Pros 04 2 Data Set

  • Uploaded by: Rezki Arham AR
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pros 04 2 Data Set as PDF for free.

More details

  • Words: 3,120
  • Pages: 11
SINKRONISASI PROGRAM DAN PERENCANAAN LITKAJI (Oleh Dr. Achmad M. Fagi)

Pendahuluan Sinkronisasi (synchronization) berasal dari kata kerja to synchronize yang berarti mengatur kegiatan pada saat bersamaan atau membuat gerakan selaras dengan bunyi (musik) atau sebaliknya. Sinkronisasi diartikan secara bebas sebagai suatu kegiatan atau gerakan yang dilakukan secara bersamaan dan selaras dengan bunyi (musik). Sebagai contoh adalah synchronized swimming yang mempertontonkan gerakan tim perenang secara bersamaan dan harmonis serta seirama dengan suara musik yang mengiringi. Secara analogis dengan penjelasan di atas, sinkronisasi program/ perencanaan penelitian dan pengkajian dapat diartikan sebagai penyelarasan program/perencanaan penelitian dan pengkajian komoditas dengan disiplin ilmu dan antar disiplin ilmu pada berbagai potensi sumberdaya pertanian sehingga terujud sistem usaha pertanian (agribisnis) yang sesuai lingkungan biofisik dan sosialekonomi (suitable), dapat diterapkan (feasible), menguntungkan (profitable) dan diterima oleh masyarakat petani/peternak (acceptable). Jadi, sinkronisasi program/perencanaan penelitian dan pengkajian adalah instrumen kebijakan untuk mempromosi kegiatan penelitian dan pengkajian lintas komoditas dan disiplin dengan menggunakan pendekatan sistem. Instrumen kebijakan ini perlu diterapkan berdasarkan pengalaman sebelumnya, bahwa: a) keterkaitan antara program/perencanaan penelitian dan pengkajian sangat longgar, b) peneliti, pengkaji dan penyuluh menangani permasalahan petani secara sendirisendiri, c) penggunaan sumberdaya alam saling tumpang-tindih, dan d) pemanfaatan anggaran tidak efisien. Acuan utama bagi penyusunan konsep ini adalah pedoman pelaksanaan Crop and Resource Management Network (CREMNET) yang diinisiasi oleh IRRI untuk mensinkronisasikan program dan perencanaan penelitian dari berbagai departemen di IRRI, dan mengembang kannya di negara-negara penghasil padi di Asia dalam bentuk penelitian komponen teknologi dengan memperhatikan perspektif sistem usahatani. Badan Litbang Pertanian, melalui Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) berpartisipasi dalam kegiatan CREMNET dari sejak dicanangkan pada tahun 1994 sampai sekarang.

Perspektif Sinkronisasi Pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan kesejahteraan dan pengentasan masyarakat dari belenggu kemiskinan memerlukan selain kenaikan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan dan sandang, juga Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

