini aktif, maka akan terjadi rasa nyei pada bagian tersebut. 20 = 2 = ( ) Titik 11 ( ) Perasaan 8 = (
)
Mata
mampu untuk mengendalikan titik 11 (perasaannya), sehingga benar –benar menjadi orang yang ”ndableg” (tak pedulian). Jika ini dapat dikuasai, maka ia akan menjadi seperti orang juz 29 yang jarang sakit. Memang, juz 20 adalah juz pemampatan dari juz 29. Artinya angka 20 sama dengan 2, sedangkan angka 29 dapat menjadi 11 dan kemudian, dimampatkan lagi menjadi 2. Seorang anak juz 20, sebaiknya dikondisikan untuk banyak membaca banyak kisah atau cerita. Dengan demikian, ia akan terbentuk menjadi seorang yang benar-benar ahli dalam bidang penasehat. Sebab, banyak contoh atau kisah yang dapat ia jadikan referensi dalam memberikan nasehat pada masyarakat atau orang lain. Dengan sebuah serita, orang akan dapat bersikap waspada dan berhati-hati. Dan seorang juz 20 memiliki bakat alami untuk menjadi seorang penasehat.
Titik Keseimbangan
JUZ 19
Lever / Hati
Oleh karena titik 11 (perasaan) seorang juz 20 begitu peka dan rentan (mudah tersinggung), maka dapat dipastikan kelemahan pada titik-titik tersebut di atas akan selalu berbicara. Dengan kata lain, titik 11 dalam tubuh manusia sumber sakit. Sementara seorang juz 20 pada umumnya sangat perasa, maka dialah orang yang kebih tertekan oleh kelemahan latennya. Namun demikian, karena ia dibekali surat al-Qashash, yang selalu berpikir jangka pendek dan jangka panjang, jauh ke depan, ia selalu hidup dalam optimisme. Dan optimismenya itulah yang dapat dijadikan ”hiburan” dan obat bagi dirinya. Oleh karena itu, jangan sampai seorang juz 20 mengalami frustasi yang begitu berat. Sebab, jika ini terjadi maka ia akan mengalami ”down” atau sakit-sakitan dalam hidupnya. Salah satu cara, untuk dapat melarikan diri dari kondisinya yang ”rentan”, seorang juz 20 dapat membalik kecenderungannya yang perasa itu menjadi sikap yang ”cuek” atau acuh. Sebenarnya, ia
1. Profil
Pengantar Psikologi Al-Quran
138
137
Juz ini berisi 3 surat, tetapi hanya satu surat yang utuh. Awal juz ini bukan awal surat dan akhir juz juga bukan akhir surat. Surat ke25 (al-Furqaan) yang jumlah ayatnya 77, dimulai dari ayat ke 21. Demikian juga surat ke-27 (an-Naml), yang jumlah ayatnya 93, 59 ayat (1 – 59) milik juz 19, sedangkan sisanya 34 ayat (60 – 93) milik juz 20. Berikut ini daftar nama surat pada juz 19. 1. 2. 3.
25 Al-Furqaan 26 Asy-Syu’ara 27 An-Naml Jumlah ayat
(57) 21 - 77 Pembeda (227) 1 – 227 Penyair (59) 1 – 44 Semut ( 343 )
Juz ini berisi 343 ayat, yang dikelompokkan ke dalam 19 tanda ’ain. Berikut daftar posisi tanda ’ain pada juz 19. Pengantar Psikologi Al-Quran
Juz 19 diawali oleh surat al-Furqaan ayat 21. Angka 21 sama dengan huruf ( ), yang berarti pemikiran. Dengan demikian, surat al-Furqaan (pembeda) bagi seorang juz 19 terartikulasikan dalam bentuk cara berpikirnya yang cenderung kritis. Dalam mengungkapkan pendapat atau pikiran, seorang juz 19 pada umumnya sangat kritis. Amatlah sulit baginya untuk berbicara ”to the point”. Untuk berbicara pada sesuatu yang ia maksudkan, ia harus berputar-putar terlebih dahulu. Namun demikian, baik bagi seorang juz 18 maupun juz 19 surat al-Furqaan tetap menampakkan suatu kondisi pendulum (bolak-
balik). Oleh karena itu, seorang juz 19 juga sering diliputi keraguraguan atau pertimbangan, sehingga lambat untuk mengambil keputusan. Jika keraguan atau sikap ”penuh pertimbangan” seorang juz 18 dialami pada saat sebelumnya ia melakukan sesuatu, tetapi keraguan dan pertimbangan juz 19 muncul pada saat ia sudah atau sedang melakukan sesuatu. Ia tiba-tiba berpikir ulang, atau menjadi ragu-ragu ketika sedang melangkah untuk suatu tujuan tertentu. Bahkan, tidak hanya keraguan yang muncul di tengah-tengah suatu langkah, seorang juz 19 juga memiliki kelemahan dalm segi operasional. Meskipun ia memiliki kapasitas untuk berpikir secara konseptual dan kritis, tetapi dari segi operasional atau pelaksanaan gagasan, ia benar-benar lemah. Pengertian lemah dapat bermacammacam bisa jadi lamban, tidak perfeksionis, atau bahkan tidak rampung, atau malah sama sekali tidak mampu menangani masalahmasalah yang bersifat teknis (praktis). Tetapi untuk melakukan evaluasi terhadap suatu masalah, atau terhadap suatu hasil karya, ia benar-benar jeli dan kritis. Seorang juz 19 dapat merencana dengan baik, tetapi apa yang direncanakannya pada umumnya tak dapat ia realisasikan. Dalam segi operasional, ia bisa saja melakukan kesalahan berkali-kali dalam masalah yang sama, Oleh karena itu, tidak heran jika seorang juz 19 kemudian dianggap sebagai pembuat masalah bagi orang lain. Namun meski ia ”dipojokkan” berkali-kali oleh teman atau lingkungan kerjanya atas kesalahannya, ia tidak begitu saja mudah frustasi. Ia tetap bergerak terus, meskipun kesalahan bakal terulang juga. Surat asy-Syu’araa (para penyair) bagi seorang juz 19 bahwa ia memiliki ide dan rencana yang begitu tinggi, bahkan bisa jadi muluk-muluk. Tetapi, banyak ide atau rencana yang tidak dapat terrealisir. Gambaran seorang penyair, pada umumnya bahwa ia seorang yang romantik, memiliki gagasan tinggi, tetapi sekaligus bersifat verbalistik. Artinya, ia hanyalah seorang yang berobsesi dengan bayangan-bayangan romantisismenya. Sementara, untuk bergerak secara operasional, ia benar-benar lemah. Oleh karena itu,
Pengantar Psikologi Al-Quran
140
’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Halaman 1 2 3 4 5 6 6 7 8 9 9 10 10 11 12 13 14 15 16
Baris ke 17 11 11 12 4 2 16 9 10 3 14 8 17 10 13 12 16 17 16
Angka Tengah 14 10 16 17 9 24 18 17 36 18 18 19 16 16 26 14 17 13 14
Angka atas 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4
3. Karakter Orang Juz 19
139
Pengantar Psikologi Al-Quran
Dapat dipahami jika hasil karya seorang juz 19 sering tidak perfeksionis, bahkan sering tidak rampung. Apa yang ia pikirkan rencana. Ia dapat dilihat pada ’ain pertama pada juz 19 terdapat angka 14. Angka 14 sama dengan huruf ( ) yang berarti rencana atau perhitungan. Oleh karena itu, terlalumudah bagi seorang juz 19 untuk merencanakan berbagai aktivitas. Begitu banyak yang ia rencanakan, tetapi begitu banyak pula rencana yang tak dapat direalisasikannya. Banyak misteri dan masalah pada seorang juz 19, tetapi banyak pula penampilan yang mereka keluarkan. Ia dapat dimengerti, sebab angka 19 apabila dihubungkann pada nama surat, ia Maryam (surat ke-19 Maryam). Dan hakekat Maryam itu sendiri misteri atau ”miracle”. Sedangkan angka ke-19 ( ) yang berarti masalah, penumpukkan, atau pemecahan masalah. Orang juz 19 memang menampakkan penampilan luar yang berbeda-beda, Jika surat an-Naml yang terlalu dominan, maka ia cenderung menjadi tipe seorang pekerja. Artinya, ia terlalu mementingkan gerak dan aktivisme. Sebaliknya, apabila surat asy-Syu’ara yang muncul secara dominan, ia benar-benar tak dapat melakukan kerja praktis apapun. Jika surat al-Furqaan (pembeda, atau pembedah) yang terlalu dominan ia hanya akan menjadi pemikir yang kritis. Ia memiliki kapasitas intektual untuk ”membedah” persoalan secara kritis-problematis. Karena hakekat angka 19 ( ), ”masalah” atau ”pemecahan” masalah, maka meskipun berbeda-beda penampilan dan kecenderungan seorang juz 19 , ada dua kemungkinan yang akan dihadapi (dialami) oleh seorang juz 19. Kemungkinan pertama, ia akan sering menjadi ”masalah”, atau dianggap oleh lingkungan pergaulan sosialnya sebagai orang yang sering membikin masalah. Atau kemungkinan kedua, ia akan menjadi orang yang mampu mengatasi atau menyelesaikan masalah dengan baik. Jika ia telah bekerja, apapun ia kerjakan dan bagaimanapun hasil kerjanya nanti, biasanya ia tak kenal waktu. Ia bisa saja bekerja tak kenal ”lelah” bagaikan seekor semut. Surat an_naml (semut) dalam
juz 19 juga berarti bahwa ia seorang yang suka gerak atau kerja. Betapapun lamban, ia tetap gerak, dan tak kenal frustasi. Seekor semut, biasanya selalu bergerak meski tanpa produktivitas yang jelas. Ada saja yang mesti ia cari atau ia kerjakan. Apa ia dilakukan semut ”jalan terus” mencari atau melakukan sesuatu , benar-benar tak kenal waktu. Begitu sibuknya, sampai ia tidak tahu apa saja yang telah ia lakukan. Pada saatnya, seorang juz 19 juga nampak begitu sibuk dengan kegiatannya sehari-hari. Tetapi terkadang ia tidak tahu apa hasil dari yang telah ia lakukan. Memang, untuk melakukan tugas yang memerlukan mobilitas tinggi, seorang juz 19 tidak merasa keberatan. Sebab, seekor semut juga berarti lambang mobilitas yang tinggi. Semut juga merupakan binatang yang selalu memiliki kepedulian terhadap lingkungan (sosial) terdekatnya. Ia selalu mengajak ”bersalaman” kepada setiap yang ia jumpai. Seorang juz 19 juga suka berteman dan makna seorang teman baginya ”potensi” yang dapat dimanfaatkan, dapat dimintai informasi. Terhadap waktu, ia bisa menjadi orang yang benar-benar disiplin atau sebaliknya bahwa ia menjadi seorang yang pelupa. Tetapi terhadap ”uang” (modal), ia bisa mengatur dengan baik, atau bisa saja bersikap perhitungan. Bukannya ia ”pelit” terhadap uang, hanya saja ia benar-benar rasional dalam mengalokasikan uang atau modal. Orang juz 19 sebenarnya juga tipe seorang pemikir. Pemikirannya terpusat pada persoalan perbaikan umat. Ia juga memiliki obsesi pada suatu bentuk pemurnian jiwa. Kepeduliannya terhadap lingkungan humanitas yang begitu tinggi, membuat ia menjadi seorang yang benar-benar idelalis.
Pengantar Psikologi Al-Quran
142
141
3. Kelemahan dan Kelebihan Kelemahan atau kelebihan seorang juz 19 terletak pada bagian otak dan atau perut (pencernaan), Apabila terjadi gangguan pada titik sebelas, misalnya perasaan terganggu, maka kemungkinan besar bagian otak menjadi kelemahan. Jika ini terjadi maka ia akan sering terkena sakit kepala secara laten. Apabila kepala tidak menjaPengantar Psikologi Al-Quran
di kelemahan, maka bagian perut yang menjadi kelemahan. Jika ini terjadi, maka ia akan sering terkena sakit perut, atau minimal ia sering mengalami perut terasa kembung, atau gampang masuk angin. Kelemahan atau potensi sakit lainnya terletak pada bagian pantat sebelah kiri. Apabila bagian ini benar-benar menjadi kelemahan, maka yang akan dialaminya rasa nyeri pada bagian tulang atau syarafnya. Untuk melakukan terapi pada kelemahan ini, sebaiknya jangan dilakukan pemijatan yang terlalu sering. Sebaiknya dengan cara membaca juz secara rutin. 1 = ( )
Otak
Titik 11 ( ) Perasaan
JUZ 18 1. Profil Juz ini terdiri atas tiga surat, yaitu dari surat ke-23 (alMu’minuun) hingga surat ke-25 (al-Furqaan). Awal juz ini adalah awal surat al-Mu’minuun, tetapi akhir juz bukan akhir surat, sebab surat al-Furqaan yang jumlahnya 77 ayat, hanya 20 ayat yang merupakan milik juz ini. Berikut daftar nama surat pada juz 18. 1. 2. 3.
Titik Keseimbangan
23 24 25
Al-Mu’minuun An-Nuur Al-Furqaan
Jumlah ayat 19 = 10 = (
)
Perut/Pencernaan
Seorang juz 19, ada baiknya jika dikondisikan sedemikian rupa untuk mendalami ilmu kedokteran dan apabila ia mendalami spesialisasi, maka akan lebih tepat jika yang dipilih spesialisasi bedah. Kepekaan al-Furqaan (pembeda atau pembedah) yang dimilikinya, dapat disalurkan dalam bentuk keahlian sebagai seorang dokter bedah. Sebaiknya, seorang juz 19 berhati-hati dalam menyalurkan romantisisme seksualitasnya. Jika ia seorang laki-laki, obsesi yang begitu tinggi terhadap ”lawan jenis” haruslah dikendalikan atau juga disalurkan secara bijaksana.
Pengantar Psikologi Al-Quran
143
(118) (64) (20)
1 - 118 1 – 64 1 – 20
Orang Beriman Cahaya Pembeda
( 202 )
Juz ini berisi 202 ayat yang dikelompokkan ke dalam 17 tanda ‘ain. Posisi tanda’ain dalam juz 18 dapat dilihat pada daftar berikut ini. Posisi Tanda ’Ain pada Juz 18 ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 144
Halaman 2 2 3 5 6 7 8 9 9 11 11 12
Baris ke 5 18 17 6 11 7 7 3 15 2 16 15
Angka Tengah 22 10 18 27 5 26 10 10 6 8 6 10
Angka atas 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Pengantar Psikologi Al-Quran
13 14 15 16 17
13 14 15 16 16
11 11 3 2 18
16 16 26 14 17
7 8 9 1 2
2. Karakter Orang Juz - 18 Seorang juz 18, khususnya yang memiliki “kepekaan spiritual” tinggi, umumnya selalu haus akan ilmu, terutama ilmu-ilmu yang tidak “kasat-mata” (ngelmu). Apabila kehausan akan ilmu itu kemudian diakomodasikan dengan belajar atau membaca ilmu-ilmu empirik, maka ia akan menguasai banyak informasi keilmuan, dialah tipe seorang yang ensiklopedik. Tetapi apabila ilmu-ilmu empirik tidak ia kuasai dengan baik, maka kecende-rungannya lari kepada hal-hal yang mistis. Jika saja ia tidak terlalu berpandangan mistis, maka kecenderungan mistisnya itu akan ia kompensasikan pada kegiatan yang sifatnya olah-batin atau olah-energis. Dengan kata lain, pencarian keilmuan yang dilakukan seorang juz 18, tidak semata-mata ilmu yang bersifat empirik, tetapi juga ilmu yang “tembus-pandang” (mistis). Artinya, betapapun ia sangat haus akan ilmu yang logisempiris, tetapi ia pun dapat segera mene-rima pandangan mistis. Seorang juz 18 juga pada umumnya memiliki kegemaran berpikir, atau olah-intelektual. Sebab cetak-tebal huruf pada awal juz ( ). Namun ia baru bisa berpikir secara jernih apabila rasa “keakuan”, atau lebih tepatnya egoismenya dimatikan sedemikian rupa. Apabila ia terlalu bersikap yang ambisius dan egois, maka ia hanya akan menjadi seorang yang ingin selalu menjadi pusat perhatian. Pada cetak-tebal (awal juz), terdapar huruf alif ( ) yang berdiri terpisah ditengah-tengah. Pada awalnya, seorang juz 18 memang begitu low-profil , dan tidak mendahulukan ego atau keakuannya ketika ia berada di tengah-tengah orang lain. Dalam forum pertemuan (diskusi) misalnya, seorang juz 18 tidak buru-buru Pengantar Psikologi Al-Quran
145
berperan aktif, tetapi lebih cenderung diam dan mengamati atau mencerna. Tetapi begitu ia kemudian berintergrasi dalam suatu pembicaraan, maka kemudian ia akan berambisi menjadi pusat perhatian. Pada akhir huruf cetak-tebal, terdapat huruf ( ) yang artinya aturan-main, hukum, atau kausalitas. Jika ia menekuni ilmu fisikakimiawi, dapat dipastikan ia akan sangat jeli di dalam melihat berbagai hubungan kausalitas antara berbagai variabel fisis dalam setiap peristiwa kosmik. Tetapi sebaliknya, dalam pergaulan hidup sehari-hari ia juga akan bersikap terlalu formalistis, atau cenderung normatif, selalu mengikuti aturan main, atau konvensi yang telah ada (mapan) dalam masyarakat. Surat al-Furqaan yang hanya 20 ayat, membuat seorang juz 18 begitu sangat berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Dialah satu-satunya orang yang penuh pertimbangan, atau terlalu bersikap kehati-hatian dalam mem-berikan keputusan. Angka 20 sama dengan huruf ( ) yang berarti batas pandang atau aturan main. Sedangkan al-Furqaan yang berarti pembeda atau semacam pendulum. Oleh karena itu, dapat dipahami apabila seorang juz 18 sering agak terlambat dalam memberikan keputusan. Sikapnya penuh pertimbangan (al-Furqaan), ditambah dengan kepekaan normatif (aturan main) dan konvensi, membuat ia tidak hanya sekedar penuh pertimbangan, tetapi juga “ragu-ragu” dalam bertindak atau melakukan sesuatu. Namun makna surat al-Furqaan bagi seorang juz 18 juga berarti bahwa ia memiliki kapasitas untuk menjadi seorang yang akhli dalam menyelesaikan segala pertikaian. Apabila dalam lingkaran keluarga atau tetangga terjadi perselisihan, maka seorang juz 18 ingin berusaha menengahinya. Dan ia pun mampu untuk mencarikan jalan tengahnya. Bahkan ia pun selalu “risih” terhadap suasana yang “kisruh”. Dialah seorang yang selalu mendambakan suasana “tertib-sosial”. Surat al-Mu’minuun, yang berarti orang tenang (beriman), dalam juz 18 membuat seorang juz 18 menjadi cenderung pendiam. Diam 146
Pengantar Psikologi Al-Quran
dan mencerna atau mengamati, sering menjadi pilihan dalam sikapnya sehari-hari. Tetapi diamnya seorang juz 18 bisa jadi karena diliputi keraguan untuk mengungkapkan sesuatu. Memang, “air tenang bisa saja menghanyutkan”. Atau, “diam emas”. Oleh karena itu, sikap diam seorang juz 18 bisa jadi karena ia memendam rasa dendam. Memang, seorang juz 18 sering muncul rasa dendamnya apabila dikecewakan, disakiti. Dapat dilihat pada surat ( ) terdapat huruf ( ) yang tersembunyi di tengah. Huruf itu lambang gejolak atau pengumpat. Jika huruf kecil ( ) itu aktif, maka seorang juz 18 bisa mengidap rasa dendam. Tetapi, betapapun ia dendam terhadap seseorang, ia dapat saja bersikap baik. Dia dapat memperoleh kepuasan tersendiri setelah berhasil membalas dendam, meskipun hanya persoalan kecil. Tetapi di balik sikapnya yang demikian itu, sebenarnya ia orang yang cukup punya perhatian pada orang lain. Surat al-Mu’minuun dalam dirinya membuat ia besedia membantu, atau menolong orang lain secara tulus. Dia cukup risih apabila melihat orang lain punya masalah. Terhadap orang lain yang punya masalah, ia bisa memberi pertimbangan dan nasehat, atau bahkan bila perlu bantuan. Ia tidak terlalu “perhitungan” terhadap kepemilikan. Makna surat an-Nuur (cahaya) bagi seorang juz 18 bahwa ia memiliki kepekaan atau firasat (feeling) yang tinggi. Cahaya memiliki sifat yang “tembus pandang”. Oleh karena itu, seorang juz 18 biasanya memiliki kepekaaan indra “keenam”, atau semacam firasat. Dia memiliki keahlian alami dalam hal menyimpan segala macam dokumen administratif. Berkat kejelian dan kepekaannya, maka ketika ada salah satu kertas yang hilang atau diambil orang, maka dengan segera ia pun tahu. Ia memiliki kepekaan terhadap suasana “dunia”nya. Surat an-Nuur inilah yang membuat seorang juz 18 selalu “mencari” penjelasan hidup, yang harus diperoleh terutama melalui “ngelmu” dan atau spiritualitas. Apabila ini belum didapatkan, atau belum mendapat akomodasi secara proporsional dalam hidupnya,
maka ia akan menjadi orang yang selalu gelisah. Sebab, ada salah satu fungsi mistis dalam dirinya yang belum terpenuhi, yaitu “matahati”. Selain membuat kepekaan indrawi, surat an-Nuur bagi seorang juz 18 juga membuat lemah dalam memanaj diri. Siapa yang dapat mengendalikan kekuatan sinar? Apabila ia tidak mampu menahan kekuatan emosinya, maka dalam menyelesaikan masalah dengan orang lain, seorang juz 18 bisa saja menggunakan cara “pukul dulu, urusan belakang”. Surat al-Furqan juga mmembuat ia menjadi bersikap kaku, semacam “hitam-putih”. Juz 18 sandi tentang “ngelmu”, yaitu kepekaan (kearifan) menatap persoalaan dengan mata-hati. Tetapi “ngelmu” bukanlah suatu kata yang mengacu pada aspek intelektualitas, sebuah “ngelmu” biasanya diperoleh melalui suatu aktualitas diri atau “laku”. Oleha karena itu, tidak heran jika seorang juz 18 pada umumnya memiliki ketrampilan psikomotorik. Seorang juz 18 sering merasa mampu untuk menguasai ilmu apapun. Dari segi psikomotorik, seorang juz 18 memiliki kecakapan praktis untuk menangani berbagai masalah. Katakanlah, banyak orang juz 18 yang trampil dalam berbagai bidang, di samping menguasai segi keilmuan. Atau, setidak-tidaknya ia sangat apresiatif atau mudah mentransfer ilmu atau ketrampilan. Huruf ke-18 ( ), yang berarti pertimbangan (keilmuan) dan atau kesehatan. Seorang juz 18, disamping memiliki bakat alami menjadi seorang ahli dalam menyelesaikan pertikaian sosial, juga berbakat alami menjadi seorang ahli kesehatan. Karena itu, seorang anak juz 18 sebaiknya disalurkan untuk mendalami ilmu kedokteran atau medis.
Pengantar Psikologi Al-Quran
148
147
3. Kelemahan dan Kelebihan Apabila dilihat dengan sistem 11, maka kelemahan seorang juz 18 terletak pada mata dan atau bagia hati/lever. Apabila diperhatikan, halaman pertama juz 18 tak ada tanda ‘ainnya. Dan ‘ain satu berada dalam satu halaman dengan ‘ain dua. Karena itu, mata Pengantar Psikologi Al-Quran
seorang juz 18 bisa menjadi kelemahan, atau bisa juga menjadi kelebihan. Apabila titik 2 (mata) menjadi kelebihan bagi seorang juz 18, maka bagian lever akan menjadi kelemahan. Tetapi jika bagian lever tidak terkena beban, maka dapat dipastikan ia akan merasa sakit pada bagian pantat, atau lebih sering pada bagian paha kaki kanan. Sistem 11 juz 18 dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut : 2 = (
)
Mata
Titik 11 ( ) Perasaan 18 = 9 = (
Titik Keseimbangan
)
Hati/Lever
Kelebihan seorang juz 18 pada umumnya pada matanya. Kelebihan pada titik mata dapat juga berarti bahwa ia orang yang betah tidur. Untuk tidur berjam-jam, bahkan berhari-hari, ia bisa. Dia tidak memiliki persoalan “sulit tidur”. Di samping itu, kelebihan mata juga berarti ia sangat peka dalam memprediksi peristiwa yang bakal terjadi. Tetapi, kepekaan semacam ini tidak dapat dikejar atau disengaja, melainkan datang sewaktu-waktu. Pada momen tertentu, ia dapat begitu jelas melihat peristiwa yang bakal terjadi.
JUZ 17
1. 2.
21 22
Al-Anbiyaa’ An-Hajj
(112) (78)
Jumlah ayat
1 – 112 1 – 78
Para Nabi Haji
( 190 )
Juz 17 satu-satunya juz yang terdiri atas dua surat utuh. Artinya surat-surat pada juz 17 tidak dibagi oleh pergantian juz. Jumlah tanda ‘ain dalam juz ini juga sama dengan nomor juznya, yaitu 17. Berikut daftar posisi ‘ain pada lembaran juz 17. Posisi Tanda ’Ain pada Juz 18 ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Halaman 1 1 3 4 6 7 9 10 11 11 12 13 14 15 15 16 16
Baris ke 14 8 18 14 6 16 2 7 12 18 14 7 7 1 11 6 16
Angka Tengah 10 19 12 9 25 18 19 10 12 3 8 5 10 9 7 8 6
Angka atas 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Profil Juz ini terdiri atas dua surat utuh, yaitu surat ke-21 (Al Anbiyaa) dan surat ke-22 (Al-Hajj). Dengan demikian, awal juz ini adalah awal dari surat dan akhir juz ini juga merupakan akhir surat. Berikut daftar surat pada juz 17. Pengantar Psikologi Al-Quran
149
2. Karakter Orang Juz - 17 Huruf cetak tebal pada ayat awal juz 17 ( ). Dapat dilihat pada cetak-tebal tersebut diawali huruf ( ) yang “dikasrah”, yang berarti “pribadi” atau “ego” yang mengkristal. Dengan 150
Pengantar Psikologi Al-Quran
demikian, seorang juz 17 memiliki keakuan yang begitu tinggi. Pada saat ia berada pada puncak “egoismenya” , ia merasa bahwa dirinyalah satu-satunya orang yang paling benar. Oleh karena itu, seorang juz 17 sejak kecil sudah menampakkan karakteristik aslinya sebagai seorang yang yang tak dapat dinasehati. Atau lebih tepat ia orang yang sering tidak peduli pada nasehat orang lain. Akhir huruf pada cetak-tebal adalah ( ) yang artinya ambisi atau alat vital yang “mengkristal”. Ini artinya, bahwa seorang juz 17 sangat ambisius, khususnya terhadap gagasan yang ia miliki untuk merealisasikannya. Dengan kata lain juga, apa yang menjadi kesukaannya, akan ia perjuangkan mati-matian, bahkan tanpa mempedulikan orang lain. Ketika ia berhadapan dengan orang lain, ia bisa saja bersikap acuh atau diam. Dengan kata lain, seorang juz 17 untuk sementara mampu untuk menyimpan ego dan ambisinya. Di belakang, ia kemudian berperilaku seenaknya sendiri. Ketika ia berhadapan dengan orang lain, ia nampak seperti orang yang acuh, tetapi pada dasarnya dia butuh. Dan apabila ia mulai berbicara pada orang lain, selalu ada saja pembicaraan atau gagasan yang ia simpan. Awal juz adalah awal surat (Al-Anbiyaa), dan akhir juz adalah akhir surat (Al Hajj). Ini berarti bahwa seorang juz 17 dalam dirinya selalu merasa mampu untuk menangani masalah secara sendirian. Bahkan, ia samasekali tidak terbiasa, atau tidak suka meminta pertimbangan atau pertolongan pada orang lain. Dia bagaikan seorang “eksistensialis” sejati. Kenapa karakter semacam itu muncul? Harus dimaklumi bahwa surat Al-Anbiyaa dalam juz 17 berarti para Nabi. Apa yang kita kenal, para Nabi adalah orang yang membawa kebenaran. Sekaligus, mereka para “pembangkang” dari “mainstream” pemahaman atau ajaran yang berlaku pada masanya. Oleh karena itu, jika surat ini begitu “dominan” pengaruhnya dalam diri seorang juz 17, ia akan bersikap merasa “benar” sendiri. Untuk menjadi seorang “pengeyel” atau penentang (pembangkang), seorang juz 17 jagonya.
