Laporan Home Visite Amira.docx

  • Uploaded by: Oka Kurniawan Ponda
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Home Visite Amira.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,508
  • Pages: 14
LAPORAN HOME VISIT 1. IDENTITAS PASIEN : Nama

: Amira

Umur

: 32 Bulan

PB/BB

: 91 cm / 9,5 kg

Jenis kelamin

: Perempuan

Pendidikan terakhir

: Belum Sekolah

Pekerjaan

: Tidak Bekerja

Alamat

: Jl. Bridgen Katamso RT.02 Sunda Putra Kasang Jaya

Suku

: Melayu

Bangsa

: Indonesia

2. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama

: Berat Badan tidak bertambah-tambah.

2. Riwayat Penyakit Sekarang : 

Berat Badan tidak bertambah-tambah,



Tampak lemah



Rewel



Nafsu makan berkurang

3. Riwayat Penyakit Dahulu

: Gizi kurang

4. Riwayat Penyakit Keluarga : 5. Riwayat Sosial Ekonomi

:



Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya.



Sehari – hari ayahnya bekerja sebagai wartawan lepas dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

6. Riwayat Kebiasaan

:

Sering memakan jajanan, meminum susu cair.

3. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum

: Tampak lemas

b. Kesadaran

: Komposmentis

c. Gizi

: Gizi kurang

d. Tanda vital

: Tekanan Darah: 130 / 70 mmHg N : 80 x/menit RR: 18 x/menit T : 37 ºC

e. Kepala

: Konjungtiva : anemis (-/-) Sklera : Ikterik (-/-)

f. - Leher

: Pembesaran KGB (-)

g. - Dada

: Simetris kanan dan kiri

h. - Paru-paru

: dbn

i. - Abdomen

: dbn

j. - Anggota gerak : dbn

4. DIAGNOSIS Anak dengan gizi kurang, akibat pola asuh ibu yang kurang.

5. TERAPI Non Farmakologis : 

Makan-makanan yang teratur, dan dengan cukup gizi



Menjaga kebersihan diri dan lingkungan



Minum susu sesuai dengan usia

Farmakologis : Vitamin 6. PROGNOSIS Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam

7. PENGAMATAN RUMAH Pasien tinggal di rumah tidak permanen

(bersama

ayah

dan

ibunya). Rumah yang ditempati oleh pasien

tergolong

rumah

tidak

permanen, dimana rumah terbuat dari papan

seperti

rumah

panggung.

Lantai rumah ini terbuat dari semen. Luas bangunan rumah 4 m x 8 m (≤ 8 m2/orang). Keadaan dalam rumah ini tergolong rapi. Rumah ini memiliki 1 ruang tamu yang sekaligus digunakan untuk ruang keluarga, 2 kamar tidur dan 1 dapur yang hanya terdapat kompor dan peralatan untuk makan dan minum, tidak memiliki kamar mandi dan jamban yang layak. Ventilasi dan pencahayaan hanya bersumber dari 2 buah pintu (depan dan belakang) serta 3 buah jendela (2 buah jendela depan, 1 buah jendela samping). Jendela depan tidak bisa dibuka sedangkan jendela samping biasanya dibuka saat siang hari. Sirkulasi udara dan pencahayaan baik untuk ruang tamu, sedangkan ruangan lain sirkulasi udara dan pencahayaan kurang, masih terkesan gelap dan lembab. Sumber air bersih keluarga diperoleh dari sumur yang telah di

siapkan oleh ketua RT setempat. Disinilah pasien/keluarga mengambil air untuk mencuci pakaian, mencuci piring dan mandi. Sedangkan untuk memasak dan air minum, keluarga ini menggunakan air galon isi ulang.

Di dalam kamar banyak baju yang digantung

sampai bertumpuk

tumpuk dan tidak teratur.

Saluran pembuangan limbah sekitar rumah kurang baik, dimana limbah tersebut dibuang langsung melalui parit. Terlihat

air yang

tergenang di depan, belakang dan samping rumah, serta terdapat sedikit sampah dalam saluran pembuangan air tersebut. Di rumah tidak memiliki tempat pembuangan sampah sementara, biasanya pasien dan keluarga membuang sampah dengan memasukkan sampah ke kantong plastik, yang nantinya dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir oleh petugas kebersihan setiap sore hari.

8. PENGAMATAN LINGKUNGAN Pasien tinggal dalam lingkungan yang padat penduduk, dalam 1 RT terdapat 184 kepala keluarga, antar satu rumah dengan rumah lain letaknya berdempet. Ada pekarangan di depan rumah dan tampak bersih. Saluran pembuangan limbah langsung melalui parit. Terdapat tempat pembuangan

sampah umum di depan lorong tempat tinggalnya yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, ada petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah rumah-rumah di RT tersebut, sehingga warga di sekitar rumah kerap mengumpulkan sampah di depan rumah mereka sendiri. Di depan rumah pasien, terdapat parit tempat saluran limbah yang tergenang, terdapat juga kandang burung yang berbau tidak sedap di perkarangan rumahnya, sehingga terkesan lingkungan tidak baik.

9. HASIL WAWANCARA /PENGAMATAN KELUARGA /HUBUNGAN KELUARGA Pasien tinggal dirumah dengan jumlah anggota keluarga 6 orang, yaitu Bapak bernama M. Yusuf (60 tahun), Ibu bernama Muryanti (36 tahun), dan Kakaknya bernama Sania (14 tahun), Annisa (12 tahun), Yufan (10 tahun). Di keluarga tersebut tidak memiliki penyakit yang serius. Hanya saja berat badan anaknya tidak bertambah-tambah. Dahulu seluruh saudara Amira memiliki riwayat gizi kurang sejak kecil.

10. HASIL WAWANCARA / PENGAMATAN PERILAKU KESEHATAN Perilaku kesehatan dalam keluarga pasien, dapat dikatakan cukup baik, namun ada beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki. Adapun perilaku kesehatan (PHBS) dalam keluarga dapat dinilai melalui 10 kriteria, yaitu :  Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Dalam hal persalinan, dahulu pasien saat bersalin di tolong oleh dukun bersalin.  Memberi ASI ekslusif Pasien mengaku memberikan ASI ekslusif kepada anaknya.

 Menimbang balita setiap bulan Pasien rajin menimbang balitanya setiap bulan ke posyandu terdekat.

 Menggunakan air bersih Pasien dan keluarganya menggunakan sumber air bersih berupa sumur yang telah di sediakan oleh ketua RT setempat.  Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Pasien kurang memahami tentang budaya mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pasien hanya mencuci tangan sekedarnya saja.  Menggunakan jamban sehat Di rumah pasien tidak ada kamar mandi dan jamban yang layak, dimana

jamban

belakang

rumah

terletak tetapi

di tidak

tertutup.

 Memberantas jentik rumah sekali seminggu Pasien dan keluarga sering membersihkan tempat penampungan air biasanya 2 kali sehari. Hal tersebut terbukti dengan tidak tampaknya jentik-jentik nyamuk di tempat penampungan air.  Makan buah dan sayur setiap hari Berhubung keadaan perekonomian keluarga pasien tergolong rendah, untuk makan buah dan sayur setiap hari agaknya sulit terlaksana.

 Melakukan aktivitas fisik setiap hari Aktivitas fisik sangat jarang dilakukan oleh pasien dan keluarganya.  Tidak merokok di dalam rumah Di anggota keluarga, Bapak seringkali merokok di dalam rumah.

11. ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK  Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain : a)

Tipe rumah

b)

Ventilasi

c)

Pencahayaan rumah

d)

Saluran pembuangan limbah

e)

Sumber air bersih

f)

Jamban memenuhi syarat

g)

Tempat sampah tertutup

h)

Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga 8m2/orang Pada kasus ini, keadaan rumah pasien masih tergolong bukan rumah

sehat, karena pencahayaan dan pertukaran udaranya masih kurang mencukupi untuk syarat rumah sehat, banyaknya pakaian yang digantung

menimbulkan gambaran ruangan yang tidak rapi. Selain itu ukuran luas rumah juga tidak memenuhi syarat rumah sehat, namun keadaan/ kondisi rumah tidak mempengaruhi atau memperberat penyakit yang diderita oleh pasien saat ini.  Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar Pada kasus ini, Diagnosis penyakit pada pasien ini tidak ada pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya, tetapi pada kasus ini, bisa diperberat jika tidak diikuti dengan pola hidup/perilaku hidup yang sehat, seperti mengatur menu makanan dan olah raga yang teratur.  Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga Hubungan pasien dengan keluarga lebih kepada tingkat pengetahuan dan perilaku keluarga yang kurang terhadap kesehatan sehingga mempengaruhi kondisi pasien. Dalam mencegah terjadinya penyakit ini, misalnya menerapkan perilaku makan makanan yang bergizi dengan memenuhi syarat.  Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan

organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku hidup sehat sangat diperlukan dalam pencegahan diagnosis penyakit ini, tetapi pada keluarga ini perilaku hidup sehat kurang diperhatikan misalnya mencuci tangan hanya dilakukan sekedarnya saja tanpa menggunakan sabun. Bapak juga merokok di dalam rumah sehingga anaknya seringkali terpapar asap rokok. Selain itu juga kesadaran keluarga terhadap pentingnya mengobati penyakit masih kurang, hal ini terlihat saat anak menderita penyakit flu, ibu hanya membiarkannya saja sampai sembuh sendiri tanpa mencari pertolongan ke puskesmas, begitu juga dengan keadaan anaknya yang menderita gizi kurang.  Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis Hubungan kausal pada diagnosis penyakit pasien ini karena pasien kurang mengkonsumsi makanan yang sehat dan susu yang tepat untuk anak usia 32 bulan kemudian pola hidup pasien yang tidak menerapkan kebiasaan hidup sehat.  Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit Faktor

penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi adalah

ketidakseimbangan gizi dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak dan pelayanan kesehatan. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga serta tingkat pendapatan keluarga. Faktor ibu memegang peranan penting dalam menyediakan dan menyajikan makanan yang bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak.

 Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau etiologi Untuk mencapai status gizi baik, harus ditunjang oleh tingkat pengetahuan gizi yang baik serta pendapatan yang memadai. Pada kasus ini, yang menjadi perhatian adalah pola makan, pengetahuan gizi ibu, penyakit infeksi, pekerjaan orang tua dan pendapatan.

12. RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN DAN KEPADA KELUARGA Pendidikan kesehatan dapat diberikan pada masyarakat/keluarga dengan beberapa cara, antara lain: 1. Bekerja sama dengan dukun bersalin dan memberi penerangan agar ibu tidak memberi susu kaleng kepada bayi/anak serta nasehat tentang gizi makanan yang bergizi untuk ibu menyusui. Pendidikan kesehatan tidak hanya diberikan oleh petugas kesehatan, tetapi bisa juga diberikan oleh dukun bersalin. Di beberapa tempat, orang yang paling dapat menolong adalah dukun bersalin. Banyak dukun bersalin mengajarkan pada ibu untuk segera menaruh bayi pada payudara secepat mungkin setelah melahirkan dan menyusui atas permintaan. Kadang-kadang dukun bersalin ini mencela para ibu muda yang membiarkan bayi menunggu. Dukun bersalin tahu bahwa menyusui segera setelah melahirkan akan membantu menolong mengeluarkan uri dan menghentikan pendarahan. Mereka juga tahu bahwa terus menyusui akan membantu rnemperlambat terjadinya kehamilan baru. Mereka memberikan para ibu dukungan praktis dan dukungan emosional dan memberi ibu minuman hangat bergizi seperti sup untuk membantu ASI mengalir. Beberapa dukun bersalin mengetahui cara memeras ASI untuk mengetahui bendungan payudara. Mereka mengerti bahwa bila bayi disusui lebih sering, payudara akan menghasilkan ASI lebih banyak. Dukun bersalin memberi lebih banyak dukungan dan rawatan kepada ibu-ibu baru melahirkan

daripada petugas kesehatan profesional. Petugas kesehatan harus mendorong dukun bersalin untuk mau bekerja sama sehingga petugas dapat menganjurkan dukun bersalin untuk mengubah kebiasaan yang betul-betul merugikan, misalnya: petugas kesehatan mendapatkan beberapa dukun bersalin selalu memberikan makanan tambahan bila bayi menangis. Oleh karena itu, penting sekali bagi petugas kesehatan untuk berbicara dengan dukun bersalin bahwa tidak baik untuk memberikan makanan tambahan terlalu dini dan ada cara lain untuk membantu seorang ibu dan bayi yang menangis. 2. Bekerja melalui kelompok dalam masyarakat Petugas kesehatan harus berbicara dengan masyarakat setempat mengenai apa yang hendak dilakukannya. Petugas kesehatan perlu mencari kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat seperti kelompok jemaat atau kelompok wanita yang dapat diajak berbicara. Petugas dapat menjelaskan mengenai status gizi pada anak, hal ini seperti menimbang berat badan secara berkala di posyandu, pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan, menjelaskan mengenai makanan pendamping asi untuk bayi diatas 6 bulan, serta menjaga kebersihan rumah maupun lingkungan agar dapat menghindari berbagai penyakit. 3. Menyuluh ibu-ibu yang datang ke BKIA Petugas kesehatan harus selalu yakin bahwa menyusui merupakan topik yang harus dimasukkan dalam penyuluhan di BKIA, diruang rawat jalan rumah sakit, di puskesmas. Tidak perlu berbicara mengenai menyusui setiap minggu. Sebaiknya menyusui merupakan salah satu topik dalam rencana pendidikan kesehatan. Petugas kesehatan harus mencoba untuk berdiskusi dengan ibu. 4. Melalui penggunaan media Dapat digunakan surat kabar, televisi dan radio untuk menyampaikan pesan tentang menyusui anak. Cara ini paling mudah dilakukan di kotakota besar

5. Menggunakan selebaran dan poster Pendidikan

kesehatan

dapat

dilakukan oleh petugas kesehatan dengan cara menempelkan poster menyusui yang baik di rumah sakit

dan

puskesmas.

Atau

dengan membagikan selebaran bagi pasien untuk dapat dibaca agar membantu masyarakat untuk selalu ingat akan pesan-pesan yang benar.

13. RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA KELUARGA  Menjelaskan tentang penyakit tersebut, tanda-tanda, dan bahayanya  Menjelaskan tentang pentingnya memberikan makanan dengan teratur  Menjelaskan tentang penting merujuk pasien bila terdapat tanda bahaya umum  Pentingnya memenuhi asupan gizi pada anak.  Menjelaskan tentang pola asuh anak yang baik  Menjelaskan tentang pentingnya memeriksakan anak di posyandu  Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pola prilaku hidup bersih dan sehat dan menerapkannya di dalam rumah tangga  Menjelaskan kepada pasien dan keluarga kriteria dari rumah yang sehat.  Menjelaskan kepada pasien dan keluarga kriteria dari lingkungan yang sehat.

14. ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT

MEMBERI

SEMANGAT/MEMPERCEPAT

PENYEMBUHAN PADA PASIEN Cara untuk mencegah terjadinya gizi kurang pada anak:  Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.  Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.  Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.  Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.  Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari. 

Membuka jendela pada pagi hari sampai sore hari, agar rumah mendapat sinar matahari dan udara yang cukup.



Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dalam satu kamar tidak lebih dari 3 orang.



Menjaga kebersihan diri( Mandi minimal 2 kali sehari, Ganti pakaian, cuci tangan sebelum dan sesudah makan) membersihkan rumah dan lingkungan disekitar rumah ( menyapu halaman rumah, membuang sampah di tempat pembuangan sampah, menguras bak mandi minimal 2 kali seminggu).



Menghindari gigitan nyamuk dengan cara memakai obat nyamuk, memakai kelambu pada saat tidur dan memasang kawat kasa pada ventilasi rumah.



Mengikut sertakan anak pada program imunisasi.

Related Documents

Berita Acara Home Visite
August 2019 28
Visite Blog
November 2019 17
Visite! Www.visionsana.com
November 2019 30
Visite Theatralisee
November 2019 43

More Documents from "Sabrina"