PROPOSAL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN POST STROKE DEPRESSION (PSD) DI RSU MITRA MEDIKA TANJUNG MULIA MEDAN 2019
OLEH : TAFRINA REKSONITA PURBA 170204127
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2019
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal ini telah dibimbing dan diperiksa oleh kedua pembimbing dan layak untuk dipresentasikan di dalam seminar proposal
Medan, Februari 2019
Pembimbing I
(Ns. Amila, M.Kep, Sp.Kep. MB)
Pembimbing II
(Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep,
M.Kep)
Disetujui Oleh Program Studi Ners Fakultas Farmasi & Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Ketua
(Ns. Rinco Siregar, S. Kep, MNS)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Post Stroke Depression (PSD) Di RSU Mitra Medika Tanjung Mulia Medan’’. Proposal ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana keperawatan di program studi llmu keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2018.
Proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak dan ibu: 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan. 2. Dr. Ivan Elisabeth, SP, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia. 3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia. 4. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia. 5. Ns. Amila, M.Kep, Sp.Kep, MB selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu utuk membimbing, membantu dan memberikan banyak arahan serta masukan kepada penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep, M.Kep, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan memberikan banyak arahan serta masukan kepada penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan baik. 7. Seluruh staf pengajar Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah membantu penulis dalam penyusunan.
8. Teristimewa kepada orang tua tercinta, Ayahanda R. Purba dan Ibunda N. Nababan yang telah banyak memberikan semangat, doa restu dan kasih sayang baik berupa moral, moril maupun material kepada penulis. 9. Saudara-saudara penulis yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama penyusunan proposal. 10. Teman-teman seperjuangan seluruh mahasiswa PSIK-B tingkat akhir yang telah berjuang bersama-sama dan saling mendukung dengan penulis dalam menyelesaikan proposal ini. 11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam bidang keperawatan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Februari 2019 Penulis
(Tafrina Reksonita Purba)
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................................................i DAFTAR ISI .............................................................................................................iii DAFTAR SKEMA ...................................................................................................v DAFTAR TABEL ....................................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................5 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................5 1. Tujuan Umum ..................................................................................5 2. Tujuan Khusus .................................................................................5 D. Manfaat Penelitian .................................................................................6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Stroke ....................................................................................................7 1. Pengertian Stroke ............................................................................7 2. Jenis stroke ......................................................................................7 3. Faktor-Faktor Risiko ......................................................................8 4. Gejala Stroke ...................................................................................10 5. Pencegahan Stroke ..........................................................................11 6. Komplikasi ......................................................................................12 B. Post Stroke 1. Pengertian Post Stroke ....................................................................14 2. Gejala Post Stroke ...........................................................................14 3. Penanganan Post Stroke ..................................................................15 4. Komplikasi Post Stroke ..................................................................15 5. Dampak Post Stroke ........................................................................15 C. Konsep Post Stroke Depression ............................................................16 1. Pengertian Post Stroke Depression .................................................16 2. Gejala Kinis.....................................................................................16 3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan PSD ............................18 4. Dampak Terhadap Penyembuhan....................................................21 5. Penanganan Post Stroke Depression................................................22 6. Tinjauan Faktor PSD.......................................................................22 D. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................25 E. Hipotesis Penelitian ...............................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...................................................................................27 B. Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................27 1. Waktu Penelitian .............................................................................27 2. Tempat Penelitian ...........................................................................27 C. Populasi dan sampel ..............................................................................27 1. Populasi ...........................................................................................27 2. Sampel .............................................................................................28 D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................28 E. Defenisi Operasional .............................................................................29 F. Aspek Pengukuran ................................................................................31 G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data ..................................................32 H. Etika Penelitian ....................................................................................33 I. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data .........................................35 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA
HALAMAN
Skema 2. 1 Kerangka Konsep
25
DAFTAR TABEL
HALAMAN Tabel
3. 1
Defenisi Operasional .....................................................................29
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Surat Izin Survei Awal dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 2
: Surat Balasan Survei Awal dari RSU Mitra Medika Tanjung Mulia Medan
Lampiran 3
: Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4
: Lembar Kuesioner
Lampiran 5
: Lembar Konsultasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang paling menakutkan karena dapat berakibat fatal baik kematian atau disabilitas jangka panjang. Berdasarkan data World Health Association pada tahun 2013, stroke menduduki urutan kedua penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik. Terdapat sekitar 15 juta orang menderita stroke di dunia setiap tahun. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen (Mardhiah, Nurleli, & Hermansyah, 2015).
Menurut American Heart Association pada tahun 2010 jumlah penderita stroke diseluruh dunia yang berusia dibawah 45 tahun terus meningkat. Pada konferensi ahli saraf internasional di Inggris dilaporkan bahwa terdapat lebih 1000 penderita stroke berusia kurang dari 30 tahun. WHO memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Alchuriyah & Wahjuni, 2016).
Di Indonesia prevalensi stroke berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun mengalami peningkatan dari 7% populasi jumlah dari populasi pada tahun 2013 menjadi 10% dari jumlah populasi pada tahun 2018. Di Sumatera Utara dari 10,3% pada tahun 2013 menjadi 6,5% dari jumlah populasi pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Sekitar 50 persen di dunia pasien post stroke mengalami kehilangan fungsi alat gerak partial maupun komplit, 30 % tidak mampu berjalan tanpa bantuan,
46%
mengalami
gangguan
1
kognitif,
26%
mengalami
ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, 35% mengalami gejala depresi dan 19% afasia (Go.et al., 2014). Dampak penyakit stroke tersebut menyebabkan keterbatasan fisik kecacatan serta depresi pada seseorang sehingga
mengalami
ketergantungan
pada
orang lain,
membutuhkan bantuan secara berkesinambungan, penyakit stroke juga dapat memperburuk kehilangan daya ingat dan konsentrasi dan terjadi perubahan perilaku. (Tatali, Katuuk, & Kundre, 2018).
Depresi merupakan komplikasi psikiatrik post stroke yang paling sering terjadi, prevalensinya bervariasi 20%-65% penderita, tapi cenderung kurang diperhatikan. Baik tenaga medis maupun keluarga sering beranggapan bahwa depresi merupakan reaksi yang wajar terhadap bermacam-macam gangguan fisik dan fungsional yang dialami akibat stroke (Munir, Nasution, & Purnamasari, 2016).
Post Stroke Depression (PSD) adalah gangguan afek (mood) yang menahan dan mencakup gambaran afek (mood) depresif atau hilangnya minat atau rasa senang di dalam semua atau hampir semua aktivitas kehidupan sehari-hari dan waktu senggang yang biasa dilakukannya. Kadangkala seseorang yang mengalami depresi neurotik itu pada waktuwaktu tetentu (beberapa hari sampai beberapa minggu) terbebas dari gangguan tersebut (periode normal), namun kemudian sesudah itu gangguan afektif tadi akan muncul kembali (Hawari, 2016).
Prevalensi post stroke depression sangat bervariasi, yaitu sekitar 20%-65% tergantung dari cara seleksi penderita, kriteria diagnosis dan rentang waktu setelah stroke. Dari seluruh penderita di dunia post stroke yang mengalami depresi 20% diantaranya mengalami depresi pada 1-2 bulan pertama setelah stroke sekitar 10%-20% penderita baru mengalami depresi beberapa waktu kemudian setelah 2 bulan sampai dengan 2 tahun setelah stroke. Saat ini, gangguan depresi pada pasien stroke kurang dipahami sehingga banyak kasus depresi pada pasien stroke tidak dikenali dan pada
akhirnya tidak mendapatkan penanganan. Depresi pada pasien stroke dapat terjadi sebagai akibat langsung dari proses infark otak atau dapat terjadi sebagai reaksi akibat cacat atau ketidakberdayaan yang disebabkan oleh stroke (Munir et al., 2016).
Penangan post stroke depression beberapa bukti telah menunjukkan bahwa treatment antidepresen dapat meningkatkan penurunan depresi namun belum mampu menghasilkan kesembuhan klinis secara penuh. Metode penyembuhan stroke antara lain metode konvensional umumnya dengan pemeberian obat yang merupakan penanganan yang paling lazim diberikan selama perawatan di rumah sakit maupun setelahnya obat apa yang diberikan tergantung dari jenis iskemik atau hemoragik. Kelompok obat yang paling populer untuk menangani stroke adalah antitrombotik, trombolotik, neuroprotektif, antiansietas dan antidepresan. Tindakan untuk metode operatif, ini bertujuan untuk memperbaiki pembuluh darah yang cacat sehingga diharapkan mampu meningkatkan peluang hidup pasien (Jayati & Hadjam, 2015).
Penyebab pasti post stroke depression belum diketahui, namun sejumlah peneliti menyatakan bahwa lokasi lesi diotak memegang peranan penting. Menurut penelitian Bagaskoro & Dwi (2017) bahwasanya tidak ada hasil yang bermakna yang berarti tidak ada perbedaan tingkat post stroke depression yang bermakna antar lesi stroke non-hemoragik pada hemisfer kiri maupun hemisfer kanan dengan hasil signifikan (p=0,387). Hal ini didukung oleh penelitian Wibowo (2016) dengan kejadian depresi pada pasien post stroke di Ruang Rehabilitasi Medik RSUP Dr Kairadi Semarang. Menurut penelitian Dewi (2016) adanya korelasi antara tingkat ketergantungan ADL dengan post stroke depression.