Namun demikian, para Nabi adalah orang yang membawa misi perbaikan umat atau lingkungan manusia. Dengan kata lain, para Nabi adalah orang yang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan yang begitu tinggi. Seorang juz 17 juga memiliki kepedulian sosial dan lingkungan yang begitu besar. Begitu pedulinya terhadap orang lain, sampai terkadang ia lupa pada dirinya sendiri. Lingkungan bagi seorang juz 17 tidak semata berarti lingkungan “humanitas” atau manusia, tapi juga lingkungan fisis, baik kultural maupun natural. Oleh karena itulah, jangan heran jika seorang juz 17 sangat gemar jalan (bepergian). Ia paling suka pergi kemanapun, melihat dan mengamati “dunia luar”. Dialah seorang pengamat lingkungan sejati. Bisa saja seorang juz 17 tidak sadar, atau tidak dapat menjelaskan kenapa dirinya suka jalan atau memperhatikan berbagai persoalan. Memang, seorang juz 17 sering “out of control”. Terkadang ia lupa terhadap pikiran dan dirinya sendiri. Ini terjadi, karena juz 17 terdiri dari atas dua surat utuh dan terpisah dari surat-surat lainnya. Begitu peduli dan perhatiannya terhadap orang lain, seorang juz 17 terkadang juga bersikap normatif. Ia menghendaki agar orang lain bersikap dan berperilaku “begini-begitu” sesuai dengan pikiran atau ukuran etika dan normatif yang ada pada dirinya. Di satu saat, ia menghendaki orang lain bersikap atau berperilaku “baik” sesuai dengan kaidah normatifnya, tetapi pada saat yang lain ia sendiri terkadang berbuat seenaknya sendiri. Ini dapat dipahami karena dalam juz 17 terdapat surat Al-Hajj ( ). Surat ini rangkaian dari huruf ( ) ( ) ( ). Huruf ( ) berarti hukum, norma atau aturan, sedangkan huruf ( ) berarti tangan. Memang seorang juz 17 sering bersikap sangat normatif. Tetapi bisa jadi ia menjadi orang yang benar-benar lepas dari norma positif, dan kemudian ia benar-benar hidup dalam “dunia” atau kosmos-nya yang penuh kebebasan. Ia dapat memasuki dunia “bebas” dari yang dikenal. Artinya kebebasan berbuat itulah dunianya yang sebenarnya.
Pengantar Psikologi Al-Quran
152
151
Pengantar Psikologi Al-Quran
Tetapi itulah kelebihan seorang juz 17, Ia bisa menangani masalah dengan kedua tangannya berdasarkan kkaidah (normatif) atau kausalitas. Kata ( ) sendiri merupakan sandi tentang proses penanganan masalah berdasarkan kausalitas atau kaidah normatif yang konstruktif. Dengan kata lain, surat Al-Hajj merupakan lambang kejernihan berpikir dan bertindak dalam kerangka penanganan (pemecahan) masalah. Secara esensial, apa yang disebut dengan “haji” adalah lambang kesempurnaan hidup, meskipun secara kultural akhirnya menjadi lambang status sosial. Dan, apabila surat Al-Hajj begitu dominan pengaruhnya dalam diri seorang juz 17, maka ia akan menjadi seorang yang begitu “arif”, bersedia “mengalah” dan sangat demokratis. Dengan surat ini, seorang juz 17 memiliki kapasitas untuk menghargai perbedaan orang lain. Dengan surat Al-Hajj pula, ia mampu menjadi seorang yang “kreatif” dalam berpikir, jernih dalam memandang permasalahan. Selalu ada saja ide dan pemikiran yang muncul dalam benaknya. Jika surat Al-Anbiyaa membuat ia menjadi suka jalan, maka surat Al-Hajj membuat ia berdialog diri, berkontemplasi dan berpikir mengenai berbagai masalah. Ia bisa saja berdiam diri di kamar, merenung ber-hari-hari. Huruf ke-17 ( ), yang berarti estimasi. Seorang juz 17, sering bersikap “over-estimate” dalam memandang masalah, termasuk dalam melihat orang lain. Ia mampu menganggap masalah kecil menjadi seolah besar. Karena itulah, ia sangat pandai dalam mensiasati pemikiran orang. Huruf ( ) juga merupakan sandi dari suatu tempat di sekitar Masjidil Haram, yaitu tempat di mana para jemaah Haju melempar jumrah. Melempar jumrah ‘aqabah, berarti memberi titik pada huruf ( ), sehingga kemudian menjadi huruf ( ) atau huruf ke-17. Itulah mengapa, melempar jumrah dilakukan pada saat orang melakukan ibadah haji. Surat Al-Hajj berada pada juz 17, dan angka 17 sama dengan ( ). Umat islam berpandangan, bahwa melempar jumrah dalam ibadah haji kegiatan mengursir setan. Padahal, sebenarnya memberi titik pada gambar huruf ( ). Dengan memberi titik pada
huruf ke-16 ( ), maka akan tercapailah kearifan spiritual yang disebut haji, sebuah nama surat pada juz ke-17 ( ), Al-Hajj (haji) surat ke-22. Sedangkan huruf ke-22 adalah ( ), yang berarti “target”. Dengan kata lain, melempar jumrah mencapai titik kesempurnaan atau target dalam hidup. Melempar jumrah, sebagaimana memotong 3 helai rambut dan 10 kuku pada jari-jari tangannya, yang berarti 13 (13 titik dalam tubuh manusia), bagian dari kegiatan ibadah haji agar orang benarbenar dapat mengenali siapa dirinya. Proses perjalanan ibadah haji, yang begitu simbolik sebenarnya mengarah pada suatu bentuk pencarian diri sendiri. Dan, mengenal diri itu sesuatu yang amat berat, dan ini tergambar pada seorang juz 17 yang selalu peduli pada lingkungan sehingga lupa akan dirinya. Begitu lebur dengan lingkungan manusia dan semestawi. Maka seorang juz 17 terkadang kehilangan kontrol akan eksistensi dirinya. Betapapun, dalam perilaku keseharian seorang juz 17 sering begitu percaya akan kemampuan dirinya (eksistensialis), tetapi pada batas tertentu ia tidak dapat memisahkan dirinya dengan eksistensi kosmik. Oleh karena itu, produk pemikiran seorang juz 17 sering terhanyut oleh suatu pandangan yang “panteistis” ataupun “wihdatul-wujud”.
Pengantar Psikologi Al-Quran
154
153
3. Kelemahan dan Kelebihan Dilihat dengan sistem 11, maka kelemahan seorang juz 17 terletak pada darah dan atau THT. Apabila THT menjadi kelemahan, kemungkinan yang terjadi, gambang terserang flu, terasa gatal-gatal pada telinga atau tenggorokan, sering terkena sakit pada bagian gusi, atau terganggu kepekaan pendengarannya. Apabila ini tidak terjadi, maka kemungkinan lain darah tinggi atau darah rendah.
Pengantar Psikologi Al-Quran
3 = (
)
THT
Titik 11 ( ) Perasaan 17 = 8 = (
Catatan, khusus untuk seorang juz 17. Pada umumnya, problematik laten yang dihadapi seorang juz 17 adalah masalah seksual. Bila hal ini tidak segera teratasi secara “layak”, maka ia akan mengalami stress. Orang lain bisa saja mengalami hal yang sama, tetapi seorang juz 17 memiliki kemungkinan lebih besar. Oleh karena itu, seorang juz 17 sebaiknya dapat menempuh jalan yang “arif” untuk mengakomodasi ambisi seksualitasnya.
)
Titik Keseimbangan Darah/Jantung
Kelemahan lain seorang juz 17 terletak pada bagian syaraf otaknya. Apabila ambisi (dalam hal ini termasuk hasrat seksualitas) terganggu, maka ia gambang mengalami stress atau bahkan kegilaan. Disadari atau tidak, diketahui atau tidak, banyak kasus “kegilaan” justru terjadi pada seorang juz 17, karena ialah orang yang sering tidak dapat mengontrol diri. Seorang anak-anak juz 17. sebaiknya disalurkan bakat alaminya pada studi masalah –masalah mondial (global). Misalnya, ia disekolah pada jurusan Hubungan Internasional. Dan sebaiknya ia tidak disekolahkan pada jurusan yang terlalu banyak menghafal. Jangan heran jika seorang anak kecil juz 17 bersifat “bandel” , maunya pergi main bersama temanteman hingga tak kenal waktu, dan kemudian enggan belajar pada mata pelajaran yang terlalu banyak menghafal. Sebab, seorang juz 17 pada umumnya paling tidak “telaten” untuk menghafalkan banyak nama atau istilah. Namun demikian, kapasitas intelektualnya sebenarnya cocok untuk dislaurkan menjadi seorang generalis, yang tidak terlalu disibukkan pada masalah detail. Dengan kata lain, untuk berpikir banyak masalah ia mampu, tetapi tidak pada persoalan detailnya. Jika THT seorang juz 17 tidak menjadi kelemahan, misal “sulit bicara”, maka ia memiliki bakat alami untuk menjadi seorang orator. Disamping ia memiliki kelebihan mengolah kata (bahasa) dengan retorikanya, ia juga memiliki “gaya panggung” yang lebih dibandingkan dengan orang lain. Oleh karena itu, sejak kecil sebaiknya seorang anak juz 17 dikondisikan untuk menjadi seorang mubaligh, atau kegiatan yang berkaitan dengan mimbar. Pengantar Psikologi Al-Quran
155
JUZ 16 1. Profil Juz ini terdiri atas tiga surat, yaitu surat ke-18 (al-Kahfin ayat 75 – 110), surat ke-19 (Maryam) dan surat ke-20 (Thaahaa). Jumlah ayat dalam juz ini 269. Berikut ini daftar nama-nama surat dan jumlah ayat pada juz 16. 1. 2. 3.
18 19 20
Al-Kahfi Maryam Thaahaa
Jumlah ayat
(36) (98) (135)
75 – 110 1 – 98 1 – 135
Gua Maryam Thaahaa
( 269 )
Juz 16 dan juz 15 sebenarnya berada dalam satu kelompok surat yang jumlahnya 4, yaitu dari surat ke-17 (al-Israa) hingga surat ke20 (Thaahaa). Surat ke-18 (al-Kahfi) yang jumlah ayatnya 110 dibagi dua , 74 ayat (1-74) ikut juz 15, dan 36 ayat (75-110) ikut juz 16. Jumlah ’ain dalam juz ini ada 17, dan posisi tanda ’ain pada juz 16 dapat dilihat pada daftar berikut ini. ’Ain Juz 1 2 3 156
Halaman 1 2 3
Baris ke 12 15 10
Angka Tengah 12 19 9
Angka atas 10 11 12
Pengantar Psikologi Al-Quran
Cetak-tebal huruf pada awal juz ini ( ). Seorang juz 16 sebenarnya juga tipe pemikir. Huruf ( ) pada awal cetak-tebal menandakan bahwa ia seorang yang gemar berpikir. Meskipun, apa yang ia pikirkan sulit untuk diungkapkan dengan kemampuan verbalnya. Sedangkan huruf ( ) yang berada ter-pisah di tengah cetak-tebal menunjukkan bahwa seorang juz 16 pada umumnya bersikap low-profil. Ia tidak terlalu berambisi untuk menjadi pusat perhatian, atau untuk menonjolkan dirinya di hadapan orang lain. Huruf ( ) yang dimatikan pada akhir huruf cetak-tebal, menandakan bahwa seorang juz 16 pada umumnya tidak terbiasa mendahulukan prasangka, atau estimasi. Artinya, ia cenderung melihat peristiwa atau kejadian sebagai ”apa adanya” tanpa prasangka dan estimasi. Dia tidak terlalu berambisi untuk mencari kaitan-kaitan kausalitas pada peristiwa-peristiwa yang ia alami (saksikan) dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, banyak orang juz 16 yang begitu
bersikap ”sumeleh”. Namun demikian, sikapnya yang cenderung ”sumeleh” itu bukan berarti bahwa ia kemudian ”vatalistik” dalam menghadapi masalah. Huruf ke-16 ( ) salah satu huruf yang tidak mengalami perubahan ketika ia berada pada posisi manapun. Meskipun huruf tersebut dapat digandeng atau menempati segala posisi, tetapi ia tetap menampakkan wajah aslinya, ketika ia berada atau digandeng dengan lingkungan huruf lainnya. Pada posisi depan, ia akan nampak ( ), pada posisi tengah seperti ( ), dan pada posisi akhir juga akan tampak sebagaimana aslinya ( ). Ini berarti bahwa seorang juz 16 pada saatnya benar-benar mampu bersikap ”cuek” dan acuh pada setiap keadaan. Dialah orang yang bersikap ”pancet”. Surat al-Kahfi (gua) pada juz ini dimulai dari ayat 75. Angka 75 dimampatkan menjadi 12 atau ( ) yang berarti ambisi. Ketika telah yakin pada apa yang dipikirkan, seorang juz 16 pada umumnya sangat berambisi untuk merealisasikannya. Bahkan, kadang-kadang ia tidak bisa ”mengerem” ambisinya untuk melakukan sesuatu demi tercapai apa yang telah ia rencanakan. Namun demikian, surat inilah yang membuat seorang juz 16 menjadi seorang yang tertutup dan suka memendam masalah. Apabila kita melihat Gua dari luar, maka kita tidak tahu persis apa yang sebenarnya ada di dalam gua itu. Gua pada umumnya merupakan tempat yang gelap. Tetapi sekaligus di dalam gua biasanya tersimpan benda-benda kuno (arkeologis). Secara psikologis, seorang juz 16 juga sering mengungkapkan surat ini dengan cara merenung atau menyendiri bagaikan berada dalam suatu kegelapan. Meski ia terlihat seperti cerah, tapi di dalam hati dan pikirannya tersimpan sisa masalah yang tak dapat ia sampaikan kepada siapapun. Ia tidak bisa bersikap terbuka untuk mengungkapkan semua masalah yang ia hadapi pada siapapun. Seorang juz 16 memang bersikap romantik. Apabila ia mendapatkan hadiah atau kenang-kenangan dari seorang kawan, maka hadiah atau kenang-kenangan itu akan disimpannya dengan baik, sehingga pada saatnya akan menjadi benda yang bernilai antik.
Pengantar Psikologi Al-Quran
158
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 14 15 16 16
9 18 12 12 12 7 9 17 5 2 18 12 9 18
15 25 10 15 17 10 24 30 22 13 15 11 13 7
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8
2. Karakter Orang Juz 16
157
Pengantar Psikologi Al-Quran
Karena sikapnya yang romantik dan arkeologis itu, maka ia biasanya memerlukan ruang privasi yang cukup longgar bagi kehidupannya. Dia tidak bisa hidup dalam suasana yang sangat ”kolektifistis”. Seorang juz 16 sosok manusia yang memiliki bakat alami untuk menguasai benda-benda kuno yang arkeologis, Dia cocok untuk menjadi ahli musium atau benda antik peninggalan masa lampau. Namun demikian, ia seorang yang hidupnya amat tertutup. Jika dalam ilmu Psikologi Moderen terdapat istilah ”introvert”, yang mengacuk pada jenis orang yang tertutup, maka Psikologi Al-Quran dapat menunjukkan tipe orangnya, yaitu seorang yang berjuz 16. Bahkan, sikapnya yang ”introvert” itu bukan semata-mata merupakan produk sejarah hidupnya, melainkan lebih merupakan karakter asli, yang ia bawa dari ”sono”nya. Apabila seorang juz 16 tidak mampu ”keluar” dari kegelapan gua nya, maka ia cenderung memilih diam sebagai satu-satunya cara dalam menyelesaikan masalah. Bagi seorang juz 16, ”diam” suatu strategi penyelesaian masalah. Sebab, apabila ia memilih menggunakan cara yang artikulatif, misalnya menuntut atau memberontak, maka ia tak dapat mengendalikan ambisinya. Ia cenderung ”kasar” dalam mengartikulasikan kekecewaannya. Apabila ini terjadi, maka seketika ia akan mengalami sesak napas. Oleh karena itu, seorang juz 16 pada umumnya berikap diam, sehingga kemudian cenderung memendam masalah. Dalam masyarakat kita, ada pesan kultural yang menyatakan bahwa, siapapun yang ingin pandai, bacalah surat al-Kahfi setiap malam atau sehabis shalat magrib. Sebenarnya, pesan yang terkandung dalam pesan tersebut, biasakanlah merenung dan berpikir secara kontemplatif sebagaimana yang biasa dilakukan oleh seorang juz 16. Sebab, surat al-Kahfi berada pada juz 16, dan seorang juz 16 pada umumnya suka merenung dan menyendiri, berpikir secara kontemplatif dan esensial mengenai bebagai masalah. Huruf ke-16 ( ), yang secara simbolik berarti intisari atau intidasar. Setiap huruf merupakan sandi dari realitas bendawi tertentu, ubaik yang berada di dalam tubuh, alam semesta (natur) maupun
benda kebudayaan (kultur). Demikian misalnya, huruf ( ) apabila digambar dan dibesarkan akan menjadi seperti berikut.
Pengantar Psikologi Al-Quran
160
159
Dengan demikian, huruf ( ) merupakan simbol dari sebuah tongkat atau juga huruf ( ) yang berdiri tegak di tengah-tengah lingkaran. Dan benda ini dapat ditemui di sekitar Masjidil Haram, yaitu tempat melempar jumrah. Melempar jumrah berarti memberi tanda titik pada gambar tersebut, yang kemudian akan menjadi huruf ke-17 ( ). Oleh karena itu, juz 17 berisi surat ke-21 (al-Anbiyaa) dan surat ke-22 (al-Hajj), yang berarti Hajii. Dan melempar jumrah juga dilakukan pada saat orang menunaikan ibadah Haji. Seorang juz 16 mampu berpikir intisari atau masalah yang bersifat esensial (radikal). Dia berbakat untuk menjadi seorang filosuf, di samping menjadi seorang arkeolog atau geolog, Dia sangat menyukai hal-hal atau pemikiran yang sifatnya mendasar atau hakiki. Oleh karena itu, tidak heran jika seorang juz 16 kemudian mencari jalan ”terang” melalui filsafat, atau merenung, menyendiri dan berdialog dengan alam semesta. Dalam surat al-Kahfi juga digambarkan seorang Musa yang belajar dari Haidir. Musa sandi tentang tongkat, atau alif ( ) yang berarti jati-diri (pribadi), yang gelisah ingin memperoleh keilmuan yang le-bih tinggi dari sekedar empirisme. Kemudian ia menimba ilmu dari seorang Haidir yang mistis, dana ”parapsikologis” (paranormal). Dalam proses belajar mengenai jati-diri, seorang Musa pun ”digojlog” oleh Haidir, sehingga ia mengeluh. Betapapun akhirnya Haidir memberi tahu tentang keilmuan di balik sandi-sandi yang ia berikan, tetapi ia sempat membuat seorang Musa mengeluh. Makna surat Maryam bagi seorang juz 16 bahwa ia menjadi tipe orang yang amat romantik dan cengeng. Apabila ia seorang wanita, Pengantar Psikologi Al-Quran
maka ia akan menjadi seorang Ibu yang baik, yang amat tabah dan sabar menghadapi kenakalan anak-anaknya. Apabila ia seorang lelaki, maka ada kecenderungan ia akan bersikap ”manja” terhadap wanita. Ketika ia berada dekat dengan ibu misalnya, maka ia ingin menjadi pusat perhatian, sehingga menampakkan kemanjaannya terhadap ibunya. Maryam seorang wanita yang hamil tanpa hubungan seksual. Dengan kata lain, surat Maryam sandi tentang kehamilan seorang wanita. Oleh karena itu, seorang juz 16 baik laki-laki maupun perempuan, pada umumnya sering mengalami sakit-sakit pada bagian perutnya. Dan seorang wanita juz 16 pada umumnya memiliki potensi sakit pada bagian rahim. Dengan kata lain, rahim seorang juz 16 biasanya amat rentan. Apabila ia sudah punya anak, maka kemungkinan besar ia dapat gampang terkena radang rahim, Maka berhati-hatilah, seorang wanita juz 16. Surat Thaahaa bagi seorang juz 16 bahwa ia seorang yang bersikap sangat perfeksionis. Dalam kehidupan sehari-hari, ia cenderung untuk hidup rapih. Segala sesuatu yang menjadi miliknya, atau benda-benda yang ada di sekelilingnya akan ditata dan diatur serapih mungkin. Surat ( ) lambang kesempurnaan (perfeksionisme). Dari ( ) ke ( ) melewati 10 huruf. Oleh karena itu, seorang juz 16 kadang-kadang berpikir terlalu cepat. Ia sering mengalami semacam loncatan. Apa yang sedang ia lakukan pada saat ini, terkadang jauh sebelumnya sudah terbayang atau tergambar, bagaikan mimpi. 3. Kelemahan dan Kelebihan Apabila dilihat dengan sistem 11, maka kelemahan dan kelebihan seorang juz 16 terletak pada bagian paru-paru dan atau tulang. Kelemahan dan kelebihan tersebut dapat dilihat dalam skema berikut ini.
Pengantar Psikologi Al-Quran
161
3 = (
)
Rangka/Tulang
Titik 11 ( ) Perasaan 16 = 7 = (
)
Titik Keseimbangan Paru-paru
Apabila seorang juz 16 mengalami kekecewaan, dan ia kemudian mengahadapinya dengan cara berontak, maka hampir dapat dipastikan ia akan mengalami sesak napas. Bahkan, perutnya pun akan menyusul merasa nyeri (sakit). Apabila perutnya rentan, maka yang akan ia alami kemudian sakit kepala. Oleh karena itu, seorang juz 16juga harus berhati-hati, jangan sampai ia terkena penyakit lumpuh pada hari tuanya. Sebab ia memiliki kelemahan atau potensi sakit pada bagian tulang. Kelemahan lain pada bagian pantat sebelah kanan. Ini dapat dilihat pada struktur huruf, dimana huruf ( ) berada pada bagian pantat sebelah bawah (kanan). Ingat, pada juz 16 terdapat surat ke-19 (Maryam) yang artinya ”penumpukkan” atau ”pemecahan masalah”. Apabila ia dapat mengantisipasi segala masalah yang ia hadapi dengan baik, maka ia akan menjadi seorang yang sehat. Tetapi, apabila sekali ia gagal dalam menyelesaikan masalah, masalah berikutnya akan muncul, dan akan terjadi penumpukkan masalah. Dalam kondisi ini, ia akan menjadi seorang yang amat lemah. Apabila telah terjadi penumpukkan masalah, maka yang ia alami sakit-sakitan. Oleh karena itu, sebaiknya juz 16 sering membaca juznya. Lakukanlah membaca juz secara rutin, sehingga ia dapat memandang dan menyelesaikan masalah secara jernih.
162
Pengantar Psikologi Al-Quran
19 20 21
JUZ 15
15 16 16
10 3 14
4 9 11
7 8 9
1. Profil Juz 15 terdiri atas dua surat, yaitu surat ke-17 (al-Israa) dan surat ke-18 (al Kahfi). Berikut ini daftar nama surat pada juz 15. 1. 2.
17 18
Al-Israa’ Al-Kahfi
(111) (74)
Jumlah ayat
1 – 111 1 – 74
Perjalanan Malam Gua
( 185 )
Juz ini berisi 185 ayat, dengan 21 tanda ’ain. Berikut ini daftar posisi tanda ’ain pada lembaran juz 15. ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Halaman 1 2 3 4 5 6 7 7 8 8 9 10 11 11 11 13 14 15
Baris ke 18 18 12 9 9 7 6 16 7 18 12 11 8 18 15 14 12 3
Pengantar Psikologi Al-Quran
Angka Tengah 10 12 8 10 12 8 10 7 7 9 7 11 12 5 5 9 13 5
Angka atas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 163
2. Karakter Orang Juz - 15 Cetak-tebal dalam juz ini ( ). Dapat dipastikan, seorang juz 15 begitu ambisius dalam merealisasikan gagasannya. Bahkan, sekedar untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, ia terkadang membabi buta. Tetapi, rasionalitas dan kecenderungan empiris seorang juz 15 begitu lemah. Dia seringkali hanya menginginkan, atau begitu ”gandrung” pada pengetahuan yang tidak ”kasat-mata”. Hasrat untuk mencapai mistisisme nampak begitu tinggi, tetapi di lain pihak ia begitu terjebak pada aturan normatif. Jika ini terjadi, maka yang ia dapatkan hanya keheranan dalam melihat orang lain yang beraneka ragam kemampuannya. Dalam hatinya, ia seorang yang mencari ”spiritualitas”, atau katakanlah ilmu mengenai ”jati-diri” (sankan-paran). Sebab, secara kodrati ia bagaikan orang yang berada pada kegelapan, yang merindukan jalan terang, atau sinar yang dapat menjelaskan absurditas hidup ini. Dapat dibayangkan bagaimana ketika kegelisahan seorang juz 15 itu muncul. Kegelisahan atau semacam hasrat untuk ”mencari” ilmu hidup, biasanya muncul pada orang yang memiliki kepekaan tinggi. Apa yang dimaksud ”kepekaan” dalam hal ini, suatu kondisi kejiwaan atau batin seseorang yang ”terbuka” atau ”kasyaf”, sehingga banyak pengalaman ”gaib” yang ia temui dalam hidupnya. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang ”peka” atau ”kasyaf” dalam menangkap getaran spiritual (non-fisis), sehingga banyak peristiwa keajaiban yang melingkupi kehidupannya, tetapi tidak banyak sarana penjelasan yang benar-benar memuaskan, baik secara intelektual maupun spiritual. Demikian juga, sarana untuk mengantisipasi atau menjawabnya hampir tidak banyak dijumpai. Seorang juz 15, apalagi yang benar-benar peka, memiliki kegelisahan laten untuk menemukan jawaban itu. Sebab, dalam dirinya ia 164
Pengantar Psikologi Al-Quran
telah diberkati dua surat yang sama-sama bertemakan ”kegelapan” atau pencarian. Dengan kegelisahannya, maka lalu banyak orang yang pergi ke dukun untuk mencari penjelasan, atau ke tempat keramat dalam rangka mencari ”wangsit”, atau ilham. Surat al-Israa (yang berarti perjalanan malam), menggambarkan seorang pribadi yang ingin mencari jati-diri, atau bagaikan seorang yang berjalan di kegelapan malam, Dia hanya mendapat sinar dari kejernihan langit. Jumlah ayat pada surat tersebut 111, sama dengan jumlah ayat pada surat Yusuuf (atmosfir atau langit). Atau sama dengan surat ke-111 (al-Lahab) yang artinya meluap-luap (ambisius) menemukan penjelasan atau jalan terang. Al-Israa sebuah peristiwa puncak, sebab ia merupakan surat ke17, dan angka 17 sama dengan jumlah rakaat (putaran) shalat secara keseluruhan sehari semalam. Dengan kata lain, puncak pencarian kebenaran sebenarnya ada pada juz 15. Oleh karena itu, bisa saja seorang juz 15 kemudian menyediakan dirinya untuk hidup sebagai biksu, pastor atau rahib yang dalam hidupnya dicurahkan untuk kebaikan dan ”jalan terang” umat manusia. Artinya, jika ia telah memasuki dunia ”batin”, maka ia akan sulit untuk kembali lagi menjadi ”manusia” biasa, yang menjalani hidup sebagaimana orang kebanyakan. Surat Al-Kahfi, yang hanya 74 ayat terkadang membuat ia benarbenar ”dingin” atas segala yang berbau materi. Karena itu, jika ia tidak mampu menemukan sinar dalam kehidupannya, ia tak akan dapat keluar dari kedelapan gua, dan ia akan tetap berkubang dan berputar-putar dalam kegelapan. Tetapi sebaliknya, ketika ia telah ”berhasil” mencapai ”makrifat” atau jalan terang, ia kemudian cenderung berasyik-asyik dengan dunia batinnya. Dia tidak lagi kembali ke gua yang gelap itu untuk kemudian menjadi lampu yang menyinari kegelapan. Seorang juz 15 sebenarnya cukup mampu untuk mencerna pemikiran atau peristiwa. Ia cukup memiliki kuriositas, atau keingintahuan yang begitu tinggi. Tetapi kuriositasnya itu tidak ditujukan pada penjelasan atau informasi yang bersifat empirik, melainkan lebih pada penjelasan mistis. Apa yang ia butuhkan bukan lagi penjelasan
logis-empiris. Sebagai seorang yang hidupnya selalu dalam ”kegelapan” malam dan gua, ia tidak terlalu peka terhadap ilmuilmu bendawi, karena itu yang ia butuhkan ”obor” yang tidak lain mistisisme. Tidaklah heran jika seorang juz 15 kemudian memiliki kecenderungan mencintai hal-hal yang bersifat ”klenik”, atau setidaknya gemar pada cerita atau benda-benda yang bernilai ”gaib”, yang mengandung unsur-unsur spiritual (mistis). Huruf ke-15 ( ) yang berarti langkah nyata. Memang, seorang juz 15 tipe seorang aktivisme tulen. Dalam melakukan atau menghadapi sesuatu, ia tidak berambisi untuk terlalu banyak berbicara dan berpikir panjang. Ia juga tipe orang yang ingin menjadi pusat perhatian. Baginya, yang penting bukti nyata, atau langkah kongkrit yang dapat dilakukan. Dengan demikian, hanya ada dua kemungkinan yang akan menjadi penampilan luar seorang juz 15. Meski kondisi ”dalam”nya sama, yaitu orang yang berada dalam kegelapan dan perlu jalan terang tetapi penampilan luarnya dapat berbeda. Kemungkinan pertama, ia akan menjadi seorang yang betul-betul aktivisme, dan mengejar materi secara berlebihan. Apabila seorang juz 15 telah bergulat dengan dunia materi, maka ia akan menjadi seorang yang amat giat bekerja. Bahkan segala pemikirannya akan tercurahkan pada pengembangan teknis kerja secara maksimal. Ia memiliki 21 ’ain yang mampu mengotak-atik cara dan teknis kerja secara lebih efektif. Dan dari sanalah ia berharap dapat memperoleh jalan atau penjelasan mengenai makna hidup yang sebenarnya. Tetapi kemungkinan kedua, seorang juz 15 akan menjadi orang yang puas dengan kegiatan olah-batin dan mistisisme. Begitu puas dengan dunia spiritualnya, sehingga ia menjadi seorang yang ”antidunia” atau asketis. Dengan demikian, ada dua kutub yang berlawanan, yang dapat diaktualisasikan oleh seorang juz 15, yaitu menjadi begitu materialistik, aktivisme dan kerja keras, atau sama sekali menjadi seorang asketik (lari dari dunia).
