BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisasisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga (sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah-masalah seperti timbulnya bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusia maupun lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu perlu adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya meningkatkan semaksimalmungkin dampak pisitifnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut dengan teknik komposter tanpa penambahan sktivator pngomposan, disamping terdapat berbagai teknik pengolahan lain
(dengan penambhan
aktivator pengomposan) menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari segi nilai ekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman. Meskipun dalam metode ini tidak ditambahkan aktivator pengomposan, namun ke dalamnya ditambahkan organik agent (serbuk gergaji dan kotoran hewan) yang berfungsi memacu pertumnuhan mikroba dan manambah unsur hara dalam kompos. Dalam melakukan teknik penomposan, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan agar proses pengomposan berjalan dengan cepat sehingga masa panen relatif singkat dan cepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di dekomposisi, kelembaban dan aerasi yang mendukung kerja mikroorganisme, maupun kadar karbon dan Nitrogen yang ideal.
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
1
1.2 Tujuan Tujuan pembuatan proposal ini adalah: Sebagai gambaran untuk melakkukan kegiatan komposting sampah organik domestik sehingga mampu menciptakan inovasi baru yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah. 1.3 Manfaat Manfaat dari Pembuatan proposal ini adalah: 1. Mempermudah langkah dalam menerapkan proses komposting sehingga proses komposting tersebut berjalan dengan lancar; 2. Mengurangi permasalahan lingkungan akibat sampah organik yang dihasilkan terutama dari aktivitas manusia; 3. Berkurangnya jumlah limbah berupa sampah organik domestik sehingga tercipta kenyamanan dan kebersihan di lingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat; 4. Menghasilkan suatu produk (kompos) yang memiliki nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah; 5. Tercipta lapanngan kerja baru sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran;
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kompos dan Pengomposan Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Pengomposan
adalah
proses
dimana
bahan
organik
mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. 2.2 Manfaat Pengomposan Pengomposan memiliki banyak manfaat, diantaranya: a. manfaat ekonomi o Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah disebabkan sampah yang diangkut ke TPA ( Tempat Pembuangan Akhir) semakin berkurang. Selain itu dapat memperpanjang TPA karena semakin sedikit sampah yang dikelola. o Menghasilkan produk berupa kompos yang memiliki nilai tambah karena produk tersebut memiliki nilai jual. b. manfaat terhadap lingkungan o manfaat
estetika.
Adanya
pengomposan,
berarti
adanya
pengurangan terhadap sampah jenis organik yang dapat merusak keindahan kota atau suatu tempat dan menimbulkan bau.Dengan demikian keindahan dan kenyamanan tetap terjaga. o Produk hasil pengomposan bermanfaat bagi tanah dan tanaman, sebab dapat: •
Menyuburkan tanah dan tanaman
•
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
•
Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
•
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
3
•
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
•
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
•
Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman
•
Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam tanah
o Pengomposan berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan, karena jumlah sampah yang dibakar atau dibuang ke sungai menjadi berkurang. Selain itu aplikasi kompos pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang berlebihan. o Membantu melestarikan sumber daya alam karena pemakaian kompos pada perkebunan akan meningkatkan kemampuan lahan kebun dalam menahan sebagai media tanaman dapat digantikan oleh kompos, sehingga eksploatasi humus hutan dapat dicegah. c. Manfaat kesehatan Dengan pengomposan, panas yang dihasilkan mencapai 60OC, sehingga dapat membunuh organisme pathogen penyebab penyakit yang terdapat dalam sampah. d. Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan Pengomposan dapat meningkatkan peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah. 2.3 Prinsip Pengomposan Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini berarti
bahwa
peran
mikroorganisme
pengurai
sangat
besar.
Menurut
Tchobanoglous et al. (1993) dan Polprasert (1989), Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan meliputi: a. Kebutuhan Nutrisi
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
4
Untuk
perkembangbiakan
dan
pertumbuhannya,
mikroorganisme
memerlukan sumber energi, yaitu karbon untuk proses sintesa jaringan baru dan elemen-elemen anorganik seperti nitrogen, fosfor, kapur, belerang dan magnesium sebagai bahan makanan untuk membentuk sel-sel tubuhnya. Selain itu, untuk memacu pertumbuhannya, mikroorganisme juga memerlukan nutrien organik yang tidak dapat disintesa dari sumber-sumber karbon lain. Nutrien organik tersebut antara lain asam amino, purin/pirimidin, dan vitamin. b. Mikroorganisme Mikroorganisme pengurai dapat dibedakan antara lain berdasarkan kepada struktur dan fungsi sel, yaitu: 1. Eucaryotes, termasuk dalam dekomposer adalah eucaryotes bersel tunggal, antara lain : ganggang, jamur, protozoa. 2. Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti, contoh: bakteri. Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti cacing tanah, kutu juga berperan dalam pengurai sampah. Sesuai dengan peranannya dalam rantai makanan, mikroorganisme pengurai dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : o Kelompok I (Konsumen tingkat I) yang mengkonsumsi langsung bahan organik dalam sampah, yaitu : jamur, bakteri, actinomycetes. o Kelompok II (Konsumen tingkat II) mengkonsumsi jasad kelompok I, dan; o Kelompok III (Konsumen tingkat III), akan mengkonsumsi jasad kelompok I dan Kelompok II. c. Kondisi Lingkungan Ideal Efektivitas proses
pembuatan kompos sangat tergantung kepada
mikroorganisme pengurai. Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal mencakup : 1. Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N). Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos adalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
5
karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan ditangkap oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan. Apabila mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam proses pengomposan yang optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40 : 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1. 2. Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara aerobik berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang dibutuhkan tanaman. Pada proses awal, sejumlah mikroorganisme akan mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara bertahap yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme memakan asam-asam organik yang terbentuk tersebut. Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila :
pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3 yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan mikroorganisme.
pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat menyebabkan kematian jasad renik.