Menurut penelitian yang dilakukan Nuralita (2012) ada beberapa faktor pada post stroke depression umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, perkerjaan, status perkawinan. Sedangkan menurut Munir et al., (2016)
usia adalah determinan yang mempengaruhi post stroke depression. Penelitian yang dilakukan oleh Hayulita & Sari (2014) mengemukakan bahwa depresi pada pasien stroke bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan, usia, penyakit penyerta, lama menderita stroke, dukungan keluarga, kemampuan fungsi kognitif, kemampuan fungsional dengan kejadian post stroke depression.
Berdasarkan rangkuman hasil penelitian berada di RSU Mitra Medika Tanjung Mulia Medan ada 6 faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian post stroke depression yaitu usia, jenis kelamin, marital dan gangguan fungsional Activity Daily Living (ADL) lama menderita dan penyakit penyerta.
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan ke RSU Mitra Medika Tanjung Mulai Medan didapatkan informasi data yang diperoleh dari Sub Bagian Rekam Medik pada bulan oktober 2018 jumlah pasien rawat jalan post stroke jumlah pasien 41 orang, bulan november 2018 jumlah 65 orang post stroke dan pada desember 2018 jumlah pasien 51 orang. Jumlah kunjungan dalam bulan oktober 53 kunjungan, bulan november 94 kunjungan dan desember 75 kunjungan. Hasil wawancara dengan 5 orang pasien post stroke 3 diantaranya adalah laki-laki dan 2 diantaranya adalah perempuan, mereka mengatakan datang berobat ke rumah sakit rutin untuk melakukan kontrol pasien mengatakan kunjungan mulai dari jam 08:0010.00 dan 15.00-17.00 pasien mengatakan tindakan yang dilakukan di poli bisanya TTV, injeksi, pemeriksaan fisik, kontrol obat. 2 orang dari hasil wawancara mengatakan perasaan sudah biasa dalam melihat kondisinya yang sekarang dan mencoba menyesuaikan dan menerima keadaan setelah stroke dan dapat beraktivitas mandiri. 3 orangnya lagi mengatakan masih ada perasaan syok, penolakan, marah, sedih, rasa bersalah dan untuk melakukan aktivitas sehari-hari masih dibantu oleh keluarganya. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-
faktor yang berhubungan dengan post stroke depression di RSU Mitra Medika Tanjung Mulia Medan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah adalah “apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian post stroke depression?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian post stroke depression di RSU Mitra Medika Tanjung Mulia Medan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan faktor usia dengan kejadian post stroke depression. b. Mengetahui hubungan faktor jenis kelamin dengan kejadian post stroke depression. c. Mengetahui hubungan faktor status pernikahan dengan kejadian post stroke depression. d. Mengetahui hubungan faktor tingkat ketergantungan ADL dengan kejadian post stroke depression. e. Mengetahui hubungan faktor lama menderita dengan kejadian post stroke depression. f. Mengetahui hubungan faktor penyakit penyerta dengan kejadian post stroke depression.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden Hasil dari penelitian ini sebagai bahan informasi, menambah wawasan dan pengalaman bagi pasien post stroke dan memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian post stroke depression.
2. Bagi Lokasi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi tambahan informasi dalam memberikan pelayanan yang baik serta prima memberikan motivasi kepada pasien post stroke depression.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan atau pengetahuan dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian depression.
post stroke
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Stroke 1. Pengertian Stroke Stroke atau Cerebro Vaskular Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu, yang dapat mengakibatkan kematian dan penyebab utama kecacatan (Alchuriyah & Wahjuni, 2016).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologi) akibat terhambatnya aliran darah keotak. Secara sederhana stroke akut dapat didefenisikan sebagai penyakit otak akibat terjadinya suplai darah keotak karena sumbatan (stroke iskemik) atau pendarahan stroke hemoragik (Junaidi, 2015).
2. Jenis Stroke Dua jenis stroke yang dihasilkan dari penyakit ini adalah stroke iskemik dan hemoragik (Haryono & Utami, 2019).
a. Stroke Iskemik Stroke iskemik atau stroke penyumbatan disebabkan oleh oklusi cepat dan mendadak pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu. Jaringan otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60 sampai 90 detik akan menurun fungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti aterisklerosis menyebabkan iskemia pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron sekitarnya akibat proses hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli di daerah yang terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam sistem
7
peredaran darah yang biasa terjadi di dalam jantung atau sebagai komplikasi dari fibrilisasi atirium yang terlepas dan masuk ke sirkulasi darah otak, dapat pula menggangu sistem sirkulasi otak.
b. Stroke Hemoragik Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah yang disertai ekstravasasi darah ke parenkim otak akibat penyebab notraumatis. Stroke perdarahan sering terjadi pada pembuluh darah yang melemah. Penyebab kelemahan pembuluh darah tersering pada stroke adalah Aneurisma Malaformasi Arteriovenosus (AVM). Ekstravasasi darah ke parenkim otak ini berpotensi merusak jaringan sekitar melalui kompresi jaringan akibat dari perluasan hematoma.
3. Faktor- Faktor Risiko Faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (Sunaryati, 2014). 1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi a. Usia Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa usia semakin tua semakin besar pula risiko terkena stroke.
b. Jenis Kelamin Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibanding perempuan. Hal ini mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh.
c. Herediter Terkait dengan riwayat stroke di keluarga, orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki risiko yang lebih besar
untuk terkena penyakit stroke dibanding orang yang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
2. Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi Yaitu: a. Hipertensi Orang yang tekanan darah tingginya mempunyai peluang besar untuk mengalami stroke. Bahkan, ini merupakan penyebab terbesar dari stroke. Alasannya dalam hipertensi dapat terganggu aliran darah tubuh yaitu diameter pembuluh darah kelak akan mengecil sehingga darah yang mengalir keotak pun akan berkurang. Dengan pengurangan aliran darah ke otak (ADO), maka otak akan kekurangan suplai oksigen dan glukosa sehingga jaringan otak lama-lama akan mati.
b. Penyakit Jantung Penyakit jantung, seperti jantung koroner dan infark miokard (kematian otot jantung, bisa menjadi faktor terbesar penyebab stroke. Seperti kita ketahui bahwa pusat dari aliran darah di tubuh terletak di jantung. Jika pusat pengaturan darah mengalami kerusakan, maka aliran darah dalam tubuh mengalami gangguan, termasuk aliran darah menuju otak. Gangguan aliran itu bisa mematikan jaringan otak secara mendadak ataupun bertahap.
c. Diabetes Mellitus Diabetes mellitus atau kencing manis memiliki risiko mengalami stroke. Hal ini terkait dengan pembuluh darah penderita diabetes yang umumnya menjadi lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian otak.
d. Hiperkolesterolemia Hiperkolestrerolemia
merupakan
keadaan
ketika
kadar
kolesterol di dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah, yang lama kelamaan akan semakin banyak dan menumpuk sehingga mengganggu aliran darah.
e. Obesitas Kegemukan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Hal tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan obesitas, yaitu bisanya kadar LDL lebih tinggi dibanding kadar HDL.
f. Merokok Dari hasil berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok. peningkatan kadar fibrinogen
ini dapat mempermudah terjadinya
penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Dengan demikian, dapat menyebakan gangguan aliran darah.
4. Gejala Stroke Ada beberapa tanda dan gejala timbulnya stroke (Sunaryati, 2014) yaitu: 1. Gejala Sementara a. Sakit kepala secara tiba-tiba, pusing, bingung. b. Penglihatan kabur atau kehilangan ketajaman penglihatan pada satu atau kedua mata. c. Kehilangan keseimbangan, lemah. d. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh.
2. Gejala Ringan a. Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara. b. Kelemahan /kelumpuhan tangan atau kaki. c. Bicara tidak jelas.
3. Gejala Berat a. Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara. b. Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran). c. Kelemahan /kelumpuhan tanag /kaki. d. Bicara tidak jelas /hilanganya kemampuan bicara. e. Sukar menelan. f. Kehilangan control terhadap pengeluaran air seni dan feses. g. Kehilangan daya ingat dan konsentrasi. h. Terjadi perubahan perilaku misalnya: bicara tidak menentu, mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil, dan sebagainya. Gejala stroke akut yaitu adanya serangan defisit neurologis fokal, berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Mulut tidak simetris, gangguan menelan, bicara tidak jelas, sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata tepat. Tidak mampu membaca, mengenali atau merasakan bagian tubuhnya. Kehilangan kesimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik, sempoyongan atau terjatuh. Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri (Junaidi, 2015).
5. Pencegahan Stroke 1. Pola Makan Seimbang Hindari makanan yang terlalu manis karena dapat menaikkan kadar gula darah yang berarti berisiko tinggi bagi penderita diabetes mellitus. Demikian juga dengan mengomsumsi garam yang tidak terkendali. Makanan yang kecut/asam perlu diwaspadai karena dapat meningkatkan keasaman dalam darah. Darah yang semakin
asam semakin kental. Jika darah kental maka aliran dalam pembuluh darah terganggu yang beresiko terhadap terjadinya stroke.
2. Olahraga Teratur Fungsi olahraga dalam mencegah stroke yaitu: a. Membakar lemak sehingga dapat menurunkan kolesterol penyumbat aliran darah. b. Meningkatkan kinerja dan kekuatan jantung sehingga pompa darah ke otak berjalan lancar. c. Gerak yang seimbang melancarkan pasokan darah keseluruh organ d. Membuang kotoran tubuh melalui keringat.