26

kenaikan pendapatan, justru pada keadaan di mana ada persaingan antara sektor pertanian dengan sektor lain akibat dari keterbatasan sumberdaya lahan, air dan modal. Sebab itu perlu dikuantifikasi potensi dan keterbatasan sistem produksi pertanian yang ada untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang terbatas itu. Peran disiplin ilmu berbasis sumberdaya, yaitu ekologi, klimatologi, ekofisiologi, ilmu tanah dan ilmu sosial-ekonomi harus dimanfaatkan secara lebih efektif.dalam penyusunan program dan merencanakan penelitian dan pengkajian. Kerangka dasar konseptual dalam mensinkronisasikan berbagai disiplin ilmu dalam penelitian, pengkajian dan pengembangan komoditas pertanian ditunjukkan dalam Gambar 1. Daerah sasaran (propinsi, kabupaten) dipisahkan menjadi berbagai zone agroekologi (ZAE) berdasarkan karakteristik biofisik. Pada masingmasing ZAE tersebar berbagai komoditas pertanian yang tingkat prod uktivitasnya merupakan indikator dari kesesuaian lahan bagi komoditas-komoditas tersebut. Potensi interelasi antar komoditas-komoditas tersebut dalam ujud sistem usahatani (SUT) dan sistem usaha pertanian (SUP) dapat dianalisis. Peran penelitian dan pengkajian adalah dalam bentuk intervensi teknologi dan kebijakan untuk mengoptimalkan SUT dan mengkreasi SUP, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan propinsi dan ekonomi kabupaten, serta untuk meningkatkan pendapatan petani dan membuka kesempatan kerja, sehingga tercipta sistem dan usaha agribisnis yang berkelanjutan. Pendekatan ekoregional yang digunakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) pada hakekatnya adalah upaya untuk mensinkronisasikan program penelitian IARCs (International Agricultural Research Centers), seperti IRRI, ILRI, IITA, ICLARM, ICRAF, ICRISAT, IFPRI, CIAT, CYMMIT, dan sebagainya, dalam rangka optimalisasi penggunaan sumberdaya alam, pada situasi di mana bantuan dana dari donor kepada IARCs mulai berkurang. Program pembangunan pertanian dengan pendekatan ekoregional menggunakan analisis sistem. Aplikasi analisis sistem membuka peluang bagi pemecahan masalah serius yang berkenaan dengan lingkungan pada saat ini dan pada masa datang, melalui diversifikasi SUT dan SUP usaha agribisnis. Peta ZAE yang telah dibuat oleh Puslitbang Tanah dan Agroklimat (skala 1 : 250.000) dan oleh BPTP (skala 1 : 50.000) adalah dasar dari analisis berbagai alternatif pilihan optimalisasi pengelolaan dan penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Hasil analisis dapat digunakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan pembangunan wilayah, karena dalam proses analisis sistem berwawasan ekoregional aspek biofisik, teknik, sosial-ekonomi dan kebijakan pemerintah semuanya dipertimbangkan. Inisiatif ekoregional diinisiasi oleh CGIAR selain untuk mensinkronisasikan program/perencanaan penelitian dan pengembangan, juga untuk mengantisipasi pergeseran paradigma pembangunan pertanian dari fokus produksi ke fokus pendapatan petani secara berkelanjutan. Maka inisiatif ekoregional menjadikan diversifikasi dan konservasi sebagai landasan idiil, sekaligus operasional (Gambar 2). Diversifikasi dan konservasi diartikan seperti berikut:

Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

27

Gambar 1. Potensi sumberdaya alam dan tanaman sebagai landasan bagi sinkronisasi program/perencanaan penelitian dan pengkajian.

Gambar 2. Inisiatif ekoregional sebagai landasan bagi sinkronisasi program pembangunan pertanian berkelanjutan. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

