BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan
nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan ekstensi dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan religius. Menurut Suhertian (2000) pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan
secara
terus
menerus.
Sekarang
ini
masalah
pendidiakn
menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya nilai rata -rata ujian nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Rendahnya mutu pandidiakn di Indonesia, banyak opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran yang kurang men arik.
1
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal karena metode pengajaran yang digunakan, metode yang memang-meang, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk belajar. Seperti yang telah kita lihat metode dalam peroses pembelajaran yang dilakukan oleh guru terkesan itu -itu saja. Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip pembelajaran lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan praktek. Kombinasi pembelajaran yang tidak bervariasi seperti yang sering diterapkan oleh guru adalah mengajar dengan ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pemantauan peneliti di SMA Negeri 1 Onanrunggu, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar bahkan beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam -macam, di antaranya, karena tidak suka dengan cara guru mengajar, merasa bosan dengan metode mengajar guru dan sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah -langkah penyelesaian yang tepat untuk mengatasi
beberapa
masalah
tersebut.
Salah
satu
cara
untuk
mengatasi
permasalahan tersebut adalah perlu diadakannya pembenahan baik bagi tenaga pengajar maupun siswa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif. Keterlibatan 2
secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual emosional (Dimyati dan Mujiono, 2006) Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang mengajar hanya dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesuli tan yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan pembelajaran melalui penerapan dengan model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dala m belajar. Guru harus bisa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu Numbered Heads Together. Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Dengan demikian siswa diharapkan lebi h aktif dan mempunyai motivasi dalam belajar. Hal ini juga harus didukung d engan konsistensi guru dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun. Berdasarkan uraian di atas,
maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
yang
berjudul
“Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Numbered Heads Together pada Materi Teks Paragraf Eksposisi Kelas X IPA SMA Negeri 1 Onanrunggu.”
3
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi
masalah, yaitu apakah rendahnya minat belajar siswa salah satunya diakibatkan karena kesalahan konsep dan metode pembelajaran yang diterapkan atau mungkin karena sitem penerapan metode pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar (guru) tidak sesuai dengan RPP yang dibuat. C.
Pembatasan Masalah Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya
batasan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1.
Penelitian
ditekankan
pada
kinerja
guru
dalam
menerapkan
model
pembelajaran yang ada dalam RPP yang dibuat. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada proses pembelajaran oleh tenaga pengajar . 3. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Onanrunggu kelas X IPA. 4. Implementasi konsep penelitian pada materi pembelajaran paragraf eksposisi. D.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan
masalah, yakni bagaimana cara metode Numbered Heads Together diterapkan sehingga dapat memotivasi belajar siswa pada materi paragraf eksposisi kelas X IPA SMA Negeri 1 Onanrunggu?
4
E.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meningkatkan motivasi siswa dengan metode Numbered Heads Together pada materi paragraf eksposisi kelas X IPA di SMA Negeri 1 Onanrunggu. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a.
Hasil
penelitian
perkembangan
ini
pendidikan,
diharapkan terutama
dapat dapat
memberikan
sumbangan
mengembangkan
ilmu
bagi
tentang
peningkatan motivasi belajar paragraf eksposisi melalui pendekatan Numbered Heads Together. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi siswa Untuk meningkatkan Motivasi siswa dalam pembelajaran paragraf eksposisi sehingga pemahaman siswa mengenai konsep Bahasa Indone sia yang dipelajari menjadi lebih baik.
5
b. Bagi guru Sebagai pedoman dalam menerapkan pendekatan Numbered Heads Together pada materi paragraf eksposisi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa . c. Bagi sekolah Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.
Konsep Teori
1.
Pengertian Numbered Heads Together Number Heads Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih
mengedepankan
kepada
aktivitas
siswa
dalam
mencari,
mengolah,
dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. St ruktur Kagan menghendaki agar para siswa
bekerja
saling
bergantung
pada
kelompok -kelompok
kecil
secara
kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemu dian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.Secara
sederhana
dapat
dijelaskan
b ahwa Numbered
Heads
Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
7
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. 2.
Langkah-langkah:
Menurut
Kagan
(2007) langkah-langkah
yang
dapat
dilakukan
dalam
melaksanakan model pembelajaran NHT adalah : a)
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat
nomor.
b)
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c)
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat d)
mengerjakannya.