3. Suhu (Temperatur) Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan produk yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperatur dalam tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme. Pada awal pengomposan, temperatur mesofilik, yaitu antara 25 – 45 C akan terjadi dan segera diikuti oleh temperatur termofilik antara 50 - 65 C. Temperatur termofilik dapat berfungsi untuk :
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
6
a) mematikan bakteri/bibit penyakit baik patogen maupun bibit vektor penyakit seperti lalat; b) mematikan bibit gulma. Tabel 1 menunjukkan suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan beberapa organisme patogen dan parasit. Kondisi termofilik, kemudian berangsur-angsur akan menurun mendekati tingkat ambien. 4. Ukuran Partikel Sampah Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat. 5. Kelembaban Udara Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40 – 60 % dengan nilai yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang optimum harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan cepat. Apabila kondisi tumpukan terlalu lembab, tentu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau. Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%), dapat mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya habitat yang ada. 6. Homogenitas Campuran Sampah Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos perlu dicampur menjadi homogen atau seragam jenisnya, sehingga diperoleh pemerataan oksigen dan kelembaban. Oleh karena itu kecepatan pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung secara seragam. 2.4 Standar kualitas kompos No 1 2 3 4
parameter kadar air temperatur warna bau
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
satuan % 0 C
Minimum -
maksimum 50 Suhu air tanah Kehitaman Berbau tanah 7
5 6 7 8
Ukuran partikel Kemampuan ikat air pH Bahan asing
mm 0,55 25 % 58 6,80 7,49 % ” 1,5 Unsur makro 9 Bahan organik % 27 58 10 nitrogen % 0,40 11 karbon % 9,80 32 12 Posfor (P2O5) % 0,10 13 C/N ratio 10 20 14 Kalium (K2O) %0,20 ” Unsur mikro 15 Arsen Mg/kg ” 13 16 kobalt Mg/kg ” 3 17 kadmium Mg/kg ” 34 18 kromium Mg/kg ” 210 19 tembaga Mg/kg ” 100 20 Merkuri Mg/kg ” 0,8 21 Nikel Mg/kg ” 0,2 22 Timbal Mg/kg ” 150 23 Selenium Mg/kg ” 2 24 Seng Mg/kg ” 500 Unsur lain 25 Kalsium % ” 25,50 26 Magnesium % ” 0,60 27 Besi % ” 2,00 28 Alumunium % ” 2,20 29 Mangan % ” 0,10 Bakteri 30 Fecal coli MPN/g 1000 31 Salmonella sp MPN/4g 3 Ket: ” nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum 2.5 Jenis dan Cara Membuat Kompos Kompos dari Sampah Organik Pasar atau Domestik Sampah organik pasar atau domestik dapat diolah menjadi kompos dengan 3 metode: A. Metode Konvensional Metode ini tidak menggunakan komposter. Biasanya adonan kompos ditimbun dan ditutup dengan kain terpal. Selain kain terpal dapat digunakan pula karung goni atau sabut kelapa yang dimasukkan dalam kantung dari jaring plastik. Salah satu contohnya adalah seperti yang tercantum di bawah ini : 1. Alat-alat yang dibutuhkan Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
8
Peralatan antara lain: parang/sabit, ember/bak plastik untuk menampung air, ember untuk menyiram, plastik penutup, tali, sekop garpu/cangkul, dan cetakan kompos (jika diperlukan). Plastik penutup dapat menggunakan plastik mulsa yang berwarna hitam. Belah plastik tersebut sehingga lebarnya menjadi 2 m. Panjang plastik disesuaikan dengan banyaknya bahan yang akan dikomposkan. Cetakan kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu. Cetakan ini terdiri dari 4 bagian terpisah, dua bagian berukuran kurang lebih 2 x 1 m dan dua lainnya berukuran 1 x 1 m. 2. Bahan a. Sampah organik domestik Sampah ini dapat berupa
sampah rumah tangga dan sampah taman.
Sampah tersebut harus dipisahkan dari sampah plastik, logam, kaca, dll. Sebaiknya sampah organik tersebut adalah campuran antara sampah yang memiliki kandungan C dengan kandungan N. b. Aktivator Pengomposan Aktivator yang digunakan adalah PROMI. Jika aktivator pengomposan sulit diperoleh dapat menggunakan kotoran ternak atau rumen sapi untuk mempercepat proses pengomposan. c. Air 3. Lokasi Pengomposan Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun yang akan diaplikasi kompos atau di dekat sumber bahan baku yang akan dibuat kompos. Pemilihan lokasi ini akan menghemat biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. Lokasi juga dipilih dekat dengan sumber air. Karena apabila jauh dengan sumber air akan menyulitkan proses pengomposan. 4. Tahapan Pengomposan a. Memperkecil ukuran bahan. Untuk memperkecil ukuran bahan dapat dilakukan dengan menggunakan parang atau dengan mesin pencacah. b. Menyiapkan aktivator pengomposan. Aktivator (Orgadec atau Promi) dilarutkan ke dalam air sesuai dosis yang dibutuhkan. c. Pemasangan cetakan. Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
9
d. Memasukkan bahan ke dalam cetakan selapis demi selapis. Tinggi lapisan kurang lebih seperlima dari tinggi cetakan. Injak-injak bahan tersebut agar memadat sambil disiram dengan aktivator pengomposan. e. Dalam setiap lapisan siramkan aktivator pengomposan. Setelah cetakan penuh, buka cetakan dan tutup tumpukan kulit buah kakao dengan plastik. B. Metode komposter dengan penambahan bakteri (aktivator) Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan. 60%- 70% sampah yang dihasilkan adalah sampah organik/sampah basah (sampah rumah tangga, sampah dapur, sampah kebun, sampah restoran/sisa makanan, sampah pasar dll). Salah satu solusi yang cukup tapat untuk menangani masalah sampah organik adalah dengan menjadikannya kompos melalui suatu alat yang disebut komposter. Pengomposan dengan teknologi komposter adalah proses penguraian sampah organik secara aerob dengan mengunakan Sy-Dec mikroba pengurai dan Organic Agent (bahan mineral organik). Cara penggunaan komposter : 1
sampah organik yang telah terpilah dipotong/dirajang kecil- kecil (1-2 cm)
2
campur sampah organik dengan Organic Agent (bahan mineral organik :serbuk gergaji, dedak, abu dll)
3
Siram/cipratkan larutan Sy-Dec mikroba pengurai pada bahan sampah organik sampai membasahi semua bahan dan menjadi lembab.