28

Diversifikasi horizontal • Diversifikasi dalam satuan ruang dan waktu adalah pola'tanam, pola usahatani atau wanatani (agroforestry). • Diversifikasi agroekologi adalah ZAE yang mempunyai ciri biofisik dan sosialekonomi beragam, maka pola tanam, pola usahatani atau wanatani bervariasi antara ZAE satu dengan lainnya; hal ini juga berarti zonasi pola tanam; pola usahatani berbasis komoditas utama tertentu akan menghasilkan zonasi komoditas utama. Diversifikasi vertikal • Pemanfaatan seluruh bagian tanaman dengan teknologi pasca-panen primer untuk meningkatkan nilai tambah tanaman. • Pemanfaatan produk komoditas dengan teknologi pasca-panen sekunder menjadi produk olahan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Konservasi sumberdaya • Pengurangan tingkat erosi pada lahan kering berlereng dengan menerapkan kaedah-kaedah konservasi. • Penampungan air limpasan dalam embung (tandon air) untuk digunakan pada musim kemarau di lahan kering dan lahan tadah hujan. • Penekanan emisis metan dan peningkatan efisiensi pupuk dan pestisida pada lahan irigasi. • Pengendalian lapisan pirit pada lahan pasang-surut sulfat masam dengan tata air mikro. Dari uraian tentang perspektif sinkronisasi tersebut jelas bahwa sinkronisasi program/perencanaan penelitian dan pengkajian pola tanam, SUT atau wanatani (untuk mudahnya disebut SLIT) merupakan pokok bahasan. Pada tahap awal dari penggalangan sinkronisasi program/perencanaan dan pengkajian, fokusnya adalah penelitian dan pengkajian SUT atau Farming System Research & Trial (FSR&T). CGIAR memahami lahan pertanian secara holistik dengan memperhatikan interaksi disiplin ilmu dan komoditas dalam sistem produksi. Perhatian terhadap interaksi, tanpa harus mewujudkannya dalam bentuk SUT definitif (farming systems sensu lato) diartikan sebagai perspektif SLIT. Jadi, dalam sinkronisasi program/perencanaan penelitian dan pengkajian komoditas atau disiplin, peneliti, pengkaji dan penyuluh harus berlandaskan perspektif SUT dari daerah sasaran penelitian dan pengkajian. Sebab itu participatory rural appraisal (PRA) adalah metode yang harus digunakan oleh peneliti, pengkaji dan penyuluh untuk memahami potensi sumberdaya dan model SUT yang sesuai. Pendekatan ekoregional dan analisis sistem dapat membantu pimpinan Balai Besar, Balai Penelitian (Balit) dan BPTP, serta peneliti, pengkaji dan penyuluh dalam: (1) merumuskan program penelitian dan pengkajian secara lebih tajam dan sesuai dengan kebutuhan pengguna, (2) menyusun rencana penelitian dan pengkajian secara lebih terintegrasi, sehingga benar-benar terjadi sinkronisasi antara rencana penelitian dan pengkajian dengan pengembangan, (3) melaksanakan penelitian dan pengkajian secara lebih efektif dan efisien, dan (4) memudahkan monitoring, evaluasi dan penganggaran.

Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

29

Operasionalisasi Sinkronisasi Program dan Perencanaan Penelitian dan Pengkajian Pembentukan konsorsium Program penelitian strategis dan penelitian terapan atau pengkajian dengan perspektif SUT adalah inti dari sinkronisasi program penelitian dan pengkajian, seperti ditunjukkan dalam Gambar 3. Penelitian strategis dengan perspektif lebih panjang biasanya diselenggarakan di kebun/kandang perubahan, dapat diverifikasi/dikaji di lahan petani (penelitian terapan) dengan perspektif SUT (memperhatikan ciri biofisik dan sosial-ekonomi petani). Pengintegrasian (sinkronisasi) antara program peneiitian dan pengkajian dengan pengembangan adalah kegiatan yang berlandaskan wawasan kebijakan dari instansi terkait (Direktorat Jenderal, Badan Litbang Pertanian). Tujuan kebijakan adalah pedoman untuk memandu penyeleksian kelompok petani sasaran pada ekoregion spesifik. Pengkajian di lahan petani dengan pemahaman yang mendalam tentang potensi SUT dan pengetahuan tentang tanggap secara biologis komoditas yang ditanam terhadap alternatif komponen teknologi pada keadaan lapang, walaupun bersifat kompleks, tetapi perlu untuk mengidentifikasi kendala kebijakan dan untuk mendorong perubahan dalam wawasan dan intrumen kebijakan. .

Gambar 3. Sekilas tentang integrasi program penelitian dan pengkajian.

Reorientasi sistem penelitian dan pengkajian pertanian, agar terfokus ke pengembangan SUP memerlukan perubahan organisasi dan struktur penelitian dan pengkajian, serta insentif. Untuk itu perlu dibentuk Konsorsium Pengelolaan, Pemanfaatan Lahan dan Komoditas Pertanian, disingkat Konsorsium P2LKP. Struktur Konsorsium P2LKP Konsorsium P2LKP adalah organisasi fungsional yang diberi mandat.untuk menggalang sinkronisasi program dan perencanaan penelitian dan pengkajian dalam rangka pengembangan SUT dan SUP yang berkelanjutan dan berdaya saing. Konsorsium P2LKP berada di bawah Sekretaris Badan Litbang Pertanian, dan dipimpin oleh seorang koordinator serta dibantu oleh seorang sekretaris. Koordinator konsorsium adalah penel ti senior yang memegang jabatan fungsional minimum Ahli Peneliti Muda. Calon koordinator berasal dari Balai Besar/Balit/BPTP yang ditetapkan setelah lulus fit and proper test. Koordinator konsorsium dibantu oleh Dewan Pengarah (Steering Committee). Anggota Dewan Pengarah adalah Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