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka. e)
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain. f)
Kesimpulan. Sesuai dengan langkah-langkah penerapan diatas Kagan membagi beberapa
kelebihan dan kelemahan dalam penerapan metode Numbered Heads Together. Kelebihan: a)
Setiap siswa menjadi siap semua.
b)
Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c)
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 8
Kelemahan: a)
Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b)
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3.
Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2006:73) motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangyang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi. Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengata kan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita -cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.
9
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan. 4.
Fungsi motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperluk an, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi: a)
Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. b) sikap
Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan terhadap
anak
didik
itu
merupakan
suatu
kekuatan
yang
tak
terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. c)
Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai
motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan ma na perbuatan yang diabaikan. Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah : a)
Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya
motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar 10
b)
Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke
pencapaian tujuan yang diinginkan. c)
Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin
dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan. Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi : a)
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. b)
Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
c)
Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 5.
Jenis motivasi Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan
mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu: a)Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif -motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya. b)
Motivasi sekunder 11
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar. 6. Sifat Motivasi Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90). a)Motivasi Intrinsik Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahi isi at au bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan.
b)
Motivasi Ekstrinsik Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan
yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa
12
disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar sungguh -sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam Dimyati, 2002:91). 7. Teori motivasi Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu: a)Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan atau perumahan, pangan. b)
Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan
yang terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas. c)Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri, kesempatan untuk maju. d)
Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri.
e)Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai kemampuannya. Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi siswa. Siswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi.
13
8.
Ciri-ciri motivasi
Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri : a)
Tekun menghadapi tugas
b)
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c)
Menunjukkan minat terhadap bermacam -macam masalah
d)
Lebih senang bekerja mandiri
e)
Tidak cepat bosan terhadap tugas -tugas yang rutin
f)
Dapat mempertahankan pendapatnya
g)
Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
h)
Senang mencari dan memecahkan masalah soal -soal. Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai
motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. 9.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:
14
a)
Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita -cita akan memperkuat motivasi belajar. b)
Kemampuan belajar
Dalam
belajar
dibutuhkan
berbagai
kemampuan.Kemampuan
ini
meliputi
beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, fantasi. c)
Kondisi siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan menganggu perhatian belajar siswa, begitu juga sebaliknya. d)
Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukuan hidup, ketertiban pergaulan
perlu
dipertinggi mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. e)
Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur -unsur yang keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, kadang -kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain -lain. 15
f)
Upaya guru dalam pembelajaran siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi,cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa, dan lai n-lain. Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.
10. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa Menurut
Djamarah
(2002:125)
ada
beberapa
bentuk
dan
cara
untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain : a)
Memberi angka
Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang. b)
Hadiah
Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa. c)
Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar
16
siswa. Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar. d)
Ego-involvement
Menumbuhkan
kesadaran
siswa
agar
merasakan
pentingnya
tugas
dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. e)
Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi. f)
Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar . Dengan mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan harapan hasilnya akan terus meningkat. g)
Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan
sekolah
Dengan
pujian
yang
menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.
17
tepat
akan
memupuk
suasana
h)
Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. i)
Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan agar hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku belajar. j) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat
terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh -sungguh, karena ada daya tarik baginya.Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman
yang lampau,
memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, menggunakan berbagai macam metode menggajar. k)
Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang cukup penting. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah ntuk belajar. Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah :
18
a)
Adanya minat untuk belajar
b)
Tekun dalam menghadapi tugas
c)
Senang memecahkan soal-soal
d)
Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
11.
Paragraf Eksposisi Paragraf Eksposisi adalah paragraf atau karangan yang mempunyai tujuan untuk
memberikan informasi tentang sesuatu sehingga bisa memperluas pengetahuan pembaca. Paragraf eksposisi bersifat ilmiah/ nonfiksi. Sumber karangan paragraf eksposisi ini bisa diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman. Ciri-ciri paragraf eksposisi: Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau melaksanakan suatu tindakan. Gaya penulisannya bersifat imformatif. Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh alat indra. Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana. Macam macam paragraf eksposisi 1.
eksposisi definisi
2.
eksposisi proses
3.
eksposisi klasifikasi
4.
eksposisi ilustrasi (contoh)
5.
eksposisi perbandingan & pertentangan, dan
6.
eksposisi laporan
19
1.