Pengantar Psikologi Al-Quran
166
165
Pengantar Psikologi Al-Quran
Oleh karena itu, minat dan perhatian seorang juz 15 sebaiknya sejak kecil diarahkan pada kegiatan yang lebih menggunakan ketrampilan (psikomotorik). Semangat dialog sejak kecil ditanamkan, sehingga tidak terlalu menjadi seorang begitu ”tertutup”. Orang juz 15 memang tergolong ”langka”, khususnya dalam masyarakat kita ini.
5 = ( )
Tangan/Penanganan
Titik 11 ( ) Perasaan 15 = 6 = (
)
Titik Keseimbangan Syaraf/Sendi
3. Kelemahan dan Kelebihan Apabila dilihat dari sistem 11, maka kelemahan seorang juz 15 terletak pada tangan dan atau syaraf. Kelemahan lain seorang juz 15 terletak pada bagian pantat sebelah kiri. Apabila perasaan terganggu merasa mangkel sedikit misalnya, seorang juz 15 sudah malas mengerjakan sesuatu. Angka 15 apabila dimampatkan sama dengan 6 ( ) yang artinya syaraf. Kelemahan seorang juz 15 juga terletak pada bagian syaraf, termasuk syaraf otak. Kelemahan pada tangan, di sini bisa juga berarti penanganan. Namun demikian, seorang juz 15 bisa saja memiliki kelebihan pada tangan. Di samping ia sangat jeli, teliti dan rapih yang merupakan kekuatan dari kerja tangan, tetapi sekaligus tangan itu bisa lemah sama sekali untuk menangani (mengerjakan) apapun, ketika titik 11 (perasaan) terganggu. Kelemahan lain terletak pada bagian kepala, bisa jadi ia sering merasa pening kepala. Namun demikian, semua kelemahan dapat diatasi dengan cara mengendalikan perasaan dengan baik. Hindari hal yang memungkinkan mengganggu perasaan. Dengan kata lain, hindarilah kekecewaan sehingga perasaan menjadi stabil. Apabila perasaan stabil, maka tangan bisa menjadi kelebihan. Ia tipe orang yang sanggup bekerja keras. Kelemahan laten seorang juz 15 akan muncul ketika ia benarbenar menjadi seorang pekerja tulen, atau banyak melakukan kerja fisik yang berlebihan. Kelemahan muncul misalnya, rasa pegalpegal pada bagian persendian, atau pada jari-jari tangan. Dalam tahap yang agak kronis, ia bisa mengalami sakit pada bagian kepala secara laten. Sistem 11 pada juz 15 sebagai berikut.
Titik 11 ( ) perasaan. Titik ini merupakan pusat kesetimbangan manusia. Setiap hubungan dua titik anatomis, yang merupakan kelemahan atau kelebihan manusia selalu berjumlah 11. Pada sistem tersebut, hubungan antara 5 (tangan) dan 6 (syaraf) berjumlah 11. Namun demikian, di luar sistem tersebut terdapat juga kelemahan lain yang diderita oleh setiap juz. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi sakit yang terlalu parah pada bagian-bagian yang menjadi kelemahan, maka disarankan untuk membaca juz (15) secara rutin, paling tidak seminggu sekali.
Pengantar Psikologi Al-Quran
168
167
JUZ 14 1. Profil Juz ini terdiri atas 2 surat, yaitu surat ke-15 (al-Hijr) ayat (2 – 99) dan surat ke-16 (an-Nahl) ayat (1 – 128). Juz ini berisi 226 ayat dengan 22 tanda ’ain. Berikut ini daftar nama surat pada juz 14. 1. 2.
15 16
Al-Hijr An-Nahl
Jumlah ayat
(98) (128)
2 – 99 1 – 128
Batu Lebah
( 226 )
Juz ini salah satu di antara 2 juz yang memiliki 22 tanda ’ain. Dari 30 juz yang ada dalam al-Quran, ada 2 juz yang tanda ’ainnya Pengantar Psikologi Al-Quran
22, yaitu juz 14 dan juz 29. Posisi tanda ’ain pada juz 14 dapat dilihat pada daftar berikut ini.
Huruf cetak-tebal pada juz ini ( ). Seorang juz 14 memiliki daya cerna yang amat tinggi, baik daya cerna otak maupun perut. Daya cerna otak, artinya ia memiliki kapasitas intelektual cukup tinggi untuk mengolah informasi, sekaligus menyimpannya pada memori (ingatan) secara baik. Daya cerna perut, artinya ia memiliki kege-maran makan. Dialah orang yang memiliki hobi makan. Ada
semacam tuntutan dari dalam perutnya untuk selalu mencerna makanan. Dan karena itu, selera makannya cukup tinggi. Jenis (variasi) makanan yang ia gemari juga cukup banyak. Huruf alif pada cetak-tebal berada pada akhir kata. Ini berarti bahwa dalam menerima pesan atau gagasan dari luar, seorang juz 14 pada umumnya lebih cepat untuk mencerna atau menerimanya dari pada memikirkan atau mempertimbangkan. Dengan kata lain, dalam menghadapi masalah, pertimbangan dan pemikiran ulang lebih ditaruh di belakang ketimbang di depan. Proses berpikirnya, dicerna atau diterima dulu baru kemudian dipikir atau dipertimbangkan . Apa yang ia lihat, dicerna, dihubung-hubungkan dan dipikir dengan teliti. Oleh karena itu, seorang juz 14 memiliki kecenderungan positivistik yang cukup kuat. Juz 14 dimulai dari surat al-Hijr ayat 2, sedangkan al-Hijr ayat 1 milik juz 13. Dengan demikian, juz 14 kehilangan satu ayat dari surat al-Hijr. Jika ayat 1 (otak) surat al-Hijr (batu) berada pada juz 13, yang berarti bahwa seorang juz 13 seorang yang berkepala batu, maka seorang juz 14 seorang yang kehilangan sesuatu pada bagian otaknya. Oleh karena itu, seorang juz 14 suatu saat merasa seolah kehilangan sesuatu. Pada situasi gundah atau pikiran kacau, seorang juz 14 bisa mengalami kekosongan pikiran, seolah-olah kehilangan sesuatu dalam benak atau pikirannya. Pada saat itulah, maka ia benar-benar merasa kebingungan. Surat Hijr dalam diri seorang juz 14 tetap mencerminkan karakter nya yang keras. Jika ia menghendaki sesuatu, maka ingin rasanya segala yang ia kehendaki segera tercapai. Apa yang ia inginkan, kalau bisa harus saat itu segera terlaksana. Ia benar-benar seorang yang cukup keras. Bahkan ketika ia sempat marah, bisa jadi ia lepas kontrol. Akan tetapi surat al-Hijr yang keras, mendapat kounter yang sebaliknya dari surat an-Nahl, yang berarti lebah atau madu. Karakter juz 14 ditandai oleh dua kutub yang ekstrim. Pada saat surat alHijr muncul, maka begitu keras dan ambisius orang itu. Maka jangan sekali-kali bersikap keras terhadap seorang juz 14. Semakin ia dikerasi, semakin ia tambah bandel dan keras. Menghadapi
Pengantar Psikologi Al-Quran
170
’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Halaman 1 2 3 3 4 5 6 7 7 8 9 9 10 11 11 12 13 13 14 15 16 16
Baris ke 13 6 7 18 14 12 8 5 10 9 3 16 10 2 12 7 1 12 12 9 7 18
Angka Tengah 15 10 19 16 19 20 9 12 4 9 6 10 10 5 5 6 7 6 11 10 9 9
Angka atas 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
2. Karakter Orang Juz 14
169
Pengantar Psikologi Al-Quran
seorang juz 14 harus dengan pendekatan yang halus, dan dengan pembicaraan yang jelas. Ketika surat an-Nahl muncul, maka ia akan menjadi seorang yang sabar, ”lomoh” (pemberi), dan pemaaf. Sifat lebah ia selalu memberikan madu (kebaikan) kepada siapapun. Di sini tergambar, memecah batu haruslah dengan ’seni” dan cara tertentu. Demikian juga, mengambil madu juga harus dengan ”seni” dan cara yang halus agar tidak terkena sengat. Memang, jika seorang tidak tahu bagaimana cara mengambil madu pada sarang lebah, maka ia akan terkena sengat. Tetapi sebaliknya, jika seseorang mengerti bagaimana cara mengambil madu di sarang lebah, ia akan selamat tanpa disengat sekalipun. Seorang juz 14 akan bersikap ”lomoh” dan pemberi. Apapun akan ia kasihkan kepada orang yang mampu mendekati secara tepat. Jika ia seorang wanita, maka kunci untuk mendekati dan mengambil hati (madunya) dengan cara memperbanyak perhatian (atensi). Bagi seorang laki-laki yang memiliki hubungan ”dekat” dengan seorang juz 14 wanita, sebaiknya jangan sampai ia berperilaku yang mengurangi atensi. Apabila atensi berkurang, maka kecemburuannya pun akan segera muncul. Dan apabila kecemburuan atau kekecewaan muncul, maka akan muncul pula watak al-Hijrnya yang keras bagaikan batu. Jika Lebah (an-Nahl) sempat marah, maka akan muncul sengatan yang tajam. Seorang juz 14, ketika ia marah maka akan memuntahkan kata-kata yang pedas, bagaikan lebah menyengat. Ketika ia marah, ia dapat berbicara dengan kata-kata yang benar-benar menusuk hati dan perasaan. Peristiwa masa lampau, berapapun kecilnya dapat ia ungkit kembali untuk menghantam lawan bicara. Namun demikian, setelah kemarahan selesai, ia akan bersikap baik kembali. Tak ada rasa beban dari kata yang baru saja ia ungkapkan ketika ia marah. Bahkan, ia bukan tipe pendendam. Lebah binatang yang begitu perhatian dan berhati-hati dalam menjaga sarang atau apa yang menjadi miliknnya. Ia selalu berjagajaga dan penuh curiga terhadap setiap orang yang mendekat pada sarangnya. Seorang juz 14 juga pada umumnya sangat berhati-hati dalam memelihara atau menjaga harta miliknya. Bahkan, bisa jadi ia
menjadi orang yang sangat perhitungan. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa seorang juz 14 bersikap pelit terhadap harta. Begitu cermat dan teliti terhadap apa yang ia miliki. Di samping itu, manajemen lebah juga sangat rapih. Segala sesuatu harus jelas, dan dapat dijelaskan. Dalam juz 14 terkandung keilmuan tentang Planologi Fisik, atau Ilmu Bangunan (Teknik Sipil). Al-Hijr batu, dan an-Nahl madu. Apabila batu dan madu disenyawakan, maka akan menjadi satu kesatuan yang kuat. Artinya, batu hanya bisa dilem dengan perekat madu. Dalam bangunan candi misalnya, kita dapat melihat bahwa perekat (lem) pada batu candi adalah madu. Batu Candi yang begitu kokoh selama berabad-abad, hanya disusun dengan menggunakan perekat madu. Saat ini pun kita dapat melakukan eksperimen, mengelem batu dengan madu dan hasilnya dapat dipastikan akan kuat sebagaimana candi. Oleh karena itu, seorang juz 14 memiliki bakat alami untuk menjadi seorang ahli perancang bangunan, terutama teknik sipil. Huruf ke-14 ( ), yang berarti rencana, langkah awal, perhitungan atau rumus. Seorang juz 14 memiliki kejelian dan kecerdasan cukup tinggi, dan bersikap positivis serta penuh perhitungan, Jangan heran jika seorang juz 14 kemudian bersikap terlalu mencintai bendabenda. Juz 14 juga merupakan sandi tentang Ilmu Perencanaan. Juz 14 salah satu juz yang jumlah ’ainnya 22. Angka 22 sama dengan huruf ( ), yang berarti target. Dalam setiap perencanaan apapun, pasti terkandung target. Namun target itu sendiri bukanlah miliki manusia. Ia lebih merupakan faktor X. Manusia dapat dan bisa saja mentargetkan sesuatu. Tetapi target itu sendiri tak dapat dikejar atau diburu. Dengan demikian, meskipun target selalu terbayang, terencana dan tergambar secara jelas, ia berada di luar jangkauan penanganan manusia untuk menentukannya. Itulah mengapa ada pepatah bahwa manusia hanya dapat merencana dan berusaha merealisasi rencana. Oleh karena itu, 99 ayat dalam surat al-Hijr, tak dapat sepenuhnya
Pengantar Psikologi Al-Quran
172
171
Pengantar Psikologi Al-Quran
dimiliki oleh juz 14. Artinya dalam diri setiap orang selalu terdapat kekosongan. Surat al-Hijr satu-satunya surat yang jumlah ayatnya 99. Dan dari 99 ayat yang ada dalam surat al-Hijr itu, yang menjadi milik seorang pribadi (juz 14) hanyalah 98 ayat (Lihat juz 14 dimulai alHijr ayat 2). Jika angka 99 merupakan sandi tentang kesempurnaan, maka juz 14 merupakan gambaran bahwa tidak ada manusia sempurna. Dari segi fisik saja, tidak ada orang yang tidak memiliki kelemahan. Setiap orang selalu mengidap kelemahan laten secara fisis dalam dirinya. Kelemahan itulah salah satu bentuk ketidaksempurnaan manusia.
6 = ( )
Syaraf/Sendi
Titik 11 ( ) Perasaan
3. Kelemahan dan Kelebihan Apabila dilihat dari sistem 11, maka kelemahan seorang juz 14 terletak pada tangan dan atau syaraf. Kelemahan lain seorang juz 14 terletak pada bagian perut dan atau ginjal, di samping pada bagian mulut dan tenggorokan. Apabila perasaan terganggu, merasa mangkel sedikit misalnya, seorang juz 14 sudah malas mengerjakan sesuatu. Angka 14 apabila dimampatkan sama dengan 5 ( ) yang artinya tangan. Tangan di sini bisa juga berarti penanganan. Seorang juz 14 memiliki kelebihan pada tangan. Di samping ia sangat jeli, teliti dan rapih yang merupakan kekuatan dari kerja tangan, tetapi sekaligus tangan itu bisa lemah sama sekali untuk menangani (mengerjakan) apapun ketika titik 11 (perasaan) terganggu. Bisa jadi, secara fisik tangan juz 14 begitu rentan, dan mudah bengkak-bengkak untuk melakukan pekerjaan keras. Kelemahan lain juga pada bagian syaraf atau persendian. Seorang juz 14 bisa mengalami bengkak-bengkak pada bagian persendian, atau rasa sakit pada bagian syarf di manapun. Bagian perut juz sering merasa sakit. Atau kalau tidak, ia sering mengalami pening-pening yang disebabkan oleh gangguan perut. Demikian juga, seorang juz 14 memiliki kelemahan pada bagian ginjal. Berhati-hatilah seorang juz 14, kelemahan pada ginjal sebaiknya segera diantisipasi sedini mungkin sebelum mengalami sakit. Pengantar Psikologi Al-Quran
Namun demikian, semua kelemahan dapat diatasi dengan cara mengontrol perasaan dengan baik. Hindari hal yang memungkinkan mengganggu perasaan. Dengan kata lain, hindarilah kekecewaan hingga perasaan dapat stabil. Apabila perasaan stabil, maka tangan akan menjadi kelebihan. Ia tipe orang yang sanggup bekerja keras bagaikan lebah. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi sakit pada bagian-bagian yang rentan, maka bacalah juz 14 seminggu sekali.
173
14 = 5 = (
)
Titik Keseimbangan Tangan/Penanganan
Seorang juz 14 juga berbakat alami untuk menjadi seorang analis atau konsultan di bidang planologi. Oleh karena itu, jangan sekalikali bersikap ”menggurui” terhadap seorang juz 14. Ia sudah cukup jeli dan cermat dalam melihat permasalahan.
JUZ 13 1. Profil Juz 13 berisi 155 ayat dan 19 tanda ’ain. Juz ini dimulai dari surat ke-12 (Yuusuf) ayat 53 dan berakhir pada surat ke-15 (al-Hijr) ayat pertama. Berikut ini daftar nama surat pada juz 13. 1. 2. 3. 4.
12 13 14 15
Yuusuf Ar-Ra’du Ibrahiim Al-Hijr
Jumlah ayat 174
(59) (43) (52) (1)
53 – 111 1 – 43 1 – 52 1
Nabi Yusuf Petir Nabi Ibrahim Batu
( 155 ) Pengantar Psikologi Al-Quran
Awal juz ini bukan awal surat dan akhir juz juga bukan akhir surat. Surat utuh yang ada pada juz 13 surat ke-13 (ar-Ra’du) dan surat ke14 (Ibrahiim). Berikut ini daftar posisi tanda ’ain pada lembaran juz 13. ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 13 13 14 15 16 16
Baris ke 8 11 10 16 16 12 12 18 12 5 18 11 8 5 18 15 8 1 16
Angka Tengah 8 11 11 14 11 7 7 11 8 5 6 6 6 6 9 6 7 7 11
Angka atas 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7
2. Karakter Orang Juz 13 Huruf cetak-tebal pada awal ayat juz ini ( ). Ia memiliki cara pandang yang mirip dengan juz 12. Meskipun seorang juz 13 juga memiliki kecenderungan low profil, tetapi egoismenya cukup tinggi. Egoisme seorang juz 13 terletak pada kekuatannya berpegang pada apa yang telah menjadi tekad dan pendiriannya. Dengan kata lain, ia seorang yang benar-benar keras kepala, dan Pengantar Psikologi Al-Quran
175
karena itu sama sekali tidak dapat dinasehati Pada akhir cetak-tebal terdapat huruf ( ) yang dapat berarti bahwa seorang juz 13 pada suatu saat menjadi seorang yang lemah lembut dan penuh pengertian pada orang lain, tetapi pada saat yang lain, ia bisa menjadi orang yang amat kejam dan keras. Seorang juz 13 juga memiliki hobi atau kegemaran jalan, sebagaimana seorang juz 12. Jika kegemaran jalan bagi seorang juz 12 merupakan aktualisasi surat yang ada dalam dirinya, (tanah dan atmosfir), maka kegemaran juz 13 karena mengikuti kemauan kakinya. Angka 13 ( ) yang berarti kaki atau pendirian. Juz 13 memang memiliki kelemahan atau kelebihan pada kaki. Secara fisis, seorang juz 13 memiliki kelemahan laten pada bagian kakinya, misalnya sering terjadi bengkak-bengkak atau sakit pada kaki. Tetapi sekaligus kakinya itu menjadi kelebihan. Meskipun sakit pada kaki, tetapi ia masih kuat untuk jalan. Dialah seorang pejalan kaki yang tangguh dan seorang pemanjat tebing yang cukup kuat. Seorang juz 13 seorang pesiar tulen. Ia tidak betah untuk tinggal dan diam di rumah. Dia harus sering pergi entah ke manapun, agar ia menemukan dirinya secara utuh. Ada tuntutan laten dari kakinya untuk terus jalan ke manapun. Pengertian ”jalan” bukan berarti harus ”jalan kaki”, tetapi lebih pada mobilitas. Artinya, seorang juz 13 memiliki mobilitas tinggi sekedar untuk mengakomodasi kemauan kakinya. Sebagaimana seorang juz 12, seorang juz 13 juga tidak dapat ditundukkan. Apabila juz 12 suatu saat dapat ditundukkan ketika ia telah terbentur dengan masalah, seorang juz 13 bahkan sangat sulit ditundukkan. Dialah satu-satunya orang yang sangat sulit untuk dinasehati. Dalam kehidupan keluarga, misalnya, seorang anak juz 13 akan kabur atau pergi apabila ia diperlakukan keras (dikerasi) oleh orang tuanya. Pada saat dinasehati, ia cenderung diam, dan diam itu sendiri bukan berarti ia percaya atau menurut. Sebaliknya, ia tetap pada pendiriannya, meskipun pendirian yang salah atau ”membahayakan”. 176
Pengantar Psikologi Al-Quran
Surat Ibrahim dalam juz ini surat ke-14, dan angka 14 sesuai dengan urutan abjad sama dengan huruf ( ) yang berarti rencana, pe-mula, langkah awal. Dalam kisahnya, Ibrahim seorang yang perta-ma kali meletakkan dasar peradaban Ketuhanan yang supranaturalis. Dengan kata lain, Bapak Supra-Naturalis pertama, Nabi Ibrahim. Dialah orang yang sangat kuat dalam pendiriannya menegakan ”pandangan dunia” supra-naturalis di hadapan Sang Raja, sehingga ia bersedia dibakar. Dialah Bapak Pendirian. Apabila surat tersebut berperan aktif, maka seorang juz 13 juga sangat kuat dalam memegang pendirian, keinginan atau keyakinannya. Dia akan menjadi seorang yang amat pemberani menghadapi siapapun. Tetapi sebaliknya, ketika surat Ibrahim lemah dalam diri-nya, maka ia akan menjadi seorang yang sangat ”minder” dalam menghadapi orang lain atau lingkungannya. Angka 13 sendiri ( ) yang berarti kaki. Seseorang akan dapat berdiri tegak apabila ia bertumpu pada kedua kakinya. Dan apabila salah satu di antara kedua kaki itu terpeleset, maka seseorang akan mengalami kegoncangan. Demikian juga seorang juz 13. Pada saat ia bertumpu pada kedua kakinya, maka begitu kuat ia berpegangan pada pendiriannya. Tetapi sekali ia mengalami kegoncangan, maka bisa jadi ia mengalami kefrustasiannya yang luar biasa hingga lepas kontrol. Surat ke-13 ar-Ra’du, yang berarti petir atau energi. Seorang juz 13 bisa jadi berpenampilan amat kalem dan pendiam. Tetapi, sekali ia mengungkapkan kemarahannya, semua orang bisa takut padanya. Dalam kehidupan keluarga misalnya, ketika seorang anak juz 13 sempat marah, maka seluruh anggota keluarga bisa takut semua, karena ungkapan kemarahannya dapat menggelegar bagaikan petir. Kemarahannya dapat memancarkan energi yang luar biasa sehingga setiap orang bisa takut padanya. Seorang juz 13 tipe orang yang sama sekali tak dapat dinasehati atau ditundukkan. Dikerasi sedikit ia kabur, atau ”minggat” entah kemana. Dia keras bagaikan batu. Ini dapat dipahami karena dalam juz 13 terdapat satu ayat dari surat al-Hijr yang artinya batu Ayat
pertama surat al-Hijr begitu besar pengaruhnya bagi perilaku seorang juz 13. Ayat pertama atau angka 1 bagian otak. Bayangkan di kepala (otak) seorang juz 13 terdapat batu yang begitu keras, sehingga ia benar-benar menjadi orang yang berkepala batu. Ia keras kepala, sehingga sama sekali tak dapat dinasehati. Di samping keras kepala (ayat 1 al-Hijr), ia juga orang yang sangat ambisius (Yuusuf). Apa yang ia kehendaki harus segera tercapai.Lagi pula, ia juga orang yang amat kuat berpegang pada pendirian dan keinginannya (Ibrahim), dan apabila ia marah tak seorang pun yang berani mengganggunya (ar-Ra’du). Namun demikian, seorang juz 13 memiliki bakat alami untuk mendalami Ilmu Vulkanologi. Surat Ibrahim yang ia miliki, disamping merupakan gambaran tentang pendirian yang kokoh, juga merupakan sandi tentang tegaknya gunung berapi. Secara eksplisit tidak ada nama surat yang berarti gunung. Tetapi secara simbolik, Ibrahim juga merupakan sandi tentang tegaknya gunung berapi yang mengandung lahar atau vulkanik. Surat Ibrahim terletak pada juz 13. Dan seorang juz 13 memiliki bakat alami untuk menjadi seorang atlet pendaki gunung yang tangguh. Dia amat peka terhadap getaran vulkanik sekaligus energi yang terpancar dari gunung berapi. Jika seorang juz 12 berbakat alami menjadi seorang ahli di bidang agronomi dan meteorologi geofisik, maka seorang juz 13 memiliki bakat alami menjadi seorang ahli di bidang vulkanologi. Di samping itu, ia juga memiliki bakat alami untuk menjadi seorang ahli di bidang elektronika. Surat ar-Ra’du (energi atau petir) membuat ia peka terhadap gelombang elektronik. Oleh karena itu, seorang anak juz 13 sebaiknya disalurkan pada penguasaan kedua ilmu tersebut.
Pengantar Psikologi Al-Quran
178
177
3. Kelemahan dan Kelebihan Kelemahan seorang juz 13 terletak pada bagian paru-paru, kaki, atau juga tulang. Angka 13 sendiri ( ) yang berarti kaki. Baik kelemahan sekaligus kekuatan seorang juz 13 terletak pada kaki. Pengantar Psikologi Al-Quran
13 = 4 = (
)
bukan awal surat, dan akhir juz juga bukan akhir surat. Berikut daftar nama surat dan jumlah ayat pada juz 12.
Tulang/Rangka
Titik 11 ( ) Perasaan
1. 2.
Titik Keseimbangan
11 12
Huud Yuusuf
(118) (52)
Jumlah ayat 13 = (
)
Kaki/Pendirian
Seorang juz 13, meskipun kakinya bengkak-bengkak, tetapi ia tetap kuat berjalan. Dia pejalan kaki yang tangguh. Karena keinginannya yang selalu berjalan atau pergi ke mana-mana, maka kele-mahan lain yang paling dekat pada bagian paru-paru. Jika seorang banyak berjalan, maka paru-paru atau pernapasan akan terasa sesak. Antara kaki dan paru-paru dua organ tubuh yang saling berkaitan secara dekat. Ketika orang berlari kencang, maka pernapasan akan bekerja keras. Angka 13 dimampatkan menjadi 4. Dan angka 4 sama dengan ( ) yang berarti tulang atau rangka. Kemungkinan lain, kelemahan juz 13 terletak pada bagian tulang atau rangka. Karena ia seorang atlet tulen, maka kelebihan utamanya jelas terletak pada tulang. Kemungkinan yang paling buruk, yang dialami seorang juz 13 pada usia lanjut, penyakit lumpuh (kaki). Karena itu, seorang juz 13 harus pandai merawat anggota tubuhnya. Untuk mengantisipasi agar tidak mengalami kemungkinan buruk, maka diperlukan membaca juz secara rutin.