4
Bahan sampah yang telah diproses 1 sd 3 dimasukkan ke dalam komposter Proses komposting yang baik temperatur 40-50 derajat celcius dapat dicapai dalam 2-3 hari.
5
Proses pembusukan sampah organik dalam komposter selama 7-10 hari(tergantung dari bahan baku sampah organik). Bolak-balik/tusuk-tusuk media kompos setiap hari agar proses aerasi berjalan dengan baik.
6
keluarkan sampah organik yang telah menjadi kompos melalui pintu yang ada dibagian bawah komposter. Simpan ditempat teduh agar kena angin,kompos akan menjadi kering dan gembur
7
Kompos siap digunakan atau dikemas.
C. Teknik komposter tanpa penambahan bakteri Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
10
Komposter keranjang takakura Dikembangkan oleh Bapak dan Ibu Djamaludin, Taman Karinda, Bandung. Pengomposan cara ini sangat bermanfaat untuk para mahasiswa, bujangan, keluarga kecil, karena bisa ditempatkan di dalam kamar, apartemen, atau di dalam rumah biasa. Caranya: 1
Pertama, cari keranjang berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil (supaya bangsanya tikus tidak bisa masuk). Jangan lupa kalau membeli keranjang plastik ini berikut tutupnya.
2
Kedua, cari doos bekas wadah air minum kemasan, atau bekas wadah super mi, asal bisa masuk ke dalam keranjang. Doos ini untuk wadah langsung dari bahan-bahan yang akan dikomposkan.
3
Ketiga, isikan ke dalam doos ini kompos yang sudah jadi. Kalau sebelumnya anda tidak membuat kompos sendiri, anda minta saja ke teman anda yang punya persediaan kompos yang siap pakai. Tebarkan kompos ke dalam doos selapis saja setebal kurang lebih 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi ini berfungsi sebagai starter proses pengomposan, karena di dalam kompos yang sudah jadi tersebut mengandung banyak sekali mikroba-mikroba pengurai. Setelah itu masukkan doos tersebut ke dalam keranjang plastik.
4
Keempat, bahan-bahan yang hendak dikomposkan sudah bisa dimasukkan ke dalam keranjang. Bahan-bahan yang sebaiknya dikomposkan antara lain: Sisa makanan dari meja makan: nasi, sayur, kulit buah-buahan. Sisa sayuran mentah dapur: akar sayuran, batang sayuran yang tidak terpakai. Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang, harus dipotong-potong kecilkecil sampai ukuran 2 cm x 2 cm.
5
Kelima, setiap hari bahkan setiap habis makan, lakukanlah proses memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan seperti tahap sebelumnya.
Demikian
seterusnya.
Aduk-aduklah
setiap
selesai
memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan. Bilamana perlu tambahkan lagi selapis kompos yang sudah jadi.
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
11
Anehnya, doos dalam keranjang ini lama tidak penuhnya, sebab bahanbahan dalam doos tadi mengempis. Terkadang kompos ini beraroma jeruk, bila kita banyak memasukkan kulit jeruk. Bila kompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat dimanfaatkan. Catatan: khusus untuk komposter Keranjang Takakura ini, upayakan agar bekas sayuran bersantan, daging dan bahan lain yang mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam doos. Mengingat starter-nya telah menggunakan kompos yang sudah jadi, maka MOL (mikroba loka) tidak digunakan. Metode pembuatan kompos dengan Reaktor Kompos (Komposter) sederhana Sebenarnya reaktor ini bisa dibuat dari apa saja. Salah satu contohnya adalah terbuat dari drum PVC. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah, reaktor ini harus memiliki sistem ventilasi yang bagus. Reaksi pengkomposan adalah memang jenis reaksi yang memerlukan udara. Jika reaktor ini tidak memiliki sistem ventilasi yang baik, proses pembusukan yang terjadi juga akan menghasilkan bau busuk akibat dari pembentukan amoniak dan H2S. Contoh cara pembuatan kompos dengan komposter adalah sebagai berikut : 1. Siapkan wadah ember plastik bekas atau drum. Dasarnya dilubangi untuk tempat keluarnya air. Dapat pula dibuat lubang dalam tanah. 2. Isi wadah/lubang dengan pasir. Di atas pasir ditaburi sampah organik atau sampah basah (sayuran, buah, dedaunan) dari dapur/kebun. 3. Tambahkan pada lapisan berikutnya kotoran ayam, kambing, burung dan lainnya. 4. Taburkan kapur pertanian/dolomit dan atau abu gosok di atasnya. Kemudian lapisan berikutnya di taburi tanah secukupnya. 5. Ulangi tahapan ini selapis demi selapis sampai wadah/lubang penuh dan lapisan paling atas ditutup tanah untuk menahan bau. 6. Biarkan tumpukan tersebut selama 1-1,5 bulan dan jaga wadah/lubang tersebut agar tetap lembab. Proses pembuatan kompos sederhana tersebut telah selesai bila bahan-bahan dalam lapisan telah menyusut sekitar 50 %.
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
12
(gambar : komposter sederhana)
BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Pembuatan Kompos Alat dan Bahan: Alat •
Komposter berdiameter kurang lebih 40-50 cm
•
golok/ alat pemotong lain
•
sekop
•
sarung tangan
•
alat untuk analisis fisik( termometer dan pH meter)
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
13
•
ayakan/penyaring dari kawat
•
plastik kemasan
Bahan •
sampah taman (dedaunan coklat) sebanyak 7 kg
•
sampah hijau (sayuran) sebanyak 3 kg
•
/starter ( serbuk gergaji sebanyak 15 gram dan 2 kg campuran kotoran kambing dengan tanah)
•
air
Cara Kerja •
sampah taman dipilah terlebih dahulu dan diambil sebanyak 10 kg sampah dedaunan serta sampah hijauan sebanyak 3 kg
•
cacah sampah dengan golok hingga berukuran 1,5 cm x1,5 cm
•
tambahkan serbuk gergaji lalu aduk-aduk hingga tercampur merata
•
masukkan campuran tanah dengan kotoran kambing setinggi kurang lebih 1 cm ke dalam komposter sebagai alas dasar
•
masukkan campuran sampah setinggi 7 cm lalu diperciki air hingga dapat dipastikan cukup lembab
•
tutup dengan campuran tanah dan kotoran kambing
•
masukkan lagi campuran sampah di atasnya, dan lakukan berulang hingga komposter penuh dan berakhir dengan penutupan menggunakan campuran tanah dan kotoran
•
tekan perlahan, jangan terlalu padat
•
tutup komposter dan lakukan pengecekan suhu minimal 3 hari sekali
•
lakukan pula pengukuran pH dan penetapan ratio C/N
•
setelah kompos matang (kurang lebih setelah 5-8 minggu pengomposan), kompos diayak lalu dikemas
•
lakukan analisis biaya produksi dengan pengasumsian life time (masa pakai) alat (tidak termasuk alat untuk analisis kompos)
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
14
ventilasi tempat masuk bahan kompos lubang ventilasi
komposter
pintu untuk panen kompos
3.2 Pengukuran suhu dan pH Alat dan bahan Alat •
Termometer
•
pH meter
•
erlenmeyer
•
gelas ukur
•
neraca
•
mesin pengaduk (shaker)
Bahan •
sampel kompos
•
air suling
cara kerja •
pengukuran suhu:
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
15
-ukur suhu kompos dengan cara menancapkan termometer ke dalam tumpukan kompos dalam komposter kemudian biarkan selama lima mebnit lalu tulis hasil pembacaan skala termometer -lakukan pada 15 titik dan hasilnya dirata-ratakan •
Pengukuran pH
-timbang 10 g sampel kompos dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL -tambahkan 50 mL air suling lalu kocok dengan menggunakan shaker -ukur pH dengan menggunakan pH meter 3.3 Penetapan C/N Penetapan C organik Alat dan Bahan Alat •
Cawan porselen
•
Cawan alumunium
•
Neraca analitik 4 desimal
•
Pembakar bunsen dan meker
•
Kaki tiga dan triangel
•
Gegep besi
•
Desiccator
•
Oven
•
Tanur
Bahan •
Sampel kompos
Cara kerja Penetapan kadar air •
Cawan aluminium yang telah bersih dan di oven ditimbang bobot kosongnya dan dicatat sebagai A gram
•
Masukkan ke dalam cawan sebanyak 0,2 gram sampel kompos lalu catat bobotnya sebagai B gram
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
16
•
Panaskan (keringkan) cawan beserta sampel kompos tersebut dalam oven pada suhu 1050C selama 1-2 jam
•
Dingkat dengan menggunakan gegep besi ke dalam eksikator unutk didinginkan
•
Ditimbang bobotnya dan dicatat sebagai C gram
Dihitung kadar air dengan menggunakan rumus kadar air= B – C X 100% B–A Penetapan kadar abu •
•
Cawan porselen yang telah dioven ditimbang bobot kosongnya dan dicatat sebagai A gram
•
Masukkan ke dalamnya 0,2 gram sampel kompos dan ditimbang bobotnya serta dicatat sebagai B gram
•
Bakar dengan bunsen hingga membara dan tidak nampak wujud awalnya
•
Bakar dengan pembakar meker hingga berwarna pitih keabuan
•
diabukan didalam tanur dengan temperatur 7000C selama 1 jam
•
angkat dengan menggunakan gegep besi dan di dinginkan dalam eksikator lalu ditimbang dan dicatat bobotnya sebagai Cgram
•
dihitung kadar abu dengan menggunkan rumus
kadar abu = C – A X 100% B-A Penetapan kadar C organic C organic = 58% bahan organic = 58 X (100 % - (kadar air + kadar abu)) 100 Penetapan N Alat dan bahan Alat •
Alat destilasi
•
Alat destruksi
•
Erlenmeyer
•
Pipet volumetri 5 mL dan 25 mL
•
Labu takar 100 mL
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
17
•
Erlenmeyer 250 mL
•
Buret makro scellbach
•
Statif
•
Pipet tetes
•
Labu semprot
•
Alas titrasi
Bahan •
Sampel kompos
•
H2SO4
•
Asam borat 4%
•
Selen
•
Boraks
Cara Kerja Standardisasi Asam Klorida (HCl) 0,01 N Preparasi larutan yang dititar •
ditimbang sebanyak 0,0476 gram boraks lalu dilarutkan dalam labu takar 100 mL dan ditera dengan air sulng
•
dipipet 25 mL ke dalam erlenmeyer 250 Ml
•
ditambahkan 2 tetes indikator MM preparasi larutan penitar
•
bersihkan buret dengan air keran, dibilas dengan air suling dan dibilas pula dengan HCl minimal 2x
•
isi buret dengan HCl proses titrasi
•
larutan boraks dititar dengan HCl hingga berwarna merah
•
dilakukan duplo dan dihitung normalitasnya N HCl = bobot boraks x volume HCl X 100% BE boraks
destruksi sampel
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
18
•
ditimbang sampel kompos sebanyak 0,2 gram lalu dimasukkan ke dalam tabung destruksi
•
ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat
•
ditambahkan 0,2 gram selen
•
didestruksi hingga warna hijau campuran memudar
Destilasi sampel •
Hasil destruksi dilarutkan ke dalam labu takar 100 mL
•
Tera dengan air suling
•
Siapkan alat penampung NH3 yang berisi asam borat 4% sebanyak 10 mL
•
Ditambahkan 3 tetes indikator MM dan 1 tetes indikator BCG
•
Dipipet 5 mL hasil destruksi ke dalam alat destilasi yang telah dibilas dengan air suling sebanyak 2x
•
Masukkan 10 mL NaOH 30%
•
Operasikan alat selama 10 menit hingga larutan penampung bewarna merah dan ada gas yang berubah menjadi tetes air
•
Titrasi hasil destilasi (destilat) dengan HCl hingga berwarna merah
•
Hitung kadar N dengan menggunakan rumus Kadar N: Volume HCl x N HCl x BE HCl x fp X 100% Bobot sampel kompos
3.4 Waktu dan Tempat Waktu
: Maret s.d April 2009
Tempat: Kampus Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dibuat dalam bentuk laporan
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
20
Laporan Hasil Percobaan Pembuatan Kompos dari Sampah Organik Taman Metode Komposter dengan Penambahan Kotoran Kambing sebagai Organik Agent Tujuan
: 1. mengolah sampah organik domestik melalui prose pengomposan 2. dengan teknik komposter menggunakan tambahan kotoran kambing sebagai organik agent 3. mengetahui kualitas kompos yang diolah dengan teknik komposter yang ditambahkan ke dalamnya kotoran kambing sebagai organik agent 4. mengetahui keuntungan finansial melaui analisis biaya modal dan kualitas serta bobot kompos yang dihasilkan
Prinsip
: Limbah padat organik taman dapat diolah menjadi pupuk organik
melaui proses pengomposan. Pengomposan merupakan penguraian bahan-bahan organik secara biologis yang dapat dipercepat prosesnya dengan penambahan organik agent berupa kotoran kambing. Reaksi
:
CHON + O2 + Nutrien → Sel – Sel Baru + CO2 + CH4 + NH3 + H2S (bahan organic) (oksigen)
(karbondioksida) (metana) (amoniak) (hidrogen sulfida)
+ kalor + Kompos Langkah Kerja: Pembuatan kompos Alat dan Bahan: Alat •
Komposter berdiameter kurang lebih 40-50 cm
•
golok/ alat pemotong lain
•
sekop
•
sarung tangan
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
21
•
alat untuk analisis fisik( termometer dan pH meter)
•
ayakan/penyaring dari kawat
•
plastik kemasan
Bahan •
sampah taman (dedaunan coklat) sebanyak 7 kg
•
sampah hijau (sayuran) sebanyak 3 kg
•
/starter ( serbuk gergaji sebanyak 15 gram dan 2 kg campuran kotoran kambing dengan tanah)
•
air
Cara Kerja •
sampah taman dipilah terlebih dahulu dan diambil sebanyak 10 kg sampah dedaunan serta sampah hijauan sebanyak 3 kg
•
cacah sampah dengan golok hingga berukuran 1,5 cm x1,5 cm
•
tambahkan serbuk gergaji lalu aduk-aduk hingga tercampur merata
•
masukkan campuran tanah dengan kotoran kambing setinggi kurang lebih 1 cm ke dalam komposter sebagai alas dasar
•
masukkan campuran sampah setinggi 7 cm lalu diperciki air hingga dapat dipastikan cukup lembab
•
tutup dengan campuran tanah dan kotoran kambing
•
masukkan lagi campuran sampah di atasnya, dan lakukan berulang hingga komposter penuh dan berakhir dengan penutupan menggunakan campuran tanah dan kotoran
•
tekan perlahan, jangan terlalu padat
•
tutup komposter dan lakukan pengecekan suhu minimal 3 hari sekali
•
lakukan pula pengukuran pH dan penetapan ratio C/N
•
setelah kompos matang (kurang lebih setelah 5-8 minggu pengomposan), kompos diayak lalu dikemas
•
lakukan analisis biaya produksi dengan pengasumsian life time (masa pakai) alat (tidak termasuk alat untuk analisis kompos)
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
22
ventilasi tempat masuk bahan kompos lubang ventilasi
komposter
pintu untuk panen kompos
Pengukuran suhu dan pH Alat dan bahan Alat •
Termometer
•
pH meter
•
erlenmeyer
•
gelas ukur
•
neraca
•
mesin pengaduk (shaker)
Bahan •
sampel kompos
•
air suling
cara kerja Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
23
•
pengukuran suhu:
-ukur suhu kompos dengan cara menancapkan termometer ke dalam tumpukan kompos dalam komposter kemudian biarkan selama lima mebnit lalu tulis hasil pembacaan skala termometer -lakukan pada 15 titik dan hasilnya dirata-ratakan •
Pengukuran pH
-timbang 10 g sampel kompos dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL -tambahkan 50 mL air suling lalu kocok dengan menggunakan shaker -ukur pH dengan menggunakan pH meter Penetapan C/N Penetapan C organik Alat dan Bahan Alat •