3. Istirahat Yang Cukup Pada saat istirahat banyak hal positif yang banyak terjadi didalam tubuh kita. Urat saraf yang mengendur, perbaikan sel-sel yang rusak, memberi istirahat bagi sebagian organ tubuh, proses detoksifikasi (menghilangkan racun), dan lain sebagainya. Selama tidur
terjadi
proses-proses
pemulihan
yang
bermanfaat
mengendalikan kondisi seseorang pada keadaan semula. Dengan begitu, kondisi tubuh yang awalnya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali. Jika proses ini terhambat, organ tubuh tidak bisa bekerja secara maksimal. Akibatnya orang yang kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi (Sunaryati, 2014).
6. Komplikasi 1. Fase Akut a. Hipoksia Serebral Dan Menurunnya Aliran Darah Otak Pada area otak yang infark atau terjadi kerusakan karena pendarahan maka terjadi gangguan perfusi jaringan akibat
terhambatnya aliran darah keotak. Tidak adekuatnya aliran darah dan oksigen mengakibatkan hipoksia jaringan otak. Fungsi dari otak akan sangat terganggu pada derajat kerusakan dan lokasinya. Aliran darah ke otak sangat tergantung pada tekanan darah, fungsi jantung, atau kardiak output, keutuhan pembuluh darah. Sehingga pada pasien stroke keadekuatan aliran darah sangat dibutuhkan untuk menjamin perfusi jaringan yang baik untuk menghindari terjadinya hipoksia serebral.
b. Edema Serebri Merupakan respon fisiologis terhadap adanya rasa trauma jaringan. Edema terjadi jika pada area yang mengalami hipoksia atau iskemik maka tubuh akan meningkatkan aliran darah pada lokasi tersebut dengan cara vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan sehingga cairan intersteil akan berpindah ke ekstraselluler sehingga terjadi edema jaringan otak.
c. Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) Bertambahnya massa pada otak seperti adanya pendarahan atau edema otak akan meningkat tekanan intrakranial yang ditandai dengan adanya defisit neurologi seperti adanya gangguan motorik,
sensorik,
Peningkatan
nyeri
tekanan
kepala,
intrakranial
gangguan yang
kesadaran.
tinggi
dapat
mengakibatkan herniasi serebral yang dapat mengancam kehidupan
d. Aspitasi Pasien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma sangat rentan terhadap adanya aspirasi karena tidak adanya refleks batuk dan menelan.
2.
Komplikasi Pada Masa Pemulihan Atau Lanjut a. Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan
biasanya
terjadi
akibat
imobilisasi
seperti
pneumonia, dekubitus, kontraktur, atropi, inkonteninsia urin dan bowel b. Kejang terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktivitas listrik otak. c. Malnutrisi karena intake yang adekuat (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2014).
B. Post Stroke 1. Pengertian Post Stroke Post Stroke adalah kondisi darurat yang telah berlalu dan pasien sudah stabil, masih terdapat beberapa dampak yang mungkin muncul. Gejala jangka pendek sering dibarengi dengan konsekuensi gejala jangka panjang. Ketika mengalami gejala stroke seperti berkurangnya daya penglihatan, tubuh lemah, hilangnya tanggapan terhadap rangsangan, atau kebingungan, setelah keluar dari rumah sakit pasien masih mungkin mengalami cacat jangka panjang dengan gejala yang serupa (Amir, 2016).
2. Gejala Post Stroke Berdasarkan patogenesisnya stroke dimulai saat terbentuknya lesi patologik sampai saat lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi otak disini akibat adanya lesi pada otak. Lesi ini umumnya mengalami pemulihan sampai akhir terdapat lesi yang menetap. Fungsi otak adalah sebagai kontrol dari setiap anggota gerak manusia maka rusaknya otak menyebabkan hilangkanya fungsi otak itu sendiri kerusakan sel-sel otak post stroke menyebabkan kecacatan fungsi kognitif, sensorik maupun motorik sehingga menghambat kemampuan fungsional
mulai dari
aktivitas gerak hingga berkomunikasi dengan orang sekitar secara normal (Bariroh, 2016).
3. Penanganan Post Stroke Rehabilitasi atau terapi post stroke yang bertujuan untuk membantu pasien stroke mempelajari kembali kemampuan atau keterampilan yang hilang dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Jenis dan derajat penurunan kemampuan yang dialami oleh pasein post stroke bisa saja berbeda-beda. Terapi post stroke yang dilakukan pun pasti tidak sama dan harus sesuai dengan anjuran dokter atau terapi post stroke diantaranya terapi memori, terapi gerakan dan terapi bicara durasi terapi post stroke sangat bergantung pada tingkat keparahan dan komplikasi stroke, serta respon pasien terhadap terapi (Bariroh, 2016)
4. Komplikasi Post Stroke Secara umum kejadian komplikasi post stroke seperti penyakit radang paru ataupun stroke ulangan, akan mengurangi usia harapan hidup hingga dua tahun. Sementara itu pada pasien stroke yang tidak terkena komplikasi, harapan hidupnya bisa tiga sampai tiga hingga lima tahun. Sebanyak 34 persen mengalami komplikasi penyakit dalam jangka empat minggu post stroke. Komplikasi ini misalnya stroke yang memburuk, pneumonia (radang paru), infeksi saluran kemih, kejang dan serangan jantung (Alchuriyah & Wahjuni, 2016).
5. Dampak post stroke Dampak yang dapat ditimbulkan post stroke adalah kelumpuhan dan kecacatan, gangguan berkomunikasi, gangguan emosi, nyeri, gangguan tidur, depresi dan disfagia. Post stroke terserang akan membuat tingkat ketergantungan
seseorang
terhadap
orang
lain
menjadi
semakin
meningkat, sehingga orang tidak mandiri dalam melakukan aktivitas sehrai-hari. Tidak hanya mengalami kecacatn pasien stroke juga cenderung mengalami depresi. Dalam hal ini, peranan dan dukungan dari orang sekitar terutama keluarga sangat diperlukan utuk mempengaruhi orang tersebut untuk tidak depresi (Karunia, 2016).
C. Post Stroke Depression 1. Pengertian Post Stroke Depression Depresi adalah suatu gangguan mood yang bersifat searah (unipolar), yaitu berupa suatu emosi yang meresap dan menetap berupa perasaan tertekan, yang dalam kondisi ekstrim, sangat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap dunia (Ikawati & Anugroho, 2018).
Post Stroke Depression (PSD) adalah depresi yang timbul setelah seseorang menderita stroke. Waktu terjadinya PSD bervariasi, sebagian besar terjadi dalam 1-2 bulan pertama dan sebagian kecil lainnya baru terjadi antara bulan-2 hingga tahun ke-2. Kebanyakan kasus depresi dapat berlangsung hingga 6-12 bulan, namun sebagian kecil penderita tetap mengalami depresi hingga 24 bulan atau lebih post stroke (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015) .
Post Stroke Depression adalah gangguan afek (mood) yang menahun dan mencakup gambaran afek (mood) depresif atau hilangnya minat atau rasa senang di dalam semua atau hampir semua aktivitas kehidupan sehari-hari dan waktu senggang yang biasa dilakukannya. Kadang-kala seseorang yang mengalami depresi neurotik itu pada waktu-waktu tertentu (beberapa hari sampai beberapa minggu) terbebas dari gangguan tersebut (periode normal), namun kemudian sesudah itu gangguan afektif tadi akan muncul kembali (Hawari, 2016).
2. Gejala Klinis Berdasarkan diagnostic and statistic manual IV (DSM-IV), gejala depresi adalah sebagai berikut (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015): 1. Mood depresi pada sepanjang hari. 2. Berkurangnya minat atau kesenangan dalam beraktivitas. 3. Menurunnya berat badan yang signifikan tanpa perubahan diet. 4. Insomnia. 5. Hipersomnia.
6. Agitasi atau kemunduran psikomotor. 7. Lelah atau kehilangan tenaga. 8. Perasaan tidak berharga atau merasa bersalah. 9. Berkurangnya kemampuan untuk berfikir atau berkonsentrasi. 10. Pikiran yang berulang tentang kematian atau ide bunuh diri berulang. Kriteria
depresi minor yaitu jika didapatkan 2-4 gejala depresi
termasuk mood depresi atau berkurangnya minat. Sedangkan kriteria depresi mayor jika didapatkan mood depresi selama minimal 2 minggu ditambah dengan >4 gejala lainnya. Lamanya PSD mayor dapat berlangsung hingga 1 tahun, sementara depresi minor dapat berlangsung selama bertahun –tahun. Tingkatan depresi ada 3 berdasarkan gejala-gejalanya (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2014) 1. Depresi Ringan Gejalanya kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah) yang nyata sesudah kerja sedikit saja dalam menurunnya aktivitas, konsentrasi dan perhatian yang kurang, harga diri dan percaya diri yang kurang, lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu dan hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
2. Depresi Sedang Kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah, rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja dan menurunnya aktivitas, konsentrasi dan perhatian yang kurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimis. Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum selama 2 minggu dan mengadaptasikan kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan rumah tangga.
dan urusan
3. Depresi Berat Mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah) yang nyata sesudah kerja sedikit saja dan menurunnya aktivitas, konsentrasi dan perhatian yang kurang dan gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.
3. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan PSD Penyebab post stroke depression (PSD) merupakan kombinasi kompleks antara faktor kepribadian dan social pra-stroke dengan reaksi psikologik terhadap gangguan fisik dan hambatan sosial post stroke. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor risiko terjadinya PSD pada penderita stroke, antara lain: a. Usia Menurut Amir (2005), depresi lebih sering terjadi pada usia muda dengan umur rata-rata awitan antara 20-40 tahun. Walaupun demikian, depresi juga dapat terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Sedangkan menurut Glemcevski et al (2002) menyatakan bahwa umur usia lanjut sebagai faktor risiko terjadinya depresi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitiannya terhadap 80 pasien stroke dengan umur rata-rata 58 (SD ± 12.5) tahun. Depresi paska stroke di usia lanjut mungkin memiliki hubungan biologi dasar dengan berkurangnya neurotransmitter yang berkaitan dengan mood dan emosi. Penelitian lain Farrel (2004) menyatakan bahwa depresi cenderung lebih kronis di pasien yang lebih tua dibandingkan dengan orang dewasa muda.
Semakin muda usia penderita stroke, maka kecenderungan mengalami depresi semakin besar. Burvill, dkk. Mendapatkan persentase pria yang mengalami depresi lebih tinggi pada usia 60 tahun dibandingkan dengan >60 tahun (48% vs 20%), sementara pada wanita justru terjadi sebaliknya (23% vs 31%) (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015). depresi.
b. Jenis Kelamin Jenis kelamin wanita lebih sering menderita PSD di bandingkan pria (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015). Jenis kelamin (gender) juga memegang peranan peting didalam risiko untuk terjadinya stroke. Dilaporkan laki-laki memiliki risiko stroke lebih tinggi dibandingkan perempuan tetapi oleh karena usia rata-rata perempuan lebih panjang maka suatu tingkat usia tertentu jumlah perempuan mengalami serangan stroke lebih banyak dari laki-laki. Prevalensi selama kehidupan, pada wanita 10%-25% dan pada lakilaki 5%-12% sekitar 15% penderita depresi melakukan usaha bunuh diri. Lokasi stroke menurut (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015) 1. Penderita stroke hemisfer kiri lebih bnayak menunjukkan gejala PSD pada 10 hari pertama. Akan tetapi pada pendrita stroke hemisfer kanan justru terjadi lebih banyak menunjukkan gejala PSD pada 1 tahun atau lebih. 2. PSD korelasi kuat dengan lesi subkortikal, thalamus ganglia, basal dan batang otak , dibandingkan lesi kortikal hal ini didukung oleh Starkstein dkk (1998) yang menunjukkan bahwa pada penderita PSD menunjukkan derajat atreopi sub kortikal yang lebih besar dibandingkan penderita stroke non-PSD. 3. Penderita stroke pada arteri serebri media mempunyai durasi PSD lebih lama (82% pada follow-up 6 bulan dan 0% pada follow up 12 dan 24 bulan) 4. Robinson, dkk. Melaporkan adanya gradient anterior-posterior yang berbeda antara kedua hemisfer, dimana didapatkan gradient posterior ke anterior pada hemisfer kiri dan gradient anterior ke posteriot pada hemisfer kanan.
c. Gangguan Fungsional Gangguan fungsional akibat disabilitas fisik karena penyakit stroke yang dideritanya mempunyai korelasi dengan kejadian PSD.
Kerusakan kemampuan fungsional merupakan efek stroke yang plaing jelas terlihat. Defisit motorik, meliputi kerusakan mobilitas, fungsi respirasi, menelan dan berbicara, reflek gag dan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari. Lebih dari 30% pasien stroke membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan sekitar 15% membutuhkan bantuan difasilitas pelayanan seperti rumah sakit dan pusat rehabilitasi. Ketidakmampuan fisik menyebabkan hilangnya peran hidup yang dimiliki pasien, sehingga dapat menyebabkan gangguan persepsi akan konsep diri yang bersangkutan dan dengan sendirinya mengurangi kualitas hidupnya (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015).
d. Gangguan Fungsi Kognitif Terdapat hubungan bermakna antara gangguan fungsi kognitif dengan skror depresi pada keadaan akut pasca stroke (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015). Pasien stroke dengan depresi mengalami defisit intelektualnya membahan membaik. Impermen kognitif (penurunan skor Mini Mental State Examintation (MMSE) lebih berat daripada pasien dengan lesi yang sama tetapi tidak mengalami depresi. Sedangkan pada pasien dengan lesi hemisfer kanan tidak terlihat adanya perbedaan penurunan fungsi kognitif antara kelompok yang depresi dan nondepresi. Dengan perkataan lain, dengan mayor yang dikaitkan dengan stroke hemisfer kiri terlewat terlihat menimbulkan impermen kognitif yang signifikan (Amir, 2016)
e. Afasia Prevalensi PSD lebih banyak didapatkan pada penderita dengan nonfluent aphasia dibandingkan dengan penderita fluent aphasia (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015). Afasia adalah gangguan kemampuan berbahasa yang didapat dimana sebelumnya pasien normal. Afasia merupakan salah satu akibat stroke yang sering terjadi, dialami sekitar 1/3 pasien pada fase akut. Meskipun secara jelas gangguan
kemampuan berkomunikasi sangat berperannya terhadap berat dan berkepanjangannya depresi, evaluasi psikiatrik tehadap dampak afasia pada post stroke depression sangat terbatas, biasanya antara lain karena pasien afasia sering mengalami kriteria eklusi. Sekitar 53% pasien afasia mengalami depresi. Penemuan ini hampir sama dengan pasien frekuensi depresi mayor atau minor di antara pasein stroke nonafasia. Frekuensi depresi lebih tinggi pada pasien afasia motorik daripada afasia global (71%:44%). Peneliti lain juga melaporkan bahwa depresi pada pasien afasia motorik lebih tinggi daripada global (635%:16%). Tingginya frekuensi depresi pada pasien afasia motorik disebabkan oleh tingginya kesadaran mereka akan impermen mereka. Selain itu lesi, lesi yang menimbulkan afasia motorik juga menimbulkan depresi. Menegakkan diagnosis depresi pada pasien dengan defisit pemahaman yang agak sulit. Diagnosis yang dapat dibuat berdasarkan perilaku yang dapat diobservasi berdasarkan perilaku yang dapat diobservasi seperti kurang tidur, menolak makan, gelisah, agitasi (Amir, 2016). Korelasi gangguan komunikasi dengan kejadian post stroke depression. Gangguan komunikasi yang sering terjadi pada pasien stroke adalah afasia dan disatria. Afasia adalah gangguan kemampuan berbahsa yang didapatkan dimana penderita sebelum terserang stroke adalah normal. Afasia dialami oleh sepertiga penderita stroke pada fase akut. Scara klinis, jelas bahwa gangguan komunikasi berperan terhadap berat dan bekepanjangannya gangguan depresi pada stroke (Hayulita & Sari, 2014)
f. Gangguan Psikiatrik Sebelumnya Riwayat depresi atau penyakit psikiatrik sebelumnya merupakan faktor risiko terjadinya PSD. Riwayat stroke sebelumnya, khususnya di anterior hemisfer kiri, yang berbeda hemisfer dengan stroke saat ini dapat menimbulkan gejala depresi yang berkaitan dengan lesi lama (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015)
g. Activity Daily Living Penelitian yang menggunakan instrumen activity daily living (ADL) untuk menilai impermen fungsi sehari-hari penderita post stroke melaporkan adanya hubungan antara depresi ringan dengan impermen fisik atau fungsi. Impermen fungsi dapat menimbulkan depresi, dan depresi dapat mempengaruhi beratnya impermen fungsi sehari-hari. Pasien stroke yang tidak depresi tidak menunjukkan adanya perubahan dalam fungsi sehari-hari bahkan dengan berjalannya waktu fungsi kehidupan sedikit lebih meningkat. Depresi berpengaruh terhadap penyembuhan, yaitu memperlambat penyembuhan fisik. (Amir, 2016)
4. Dampak Terhadap Proses Penyembuhan Post stroke depression (PSD) mempunyai dampak terhadap perbaikan fungsi kognitif, perbaikan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL/ acitivites of daily living), Dan resiko kematian pada penderita penderita. PSD memiliki angka kematian 10 tahun paska stroke 3-4 kali lebih besar dibandingkan dengan non-PSD (Rasyid, Misbach, & Harris, 2015).
5. Penanganan Post Stroke Depression Tujuan penangan post stroke depresion (PSD) untuk mengurangi atau menghilangkan gejala depresi, dimana akan berdampak lebih lanjut terhadap pemulihan kognitif dan ADL. Beberapa studi menunjukkan bahwa farmakoterapi antidepressan dan selektive seretonin reuptake inhibitor terbukti efektif untuk pengobatan. Antidepresan terbukti memperbaiki fungsi koginitif. Selain itu anti depresan juga membantu pemulihan defisit motorik dan disabilitas penderita (Amir, 2016). Penangan post stroke depression beberapa bukti telah menunjukkan bahwa tritmen antidepresen dapat meningkatkan penurunan depresi namun belum mampu menghasilkan kesembuhan klinis secara penuh (Jayati & Hadjam, 2015). Metode penyembuhan stroke antara lain metode konvensional umumnya dengan pemeberian obat yang merupakan penanganan yang paling lazim diberikan selama perawatan di rumah sakit maupun setelahnya obat apa yang diberikan
tergantung dari jenis iskemik atau hemoragik. Kelompok obat yang paling populer untuk menangani stroke adalah antitrombotik, trombolotik, neuroprotektif, antiansietas dan antidepresan. Tindakan untuk metode operatif, ini bertujuan untuk memperbaiki pembuluh darah yang cacat sehingga diharapkan mampu meningkatkan peluang hidup pasien (Jayati & Hadjam, 2015).