30

peneliti senior (Ahli Peneliti Utama) yang dinominasi oleh Balai Besar/Balit/BPTP. Sekretaris Konsorsium adalah calon yang menempati peringkat kedua dari hasil fit and proper test. Balai Besar, Balit dan BPTP, sebagai bagian dari struktur organisasi dan sistem penelitian dan pengkajian, mengizinkan peneliti, pengkaji dan penyuluh senior untuk berpartisipasi dalam kegiatan konsorsium. Mereka adalah peneliti atau pengkaji yang usulannya diterima untuk dimasukkan ke dalam jaringan penelitian dan pengkajian (jaringan litkaji). Konsorsium P2LKP mengkoordinasi peneliti, pengkaji dan penyuluh untuk bersama-sama melaksanakan usulan penelitian dan pengkajian yang diterima itu untuk menghasilkan inovasi teknologi dan kebijakan bagi pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Rencana penelitian, pengkajian dan pengembangannya yang diterima tercantum dalam RPTP-Balit, RPTP-BPTP dan RPTP-Balai Besar, yang satu sama lain sating terkait (terintregrasi), terutama yang menyangkut pengumpulan dan analisis data, serta pendanaan. Dana akan disediakan oleh Badan Litbang Pertanian untuk memperkuas dan memperkuat kemampuan konsorsium mewujudkan jaringan kerja (networking), dan menyelenggarakan pelatihan. Dana yang dimaksud adalah dalam bentuk konsorsium pendanaan yang berbentuk dana pokok (kegiatan administrasi) dan dana kerjasama (tercermin dalam RPTP). Prinsip konsorsium P2LKP (1) Konsorsium P2LKP merupakan bagian integral dari manajemen penelitian dan pengkajian Badan Litbang Pertanian, bukan proyek khusus, maka: a. Balai Besar, Balit dan BPTP harus menyediakan dana bagi kegiatan jaringan litkaji, b. Alokasi sumberdaya (dana, tenaga, fasilitas) harus transparan dan diatur penganggarannya oleh Bagian Perencanaan Badan Litbang Pertanian, c. Semua aktivitas jaringan litkaji harus diketahui oleh pimpinan Balai Besar, Balit dan BPTP, (2) Kehendak atau keinginan saja untuk terlibat dalam aktivitas konsorsium tidak cukup; mereka harus memiliki kemampuan keilmuan dan komitmen yang kuat agar menjadi contoh dan secara efektif mampu melaksanakan tugas, (3) Peneliti, pengkaji dan penyuluh yang terlibat dalam konsorsium harus mengembangkan agenda penelitian dan pengkajian yang realistis sesuai visi dan misi konsorsium; usulan harus disetujui oleh Dewan Pengarah. (4) Masalah sistem produksi pertanian yang dihadapi oleh paling sedikitnya 3 wilayah kerja BPTP akan mendapat prioritas penanganan, (5) Data utama (compulsory) supaya diamati dan dicatat serta dikumpulkan oleh peneliti/pengkaji/penyuluh yang terkait; mereka juga dapat mengumpulkan data tambahan (optional) untuk keperluannya sendiri. Data utama dianalisis dan dipublikasikan bersama, sedang data tambahan dianalisis dan dipublikasikan oleh peneliti/pengkaji/penyuluh yang bersangkutan,

Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

31

(6) Karena masalah yang diteliti atau dikaji mempunyai implikasi luas (nasional, propinsi), analisis data lintas kabupaten atau lintas propinsi supaya dibuat oleh kelompok kerja peneliti/pengkaji/penyuluh yang terlibat, (7) Komunikasi antara peneliti, pengkaji dan penyuluh supaya digalakkan berupa pertemuan dan kunjungan lapang secara reguler, (8) Supaya dikembangkan mekanisme untuk menyebarkan inovasi teknologi yang dihasilkan, maka kerjasama antara Balai Besar/Balit dengan BPTP tidak berakhir pada publikasi, tetapi dilanjutkan sampai inovasi teknologi diadopsi oleh petani/ peternak, (9) Dana khusus disediakan oleh Badan Litbang Pertanian (Bagian Perencanaan), untuk membeli peralatan tertentu, pelatihan dan penyelenggaraan pertemuan, lokakarya, konferensi dan simposium. Khusus (1) Orientasi ekosistem berbasis komoditas pertanian (tanaman pangan/hortikultura, tanaman perkebunan, ternak), (2) Karakterisasi biofisik dan sosial-ekonomi lengkap dari lokasi terpilih atau lokasi kunci dengan menggunakan minimum data set, (3) Sinkronisasi yang kuat antara prograri/perencanaan penelitian Balit dengan program/perencanaan pengkajian BPTP yang pelaksanaannya diwujudkan dalam jaringan litkaji, (4) Keterlibatan atau kolaborasi dengan pengguna inovasi teknologi dan dengan LSM jika memungkinkan dan wajar, (5) Diseminasi informasi dan teknologi ticlak dibatasi pada wilayah kerja BPTP yang terlibat, tetapi dapat diperluas ke wilayah kerja BPTP lain adalah mempunyai karakteristik biofisik dan sosial-ekonomi yang sebanding. Jaringan penelitian dan pengkajian Program dan perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan komoditas pertanian kaitannya dengan pembangunan ekonomi peclesaan dan ekonomi wilayah memerlukan dukungan informasi secara mendalam tentang untung-rugi penggunaan lahan pertanian dan non-pertanian dengan memperhatikan kondisi biofisik dan sosial ekonomi. Informasi tentang intervensi teknologi dan kebijakan yang diperlukan bagi pengembangan SUT dan SUP yang berdaya saing juga diperlukan. Karena berbagai kepentingan yang kontroversial dan persepsi yang berbecla, maka diperlukan instrumen untuk menentukan prioritas penelitian dan pengkajian yang diajukan oleh peneliti dari Balai Besar dan Balit, pengkaji dan penyuluh dari BPTP. 1. Nominasi teknologi Peneliti dari Balai Besar/Balit, pengkaji dan penyuluh dari BPTP dapat mengusulkan, melalui instansinya, teknologi untuk dimasukkan ke dalam jaringan jaringan litkaji.

Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

32

Penelitian atau pangkajian yang diajukan harus memenuhi kriteria seleksi, maka harus dilengkapi dengan informasi yang jelas, antara lain karakteristik biofisik dan sosial-ekonomi dari lokasi sasaran, dan profil dari mitra kerja. Koordinator konsorsium menginventarisasi semua usulan -dan informasi untuk bahan evaluasi oleh Dewan Pengarah. Dewan Pengarah bertemu sedikitnya dua kali dalam setahun (sekali per musim) untuk menilai laporan kemajuan dari pelaksanaan penelitian/pengkajian yang masuk jaringan litkaji, dan untuk menyeleksi usulan tahun berikutnya. 2. Kriteria seleksi usulan Seleksi pertama Harus sesuai dengan mandat Balai Besar/Balit/BPTP dan dengan tujuan dan sasaran pembangunan pertanian dan masalah nyata yang menghambat pengembangan SUP. Harus memenuhi standar ilmiah yang baku dengan informasi yang cukup, baik yang akan diselenggarakan di kebun/kandang percobaan maupun di lahan petani. Harus telah diteliti baik di kebun/kandang percobaan maupun di lahan petani, walaupun secara terbatas, tetapi data dan informasi yang diperoleh mantap dan terpercaya. Data yang dikumpulkan harus dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif, dan potensial secara ekonomis pada hamparan lingkungan yang diwakilinya. Harus menjamin keamanan bagi pengguna dan lingkungan, dan tersedia analisis ex-ante untuk evaluasi dampak. Harus sesuai dengan misi konsorsium, yaitu pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara efektif, efisien dan berkelanjutan agar tercapai sistem produksi yang memenuhi kritetria SUP yang berdaya saing. Seleksi kedua Teknologi yang diusulkan harus dikembangkan dari penelitian atau pengkajian yang berorientasi produktivitas dan pendapatan dan mencerminkan perspektif berkelanjutan. Teknologi yang diusulkan memenuhi sasaran jangka pendek, sambil mempertahankan potensinya untuk kebutuhan jangka panjang. Preskripsi pengukuran secara kuantitatif pada seleksi ke dua berkaitan dengan produktivitas, keberlanjutan dan kemiskinan, adalah: Produktivitas