Paragraf Eksposisi Definisi Pekerjaan sosial merupakan suatu pelayanan professional yang prakteknya didasarkan kepada pengetahuan dan keterampilan tentang relasi manusia sehingga dapat membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk mencapai kepuasan pribadi dan sosial. Kegiatan professional untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan. Pekerjaan sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial baik secara individual maupun kelompok, di mana kegiatannya difokuskan kepada relasi sosial mereka, khususnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
2.
Paragraf Eksposisi Klasifikasi Makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah. Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak. Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembap (higrofit). Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya. Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).
20
3.
Paragraf Eksposisi Proses Penyakit batuk boleh juga dikategorikan ke dalam penyakit yang begitu menyiksa. Bagaimana tidak, penyakit ini selalu disertai dengat rasa sakit yang sangat di bagian tenggorokan. Apalagi, kalau batuk itu disertai dengan demam. Tapi, bisa disembuhkan dengan beberapa bahan sederhana yang biasa ada di dapur, kenapa tidak memanfaatkan bahan sederhana itu saja. Bahan-bahan sederhana itu bisa diolah menjadi resep minuman berkhasiat meredakan batuk dan deman. Cara membuatnya juga cukup mudah yaitu Rebus air putih dan jahe hingga mendidih, matikan api kompornya, lalu tuang ke dalam cangkir, kemudian tambahkan madu dan air daun pare, aduk hingga semua bahan tercampur rata, minuman berkhasiat meredakan demam dan batuk siap diminum.
4.
Paragraf Eksposisi Ilustrasi Gempa bumi yang cukup kuat dirasakan warga di Solo, Sabtu (25/1/2014). Menurut Twitter Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia, gempa tersebut berkekuatan 6,5 Skala Richter (SR) dengan pusat gempa di 104 km barat daya Kebumen, Jawa Tengah dengan kedalaman gempa 48 km, pada pukul 12:14:20 WIB. Tak hanya warga Solo, gempa tersebut ternyata juga dirasakan oleh warga yang berada di wilayah Sukoharjo. Para pengunjung mal The Park Mall Solo Baru, Sukoharjo berhamburan ke luar mal begitu menyadari ada gempa.
5.
Paragraf Eksposisi Perbandingan Joko Widodo yang sekarang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta memang dikenal sebagi sosok pemimpin yang merakyat, selalu melakukan blusukan untuk mendengar aspirasi masyarakat, Jokowi merupakan sosok pemimpin yang kharismatik, dan mau terjun langsung ke masyarakat. Sosok Jokowi Berbeda dengan pemimpin-pemimpin daerah yang lain yang hanya bisa duduk manis di kantornya yang belum memberikan aksi nyata untuk daerahnya.
6.
Paragraf Eksposisi Laporan
21
Penerbangan MH 370 milik Malaysia Airlines hilang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur, Malaysia, menuju Beijing, China, Sabtu (8/3/2014) pagi. Di antara 239 penumpang, termasuk dua bayi dan 12 kru pesawat itu, terdapat 12 orang Indonesia. Sebelumnya disebutkan, penumpang berasal dari 13 negara.
B.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan konsep teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
“Penerapan pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada Materi Paragraf Eksposisi kelas X IPA SMA Negeri 1 Onanrunggu.
22
BAB III METODE PENELITIAN A.
Penataan Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dirancang selama kurang lebih dua kali pertemuan, dan agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar maka penelitian ini dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. 2. Tempat Pelaksanaan Penelitian
dilaksanakan
di
SMA
Negeri
1
Onanrunggu.
Adapun
pertimbangan peneliti dalam menetapkan tempat uji coba penelitian adalah, bahwa SMA Negeri 1 Onanrunggu merupakan tempat bertugas peneliti sebagai pendidik. 3. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA1 SMA Negeri 1 Onanrunggu 2014/2015 sebanyak 38 orang terdiri atas laki-laki 18 orang dan perempuan 20 orang. 4. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa melalui pendekatan Number Heads Together. B.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil
keterampilan
berbicara
siswa
serta
instrument
observasi
berupa
lembar
pengamatan aktivitas siswa dan guru. Metode observasi ini memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar dalam kegiatan penelitian. 23
Penelitian didampingi oleh seseorang observer yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut membantu proses pembelajaran Data dalam penelitian ini diperoleh melalui : 1.
