LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL RENCANA KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) PADA KELUARGA PASIEN Nn. E DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN Di Ruang Internsive Wanita Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Tanggal
November 2017
Oleh NOORASIAH, S.Kep SOFIANA AZIZAH, S.Kep TARBIAH, S.Kep WIKA DELIAWATI,S.Kep
Gambut,
NPM. 1614901110148 NPM. 1614901210700 NPM. 1614901210701 NPM. 1614901102005
November 2017 Mengetahui,
Preseptor Akademik
(
Preseptor Klinik
)
(
)
PRE PLANNING HOME VISITE
Home visite adalah suatu kegiatan kunjungan rumah dimana petugas yang akan ditugaskan akan mengunjungi rumah klien dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dari keluarga kemudian memvalidasi data yang telah dicapai. Selain itu membantu keluarga dengan memberikan informasi tentang hal-hal yang berkaitandengan perawatan keluarga pada klien khususnya perawatan di rumah.
Kunjungan rumah atau home visite pada keluarga klien yang sedang dirawat atau pernah di rawat di Rumah Sakit Sambang Lihum Banjarmasin merupakan salah satu bentuk tindakan keperawatan yang bertujuan memperdayakan keluarga sehingga keluarga dapat melakukan perawatan klien dirumah. Adapun kegiatan kunjungan ini saya : Nama : NOORASIAH, S.Kep SOFIANA AZIZAH, S.Kep TARBIAH, S.Kep WIKA DELIAWATI,S.Kep
Program
: S1 Keperawatan Profesi Ners B 2017/2018
Institusi
: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Akan mengadakan kunjungan rumah pada keluarga klien yang bernama Nn. E yang beralamatkan di Jl. Belda Gg. Utama RT/RW 15/02, Kelurahan Belitung Utara, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kunjungan rumah akan dilakukan pada
tanggal
November 2017. Setelah dilakukan
kunjungan rumah pada keluarga Nn. E diharapkan keluarga memahami penjelasan yang diberikan oleh perawat dan mampu melakukan perawatan klien di rumah.
RENCANA KUNJUNGAN RUMAH
A. Identitas Keluarga Identitas Klien
: Nn. E
Usia
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum menikah
Tanggal Masuk RS
: 1 November 2017
No. RM
: 12.15.xx
Nama Keluarga
: Tn. I
Hubungan Dengan Keluarga : Ayah Alamat
: Jl. Belda Gg. Utama RT/RW 15/02 , Kelurahan Belitung Utara, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Diagnosa Keperawatan
: Halusinasi
B. Layanan Kesehatan Puskesmas
: Puskesmas Belitung
Alamat
: -
Kecamatan
: -
C. Tujuan Kunjungan Rumah 1. Tujuan Umum Keluarga mendapatkan edukasi tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi sesuai dengan perkembangan kondisi klien yang sedang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
2. Tujuan Khusus a. Memberitahukan informasi kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien selama dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum b. Memvalidasi data dan melengkapi yang diperoleh dari klien dan data sekunder mengenai: 1) Klien a) Alasan masuk atau dirawat di Rumah Sakit.
b) Kebiasaan Klien c) Faktor predisposisi dan presipitasi. 2) Keluarga. a)
Genogram keluarga.
b) Alasan Klien dirawat c)
Keadaan ekonomi
d) Keharmonisan keluarga e)
Orang yang terdekat dengan Klien dalam keluarga
f)
Support sistem dalam keluarga
g) Komunikasi dalam keluarga h) Harapan keluarga terhadap klien i)
Pengetahuan keluarga tentang perawatan klien.
j)
Persiapan keluarga tentang kepulangan klien.
3) Lingkungan. a) Fasilitas ibadah b) Pendapat masyarakat tentang penyakit Klien c) Tempat pelayanan kesehatan terdekat d) Pemanfaatan keluarga dengan pelayanan kesehatan
c. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang perawatan Keluarga gangguan jiwa di rumah dikaitkan dengan 5 fungsi keluarga yaitu : 1) Keluarga dapat mengenal masalah yang menyebabkan Klien kambuh. 2) Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan terhadap Klien. 3) Keluarga dapat merawat Klien dirumah. 4) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang terapeutik dalam merawat Klien. 5) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat untuk merawat kesehatan Klien. d. Memberikan pendidikan kepada keluarga sesuai dengan masalah yang ditemukan saat pengkajian. e. Memotivasi keluarga untuk melanjutkan perawatan di rumah.
D. Landasan Teori I.
Pengertian Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa diman klien mengalami perubahan persepsi sensori. Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimuli ekstern; persepsi palsu (Lubis, 1993).
Berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada klien dengan halusinasi Jenis Halusinasi Halusinasi Dengar
Data Objektif - Bicara atau tertawa sendiri - Marah-marah tanpa sebab
(klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungannya dengan
- Mendekatkan telinga ke
- Menutup telinga
- Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
- Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
jelas atau samar terhadap
- Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
lingkungan)
(klien melihat gambaran yang
kegaduhan
arah tertentu
stimulus yang nyata atau
Halusinasi penglihatan
Data Subjektif - Mendengar suara-suara atau
- Ketakutan pada sesuatu
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun, melihat hantu, atau monster.
yang tidak jelas
adanya stimulus yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya). Halusinasi penciuman (klien mencium suatu bau yang muncul dari sumber
- Mengendus-endus seperti
Membaui bau-bauan seperti bau
sedang membaui bau-bauan
darah, urine, feses, dan terkadang
tertentu
bau-bau tersebut menyenangkan
- Menutup hidung
bagi klien.
- Sering meludah
Merasakan rasa seperti darah,
- Muntah
urine, atau feses.
tertentu tanpa stimulus yang nyata) Halusinasi pengecapan (klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa makanan yang tidak enak) Halusinasi perabaan
Menggaruk-garuk permukaan
-
Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
kulit. (klien merasakan sesuatu
-
pada kulitnya tanpa ada
Merasa seperti tersengat listrik.
stimulus yang nyata) Halusinasi Kinestetik
Memegang kakinya yang
Mengatakan badannya melayang
dianggapnya bergerak sendiri.
di udara.
Memegang badannya yang
Mengatakan perutnya menjadi
dianggapnya berubah bentuk
mengecil setelah minum soft
dan tidak normal seperti
drink.
(klien merasa badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya bergerak). Halusinasi Viseral (perasaan tertentu timbul).
biasanya.
II. Rentang Respon Respons neurobiologis merupakan berbagai respons perilaku klien yang terkait dengan fungsi otak. Gangguan respons neurobiologis ditandai dengan gangguan sensori persepsi halusinasi (Trimelia, 2011). Gangguan respons neurobiologis atau respons neurobiologis yang maladaptif terjadi karena adanya: a. Lesi pada ara frontal, temporal dan limbik sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada otak dalam memproses informasi. b. Ketidakmampuan otak untuk menyeleksi stimulus. c. Ketidakmampuan
antara
dopamin
dan
neurotransmiter
lainnya.(Trimelia, 2011). Respons neurobiologis individu daapt diidentifikasi sepanjang rentang respons adaptif sampai maladaptif, menurut Stuart dan Laraia (1998) dalam Trimelia (2011) adalah sebagai berikut:
Respons Adaptif
-
-
Respons Maladaptif
Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konstan dengan pengalaman Perilaku sesuai Hubungan sosial harmonis
-
-
Pikiran kadang menyimpang Ilusi Reaksi emosional berlebih/kurang Perilaku ganjil Menarik diri
-
-
Gangguan proses pikir/delusi/waham Etidakmampuan untuk mengalami emosi ketidakteraturan Isolasi sosial halusinasi
Respons maladaptif: -
Perubahan proses pikir adalah waham/delusi adalah suatu bentuk kelainan pikiran (adanya ide-ide/ keyakinan yang salah).
-
Halusinasi adalah persepsi yang salah, meskipun tidak ada stimulus tetapi klien merasakannya.
-
Ketidakmampuan untuk mengalami emosi adalah terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu, kalau tidak, hal ini akan menimbulkan kecemasan.
-
Perilaku
tidak
terorganisir/
ketidakteraturan
adalah
respons
neurobiologis yang mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi utama dari Sistem Syaraf Pusat, sehingga tidak ada koordinasi antara isi pikiran, perasaan dan tingkah laku (kataton, meringis, stereotipik, avolisi). -
Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk menjalin hubungan, kerja sama dan saling tergantung dengan orang lain.
III. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik.
1.1 Faktor Perkembangan Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan. 1.2 Faktor Sosiokultural Berbagai factor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya. 1.3 Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang berleihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik nuorokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP). 1.4 Faktor Psikologis Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas. 1.5 Faktor Genetik Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
IV. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
V. Manifestasi Klinis/Tanda dan gejala Tahap Comforting
Ciri-ciri Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti cemas,
Halusinasi menyenangkan,Cemas ringan
kesepian, rasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
Perilaku yang dapat diobservasi - Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak tepat - Menggerakan bibir tanpa membuat suara
yang menyenangkan untuk
- Pergerakan mata yang cepat
menghilangkan kecemasan.
- Respon verbal yang lambat
Seseorang mengenal bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam
seperti asyik - Diam dan tampak asyik
kesadaran control jika kecemasan tersebut bisa dikelola. Comdemning Halusinasi menjijikan,Cemas sedang
Penngalaman sensori menjijikan dan
- Ditandai dengan peningkatan
menakutkan. Klien yang
kerja system saraf autonomic
berhalusinasi mulai merasa
yang menunjukan kecemasan
kehilangan control dan mungkin
misalnya terdapat peningkatan
berusaha menjauhkan diri, serta
nadi, pernafasan dan tekanan
merasa malu dengan adanya
darah.
pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari orang lain.
- Rentang perhatian menjadi sempit - Asyik dengan penngalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realitas.
Controlling Pengalamansensori berkuasa,Cemas berat
Klien yang berhalusinasi menyerah
- Arahan
yang
diberikan
untuk mencoba melawan pengalaman
halusinasi tidak hanya dijadikan
halusinasinya. Isi halusinasi bisa
objek saja oleh klien tetapi
menjadi menarik/meimkat. Seseorang
mungkin akan diikitu/dituruti
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir.