JUZ 12 1. Profil Juz ini berisi 170 ayat dan 16 tanda ’ain. Juz ini juga terdiri atas dua surat yang tidak utuh, yaitu surat ke-11 (Huud) ayat (6 – 123) dan surat ke-12 (Yuusuf) ayat (1- 52). Dengan demikian awal juz ini Pengantar Psikologi Al-Quran
179
6 – 123 1 – 52
Nabi Huud Nabi Yuusuf
( 170 )
Juz ini hanya memiliki satu titik pengungkit yang terletak pada bagian kop surat yang berisi nama surat dan ”basmalah”. Titik penyangga atau pengungkit inilah baris yang merupakan perpindahan antara surat Huud dan Yuusuf. Sedangkan posisi tanda ’ain dalam juz ini sebagai berikut. ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Halaman 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 15 16
Baris ke 7 17 18 8 7 2 7 13 13 15 8 9 8 1 18 12
Angka Tengah 8 16 11 14 11 8 15 12 14 14 6 14 9 6 7 7
Angka atas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6
2. Karakter Orang Juz 12 Juz 12 dimulai dari surat ke-11 (Huud) ayat 6. Ini berarti bahwa 5 ayat dari surat Huud milik juz 11. Seorang juz 12 kehilangan 5 ayat 180
Pengantar Psikologi Al-Quran
dari awal surat Huud. Angka 5 sama dengan ( ), yang artinya tangan. Oleh karena itu, seorang juz 12 pada umumnya hidup dalam kondisi yang labil, mudah goyah atau ”angin-anginan”, karena kehilangan pegangan pada tangannya. Angka 12 sendiri sama dengan ( ) yang berarti ambisi, alat vital atau atmosfir. Juz 12 juga memiliki kecenderungan berpikir yang ”mengawang-awang”, seolah kehilangan dasar pijak. Apa yang ia pikirkan saat ini, yang begitu ambisius dan melangit, besok hari atau sebentar lagi sudah lupa. Cetak-tebal huruf pada juz 12 ( ). Terhadap waktu ( ), ia dapat bersikap disiplin. Tetapi sebaliknya, ia bisa menjadi orang yang tidak menghargai waktu sama sekali. Seringkali ia bersikap egois, dan apa yang ia pikirkan berkaitan langsung dengan sikap egoismenya. Sampai pada puncak egoismenya, ia bisa merendahkan orang lain. Tetapi ketika egoisme juz 12 tidak lagi muncul, maka ia dapat berpikir jernih, dan cenderung bersifat low profil. Meskipun demikian, ia memiliki kecenderungan empirisme yang begitu kuat. Jangan terlalu berharap seorang juz 12 dapat begitu mudah percaya pada pendapat orang lain. Huruf ( ) yang ditekankan atau ditasydiid pada cetak tebal tersebut, menunjukkan bahwa cara pandang empirismenya begitu kuat. Huruf ( ) berarti mata, atau organ untuk melihat, mengamati atau meneliti. Seorang juz 12 memiliki kecenderungan untuk bermain coba-coba atau bereksperimen dalam meyakinkan dirinya. Surat Huud surat ke-11. Angka 11 sama dengan ( ), yang artinya tali-rasa atau perasaan. Dan surat Huud sendiri sandi tentang ”tanah”. Sifat dari tanah ”dingin”, sebagaimana seorang yang bermain perasaan ataupun ”tenggang-rasa”. Apabila kita ingat bahwa kita sama-sama berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah, maka tenggang-rasa akan muncul. Ketika tenggang rasa muncul, maka emosi dapat dikendalikan, dan orang dapat bersikap sama-sama ”berkepala-dingin”. Oleh karena itu, bila surat Huud begitu domi-
nan dalam diri seorang juz 12, maka ia akan menjadi seorang yang bersikap ”dingin” dalam melihat permasalahan. Tetapi sebaliknya, apabila surat Yuusuf begitu dominan, ia akan menjadi seorang yang amat ambisius. Apabila surat Yuusuf muncul dalam bentuk ide, maka gagasan seorang juz 12 begitu besar dan tinggi. Ia berhasrat dapat meraih segala sesuatu. Ia tidak akan mudah begitu saja percaya pada nasehat orang lain. Dia memiliki kecenderungan atau hasrat untuk bereksperimen dalam meyakinkan dirinya. Apabila ia sudah ”terbentur”, baru ia percaya pada nasehat orang. Seorang juz 12 pada umumnya sangat sulit untuk ditundukkan. Dalam kisahnya, Yuusuf seorang yang bermimpi bahwa matahari, bintang dan rembulan semua bersujud dan tunduk padanya. Inilah yang membuat seorang juz 12 sulit untuk ditundukkan, sulit untuk cepat percaya pada omongan (nasehat) orang lain, kecuali ia telah bereksperimen dan ternyata ”terbentur”. Tetapi begitu ia telah dapat ditundukkan, ia akan menjadi seorang yang amat penurut. Seorang juz 12, bisa saja cepat marah atau emosional, tetapi sekaligus emosinya cepar redam. Ia seorang yang tidak memiliki ”daya lengkung” sama sekali. Artinya, ia bagaikan sebatang kayu yang mudah patah (getas). Oleh karena itu, dalam kehidupan seharihari, ia sering menampakkan sikapnya yang tegas. Berhadapan dengan seorang juz 12 sebaiknya jangan sekali-kali berbuat kesalahan. Kesalahan seseorang baginya akan selalu membekas cukup lama, dan selalu akan menjadi pertimbangan dalam melakukan hubungan ”kerjasama” lebih lanjut. Seorang juz 12 pada umumnya memiliki kecenderungan ”mobilitas” yang tinggi. Ia suka jalan. Paling tidak, untuk melakukan tugas atau perintah yang memerlukan banyak mobilitas, ia tidak mengalami beban. Kegemarannya untuk jalan kesana-kemari dapat dipahami sebagai aktualisasi ”dialog” dirinya dengan tanah dan atmosfir. Oleh karena itu, jangan heran jika ia kemudian menjadi orang yang suka ”pesiar” kemana-mana. Juz 12 berisi surat Huud (Tanah) yang disatukan (digandeng) dengan surat Yuusuf (Atmosfir). Ini berarti, bahwa apa yang ada di
Pengantar Psikologi Al-Quran
182
181
Pengantar Psikologi Al-Quran
atas tanah, selain atmosfir kemungkinan lain tanaman. Dengan kata lain, antara tanah, tanaman yang ada di atasnya, dan atmosfir yang melingkupinya merupakan suatu kesatuan ekosistem. Oleh karena itu, seorang juz 12 memiliki bakat alami untuk menjadi seorang ahli pertanian. Tanaman apapun yang ia tancapkan di atas tanah, akan tumbuh dengan subur, karena ia memiliki ”tangan-dingin” dan atmosfir (hawa) yang selalu cocok untuk segala macam tanaman. Huruf ke-12, yang merupakan sandi juz 12 ( ), yang berarti ambisi atau alat vital. Huruf ( ), apabila ia jadikan sandi tentang kosmik, dapat berarti atmosfir, atau yang lebih halus lagi ”hawa” atau ”nafsu”. Oleh krena itu, kata nafsu yang merupakan bagian dari ambisi menggunakan huruf ( ). Kata ”hawa”, yang mengacu pada keadaan suatu tempat akan sangat tergantung pada manusia yang menciptakannya. Sebagai suatu contoh, ”hawa” sebuah rumah akan sangat tergantung pada manusia penghuninya. Apabila penghuni rumah selalu hidup stress atau tertekan, selalu dalam keadaan ”chaos”, maka ”hawa” rumah itu akan dapat dirasakan sebagai ”berhawa” panas. Sebaliknya, jika penghuni rumah itu seorang yang relatif hidupnya tenang dan sering melakukan ”olah-batib”, maka dapat diduga rumah itu akan ber-”hawa” sejuk. Dengan demikian, ada kaitan dialektis antara ”hawa” dan kondisi kejiwaan manusia. Kondisi ”hawa” diciptakan oleh kondisi kejiwaan manusia, sebaliknya kondisi kejiwaan manusia juga dapat terpengaruh oleh ”hawa” yang diciptakannya, Oleh karena itu, ada anjuran agar kita menghiasi rumah dengan bacaan al-Quran. Secara essensial menghiasi di sini membentuk suatu kondisi atmosfir atau ”hawa” di rumah dengan hawa atau atmosfir yang dihalau atau diraih dengan bacaan al-Quran. Apabila dibaca secara tepat, al-Quran dapat menciptakan ”hawa” sejuk pada suatu tempat, rumah misalnya. Demikian juga, ”hawa” yang panas juga dapat disejukkan dengan bacaan al-Quran secara tepat. Seorang juz 12 pada umumnya bersifat ambisius. Ketika surat Yuusuf (surat ke-12) muncul, maka ia orang yang ”berhawa” panas.
Tetapi ketika surat Huud (surat ke-11) muncul, maka ia seorang yang ber-”hawa” dingin. Apabila angka 12 dihubungkan dengan nama surat, maka ia surat Yuusuf. Dalam kisahnya, Yuusuf seorang ahli agronomi yang dipercaya oleh Raja Mesir untuk mendistribusikan persediaan gandum selama musim paceklik dan kemarau 7 tahun. Dengan kata lain, Yuusuf seorang analis ekonomi dan ahli masalah pangan dalam menghadapi musim paceklik dan kemarau. Oleh karena itu, seorang anak juz 12 akan llebih baik jika diberi kesempatan untuk mendalami ilmu ekonomi pertanian atau agronomi. Seorang juz 12 sebenarnya memiliki kecenderungan untuk hidup bebas, tanpa tekanan dan aturan orang lain. Oleh karena itu, sebenarnya ia juga memiliki bakat untuk menjadi seorang wiraswastawan. Di samping ia memiliki bakat alami menjadi seorang ahli ekonomi pertanian atau agronomi, ia juga memiliki bakat untuk mendalami ilmu perbintangan, atau juga ilmu tentang cuaca (meteorologi dan geofisik). Surat Huud (tanah) dan surat Yuusuf (atmosfir) yang ada padanya, merupakan bakat alami yang terpendam untuk disalurkan pada ilmu yang berkaitan langsung dengannya.
Pengantar Psikologi Al-Quran
184
183
3. Kelemahan dan Kelebihan Kelemahan seorang juz 12, apabila dilihat dengan sistem 11 terletak pada titik 3 (THT) dan titik 8 (darah atau jantung). Kelemahan atau kelebihan lain terletak pada mata. Beberapa kemungkinan kelemahan juz 12 sebagai berikut. Pertama, apabila kelemahan itu muncul pada bagian THT, bisa jadi bahwa ia mudah terkena pilek, atau gatal-gatal pada telinga atau tenggorokan. Kedua, apabila kelemahan itu pada darah, maka bisa jadi ia terkena tekanan darah rendah atau darah tinggi. Ketiga, apabila kelemahan itu muncul pada mata, maka bisa jadi akan muncul bintik kecil pada mata, yang mengganggu penglihatan. Pengantar Psikologi Al-Quran
Atau bisa jadi ia harus menggunakan kacamata minus sebagai penyambung. Kelemahan juz 12 kemungkinan lain pada titik 12 ( ), atau alat vital. Apabila ini terjadi, maka bisa jadi ia terkena gangguan pada bagian kelamin. Misalnya, banyak orang juz 12 yang terkena radang pada saluran kencing. Bisa jadi, ia mudah terkena gangguan ”sebentar-sebentar” ingin kencing (”beser”). 12 = 3 = ( ) Titik 11 ( ) Perasaan
THT
JUZ 11 1. Profil Juz ini terdiri atas 3 surat, tetapi hanya satu surat yang utuh yaitu surat ke-10 (Yuunus). Sedangkan surat lainnya (at-Taubah dan Huud) tidak utuh. Berikut daftar nama surat dan jumlah ayat pada juz 11. 1. 2. 3.
Titik Keseimbangan
9 10 11
At-Taubah Yuunus Huud
Jumlah ayat 8 = (
)
94 – 129 1 – 109 1-5
Taubat Nabi Yuunus Nabi Huud
( 150 )
Juz ini berisi 150 ayat, yang dikelompokkan ke dalam 16 tanda ’ain. Posisi tanda ’ain pada juz ini dapat dilihat pada daftar berikut.
Darah
Seorang juz 12 pada umumnya memiliki kelemahan atau kelebihan pada mata. Angka 12 ( ) atmosfir atau langit (angkasa). Angka 12 juga berarti Yuusuf, yang dalam kisahnya ia menjadi orang yang sangat dekat dengan bintang atau benda-benda langit yang sujud padanya. Di samping itu, Yuusuf juga sandi tentang ”ketampanan”. Dialah orang yang paling tampan di dunia. Setiap orang menyukai keindahan wajahnya. Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, setiap orang dapat dipastikan suka melihat langit yang berbintang. Seorang juz 12 mendapat percikan keindahan (Yuusuf) pada bagian matanya. Apabila ia seorang wanita, maka akan tampak mata nya bagaikan bersinar. Dan apabila ia menjadi kekuatan, maka mata seorang juz 12 akan kuat untuk melihat atau untuk membaca. Tetapi apabila ini menjadi kelemahan, maka mata seorang juz 12 terpaksa harus disambung dengan kaca mata tebal. Atau ia akan terganggu oleh semacam bintik kecil pada penglihatannya.
Pengantar Psikologi Al-Quran
(36) (109) (5)
185
’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 186
Halaman 1 3 4 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 15 16
Baris ke 15 5 8 18 12 16 18 8 9 9 3 2 4 2 18 10
Angka Tengah 10 11 8 4 7 10 10 10 10 13 7 10 12 10 11 6
Angka atas 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pengantar Psikologi Al-Quran
Juz ini gambaran tentang sebuah proses pemurnian jiwa seorang manusia. Cara bertobat yang sebenarnya dapat dijelaskan dengan memahami sandi juz 11. Dalam falsafah Utsmani, manusia secara fisis terdiri atas 13 titik penting, dengan titik 11 (perasaan atau talirasa) sebagai titik kesetimbangan. Jika orang berada pada titik kesetimbangan, atau mampu memanaj titik 11 (perasaannya) dengan baik, maka ia akan mengalami suatu kondisi sehat. Artinya, ia berada dalam suatu kondisi pemurnian, sebagaimana digambarkan oleh juz 11. Setelah orang melakukan karya dan kerja keras yang memungkinkan terjadinya distorsi (kerusakan) pada bagian ”darah”, sebagaimana digambarkan dalam juz 10, maka kemudian ia mencoba melakukan pemurnian dengan cara bertobat. Surat at-Taubah pada juz 11 diawali pada ayat 94 atau (13). Ini berarti bahwa taubat (pemurnian) dilakukan pada 13 titik yang ada di tubuh manusia. Dengan taubat, maka darah akan berjalan lancar kembali dan disitulah terjadi pencerahan, baik hati maupun pikiran, untuk kemudian melangkah pada kerja atau karya yang baru lagi. Dengan demikian, aktivitas tobat merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia, yang harus dilakukan secara berulang-ulang. Tak ada kata jera dalam bertobat. Secara metafor, seorang bertobat dilambangkan dengan mandi air besar, atau mandi junub seluruh tubuh. Dan di sinilah surat Yuunus yang berarti samudra atau air laut. Dalam kisahnya, seorang Yuunus seorang Nabi yang dilempar ke laut dan dimakan ikan. Dia dilempar ke laut sebagai kompensasi atas ”kegagalannya” melakukan misi dakwah di hadapan umat manusia. Dia dilemparkan ke laut sebagai tebusan atas ”dosa” yang telah ia lakukan. Dengan demikian, Yuunus lambang tentang samudera (lautan). Apapun kotoran yang masuk ke air sungai, akhirnya akan dibawa ke laut, dan apa yang masuk ke laut akan menjadi bersih dan steril kembali. Bahkan binatang apapun yang berasal dari laut dianggap sebagai ”halal” untuk dimakan. Dengan demikian, bertobat berarti juga dimandikan dengan air Yuunus. Dalam tradisi Kristiani, misalnya, bertobat juga dilakukan dengan cara dimandikan dengan air suci. Air suci secara metafor tidak lain air laut, atau air Yuunus.
Mandi besar (junub) mandi seluruh tubuh. Itu sandi bahwa melakukan pemurnian (tobat) haruslah dilakukan pada seluruh titik atau bagian (13 titik) yang ada dalam dirinya, yaitu dari ujung rambut hingga alas kaki. Mandi besar juga dalam pengertianmandi dengan air Yuunus, yang berarti bertobat. Setelah ia bertobat atau mandi besar dengan air Yuunus, maka kemudian ia akan kembali pada titik kesetimbangan, yaitu kondisi ”steril” bagaikan tanah. Pada juz 11 terdapat surat Huud (5 ayat), sebuah surat yang berisi keilmuan tentang tanah. Surat Huud (surat ke-11) lambang tentang tanah. Tanah suci. Oleh karena itu, ada sandi yang menyatakan bahwa bersucilah dengan debu, jika tidak ada air. Tanah lambang sterilisasi. Orang dalam keadaan suci (steril) apabila ia telah sampai pada titik kesetimbangan perasaan, sehingga hidupnya selalu berada dalam kondisi pencerahan dan sehat. Orang bilang, sehat jasmani dan rohani. Lantas bagaimana orang dapat melakukan tobat secara tepat, yaitu mengakomodasi 13 titik yang ada dalam dirinya? Jawabnya sederhana. Dalam setiap juz, terdapat 13 titik anatomis yang pada suatu saat memerlukan akomodasi. Dengan demikian, dengan membaca juznya secara tepat, seseorang dapat melakukan pertobatan. Untuk membersihkan aspek jasmani, orang dapat melakukan mandi dengan sabun dan air bersih. Tetapi mandi secara spiritual (energis), orang perlu melakukannya dengan cara mengakomodasi titik-titik dalam dirinya, atau membaca dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan ini dapat dilakukan dengan cara membaca juznya dalam kitab al-Quran.
Pengantar Psikologi Al-Quran
188
187
2. Karakter Seorang Juz 11 Huruf cetak-tebal pada ayat awal juz 11 ( ). Dengan cetak-tebal tersebut, maka dapat dipastikan seorang juz 11 memiliki sikap atau kecenderungan yang begitu ”cuek” terhadap lingkungan. Orang ini bersikap sangat ”pendiam”, dan bahkan ”dingin”. Artinya ia sama sekali tidak ambisius, bahkan lebih mendekati sikap yang Pengantar Psikologi Al-Quran
”vatalistik” dalam menghadapi sesuatu. Ia cenderung begitu saja mencerna dan menerima segala apa yang ia hadapi. Jika seorang juz 16 dapat bersikap ”sumeleh”, maka seorang juz 11 dapat lebih. Namun demikian, seorang juz 11 juga bersifat labil. Semangat hidupnya datang dan pergi begitu saja, tak dapat ia kendalikan. Bahkan, ia hampir tak begitu banyak merencana. Ia dapat bersikap ”pasrah” begitu saja terhadap arus kehidupan. Sikap hidup seorang juz 11 pada umumnya bahwa ia hanya ”menjalani” hidup, sebuah ”eksistensi” yang tak jelas asal-usul dan kemana larinya. Perjalanan hidup baginya bagaikan sebuah perahu layar yang ditiup oleh kekuatan angin, ia hanya mengikuti ke mana arah angin itu, dan tidak mencoba menentang arah angin. Dalam masyarakat kita, orang juz 11 jarang dapat kita jumpai. Dengan kata lain, dalam realitas objektif, juz 11 termasuk juz yang jarang ditemui dalam masyarakat, sebagaimana umumnya juz di bawah 11 (kecuali 6). Meskipun dalam penampakkan luarnya seorang juz 11 cenderung diam dan ”cuek”, tetapi ia juga memiliki kepedulian lingkungan. Surat Yuunus dalam dirinya membuat ia menjadi orang yang memiliki komitmen untuk memperbaiki kondisi orang lain. Surat Yuunus mutlak menjadi milik seorang juz 11. Surat tersebut tidak dipecah atau dibagi dengan orang lain. Dialah orang yang seolah-olah paling ”berhak” memandikan orang. Ia memang perilakunya seperti seorang ”pastor” yang secara simbolis sering memberikan tebusan dosa, atau memandikan orang lain dalam rangka pencucian diri. Surat a-Taubah, dalam dirinya juga membuat ia cenderung menyukai kegiatan yang mengarah pada pemurnian batin, semacam puasa, vegetarian dan sebagainya. Memang, dalam dirinya selalu ada ”kegelisahan mistis”, yang harus dipenuhi dengan kegiatan ”spiritual”. Surat Huud itulah yang sebenarnya membuat ia bersikap ”dingin” dan ”cuek” terhadap orang lain. Tetapi surat Huud dalam juz 11 hanya 5 ayat. Angka 5 () yang berarti tangan. Memang ia sendiri memiliki tangan yang ”dingin”. Karena itu, ia bisa saja menyembuhkan ”orang sakit”, baik dengan sentuhan tangannya mau-
pun dengan energi Yuunus (air laut). Sebagaimana seorang juz 29 yang dapat menyembuhkan ”orang sakit” dengan ”sentuhan tangan” –nya, atau dengan energi Jin (surat al-Jin), seorang Juz 11 juga memiliki kemampuan untuk itu. Juz 29 dan juz 11 saudara kembar (juz pemampatan).
Pengantar Psikologi Al-Quran
190
189
3. Kelemahan dan Kelebihan Oleh karena seorang juz 11 berada pada titik kesetimbangan, maka dapat dipastikan ia hampir tidak memiliki kelemahan fisis. Tetapi benarkah ada orang yang tidak memiliki kelemahan dalam dirinya? Tentu saja tidak. Betapapun secara fisis seorang juz 11 berada pada titik kesetimbangan, tetapi ia tetap memiliki titik rawan, meskipun tidak terlalu serius. Titik kelemahan seorang juz 11 terletak pada bagian tulang atau rangka. Karena seorang juz 11 tipe orang yang selalu ingin bergerak, maka ancaman bagi kelelahan fisik terletak pada bagian tulang. Tetapi apabila ia merasa ”tidak enak badan” yang dapat dipastikan merupakan akibat dari terlalu ”capek”, ia dapat segera mengantisipasinya dengan cara ”meditasi” yang cukup, atau usaha penenangan dan ”relaxation”. Setelah itu, ia akan segar kembali, dan hampir tidak pernah mengeluh karena sakit.
JUZ 10 1. Profil Juz ini terdiri atas dua surat yang sama-sama tidak penuh, yaitu surat ke-8 (al-Anfaal) 35 ayat, dan surat ke-9 (at-Taubah) 93 ayat. Berikut daftar nama surat dan jumlah ayat pada juz 10. 1. 2.
8 9
Al-Anfaal At-Taubah
Jumlah ayat
(35) (93)
41 – 75 1 – 93
Rampasan Perang Taubat
( 128 ) Pengantar Psikologi Al-Quran
Jumlah ayat pada juz ini 128, dan jumlah tanda ’ain pada juz ini 17. Posisi tanda ’ian pada juz 10 dapat dilihat pada daftar berikut ini ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Halaman 1 2 3 3 4 5 6 7 8 8 10 10 12 13 14 15 16
Baris ke 13 4 2 12 5 3 2 4 5 18 4 18 12 9 10 10 9
Angka Tengah 7 4 10 6 5 6 6 10 8 5 8 5 17 7 6 8 9
Angka atas 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2. Karakter Juz 10 Juz 10 merupakan gambaran tentang dua kekuatan yang selalu tarik-menarik dalam diri setiap manusia, yaitu kekuatan atau ambisi yang dapat membuat kondisi fisik dan jiwa menjadi desturktif, dan kekuatan yang dapat membuat kondisi konstruktif sekaligus. Surat al-Anfaal, yang berarti Pampasan Perang, fungsi destruktif dari kehidupan, katakanlah ia ”dewa perusak”. Dan surat at-Taubah ”dewa pemeliharan”, yang cenderung mengarah pada pemurnian dan pelestarian. Tetapi surat at-Taubah dalam juz ini hanya berisi 93 ayat, atau apabila dimampatkan menjadi 12. Ini berarti bahwa pelestarian dan pemeliharaan yang dapat dimiliki oleh manusia hanya sampai titik 12, ada satu titik yang tak dapat dilestarikan, yaitu keabadian fisik Pengantar Psikologi Al-Quran
191
itu sendiri. Titik 13 energi (surat ke-13 ar-Ra’du). Bagaimanapun, kehancuran fisis secara total akan dialami oleh setiap manusia. Dan manusia tidak akan selamanya mampu memelihara energi dalam dirinya. Suatu saat energi akan lepas dari fisiknya, dan di situlah kematian. Seorang juz 10 sosok manusia materialis sejati. Apa yang ia pikirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemuasan materiil (perut). Angka 10 sama dengan ( ), yang berarti perut. Surat al-Anfaal dalam dirinya membuat ia selalu haus akan harta, dan selalu berambisi untuk menumpuk kekayaan. Bahkan, kalau mungkin ”merampas” hak milik orang lain pun dilakukan demi untuk kepuasan perutnya. Dan hasrat pemupukan kekayaan , bagi setiap manusia ternyata juga tak ada kata lelah. Surat al-Anfaal dalam juz 10 sebanyak 35 ayat, atau kalau dimampatkan menjadi (8). Angka 8 sama dengan ( ), yang berarti darah, dan sifat darah mengalir secara sirkulatif, tak ada ujung pangkalnya. Ini berarti, bahwa usaha menumpuk harta bagi manusia tak ada jeranya. Semakin dikejar, semakin kurang. Tetapi surat al-Anfaal dalam juz 10 digandeng dengan surat atTaubah (tobat). Ini berarti bahwa antara tobat dan kesalahan , dua peristiwa yang hakiki dalam kehidupan manusia. Tobat kebutuhan hakiki manusia, untuk memurnikan atau mengembalikan kondisi ”murni” dari kondisi ”rusak”. Dan bertobat dilakukan berkali-kali. Selagi ia masih hidup, maka bertobat haruslah dilakukan secara rutin. Sebab tobat hanya dapat dilakukan ketika manusia masih hidup. Ini berarti bahwa hanya pada saat hiduplah manusia memerlukan tobat. Persoalannya, bertobat dari apa ? Bertobat atau melakukan pemurnian, jelas dilakukan sebagai usaha diversifikasi dari kondisi sebelumnya, yaitu kondisi ”tidak murni”. Orang banyak yang menyebutnya sebagai ”dosa”. Misalnya, orang berada pada kondisi ”sakit-sakitan” ”dos”, karena ia berada di luar rentetan sunnatullah , sehingga mengalami sakit fisis. Karena itu, ia perlu melakukan 192
Pengantar Psikologi Al-Quran
”pemurnian” (tobat) agar sehat, sehingga ia dapat menjalani dan menikmati hidup secara layak. Di sini jelas, bahwa juz 10 menggambarkan sebuah siklus yang terjadi pada manusia, antara aktivitas yang cenderung membuat kondisi destruktif (al-Anfaal), dan aktivitas yang membuat kondisi konstruktif (at-Taubah). Dan dua aktivitas tersebut sama sekali tak dapat dipisahkan dalam realitas kehidupan manusia di dunia ini. Apabila salah satu fungsi dari kedua surat tersebut mengalami kemandegan, maka seseorang akan mengalami ketidakseimbangan dalam hidupnya. Karakter seorang juz 10 juga sapat dipahami dengan dua surat tersebut. Kecenderungan materialismenya tinggi, tetapi suatu ketika ia juga memiliki, kepedualian lingkungan (sosial) yang cukup kuat. Ia berhasrat untuk memupuk kekayaan, tetapi sekaligus ia juga tidak berkeberatan untuk menyumbangkan kekayaannya pada orang lain, atau untuk kegiatan sosial. Dengan demikian istilah ”ekonomi-moderen” yang menyatakan bahwa manusia ”homo-economicus”, hanya tepat untuk menjelaskan fenomena psikologis seorang juz 10. Artinya, filsafat ”ekonomimoderen” hanya merupakan bagian terkecil dari kandungan alQuran yaitu juz 10. Memang, daya saing seorang juz 10 begitu kuat. Ia memiliki kepekaan bisnis yang begitu tinggi. Semangatnya untuk mengakumulasi kapital dan kekayaan begitu besar. Bahkan, dialah salah satu juz yang paling jelai di dalam membuat ”nilai” tambah pada setiap bahan dasar. Oleh karena itu, jika seorang anak kuz 10 dikondisikan sejak kecil untuk menjadi seorang yang bergerak pada bidang produksi (produsen), ia akan sukses. Huruf cetak-tebal pada ayat awal juz ( ). Pertama kali ia memiliki ( ). Ini berarti bahwa apa yang ia pikir bagaimana mengakumulasi modal. Bahkan huruf ( ) dimatikan, yang berarti ia sama sekali tidak memiliki pertimbangan etis dalam memburu materi. Seorang juz 10 juga memiliki kecakapan dalam mencari relasi bisnis (modal).
3. Kelemahan dan Kelebihan
Pengantar Psikologi Al-Quran
194
193
Kelemahan seorang juz 10 sekaligus terdapat pada bagian perut (pencernaan) dan atau bagia kepala (otak). Jika egoismenya muncul, maka fisiknya menjadi lemah, dan ketergantungannya terhadap orang lain juga muncul. Kelemahan fisis lain terletak pada tangan kanan. Juz yang mirip dengan juz 10 adalah juz 1, 19 dan 28. Kelemahan seorang juz 1 juga mirip dengan kelemahan juz-juz tersebut. 4. Keilmuan Angka 10, apabila dihubungkan dengan nama surat, maka akan merujuk pada surat Yuunus. Surat ini merupakan gambaran tentang luas dan dalamnya air laut. Juz 10 atau surat ke-10 juga dapat dipakai untuk memahami kondisi psikologis seorang anak pada usia 10 tahun. Anak pada usia 10 tahun, seorang anak kecil pada umumnya malas mandi. Namun, apabila hujan turun, dengan senang hati ia akan mandi air hujan tanpa mempedulikan lagi efek bagi kesehatannya. Daya pikir abak usia 10 tahun pada umumnya rata-rata saja, jarang seorang anak pada usia ini menunjukkan prestasi yang istimewa. Bahkan ada kecenderungan anak malas serta mudah terbawa arus oleh lingkungannya. Pada usia ini, anak sangat rakus dalam melahap makanan terutama makanan jajan (akomodasi perut), sehingga banyak anak terserang penyakit perut. Terapi yang dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar anak usia 10 tahun diantaranya mengajak dan mengajarkan dia berolah raga yang teratur sesuai kemampuan fisik. Dengan berolah raga, di samping merangsang kerja otak juga memaksa anak untuk mandi. Dongeng-dongeng atau cerita yang banyak mengandung perumpamaan serta teka-teki sistem pendidikan yang paling tepat dan sangat disukai anak pada usia ini. Tanpa di sadari cerita-cerita itu akan menimbulkan rangsangan pada otak si anak untuk mencerna dan berpikir. Pengantar Psikologi Al-Quran
2. Karakter Juz 9
JUZ 9 1. Profil Juz ini berisi dua surat yang sama-sama tidak utuh, yaitu surat al_A’raaf 119 ayat (bagian kedua) dan surat al-Anfaal 40 ayat bagian pertama. Berikut daftar nama surat pada juz 9. 1. 2.