Lembar Lembar observasi kinerja siswa dalam melakukan penelitian data
ini ditentukan berdasarkan skala penilaian (amat kurang sampai dengan amat baik). 2.
Laporan tertulis dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siswa akan
dinilai dengan rentang skor 0 -100. 3. C.
Angket sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan. Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar observasi, jurnal dan catatan lapangan. 1.
Tes Kemampuan
Tes adalah rentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun tes yang dilakukan yaitu berupa pemberian perintah untuk menyimak berita dengan baik dan benar. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah dicapai. 2.
Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau melihat aktivitas siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan 24
memotivasi siswa selama kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar observasi yang diisi oleh observer sebagai penca tat lapangan. Aktivitas peneliti yang diamati adalah keterampilan mengajar mulai , dari membuka pelajaran sampai pada menutup pelajaran. Aspek yang diamatinya berupa kelengkapan dan keahlian guru dalam mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya. 3.
Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil ini akan digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus berikutnya. 4.
Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.
25
D. 1. a.
Prosedur Penelitian Siklus Pertama Rencana Tindakan Siklus I
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together sebagai metode yang dapat melibatkan antara guru dan siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika hanya menggunakan metode -metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas X IPA1 SMA Negeri I Onanrunggu.Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus I, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu: 1) Membuat rencana pembelajaran. 2) Membagi materi (teks eksposisi) 3) Peneliti membagi siswa kelas X IPA1 di SMA Negeri 1 Onanrunggu, menjadi beberapa kelompok sekaligus memberi tugas masing -masing kelompok. 4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi berupa teks eksposisi guna mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. b.
Pelaksanaan Siklus I
Setelah diputuskan menggunakan metode Numbered Heads Together siswa kelas X
IPA.
Maka
tahapan
pembelajaran
26
sesuai
dengan
tahapan
dalam
metode Numbered Heads Together. Proses pembelajarannya berlangsung selama 2 X 45 menit, yang meliputi: Pertemuan I : 2 X 45 menit 1. Tahap Awal
Salam pembuka
Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahas yaitu paragraf eksposisi.
2.
Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.
Tahap Inti
Pre Activity
Peneliti/ guru memberikan stimulus materi
Peneliti/guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.
Peneliti/guru memberi tugas kepada masing -masing kelompok.
Apersepsi
Guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari mengenai teks eksposisi dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan praktek yang disesuaikan dengan materi serta mempresentasikannya sesuai dengan nomor yang ditunjuk oleh peneliti/guru.
Guru mengatur jalannya pembelajaran.
27
Guru melontarkan pertanyaan untuk kemudian menunjuk nomor siswa yang akan menjewabnya.
Penutup
Guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama pembelajaran.
Guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
3. Tahap Akhir
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Guru
memberikan
motivasi-motivasi
agar
para
siswa
bisa
lebih
meningkatkan belajarnya.
Guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.
Guru memberi tugas untuk mempelajarai pembahasan yang akan di bahas selanjutnya.
Guru menutup pertemuan/salam penutup.
28
Pertemuan II : 2 X 45 menit 1.
Tahap Awal
Salam pembuka
Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahasan.
Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.
Guru mengadakan tes untuk menguji kemampuan siswa memahami teks eksposisi
Guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.
2.
Tahap Inti
Whilst Activity
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
nomor
dari
masing -masing
kelompok yang belum menjawab.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengaju kan
pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya. Post Activity
Guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
Guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar -mengajar.
Guru menjelaskan secara detail materi paragraf eksposisi 29
3. Tahap Akhir
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya.
Guru menyuruh kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
Guru
memberikan
motivasi-motivasi
agar
para
siswa
bisa
lebih
sini
selain
meningkatkan belajarnya. c.
Guru menutup pertemuan/salam penutup.
Observasi Siklus I Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti
di
bertindak sebagai guru, peneliti juga bertindak sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada lembar observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I, kegiatan siswa sudah cukup bagus, siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan
pelajaran,
karena
pelajaran
yang
didapatkan
akan
lebih
menyenangkan dari biasanya. Memasuki tahapan II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini terlihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat
menyimak
berita
dengan
baik
serta
bersemangat
dalam
mengapresiasikannya. Setelah siswa mendapatkan metode Numbered Heads Together, siswa diberi soal test formatif untuk mengetahui tingkat kefahaman siswa dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan.