6. Tinjauan Tentang Factor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Depresi Post Stroke Menurut Hayulita & Sari (2014) mengemukakan bahwa depresi pada pasien yang mengalami stroke bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, status marital, penyakit penyerta, lama menderita dan kemampuan fungsional . 1. Korelasi kemampuan fungsional dengan post stroke depression. Beberapa gejala sekuele (gejala sisa) yang terjadi pada pasien stroke seperti gangguan
motorik,
gangguan
komunikasi,
gangguan
penglihatan,
gangguan persepsi sensori dan beberapa gangguan lainnya yang menyebabkan ketidakmampuan fisik dapat mencetuskan terjadinya depresi. Ketidakmampuan fisik yang menyebabkan hilangnya peran hidup yang dimiliki penderita stroke sebelum sakit dapat menyebabkan gangguan persepsi akan arti diri dengan sendirinya mengurangi kualitas hidup yang menunjukkan bahwa adanya korelasi sedang antara kejadian depresi dengan tingkat ketergantungan ADL. Frekuensi depresi berat mengalami peningkatan pada tahun pertama. Gangguan komunikasi merupakan pencetus depresi terbesar. ditimbulkan oleh penyakit stroke memiliki hubungan dengan depresi. Pasien stroke yang tidak depresi tidak menunjukkan perubahan fungsi sehari-hari. Bahkan seiring berjalannya waktu fungsi kehidupan sedikit lebih meningkat (Hayulita & Sari, 2014) .
2. Korelasi usia dengan kejadian post stroke depression Makin muda usia penderita, kecenderungan mengalami depresi lebih besar, meskipun
sebenarnya mereka yang berusia lanjut mungkin lebih beresiko mengalamai depresi. Depresi timbul sebagai dampak dari gangguan fungsional, institusional dan tidak adanya dukungan sosial. Penelitian Burvill dkk dalam (Hayulita & Sari, 2014) didapatkan bahwa setelah stroke, pada penderita pria presentase yang mengalami depresi diantara mereka yang berusia dibawah 60 tahun(48%-20%), sementara pada wanita justru sebaliknya (23%-31%).
3. Korelasi jenis kelamin dengan post stroke depression Berdasarkan jenis kelamin, pada beberapa penelitian didapatkan bahwa dperesi post stroke lebih banyak dialami oleh penderita stroke dengan jenis kelamin laki-laki. Pada penelitian Paradiso & Robinson dalam (Hayulita & Sari, 2014) didapatkan bahwa depresi berat pada post stroke bahkan terjadi dua kali lebih banyak dialami oleh wanita daripada lakilaki. Namun pada wanita beratnya depresi berkaitan dengan letak lesi pada hemisfer kiri, gangguan fungsi kognitif dan riwayat gangguan psikiatrik lainnya. Sementara pada laki-laki, beratnya depresi berkaitan dengan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dan gangguan fungsional.
4. Korelasi status marital dengan depresi post stroke pada penelitian Burvill, didapatkan bahwa persentase post stroke depression yang tertinggi adalah diantara penderita yang bercerai(40%), lalu yang hidup berpisah (33%) yang menduda-menjanda karena kematian pasangan hidup (28%) sedangkan diantara mereka yang bujangan atau yang masih terikat pernikahan, persentase lebih rendah dan masing-masing 21% dan 20% (Hayulita & Sari, 2014).
5. Penyakit Penyerta Penyakit penyerta seringkali disertai depresi, khususnya usia lanjut. Macredy (2007) mengemukakan bahwa insiden komplikasi pada pasien stroke berkisar antara 40% hingga 96% dan akan menghasilkan dampak
buruk pada pasien. Dari penelitian yang dilakukan Soertidewi (2009), didapatkan kejadian stroke tinggi pada pasien yang memepunyai penyakit penyerta. Menurut penelitan Hayulita & Sari (2015) lebih dari separuh pasienmemiliki penyakit penyerta. Penyakit penyerta merupakan saalh satu faktor yang mempengaruhi pada pasien post stroke seperti yang telah kita ketahui pasien stroke mengalami lebih dari satu tipe komplikasi, dan kondisi ini menyebabkan semakin parahnya kondisi pasien post stroke.
6. Lama menderita Pasien stroke yang telah berlangsung lama memiliki pengalaman yang berbeda terhadap penyakitnya, dibanding dengan pasien yang baru didiagnosa. Berdasarkan teori perilaku sakit Mechanics menjelasakan bahwa yang sering mengalami kondisi sakit atau merasakan adanya gejala sakit memiliki kecenderungan untuk berperilaku dengan
menaruh
perhatian terhadap gejala-gejala pada dirinya dan kemudian mencari pertolongan. Menurut Hayulita & Sari (2015) bahwa lama menderita stroke akan membuat pasien semakin putus asa terhadap penyakitnya, pasien akan merasa tidak berdaya dengan apa yang dialaminya walaupun setiap pasien memiliki mekanisme pertahanan yang berbeda-beda tapi mereka akan tetap merasa sulit dalam menghadapi stressor dari penyakitnya tersebut. Pasien akan mengalami penurunan dalam beraktivitas sehari-hari dan bekerja.
D. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Status Pernikahan
Kejadian Post Stroke Depression
4. Tingkat Ketergantungan ADL 5. Lama Menderita Stroke 6. Penyakit Penyerta E. Hipotesa Penelitian Ha1 = Adanya hubungan usia dengan kejadian Post Stroke Depression. Ha2 = Adanya hubungan jenis kelamin dengan kejadian Post Stroke Depression. Ha3 =Adanya hubungan status Pernikahan dengan kejadian Post Stroke Depression. Ha4 =Adanya hubungan tingkat ketergantungan ADL dengan kejadian Post Stroke Depression. Ha5 =Adanya hubungan lama menderita dengan kejadian Post
Stroke
Depression. Ha6 =Adanya hubungan penyakit penyerta dengan kejadian Post Depression.
Stroke
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Analitik korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linear dua variabel atau lebih. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu mempelajari suatu pendekatan yang mempelajari dinamika sosial korelasi antara faktor resiko dengan efek dengan cara pengumpulan data dalam satu waktu. Hanya dilakukan sekali saja dan pengukuran terhadap variabel penelitian dilakukan saat pemeriksaan (Notoadmojo, 2012).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan bulan November 2018 sampai dengan Maret 2019.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua pasien post stroke rawat jalan di poli klinik saraf RSU Mitra Medika Medan pada bulan Oktober sampai Desember 2018 dengan rata-rata 52 orang perbulanya.
26
2. Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien post stroke pada bulan Maret 2019 yang tidak mengalami gangguan kognitif dan komunikasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode accidental sampling di lakukan dengan cara mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Menurut Taro Yamane dan Slovin, apabila jumlah populasi (N) diketahui maka teknik pengambilan sampel dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Riduwan & Akdon, 2010) : n=
𝑁 1+𝑁(𝑑)2 52
n= 1+52(0,1)2 52
n= 1+0,52 52
n= 1,52 n= 34,2 n= 34
Keterangan : N= Besar populasi n= Besar sampel d= Tingkat kepercayaan10% (0,1)
D. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden yaitu pasien post stroke.
2. Data Sekunder Data sekunder meupakan data yang diperoleh dari sumber lain, dalam hal ini peneliti mengambil data dari hasil rekam medik dari RSU Mitra Medika Medan.
E. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Independen Usia
Defenisi Alat Ukur Operasional Jumlah tahun Status Pasien sejak lahir hingga ulang tahun terakhir.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin responden baik secara fisik maupun biologisnya yang ditentukan melalui secara langsung atau di status. Status pernikahan responden yang dilihat berdasarkan yang buku status. Tingkat ketergantungan pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari berdasarkan
c. Status Pernikahan
d. Tingkat Ketergantun gan ADL
Hasil ukur
Skala
1. 45-59 tahun Interval usia pertengahan 2. 60-74 tahun lanjut usia 3. 75-90 tahun lanjut usia
Status Pasien
1. Laki-laki 2. Perempuan
Status Pasien
1. Menikah Ordinal 2. Tidak menikah 3. Duda /janda atau bercerai
Indeks Barthel
skala 1. Gangguan Berat : 0-50 2. Gangguan Sedang : 51-75 3. Gangguan
Nominal
Ordinal
indeks skala Barthel.
Ringan sampai tidak
ada
gangguan : 76100
e. Lama menderita
f.
Penyakit penyerta
Durasi waktu Status serangan stroke yang dialami pasien. Kondisi lain Status yang menyertai dan memberatkan pasien.
1. ≥6 bulan
Ordinal
2. <6 bulan
1. Tidak,
pasien Nominal
tidak menderita selain stroke 2. Ya,
pasien
mempunyai penyakit penyerta
Variabel dependen yaitu kejadian post stroke depression
Kejadian dimana pasien post stroke depression mengalami gangguan pola pikir dan diukur menggunakan kuesioner depresi.
Kuesioner CESD (Center for Epidemiological Studies Depression Scale).
Untuk
penilaian Ordinal
skornya yaitu: 0:
<14,
dibawah
Skor median
(tidak depresi) 1: ≥14, skor diatas median (depresi)
F. Aspek Pengukuran 1. Usia Untuk mengetahui umur yang berhubungan dengan kejadian post stroke depression dilihat dari data buku status rawatan/ wawancara/ kuisioner yang terbagi atas: 1. 45-59 tahun usia pertengahan 2. 60-74 tahun lanjut usia
3. 75-90 tahun lanjut usia
2. Jenis Kelamin Untuk mengetahui jenis kelamin dengan kejadian post stroke depression dilihat dari buka status rawatan/ wawancara/ kuisoner yaitu: 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Status Marital Untuk mengetahui status marital dengan kejadian post stroke depression dilihat dari buku status rawatan/ wawancara/ kuisioner yaitu: 1. Menikah 2. Tidak menikah 3. Duda /janda atau bercerai
4. Tingkat Ketergantungan ADL Lembar kuesioner ketidakmampuan fisik dengan menggunakan Barthel Index. Instrumen ini diperkenalkan oleh Mahoney FI dan Bathel DW pada tahun 1965 untuk memeriksa status fungsional pada pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama dan rehabilitasi. Instrumen ini didesain untuk memonitor perkembangan mobilitas dan perawatan diri serta serta mengkaji kebutuhan perawat yang terdiri dari 10 item, meliputi makan, berpindah dari tempat tidur, perawatan diri, pengguanan toilet, mandi, berjalan, naik/turun tangga, berpakaian, kemampuan untuk mengontrol eliminasi buang air besar dan buang air kecil. Nilai barthel index berada pada rentang 0-100.
Barthel index sering digunakan di neurologi, psikiatri dan rehabilitasi pasien dengan gangguan neruomuskular atau muskuloskletal dengan
rehabilitas paien dengan gangguan neuromuskuler atau muskuloskletal dengan rehabilitas dan validitas yang sanagt baik penggunaanya membutuhkan waktu 1-5 menit (Loretz, 2005). Pada pasien stroke memiliki nilai test-retest reliabilitas 0,989 dan interiliabilitas 0,994 dengan Cronbach Alpha 0,935 (Oveisgharan, Shirani, Ghorbani, Soltandaze, Baghaei & Hossini, 2006). Sedangkan menurut Shah, Vanclay & Cooper (1989 dalam sit, 2007), barthel index sudah teruji secara validitas konstruksi dimana alpha cronbach sebesar 0,96.
Menurut Loretz, 2005 untuk menilai kemandirian pasien dalam pemenuhan ADL peneliti melakukan pengukuran berdasarkan Barthel Indeks (Amila, 2018). Indeks ini menilai 10 jenis aktivitas yang dilakukan oleh pasien dengan penilaian tertentu dari setiap aktivitas yang dapat dilakukan oleh pasien kemudian di jumlahkan. Indeks Barthel dipilih oleh peneliti karena lebih sering digunakan dan lebih sensitif untuk mengukur perubahan fungsi serta dalam keberhasilan rehabilitasi pasien stroke, dengan nilai skor tertinggi 100 dan skor terendah 0 (Amila, 2018).
Maka kategori indeks bartel pada responden post stroke: 1. Gangguan Berat
: 0-50
2. Gangguan Sedang : 51-75 3. Gangguan Ringan sampai tidak ada gangguan : 76-100
5. Lama Menderita Untuk mengetahui status marital dengan kejadian post stroke depression dilihat dari buku status rawatan/ wawancara/ kuisioner yaitu: 1. <6 bulan 2. ≥6 bulan
6. Penyakit penyerta Untuk mengetahui status marital dengan kejadian post stroke depression dilihat dari buku status rawatan/ wawancara/ kuisioner yaitu: 1. Ya, pasien mempunyai penyakit penyerta 2. Tidak, pasien tidak menderita
7. Center for Epidemiological Studies Depression Scale (CES-D) Penilaian tentang tingkat depresi menggunakan CES-D (The Center Of Epidemiological Studies Depresi). CES-D berisi 20 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Radloff, dengan total skor 60 (Canady, Stommel, & Holzman, 2009). Instrument ini paling sesuai digunakan untuk mengukur tingkat depresi yang dihubungkan denganpenyakit kronik. Instrument ini mencakup perasaan sedih, masalah tidur, tidak bertenaga, nafsu makan berkurang, merasa hidup tidak berharga, pesimis akan masa depan, tidak ada minat terhadap aktivitas, tidak dapat berkonsentrasi yang dialami hampir setiap hari selama 1 minggu atau lebih. Koefisien reabilitas internal konsisten 0,91 (Sharp & Lipsky, 2002). Uji reabilitas dan validitas yang dilakukan kusuma (2011) menunjukkan semua item valid dengan koefisien korelasi validitas ≥ 0,3 (r; 0,31-0,843) dan instrument reliebel dengan nilai koefisien relibilaitas alpha cronbach 0,892.
0: <14, Skor dibawah median (tidak depresi) 1: ≥14, skor diatas median (depresi)
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan data 1.
Alat Ukur Instrumen yang digunakan untuk mengukur derajat depresi dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner CES-D untuk mengukur derajat
depresi. Untuk mengukur usia, jenis kelamin dan status marital, peneliti melakukan observasi buku status dan untuk menilai kemandirian pasien dalam pemenuhan ADL peneliti melakukan pengukuran berdasarkan Barthel Indeks sering digunakan dibagian neurologi, psikiatri atau rehabilitasi dengan reabilitas dan validitas yang sangat dan penggunaanya membutuhkan waktu 1-5 menit oleh Loretz, 2005 dalam kutipan buku Amila (2018).
2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara yaitu: a. Prosedur Administratif 1. Permohonan izin penelitian untuk dapat melakukan penelitian, peneliti memintra surat izin rekomendasi dari Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara dan diantarkan ke RSU Mitra Medika Tanjung Mulia Medan. 2. Setelah mendapatkan izin dari RSU Mitra Medika Tanjung Mulia Medan peneliti melakukan penelitian.
b. Pelaksanaan Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui persebaran data dan cara memperoleh data tersebut dan subjek penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan sebgai berikut: 1. Peneliti memilih calon responden yang akan diteliti sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. 2. Peneliti menemui calon responden, kemudian memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian kepada calon responden dilampiran penjelasan. 3. Setelah memahami tujuan dan manfaat penelitian, calon responden diminta menandatangani informed consent sebagai
kesediaan menjadi responden penelitian dilampiran informed consent. 4. Peneliti menjelasakan cara pengisian kuisioner dan meminta responden menjawab seluruh pertanyaan. 5. Mengecek kelengkapan data-data responden dan melakukan pengelolaan data.
H. Etika Penelitian Selama penelitian, responden dilindungi dengan memperhatikan aspekaspek self determination, privacy and annonmymity, benefience malefiece, justice (Polit & Beck, 2013). Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dengan menekankan masalah etika sebagai berikut : 1. Tekad Individu (Self Determination) Prinsip Self determination dijelaskan bahwa responden diberikan kebebasan oleh peneliti untuk menentukan keputusan sendiri, apakah responden ikut sukarela dalam penelitian. Setelah responden bersedia, maka peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat penelitian, setelah setuju responden diminta untuk menandatagi lembar persetujuan atau informed consent.
2. Kerahasiaan ( Privacy and Annonmymity) Prinsip etik ini untuk menjaga kerahasiaan informasi responden dengan tidak mencantumkan nama, tetapi hanya menuliskan kode inisial dan hanya digunakan untuk peneliti.
3. Kebaikan (Beneficience) Prinsip Beneficience menekankan peneliti untuk melakukan penelitian yang bermanfaat bagi responden. Prinsip ini memberikan keuntungan dengan cara mencegah dan menjauhkan bahaya, membebaskan responden dari eksploitasi serta meyeimbangkan resiko dengan keuntungan.
4. Tidak Merugikan (Maleficience) Penelitian ini menekankan peneliti untuk tidak melakukan tindakan yang menimbulkan bahaya bagi responden yaitu tidak memaksakan responden, tidak memandang responden sebagai objek, tidak menghina/ mencaci maki, dan memanfaatkan responden dan tidak membahayakan responden karena kelalaian.
5. Keadilan (Justice) Prinsip keadilan dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan keadilan bagi semua responden dan tidak membeda-bedakan responden.
6. Persetujuan (Informed Consent) Peneliti menemui pasien yang post stroke depression diminta persetujuan untuk menjadi sampel dalam penelitian. Peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian setelah responden mengerti dan setuju, maka responden diminta untuk menandatangi lembar persetujuan, jika responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.
I. Pengelolaan Data Menurut Notoadmojo
(2010) setelah data-data dikumpulkan, langkah
selanjutnya adalah mengolah data sedemikian rupa dengan menggunakan program komputer, langkah-langkah pengolohan tersebut adalah: 1. Editing (Pengecekan) Setalah kuisioner diisi oleh responden, peneliti akan melakukan cross check terhadap kelengkapan data yang diisi oleh responden sesuai dengan kuisioner, hal ini dilakukan untuk menghindari pengumpulan data berulang.