Keberlanjutan

Kemiskinan

- Sangat produktif (3) - Sangat berlanjut (3) - Sangat aleviatif (3) - Produktif (2) - Berlanjut (2) - Aleviatif (2) - Produktivitas sedang(1) - Keberlanjutan sedang (1) - Aleviasi sedang (1)

Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

33

Seleksi ketiga Penilaian terhadap efisiensi (penggunaan air, unsur hara, pestisida, tenaga kerja) berdasarkan hasil observasi aktual oleh peneliti/pengkaji yang mengusulkan. Perhatian terhadap efisiensi mungkin terkait atau tidak terkait secara langsung dengan peran wanita dan dengan diversifikasi usahatani. Preskripsi penilaian secara kuantitatif terhadap efisiensi, peran wanita dan diversifikasi, adalah: Efisiensi

- Sangat efisien - Efisien - Efisien sedang

Perhatian terhadap beban wanita 3 2 1

- Beban rendah - Beban sedang - Beban tinggi

Diversifikasi

3 2 1

- Sangat menjanjikan 3 - Menjanjikan 2 - Menjanjikan pada 1 tingkat sedang

Jumlah usulan teknologi untuk jaringan litkaji makin sedikit setelah seleksi 1, 2 dan 3. Pada tahap awal usulan jaringan litkaji yang diakomodasi 3 - 5.

Alih Teknologi Analisis sistem Teknik analisis sistem untuk mensinkronisasikan program dan perencanaan penelitian dan pengkajian dapat dimanfaatkan dengan menggunakan model dan metode standar pada agroekosistem sasaran asal dilengkapi dengan data biofisik, sosial-ekonomi dan kelembagaan yang lengkap dan akurat. Analisis sistem yang dimaksud, adalah: Multiple Goal Linear Programming (MGLP), adalah alat bantu ampuh bagi keputusan kebijakan pengembangan. Geographical Information System (GIS), adalah integrasi semua data untuk menghasilkan teknologi spesifik lokasi untuk memvisualisasikan pengembangan wilayah; GIS perlu dibuat untuk mendapatkan jalan tengah atau kompromi sehubungan dengan berbagai tujuan pembangunan yang mungkin sating bertolak belakang, seperti ketahanan pangan, pendapatan daerah, serapan tenaga kerja dan dampak terhadap lingkungan. Decision Support System (DSS), membantu pengambilan keputusan yang taktis dan strategis di tingkat lapang. Selain itu DSS juga memudahkan pengguna untuk menggabungkan pengetahuan atau memudahkan pengguna untuk menggabungkan pengetahuan atau informasi teknik dengan konsideran ekonomi dan untuk memfasilitasi kajian resiko dan analisis ekonomi dari usaha agribisnis yang akan dikembangkan. DSS, secara khusus, dapat membantu: (a) menentukan tindakan antisipatif terbaik apabila terjadi perubahan cuaca selama musim tanam, (b) menghasilkan rekomendasi pemupukan dengan memperhatikan keseimbangan dengan hara tanah, dan (c) memilih cara yang paling tepat alih teknologi. 34 Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