Cawan porselen
•
Cawan alumunium
•
Neraca analitik 4 desimal
•
Pembakar bunsen dan meker
•
Kaki tiga dan triangel
•
Gegep besi
•
Desiccator
•
Oven
•
Tanur
Bahan •
Sampel kompos
Cara kerja Penetapan kadar air •
Cawan aluminium yang telah bersih dan di oven ditimbang bobot kosongnya dan dicatat sebagai A gram
•
Masukkan ke dalam cawan sebanyak 0,2 gram sampel kompos lalu catat bobotnya sebagai B gram
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
24
•
Panaskan (keringkan) cawan beserta sampel kompos tersebut dalam oven pada suhu 1050C selama 1-2 jam
•
Dingkat dengan menggunakan gegep besi ke dalam eksikator unutk didinginkan
•
Ditimbang bobotnya dan dicatat sebagai C gram
Dihitung kadar air dengan menggunakan rumus kadar air= B – C X 100% B–A Penetapan kadar abu •
•
Cawan porselen yang telah dioven ditimbang bobot kosongnya dan dicatat sebagai A gram
•
Masukkan ke dalamnya 0,2 gram sampel kompos dan ditimbang bobotnya serta dicatat sebagai B gram
•
Bakar dengan bunsen hingga membara dan tidak nampak wujud awalnya
•
Bakar dengan pembakar meker hingga berwarna pitih keabuan
•
diabukan didalam tanur dengan temperatur 7000C selama 1 jam
•
angkat dengan menggunakan gegep besi dan di dinginkan dalam eksikator lalu ditimbang dan dicatat bobotnya sebagai Cgram
•
dihitung kadar abu dengan menggunkan rumus
kadar abu = C – A X 100% B-A Penetapan kadar C organic C organic = 58% bahan organic = 58 X (100 % - (kadar air + kadar abu)) 100 Penetapan N Alat dan bahan Alat •
Alat destilasi
•
Alat destruksi
•
Erlenmeyer
•
Pipet volumetri 5 mL dan 25 mL
•
Labu takar 100 mL
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
25
•
Erlenmeyer 250 mL
•
Buret makro scellbach
•
Statif
•
Pipet tetes
•
Labu semprot
•
Alas titrasi
Bahan •
Sampel kompos
•
H2SO4
•
Asam borat 4%
•
Selen
•
Boraks
Cara Kerja Standardisasi Asam Klorida (HCl) 0,01 N Preparasi larutan yang dititar •
ditimbang sebanyak 0,0476 gram boraks lalu dilarutkan dalam labu takar 100 mL dan ditera dengan air sulng
•
dipipet 25 mL ke dalam erlenmeyer 250 Ml
•
ditambahkan 2 tetes indikator MM preparasi larutan penitar
•
bersihkan buret dengan air keran, dibilas dengan air suling dan dibilas pula dengan HCl minimal 2x
•
isi buret dengan HCl proses titrasi
•
larutan boraks dititar dengan HCl hingga berwarna merah
•
dilakukan duplo dan dihitung normalitasnya N HCl = bobot boraks x volume HCl X 100% BE boraks
destruksi sampel
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
26
•
ditimbang sampel kompos sebanyak 0,2 gram lalu dimasukkan ke dalam tabung destruksi
•
ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat
•
ditambahkan 0,2 gram selen
•
didestruksi hingga warna hijau campuran memudar
Destilasi sampel •
Hasil destruksi dilarutkan ke dalam labu takar 100 mL
•
Tera dengan air suling
•
Siapkan alat penampung NH3 yang berisi asam borat 4% sebanyak 10 mL
•
Ditambahkan 3 tetes indikator MM dan 1 tetes indikator BCG
•
Dipipet 5 mL hasil destruksi ke dalam alat destilasi yang telah dibilas dengan air suling sebanyak 2x
•
Masukkan 10 mL NaOH 30%
•
Operasikan alat selama 10 menit hingga larutan penampung bewarna merah dan ada gas yang berubah menjadi tetes air
•
Titrasi hasil destilasi (destilat) dengan HCl hingga berwarna merah
•
Hitung kadar N dengan menggunakan rumus Kadar N: Volume HCl x N HCl x BE HCl x fp X 100% Bobot sampel kompos
Hasil Pengamatan : • Minggu ke-
Pengamatan Fisik Pengamatan fisik Warna Bau
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
SNI
ket
27
1
2
Coklat tua
Berbau busuk sampah
Warna:
bercampur
dedaunan hijau tetapi
kehitaman
hijau
tidak berbau kotoran
Bau: berbau
Coklat tua
kambing Sedikit berbau busuk
tanah
sampah hijau dan tidak berbau kotoran 3 4 5 6
Coklat tua Coklat tua> Coklat tua>
kambing Tidak berbau Tidak berbau Berbau seperti bau
Coklat
tanah Berbau khas tanah
Timbul hewanhewan kecil Timbul hewanhewan kecil Ketika dikepal lembab tetapi tidak mengeluarkan air
tua>> kehitaman •
Pengamatan Suhu dan pH Pengukuran suhu dilakukan pada 15 titik lalu dirata-ratakan
Tabel pengamatan suhu dan pH Waktu pengukuran 27 maret 2009 30 maret 2009 2 April 2009 8 April 2009 11 April 2009
Rata-rata suhu (0C) 27.0 30,2 30,1 26,9 33,0
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
pH 8,4 8,7 9,0 8,7
Keterangan Musim hujan, cuaca dingin 28
13 April 30 April 6 Mei 13Mei
2009 2009 2009 2009
30,0 30,2 27,5 27,2
8,6 8,1 7,9
pH basa,dikarenakan kompos masih
mengandung starter dari kotoran hewan Ket: pH kompos mberdasarkan SNI adalah 6,80 – 7,49 •
Penetapan C/N
Penetapan: pertama Penetapan C Kadar C = 100%- (kadar air + kadar abu) Penetapan kadar air -bobot cawan alumunium kosong
: 6,3639 gram (A)
-bobot alumunium kosong + bobot sampel
: 8,7405 gram (B)
-bobot cawan alumunium dan sampel (telah dioven)
: 7,1984 gram (C)
-kadar air
=
(B – C) X 100% (B – A)
= (8,7405 – 7,1984) gram X 100% (8,4765 – 6,3639) gram = 64,89 % Penetapan kadar abu -bobot cawan porselen kosong
: 23,0330 gram (A)
-bobot cawan porselen kosong + bobot sampel
: 25,0802 gram (B)
-bobot cawan porselen dan sampel (telah dioven)
: 23,2498 gram (C)
-kadar abu
=
(C – A) X 100% (B – A)
= (23,2498 – 23,0330) gram X 100% (25,0802 – 23,0330) gram = 10,59 % Kadar bahan organic
= 100% - (kadar air + kadar abu) = 100% - (64,89 + 10,59) % = 24,52%
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
29
Kadar C organik
= 58% X kadar bahan organik = 58/100 X 24,52% = 14,22%
Penetapan N -bobot boraks
: 0,0471 gram
-bobot sampel (kompos)
: 0,2328 gram
-bobot kertas kosong
: 0,2400 gram
-bobot kertas setelah
: 0,2408 gram
-bobot sampel yang digunakan
: 0,2320 gram
-volume HCl standardisasi
: 23,00 mL
-Volume HCl titrasi N
: 0,70 mL
Standardisasi HCl
= Bobot boraks (mg) Volume HClXBEboraks = 0,0471gramX103mg/gram 23,00mLX190,6mg/mgrek = 0,0107 mgrek/mL
Kadar N
= 0,7mLX0,0107mgrek/mLX14mg/mgrekX20X100% 0,2320gramX103mg/gram = 0,90%
Kadar C/N C/N
= 14,22% : 0,90% = 15,8 : 1
penetapan: kedua Penetapan C Kadar C = 100%- (kadar air + kadar abu) Penetapan kadar air -bobot cawan alumunium kosong Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
: 6,4537 gram (A) 30
-bobot alumunium kosong + bobot sampel
: 8,4636 gram (B)
-bobot cawan alumunium dan sampel (telah dioven) : 6,9287 gram (C) -kadar air
=
(B – C) X 100% (B – A)
= (8,4636 – 6,9287) gram X 100% (8,4636 – 6,4537) gram = 76,37 % Penetapan kadar abu -bobot cawan porselen kosong
: 26,2398 gram (A)
-bobot cawan porselen kosong + bobot sampel
: 28,2267 gram (B)
-bobot cawan porselen dan sampel (telah dioven)
: 27,9819 gram (C)
-kadar abu
=
(C – A) X 100% (B – A)
= (27,9819 – 26,2398) gram X 100% (28,2267 – 26,2398) gram = 12,32 % Kadar bahan organic
= 100% - (kadar air + kadar abu) = 100% - (76,37 + 12,32) % = 11,31%
Kadar C organik
= 58% X kadar bahan organik = 58/100 X 11,31% = 6,56%
Penetapan N -Kertas minyak
: 0,2375 gram
-Bobot kompos
: 0,2775 gram
-Bobot kertas sesudah penimbangan
: 0,2383 gram
-Bobot kompos contoh
: 0,2767 gram
-Bobot boraks
: 0,0476 gram
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
31
-Volume HCl standardisasi
: 22,95 mL
-Volume HCl titrasi N
: 0,17 Ml
Kadar N
= VHCl X NHCl X BE N X fp X 100% Bobot contoh (mg)
Standardisasi HCl NHCl
=
bobot boraks (mg) Volume HCl X BENa2B4O7.10H2O
= 0,0476 gram X 103 mg/gram 22,95 mL X 190,6 mg/mgrek = 0,0109 mgrek/mL Kadar N dalam contoh Kadar N
= 0,17 mLX0,0109mgrek/mLX14mg/mgrekX20X100% 0,2767gramX103mg/gram = 0,19%
Kadar C/N C/N
= 6,56% : 0,19% = 34,5 : 1
Analisis Biaya Produksi Diasumsikan: o Masa pakai komposter, skop plastik, dan golok = 2 tahun o Isi 1 pak kantong plastik kemasan 1 kg
= 100 lembar
o Harga kompos kualitas I
= Rp 2.000,-/kg
o Harga kompos kualitas II
= Rp1.000,-/kg
o Jumlah produksi dalam setahun adalah 6x (2 tahun berarti 12x) a. modal awal :
komposter
: Rp 55.000,-
skop plastik
: Rp 5.000,-
golok
: Rp 15.000,-
kantong plastik 1 pak
: Rp 5.000,- +
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
32
jumlah modal
: Rp 80.000,-
b. hasil panen kompos : 1
Kualitas I
4 Kg
: 4 X Rp 2000,- = Rp 8.000,-
2
Kualitas II
2 Kg
: 2 X Rp 1000,- = Rp 2.000,- +
jumlah pendapatan 1x
panen = Rp 10.000,-
Sehingga mengalami kerugian
= Rp (80.000 – 10.000) = Rp 70.000,-
modal baru dapat kembali setelah minimal 8x panen, yaitu 1 tahun 4 bulan. Adapun dalam 2 tahun, jumlah pemasukan sekitar Rp 10.000 x 12 kali panen = Rp 120.000 dengan keuntungan (diluar modal yang telah kembali) yaitu sebesar Rp 40.000,- untuk 8 kg sampah dedaunan. Adapun modal untuk 1x produksi adalah:
komposter
: Rp 4.585,- dibulatkan Rp 4.600,-
Skop
: Rp
Kantong Plastik
416,- dibulatkan Rp
420,-
:
Rp
150,-
:
Rp 1.250,- +
:
Rp 6.420,-
(Rp 5.000 :100 lembar = Rp 50,- x 6 kg
Golok jumlah
Pembahasan: Pengomposan pada dasrnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikroba agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Bahan organik yang dapat dengan mudah didekomposisi diantaranya adalah sampah taman (tergolong juga domestik) berupa dedaunan. Dalam perjalanannya, ditemukan bebrapa perubahan diantaranya terlihat banyak organisme-organisme kecil dan terjadi penyusutan volume hingga hampir setengahnya. Hal-hal yang harus diperhatikan selama proses pengomposan diantaranya adalah kelembaban, aerasi, temperatur,suasana, netralisasi keasaman, serta penambahan nutrien untuk menambah kandungan unsur hara dalam kompos sehingga kualitasnya meningkat.
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
33
Dalam praktikum yang kami lakukan, yaitu pembuatan kompos dari sampah taman melalui metode komposter dengan penambahan kotoran kambing sebgai organik agent, diperoleh pula bebrapa perubahan kondisi seperti apa yang dijalaskan literatur, meskipun hasi akhir dari proses ini belum menmenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia). Hal yang kami amati selama proses pengomposan adalah: 1. suhu Berdasarkan literatur, suhu pengomposan maksimal mencapai 65 derajat Celcius. Dalam prakrikum, suhu maksimal yang kami hasilkan adalah 330C dan minimum 26,9 0C, dimana suhu-suhu ini masuk ke dalam rentang suhu termofilik sehingga cocok untuk aktivitas bakteri mesofilik. Berdasarkan tabel pengamatan hasil panen di atas, terlihat bahwa suhu pada pengukuran ke-4 tergolong rendah dibandingkan dengan pengukuran pada hari yang lain dikarenakan pengukuran dilakukan dipagi hari saat saat musim hujan. Sehingga suhu kompos mengalami penurunan karena adanya aerasi. 2. pH pH kompos pada akhir pengukuran adalah 7,90, tergolong melebihi SNI (6,80 – 7,49). dan pH pada tiap pengukuran tergolong basa. Hal ini disebabkan karena starter yang digunakan adalah kotoran kambing. Dimana umumnya kotoran hewan banyak mengandung NH3 (amoniak) yang bersifat basa. Hasil pengukuran terakhir tidak dapat dijadikan sebagai acuan karena pengukuran dilakukan tidak bertepatan dengan pemanenan kompos 3. ratio C/N Pada penetapan C/N diperoleh perbandingan C banding N = 15,8 : 1 pada pengukuran pertama dan 34,5 : 1 pada pengukuran selanjutnya. Hal ini membuktikan terjadi penurunan rasio C/N. Adanya penurunan yang tidak seharusnya terjadi kemungkinan besar disebabkan karena banyaknya kesalahankesalahan dalam analisis dan penetapan C/N kompos dan jenis dedaunan yang sangat tua dan kering yang banyak mengandung karbon. 4. warna dan bau Kompos yang telah di panen secara fisiknya telah memenuhi kriteria kompos siap panen. Warna kompos dari awal pengomposan dominan coklat Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
34
karena komposisi sampah cokelat lebih banyak. Adapun sampah dari awal terlihat dominan cokelat tua disebabkan dedaunan yang digunakan adalah dedaunan yang kering sehingga sulit mengurai dan bisa merupakan penyebab lain dihasilkannya kompos berkualitas II. Saat panen, dihasilkan kompos berwarna coklat kehitaman, dan berbau tanah. Selama proses pengomposan berlangsung, tidak tercium bau busuk yang menyengat, meskipun menggunakan kotoran kambing. Hal ini karena kotoran kambing telah mengering pada saat digunakan. Bau khas sampah hanya terjai diawal pengomposan sekitar minggu pertama sampai kedua. Salah atu penyebabnya adalah karena sampah yang dominan digunakan adlah sampah cokelat yang kering. 6. ukuran partikel akhir Selama pengomposan, ukuran partikel semakin kecil dan pada saat panen terjadi penurunan sekitar 1/3 dari volume kompos awal. Kompos yang telah di ayak ternyata meliputi kualitas yang berbeda. Kualitas I berupa kompos yang lolos pengayakan (halus menyerupai tanah) dan kualitas II berupa kompos yang tidak lolos pengayakan. Hal ini menandakan pproses pencacahan tidak merata dan masih banyak terdapat ukuran partikel daun yang terkategori kasar. 5. kadar air Kadar air kompos hasil penetapan adalah 64,89 % dan 76,37% (melebihi SNI yang seharusnya maksimum 50%). hal ini diakibatkan karena air
yang
ditambahkan melebihi toleransi yang seharusnya. Adapun kenaikan kadar air disebabkan penetapan dilakukan setelah pembalikan kompos sehingga air dari kompos bagian bawah menyerap ke kompos bagian atas. Karena posisi kompos dalam komposter kami adalah berlapis-lapis, maka pembalikan dilakukan dengan membalikan komposternya. Namun secara fisik, jika diperas kompos yang dihasilkan tidak mengeluarkan air. Telah diketahui pula tidak terdapat lindi di bawahnya. Simpulan •
proses pembuatan kompos dengan teknik komposter dengan penambahan kotoran kambing sebagai organik agent yang telah dilakukan, dihasilkan 4
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
35
kg kompos berkualitas I dan 2 kg kompos berkualitas II. dan berdasarkan analisis biaya dari produksi ini dihasilkan keuntungan sebesar Rp 40.000,tiap 8 kg sampah dedaunan dalam waktu 2 tahun •
Hasil analisis laboratorium yang diperoleh tidak dapat dijadikan acuan terhadap kualitas kompos karena penetapan C/N ataupun pengukuran pH tidak dilakukan bertepatan dengan pamanenan kompos.
Saran •
hendaknya tidak digunakan jenis sampah yang berwarna cokelat tua dan kering karena kadar airnya sedikit serta sulit di dekomposisi. Sebaiknya pilih dedaunan cokelat muda atau kekuning-kuningan agar kandengan airnya masih berada di dalam sehingga dapat mempercepat proses dekomposisi menghasilkan kompos bertekstur halus (berkualitas I). selain itu mudah dalam pencacahan.
•
dalam proses pencacahan, hendaknya dedaunan dicacah sedemikian kecil agar proses dekomposisi berjalan cepat.
•
Pembuatan kompos teknik ini kurang efektif dalam proses pembalikan, karena harus bersamaan dengan komposternya.
•
Untuk menghasilkan keuntungan yang besar serta pengendalian sampah yang optimal, disarankan untuk mengolah sampah tersebut dalam skala yang besar dan mengupayakan kondisi pengomposan yang ideal.
•
Rawat dengan baik peralatan-peralatan yang ada. Karena dengan perawatan maka life time alat akan lebih panjang sehingga dapat menambah keuntungan.
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
36
DAFTAR PUSTAKA ( http://www.kompos.biz/2006/05/dengan-komposter-membuat-kompos-di.html ) http://www.kompos.biz/2006/05/dengan-komposter-membuat-kompos-di.html http://www.cyberforums.us/showthread.php?t=12549 http://lingkunganku.multiply.com/journal/item/9/Cara_pembuatan_ kompos_dari_sampah_organik www.wikipedia.org, kompos searching
Pr opo sal Ke lom pok 4/ 2- TPL B
37