7 8
Al-A’raaf Al-Anfaal
(119) (40)
Jumlah ayat
88 – 206 1 – 40
Tinggi (puncak) Rampasan perang
( 159 )
Juz ini berisi 159 ayat dan 18 tanda ’ain. Jumlah dan posisi tanda ’ain pada lembaran-lembaran juz 9 dapat dilihat pada daftar berikut. ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Halaman 1 2 2 3 4 5 6 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Baris ke 12 2 15 13 3 7 6 15 15 10 13 14 8 18 18 17 14 14
Pengantar Psikologi Al-Quran
Angka Tengah 9 6 9 18 3 12 6 4 6 5 9 10 7 18 10 9 9 9
Angka atas 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 195
Huruf cetak-tebal pada ayat awal juz ini ( ). Dengan huruf ( ) dapat dipastikan bahwa seorang juz 9 sebenarnya juga tipe pemikir. Dan apa yang ia pikirkan biasanya merujuk pada keakuan dirinya. Namun demikian, seorang juz 9 juga memiliki kecenderungan pada usaha pemurnian jiwa. Ia menjadi orang yang amat ”sumeleh” dan pasrah terhadap kekuatan atau eksistensi faktor X. Huruf ( ) pada cetak-tebal huruf ke-23, yang berarti manusia atau bayi. Apabila dihubungkan dengan nama surat, surat ke-23 alMu’minuun (orang-orang tenang). Juz 9 memiliki 3 huruf ( ). Dapat dibayangkan betapa seorang juz 9 begitu ”lambat” atau ”lamban” dalam menghadapi masalah. Dialah orang yang cocok untuk berpandangan ”alon-alon asal kelakon”. Dialah orang yang sama sekali tidak ambisius, tidak ”kemrungsung” dalam menghadapi masalah. Tetapi, seorang juz 9 sosok orang yang penuh bijaksana. Apa yang ia pikirkan, dan apa yang akan ia katakan biasanya dipertimbangkan secara masak. Dan ia tidak tergesa-gesa untuk berbicara. Dan karena itu, seorang juz 9 biasanya lebih menampakkan sikapnya yang ”pendiam”. Terkadang ia tidak mau berbicara kalau tidak benar-benar sedang ”mood”. Tetapi, ia cukup sabar dalam menghadapi dan menerima permasalahan. Ia tidak gampang mengeluh. Ketika tingkat kesabarannya tak mampu lagi ditahan, ia bisa saja marah yang luar biasa. Tetapi ironiknya, kemarahannya itu kadang diaktualisasikan dengan cara diam juga. Dengan kata lain, dialah seorang yang mampu menahan kemarahan dengan cara diam. Surat al-A’raaf dalam dirinya membuat ia menjadi seorang yang merindukan ”spiritualitas”. Juga membuat ia sering mengangkat (menokohkan) dirinya di hadapan orang lain. Huruf ke-9 ( ) salah satu di antara huruf yang tidak dapat menempati, atau ditempatkan pada posisi tengah. Ia hanya dapat berdiri di depan atau digandeng di belakang. Seorang juz 9, pada umumnya juga inginnya di depan sebagai seorang yang mengatur atau memimpin. Atau kalau tidak, 196
Pengantar Psikologi Al-Quran
lebih baik ia di belakang sebagai orang yang mengikuti perintah atau aturan. Huruf ke-9 ( ) berarti hati nurani. Seorang juz 9 pada umumnya juga sangat romantis. Kepekaan nuraninya cukup tinggi, sekaligus juga kepekaan estetisnya. Oleh karena itu, sebenarnya ia juga berbakat untuk menjadi seorang seniman, atau lebih tepatnya seorang sastrawan. Sebab, apa yang ia tulis dan katakan benar-benar keluar dari lubuk hatinya yang amat dalam. Dari segi intelektual, ia memiliki kemampuan mencerna dan berpikir secara jernih. Tetapi dari segi perencanaan, seorang juz 9 biasanya lemah. Ia tidak mampu merencanakan sesuatu secara tuntas, karena pada saat ia merencanakan sesuatu, ia selalu diliputi keraguan atau pertimbangan. Tidak hanya dalam segi perencanaan, dari segi operasional pun lemah. Dalam merealisasi gagasan, apa yang ia hasilkan biasanya tidak begitu sempurna. Sedangkan surat al-Anfaal bagi dirinya membuat ia berhasrat untuk menundukkan orang lain dengan kekuatan kebijakannya. Ia ingin menasehati orang denga kearifannya. Dan karena itu, apabila ia suatu saat mendapat kesempatan untuk menjadi seorang tokoh atau sesepuh masyarakat, ia mampu untuk menjadi seorang ”penasehat” masyarakat yang cukup arif. Angka 9, apabila dihubungkan dengan nama surat, maka ia atTaubah, atau pemurnian. Seorang juz 9 juga mempunyai kecenderungan mencari ”jalan mistis” dalam memecahkan masalah. Dan jika ia menasehati orang, ia dapat membuat orang menjadi luluh dengan kekuatan perkataannya. 3. Kelemahan dan Kelebihan
paling menonjol, dan ini merupakan pembawaan, terletak pada sikapnya yang lamban. Secara fisis, biasanya seorang juz 9 cukup kuat, dan dia juga seorang yang tidak memiliki problema ”susah tidur”. Karena itu, ia cukup mampu untuk beristirahat secara cukup apabila kondisi fisik mengalami gangguan. 4. Keilmuan Angka 9 atau juz 9 dapat dipakai untuk menganalisa kondisi psikologis seorang anak pada usia 9 tahun. Anak pada usia memasuki 9 tahun telah memiliki nurani yang cukup kuat. Organ-organ di kepala seperti, otak, mata, THT sudah dapat menerima ajaran-ajaran yang akan dia butuhkan pada masa yang akan datang. Di lihat dari segi titik 12 (nafsu), maka pada usia 9 tahun libido seksual seorang anak sudah mulai bergelora. Apa yang didengar dan dilihat tentang hubungan seksual antara pria dan wanita – baik melalui gambar, film maupun buku, akan lebih menimbulkan hasrat untuk merasakan sesuatu yang belum saatnya dia rasakan. Usia 9 tahun dapat juga dikatakan sebagai alam keterlibatan seluruh mata rantai antara masa lalu dengan masa yang akan datang. Apa yang dilihat pada masa lalu akan menumbuhkan sebuah imaginasi. Maka pada usia 9 tahun seorang anak lebih baik diberikan jenis mainan yang sifatnya merakit suatu bentuk. Dalam pendidikan, perlu ditekankan pendidikan budi pekerti sehingga seorang anak pada usia ini dapat merakit masa depan yang lebih baik, dibandingkan dengan lingkungan yang digauli selama ini. Hal yang perlu diperhatikan bahwa kelemahan anak pada usia ini terletak pada bagian liver (hati). Apabila kesehatan kurang diperhatikan akan menimbulkan efek penyakit liver atau juga hepatitis.
Kelemahan dan kelebihan seorang juz 9 terletak pada bagian mata dan atau bagian liver (hati). Juz ini memiliki kelemahan dan kelebihan sebagaimana juz 18 atau juga juz 27. Kelemahan lain terletak pada bagian lengan tangan kiri. Kelemahan lain, dan ini merupakan kekecualian, dapat juga terletak pada bagian paru-paru atau pernapasan. Kelemahan yang Pengantar Psikologi Al-Quran
197
198
Pengantar Psikologi Al-Quran
2. Karakter Juz 8
JUZ 8 1. Profil Juz ini berisi dua surat yang masing-masing tidak utuh, yaitu surat ke-6 (al-An’am) 55 ayat bagian akhir, dan surat ke-7 (alA’raaf) 87 ayat bagian pertama. Berikut daftar nama surat dan jumlah ayat pada juz 8. 1. 2.
6 7
Al-An’am Al-A’raaf
Jumlah ayat
(55) (87)
111 – 165 1 – 87
Bintang Ternak Tinggi (puncak)
( 142 )
Juz ini berisi 142 ayat, yang dikelompokkan ke dalam 17 tanda ’ain. Posisi tanda ’ain pada juz ini sebagai berikut. ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Halaman 2 3 4 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 14 15 16
Baris ke 3 1 4 15 11 4 10 7 11 9 12 12 8 2 11 7 9
Pengantar Psikologi Al-Quran
Angka Tengah 11 8 11 4 6 4 11 10 15 6 8 8 6 5 6 8 12
Angka atas 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 199
Juz ini merupakan sandi tentang sebuah upacara ritual yang dilakukan oleh berbagai suku bangsa, terutama bangsa-bangsa yang relatif ”primitif”. Angka 8 sama dengan huruf atau abjad ( ) yang berarti darah. Dalam setiap upacara ritual, terutama di kalangan suku bangsa tertentu, biasanya dilakukan penyembelihan binatang. Dalam ritual agama Islam misalnya, juga terdapat salah satu bentuk upacara ritual yang dilakukan dengan cara menyembelih binatang, yaitu hari raya kurban (’Idul Adha). Penyembelihan di sini berkaitan erat dengan ”darah” dan juga binatang ternak. Tetapi apa sebenarnya di balik upacara atau ritual penyembelihan binatang ternak? Tidak lain suatu kondisi puncak ”spiritualitas” (al-A’raaf). Dalam juz 8, surat al-An’am yang artinya binatang (ternak), digandeng dengan al-A’raaf yang berarti puncak. Juz ini juga sekaligus merupakan gambaran tentang sirkulasi darah. Dalam tubuh manusia, darah memiliki mekanisme pencucian diri. Siklus peredaran darah dalam tubuh manusia terdapat suatu bentuk ”mekanisme-otomatik-pencucian” dari kondisi ”kotor” (alAn’am) menjadi kondisi bersih (al-A’raaf). Surat al-A’raaf fungsi pembersih darah, setelah mengalami sirkulasi pada seluruh tubuh sehingga berada pada kondisi ”kotor”. Apabila fungsi pembersih darah dalam tubuh manusia tidak jalan, maka untuk mengantisipasi nya dapat dicoba membaca juz 8, setidaknya sebagai suatu usaha spiritual. Dalam masyarakat tertentu ada suatu pandangan bahwa setelah beberapa saat masyarakat mengalami ”disorder” (kekacauan), yang disebabkan oleh keserakahan dan ”kotornya” kondisi darah, maka diperlukan upacara keagamaan untuk ”mengembalikan” tatanan dan ketertiban. Upacara diperlukan sebagai usaha untuk menghimpun kembali daya hidup bersama para anggota masyarakat yang aman dan stabil kembali. Dengan demikian, fungsi upacara secara sosial mengembalikan tingkat kesetimbangan (equillibrium) masyarakat dari segala kemungkinan perbuatan yang ”dehumanis” manusia semacam keke200
Pengantar Psikologi Al-Quran
rasan, kekejaman, keserakahan dan sebagainya, yang membuat kondisi ”disorder”. Secara individual, ritual juga berfungsi meningkatkan kondisi ”moralitas” untuk menjalani hidup bersama secara rukun dan harmonis. Juga sebagai sarana untuk menghalau kekuatan energi hidup, sehingga ”elan vital” dan semangat hidup muncul kembali. Ritual apapun, dan dalam agama manapun juga memiliki fungsi yang sama, yaitu fungsi sosial, individual dan juga spiritual. Aktivitas shalat misalnya, secara fisis dapat berfungsi sebagai sarana untuk ”mencuci” darah. Dengan gerakan-gerakan tubuh tertentu, sebagaimana dalam shalat, organ tubuh mendapat akomodasi, sehingga dapat memperlancar aliran darah. Apabila aliran darah lancar, maka orang dapat berpikir jernih. Dengan lancarnya aliran darah maka semangat hidup akan muncul kembali. Secara energetis, shalat juga dapat sebagai suatu sarana aktivitas untuk menghalau kekuatan energi hidup yang tak memiliki dimensi ruang dan waktu itu. Dengan shalat orang dapat menghalau energi hidup, sehingga mengalirlah energi tersebut ke dalam dirinya bagaikan mengisi kekuatan atau elan vital kehidupan. Oleh karena itu, aktivitas ritual (shalat) dilakukan secara terus menerus dan siklus, sejalan dengan siklus peredaran tata surya dan kosmis. Setidaknya, aktivitas ritual shalat sehari semalam dilakukan 5 kali dengan jarak waktu yang tidak terlalu lama. Dengan demikian darah dalam tubuh manusia merupakan unsur sentral dalam hidup manusia. Dan apa yang kita kenal dengan ”darah” atau ”kehidupan” itu sendiri sesuatu yang mulia. Orang bilang. Darah, darah ”haram” atau mulia. Karena itu, janganlah sekali-kali orang merusak kehidupan ini, dan jangan pula merusak darah, darah siapapun. Seorang juz 8 memiliki kelemahan dan atau kelebihan pada bagian darah atau jantung. Surat al-An’am bagi dirinya membuat ia memiliki kepekaan instink. Jika surat ini berperan dominan, maka ia cenderung ”hedonis”, mudah tersinggung, dan juga ”ganas”. Tetapi, jika surat al-A’raaf muncul, ia dapat menjadi seorang yang benarbenar bijaksana. Meskipun, kebijakan seorang juz 8 sering dileng-
kapi sikap egois. Ia memang, berpenampilan halus, romantik, tetapi sekaligus emosional. Seorang juz 8 memang bersikap perasa. Apa yang ia pikirkan biasanya berkaitan dengan apa yang ia rasakan. Dan apa yang ia dengar dari orang lain langsung mamsuk ke dalam perasaannya. Oleh karenanya, ia cenderung ”cengeng” dan emosional. Dia juga seorang yang sangat susah untuk sedikit berkonsentrasi, atau katakanlah bersikap ”khusyuk” terhadap suatu masalah. Sebab ambisi seorang juz 8 juga labil, atau cepat berubah. Huruf yang dicetak-tebal pada ayat awal juz ini ( ). Dengan huruf cetak-tebal tersebut, dapat dipastikan seorang juz 8 memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain. Ia memiliki egoisme yang sewaktu-waktu muncul. Hasrat untuk menjadi ”tokoh” di tengah-tengah lingkungan sosialnya juga cukup besar. Tetapi sayangnya, ia sering tidak mampu memanaj waktu secara baik. Meskipun demikian, ia cukup mampu untuk mengatur keuangan secara lebih rinci dan penuh perhitungan.
Pengantar Psikologi Al-Quran
202
201
3. Kelemahan dan Kelebihan Kelemahan dan atau kelebihan seorang ju 8, apabila dilihat dengan sistem 11 terletak pada bagian darah (titik 8) dan bagian THT (titik 3). Sering seorang juz 8 mengalami darah rendah atau darah tinggi. Atau kalau tidak, gangguan laten terletak pada bagian THT. Jika ini terjadi, maka gampang terkena flu (pilek). Kelemahan lain terletak pada bagian otak, di mana ia sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan baik. Ia memiliki kapasitas intelektual yang tinggi, misalnya ia mempunyai kekuatan untuk menyerap informasi sebanyak mungkin, tetapi sekaligus ia juga sangat sulit untuk berkonsentrasi, misalnya dalam membaca. Kelemahan lain terdapat pada bagian lengan tangan kanan. Seorang anak juz 8 sebenarnya berbakat untuk menjadi seorang pengusaha. Ia cukup jeli dan teliti dalam mengatur modal atau uang. Kepekaan atau instink bisnisnya cukup kuat, karenanya lebih baik jika bakatnya itu dikondisikan sejak sedini mungkin. Pengantar Psikologi Al-Quran
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
4. Pesan Keilmuan dari Segi Psikologi Anak Juz 8 dapat dipakai untuk memahami kondisi psikologis seorang anak usia 8 tahun. Bila kita perhatikan, anak usia 8 tahun cenderung merasa dirinya lebih dari teman-teman sebayanya. Ia selalu ingin menjelaskan sesuatu yang diketahuinya kepada teman-teman. Apa yang terlintas dalam pikiran dan tidak terpecahkan oleh dirinya akan segera ditanyakan pada seseorang. Maka apabila seorang anak pada usia ini menanyakan sesuatu , kita hendaknya memberikan jawaban yang jelas serta memberikan batasan tentang apa yang boleh dipikirkan dan dikerjakan oleh anak.
JUZ 7
5 6 7 8 9 10 11 11 12 13 14 15 16 16
18 18 16 13 16 12 4 14 13 17 11 8 2 18
5 10 10 10 11 9 5 5 10 12 8 4 6 10
16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Profil
2. Karakter Juz 7
Juz ini berisi dua surat yang tidak utuh, yaitu surat al-Maidah pada bagian akhir (38 ayat), dan surat al-An’am pada bagian awal (110 ayat). Berikut daftar nama surat dan jumlah ayat pada juz 7.
Huruf cetak-tebal pada ayat awal juz ini ( ). Dalam rangkaian huruf tebal tersebut, terdapat 3 huruf ( ) yang berdiri secara terpisah, sehingga dapat dipastikan bahwa seorang juz 7 memiliki egoisme yang berlipat ganda. Karena angka 7 angka puncak, maka seorang juz 7 merasa dirinya hebat dan lebih tinggi dari pada orang lain. Ia selalu mengangkat dirinya melalui pembicaraan secara tidak sadar. Demikian juga misalnya seorang juz 1 di mana terdapat surat yang jumlah ayatnya 7 (al-Fatihah), memiliki sikap egoisme yang begitu tinggi. Jumlah ’ain pada juz ini sebanyak 19, ini berarti bahwa seorang juz 7 memiliki kapasitas intelektual untuk berpikir problematis. Bahkan, ia sangat pandai untuk membuat-buat masalah, atau ”mengada-ada” persoalan. Ia sering menganggap persoalan kecil menjadi besar, dan karena itu sikap curiga dan rasa ingin tahu pada persoalan orang lain kadang muncul. Seorang juz 7 memiliki potensi ganda, untuk menjadi seorang pemikir atau sekaligus pekerja kasar. Dan ia juga seorang yang
1. 2.
5 6
Al-Maidah Al-An’am
(38) (110)
Jumlah ayat
83 – 120 1 – 110
Hidangan Binatang Ternak
( 148 )
Juz ini berisi 148 ayat, yang dikelompokkan ke dalam 19 tanda ’ain. Posisi tanda ’ain pada juz ini sebagai berikut. ’Ain Juz 1 2 3 4 5
Halaman 1 2 3 4 5
Baris ke 7 5 4 6 6
Pengantar Psikologi Al-Quran
Angka Tengah 9 7 7 8 7
Angka atas 11 12 13 14 15 203
204
Pengantar Psikologi Al-Quran
kadang sulit untuk ditebak, karena karakternya yang bolak-balik, dan karena itu sulit mengikuti jalan pikiran seorang juz 7. Apabila dihubungkan dengan nama surat, angka 7 akan menunjuk ke surat al-A’raaf (puncak). Tetapi juz 7 berisi surat yang bertema hidangan (al-Maidah) dan binatang (al-An’am). Ini berarti bahwa seorang juz 7 pada saatnya ia dapat menjadi seorang yang benar-benar memiliki kearifan dan kebijakan, yang berkecenderungan ”spiritualitas” begitu tinggi. Tetapi di lain pihak, ia ”menarik” dan simpatik. Karena itu untuk menjadi seorang ”sales”, yang menawarkan berbagai produk pada khalayak masyarakat, ialah orangnya yang paling cocok. Surat al-An’am dalam dirinya membuat ia memiliki kepekaan instink atau naluri yang begitu tinggi. Pertimbangannya juga cukup kuat, sehingga ia tidak mudah begitu saja terpengaruh oleh orang lain. Namun demikian, pengendaliannya terhadap ambisi kurang kuat. Apabila ia memiliki hasrat dan kemauan, maka ia ingin segera melaksanakan, dan bahkan sulit untuk diperingatkan. Ia hampir tak peduli pada nasehat orang lain. Ia benar-benar ingin menjadi dirinya sendiri, tetapi sering gagal juga. Terhadap nasehat atau informasi yang datang dari orang lain, ia selalu diliputi penuh keraguan dan pertimbangan. Sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama baginya untuk dapat mengikuti saran dan nasehat orang. Tetapi begitu ia mengalami kekecewaan yang cukup berat, ia akan menjadi seorang yang sangat penurut bagaikan seekor binatang ternak. Seorang juz 7 pada umumnya memiliki kegemaran ”bertapa”. Ini dapat dipahami karena ia memiliki huruf ( ) pada rangkaian huruf cetak-tebal. Akomodasi terhadap hati nurani atau ( ) tidak lain kegiatan ritual, yang dapat menghantarkan orang pada pengalaman batin. Ini juga menunjukkan suatu bentuk filsafat manusia, bahwa meski di dalam diri manusia terdapat nafsu dan kecenderungan ”hedonistik” sebagaimana binatang, tetapi juga sekaligus terdapat kecenderungan spiritualitas dan moralitas.
Karena itu, untuk bersikap adil dalam memahami hakekat manusia, maka kita harus menempatkan 114 surat sebagai unsur-unsur dasar manusia. Dengan kata lain, 114 surat dalam al-Quran gambaran kondisi psikologis setiap orang, apapun agamanya dan asal-usul suku bangsanya. Di sinilah letak universalitas al-Quran, bahwa ia gambaran alam semesta, manusia dan juga kebudayaan umat manusia dari berbagai penjuru dunia. Ia merupakan gambaran dari setiap realitas (segala yang ada), baik realitas natural (kosmik), manusiawi maupun kultural.
Pengantar Psikologi Al-Quran
206
205
3. Kelemahan dan Kelebihan Kelemahan dan kelebihan seorang juz 7 terletak pada bagian paru-paru dan atau bagian tulang (rangka). Kelemahan lain terletak pada bagian kaki (telapak kaki) sebelah kiri. Kelemahan pada bagian paru-paru dan tulang dapat dilihat pada sistem 11. Kelemahan seorang juz 7 sama dengan kelemahan seorang juz 16 dan 25, sebab juz tersebut merupakan juz pemampatan juz 7. Seorang juz 7, sebaiknya dididik untuk menjadi seorang ”sales” atau paling tidak dilatih untuk menjadi seorang usahawan, atau bagian produsen yang langsung berkaitan dengan konsumen. Ia cukup aktraktif apabila berhadapan dengan konsumen. 4. Keilmuan Juz 7 ini dapat dipakai untuk menelaah kondisi psikologis pertumbuhan anak-abak pada usia 7 tahun. Dari surat al-An’am dapat diperoleh suatu gambaran tentang proses kepekaan jiwa anak. Apa yang dilihatnya akan segera dicerna dalam otak dan timbullah angan angan tentang kesempurnaan dirinya. Dengan demikian, seorang anak akan merasa superior dibanding orang lain. Pada usia inilah seorang anak pada umumnya memiliki hasrat berpetualang dan ingin menjadi seorang pahlawan. Cerita fantastis serta tokoh hero menjadi kegemaran utamanya. Dan hal tersebut dianggapnya merupakan kehidupan yang sebenarnya. Pengantar Psikologi Al-Quran
Tindakan yang terbaik dari orang tua mengarahkan dan menjelaskan kepada anak tentang kehidupan yang sebenarnya. Bahwa kehidupan seorang hero hanyalah ada dalam cerita, bukan di alam nyata. Namun orang tua hendaklah berhati-hati dalam menjelaskan setiap peristiwa yang ia saksikan, sehingga tidak mematahkan semangat juang yang mulai muncul dalam diri si anak.
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
JUZ 6 1. Profil Juz ini berisi dua surat yang sama-sama tidak utuh, yaitu surat ke-4 (an-Nisaa) dimulai dari ayat 148, dan surat ke-5 (al-Maidah) 82 ayat (ayat 1 hingga 82). Dengan demikian, juz ini tidak dimulai dari awal surat, juga tidak berakhir pada akhir surat. Berikut daftar nama surat pada juz 6. 1. 2.