Pendekatan analisis sistem memanfaatkan model simulasi tanaman, pola tanam atau SUT. Dalam model simulasi disiplin ilmu Jisiologi, agro-klimatologi, agronomi, fitopatologi, entomologi, diintegrasikan se cara kuantitatif dan berorientasi proses. Jaringan litkaji yang dirintis selama ini belum secara mendalam memanfaatkan semua instrumen komprehensif tersebut, dan masih terbatas pada verifikasi komponen teknologi dari model-model SUT pada tingkat lapang dalam skala terbatas. Pembangunan pedesaan dan wilayah tidak dapat dirancang dengan jaringan likaji demikian. Pelatihan profesional tim jaringan litkaji Pembangunan pertanian bersifat dinamis dan desentralistis. Penelitian, pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian juga mengikuti dinamika pembangunan pertanian yang desentralistis itu, maka BPTP didirikan. Penanganan masalah yang clihadapi dalam pembangunan pertanian tidak dapat ditangani hanya oleh seorang spesialis yang terlatih. Untuk itu diperlukan satu tim peneliti-pengkaji-penyuluh lintas disiplin ketika menghadapi isu yang kompleks, seperti pembangunan pertanian yang berkelanjutan, kompetisi dalam pasar global dan pengentasan kemiskinan. Melalui pelatihan profesional, tim peneliti-pengkaji-penyuluh mendapat kesempatan untuk memperoleh, membangun dan mempraktekkan kemampuan yang diperlukan dalam membentuk tim kerja yang efektif dan memperluas horizon. Beberapa pokok pikiran, tujuan dan topik bahasan yang diprogramkan dalam pelatihan untuk tahun 2005-2009, adalah: Sistem kerja dalam tim lintas disiplin dan lintas institusi, Pemahaman pemikiran dan analisis sistem, Penempatan penelitian dan pengkajian dalam konteks pembangunan pertanian, Identifikasi kepentingan mitra kerja (stakholder atau pengguna teknologi, Pengarahan dan perencanaan penelitian dan pengkajian untuk kepentingan mitra kerja, Analisis masalah dari perspektif ekologi dan sosial-ekonomi, Proses perumusan program penelitian dan pengkajian lintas disiplin, Penggunaan metode penelitian dan pengkajian partisipatif, Penyusunan skenario penelitian, pengkajian dan pengembangan ke depan, Strategi penyeleksian penelitian, pengkajian dan pengembangan, Penetapan prioritas penelitian dan pengkajian, Penelisan dan presentasi laporan tim lintas disiplin, Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi

Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

35

Ringkasan (Butir-butir Kunci Penutup) Masalah Permintaan produk pertanian terus meningkat, sementara kemampuan penyediaan terbatas, Persaingan antara sektor pertanian dan sektor lain makin ketat, karena sumberclaya alam terbatas, Jaringan litkaji selama ini belum memfokuskan penanganan masalah secara komprehensif, Instrumen menuju s'inkronisasi penelitian dan pengkajian belum digunaka. Konsorsium P 2LKP Beranggotakan peneliti, pengkaji dan penyuluh senior yang berasal dari Balai Besar, Balit, dan BPTP, Mempunyai mandat untuk menggalang integrasi pemikiran, menggalang sinkronisasi program dan perencanaan penelitian dan pengkajian, dan menginisiasi pelatihan profesional. Alih kemampuan Model dan metode standar diarahkan dan disesuaikan dengan situasi lokasi sasaran, Alih kemampuan dilakukan melalui pelatihan, pertemuan, lokakarya, seminar, simposium, Pusat-Pusat Penelitian dan Pengembangan mulai mengembangkan kemampuan merumuskan program dan merancang penelitian dan pengkajian yang berwawasan sistem. Instrumen lnstrumen analisis sistem: Modelling tanaman, tanah, hama/penyakit, Decision Support System (DSS), Expert System (ES), Geographical Information System (GIS). Multiple Goal Linear Programming (MGLP) • Manfaat pendekatan sistem meningkatkan efektivitas dan efisiensi penelitian dan pengkajian, membantu operasionalisasi penelitian/pengkajian lintas disiplin dan lintas komoditas untuk mewujudkan SUT dan SUP yang berdaya saing, menyediakan instrumen bagi perumusan program dan perencanaan penelitian, pengkajian dan pengembangan, mewujudkan desentralisasi penelitian dan pengkajian secara lebih mantap. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

36

Related Documents

Pros 04 2 Data Set
June 2020 17
Pros
June 2020 10
Set 04 Book 04
November 2019 9
Data Set
August 2019 25
04 2 Promo Set Out
June 2020 9
Pros Pact Us 2
June 2020 5

More Documents from ""