30
d. Refeleksi Siklus I Tujuan peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together semula adalah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, agar metode-metode pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas X IPA SMA Negeri 1 Onanrunggu Yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan diatas, maka diambil langkah-langkah: 1) Memperhatikan peningkatan siswa yang lebih tertib dalam mengikuti proses pembelajaran. 2) Sebagian kecil siswa yang kurang mampu me mahami teks eksposisi, maka harus diberikan perhatian khusus untuk dibimbing dalam menyimak. 2. Siklus Kedua a.
Rencana Tindakan Siklus II
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih menggunakan metode Numbered Heads Together yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran paragraf eksposisi . Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus II, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu: 1) Membuat rencana pembelajaran. 2) Membagi materi selanjutnya menjadi beberapa bagian. 3) Peneliti/ guru membagai siswa kelas X menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok.. 31
4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. b.
Pelaksanaan Siklus II
Dengan tetap menggunakan metode Numbered Heads Together maka tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pertemuan I : 2 X 45 menit 1. Tahap Awal
Salam pembuka
Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan..
Presensi siswa.
Guru mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan menyimak siswa.
Guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.
2.
Tahap Inti
Pre Activity
Guru memberikan stimulus materi paragraf eksposisi
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.
Guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.
32
Whilst Activity
Guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari
teks
eksposisi dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanj utkan dengan diskusi yang disesuaikan dengan materi.
Guru mengatur jalannya diskusi.
Post Activity
Guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar -mengajar.
Guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
3. Tahap Akhir
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Guru
memberikan
motivasi-motivasi
agar
para
siswa
meningkatkan belajarnya.
Guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.
Guru menutup pertemuan/ salam penutup.
Pertemuan II : 2 X 45 menit 1. Tahap Awal
Salam pembuka
Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan.
Presensi siswa. 33
bisa
lebih
Guru
mengadakan
tes
untuk
men.getahui
kemampuan
menyimak
siswamemahami teks eksposisi
Guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.
2. Tahap Inti Pre Activity Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya. Whilst Activity
Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum menjawab.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengajukan
pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
Guru membuka sesi untuk tanya jawab dengan para siswa.
Post Activity
Guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
Guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar -mengajar.
Guru menjelaskan secara detail materi.
3. Tahap Akhir
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 34
Guru
memberikan
motivasi-motivasi
agar
para
siswa
bisa
lebih
meningkatkan belajarnya.
Guru menutup pertemuan/ salam penutup.
Observasi Siklus II
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I. kegiatan siswa dalam proses belajar -mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk bertanya dan menjawab. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan kemampuan menyimak. Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari pembelajaran metode Numbered Heads Together yaitu dapat dilihat pada antusias belajar siswa yang meningkat dan hasil nilai akhir ulangan harian siswa. Refleksi Siklus II Dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan metode Numbered Heads Together, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar. Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil:
Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode Numbered Heads Together harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah
35
dimengerti secara mendalam makna yang terkandung dalam materi yang disampaikan.
Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap terpelihara.
F.
Teknik Analisis
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data. Dalam penelitian ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualit atif adalah suatu teknik yang menganalisis data dengan cara mengiterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata. Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain : 1. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik. 2. Pengukuran test hasil belajar Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai ya ng diperoleh oleh siswa.
36
3. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. 4. Metode dokumentasi Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. G.
Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan penelitian dilihat sama seperti pada siklus 1, yaitu: 1.
Apabila siswa lebih memahami materi dibanding sebelum penelitian
diadakan. 2.
Ketercapaian siswa dalam menyerap materi pelajaran melalui te s.
37
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara Andayani,dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional .Jakarta : Universitas Terbuka C.George,Boeree.2008.Metode Pembelajaran Dan Pengajaran .Yogjakarta:Ruzz Media Departemen Pendidikan Nasional.1999. Penelitian Tindakan Action Research. Jakarta : Rineka Cipta Keraf,Gorys.1995.Eksposisi.Jakarta:Grasindo Suwarsih,Madya.1994. Panduan
penelitian
tindakan.Yogyakarta:
IKIP
Yogyakarta. Idrus, Muhammad.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial.Yogyakarta: Erlangga.
38