4 5
An-Nisaa Al-Maidah
(29) (82)
Jumlah ayat
148–176 1 – 82
Perempuan Hidangan
( 111 )
Juz ini hanya berisi 111 ayat, suatu jumlah yang paling sedikit di antara juz-juz yang ada dalam al-Quran. Juz yang jumlah ayatnya hanya 111 ada dua, yaitu juz 2 dan juz 6. Juz ini juga hanya berisi 14 tanda ’ain, paling sedikit diantara juz-juz yang ada dalam alQuran. Juz yang hanya memiliki 14 tanda ’ain hanya ada dua, yaitu juz 4 dan juz 6. Berikut daftar mengenai posisi tanda ’ain pada lembaran juz 6. ’Ain Juz 1 2 3
Halaman 1 2 3
Baris ke 9 13 16
Pengantar Psikologi Al-Quran
Angka Tengah 11 10 9
Angka atas 21 22 23 207
4 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16
13 6 5 15 9 10 14 18 16 3 10
5 5 6 8 7 8 9 7 6 10 11
24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Karakter Juz 6 Juz 6 sandi tentang sebuah sistem atau struktur. Sistem sebuah kesatuan di mana terdapat bagian-bagian (sub-sistem) yang saling terkait dan saling pengaruh satu sama lain. Sebuah sistem menjalankan fungsi input (proses atau mekanisme pencernaan atau pengolahan) dan fungsi output (hasil dari proses pengolahan). Penjumlahan atau kesatuan dari berbagai sub-sistem yang saling pengaruh, yang disebut dengan istilah ”sistem”, bukan hanya merupakan paradigma atau cara pandang manusia ”moderen” dalam memahami realitas, tetapi realitas itu sendiri, baik natural, kultural maupun manusiawi, dalam dirinya juga menampakkan sifatnya yang ”sistematik” atau struktural. Juz 6 berisi surat an-Nisaa dan al-Maidah. An-Nisaa (wanita yang memasak dan mengolah) gambaran tentang fungsi input, sedangkan al-Maidah (sajian) gambaran tentang fungsi output. Dalam suatu sistem kosmik, satu variabel dengan variabel (sub-sistem) lain nya dihubungkan oleh mekanisme kausalitas (sebab-akibat). Dalam tubuh manusia, juga terdapat susunan sel yang mencerminkan suatu sistem. Masing-masing unsur atau sub-struktur tubuh dihubungkan oleh jaringan syaraf. Dengan kata lain, sebab-akibat dalam sistem atau jaringan tubuh syaraf. Oleh karena itu, kata kunci untuk 208
Pengantar Psikologi Al-Quran
memahami karakter juz 6 ialah abjad atau huruf ke-6 ( ) yang berarti. Hukum, Sendi, Syaraf, atau Kausalitas (sunnatullah) Surat an-Nisaa, gambaran tentang seorang wanita, atau ibu rumah tangga. Salah satu fungsi wanita mereproduksi, memasak (mengolah) dan memelihara anak-anak. Sedangkan surat al-Maidah, gambaran tentang sebuah hidangan, makanan atau sajian. Seorang anNisaa (wanita) di samping memiliki fungsi memasak, mengolah, dan memelihara, juga mampu menghidangkan apa yang dia olah. Juz 6 gambaran seorang wanita sejati, yang di samping mampu memasak, mengolah dan memelihara (an-Nisaa), juga mampu menghidangkan apa yang ia olah dengan baik (al-Maidah). Seorang juz 6, biarpun ia seorang lelaki, pada umumnya juga pandai memasak dan mengolah makanan, apalagi jika ia seorang perempuan. Dari segi intelektual, seorang juz 6 memiliki kemampuan untuk mencerna permasalahan dengan baik. Ia juga mampu mengolah atau mengkait-kaitkan berbagai masalah (fungsi an-Nisaa) ke dalam suatu bentuk pemikiran (sajian) yang sistematik dan menarik (fungsi al-Maidah). Karena juz 6 merupakan gambaran sebuah sistem, yang mengandaikan adanya hubungan ”saling pengaruh” antara berbagai variabel sub-sistem, maka seorang juz 6 juga pada umumnya sangat pandai untuk berpikir secara sistematik. Ia sangat lincah untuk membuat suatu kerangka logika yang dapat menghubungkan antara satu masalah dengan masalah lain. Dialah orang yang berbakat sebagai seorang ”assembler”, dalam bidang apapun. Jika ia seorang wanita, maka sangat mungkin apabila ia mampu merangkai bunga sehingga tampak menarik. Huruf cetak-tebal pada ayat awal juz 6 ( ). Dari semua cetak-tebal huruf pada awal ayat setiap juz, hanya juz 6 dan juz 28 yang terdapat kata ( ). Cetak-tebal pada ayat awal juz 28 ( ). Juz 6 memiliki kesamaan dengan juz 28, terutama daPengantar Psikologi Al-Quran
209
lam hal memanaj waktu. Seorang juz 6, sebagaimana seorang juz 28, kadang merasa dirinya dikejar waktu. Namun demikian, apa yang ia pikirkan cenderung pada upaya memanaj permasalahan secara tertib dan teratur. Huruf ( ) sandi tentang manajemen. Untuk berpikir secara esensial dan mendasar, seorang juz 6 ahlinya. Atau setidaknya ia memiliki kemampuan dalam mengambil inti permasalahan dalam setiap topik pembicaraan. Dan kecenderungan empirismenya yang sangat tinggi. Huruf ( ) pada cetak-tebal ”ditasydid” (dobel), yang menandakan kecenderungan ”kasat-mata” atau empirismenya sangat tinggi. Tuntutan bagi seorang juz 6, dalam menerima atau mempertimbangkan suatu permasalahan ialah fakta atau bukti empiris. Apabila tuntutan empirisme atau objektivitas terpenuhi, barulah ia dapat mempercayai. Huruf ( ) pada cetak-tebal juga ”dikasrah” atau dikristalkan. Huruf ( ) huruf ke-6, yang merupakan sandi tentang hukum, sendi, syaraf, sebab-akibat (kausalitas), atau juga ”sunnatullah”. Seorang juz 6 juga sangat jeli dalam melihat kaitan-kaitan sebuah peristiwa. Bisa jadi, huruf tersebut juga membuat dirinya enjadi sangat normatif dan formalistik dalam memandang masalah. Artinya, setiap masalah akan dilihat pada konteksnya dengan konvensi, dan aturan main yang berjalan secara obyektif dalam masyarakat. Huruf ( ) dalam cetak tebal, membuat ia sering mengandalkan faktor-X. Bisa juga bahwa seorang juz 6 pada dasarnya memiliki kecenderungan mistis, meskipun pada saatnya ia berada pada posisi yang sangat empiristik dan positivis. Ia memiliki kecenderungan intuitif untuk menerima penjelasan yang sifatnya mistis. Dengan kata lain, ia tidak terlalu berkeberatan untuk menerima penjelasan yang sifatnya mistis. Huruf atau abjad ke-6 ( ). Abjad tersebut, apabila dikaitkan dengan tubuh manusia,merupakan sandi atau simbol dari syaraf atau sendi. Dan apabila dikaitkan dengan struktur alam semesta, abjad tersebut merupakan sandi tentang hukum sebab-akibat, kausalitas atau sunnatullah. Di balik kenampakkan material alam semesta, 210
Pengantar Psikologi Al-Quran
yang terbentang di hadapan kita, terdapat suatu mekanisme atau aturan dan hukum yang sangat rasional, yang disebut sebagai ”kausalitas” (sunnatullah) yang menyebabkan terjadinya rentetan peristiwa. Dibalik kenampakkan luarnya yang bersifat materiil dari tubuh manusia, juga terdapat sendi-sendi, atau mekanisme yang menghubungkan antara satu organ tubuh dengan organ lainnya. Penghubung setiap organ tubuh yang kemudian mencirikan suatu bentuk sistem, tidak lain syaraf. Karena itu, jika salah satu anggota tubuh mengalami sakit, maka anggota yang lain dapat merasa sakit, penghubungnya syaraf. Syaraf itu mekanisme rasional berjalannya sistem tubuh. 3. Kelemahan dan Kelebihan Seorang juz 6 pada umumnya juga memiliki kelemahan pada bagian syaraf dan atau bagian sendi (persendian). Kelemahan lain terletak pada bagian tangan atau penanganan. Apabila ia sedang terganggu titik 1 (perasaan), maka ada kecenderungan ia malas untuk melakukan pekerjaan. Tetapi, apabila bagian tangan menjadi kelebihan, maka cenderung perfeksionis, rapi dan mampu menangani banyak masalah. Kelemahan lain terletak pada bagian lengan kanan sebelah kiri. Apabila ini terjadi, maka ia akan merasakan pegalpegal yang sifatnya laten pada bagian tersebut. Karena abjad ke-6 ( ) berarti hukum, atau kausalitas maka seorang anak juz 6 sebaiknya sejak kecil dikondisikan untuk mendalami ilmu hukum, atau ilmu-ilmu fisika-kimiawi. Apabila ia mendalami ilmu hukum sosial, maka ia mampu berpikir secara konsisten, legalistik dan rasional. Apabila ia mendalami ilmu alam, maka ia memiliki kecakapan untuk berpikir rasional dan logis dalam kerangka sebab-akibat (kausalitas). Tetapi kelemahannya, suatu saat ia sama sekali tidak dapat berpikir, ketika ia sedang tidak ”mood”. Karena tanda ’ain pada juz ini hanya pas-pasan, yaitu sebanyak 14, maka ia seorang yang hanya memiliki 13 titik anatomis (fisis) plus jiwa (titik ke-14). Artinya, ia Pengantar Psikologi Al-Quran
211
tidak memiliki kelebihan ’ain, atau alternatif pemikiran. Karena itu, betapapun ia seorang pemikir yang canggih dalam merangkai berbagai masalah, tetapi ketergantungannya terhadap orang lain juga tinggi. Ia butuh kelebihan tanda ’ain yang dimiliki orang lain. 4. Keilmuan Apabila angka 6 dihubungkan dengan nama surat, maka surat ke6 al-An’am (binatang ternak). Surat ini dapat dipakai untuk menganalisis kecenderungan anak kecil pada usia 6 tahun. Pada usia ini seorang anak telah memasuki usia rawan. Surat tersebut merupakan simbol dari kepekaan perasaan atau naluri. Pada usia 6 tahun, seorang anak kecil memiliki sorot mata yang tajam dan terkadang penuh kecurigaan. Pada usia ini, daya cerna pada otak anak kecil sudah bekerja lebih teratur. Namun pada usia ini seorang anak kecil tengah menampakkan kelemahan jasmani pada bagian THT dan perut. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak pada usia memasuki tahun ke-6, memiliki perkembangan jasmani yang pesat dan sifatnya sulit dikendalikan serta penuh rasa curiga. Maka tugas seorang an-Nissa (ibu) memberikan hidangan (al-Maidah) yang terbaik bagi anak-anaknya. Hidangan yang dimaksud di sini bukan hanya yang bersifat material, melainkan hidangan yang nonmaterial seperti ucapan, tingkah laku orang tua dan orang di sekitarnya. Pada usia ini, segala ucapan, tingkah laku orang tua dan orang di sekelilingnya akan menjadi objek pengamatan bagi si anak, dan kemudian akan ditirukan. Selain itu pada usia 6 tahun juga mempunyai image dan hasrat yang tinggi, sehingga apa yang dilihat nya akan selalu disampaikan atau pun ditanyakan pada orang lain.
212
Pengantar Psikologi Al-Quran
tanda ’ainnya 15. Juz 5 memiliki 17 tanda ’ain, dan posisi tanda ’ain dapat dilihat dalam daftar berikut ini.
JUZ 5 1. Profil Juz ini hanya berisi satu surat yang tidak penuh, yaitu surat ke-4 (an-Nisaa) sebanyak 124 ayat. Surat an-Nisaa berisi 176 ayat, dan 124 ayat yang berada ditengah (24-147) menjadi milik juz 5. Berikut gambaran surat dalam juz 5. 1.
4
An-Nisaa
(124)
Jumlah ayat
24 – 147
Perempuan
(124)
Bila letak juz 5 ini digambar, maka tampak sebagai berikut: Surat an-Nisaa 176 ayat 148 – 176 (29 ayat)
24 – 147 (124 ayat)
1 - 23 (23 ayat)
Juz 6
Juz 5
Juz 4
Juz 5 memiliki profil yang sama dengan juz 2. Ia berada di tengah-tengah surat panjang. Dua surat panjang dalam al-Quran, yang terbagi ke dalam 3 juz, atau dimiliki oleh 3 juz ialah surat ke-1 (al-Baqarah) dan surat ke-4 (an-Nisaa). Karena posisinya yang berada di tengah-tengah surat, maka juz ini tidak diawali oleh awal surat, dan juga tidak berakhir pada akhir surat. Banyak juz yang tidak berawal dari awal surat, dan tidak berakhir pada akhir surat, sebagaimana juz 2 dan juz 5, tetapi di tengahtengahnya pada umumnya memiliki surat utuh. Di sinilah letak kekhususan pembagian juz dalam al-Quran. Konsistensi pembagian juz hanya dapat dilihat pada pengelompokkan jumlah ayat pada tanda ’ain. Artinya, pengelompokkan ayat ke dalam tanda ’ain pada setiap juz tetap konsisten, dengan jumlah minimal 14, dan maksimal 22 (selain juz 30). Namun demikian, tidak ada juz yang jumlah Pengantar Psikologi Al-Quran
213
’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Halaman 1 2 3 4 5 6 7 9 9 10 11 12 12 13 14 15 16
Baris ke 11 7 10 12 13 17 13 6 18 18 9 5 18 9 9 7 8
Angka Tengah 3 8 9 8 9 11 6 11 4 5 4 4 8 3 11 8 7
Angka atas 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2. Karakter Juz 5 Huruf cetak-tebal pada ayat awal juz ini ( ). Terhadap waktu, seorang juz 5 dapat bersifat disiplin, tetapi sekaligus juga pelupa. Terhadap modal atau uang, ia dapat mengaturnya dengan baik, tetapi ia sering begitu ”perhitungan” dalam mengalokasikan uang, sepertinya menjadi seorang yang agak ”pelit”. Seorang juz 5 pada umumnya sangat labil, ia mudah sekali emosi, tetapi sekaligus emosinya juga cepat reda. Pada saat marah, ia dapat saja ”mencak-mencak” dengan mengeluarkan berbagai perkataan, tetapi kemudian ia kembali stabil dan lupa terhadap apa yang ia marahkan. Ia tidak memiliki rasa dendam, atau memendam perasaan. Kemarahan baginya hanya sekedar pelepas beban psikolo214
Pengantar Psikologi Al-Quran
gis. Bagaikan membuang kotoran dari tubuh, setelah kotoran iitu hilang maka ia lupa pada kotoran itu. Seorang juz 5 juga memiliki kepedulian pada lingkungan. Ia begitu ”usil” terhadap penampilan orang lain. Ia begitu jeli dalam mengamati kerapihan orang lain, bahkan sampai pada persoalan yang kecil dan sepele. Dia seorang pribadi wanita sejati. Jika juz 4 berisi surat an-Nisaa bercampur dengan surat Ali Imran, dan dalam juz 6 surat an-Nisaa bergabung dengan surat al-Maidah, maka juz 5 hanya berisi surat an-Nisaa murni. Tetapi karena kemurniannya itu, ia bukanlah tipe seorang ibu rumah tangga yang mampu memberikan hidangan secara ”perfect” terhadap suami. Berbeda dengan juz 6 yang memiliki ”daya-tampil” dan kemampuan menghidangkan (al-Maidah) tinggi, juz 5 justru tidak memiliki alternatif lain, selain hanya sebagai pendamping lelaki. Ia hanya mampu mencerna dan mengolah dengan baik, tetapi menghidangkannya secara sempurna masih tetap kalah dengan juz 6. Ini artinya, bahwa ada kekurangan laten dalam diri seorang juz 5, dalam posisinya sebagai wanita atau ibu. Ia memiliki kekuatan pada bagian tangan, tetapi sekaligus apa yang ia kerjakan (tangan) biasanya atau bahkan sering tidak pernah sempurna. Pada saat ia berada pada posisi ”senang”, ia sangat cekatan untuk melakukan berbagai pekerjaan (kegiatan). Tetapi begitu terganggu kondisi hatinya, maka seketika itu ia tak mampu mengerjakan apa-apa. Sebagai seorang wanita, maka ia memiliki perasaan yang halus dan romantik. Sikap kemanjaan dan ketergantungan terkadang muncul. Dan apabila seorang juz 5 laki-laki, ia pun memiliki penampilan yang cenderung halus, bagaikan seorang wanita. Dari segi intelektual, karena ia memiliki kepedulian sosial (lingkungan) tinggi, maka ia dapat berpikir masalah global (mondial). Tetapi ia hanyalah seorang generalis, yang hanya tahu sedikit tentang berbagai masalah. Memang dari segi pemikiran, ia selalu berobsesi menjangkau banyak hal. Dan ia juga berambisi untuk menangani berbagai persoalan. Tetapi, dari segi praktis (operasional) ia lemah. Ia sering memiliki gagasan kreatif, tetapi sekaligus ia tak
mampu merealisasikan gagasan kreatifnya itu dalam kegiatan operasional. Seorang juz 5 pada umumnya memiliki banyak rencana, tetapi banyak rencana yang akhirnya kandas dan tak mampu direalisasikan. Ia juga bersikap normatif terhadap orang lain. Di samping itu, ia juga sering memperbesar masalah yang sebenarnya kecil. Obsesinya untuk memperbaiki kondisi lingkungan, atau kerabat terdekat begitu besar. Atau sebaliknya, ia sering menguasai lingkungan atau kerabat (kawan-kawan) terdekat.
Pengantar Psikologi Al-Quran
216
215
3. Kelemahan dan Kelebihan Kelemahan dan kelebihan seorang juz 5 terletak pada bagian tangan dan atau syaraf. Tetapi kelemahan pada bagian tangan pada umumnya tidak dalam bentuk fisis, melainkan pada aspek kemampuan menangani masalah ataupun pekerjaan yang benar-benar lemah. Ketika bagian tangan seorang juz 5 menjadi kelebihan, maka berarti ia dapat menangani berbagai macam persoalan. Dan ia menghendaki segala sesuatu yang berada di sekelilingnya tampak rapih. Tetapi ketika tangan sedang menjadi kelemahan, maka berarti ia sedang tidak mampu melakukan apapun. Dan hal ini terjadi ketika ia sedang mengalami gangguan pada titik 9 (hati). Kelemahan yang secara fisis bersifat laten biasanya terdapat pada bagian syaraf atau persendian. Atau juga pada bagian lengan tangan kanan. Kelemahan lain, dan ini kekecualian, terdapat pada bagian pernapasan atau tenggorokan. Banyak orang juz 5 yang gampang terkena penyakit asma. Sistem 11 pada juz 5 sama dengan yang ada pada juz 14 dan 23. Sebab juz-juz tersebut merupakan juz pemampatan (saudara) terdekat (mirip) dari juz 5. Ini berarti bahwa, ketika seorang juz 5 mampu memanaj perasaan dan kondisi hatinya secara setimbang, maka kelemahan laten yang ia miliki tidak akan menjadi sakit yang terlalu parah.
Pengantar Psikologi Al-Quran
4. Pesan Keilmuan Pesan (keilmuan) yang terkandung di dalam juz 5 mengenai tugas seorang wanita sebagai ibu. Setelah bertemu dengan Ali Imran dalam kehidupan rumah tangganya (di juz 4), seorang an-Nisaa (wanita) akan mengandung selama 9 bulan, melahirkan, memberi makan dan nafas kehidupan melalui hubungan tali-rasa dengan seorang anak. Setelah lahir hingga usia tertentu ibulah yang mempunyai banyak andil dalam mendidik dan mengasuh anak. Sehubungan dengan perkembangan psikologi, dalam juz ini mengisyaratkan bahwa seorang anak pada usia 5 tahun, akan lebih dekat dengan ibu. Juz 5 merupakan sandi tentang kehormatan (keistimewaan) bagi kaum hawa, ia mendapat sebuah juz khusus yang pada surat lelaki tidak ada. Namun, ada konsekuensi tersendiri bagi seorang wanita juz 5, apabila ditinggal suami (Imran), seorang an-Nisaa harus dapat berperan ganda, sebagai seorang ibu sekaligus bertindak sebagai ayah bagi anak-anaknya.
’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Halaman 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 13 14 15 16
Baris ke 18 15 6 2 4 16 18 10 11 14 2 12 12 12
Angka Tengah 10 8 11 9 14 5 7 16 9 9 11 10 4 8
Angka atas 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3
2. Karakter Juz 4
Dari 30 uz yang ada dalam al-Quran, hanya juz 4 dan juz 6 yang merupakan juz di mana tanda ’ainnya paling sedikit, yaitu 14. Posisi tanda ’ain dalam lembaran-lembaran juz 4 dapat dilihat pada daftar berikut ini.
Juz 4 sandi tentang pasangan lelaki perempuan yang menyatu dalam suatu ikatan perkawinan, atau juga lambang dari sebuah keluarga atau suami-istri. Lambang dari sebuah komitmen dua insan yang ingin hidup bersama dalam suatu ikatan pernikahan. Perempuan dan laki-laki, dalam ajaran agama memiliki hak melakukan ritual secara berbeda. Pada juz ini, surat an-Nisaa hanya terdiri atas 23 ayat. Ini suatu sandi bahwa sebagai seorang pribadi, wanita hanya dapat atau berhak melakukan kegiatan ritual selama 23 hari dalam satu bulan (Qomariyah). Sedangkan sisanya, 7 hari untuk melakukan bersih diri. Jadi, dibuat rata-rata seorang wanita akan mengalami menstruasi selama 7 hari dalam sebulan. Dan selama itu pula ia dapat bebas dari kegiatan ritual. Oleh karena juz 4 merupakan sandi tentang keluarga atau pasangan suami-istri, maka juz tersebut juga dapat dijadikan sebagai sarana ritual bagi seseorang yang mengalami keretakan dalam hubungan pernikahannya. Untuk mengikat kembali tali pernikahan, atau lebih tepatnya komitmen semula, yang telah mengalami keretakan, sese-
Pengantar Psikologi Al-Quran
218
JUZ 4 1. Profil Juz ini terdiri atas dua surat yang sama-sama tidak utuh, yaitu surat ke-3 (Ali-Imran) 109 ayat, dan surat ke-4 (an-Nisaa) 23 ayat. Berikut daftar nama surat dan jumlah ayat pada juz 4. 1. 2.
3 4
Ali-Imran An-Nisaa
Jumlah ayat
(109) (23)
92–200 1 – 23
Keluarga Imran Perempuan
( 132 )
217
Pengantar Psikologi Al-Quran
orang dapat membaca juz 4 secara rutin. Dalam batas tertentu, hubungan suami-istri yang ”tidak harmonis” yang disebabkan perbedaan persepsi, dapat diantisipasi dengan cara membaca juz 4, baik suami maupun istri. Artinya, jika keduanya memang sama-sama menginginkan adanya pemulihan kembali suasana keharmonisan rumah tangganya. Surat Ali-Imran berisi 200 ayat, 91 ayat ikut juz 3, dan 109 ayat ikut juz 4. Pembagian ini nampaknya tidak seimbang. Tetapi apabila dimampatkan, angka-angka tersebut akan sama nilainya. Angka 109 = 10 = 1, dan angka 91 = 10 = 1. Angka 1 sama dengan ( ) yang berarti pribadi atau otak. Ini berarti bahwa bahwa setiap unsur surat (dalam hal ini surat an-Nisaa) dalam suatu juz mengandung unsur kepribadian atau karakteristik tertentu. Dengan kata lain, juz ini sebuah gambaran mengenai pribadi seseorang. Juz 4 juga lambang tentang peran ganda seorang wanita. Seorang juz 4, apabila ia wanita, dapat menjadi seorang ibu yang baik dalam memelihara anak-anaknya. Dalam dirinya telah terpateri suatu kodrat sebagai pendampig setia seorang laki-laki (suami). Dua surat yang berlawanan menjadi satu dalam dirinya. Ia seorang lelaki (AliImran) dan sekaligus seorang wanita (an-Nisaa). Jika ia seorang lelaki, juga dapat berperan sebagai ibu terhadap anak-anaknya. Apa makna juz 4 dalam sebuah rumah tangga? Seorang ibu rumah tangga, ketika suami pergi berburu atau mencari nafkah di tempat yang jauh, ia dapat berperan sebagai seorang ayah terhadap anak-anaknya. Seorang juz 4 wanita, atau yang telah menjadi ibu dari anak-anak, ketika ia ditinggal ”mati” oleh suaminya, pada umumnya sangat ”sulit” untuk kawin lagi. Ia cenderung kemudian ber-peran sebagai ibu dan ayah sekaligus. Demikian juga sebaliknya, jika seorang juz 4 laki-laki. Seorang juz 4 pada umumnya memiliki kelebihan atau kekuatan fisik yang begitu tinggi. Ia akan tetap sehat justru apabila tetap bergerak atau bekerja. Sebaliknya, jika menganggur, ia bisa jadi akan mengalami ”sakit-sakitan”. Dia tipe seorang pekerja tulen.
Cetak-tebal pada juz 4 ( ). Ini berarti bahwa, pada suatu saat, seorang juz 4 menampakkan sikapnya yang begitu ”manja”, atau ketergantungan terhadap orang lain. Tetapi di saat yang lain, ia begitu tampak tegar dan mandiri. Di sinilah letak kontradiktifnya. Ketika sifatnya yang tegar muncul, maka egoismenya juga muncul. Ia begitu keras kepala. Tetapi begitu sikap kemandiriannya muncul, ia sangat lemah dan sangat tergantung pada orang lain. Namun demikian, seorang juz 4 dalam dirinya memiliki romantisme yang begitu tinggi. Ia gambaran tentang pertemuan antara dua insan yang berbeda jenis. Ketika kedua jenis manusia bertemu dalam satu kesatuan kasih dan sayang, maka yang akan muncul romantisme. Di samping, bahwa dialah orang yang memiliki kekuatan seksualitas ganda. Namun demikian, seorang juz 4 sebaiknya tidak dikecewakan oleh hubungan ”kasih-sayang” lawan jenis. Misalnya, jangan sampai seorang juz 4 mengalami ”patah hati”. Sebab jika ini terjadi, lebih memungkinkan ia untuk mengkompensasikan kekecewaannya dalam bentuk ”selibat permanen” (membujang) terus, atau menjadi perawan seumur hidup. Dalam dirinya, ada mekanisme yang membuat ia dapat menjadi seorang laki-laki dan sekaligus perempuan, sehingga dapat membuat menjadi ”dingin” dalam masalah seksual. Karena sifatnya yang ganda, maka berbagai bidang dapat ia tekuni secara baik. Jika ia seorang wanita, akan sangat cocok untuk menjadi seorang wanita karir, yang sangat menekuni bidang kerjanya. Sebaliknya, ia juga mampu untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik, dalam mendidik dan memelihara anak, maupun dalam ”melayani” suami. Namun demikian, ia bukanlah seorang wanita sejati. Sebab dalam dirinya terdapat unsur kelelakian (AliImran).
Pengantar Psikologi Al-Quran
220
219
3. Keilmuan Jika dilihat dari segi keilmuannya, maka juz 4 dapat dipakai untuk memahami kondisi psikologis seorang anak umur 4 tahun. Pada juz ini ada dua kutub yang berlawanan bergabung menjadi Pengantar Psikologi Al-Quran
satu. Angka 4 sama dengan huruf ( ) suatu wadah dengan 3 titik. Hal ini berarti bahwa pada usia memasuki 4 tahun, cara berpikir seorang anak terfokus pada suatu wadah. Misalnya, rumah di mana dia tinggal, ayah yang penyayang, ibu yang penuh kasih dan diri sendiri. Bentuk hubungan di antara anggota keluarga akan terpateri di alam bawah sadarnya. Oleh karena itu, hubungan antara ayah (Imran) dan sang ibu (an-Nisaa) yang akrab dan serasi suatu cermin yang sangat dibutuhkan bagi pembentukan kejiwaan si anak pada usia ini. Apabila di dalam rumah, hubungan antara sang ayah dan ibu kurang serasi, apalagi terjadi perceraian, misalnya, maka kesan buruk akan tertanam pada diri si anak, dan tentu saja hal ini akan memiliki efek kejiwaan yang amat buruk pula. 4. Kelemahan dan Kelebihan Jika dilihat dengan sistem 11, maka kelemahan seorang juz 4 terletak pada bagian tulang dan atau paru-paru. Namun, kelemahan yang sering muncul dalam diri seorang juz 4 pada umumnya pada bagian betis kaki sebelah kiri. Juz pemampatan yang mirip dengan juz 4 adalah juz 13 dan juz 22. Oleh karena itu, sistem 11 juz 4 sama dengan juz-juz tersebut.
JUZ 3 Juz ini terdiri atas dua surat yang masing-masing surat tidak utuh. Juz ini berisi 34 ayat dari surat al-Baqarah, dan 91 ayat dari surat Ali-Imran. Berikut daftar nama surat dan jumlah ayat pada juz 3. 2 3
Al-Baqarah Ali-Imran
Jumlah ayat Pengantar Psikologi Al-Quran
(34) (91)
’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Halaman 1 1 2 3 4 5 6 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16
Baris ke 6 18 14 11 9 6 4 14 13 18 3 7 13 11 8 11 18
Angka Tengah 5 4 3 6 7 8 2 3 9 11 10 11 13 9 8 9 11
Angka atas 33 34 35 36 37 38 39 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2. Karakter Juz 3
1. Profil
1. 2.
Berbeda dengan juz 2 yang benar-benar murni atau penuh dengan ayat-ayat, juz 3 memiliki kop surat di tengahnya, yaitu kop surat Ali-Imran. Jumlah tanda ’ain pada juz ini 17, dan dapat diperhatikan pada daftar berikut ini.
253–286 1 – 91
Sapi Betina Keluarga Imran
( 125 ) 221
Sosok seorang juz 3 dapat dibayangkan sebagai berikut. Dialah orang yang paling ”cerewet” dan mudah sekali angkat bicara. Meskipun, apa yang ia bicarakan jelas-jelas hanya ”omong-kosong”. Huruf pertama pada cetak-tebal ( ), dan angka 3 itu sendiri juga ( ) yang berarti THT. Dia lebih mendahulukan berbicara dari pada berbuat. Bahkan, dia bisa saja tubuhnya sama sekali tidak bergerak, atau sama sekali tidak mengerjakan sesuatu, tetapi hanya cukup berbica222
Pengantar Psikologi Al-Quran
ra saja sudah puas. Dengan kata lain, kepuasan (target) bagi dirinya apabila ia dapat ”ngoceh” sebanyak-banyaknya dengan orang lain. Tetapi keunikannya, ia dapat menyimpan rahasia dengan baik. Artinya, meskipun ia cerewet, tetapi ia dapat memegang amanah dengan baik. Ia dapat dipercaya, misalnya untuk menyimpan rahasia atau informasi. Karena kekuatannya pada THT, maka dialah orang yang paling lemah segi psikomotoriknya, atau dalam segi operasional. Surat al-Baqarah bagi juz 2 memiliki makna ”kelemahan” segi ”psikologis” atau mentalitas, yaitu perasaan tipis atau mudah tersinggung. Sedangkan surat al-Baqarah bagi juz 3 memiliki makna kelemahan dalam segi fisik, sebagaimana seorang juz 1. Oleh karenanya, surat al-Baqarah kemudian diikuti oleh surat Ali-Imran. Surat ini gambaran seorang laki-laki yang benar-benar jantan, Di samping itu, ia lambang dari sebuah keluarga yang merupakan bibit unggul, atau ”keturunan”. Hal ini berarti, jika surat al-Baqarah muncul dalam diri seorang juz 3, maka ia benar-benar menjadi orang yang lemah secara fisis, dan hanya bisa berbicara. Tetapi di sisi lain juga terdapat sifat kontradiktifnya. Apabila surat ali-Imran muncul, maka ia tipe orang yang giat bekerja. Memang, jika diamati secara teliti, setiap juz (orang) dalam dirinya memiliki sifat-sifat yang bernada kontradiktif. Dan karena itu, jika diamati dan diinterpretasi secara jujur maka setiap juz juga merupakan gambaran sosok seorang pribadi yang di dalamnya terdapat karakter yang kontradiktif. Di satu pihak terdapat kecenderungan ke arah plus, tetapi di pihak lain terdapat unsur karakteristik yang mengarah pada sebaliknya. Demikian misalnya, seorang juz 3 ada yang menampilkan sifatnya yang begitu lemah secara fisis dan hanya bisa berbicara melulu, tetapi ada juga seorang juz 3 yang benar-benar tipe pekerja keras, tanpa suka ”ngomong”. Ini berarti, tipe pertama hanya menampilkan surat al-Baqarahnya, sedangkan tipe kedua hanya menampilkan surat Ali-Imrannya.
Surat Ali-Imran bagi juz 3 dapat juga berarti bahwa ia memiliki kelebihan dalam segi fisis. Ialah gambaran seorang bapak yang benar-benar kuat dan berpenampilan ”jantan” dan kuat. Karena itu, surat dapat dipakai sebagai upaya spiritual untuk mengantisipasi gejala ”pengapuran” pada tubuh (tulang) manusia, terutama pada usia di atas 30 tahun. Apabila dibaca dengan suatu ”sistem tertentu”, surat ini dapat dipakai untuk menyembuhkan sakit pada bagian tulang belakang. Surat Ali-Imran merupakan lambang ”keluarga” yang menurunkan anak-anak sehat dan cerdas. Ali-Imran ayah Maryam, seorang yang kemudian melahirkan seorang Isa. Setiap orang dapat menderivasi ”keilmuan” Imran dalam dirinya, yaitu ilmu mengenai ”genetika”, dan bagaimana menurunkan anak-anak yang cerdas dan sehat, Karena itu, sejak bayi dalam kandungan usia 4 bulan 2 hari, sebaiknya harus sudah ”dipantau” juznya, dan kemudian mulai dibacakan juznya secara rutin. Apabila ini dilakukan, maka ia dapat mengadopsi keilmuan Imran, yaitu mendidik anak sejak dari dalam kandungan. Mendidik anak sejak dari masa kandungan tidak hanya dengan cara kedua orang tuanya berperilaku ”moril”, tetapi juga rajin membacakan juznya secara rutin.