2. Coding (Kode) Melakukan pengkodingan pada umur responden diberi koding 1 untuk umur 45-59 tahun, 2 untuk umur 60-74 tahun, 3 untuk umur 75-90 tahun, 4 untuk umur > 90 tahun. Pengkodingan jenis kelamin 1 lakilaki, 2 perempuan. Status pernikahan 1 untuk kategori menikah, 2 tidak menikah, 3 janda/duda. Untuk kategori ketergantungan aktifitas 1 untuk gangguan berat 0-50, 2 untuk gangguan sedang 51-57, 3 untuk gangguan ringan sampai tidak ada gangguan 76-100. Pengkodingan kategori depresi 0: <14, Skor dibawah median (tidak depresi) 1: ≥14, skor diatas median (depresi).
3. Entry Data Entry memasukkan data yang telah di dapat dalam program komputer yang telah ditetapkan untuk selanjutnya akan di olah.
4. Tabulating (tabel) Setelah selesai memberikan penilaian kemudian dilakukan tabulasi dengan memasukkan semua jawaban ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk diinterpretasikan.
J. Analisa Data Analisis statistika untuk mengolah data yang telah di dapat akan menggunakan program komputer dimana akan dilakukan 2 macam analisa data. Analisis data dalam penelitian ini adalh menggunakan metode sebagai berikut: 1. Analisa Univariat Data yang dianalisis secara univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif.
2. Analisa Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat secara sendiri- sendiri. Analisis menggunakan one way annova dan uji chi-square dengan alternatif uji fisher untuk menguji hipotesis, mengenai ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan a=0,05 dan confidence interval (CI) sebesar 95% dengan asumsi: 1. Jika p≤ 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen. 2. Jika p≥ 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen.
DAFTAR PUSTAKA Alchuriyah, S., & Wahjuni, C. U. (2016). Faktor Risiko Kejadian Stroke Usia Muda Pada Pasien Rumah Sakit Brawijaya Surabaya The Factors That Affect Stroke At Young Age In Brawijaya Hospital Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(1), 62–73. Https://Doi.Org/10.20473/Jbe.V4i1.62 73 Amila. (2018). Keterampilan Klinik Keperawatan Neurologi. Medan. Amir, N. (2016). Depresi Aspek (Amila, 2018) Neurobiologi Diagnosis Dan Tatalaksana. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi. Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta. Bagaskoro, Y. C., & Dwi, P. (2017). Hubungan Lokasi Lesi Stroke NonHemoragik Dengan Tingkat Depresi Pasca Stroke ( Studi Kasus Di Poli Saraf Rsup Dr . Kariadi Semarang ), 6(2), 1383–1393. Bariroh, U. (2016). Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Pasien Pasca Stroke. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4, 486–495. https://doi.org/10.1111/j.1469-0691.1999.tb00115.x Biantoro, I. (2014). Hubungan Karakteristik Individu Dengan Tingkat Depresi Pasca Stroke Di Poliklinik Saraf Rs Rajawali Bandung The Relationship Between Individual Characteristic And Level Of Post Stroke Depression In Nerve Polyclinic Rajawali Hospital Of Bandung. (N.D.), 30–46. Dewi, C. M., & Darliana, D. (2017). Dukungan Keluarga Dengan Depresi Pada Pasien Pasca Stroke Family Support And Depression Of Post-Stroke Patients, Viii(3). Dewi, S. R. (2016). Hubungan Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living Dengan Depresi Pada Pasien Paska Stroke Di Poli Klinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016, 67. Endang Triyanto, Handoyo, R. H. . (2007). Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal Of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007. Prevention, 2(1), 17–23. Retrieved From Http://Jos.Unsoed.Ac.Id Haryono, R., & Utami, M. P. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta. Hawari, D. (2016). Manajemen Stress Cemas Dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hanum, P., Lubis, R., & Rasmaliah. (2017). Hubungan Karakteristik Dan Dukungan Keluarga Lansia Dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Support From The Elderly Families, Stroke In The Elderly With Hypertension. Jumantik, 3(1), 72–88. Hayulita, S., & Sari, D. R. (2014). Pasien Paska Stroke Di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional ( Rssn ) Bukittinggi Tahun 2014 Staf Pengajar Program Studi S1 Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi, (April). Ikawati, Z., & Anugroho, D. (2018). Tata Laksana Terapi Saraf. Yogyakarta. Jayati, I. S., & Hadjam, M. N. R. (2015). Tata Laksana ‘ Behavioral Activation ’ Untuk Menurunkan Tingkat Depresi Pada Pasien Stroke, 1(2), 77–88. Junaidi , I. (2015). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta. Karunia, E. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Activity Of Daily Living Pasca Stroke. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(August), 213–224. https://doi.org/10.20473/jbe.v4i2.2016.213 Mardhiah, A., Nurleli, & Hermansyah. (2015). Persepsi Pasien Stroke Tentang Dukungan Pasangan Di Banda Aceh Perception Of Stroke Patients To The Spousal Support Case Study In Banda Aceh. Idea Nursing Journal, Vi(2), 62–73. Munir, B., Nasution, A. A., & Purnamasari, Y. (2016). Research Article Determinants Affecting The Depression Of Infarction Post Stroke Patients In, 60–63. Nuralita, N. S. (2012). Gambaran Simtom Depresif Pada Pasien Pasca Stroke Dengan Menggunakan Skala Penilaian Beck Depression Inventory (Bdi) Tesis. Notoadmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rinike Cipta. Polit & Beck. (2012). Resource Manual for Nursing Research. Generating and Assesing Evidence for Nursing Practise. Ninth Edition. USA : Lippincott. Rasyid, A., Misbach, J., & Harris, S. (2015). Stroke Komplikasi Medis & Tata Laksana. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi. Retnowati, S. 1990. Efektifitas Terapi Kognitif dan Terapi Kognitif Perilaku pada Penanganan Gangguan Depresi Master Tesis, Perpustakaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. (616.891 Ret E-d)
Riduwan, & Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisa Statisitika. Yogyakarta. Riskesdas. (2018). Riskesdas_Launching_301018_Edit271018_Nowo_Edit Kaban_01. Https://Doi.Org/10.1016/0360-1323(93)90010-Z Sunaryati, S. S. (2014). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang Dan Sangat Mematikan. Jogjakarta: 2014. Susilowati, L. (2008). Pelatihan berpikir positif untuk mengelola depresi pada penyandang cacat tubuh. Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta Indonesi. Tatali, A. J., Katuuk, M. E., & Kundre, R. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living ( Adl ) Pada Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik Neurologi Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado. E-Journal Keperawatan (E-Kep), 6(1). Retrieved From Https://Ejournal.Unsrat.Ac.Id/Index.Php/Jkp/Article/Download/19464/1905 Wibowo, J. A. (2016). Kejadian Depresi Pada Pasien Pasca Stroke ( Studi Di Rsup Dokter Kariadi Semarang ), 0–13.
DAFTAR PUSTAKA Alchuriyah, S., & Wahjuni, C. U. (2016). Faktor Risiko Kejadian Stroke Usia Muda Pada Pasien Rumah Sakit Brawijaya Surabaya The Factors That Affect Stroke At Young Age In Brawijaya Hospital Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(1), 62–73. Https://Doi.Org/10.20473/Jbe.V4i1.62 73 Amila. (2018). Keterampilan Klinik Keperawatan Neurologi. Medan. Amir, N. (2016). Depresi Aspek (Amila, 2018) Neurobiologi Diagnosis Dan Tatalaksana. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi. Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta. Bagaskoro, Y. C., & Dwi, P. (2017). Hubungan Lokasi Lesi Stroke NonHemoragik Dengan Tingkat Depresi Pasca Stroke ( Studi Kasus Di Poli Saraf Rsup Dr . Kariadi Semarang ), 6(2), 1383–1393. Bariroh, U. (2016). Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Pasien Pasca Stroke. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4, 486–495. https://doi.org/10.1111/j.1469-0691.1999.tb00115.x Biantoro, I. (2014). Hubungan Karakteristik Individu Dengan Tingkat Depresi Pasca Stroke Di Poliklinik Saraf Rs Rajawali Bandung The Relationship Between Individual Characteristic And Level Of Post Stroke Depression In Nerve Polyclinic Rajawali Hospital Of Bandung. (N.D.), 30–46. Dewi, C. M., & Darliana, D. (2017). Dukungan Keluarga Dengan Depresi Pada Pasien Pasca Stroke Family Support And Depression Of Post-Stroke Patients, Viii(3). Dewi, S. R. (2016). Hubungan Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living Dengan Depresi Pada Pasien Paska Stroke Di Poli Klinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016, 67. Endang Triyanto, Handoyo, R. H. . (2007). Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal Of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007. Prevention, 2(1), 17–23. Retrieved From Http://Jos.Unsoed.Ac.Id Haryono, R., & Utami, M. P. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta. Hawari, D. (2016). Manajemen Stress Cemas Dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hanum, P., Lubis, R., & Rasmaliah. (2017). Hubungan Karakteristik Dan Dukungan Keluarga Lansia Dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Support From The Elderly Families, Stroke In The Elderly With Hypertension. Jumantik, 3(1), 72–88. Hayulita, S., & Sari, D. R. (2014). Pasien Paska Stroke Di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional ( Rssn ) Bukittinggi Tahun 2014 Staf Pengajar Program Studi S1 Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi, (April). Ikawati, Z., & Anugroho, D. (2018). Tata Laksana Terapi Saraf. Yogyakarta. Jayati, I. S., & Hadjam, M. N. R. (2015). Tata Laksana ‘ Behavioral Activation ’ Untuk Menurunkan Tingkat Depresi Pada Pasien Stroke, 1(2), 77–88. Junaidi , I. (2015). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta. Karunia, E. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Activity Of Daily Living Pasca Stroke. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(August), 213–224. https://doi.org/10.20473/jbe.v4i2.2016.213 Mardhiah, A., Nurleli, & Hermansyah. (2015). Persepsi Pasien Stroke Tentang Dukungan Pasangan Di Banda Aceh Perception Of Stroke Patients To The Spousal Support Case Study In Banda Aceh. Idea Nursing Journal, Vi(2), 62–73. Munir, B., Nasution, A. A., & Purnamasari, Y. (2016). Research Article Determinants Affecting The Depression Of Infarction Post Stroke Patients In, 60–63. Nuralita, N. S. (2012). Gambaran Simtom Depresif Pada Pasien Pasca Stroke Dengan Menggunakan Skala Penilaian Beck Depression Inventory (Bdi) Tesis. Notoadmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rinike Cipta. Polit & Beck. (2012). Resource Manual for Nursing Research. Generating and Assesing Evidence for Nursing Practise. Ninth Edition. USA : Lippincott. Rasyid, A., Misbach, J., & Harris, S. (2015). Stroke Komplikasi Medis & Tata Laksana. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi. Retnowati, S. 1990. Efektifitas Terapi Kognitif dan Terapi Kognitif Perilaku pada Penanganan Gangguan Depresi Master Tesis, Perpustakaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. (616.891 Ret E-d)
Riduwan, & Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisa Statisitika. Yogyakarta. Riskesdas. (2018). Riskesdas_Launching_301018_Edit271018_Nowo_Edit Kaban_01. Https://Doi.Org/10.1016/0360-1323(93)90010-Z Sunaryati, S. S. (2014). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang Dan Sangat Mematikan. Jogjakarta: 2014. Susilowati, L. (2008). Pelatihan berpikir positif untuk mengelola depresi pada penyandang cacat tubuh. Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta Indonesi. Tatali, A. J., Katuuk, M. E., & Kundre, R. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living ( Adl ) Pada Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik Neurologi Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado. E-Journal Keperawatan (E-Kep), 6(1). Retrieved From Https://Ejournal.Unsrat.Ac.Id/Index.Php/Jkp/Article/Download/19464/1905 Wibowo, J. A. (2016). Kejadian Depresi Pada Pasien Pasca Stroke ( Studi Di Rsup Dokter Kariadi Semarang ), 0–13.
