BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) dan International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. World Health Organization (WHO) menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke, 49% timbulnya serangan jantung dan tujuh juta kematian premature tiap tahunnya (Cahya, 2009) Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. Hal ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). Menurut WHO (Word Health Organization), batas tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib, 2009). Diperkirakan terjadi peningkatan insiden dan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) secara cepat, World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer (Rahajeng, 2009). Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan stres psikososial. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika 1
tidak ditanggulangi sejak dini. Pengendalian hipertensi, bahkan di negara maju pun, belum memuaskan. (Depkes RI, 2007). Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). (Riskesdas, 2007). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi disebabkan berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%). (Riskesdas, 2013). Gorontalo termasuk dalam 5 provinsi dengan prevalansi hipertensi tertinggi yaitu sebanyak 29,4% atau sebanyak 33.542 jiwa yang menderita hipertensi. (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo kasus hipertensi pada tahun 2011 laki –laki 2154 jiwa dan wanita 3279 jiwa, tahun 2012 penderita hipertensi laki-laki 5676 jiwa dan wanita 8581 jiwa. Pada tahun 2012 juga angka kematian yang disebabkan oleh hipertensi laki 199 jiwa dan wanita 112 jiwa (Dinkes Provinsi Gorontalo, 2013 ). Gejala yang dapat timbul pada penderita hipertensi yaitu gejala ringan seperti pusing, sering gelisah, wajah merah, tengguk terasa pegal, mudah marah, tenlinga berdenggung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengguk, mudah lelah, mata berkunang-kunang dan mimisan (Martha, 2012). Penanganan hipertensi yang tidak tepat akan beresiko terhadap timbulnya komplikasi akibat hipertensi seperti Cerebral Vascular Accident (CVA), gagal jantung, stroke, dimensia dan sakit ginjal (Casey and Benson, 2012). Menurut Ardiansyah (2012) pengobatan Hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan farmakologi hipertensi dapat digunakan obat-obatan anti hipertensi. Namun penggunaan obat-obatan tersebut menimbulkan efek samping diantaranya kelelahan, insomnia, dan batuk kering. Selain itu juga penggunaan obat-obatan tersebut membutuhkan biaya yang mahal. (Casey and Benson, 2012). Sedangkan pengobatan non farmakologis adalah suatu bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan medis tertentu (Kozier,Erb, Berman,& Snyder, 2010). Salah satu pengobatan non farmakologi yang dapat menurunkan 2
tekanan darah adalah pijat/massage punggung. Massage adalah melakukan tekanan tangan jaringan lunak, biasanya otot, tendon, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/ atau memperbaiki sirkulasi darah(Mander, 2004 dalam Andarmoyo 2014). Terapi massage/pijat punggung memiliki kelebihan yaitu biayanya yang murah, mudah dilakukan dan tidak menimbulkan efek samping. Aourella & Carleson (2005), menyatakan bahwa terapi masase pada punggung, leher, dan dada 30 menit 2 kali perminggu selama 4 minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan dan sebagai pengobatan komplementer dalam mengobati hipertensi. Efek terapi masase menimbulkan percepatan mekanisme aliran darah vena dan drainase limfatik, merusak mekanisme akumulasi patologis (misalnya, kalsifikasi jaringan lunak), dan melatih jaringan lunak secara pasif. Gerakan pijatan pada kulit, jaringan ikat, jaringan otot dan periosteum akan menimbulkan rangsangan reseptor yang terletak di daerah tersebut. Impuls tersebut dihantarkan oleh saraf aferen menuju susunan saraf pusat, dan selanjutnya susunan saraf pusat memberikan umpan balik dengan melepaskan asetikolin dan histamin melalui impuls saraf eferen untuk merangsang tubuh beraksi melalui mekanisme reflek vasodilatasi pembuluh darah yaitu mengurangi aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis. Peningkatan aktivitas saraf parasimpatis menimbulkan penurunan denyut jantung (heart rate) dan denyut nadi (pulse rate) dan mengakibatkan aktivasi respon relaksasi. Sedangkan penurunan aktivitas saraf simpatis meningkatkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang menyebabkan resistensi vaskular perifer menurun sehingga menurunkan tekanan darah.(Wijayanto, 2016). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pijat Punggung Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi”. 2.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.
3
2. Hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke, 49% timbulnya serangan jantung dan tujuh juta kematian premature tiap tahunnya. 3. Gorontalo termasuk dalam 5 provinsi dengan prevalansi hipertensi tertinggi yaitu sebanyak 29,4% atau sebanyak 33.542 jiwa yang menderita hipertensi. 4. Pengobatan farmakologi dapat menimbulkan efek samping diantaranya kelelahan, insomnia, dan batuk kering.selain itu juga penggunaan obat-obatan tersebut membutuhkan biaya yang mahal. 2.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah “Apakah ada pengaruh pijat puggung terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi?”.
2.4
Tujuan Penelitian a.
Tujuan umum :
1. Untuk mengidentifikasi dan menganalisa pengaruh pijat punggung terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. b.
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui nilai tekanan darah sistol dan diastolic sebelum diberkan pijat punggung terhadap pasien hipertensi. 2. Untuk mengetahui nilai tekanan darah sistol dan diastolic sesudah diberkan pijat punggung terhadap pasien hipertensi. 3. Untuk menganalisa pengaruh pijat punggung terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. 2.5
Manfat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: a.
Manfaat teoritik
1.
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang dan menambah ilmu khususnya dibidang kesehatan
2.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini kita dapat lebih mengerti tentang pengaruh pijat punggung terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
b.
Manfaat pratik
1. Bagi peneliti 4
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, serta dapat berguna dalam penelitian selanjutnya. 2. Bagi sampel Hasil penelitian ini diharapkan penderita hipertensi dapat engetahui bahwa pijat punggung dapt menurunkan tekanan darah sehingga penderita dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan referensi dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa/mahasiswi kesehatan jurusan keperawatan Universitas Negeri Gorontalo.
5
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hipertensi 1. Definisi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap yang penyebabnya masih tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit yang lain (hipertensi sekunder) (Dorland, 2009). Penyakit Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang berarti peningkatan abnormal pada tekanan darah baik sistolik maupun distolik. Seseorang dapat dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik lebih dari 140/90 mmHg (tekanan darah normal 120/80 mmHg). Hipertensi sangat terkait dengan perubahan gaya hidup, konsumsi makanan yang berlemak tinggi, kolesterol, kurangnya aktifitas olahraga dan stres (Herwati & Wiwi, 2011). Hipertensi merupakan penyakit degenerative yang banyak di derita bukan hanya oleh usia lanjut saja, bahkan saat ini sudah menyerang orang dewasa muda. Bahkan di ketahui bahwa 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab kematiannya. Itulah sebabnya hipertensi di juluki sebagai “Pembunuh DiamDiam) (silent killer) (Zauhani, Zainal, 2012). 2. Etiologi Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi a. Usia Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur. Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. 6
Kenaikkan tekanan darah seiring bertambahnya usia merupakan keadaan biasa. Namun apabila perubahan ini terlalu mencolok dan disertai faktor-faktor lain maka memicu terjadinya hipertensi dengan komplikasinya. b. Jenis kelamin Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi. Dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Pria mempunyai tekanan darah sistolik dan diastolik yang tinggi dibanding wanita pada semua suku. Badan survei dari komunitas hipertensi mengskrining satu juta penduduk Amerika pada tahun 1973-1975 menemukan ratarata tekanan diastolik lebih tinggi pada pria dibanding wanita pada semua usia.Sedangkan survei dari badan kesehatan nasional dan penelitian nutrisi melaporkan hipertensi lebih mempengaruhi wanita dibanding pria.4 Menurut laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita, dan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6% pada pria dan 13,7% pada wanita. Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis. Wanita usia produktif sekitar 30-40 tahun, kasus serangan jantung jarang terjadi, tetapi meningkat pada pria. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria dan wanita menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya hipertens. Ahli lain berpendapat bahwa wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan peningkatan tekanan darah. c. Riwayat keluarga Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka 7
dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%. d. Konsumsi garam Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Konsumsi 3-7 gram natrium perhari, akan diabsorpsi terutama di usus halus. Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah-ubah sesuai sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal. Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap masakan atau monosodium glutamat (MSG). Pada saat ini budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf sangat mengkhawatirkan, di mana semakin mempertinggi risiko terjadinya hipertensi. e. Merokok Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. f. Obesitas Obesitas (IMT>25) terbukti merupakan faktor risiko hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat dari beberapa pakar seperti Wong-Ho Chow, dkk dan Nurmasari W, yang menyatakan bahwa obesitas dapat berisiko menyebabkan hipertensi sebesar 2–6 kali dibanding yang bukan obesitas. Semakin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. 8
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. Alison Hull menyatakan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Pada penelitian lain dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Dari hasil FGD, beberapa responden menyadari bahwa kegemukan sebagai salah satu faktor risiko hipertensi. g. Kebiasaan Minum-minuman Beralkohol Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Alkohol hanya mengandung energi tanpa mengandung zat gizi lain, kebiasaan minum alkohol dapat mengakibatkan kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan serta dapat mengakibatkan hipertensi apabila konsumsi terlalu banyak Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak, akan cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi dari pada individu yang tidak mengkonsumsi
alkohol.
Berlebihan
mengkonsumsi
alcohol
(>2
gelas
bir/wine/whiskey/hari) merupakan faktor risiko hipertensi. Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain. 3. Klasifikasi Hipertensi Penelitian yang dilakukan The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) tekanan darah pada orang dewasa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok seperti yang ditunjukan pada Tabel 1. Tabel 1 Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
9
Klasifikasi
TDS
TDD
Tekanan Darah
(mmHg)
(mmHg)
Normal
<120
dan <80
Prahipertensi
120-139
atau 80-89
Hipertensi derajat 1
140-159
atau 90-99
Hipertensi
≥160
atau ≥100
derajat 2
Keteranngan: TDS: Tekanan Darah Sistolik TDD: Tekanan Darah Diastolik Klasifikasi terkait tekanan darah juga dilakukan oleh World Health Organization (WHO), dan International Society of Hypertension (ISH). Namun klasifikasi JNC 7 merupakan klasifikasi yang paling umum digunakan (Nindy, 2015). 4. Manifestasi klinik Menurut Martha (2012), Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. gejala-gejala yang mungkin diamati antara lain yaitu: a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala. b. Sering gelisah. c. Wajah merah. d. Tengkuk terasa pegal. e. Mudah marah. f. Telinga berdengung. g. Sukar tidur. h. Sesak nafas. i. Rasa berat di tengkuk. j. Mudah lelah. k. Mata berkunang-kunang. l. Mimisan 5. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak pada pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari vasomotor tersebut bermula dar 10
saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan astikolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dengan dilepaskannya noreprineprin akan mengakibtkan konstriksi pembuluh darah. Berbagi faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor ( Ramdhani, 2014). Seseorang dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Kortes adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon
vasokontriktor
pembuluh
darah.
Vasokonstriksi
yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menybabka pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II yang menyebabkan adanya suatu vasokontriktor yang kuat. Hal ini merangsang sekresi aldosteron oleh orteks adrenal.hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang mengakibtkan volume itravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi. Pada lansia, perubahan struktur dan fungsi pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaingan ikat dan penurunan dalam relaksasi oto polos pembuluh darah yang akan menurunkan kemampuan distensi daya regang pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan
aorta
dan
arteri
besar
berkurang
kemampuannya
dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Ramadhani, 2014). 6. Komplikasi Stroke Hipertensi menjadi berbahaya bukan hanya karena tekanan darah yang berlebihan saja, tapi karena penyakit-penyakit lain yang ikut menyertainya. Penyakitpenyakit tersebut dapat muncul atau diperparah dengan meningkatnya tekanan darah dalam tubuh kita. Berikut adalah daftar penyakit yang terkait dengan hipertensi: a. Atherosclerosis
11
Darah mengalir dalam tubuh kita melalui pembuluh darah sehingga peningkatan pada tekanan darah dapat memengaruhi kondisi pembuluh darah itu sendiri, dan kekakuan pada pembuluh darah arteri sehingga memungkinkannya untuk menjadi rusak. Efek lanjutan dari kerusakan ini adalah gangguan sirkulasi darah yang mengarah pada serangan jantung dan stroke. b. Gagal jantung Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. jika jantung memberikan tekanan yang terlalu tinggi untuk mengalirkan darah maka diperlukan kerja elstra dari otot jantung. Kondisi ini menyebabkan otot jantung menjadi lebih tebal, seperti halnya binaragawan yang sering berlatih maka ototnya menjadi besar. Tetapi jika jantung bekerja terlalu keras dalam jangka waktulama, maka lamakelamaan otot jantung akan kelelahan dan tidak mampu bekerja memompa darah secara opimal. Hal ini disebut gagal jantung. Jantung yang seharusnya memompa darah untuk beredar berkeliling seluruh tubuh, akhirnya tidak mampu lagi dan mengakibatkan darah menumpuk diberbagai organ. Jika menumpuk di paru-paru, maka mengakibatkan pare-paru tergenang dan menjdikan kesulitan/sesak napas, jika menumpuk di hati akan menyebabkan gangguan fungsi hati dalam menetralkan racun, jika menumpuk di tangan dan kaki akan menyebabkan pembengkakan. c. Gangguan ginjaL Ginjal adalah suatu tempat transit pembuluh-pembuluh darah yang membentuk anyamab berupa saringan. Peningkatan tekanan darah juga dapat menyebabkan pembuluh darah di ginjal semakin menyempi dan melemah. Hal ini dapat mengganggu kerja ginjal secara normal sebagai penyaring berbagai zat yang diperlukan tubuh atau zat yang harus dibuang. (Putu Yuda, 2014). 7. Pencegahan Hipertensi Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara sebagai berikut: a. Mengurangi konsumsi garam. Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari. b. Menghindari kegemukan (obesitas).
12
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal. c. Membatasi konsumsi lemak. Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. d. Olahraga teratur. Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi. e. Makan banyak buah dan sayuran segar. Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. f. Tidak merokok dan minum alkohol. g. Latihan relaksasi atau meditasi. Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi. h. Berusaha membina hidup yang positif. Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif. 8. Penatalaksanaan 13
Pada hipertensi terdapat 2 macam penatalaksanaan yaitu, penatalaksanaan farmakologi dan nonfarmakologi. Pada penatalaksanaan farmakologi dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu : a.
Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
b.
Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
c.
Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
d.
Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
e.
Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
f.
Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur. Sedangkan, pada Penatalaksanaan Non Farmakologis: adopsis gaya hidup
sehat oleh semua individu penting dalam pencegahan meningkatnya tekanan darah dan bagian yang tidak terpisahkan dari terapi pasien dengan hipertensi. Terdapat banyak pilihan terapi non-farmakologis dalam menangani hipertensi, terutama bagi mereka dengan peningkatan tekanan darah yang ringan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup cukup efektif dalam menangani hipertensi ringan. Beberapa cara berikut membantu menurunkan tekanan darah yaitu mengurangi berat badan yang berlebihan, mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol, mengurangi intake garam pada makanan, dan melakukan olah raga ringan secara teratur. Selain beberapa hal tersebut, ada terapi non farmakologi lain yang dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi yaitu pijat punggung. Olney (2009), menyatakan bahwa terapi masase pada punggung 10 menit dan dilakukan 3 kali perminggu efektif mengontrol tekanan darah tinggi, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan, dan dapat juga menghilangkan rasa sakit, dan mengurangi stress. Berdasarkan teori efek terapi masase memiliki pengaruh terhadap sistem kardiovaskular yaitu dapat meningkatkan dilatasi pembuluh darah. Dinding pembuluh darah superfisial menjadi melebar akibat respon reflek penurunan aktivitas saraf simpatis sehingga meningkatkan aliran darah vena ke jantung dan menurunkan tekanan darah. Peningkatan aliran darah sebanding dengan latihan dan sirkulasi lokal saat dipijat meningkat hingga tiga kali lipat dari sirkulasi saat istirahat. Disamping itu 14
masase juga merangsang pelepasan asetikolin dan histamin. Pelepasan kedua dua zat ini menimbulkan aktivitas vasomotor, sehingga membantu memperpanjang vasodilatasi. Mekanisme kerja pijat punggung dilakukan selama 10 – 15 menit untuk menurunkan tekanan darah melalui suatu mekanoreseptor tubuh yang kemudian mengatur tekanan, sentuhan dan kehangatan menjadi mekanisme relaksasi. Mekanoreseptor merupakan sel yang menyampaikan sinyal ke sistem saraf pusat dan menstransduksi rangsangan mekanik yang membuat relaksasi otot meningkat dan sirkulasi permukaan meningkat sehingga beban kerja jantung berkurang dan tekanan darah mengalami penurunan (Alikin dkk, 2014). 2.1.2 Massage (Pijat) 1. Definisi Massage adalah melakukan tekanan tangan jaringan lunak, biasanya otot, tendon, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/ atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2004 dalam Andarmoyo 2014). Massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk menerangkan manipulasimanipulasi tertentu dari jaringan lunak badan kita.Manipulasi-manipulasi itu dilaksanakan dengan tangan secara sistematis dan bertujuan memberikan pengaruh pada sistem otot,susunan syaraf,serta sirkulasi umum setempat pada darah dan lymphe. (Bambang,Slamet, dan Nurrudin,2010). Massgse refleksi adalah pijat dengan melakukan penekanan pada titik syaraf di punggung, kaki, tangan atau bagian tubuh lainnya untuk memberikan rangsangan bioelektrik pada organ tubuh tertentu yang dapat memberikan perasaan rileks dan segar karena aliran darah dalam tubuh menjadi lebih lancar (Trionggo, 2014). Mekanisme kerja pijat punggung dilakukan selama 10 – 15 menit untuk menurunkan tekanan darah melalui suatu mekanoreseptor tubuh yang kemudian mengatur
tekanan,
sentuhan
dan
kehangatan
menjadi
mekanisme
relaksasi.
Mekanoreseptor merupakan sel yang menyampaikan sinyal ke sistem saraf pusat dan menstransduksi rangsangan mekanik yang membuat relaksasi otot meningkat dan sirkulasi permukaan meningkat sehingga beban kerja jantung berkurang dan tekanan darah mengalami penurunan (Alikin dkk, 2014).
15
Relaksasi otot salah satunya adalah pijatan merupakan stimulasi kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 10 menit masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal. Pijatan juga dapat memperbaiki masalah di persendian otot, melenturkan tubuh, memulihkan ketegangan dan meredakan nyeri. Selain itu bisa memperbaiki sirkulasi darah, dan mengurangi kegelisahaan dan depresi. Bisa juga mempengaruhi aliran getah bening, otot, saraf, dan saluran pencernaan dan stress. (Notokusumo, 2016) 2.
Manfaat Massage Menurut Wijayanto (2016) manfaat atau efek masase adalah sebagai berikut : 1) Memperlancar peredaran darah. 2) Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan 3) Menurunkan rasa sakit 4) Mengurangi stres 5) Membantu pembentukan penerapan dan pembuangan sisa-sisa pembakaran dalam jaringan-jaringan. 6) Massage juga membantu pengaliran cairan lympa lebih cepat.
2.1.3 Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan dan aliran darah dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan. Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkury (mmHg) dan direkam dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (ketika jantung berdetak) terhadap tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi). (Muttaqin, 2014). Tekanan darah merupakan tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan darah dinding pembuluh darah. Bila orang mengatakan bahwa tekanan dalam satuan pembuluh darah adalah 50 mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mm (Guyton, 2009). Lebih terperinci lagi dijelaskan bahwa tekanan darah (BP= Blood Pressure) yang dinyatakan dalam millimeter (mm) merkuri (Hg) adalah besarnya tekanan yang dilakukan oleh darah pada dinding arteri (Mc Gowan, 2009). Saat 16
berdenyut, jantung memompa darah ke
dalam pembuluh
darah dan tekanan
meningkat yang kemudian disebut tekanan darah sistolik. Saat jantung rileks, tekanan darah turun hingga tingkat terendahnya, yang disebut tekanan diastolik (Mc Gowan, 2009). 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah, diantaranya adalah: a. Umur Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada orang lanjut usia, arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah. b. Jenis Kelamin Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Oparil menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi (Miller, 2010). c. Olahraga Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah. d. Obat-obatan Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan darah. e. Ras Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama. f. Obesitas Obesitas, baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor predisposisi hipertensi. 3. Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan darah pada orang dewasa diklasifikasikan seperti yang tercantum di Tabel di bawah ini.
17
Tabel 1 . Klasifikasi tekanan darah usia dewasa (> 18 tahun) dan lansia Kategori
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolik
Hipotensi
<100
<80
Normal
< 130
< 85
Normal tingi
130-139
85-89
Stadium 1 (Hipertensi Ringan)
140-159
90-99
Stadium 2 (Hipertensi Sedang)
160-179
100-109
Stadium 3 (Hipertensi Berat)
180-209
110-119
Stadium 4 (Hipertensi Maligna)
≥ 210
≥ 120
Hipertensi :
Sumber : Potter dan Perry, 1997: 779
2.1.4 Pengaruh Pijat Punggung Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Hasil penelitian terkait tentang pengaruh terapi masase terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi antara lain : Olney (2005), menyatakan bahwa terapi masase pada punggung 10 menit dan dilakukan 3 kali perminggu efektif mengontrol tekanan darah tinggi, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan, dan dapat juga menghilangkan rasa sakit, dan mengurangi stress. Aourella & Carleson (2005), menyatakan bahwa terapi masase pada punggung, leher, dan dada 30 menit 2 kali perminggu selama 4 minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan dan sebagai pengobatan komplementer dalam mengobati hipertensi. Jouzi et al., (2006) menyatakan bahwa terapi pijat dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien stroke dengan hipertensi. Kemudian Cady & Jones (1997), melakukan penelitian terapi masase dengan kursi pijat selama 15 menit dan hasilnya dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan Efek terapi masase menimbulkan percepatan mekanisme aliran darah vena dan drainase limfatik, merusak mekanisme akumulasi patologis (misalnya, kalsifikasi jaringan lunak), dan melatih jaringan lunak secara pasif. Gerakan pijatan pada kulit, jaringan ikat, jaringan otot dan periosteum akan menimbulkan rangsangan reseptor yang terletak di daerah tersebut. Impuls tersebut dihantarkan oleh saraf aferen menuju
18
susunan saraf pusat, dan selanjutnya susunan saraf pusat memberikan umpan balik dengan melepaskan asetikolin dan histamin melalui impuls saraf eferen untuk merangsang tubuh beraksi melalui mekanisme reflek vasodilatasi pembuluh darah yaitu mengurangi aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis. Peningkatan aktivitas saraf parasimpatis menimbulkan penurunan denyut jantung (heart rate) dan denyut nadi (pulse rate) dan mengakibatkan aktivasi respon relaksasi. Sedangkan penurunan aktivitas saraf simpatis meningkatkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang menyebabkan resistensi vaskular perifer menurun sehingga menurunkan tekanan darah. Berdasarkan teori efek terapi masase memiliki pengaruh terhadap sistem kardiovaskular yaitu dapat meningkatkan dilatasi pembuluh darah. Dinding pembuluh darah superfisial menjadi melebar akibat respon reflek penurunan aktivitas saraf simpatis sehingga meningkatkan aliran darah vena ke jantung dan menurunkan tekanan darah. Peningkatan aliran darah sebanding dengan latihan dan sirkulasi lokal saat dipijat meningkat hingga tiga kali lipat dari sirkulasi saat istirahat. Disamping itu masase juga merangsang pelepasan asetikolin dan histamin. Pelepasan kedua dua zat ini menimbulkan aktivitas vasomotor, sehingga membantu memperpanjang vasodilatasi. Mekanisme kerja pijat punggung dilakukan selama 10 – 15 menit untuk menurunkan tekanan darah melalui suatu mekanoreseptor tubuh yang kemudian mengatur tekanan, sentuhan dan kehangatan menjadi mekanisme relaksasi. Mekanoreseptor merupakan sel yang menyampaikan sinyal ke sistem saraf pusat dan menstransduksi rangsangan mekanik yang membuat relaksasi otot meningkat dan sirkulasi permukaan meningkat sehingga beban kerja jantung berkurang dan tekanan darah mengalami penurunan (Alikin dkk, 2014).
19
2.2
Kajian Penelitian Yang Relevan
Peneliti
Judul
(Tahun)
Freddy Dwi Pengaruh
Metode Penelitian 1. Lokasi :
Hasil Berdasarkan uji non parametrik
Saputro,
Pemberian
RSUD
Ungaran Wilcoxon Signed Rank Test yang
Ismonah,
Masase
Kabupaten
menguji
Hendrajaya
Punggung
Semarang
punggung terhadap penurunan
(2016)
Terhadap
2. Desain Penelitian :
tekanan
Tekanan Darah
Desain
Pada
ini adalah quasy dapat
Pasien
Hipertensi
pengaruh
darah
masase
pada
pasien
penelitian hipertensi di RSUD Ungaran, disimpulkan
sebagai
eksperiment
berikut:
dengan
1. Tekanan darah responden
menggunakan
sebelum
rancangan
masase
one punggung didapatkan rata-rata
grup pre test and sebesar post test design. 3. Sampel :
160,78
mmHg
pada
sistol dengan nilai maksimum 185 mmHg dan minimum 145
Jumlah yang
diberikan
sampel mmHg, sedangkan pada diastolik digunakan rata-rata 96,56 mmHg dengan
pada penelitian ini nilai maksimum 110 mmHg dan sebanyak
32 nilai minimum 90 mmHg.
responden dengan 2. Tekanan darah responden teknik
purposive sesudah
sampling.
punggung
4. Analisa Data Untuk
diberikan
masase
rata-rata
143,44
mmHg pada sistolik dengan nilai proses maksimum 160 mmHg dan nilai
analisis data hasil minimum 125 mmHg, sedangkan penelitian dengan pada menggunakan
86,09
diastolik mmHg
komputer program maksimum SPSS
rata-rata
dengan mmHg
nilai dan
(Software minimum 75 mmHg.
Program Social
100
nilai
for 3. Terdapat pengaruh signifikan Scienses). antara pemberian terapi masase
20
Untuk
menguji punggung
kenormalan
terhadap
tekanan
data darah pada pasien hipertensi di
pada penelitian ini RSUD Ungaran dengan nilai menggunakan Shapiro
uji probabilitas 0,000 lebih kecil Wilk dibandingkan taraf signifikansi
dikarenakan
(0,05).
jumlah sampel <50 orang. Untuk uji statistik
pada
penelitian
ini
menggunakan
uji
Wilcoxon
Signed
Rank test dengan taraf
signifikansi
sebesar 0,05. Notokusumo
Pengaruh
1. Lokasi :
1. Ada perbedaan yang bermakna
(2017)
Kombinasi Pijat
Puskesmas
Punggung Dan
Pengasih
Dzikir Terhadap
Kabupaten Kulon kelompok
Tekanan Darah
Progo
tekanan
darah
II kelompok
sistole
antara
intervensi
dan
kontrol
setelah
diberikan intervensi kombinasi
2. Desain Penelitian : Penelitian
pijatan punggung dan dzikir.
ini 2.
Tidak
ada
perbedaan
merupakan
jenis bermakna antara tekanan darah
penelitian
quasi diastole
pada
kelompok
experiment dengan intervensi dan kelompok kontrol bentuk pretest – sesudah posttest
intervensi
kombinasi pijatan punggung.
intervention control
with group
design. 3. Sampel : Jumlah yang
diberikan
sampel digunakan 21
dalam
penelitian
ini sebanyak 30 subyek
untuk
masing-masing kelompok. Pengambilan sampel menggunakan tehnik
purposive
sampling. 4. Analisa Data : Analisa data untuk mengetahui pengaruh intervensi
pada
kelompok intervensi peneliti menggunakan Wilcoxon.
uji
Untuk
mengetahui perbedaan
efek
terapi pada kedua kelompok peneliti menggunakan MannWhitney.
22
uji
2.3 Kerangka Berpikir STRES
GENETIK
GAYA HIDUP
HIPERTENSI
TEKANAN DARAH ↑
PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGI
NON FARMAKOLOGI
OBAT-OBATAN
PIJAT PUNGGUNG MELAKUKAN PENEKANAN PADA SARAF
MEMBERIKAN RANGSANGAN
MEMBERIKAN REFLEKSI PADA TUBUH
ALIRAN DARAH TUBUH LANCAR
PENURUNAN TEKANAN DARAH
23
2.4 Kerangka Konsep
PENURUNAN TEKANAN DARAH
PIJAT PUNGGUNG
OBAT-OBATAN CAPTOPRIL Keterangan : :
Variabel Independen
:
Variabel Dependen
:
Variabel Pengganggu ( dikendalikan )
:
Pengaruh
2.5 Hipotesis penelitian Ada pengaruh pijat pijat punggung terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Penetapan Lokasi dan Waktu
3.1.1 Lokasi Lokasi penelitian direncanakan akan dilaksanakan di Puskesmas Limba U2 Kota Selatan, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Waktu penelitian di rencanakan akan dilaksanakan pada bulan Maret 2019. 3.2
Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah eksperimental dengan jenis penelitian Quasi Experiment (eksperimen semu). Penelitian Quasi Experiment ini berupaya untuk mengungkapkan pengaruh sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimental. Tapi pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan teknik acak (Nursalam, 2017). Penelitian Quasi Experiment ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pijat punggung terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre & Post Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain penelitian ini melibatkan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol, untuk kelompok eksperimental diberi perlakuan (massage/pijat punggung) sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Pada kedua kelompok diawali dengan tes awal (pre-test) pengukuran tekanan darah dan setelah pemberian perlakuan (massage/pijat punggung) diadakan pengukuran kembali (post-test).(Nursalam,2017).
3.3
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih penulis yaitu Pengaruh Pijat Punggung Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi, maka penulis mengelompokan variabel yang digunakan dalam penelitian ini menjadi variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terkikat). Adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Variabel Independen (Bebas)
25
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. (Nurssalam,2017). Variable bebas sering disebut sebagai variabel stimulus yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat). (Sugiyono, 2016). Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel indpenden adalah Pijat Punggung. b. Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini variable dependen yang diteliti adalah Penurunan Tekanan Darah. 3.4
Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Variabel
Pijat
punggung
Independen:
suatu
proses
1. Pijat
yang di lakukan pada
Punggung
bagian
adalah
Hasil Ukur
Skala
-
pemijatan
bahu
atau
punggung
yang
memberikan sensasi rileks atau
nyaman
pada
individu yang diberikan pijatan.
Pijatan
punggung selama
pada
diberikan
10
menit
dilakukan
3
perminggu
dan kali
selama
4
minggu. Variabel
Penurunan tekanan darah sfigmomanometer
Hasil pengukuran
Dependen :
adalah
suatu
keadaan (tensi meter)
tekanan
1. Penurunan
dimana
nilai
tekanan
sistole dan diastole 1. 120-129/80-84=
Tekanan
darah
seseorang
Darah
mengalami
perubahan
secara signifikan
darah
Normal
dari
2. 130-139/85-89=
nilai sebelumnya.
Pra Hipertensi 3. 140-159/90-99= 26
Numerik
Hipertensi Tahap 1 4. 160-179/100109
=
Hipertensi Tahap 2 5. ≥180/≥110
=
Hipertensi Tahap 3 (ESC/ESH, 2013).
3.5
Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi Menurut Sugiyono (2016) definisi populasi adalah sebagai berikut : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang rutin kontrol ke Puskesmas Limba U2 Kota Selatan, Kota Gorontalo. 3.5.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini objek yang akan diteliti yaitu penderita hipertensi yang rutin kontrol ke Puskesmas Limba U2 Kota Selatan, Kota Gorontalo. Karena Karena jumlah populasi pada penelitian ini belum di ketahui, maka penentuan besaran sampel menggunakan rumus sebagai berikut : n = Z1-a/2 P(1-P) d n = 1,96 x 0,5(1-0,5) 0,05 n = 1,96 x 0,5(0,5) 0,05 n = 1,96 x 0,25 0,05
= 0,49 = 9,8 = 10 (dibulatkan) 0,05
Keterangan : Z
= derajat kemaknaan 95% = 1,96 (ketetapan) 27
P
= proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi. Jika tidak diketahui proporsinya, maka yang digunakan adalah 50% = 0,5
d
= 1%, 5%, 10% (yang paling sering digunakan adalah 5%)
Berdasarkan penentuan besaran sampel di atas, maka di dapatkan sampel yang akan di teliti berjumlah 10 orang penderita hipertensi, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Purposive Sampling disebut juga judgment sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. (Nursalam, 2017). Menurut Sugiyono (2016) Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Alasan penulis menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling dengan menetapkan kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu penderita hipertensi yang memenuhi kriteria tertentu. Kriteria sampel terdiri kriteria sampel inklusi, ekslusi dan drop out. Adapun yang menjadi kriteria inklusi, ekslusi dan drop out sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : a. Penderita hipertensi yang berusia >40 thn b. Jenis kelamin laki-laki c. Bersedia menjadi responden 2. Kriteria Ekslusi Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah : a. Penderita hipertensi yang berusia <40 thn b. Berusia 40-50 tahun namun berjenis kelamin wanita c. Tidak bersedia menjadi responden 3. Kriteria Drop Out 28
Kriteria drop out adalah kriteria yang apabila dijumpai menyebabkan objek tidak dapat melanjutkan sebagai sampel dalam penelitian (Nursalam, 2012). Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah : a. Penderita yang sakit berat b. Tidak hadir pada saat penelitian dilaksanakan. 3.6
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subejek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2017). Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2014). Sumber data dibagi menjadi 2 jenis yaitu : a.
Data Primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi. (Gulo, 2014)
b.
Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.(Gulo, 2014) Pada penelitian ini untuk mencari data, mengumpulkan data, dan hasil data yang akan diolah, peneliti menggunakan kedua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Untuk data primer pada penelitian ini di dapatkan dari pengukuran tekanan darah langsung pada sampel dengan menggunakan alat ukur sfigmomanometer dan stetoskop, dan pengukuran dilakukan sesuai dengan SOP Pengukuran Tekanan Darah. Sedangkan untuk data sekunder di dapatkan dari data rekam medis pasien di Puskesmas Limba U 2, Kota selatan, Kota Gorontalo. Alasan peneliti mengambil kedua jenis data tersebut karena peneliti ingin membuktikan bahwa penelitiannya ada pengaruh terhadap tekanan darah sampel. Peneliti memilih data primer agar dapat mengetahui secara langsung hasil tekanan 29
darah selum dilakukan pijat punggung dengan sesudah dilakukannya pijat punggung, apakah ada perbedaan atau tidak. Sedangkan, data sekunder di gunakan peliti untuk mengetahui siapa saja yang bisa di jadikan sampel, dari data rekam medis puskesmas. Jenis instrumen penelitian
yang dapat dipergunakan pada ilmu
keperawatan dapat diklasifkasikan menjadi 5 bagian, yang meliputi pengukuran (1) biofsiologis; (2) observasi, (3) wawancara, (4) kuesioner, dan (5) skala (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini menggunakan pengukuran biofisiologis dengan cara invivo. Pengukuran biofisiologis adalah pengukuran yang dipergunakan pada tindakan keperawatan yang berorientasi pada dimensi fsiologi. Instrumen pengumpulan data pada fsiologis dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1. In-vivo: Observasi proses fsiologis tubuh, tanpa pengambilan bahan/spesimen dari tubuh klien. 2. In-vitro: Pengambilan suatu bahan/spesimen dari klien. 3.7
Teknik Analisa Data Analisi data kuantitatif dibagi dalam 3 jenis, yaitu sebagai berikut (Putri, 2017). 1. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah variabel. Bentuknya bermacam-macam, misalnya: distribusi frekuensi, rata-rata, proporsi, standar deviasi, varians, median, modus, dan sebagainya. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis menguji hipotesis antara dua variabel,untuk memperoleh jawaban apakah kedua variabel tersebut ada hubungan, berkorelasi, ada perbedaan, ada pengaruh dan sebagainya sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. 3. Analisis Multivariat Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui dari sekian variabel independen yang ada, manakah yang paling dominan hubungannya atau pengaruhnya terhadap variable dependen. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis analisis data bivariat karena penelitian ini hanya memiliki 2 variabel yaitu 1 variabel independen dan 1 variabel dependen, sehingga diperlukan analisis bivariat untuk menguji hipotesis apakah ada 30
pengaruh variabel independen yaitu pijat punggung terhadap variabel dependen yaitu penurunan tekanan darah. 3.8
Hipotesis Statistik Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai keadaan populasi yang sifatnya masih sementara atau lemah kebenarannya. Hipotesis statistic dari penelitian ini adalah sebagai berikut. H0: ρ = 0 = 0 menyatakan tidak ada pengaruh pijat punggung terhadap penururnan tekanan darah pada pasien hipertensi. H1: ρ ≠ 0 ≠ 0 (bisa lebih besar atau kurang dari nol) menyatakan ada pengaruh pijat punggung terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi)
3.9
Etika Penelitian Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon partisipan untuk meminta kesediaan menjadi partisipan penelitian. Peneliti harus melalui beberapa tahap pengurusan perijinan sebagai berikut. peneliti meminta persetujuan dari pihak Puskesmas Limba U2 Kota Selatan Kota Gorontalo, setelah mendapat persetujuan dari pihak Puskesmas kemudian peneliti mendatangi calon partisipan dan meminta persetujuan calon partisipan untuk menjadi partisipan penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilaksanakan penelitian dengan memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian yaitu: 1. Informed consent Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan, dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilaksanakan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi partisipan. Tujuan informed consent adalah agar partisipan mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika partisipan bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, serta bersedia untuk direkam dan jika partisipantidak bersedia maka penelitiharus menghormati hak partisipan. 2. Anonimity(tanpa nama)
31
Anonimity merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan. 3. Kerahasiaan(confidentiality) Kerahasiaan merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua partisipan yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian
32