Pengantar Psikologi Al-Quran
224
223
3. Keilmuan Jika juz 3 ini dipakai untuk menganalisis kondisi psikologis perkembangan anak, maka kita dapat melihat perkembangan anak pada usia 3 tahun. Pada usia anak mencapai 3 tahun, dalam dirinya sedang terjadi proses pembentukan kadar darah yang sesuai dengan organ badannya. Pada usia inilah awal dari pembentukan postur tubuh seorang anak. Sebagai awal pembentukan postur tubuh, maka seorang anak pada usia ini sangat memerlukan darah murni berkadar tinggi yang dibentuk oleh makanan yang bergizi. Menurut ilmu kedokteran maupun ilmu agama, seorang anak pada usia 3 tahun tidak boleh lagi menyusu kepada ibunya karena dikhawatirkan proses proses pembentukan kadar darah menjadi Pengantar Psikologi Al-Quran
tidak sempurna. Di sinilah terlihat suatu pesan, kenapa al-Baqarah digandeng dengan Ali-Imran yang laki-laki, dan tidak kepada anNisaa yang perempuan. Kita semua tahu bahwa tidak ada laki-laki yang dapat menyusui anak. Karena pada usia 3 tahun seorang anak tidak lagi menyusu kepada ibunya, maka yang bertanggungjawab untuk menyediakan susu bagi si anak Ali-Imran selaku ayahnya. Pada usia ini seorang anak sering memperlihatkan rasa kerinduan terhadap belaian dan kasih sayang seorang ayah. Dia ingin selalu ikut kemanapun ayahnya pergi, bahkan jika tidurpun anak pada usia ini ingin dalam pelukan sang ayah.
1.
2
Al-Baqarah
Jumlah ayat
(111)
142–252
Sapi Betina
( 111 )
Apabila juz 2 dalam surat ke-2 (al-Baqarah) yang jumlah ayatnya 286 ini digambarkan, maka akan tampak sebagai berikut : Al-Baqarah (286 ayat) 253 – 286 (34 ayat)
142 – 252 (111 ayat)
1 - 141 (141 ayat)
AlFatihah (7 ayat) 1-7
4. Kelemahan dan Kelebihan Kelemahan dan atau kelebihan seorang juz 3 terletak pada bagian THT dan atau darah. Kelemahan lain, dapat terjadi pada bagian punggung (pundak sebelah kiri). Siapapun, yang terlalu banyak berbicara, maka akan merasakan sakit-sakit pada bagian punggung sebelah kiri. Sistem 11 juz 3 dapat dilihat pada juz 12, 21 dan 30, sebab juzjuz tersebut juga merupakan juz pemampatan dari juz 3. Dalam masyarakat kita orang yang berjuz 3 juga relatif ”langka”. Dan bukan berarti tidak ada.
JUZ 2 1. Profil Juz ini hanya berisi satu surat yang tidak penuh, yaitu surat ke-2 (al-Baqarah) ayat 142 hingga 252. Juz ini merupakan salah satu juz yang jumlah ayatnya paling sedikit, yaitu sebanyak 111 ayat, dengan jumlah tanda ’ain sebanyak 16. Juz lain yang jumlah ayatnya sama dengan juz 2 adalah juz 6. Surat yang jumlah ayatnya 111 juga ada dua, yaitu surat ke-12 (Yuusuf) dan surat ke-17 (al-Israa). Berikut ini daftar atau gambaran nama surat pada juz 2. Pengantar Psikologi Al-Quran
225
Juz 3
Juz 2
Juz 1
Dari gambar di atas, tampak bahwa surat al-Baqarah dimiliki oleh 3 juz, yaitu juz 1, 2, dan 3. Pada gambar di atas juga tampak bahwa juz 2 tidak memiliki awal dan akhir surat, karena ia berada di tengah-tengah surat. Dalam al-Quran, ada dua juz yang karakternya sama dengan juz 2, yaitu juz 5,yang berada di tengah-tengah surat an-Nisaa. Jika al-Baqarah diibaratkan sebagai susu, maka juz 2 ini bagaikan susu murni, yang tidak memiliki campuran apapun. Jika pada juz 1, surat al-Baqarah bercampur dengan surat al-Fatihah, dan pada juz 3 surat al-Baqarah bercampur dengan surat Ali-Imran, maka juz 2 surat al-Baqarah benar-benar murni, dan tidak bercampur dengan surat manapun. Juz ini terdiri atas 16 tanda ’ain. Dan posisi tanda ’ain pada juz ini dapat dilihat pada daftar sebagai berikut : ’Ain Juz 1 2 3 4 5 226
Halaman 1 2 3 3 4
Baris ke 15 7 5 18 18
Angka Tengah 6 5 11 4 9
Angka atas 17 18 19 20 21
Pengantar Psikologi Al-Quran
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 2 8 14 13 12 10 6 9 7 7
6 6 8 14 6 5 7 3 4 7 6
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
2. Karakter Juz 2 Huruf cetak-tebal pada ayat awal juz ini ( ). Dengan huruf cetak-tebal tersebut, maka seorang juz 2 memiliki fisik yang sangat kuat. Namun, meskipun fisiknya kuat, seorang juz 2 biasanya berperasaan amat ”cengeng” atau mudah sekali tersinggung, sebagaimana juga juz 20. Jika juz 11 dan juz 29 pada umumnya bersikap ”cuek”, maka juz 2 dan juz 20 pada umumnya tidak bisa ”cuek”. Dialah satu-satunya orang yang sangat licik dalam pergaulan sehari-hari. Huruf ke-2 ( ). Dalam kata ”Basmalah”, terdapat huruf pertama ( ). Sedangkan kata tersebut dipakai untuk ”mengatasnamakan-diri” terhadap Tuhan. Dengan kata lain, kata ”basmalah” juga dapat berarti ”atas nama Tuhan”. Seorang jjuz 2, juga memiliki kepandaian ”mengatas-namakan” orang lain dalam menjelaskan sesuatu. Dia sangat pandai menggunakan ”kata si Anu”, ”kata si fulan”, dan sebagainya sehingga ia sendiri seolah hampir tidak pernah memiliki kata atau pikiran (pendapat). Jika kelincahan mengatas-namakan orang lain dalam pembicaraan itu kemudian dipakai untuk tujuan tertentu, maka seorang juz 2 sangat pandai dalam ”menghasut” orang. Bahkan, untuk mengadudomba pun dapat. Huruf ke-2 ( ), yang artinya mata. Ini berarti Pengantar Psikologi Al-Quran
227
juga bahwa seorang juz 2 sangat lincah dalam membaca orang lain. Bahkan membaca sampai pada akar-akarnya pun ia mampu. Karena pada dasarnya ia seorang yang amat lemah segi mentalitasnya, maka ia tidak memiliki kepercayaan diri. Karena itulah, maka ia cenderung menggunakan nama orang lain sebagai ”tameng”. Ia berlindung diri di balik ”kata orang”. Tetapi suatu saat, ia juga memiliki ”egoisme” yang membuatnya menjadi anti-dialog. Seorang juz 2 juga memiliki kecenderungan pada masalah pemurnian jiwa. Oleh karena itu, tidak heran jika seorang juz 2 kemudian aktif dalam kegiatan ilmu ”kebatinan”, atau hal-hal yang sifatnya ”olah-batin” atau ”olah-rasa”. Juz ini berisi ayat-ayat yang relatif panjang-panjang. Dan di tengah-tengah juz tak terdapat kekosongan baris yang berisi nama surat. Ini juga dapat menunjukkan bahwa seorang juz 2 memiliki sifat yang inklusif, terbuka. Di samping sangat labil, mudah goyah, juga mudah terpengaruh dan terombang-ambing oleh situasi lingkungan sekelilingnya. Ia benar-benar hanyut oleh lingkungan sosial nya, hampir tak pernah punya pegangan. Bahkan ia hanya berpegang pada omongan orang lain, sehingga ia kehilangan jati-dirinya. Memang, jika dilihat dari strukturnya, juz ini hanya merupakan bagian kecil dari sebuah surat panjang. Apabila ia menjadi seorang pekerja tulen, maka ia akan menjadi orang yang benar-benar kuat secara fisik. Jika ia menjadi seorang pemikir, maka pikirannya sangat inklusif dan mudah terpengaruh. Tetapi, dalam masyarakat kita, orang yang berjuz 2 juga relatif jarang. Jika toh ada, dapat dipastikan bahwa ia lebih cenderung menampilkan kekuatan fisisnya, ketimbang segi intelektualitasnya. Karena kepercayaan dirinya yang lemah, maka seorang juz 2 juga cenderung lambat, dan sangat ragu-ragu dalam menangani masalah. Dia selalu ”takut salah” dalam menangani atau mengerjakan sesuatu. Namun demikian, ia juga seorang yang tahan banting, dan ”kebal” dari lecehan orang. Apabila ia melakukan kesalahan, ia cukup siap untuk dileceh ataupun dimarahi. Meski demikian, ia tidak mudah frustasi. 228
Pengantar Psikologi Al-Quran
3. Kelemahan dan Kelebihan
JUZ 1
Di samping kelemahan segi mentalitas (perasaan), seorang juz 2 memiliki kelemahan pada bagian mata dan hati (lever). Kelemahan lain terletak pada bagian lengan kanan. Sistem 11 juz 2 sama dengan juz 11, 20 dan 29. Sebab, juz 2 juga merupakan juz pemampatan dari juz-juz tersebut. Juz 2 juga memiliki kelebihanpada mata. Jika kelebihan ini muncul, maka ia dapat tidur berhari-hari. Ia dapat dengan mudah tidur dimanapun, dan dalam suasana apapun. Artinya ia dapat ”menyetel” bagian matanya sedemikian rupa sehingga tidak ada problema ”susah tidur”. Jika mata menjadi kelebihan, maka ia sangat jeli dalam mengamati segala sesuatu. Bahkan, ia cenderung tidak mudah percaya terhadap omongan orang lain. Setelah ia dapat melihat dan menyaksikan sendiri apa yang diceritakan orang, barulah ia percaya. Oleh karena itu, seorang juz 2 juga biasanya cenderung menampakkan sifatnya yang ”bandel”, tak dapat dinasehati (”diomongi”). Setelah dia ”mentog” atau terbentur, barulah ia percaya pada omongan orang. Seorang juz 2 sebaiknya dikondisikan untuk banyak membaca. Dengan maksud, agar kekuatan matanya mendapat akomodasi secara dini. Ia punya bakat untuk menjadi seorang pengamat, bahkan untuk memperbaiki onderdil yang kecil-kecil, pada saatnya ia mampu. Ia juga memiliki keterampilan pada bagian tangannya. Artinya, segi psikomotorik juz ini, apabila dikembangkan secara optimal sejak kecil, dapat membuatnya menjadi seorang yang trampil dan jeli dalam menjalankan karirnya sebagai seorang ahli ”reparasi” segala macam perkakas.
Pengantar Psikologi Al-Quran
229
1. Profil Juz ini terdiri atas dua surat, yaitu surat pertama (al-Fatihah) sebanyak 7 ayat, dan surat ke-2 (al-Baqarah) sebanyak 141 ayat (ayat 1 hingga ayat 141). Juz ini berisi 148 ayat dan 16 tanda ’ain. Berbeda dengan juz-juz lainnya yang berisi 16 halaman, juz ini hanya berisi 15 halaman. Berikut ini daftar nama surat pada juz 1. 1. 2.
1 2
Al-Fatihah Al-Baqarah
Jumlah ayat
(7) (141)
1–7 1 – 141
Pembuka Sapi Betina
( 148 )
Juz 1 juz yang ayat pertamanya berada pada halaman UmmulQuran, yaitu halaman 2 dan 3. Pada halaman ini, seluruh huruf dalam rangkaian ayat dicetak-tebal. Dan yang paling menarik, pada halaman surat al-Fatihah, huruf depannya semuanya dimulai dengan huruf pertama ( ). Berikut daftar tanda ’ain pada juz 1. ’Ain Juz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 230
Halaman 4 5 6 7 7 8 9 10 11 11 12 13
Baris ke 4 5 6 4 12 15 7 5 4 15 16 11
Angka Tengah 7 13 9 10 7 13 2 10 11 4 10 7
Angka atas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengantar Psikologi Al-Quran
13 14 15 16
14 15 15 16
7 4 17 18
9 9 8 12
13 14 15 16
2. Keunikan Juz 1 Juz 1 merupakan satu-satunya juz yang paling unik di antara juz yang ada dalam al-Quran. Keunikan juz ini dapat dilihat pada bagian awal lembaran al-Quran. Pertama, al-Quran Mushaf Utsmani mulai ditulis pada halaman 2. Dengan demikian, juz 1 dimulai dari halaman 2 al-Quran, dan itulah mengapa juz 1 hanya terdiri atas 15 halaman. Kenapa halaman 1 (pertama) al-Quran tidak ada atau tidak diisi dengan ayat, sehingga seolah-olah halaman 1, atau angka 1 ( ) itu hilang, dan tidak nampak. Hal ini merupakan sandi bahwa angka 1 ( ) atau pribadi absurd, bahkan misteri. Ialah yang hendak dicari melalui proses perjalanan panjang hidup manusia, yaitu jati-diri. Mengenal dan memahami diri sendiri suatu hal yang sangat berat. Dan pengenalan diri satusatunya jalan yang mesti ditempuh jika seseorang ingin mendapatkan suatu bentuk pengalaman spiritual atau pengetahuan hakiki mengenai ke-Maha-Besaran Tuhan. Keunikan kedua, dalam Mushaf Utsmani halaman 2 hanya diisi 7 ayat, yaitu surat al-Fatihah. Kenapa pada halaman tersebut tidak dipenuhi saja dengan ayat, misalnya diisi dengan ayat dari surat alBaqarah. Orang tak pernah berpikir dan mempertanyakan masalah ini. Sebab, biasanya hal ini hanya dianggap sebagai persoalan perwajahan, atau semacam ornamen-estetis yang dibuat oleh pihak percetakan. Keunikan ketiga, dalam Mushaf Utsmani, halaman 3 hanya diisi 4 ayat dari surat al-Baqarah. Kenapa dari 286 jumlah ayat dalam surat al-Baqarah, hanya 4 ayat yang ditulis atau ditaruh pada halaman 3. Jika alasannya hanya untuk mengimbangi estetika halaman 2, kenapa tidak 7 ayat, sehingga sama dengan jumlah ayat pada Pengantar Psikologi Al-Quran
231
surat al-Fatihah. Apa maksud angka 4, atau 4 ayat pada halaman 3 al-Quran itu. Keunikan keempat, ayat-ayat pada halaman 2 dan 3 al-Quran, yang berisi surat al-Fatihah (7 ayat) dan surat al-Baqarah (4 ayat) itu dicetak tebal. Huruf-huruf dalam ayat-ayat tersebut dicetak lebih besar dibandingkan dengan ayat-ayat lain dalam al-Quran. Apakah ini merupakan bentuk cetak-tebal dari juz 1 atau bukan? Ini merupakan keistimewaan atau semacam previlis yang dimiliki oleh juz 1. Dari keunikan tersebut, dapatlah dibuat satu bentuk skema, khususnya mengenai halaman 2 dan 3 al-Quran Mushaf Utsmani, yaitu sebagai berikut : 3 4
2 7
Halaman Jumlah ayat
Banyak orang menyebut halaman tersebut sebagai ”UmmulQuran”. Kenapa demikian? Berbagai interpretasi dapat dilakukan. Sebagian ulama hanya menyebut surat al-Fatihah saja yang merupakan ”Ummul Qur’an”. Bahkan, ada lagi interpretasi bahwa UmmulQur’an ini terletak pada salah satu ayat saja dari surat al-Fatihah. Semua interpretasi bolah dan sah untuk dikembangkan . Tetapi, interpretasi yang dilakukan pada umumnya hanya didasarkan atas tafsir ayat, atau pemahaman dan renungan subyektif pada interpreter (mufassir)-nya, dan tidak didasarkan atas format, atau susunan alQuran itu sendiri secara keseluruhan. Di sini, halaman Ummul Quran cenderung mengacu pada keunikan halaman 2 dan 3 al-Quran, dimana terdapat angka-angka yang dapat dijadikan rumus untuk memahami kandungan seluruh surat dalam al-Quran. Pada halaman tersebut, terdapat angka 2, 3, 7 dan 4. Dari angka 7 dan 4 (jumlah ayat pada kedua surat tersebut), dpat dijadikan dasar falsafah mengenai studi al-Quran. Jika kita membuka al-Quran, maka yang akan tampak angka 47. Apabila angka ini dihubungkan dengan nama surat, maka ia surat Muhammad. Ini berarti bahwa membuka-buka al-Quran secara 232
Pengantar Psikologi Al-Quran
implisit berarti memperlajari apa yang dibawa oleh Muhammad. Dan Muhammad itu sendiri tidak lain al-Quran. Sedangkan apabila kita menutup al-Quran, maka angka yang akan terlihat 74. Dan angka ini sama dengan nomor surat al-Mudatsir (berselimut atau berselubung). Ini berarti bahwa kalau kita menutup al-Quran, dan tidak lagi bersedia membuka ”wawasan” Qurani, maka kita akan bersikap ”tertutup” dan berselimut dengan persepsinya yang telah mapan. Dan al-Quran itu sendiri juga menjadi tertutup oleh sampulnya. Berselimut atau berselubung (al-Mudatsir) suatu sikap yang sah dan boleh saja dianut oleh setiap orang. Sebab, yang berselubung dan berselimut dalam al-Quran juga Muhammad itu sendiri. Namun demikian, secara metafor berselubung dan berselimut justru diperingatkan . Ini berarti bahwa sebaiknya manusia tak perlu berselubung dan menutup diri dengan kemapanan persepsinya. Sebab, kebenaran itu banyak, meskipun yang banyak itu satu. Dan realitas itu sendiri selalu menampakkan perubahan, perubahan itulah hakekat segala sesuatu. Oleh karena itu, bukalah selimut dan selubung, kemudia berdialoglah dengan realitas yang selalu berubah. Dengan demikian, ada dinamika dalam hidup. Dan melalui proses dialog dengan fenomena kebenaran yang beraneka-ragam kita dapat menemukan makna kehidupan yang absurd ini. Karena itu, hakekat manusia bahwa dirinya selalu mencari dan menjadi, ia selalu mencari dan menjadi dirinya sendiri. Karena itulah, huruf ( ) atau angka 1 bersifat misteri, sebagaimana diri kita sendiri. Namun demikian, dalam kaitan ini setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih berbagai alternatif. Setiap orang bebas memilih, dan setiap pilihan sah bagi dirinya, mana yang hendak dipilih dalam memahami fenomena kebenaran. Sebab, apa yang ada di depan mata kita, semuanya fenomena kebenaran, atau fenomena Qurani. Kebenaran sesuatu dan riil. Persoalan bagi kita, bagaimana mengembangkan aspek pemikiran untuk ”memahami” dan mengambil makna lebih dalam dari fenomena kebenaran itu.
3. Karakter Orang Juz 1
Pengantar Psikologi Al-Quran
234
233
Karakter seorang juz 1 dapat dipahami pertama dengan cara memahami karakter huruf ( ) atau angka 1. Huruf ( ) tidak dapat menempati posisi tengah. Ia hanya dapat ditempatkan di awal atau di akhir rangkaian huruf. Apabila seorang juz 1 berada di depan, misalnya menjadi seorang pemimpin ia cenderung bersikap egois, dan sangat otoriter. Sebab, angka 1 ( ) angka atau huruf tunggal, ia tidak ada duanya. Karena itu, ia merasa dirinya paling benar dan karena itu harus diikuti. Tetapi, apabila ia berada di belakang, ia sama sekali tidak memiliki alternatif. Dia dapat dengan mudah menurut dan ikut pada siapapun. Dalam juz 1, terdapat halaman 2 dan 3 yang merupakan halaman istimewa. Seorang juz 1, juga cenderung menuntut keistimewaan atau previlis tertentu pada orang terdekatnya, terutama di lingkungan keluarga. Ia minta segalanya diistimewakan. Halaman juz 1 yang hanya 15, membuat ia kehilangan ”sesuatu” dalam dirinya. Seorang juz 1 harus selalu ”dilayani”. Berbeda dengan seorang juz 30 yang kelebihan halaman (21 halaman), dan cenderung ”melayani orang lain”, seorang juz 1 justru kekurangan halaman. Karena itu ia harus dilayani oleh orang lain. Surat al-Fatihah 7 ayat, membuat ia berbakat untuk menjadi seorang ”pendobrak” atau pembuka jalan baru bagi suatu bentuk pencerahan. Dalam kisahnya, seorang Musa dengan tongkatnya ( ), dapat membuka jalan buntu. Ia dapat membuat terobosan baru di tengah samudera. Ini berarti bahwa, dengan kekuatan ”otak” ( ), seseorang dapat menemukan suatu bentuk ”kreatifitas”, sehingga dapat mendobrak keadaan buntu. Tetapi sebaliknya, surat al-Baqarah pada juz 1 juga dapat membuat ia memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain. AlBaqarah sandi tentang susu. Hanya sapi betinalah yang mengandung susu. Jika surat ini dominan, maka seorang juz 1 cenderung ”menyusu”, atau katakanlah sangat tergantung pada ”pelayanan” orang lain. Ia dapat menjadi begitu lemah bagaikan seorang bayi Pengantar Psikologi Al-Quran
yang hanya memerlukan susu. Dengan surat ini, ia bisa menjadi seorang yang sama sekali tidak punya ”nyali”. Jika dilihat dari sistem 11, maka kelemahan fisis seorang juz 1 terletak pada bagian perut dan atau kepala (otak). Kelemahan lain, terletak pada bagian bahu (pundak) sebelah kanan. Sistem 11 bagi juz 1 sama dengan juz 10, 19 dan 28. Juz-juz tersebut, apabila dimampatkan sama dengan 1. Oleh karena itu, karakter juz-juz tersebut juga dalam tahap tertentu memiliki kemiripan dengan karakter seorang juz 1. Dalam masyarakat kita, orang yang berjuz 1 ”nampaknya” jarang. Artinya, dari pengalaman bergaul dan mengamati banyak orang, seorang yang ber juz 1 relatif sedikit, bahkan jarang ditemui. Namun demikian, seorang anak juz 1 sebaiknya dididik atau dikondisikan untuk memiliki kegemaran berpikir, sehingga ia benar-benar dapat memfungsikan kekuatan otaknya sejak dini. Pada prinsipnya, ia dapat memasuki biidang apapun, asalkan ia mendapat ”pelayanan” secara proposional sejak kecil. Dengan ”pelayanan” yang penuh pengertian dari pihak lain, atau orang di sekelilingnya, maka ia akan dapat mengaktualisasikan diri secara optimal. Di sini al-Fatihah bermakna sebagai bayi yang baru lahir, sedangkan angka 7 ( ) paruparu/pernafasan. Surat al-Fatihah bergandengan dengan surat alBaqarah (sapi betina) penghasil susu. Di sini dapat dilihat bahwa kebutuhan utama bayi yang baru lahir adalah susu. Siapapun yang dapat memberi kebutuhan susu kepada bayi, maka dialah dianggap sebagai ibunya. Angka 13 di atas menunjukkan kelengkapan anatomi bayi tatkala lahir ke dunia. Bagi psikologi perkembangan orang dewasa, periode ini dapat disebut sebagai periode pencarian. Titik 13 di sini bermakna sebagai jati-diri seseorang. Dengan pencapaian hingga titik ke 13, maka seseorang telah mendapatkan jati dirinya.
Pengantar Psikologi Al-Quran
235
BAB V
PENUTUP SEBUAH RENUNGAN DAN KESIMPULAN Ilmu Mengenal Manusia Betapa mulianya makhluk manusia yang kita kenal ini, makhluk Tuhan yang selalu berusaha mengenali diri dan jagat raya sekelilingnya di mana ia berada. Tak satu pun di antara berjuta makhluk di atas jagat raya ini, yang selalu berusaha mencari pemahaman mengenai hakekat keberadaan diri dan lingkungannya, kecuali manusia. Hanya manusialah sesungguhnya, makhluk yang selalu memiliki rasa keingin-tahuan yang begitu tinggi, tapi sekaligus kegersangan batin. Kegersangan intelektual manusia selalu muncul, ketika ia mencoba mencari tahu tentang hakekat dirinya. Dan kegelisahan akan selalu bertambah selagi manusia tidak berusaha menyadari kapasitas dan keterbatasan intelektualnya dalam menemukan jawaban yang pasti, mengenai siapa sesungguhnya Aku ini, kehidupan, serta maksud keberadaan diri-Ku di atas bumi ini. Mempertanyakan kembali tentang hakekat eksistensi dan kehidupan manusia, mengingatkan kita pada banyak cerita yang melukiskan kegelisahan para filosuf dan kaum sufi. Dalam mencari makna dan pengertian mengenai hakekat eksistensi manusia. Eksistensialisme, sebuah aliran filsafat yang menempatkan manusia sebagai realitas dan wujud nyata yang sebenarnya, berakhir dengan keputus236
Pengantar Psikologi Al-Quran
asaan. Seorang E Nietzsche, misalnya, akhirnya harus mengalami kegilaan total, dengan ”membunuh” dan mematikan Tuhan melalui renungan filsafatnya. Demikian juga Jean Paul Sartre, seorang yang mengikuti jejak Nietzshe. Dalam pergulatan intelektualnya menyingkap tabir misteri kehidupan dan absurditas dirinya. Ia pun terpaksa mengalami kefrustasian berat. Dalam alam pemikiran mistik, atau sufisme, yang menempatkan Tuhan sebagai Wujud Tunggal dan realitas Kasunyatan, juga ditandai oleh ”kekisruhan” masyarakat. Betapapun secara intelektual dan ”batin” esoterisme dapat memberikan kepuasan, tetapi iapun akhirnya mengalami ”kegagalan”, untuk dapat dipahami masyarakat luas. Sebab, secara eksplisit pemikiran esoteris kaum sufi telah menampakkan ”kematian” eksistensi manusia. Dalam sejarah pemikiran esoteris Islam, misalnya, pandangan ”wihdatul wujud”, kesatuan kasunyatan, telah menghebohkan suasana politik imperium kerajaan Islam sendiri. Karena ketidak-arifannya, dan atas klaim dirinya sebagai Tuhan, al-Hallaj harus mati dipancung. Rabiah al-Adawiyah telah membuat resah masyarakat, karena selalu mengigau ”bersetubuh” dengan Tuhan. Seorang Syeikh Siti Jenar, tokoh mistik Islam legendaris Jawa, akhirnya harus dihukum pancung karena mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Mistisisme justru telah ”menafikan” eksistensi kedirian manusia, untuk berjumbuh dan manunggal bersama Sang Pencipta. Memang, berbagai ”kesimpulan akhir” akan dapat ditemukan oleh siapapun yang berusaha mempelajari manusia dan dirinya, baik melalui jalan mistik maupun jalan filsafat. Dalam tingkatan yang paling reflektif-spekulatif, jika tidak berhati-hati, seseorang akan memasuki sebuah alam pikiran di mana tak ada realitas, kecuali keabadian itu sendiri. Ketika ini diikuti, orang akan sampai pada kesimpulan yang bermacam-macam. Paham ”emanasi” misalnya, akan sampai pada kesimpulan bahwa pancaran kehidupan abadi, dan manusia bagian tak terpisahkan dari pancaran itu, bagaikan partikel kecil yang tak memiliki eksistensi, karena ia merupakan bagian dari eksistensi besar keabadian itu sendiri.
Dalam pemahaman orang Jawa yang amat halus dan cukup arif, telah sampai pada pandangan yang penuh teka-teki tentang manusia dan alam semesta, yaitu ”manunggaling-kawula-gusti”. Manusiamanusia Jawa yang gemar ”bertapa” dan olah-batin, dalam perjalanan filosofisnya tentang manusia, juga hampir mendekati bahkan sama dan sebangun dengan pemikiran yang ”pantheistik”. Dalam sebuah pernyataan yang ”anonim”, sering kita dengar bahwa siapa yang mengenal dirinya, ia bakal mengenal ”Tuhannya”. Pernyataan ini jelas muncul dari orang sufi, yang memberikan ”sinyal” tentang kedekatan jarak antara Tuhan dengan manusia, dan jarak itu hampir mendekati limit. Dalam al-Quran sendiri, juga terdapat sebuah ayat yang penuh teka-teki, yang menyatakan bahwa Aku lebih dekat dengan urat nadimu. Ketika orang kemudian dapat ”menemukan” dirinya dalam bentuk kepercayaan diri yang kuat, ia bisa saja sampai pada kesimpulan bahwa manusia dan alam semesta berserta hukum-hukumnya yang kokoh, itulah realitas yang sebenarnya. Kesimpulan akhir semacam ini jelas telah sampai pada pandangan ”antroposentrisme” total, untuk tidak mengatakan atheisme. Hakekat jati diri manusia. Memang selalu menarik untuk menjadi bahan bacaan bagi manusia. Dan apapun hasil akhir dari setiap pengembaraan intelektual dan batin seseorang, sah bagi kekayaan dirinya. Tak ada otoritas bagi siapapun, untuk menghakimi dan mengklaim bahwa seseorang telah ”sesat”, justru karena telah berupaya melakukan pengembaraan batin. Tetapi akan menjadi persoalan, memang, ketika sebuah kesimpulan akhir atau produk pemikiran hendak disampaikan kepada orang lain atau masyarakat. Tidak semua orang mampu menangkap esensi. Dan tidak setiap orang dapat bersikap bijak. Sebab setiap orang selalu diliputi oleh berbagai kepentingan tertentu; baik sosial, otoritas, harga diri, ekonomi, politik, dan sebagainya. Apabila kepentingan itu terganggu oleh sebuah hasil pemikiran tertentu, maka ia akan ”berang” dan kemudian menghakimi orang lain. Karena itulah, dapat dipahami kenapa banyak orang yang justru bernasib ”sial”, hanya gara-gara ia ”menemukan” sesuatu yang ba-
Pengantar Psikologi Al-Quran
238
237
Pengantar Psikologi Al-Quran
ginya benar, tetapi bagi orang lain dianggap salah. Dan itulah risiko bagi orang yang bergulat dengan pengembangan alam pikir. Kebenaran memang harus diuji, bukan oleh siapa-siapa, melainkan oleh orang kebanyakan. Dalam tahapnya yang terakhir, kebenarang akan menjadi ”sah” ketika setiap orang atau masyarakat dapat menerimanya. Karena itu, kebenaran di tingkat subyektif, yang diperolehnya melalui renungan filosofis dan pengalaman mistis, harus dijadikan semacam ”kearifan” individual. Di sinilah, nampaknya harus disadari bahwa di dalam diri setiap orang terdapat ”ruang kosmik” yang berisi kebenaran subyektif yang amat pribadi sifatnya dan yang tak dapat disosialisasikan atau dikabarkan pada orang lain, jika ia ingin ”selamat” di tengah masyarakat. Dalam ruang kosmis itulah terbentang makna kebenarang subyektif yang amat luas, seluas kehidupan itu sendiri. Namun demikian, kebebasan dan kebenaran subyektif haruslah dijaga dalam bentuk ”kearifan” bertindak di tengah-tengah masyarakat, sebab orang lainpun bisa jadi memiliki ruangan kosmis yang sama, meskipun berbeda isinya. Tidaklah salah, manusia melakukan pengembaraan batin, meskipun adakalanya harus menghadapi risiko yangamat pahit dari hasil akhir pemikiran yang telah dicapainya. Namun demikian, dalam pencarian pemahaman mengenal hakekat manusia, dalam konteks kehidupan moderen saat ini, ”konyol” jika seseorang harus menghadapi ”kegagalan” sebagaimanan digambarkan di atas. Dan, nampaknya sudah bukan jamannya lagi untuk terlalu berspekulatif hingga pencapaian suatu bentuk makrifat. Saat ini, cukuplah manusia mengenal siapa dirinya, sehingga dapat menemukan kepercayaan diri di tengah pergulatan hidup. Dengan kata lain, kita tidak lagi ingin berurusan dengan kegagalan intelektual. Kisah ”kegagalan” pencarian intelektual seperti tersebut di atas, pelajaran yang cukup berharga bagi kita saat ini, untuk tidak terperosok pada pandangan dunia yang terlalu eksistensialis, materialis, dan positivistis. Tetapi, kita juga tidak berambisi untuk terlalu berasyik-asyik dengan mistisisme yang esoterik. Kesetimbangan dalam cara berpikir, berbuat dan bersikap hidup, jalan yang paling
bijak dalam menghadapi kehidupan yang semakin kompleks. Apalagi di tengah kehidupan moderen yang bercirikan industrial seba teknologi, seperti kita rasakan saat ini. Saat ini nampaknya kita harus berhati-hati menghadapi tuntutan moderenitas. Yaitu tuntutan untuk selalu berpikir dalam kerangka rasionalitas, positivistik, dan empiristik. Dalam dunia semacam ini, kita akan dikondisikan untuk mendefinisikan dan memperhitungkan segala aktivitas hidup ini dalam ukuran kebendaan. Kita harus berhati-hati dan sadar bentul, bahwa kecenderungan modernitas, yang membawa manusia pada etos kebendaan dan semangat materialistik, tidak selamanya akan dapat menjamin manusia untuk menemukan jawaban atas kegersangan dan keterasingan dirinya. Profil modernitas dan kehidupan moderen sudah sering dilukiskan sebagai dunia yang ditandaim oleh berbagai bentuk persaingan demi mengejar keuntungan materiil. Dan dunia semacam inilah, yang justru telah melahirkan berbagai bentuk egoisme manusia, keserakahan, kebrutalan, yang pada gilirannya menjadi sumber keterasingan dan kegersangan baru bagi umat manusia. Dan inilah tantangan bagi kaum intelektual, dan terutama kaum rohaniawan, atau katakanlah kaum agamawan, untuk memberikan alternatif penjelasan intelektual secara memuaskan, mengenai bagaimana sikap hidup yang harus dipilih dalam konteks modernitas. Sebagai masyarakat dan umat beragama, kita akan dituntut untuk memberikan sarana penjelasan sekaligus pemecahan masalah, baik segi spiritual maupun intelektual. Kita membutuhkan ilmu pengetahuan ”baru”, yang tidak semata-mata bersifat ”materialistis bias”, tapi juga membutuhkan pemikiran filosofis baru, yang bukan semata-mata berasal dari Barat yang diliputi kefrustasian. Buku kecil ini, semoga dapat memberikan alternatif, dan pembuka jalan ke arah itu.
Pengantar Psikologi Al-Quran
240
239
Al-Quran : Sumber Filsafat Moderen Sikap dan filsafat hidup yang bijak dalam menghadapi tuntutan perkembangan jaman, sesungguhnya, dan ternyata dapat dipelajari Pengantar Psikologi Al-Quran
melalui pendalaman tentang kitab al-Quran. Jawaban atas pertanyaan mengenai hakekat kemanusiaan dan alam semesta, barangkali tak perlu lagi dicari di alam pemikiran filosofis masa lampau, baik yang dikembangkan oleh eksistensialisme maupun sufisme esoteris. Sebab al-Quran ternyata telah memberikan suatu bentuk filsafat masa depan, yang lebih cerah dan jalan tengah. Baik filsafat mengenai hakekat kebendaan semestawi, maupun filsafat tentang hakekat manusia. Filsafat dalam al-Quran bukanlah bentuk pemikiran filosofis yang telah pernah dikembangkan oleh para filosof muslim abad pertengahan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusd dan sebagainya. Tetapi sebuah kerangka filsafat yang bersumber justru dari dasar-dasar filosofis tentang format dan susunan al-Quran itu sendiri. Maka cukup bijaksanalah jika dalam suasana kehidupan moderen dimana Ilmu Pengetahuan dan Filsafat telah sampai pada puncak positivisme total, ada postulat bagi umat manusia untuk kembali pada al-Quran. Kembalilah pada al-Quran, baik al-Quran dalam pengertian alam dan manusia nyata, maupun al-Quran dalam pengertian kitab tertulis. Jika yang dimaksud kembali kepada al-Quran, membuka-buka dan studi lembaran-lembaran Kitab Suci, maka masih terkandung persoalan; kembali pada al-Quran yang bagaimana, dan dengan suatu kerangka metodologi semacam apa. Namun secara moril kita tetap mendukung anjuran untuk kembali kepada al-Quran. Tidaklah perlu ada keraguan bagi siapapun, untuk mempercayai bahwa kita al-Quran sumber pengetahuan dan sekaligus sarana spiritual bagi manusia untuk menjawab persoalan intelektual yang paling mendasar sekalipun. Sebab kitab al-Quran kumpulan sandisandi yang menggambarkan kondisi mikro dan makro kosmos, gambaran tentang diri manusia dan juga alam semesta. Karena itu, untuk dapat mengenali dirinya secara detail dan juga mengenali struktur kosmis semestawi, orang dapat mengkaji fenomena simbolisme al-Quran. Siapapu yang mencoba mengenali secara sungguh-sungguh kandungan al-Quran, khususnya susunan sandi tertulis di dalamnya,
akan berkesimpulan bahwa al-Quran bagaikan maket kehidupan manusia dan alam semesta. Dengan demikian, al-Quran sarana yang lebih efektif dan memuaskan bagi manusia, untuk dapat memahami diri dan alam semesta. Ini bukanlah pernyataan verbal, melainkan pernyataan yang dapat dibuktikan secara empiris. Tetapi pertama-tama harus disepakati bahwa al-Quran yang dimaksud sebuah kitab yang berisi susunan simbol-simbol tertulis, baik berupa huruf (Arab) maupun angka. Dengan kata lain, alQuran yang dimaksud al-Quran sebagaimana dipahami dan dikenal umat Islam pada umumnya, yaitu wahyu yang tertulis di atas kertas dengan bahasa sandi. Jika toh bukan Utsman sendiri yang menyusun format al-Quran, tetapi setidaknya ”Mazhab Utsmani” itulah yang memformulasikan susunan al-Quran ke dalam 30 juz, 114 surat, dan 6236 jumlah ayat. Dan formulasi susunan al-Quran Utsmaniah, itulah tercermin suatu bentuk struktur format yang sistematik dan konsisten. Dengan kata lain, format al-Quran merupakan sumber filsafat dan keilmuan yang cukup dalam, yang dari sanalah berbagai disiplin ilmu dapat diturunkan. Pengenalan terhadap keseluruhan fenomena simbolik yang tertulis dalam al-Quran, akan membawa kita pada pengenalan adanya segitiga skematik, yang secara teoritik tak terpisahkan satu sama lain, yaitu Manusia – Alam Semesta – Kitab al-Quran. Oleh karena itu, kita dapat memahami adanya proposisi bahwa tak ada satu pun fenomena dalam kehidupan, dan alam semesta ini, yang tidak disinyalir atau tidak ada sandinya di dalam kitab suci itu (al-Quran). Dari uraian dan rangkaian penjelasan yang telah disampaikan pada bab-bab buku ini, di sini dapat diajukan lagi beberapa contoh, yang mengisyaratkan adanya sumber filsafat di balik susunan kitab suci al-Quran. Misalnya, dalam susunan al-Quran, surat ke-19 Maryam, yang secara terminologis berarti masalah. Dan abjad atau huruf al-Quran yang ke-19, ghain atau ghaib (gaib). Ini berarti bahwa fenomena gaib, sebelum terpecahkan oleh manusia, akan tetap menjadi masalah. Dan kita pun tahu bahwa angka 19 angka yang unik, yang hanya bisa dibagi oleh dirinya.
Pengantar Psikologi Al-Quran
242
241
Pengantar Psikologi Al-Quran
Kata Maryam itu sendiri identik dengan Miracle, atau misteri, suatu daerah yang selalu membayangi manusia dalam hidup ini. Artinya, fenomena misterius sesuatu yang akan tetap menjadi masalah bagi manusia. Sebagai seorang pribadi, diri seorang Maryam juga akan tetap mengundang masalah (misterius) bagi manusia, khususnya tentang peristiwa kehamilan pada dirinya yang bukan karena hubungan seksual. Surat Maryam terletak pada juz ke-16. Dan orang yang berjuz 16, dapat dipastikan memiliki kelemahan laten pada perut. Apalagi, seorang wanita yang berjuz 16, dapat dipastikan ia memiliki kelemahan pada rahim, ia sangat mudah terkena radang pada bagian rahim. Format al-Quran mengidentifikasi bentuk karakter dasar manusia ke dalam 30 macam. Dan karakter eksistensial manusia itulah yang disandikan dengan juz. Fenomenologi juz, merupakan Ilmu Psikologi yang lengkap dan tak pernah meleset. Dan inilah sebenarnya sumber kekayaan keilmuan tentang manusia yang luar biasa kedalamannya. Setiap orang dapat memahami siapa dirinya; karakter dasar, kelemahan serta potensi kelebihan yang ada pada dirinya, melalui pemahaman mendalam tentang format al-Quran, yang terletak pada sistematika juz. Karena setiap orang memiliki juz di dalam al-Quran, maka seseorang perlu menemukan di mana letak dan posisi dirinya dalam al-Quran, atau carilah dan temukanlah juznya yang paling tepat di dalam kitab al-Quran. Contoh lain, kita dapat menemukan sandi tertulis di dalam alQuran, yang menggambarkan teknologi dalam kebudayaan nenek moyang kita di masa lampau. Dalam al-Quran, khususnya juz 14, berisi surat al-Hijr (batu) dan an-Nahl (lebah atau madu). Juz inilah yang merupakan sandi tentang sebuah bangunan kuno. Sebagai suatu sandi keutuhan , juz 14 menggambarkan sebuah bangunan Candi dalam kebudayaan batu. Dalam catatan arkeologis, kita mengenal bahwa batu-batu Candi ditata dengan perekat madu, ternyata begitu kuat dan kokoh selama berabad-abad. Ini suatu isyarat, bahwa meskipun nenek moyang kita tak pernah belajar al-Quran dalam pengertian tulisan dalam kertas, tetapi secara prinsipal mereka telah mengamalkan prinsip keilmuan dan teknologis.
Prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi nenek moyang kita diperoleh melalui belajar langsung tentang al-Quran dalam pengertian alam semesta. Itulah ilmu teknologi yang tersembunyi di balik lembaran al-Quran. Dalam susunan al-Quran ”Utsmani”, surat ke-13 ar-Ra’du, yang secara harfiah berarti petir atau energi. Dan filsafat al-Quran Utsmani membagi tubuh manusia ke dalam 13 titik, yang mengacu pada bagian anatomis, atau su-struktur tubuh yang menjadi kelemahan atau kelebihan. Format al-Quran Utsmaniah memberikan sinyalemen mengenai ilmu anatomi tubuh, yang berupa sandi huruf ’ain. Dan di sinilah letak penjelasan bahwa angka 13 angka misteri. Sebab, di samping mengacu pada hakekat energi yang secara esensial tak dapat dimengerti manusia, juga merupakan angka yang merujuk pada hakekat titik keberadaan manusia yang misteri itu. Dari contoh di atas, kita dapat memperoleh suatu kesan bahwa susunan atau format al-Quran sesungguhnya merupakan sumber filsafat, yang merupakan gambaran mikro dari alam semesta dan pribadi manusia. Inilah agenda riset yang cukup luas bagi para ilmuwan muslim, dan sekaligus merupakan embrio bagi munculnya suatu disiplin keilmuan baru yang diderivasi dari kitab al-Quran. Selama ini kita hampir tidak dapat menemukan jawaban tentang kesan adanya inkonsistensi dalam susunan al-Quran. Misalnya, kenapa surat yang turun terakhir, surat al-Baqarah, justru ditempatkan pada urutan ke-2 setelah surat al-Fatihah sebagai urutan pertama. Melalui pendekatan fenomenologi ini kita dapat menemukan jawaban tentang missing link yang ada dalam sejarah penyusunan al-Quran itu. Dengan pendekatan fenomenologi ini, yang mencoba mengungkap konsistensi fenomena simbolik al-Quran, baik berupa surat, ayat, juz, huruf, maupun angka sebagai kesatuan sistematik yang saling terkait, kita dapat menemukan dasar filsafat untuk dapat memahami hakekat manusia dan alam semesta. Dan melalui pendekatan ini, kita dapat memperoleh jawaban, misalnya mengapa surat al’Alaq, surat yang pertama kali turun, dalam Mushaf Utsmani tidak
Pengantar Psikologi Al-Quran
244
243
Pengantar Psikologi Al-Quran
diletakkan pada urutan pertama, melainkan justru pada urutan ke96, dan berada pada juz ke-30. Penempatan surat pada urutan tertentu ternyata mengisyaratkan adanya dasar falsafah tertentu pula, yang menjadi petunjuk dalam penyusunan al-Quran. Dengan kata lain, penyusunan al-Quran jelas didasarkan atas suatu falsafah tertentu, baik filsafat manusia, kebudayaan maupun alam semesta. Pemahaman terhadap dasar-dasar falsafah inilah yang merupakan sumber inspirasi bagi studi fenomenologi al-Quran. Pendekatan ini ternyata telah memberikan nuansa keilmuan yang jauh lebih luas, yang tak pernah dijumpai dalam hasil-hasil studi Ilmu Tafsir ayat al-Quran, yang hanya menempatkan ayat sebagai sumber informasi.
Pengantar Psikologi Al-Quran
245
LAMPIRAN 1 DAFTAR NAMA SURAT DAN JUMLAH AYAT No Surat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
246
Nama Surat Al-Fatihah Al-Baqarah Ali-Imran An-Nisaa’ Al-Maidah Al-An’am Al-A’raaf Al-Anfaal At-Taubah Yuunus Huud Yuusuf Ar-Ra’du Ibrahim Al-Hijr An-Nahl Al-Isra’ Al-Kahfi Maryam Thaahaa Al-Anbiyaa’ Al-Hajj Al-Mu’minuun An-Nuur Al-Furqaan Asy-Syu’ara
(Pembukaan) (Sapi Betina) (Keluarga Imran) (Perempuan/Wanita) (Hidangan) (Binatang Ternak) (Tinggi/Puncak) (Rampasan Perang) (Taubah) (Nabi Yunus) (Nabi Hud) (Nabi Yusuf) (Petir) (Nabi Ibrahim) (Batu) (Lebah) (Perjalanan Malam) (Gua) (Maryam) (Thaaha) (Para Nabi) (Haji) (Orang Beriman) (Cahaya) (Pembeda) (Penyair)
Jumlah Ayat 7 286 200 176 120 165 206 75 129 109 123 111 43 52 99 128 98 110 98 135 112 78 118 64 77 227
Pengantar Psikologi Al-Quran
No Surat 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Nama Surat An-Naml Al-Qashash Al-Ankabut Ar-Ruum Luqman As-Sajdah Al-Ahzaab As-Sabaa Al-Faathir Yaa-siin Ash-Shaafat Shaad Az Zumar Al-Mu’min Hm As Sajdah As-Syuuraa Az-Zukhruuf Ad-Dukhaan Al-Jaatsiyah Al-Ahqaaf Muhammad Al-Fath Al-Hujuraat Qaaf Adz-Dzaariyat Ath-Thuur An-Najm Al-Qamar Ar-Rachman Al-Waaqi’ah
Pengantar Psikologi Al-Quran
(Semut) (Cerita) (Laba-Laba) (Bangsa Rumawi) (Lukman) (Sajadah) (Bersekutu/Berkawan) (Kaum Saba/Petualang) (Pencipta) (Yasin) (Barisan-Barisan) (Shaad) (Rombongan) (Orang Beriman) (Hm As Sajdah) (Musyawarah) (Perhiasan) (Kabut) (Bertekuk Lutut) (Bukit Pasir) (Nabi Muhammad) (Kemenangan) (Berbilik-bilik) (Qaaf) (Angin Topan) (Bukit) (Bintang) (Rembulan) (Penyayang) (Hari Kehancuran)
Jumlah Ayat 93 88 69 60 34 30 73 54 45 83 182 88 75 85 54 53 89 59 37 35 38 29 18 45 60 49 62 95 78 96 247
No Surat 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 248
Nama Surat Al-Hadiid Al-Mujadalah Al-Hasyr Al-Mumtahanah As-Shaaf Al-Jumu’ah Al-Munafiqun At-Taghaabun Ath-Thalaq At-Tahrim Al-Mulk Al-Qalam Al-Haqqah Al-Ma’arij Nuuh Al-Jin Al-Muzammil Al-Mudatsir Al-Qiyaamah Al-Insaan Al-Mursalaat An-Nabaa’ An-Naazi’at ’Abasa Al-Takwiir Al-Infithaar Al-Muthafifin Al-Insyiqaaq Al-Buruuj
(Besi) (Wanita Menggugat) (Pengusiran) (Wanita Diuji) (Barisan) (Hari Jum’at) (Orang Munafik) (Tampak Kesalahan) (Talak) (Yang Diharamkan) (Kerajaan) (Pena) (Hari Kehancuran) (Tempat Tinggi) (Nabi Nuh) (Jin) (Berselimut) (Berselimut) (Hari Kebangkitan) (Manusia) (Yang Diutus) (Berita Besar) (Pencabut Nyawa) (Bermuka Masam) (Menggulung) (Terbelah) (Orang Curang) (Terbelah) (Gugusan Bintang)
Jumlah Ayat 29 22 24 13 14 11 11 18 12 12 30 52 52 44 28 28 20 56 40 31 50 40 46 42 29 16 39 25 22
Pengantar Psikologi Al-Quran
No Surat 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114
Nama Surat Ath-Thaariq Al A’laa Al-Ghasyiyah Al-Fajr Al-Balaad Asy-Syams Al-Lail Adh-Dhuhaa Alam Nasyrah At-Tiin Al-’Alaq Al-Qadar Al-Bayyinah Al-Zulzilah Al-’Aadiyaat Al-Qari’ah At-Takaatsur Al-’Ashr Al-Humazah Al-Fiil Al-Quraisy Al-Maa’uun Al-Kautsar Al-Kaafirun An-Nashr Al-Laahab Al-Ikhlaash Al-Falaq An-Naas
Pengantar Psikologi Al-Quran
(Bintang) (Paling Tinggi) (Pembalasan) (Fajar) (Negeri) (Matahari) (Malam) (Waktu Dhuha) (Yang Melapangkan) (Buah Tin) (Segumpal Darah) (Kemuliaan) (Bukti) (Kegoncangan) (Kuda Perang) (Hari Kehancuran) (Berlebih-lebihan) (Masa/Waktu) (Pengumpat) (Gajah) (Bangsa Quraisy) (Yang Berguna) (Nikmat Berlimpah) (Orang Kafir) (Pertolongan) (Gejolak Api) (Tulus/Ikhlas) (Waktu Subuh) (Manusia)
Jumlah Ayat 17 19 26 30 20 15 21 11 8 8 5 8 8 11 11 8 3 9 5 4 7 3 3 6 3 5 4 5 6 249
LAMPIRAN 2 DAFTAR NOMOR DAN NAMA SURAT SERTA NOMOR JUZ
1
Al-Fatihah
Jumlah Ayat Surat 7
2
Al-Baqarah
286
No. Surat
3
250
Nama Surat
Ali-Imran
200
4
An-Nisaa’
176
5
Al-Maidah
120
6
Al-An’am
165
7
Al-A’raaf
206
8
Al-Anfaal
75
9
At-Taubah
129
10
Yuunus
109
11
Huud
123
12
Yuusuf
Nomor Ayat 1-7 1 - 141 142 - 252 253 - 286 1 - 91 92 - 200 1 - 23 24 - 147 148 - 176 1 - 82 83 - 120 1 - 110 111 - 165 1 - 87 88 - 206 1 – 40 41 - 75 1 - 93 94 - 129 1 - 109 1-5 6 - 123 1 - 52
Nomor Juz
Jumlah Ayat Juz
1
148
2
111
3
125
4
132
5
124
6
111
7
148
8
142
9
159
10
128
11
150
12
170
Pengantar Psikologi Al-Quran
No. Nama Surat Surat
Jumlah Ayat Surat 111 43 52
13 14
Yuusuf Ar-Ra’du Ibrahim
15
Al-Hijr
99
16 17
An-Nahl Al-Isra’
128 98
18
Al-Kahfi
110
19 20 21 22 23 24
Maryam Thaahaa Al-Anbiyaa’ Al-Hajj Al-Mu’minuun An-Nuur
98 135 112 78 118 64
25
Al-Furqaan
77
26
Asy-Syu’ara
227
27
An-Naml
93
28
Al-Qashash
88
29
Al-Ankabut
69
30 31 32 33
Ar-Ruum Luqman As-Sajdah Al-Ahzaab
60 34 30 73
Pengantar Psikologi Al-Quran
Nomor Ayat 53 - 111 1 - 43 1 - 52 1 2 - 99 1 -128 1 - 98 1 - 74 75 - 110 1 – 98 1 - 135 1 – 112 1 - 78 1 - 118 1 - 64 1 - 20 21 - 77 1 - 227 1 - 59 60 - 93 1 – 88 1 - 44 45 - 69 1 – 60 1 – 34 1 – 30 1 - 30
Jumlah Nomor Ayat Juz Juz 13
No. Surat
155
Nama Surat
Jumlah Ayat Surat
34 35
Al-Ahzaab As-Sabaa Al-Faathir
54 45
36
Yaa-siin
83
14
226
37 38
Ash-Shaafat Shaad
182 88
15
185
39
Az Zumar
75
40
Al-Mu’min
85
41
Hm As Sajdah
54
42 43 44 45 46 47 48 49 50
As-Syuuraa Az-Zukhruuf Ad-Dukhaan Al-Jaatsiyah Al-Ahqaaf Muhammad Al-Fath Al-Hujuraat Qaaf
53 89 59 37 35 38 29 18 45
51
Adz-Dzaariyat
60
52 53 54 55 56 57
Ath-Thuur An-Najm Al-Qamar Ar-Rachman Al-Waaqi’ah Al-Hadid
49 62 95 78 96 29
16
269
17
190
18
202
19
343
20
166
21
179
251
252
Nomor Nomor Ayat Juz 31 – 73 1 – 54 1 – 45 1 - 21 22 – 83 1 - 182 1 – 88 1 - 31 32 - 75 1 - 85 1 - 46 47 - 54 1 - 53 1 - 89 1 - 59 1 - 37 1 - 35 1 - 38 1 - 29 1 - 18 1 - 45 1 - 30 31 - 60 1 - 49 1 - 62 1 - 60 1 - 78 1 - 96 1 - 29
Jumlah Ayat Juz
22
163
23
363
24
175
25
246
26
195
27
399
Pengantar Psikologi Al-Quran
Al-Mujadalah Al-Hasyr Al-Mumtahanah As-Shaaf Al-Jumu’ah Al-Munafiqun At-Taghaabun Ath-Thalaq At-Tahrim Al-Mulk Al-Qalam Al-Haqqah Al-Ma’arij Nuuh Al-Jin Al-Muzammil Al-Mudatsir Al-Qiyaamah Al-Insaan Al-Mursalaat An-Nabaa’ An-Naazi’at ’Abasa Al-Takwiir Al-Infithaar Al-Muthafifin Al-Insyiqaaq Al-Buruuj
Jumlah Jumlah Nomor Nomor Ayat Ayat Ayat Juz Surat Juz 22 1 - 22 24 1 - 24 13 1 - 13 14 1 - 14 28 137 11 1 - 11 11 1 - 11 18 1 - 18 12 1 - 12 12 1 - 12 30 1 - 30 52 1 - 52 52 1 - 52 44 1 - 44 28 1 - 28 29 431 28 1 - 28 20 1 - 20 56 1 - 56 40 1 - 40 31 1 - 31 50 1 - 50 40 1 - 40 46 1 - 46 42 1 - 42 29 1 - 29 16 1 - 16 39 1 - 39 25 1 - 25 22 1 - 22
Pengantar Psikologi Al-Quran
253
No. Surat 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
Nama Surat
No. Surat 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 254
Nama Surat Ath-Thaariq Al A’laa Al-Ghasyiyah Al-Fajr Al-Balaad Asy-Syams Al-Lail Adh-Dhuhaa Alam Nasyrah At-Tiin Al-’Alaq Al-Qadar Al-Bayyinah Al-Zulzilah Al-’Aadiyaat Al-Qari’ah At-Takaatsur Al-’Ashr Al-Humazah Al-Fiil Al-Quraisy Al-Maa’uun Al-Kautsar Al-Kaafirun An-Nashr Al-Laahab Al-Ikhlaash Al-Falaq An-Naas
Jumlah Jumlah Nomor Nomor Ayat Ayat Ayat Juz Surat Juz 17 1 – 17 19 1 – 19 26 1 – 26 30 1 – 30 20 1 – 20 15 1 – 15 21 1 – 21 11 1 – 11 8 1–8 8 1–8 5 1–5 8 1–8 8 1–8 11 1 – 11 30 564 11 1 – 11 8 1–8 3 1–3 9 1–9 5 1–5 4 1–4 7 1–7 3 1–3 3 1–3 6 1–6 3 1–3 5 1–5 4 1–4 5 1–5 6 1–6 Pengantar Psikologi Al-Quran
LAMPIRAN 3 DAFTAR JUZ DAN JUMLAH TANDA ’AIN
JUZ Juz – 1 Juz – 2 Juz – 3 Juz – 4 Juz – 5 Juz – 6 Juz – 7 Juz – 8 Juz – 9 Juz – 10 Juz – 11 Juz – 12 Juz – 13 Juz – 14 Juz – 15 Juz – 16 Juz – 17 Juz – 18 Juz – 19 Juz – 20 Juz – 21 Juz – 22 Juz – 23 Juz – 24 Juz – 25 Juz – 26 Pengantar Psikologi Al-Quran
Jumlah Tanda ’Ain 16 16 17 14 17 14 19 17 18 17 16 16 19 22 21 17 17 17 19 16 19 18 17 19 20 18
JUZ
Halaman Tanpa ”Ain (Hal. Ke) 2 dan 3 6 9 8 dan 12 8 5 dan 14 1 9 dan 11 2 dan 8 4 dan 7 12 2, 5, 8 1, 4, 10 7 dan 10 5 12 2
Juz – 27 Juz – 28 Juz – 29 Juz – 30
255
256
Jumlah Tanda ’Ain 20 20 22 39
Halaman Tanpa ”Ain (Hal. Ke-) 9 6
Pengantar Psikologi Al-Quran
Pengantar Psikologi Al-Quran
257