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN POST STROKE DEPRESSION DI RSU MITRA MEDIKA MEDAN TAHUN 2019
A. Biodata responden 1. Nomor responden
:
2. Umur
:
3. Jenis kelamin
: Laki-laki Perempuan
4. Status perkawinan
: Belum menikah Menikah Duda/Janda
5. Lama menderita stroke : 6. Penyakit penyerta
:
B. Kuesioner Depresi Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia dan pilih yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. No.
1
Depresi
Saya merasa lemah, lesu dan tidak bertenaga.
2
3
Saya merasa tidak ingin makan, nafsu makan saya berkurang. Saya merasa hidup saya tidak berharga.
4
Saya merasa bahwa hidup saya sama baiknya dengan
Jarang/
Beberapa
Kadang
Sering
tidak pernah
waktu
-kadang
kali
orang lain. 5
Saya merasa kesulitan dalam mengingat tentang apa saja yang telah saya lakukan.
6
Saya merasa tertekan.
7
Saya merasa segala yang saya lakukan adalah sia-sia.
8
Saya sangat berharap tentang masa depan yang baik.
9
Saya berfikir bahwa hidup adalah kegagalan.
10
Saya merasa sangat takut.
11
Tidur saya tidak nyenyak (gelisah).
12
Saya merasa bahagia.
13
Saya berbicara sedikit daripada biasanya.
14
Saya merasa sendiri.
15
Orang-orang sekeliling saya tidak bersahabat.
16
Saya menikmati hidup.
17
Saya menangis sepanjang waktu.
18
Saya merasa sedih.
19
Saya merasa bahwa orang-orang tidak menyukai saya.
20
Saya tidak berminat untuk melakukan kegiatan apapun.
C. Kuesioner Aktivitas Hidup Sehari-Hari (ADL) Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar dengan memberi “skor” dalam setiap aktivitas yang tidak dapat dilakukan secara mandiri, dengan bantuan dan dapat melakukan dengan mandiri. Aktivitas Makan 0= Tidak dapat makan 5=Memerlukan bantuan seperti menolong memotong makanan, mengoleskan mentega atau memerlukan diet khusus 10= Mandiri Mandi 0= Tidak mampu mandiri 5= Mandiri Merawat diri 0= Memerlukan bantuan dalam melakukan perawatan diri 5= Mandiri untuk gosok diri, membasuh wajah, menyisir rambut dan mencukur Berpakaian 0= Tidak mmapu mandiri
Skor
5= Butuh bantuan tapi dapat melakukan sebagian 10=Mandiri (mampu mengancing baju, menutup resleting, merapikan pakaian) Buang Air Besar 0= Tidak dapat mengontrol (butuh enema) 5= Kadang-kadang mengalami kesulitan 10= Dapat mengontrol buang air besar Buang Air Kecil 0= Tidak dapat mengontrol, di kateter dan tidak bisa mengurus sendiri 5= Kadang-kadang mengalami kesulitan 10= Dapat mengontrol buang air kecil Penggunaan Toilet 0= Tidak mampu mandiri 5= Butuh beberapa bantuan, tapi tidak tergantung penuh 10= Mandiri Berpindah (dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya) 0= Tidak mampu, tidak dapat duduk seimbang 5= Butuh banyak bantuan (1atau 2 orang) untuk bisa duduk 10= Butuh bantuan minimal (hanya diarahkan) 15= Mandiri Mobilitas (berjalan pada permukaan yang rata) 0= Tidak mampu atau berjalan<50 meter 5= Mandiri dengan kursi roda 10= Berjalan >50 meter dengan bantuan 1 orang 15= Mandiri (tapi menggunakan alat bantu seperti tongkat) Menggunakan Tangga 0= Tidak dapat menggunakan tangga 5= Butuh bantuan (verbal, fisik, menggunakan alat bantu) 10= Mandiri Total 0-100
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Judul
:
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian post stroke depression (PSD) Di Mitra Medika Tanjung Mulia Medan Tahun 2019
Penulis
:
Tafrina Purba
NIM
:
170204127
Sehubungan dengan penulisan yang akan saya lakukan guna menyelesaikan tugas akhir saya untuk memperoleh S1 Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan di Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk mengisi kuesioner yang akan saya bagikan dengan kejujuran dan apa adannya. Anda berhak menolak jika anda tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Penulis akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang akan berikan. Juka anda mempunyai pertanyaan mengenai penulisan ini, maka penulis dengan senang hati akan memberikan penjelasan. Atas kesediaan anda, penulis mengucapkan terima kasih.
Responden
(...........................)
Penulis
Tafrina Purba
SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN
Berdasarkan penjelasan dan permohonan peneliti yang sudah disampaikan kepada saya bahwa akan dilakukan peneliti tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Post Stroke Depression (PSD) Di Mitra Medika Tanjung Mulia Medan Tahun 2019)
Demi membantu dan berpartisipasi dalam penelitian tersebut saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Penulis
(Tafrina Purba)
Tanjung Mulia,
Februari 2019
(Responden)
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2019
Nama Mahasiswa
:
Tafrina Reksonita Purba
NIM
:
170204127
Judul Penelitian
:
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian post stroke depression di RSU Mitra Medika Medan
Ttd No 1.
Hari/Tanggal Senin, 14 Januari
Dikonsulkan
Keterangan
-
Konsul Judul
Perbaikan Judul
Jumat, 18 Januari
-
BAB I
Perbaikan Tulisan
2019
-
BAB II
Rabu, 23 Januari
-
BAB I
Perbaikan 1 2 3 &
2019
-
BAB II
Kuesioner
-
BAB III
-
BAB III
Perbaikan BAB III
-
BAB I BAB II BAB III Lampiran dan
Melengkapi lampiran
2019
2.
3
4
Jumat, 8 Februari 2019
5
Senin, Februari 2019
dan ACC maju sidang proposal
Pembimbing
kuesioner
Pembimbing 2
:
Ns. Johansen Hutajulu, M.Kep
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2019
Nama Mahasiswa
:
Tafrina Reksonita Purba
NIM
:
170204127
Judul Penelitian
: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian post stroke depression di RSU Mitra Medika Medan
Pembimbing 1
No 1.
Hari/Tanggal Senin, 14 Januari 2019
:
Ns. Amila, M.Kep, Sp.Kep.MB
Dikonsulkan -
Konsul Judul
Diperbaiki Ganti Judul
Ttd Pembimbing
2.
Senin, 15
Konsul
-
Desember
ACC Judul
Judul
2019
3
4
5
Sabtu, 19
-
BAB I
Januari 2019
-
BAB II
Senin, 21
-
BAB I
Perbaikan BAB I
Januari 2019
-
BAB II
Perbaikan BAB II
-
BAB III
Pebaikan BAB III
-
Konsul
Perbaikan Kuesinor
Kamis, 31 Januari 2019
6
7
Perbaiki BAB I & II
kuesinor
Senin, 11
-
BAB I
Perbaikan BAB I
Februari 2019
-
BAB II
Perbaikan BAB II
-
BAB III
Pebaikan BAB III
-
Kuesioner
Perbaikan Kuesioner
Rabu, 13
-
BAB I
februari 2019
-
BAB II
-
BAB III
ACC