- Klien
mengalami
kesulitan
berhubungan dengan orang lain - Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit - Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah.
Conquering
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak
Melebur dalam pengaruh halusinasi,Panic
mengikuti perintah dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat
- Perilakku klien tampak seperti dihantui terror dan panic - Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
jam atau sehari bila tidak ada
- Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukan
intervensi terapeutik
isi dari halusinasi misalnya klien melakukan kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia - Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks - Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang
Pohon Masalah Effect
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Care Problem
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Causa
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
VI. Proses Keperawatan 6.1
Pengkajian Subjektif: - Klien mengatakan mendengar sesuatu - Klien mengatakan melihat bayangan putih - Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik - Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses - Klien mengatakan kepalanya melayang di udara - Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Objektif: - Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji - Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
- Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu - Disorientasi - Konsentrasi rendah - Pikiran cepat berubah-ubah - Kekacauan alur pikiran
6.2
Diagnosa Keperawatan Perubahan Sensori Persepsi: halusinasi
6.3
Rencana Tindakan Keperawatan a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut: - Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya - Klien dapat mengontrol halusinasinya - Klien mengikuti program pengobatan secara optimal b. Tindakan Keperawatan 1) Membantu klien mengenal halusinasi Dalam membantu klien mengenal halusinasinya, perawat dapat berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar, dilihat atau dirasa), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan terjadinya halusinasi, dan respon klien saat halusinasi itu muncul. 2) Melatih klien mengontrol halusinasi a) Menghardik halusinasi - Menjelaskan cara menghardik halusinasi - Memperagakan cara menghardik - Meminta klien memperagakan ulang - Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien. b) Bercakap-cakap dengan orang lain Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi, ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain terjadi distraksi yaitu focus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain. Anjurkan atau ingatkan
kepada klien bahwa ketika waktu-waktu yang diperkirakan sebagai waktu halusinasi tersebut muncul maka kien diharapkan langsung mencari teman untuk bercakap-cakap. c) Melakukan aktivitas yang terjadwal -
Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
-
Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien
-
Melatih klien melakukan aktivitas
-
Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan agar klien memiliki aktivitas muali dari bangun pagi sampai dengan tidur malam.
d) Minum obat secara teratur -
Jelaskan kegunaan obat
-
Jelaskan akibat putus obat
-
Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
VII. Strategi Pelaksanaan SP PASIEN
SP KELUARGA
Pertemuan 1 1. Identifikasi
Pertemuan 1 halusinasi:
dengan
mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi situasi pencetus, perasaan dan respon 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan 3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta
proses
3. Jelaskan cara merawat pasien dengan halusinasi 4. Latih cara merawat halusinasi: hardik 5. Anjurkan
1. Evaluasi kegiatan menghardik: beri pujian
1. Evaluasi
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat) 3. Jelaskan pentingnya pengguanaan obat pada gangguan jiwa
membantu
pasien
sesuai
keluarga
dalam
jadwal dan beri pujian Pertemuan 2
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna,
halusinasi
(gunakan booklet)
Pertemuan 2
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
terjadinya
kegiatan
merawat melatih pasien menghardik beri pujian 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat 3. Latih
cara
memberikan
membembing minum obat
atau
4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai program
4. Anjurkan
membantu
pasien
sesuai
keluarga
dalam
jadwal dan beri pujian
5. Jelaskan akibat putus obat 6. Jelaskan cara berobat 7. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan beri pujian Pertemuan 3
Pertemuan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan
1. Evaluasi
obat. Beri pujian
kegiatan
merawat atau melatih pasien dalam
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik dan memberikan obat. Beri
bercakap-cakap ketika halusinasi muncul
pujian
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
2. Jelaskan
cara
bercakap-cakap
dan
latihan menghardik, minum obat dan
melakukan kegiatan untuk mengontrol
bercakap-cakap
halusinasi 3. Latih
dan
sediakan
waktu
untuk
bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi 4. Anjurkan
membantu
pasien
sesuai
jadwal dan berikan pujian
Pertemuan 4
Pertemuan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik,
1. Evaluasi kegiatan keluarga merawa/
penggunaan obat dan bercakap-cakap. Beri
melatih
pujian
memberikan obat dan bercakap-cakap.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menggunakan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
pasien
mengahardik,
Beri pujian 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM, tanda kambuh, rujukan
3. Masukan kedalam jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-
3. Anjurkan
membantu
pasien
sesuai
keluarga
dalam
jadwal. Beri pujian
cakap dan kegiatan harian Pertemuan 5 sd12
Pertemuan 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan latiahn menghardik,
1. Evaluasi
minum
obat,
bercakap-cakap
melakukan kegiatan harian. Beri pujian
dan
merawat
kegiatan atau
melatih
pasien
menghardik, minum obat, bercakap-
2. Latih kegiatan harian
bercakap, kegiatan harian dan foloow up.
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
Beri pujian
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol
2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM